PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan yang berfokus pada standar
salah satunya adalah Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO) (Bina Upaya
menetapkan jenis obat, order dosis yang salah, rute yang salah, waktu
pemberian yang tidak tepat, obat yang menimbulkan alergi atau kombinasi
1
2
ruangan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Cara tidak langsung dapat dilakukan
Supriyatno, 2009).
dari perawat itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut pelaksanaan supervisi perlu
kepada staf, membantu perawat untuk dapat bekerja lebih efektif dan
perawat yang kurang terlatih adalah merupakan masalah yang signifikan yang
pelatih, pengarah dan pengevaluasi serta sebagai role model yang dapat
telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara
yang membutuhkannya.
perawat manajer dan perawat pelaksana, kegiatan supervisi yang baik dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
2. Profesi Keperawatan
3. Peneliti Selanjutnya
E. Keaslian Penelitian
Supervision Scale (MCSS) pada 136 sampel di 9 bangsal psikiatri dan 4 pusat
kerja. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tujuan penelitian ini untuk
(2013) di Rumah sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon pada 32 sampel di ruang
dalam kategori baik sebanyak 91,9%. Hasil uji korelasi Spearman Rank
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Supervisi
1. Pengertian Supervisi
yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja
dan mengert peran serta fungsinya sebagai staf dan difokuskan pada
hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan
pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang sia-sia akan
3. Sasaran Supervisi
menjalankan pekerjaan.
bawahannya.
11
konstruktif.
asuhan keperawatan.
b. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus
kerja sama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat
bawahan.
e. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai
Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori
dengan perkembangan.
5. Pelaksana Supervisi
a. Kepala Ruangan
b. Pengawas Perawatan
c. Kepala Seksi
d. Kepala Bidang
seksi secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung. Jadi
garis tanggung jawab siapa yang menjadi supervisor dan siapa yang
disupervisi.
dapat menjadi pelaksana supervisi yang baik manajer juga perlu mengikuti
6. Teknik Supervisi
a. Cara Langsung
2009). Pada kondisi ini, umpan balik dan perbaikan dapat sekaligus
1) Sasaran pengamatan
2) Objektivitas pengamatan
suatu daftar isian (check list) agar lebih objektivitas. Daftar tersebut
kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak senang atau kesan
ataupun email.
1) Laporan lisan
sehingga supervisor harus peka dengan raut wajah staf dan cara
2) Laporan tertulis
hal-hal yang dianggap penting oleh staf. Format laporan staf harus
memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis
1. Benar Pasien
namanya sendiri, jika pasien tidak mampu berespon secara verbal, dapat
Hayes, 2007 ).
2013).
Pemberian obat pada pasien yang salah dapat terjadi pada saat
penyakitnya sama, ataupun adanya pindahan pasien dari ruang yang satu
(Wijayaningsih, 2013).
2. Benar Obat
menuang obat. Perawat juga harus menyadari bahwa obat- obat tertentu
mempunyai nama yang bunyinya hamper sama dan ejaannya mirip. Jika
obat, perawat juga harus mengetahui efek samping obat (Kozier, et al.,
2010).
c. Jika pasien tidak yakin untuk meminum obat yang telah diresepkan,
atau etiket dan harus dibaca dengan teliti setiap akan memberikan obat.
Hal yang perlu diperhatikan antara lain : nama obat, sediaan, konsentrasi
dan cara pemberian serta expired date. Kesalahan pemberian obat sering
terjadi jika perawat memberikan obat yang disiapkan oleh perawat lain
atau pemberian obat melalui wadah (spuit) tanpa identitas atau label yang
3. Benar Dosis
adalah tidak mengubah dosis asli, menghitung dan memeriksa dosis obat
dengan benar. Jika ada keraguan, dosis obat harus dihitung ulang dan
20
diperiksa oleh perawat lain serta menghubungi apoteker atau penulis resep
atau penulis resep namun tetap rancu, obat tidak boleh diberikan, beritahu
penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resep beserta alasannya
diresepkan sesuai dengan kebutuhan pasien, mencari tahu dosis obat yang
hal yang harus dipastikan oleh perawat Memberikan jumlah yang lebih
lansia, atau pada orang obesitas. Perawat perlu memeriksa dosis obat
sesuai kebutuhan pasien dan jika ragu dapat berkonsultasi dengan dokter
4. Benar Waktu
21
kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan, jika obat
makan. Perawat juga harus memeriksa tanggal kadaluarsa obat (Kee dan
Hayes, 2007).
frekuensi yang tepat dan pada waktu yang diprogramkan oleh pemberi
resep. Obat yang diberikan dalam 30 menit sebelum atau sesudah waktu
et al., 2010).
Benar waktu meliputi interval yang benar dan juga waktu yang
tepat setiap harinya. Memberikan obat dengan frekuensi lebih sering atau
diharapkan dari obat tersebut. Selain itu, beberapa obat harus diberikan
di waktu tertentu pada hari tersebut. Sebagai contoh, diueretik (obat yang
diberikan pagi hari. Pemberian jenis obat ini di malam hari akan
kasus gawat darurat henti jantung, epinefrin diberikan setiap 3-5 menit,
jika tidak dipatuhi akan menghasilkan kadar obat yang tidak sesuai dan
5. Benar Rute
Rute yang benar perlu untuk absorbsi yang tepat dan memadai.
pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat (kimiawi dan fisik
obat) serta tempat kerja yang diinginkan. Rute pemberian obat dapat
dibagi menjadi:
a. Oral, obat yang masuk melalui mulut, dapat diabsorpsi melalui rongga
b. Topikal, terdiri dari krim, salep, lotion, liniment dan sprei. Obat ini
ditetapkan dan memastikan bahwa rute tersebut aman dan sesuai untuk
sesuai dan memastikan bahwa rute tersebut digunakan jika tidak terdapat
Sebagai contoh, suatu obat yang diresepkan dengan rute mulut dapat
akan tepat untuk tetap memberikan obat tanpa lebih dahulu berkonsultasi
dengan pemberi resep atau mengecek untuk melihat jikalau obat tersebut
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk ke dalam
tubuh. Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang
2013).
6. Benar Dokumentasi
pada pasien yang meliputi nama, dosis, rute, waktu dan tanggal pemberian
obat serta inisial dan tanda tangan perawat. Respon pasien terhadap
pemberian obat yang sudah diresepkan dan yang diberikan pada pasien
lima benar pemberian obat, dan ini juga harus benar. Penting bagi
anggota tim kesehatan lain yang terlibat dalam perawatan pasien untuk
mengetahui jumlah, waktu dan rute medikasi yang diberikan pada pasien.
(Wijayaningsih, 2013).
akan diberikan. Biasanya pada ampul atau etiket tertera kapan obat
8. Benar Informasi
yang akan diberikan sehingga tidak ada lagi kesalahan dalam pemberian
obat.
yang akan kita berikan. Sehingga kita lebih berhati-hati terhadap obat
samping obat yang dapat diperkirakan dan efek samping yang tidak dapat
dosis yang makin lama makin besar respon karena penghentian obat,
yang tidak berupa efek utama obat juga sering terjadi. Pada sebagian
besar obat munculnya efek samping ini sudah dapat diperkirakan sehingga
terjadi pada sebagian kecil populasi. Reaksi yang muncul juga bermacam-
macam mulai yang ringan seperti kulit kemerahan sampai yang berat dan
keluhan dan gejala ditandai reaksi imunologi seperti ruam kulit, gatal-
gatal dan sesak nafas; reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, seringkali
ada tenggang waktu antara minum obat dengan munculnya efek samping,
dan reaksi hilang bila obat dihentikan. Pada kasus efek samping karena
kinidin.
faktor pasien dan faktor obat. Faktor pasien meliputi umur, genetik dan
samping dapat lebih besar, begitu juga pada pasien geriatrik (lansia) yang
seperti gangguan hati dan ginjal penggunaan obat perlu perhatian khusus
karena dapat menyebabkan efek samping yang serius. Faktor obat yaitu
sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping seperti pemilihan
obat, jangka waktu penggunaan obat, dan adanya interaksi antar obat.
Masing masing obat memiliki mekanisme dan tempat kerja yang berbeda-
a. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang
b. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera
bayi, pasien usia lanjut dan pasien dengan penyakit hati atau ginjal.
BAB III
A. Kerangka Konsep
konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan
obat tidak terjadi (Kee dan Hayes, 2007). Suarli dan Bahtiar (2009)
yaitu sadar dan mengerti peran serta fungsinya sebagai staf dan difokuskan
Skema. 3.1
Kerangka Konsep Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan
Pelaksanaan Prinsip Delapan Benar Satu Waspada Pemberian
Obat Yang Dilakukan Perawat Di RS Atmedika Palopo
Tahun 2017
Keterangan :
28
: Variabel yang diteliti
B. Hipotesis Penelitian
prinsip delapan benar satu waspada pemberian obat yang dilakukan perawat
prinsip delapan benar satu waspada pemberian obat yang dilakukan perawat
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
strategi yang menghasilkan model atau blue print penelitian. Jenis penelitian
prinsip delapan benar satu waspada pemberian obat yang dilakukan perawat
1. Populasi
2. Sampel
31
ini adalah perwat pelaksana yang berada di ruang rawat inap RS Atmedika
Kota Palopo.
menggunakan metode 30
proporsi random sampling yaitu teknik
penelitian ini menurut rumus Slovin yang dikutip dari Nursalam (2007)
adalah :
N
n=
1+ N ( d) ²
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
2007):
46 46 46
n= = = =31,50=32orang responden
1+ 46(0,1)² 1+ 0 , 46 1,46
C. Variabel Penelitian
32
D. Definisi Operasional
secara nyata dalam lingkup obyek penelitian / obyek yang diteliti. Definisi
berikut ini :
Tabel 4.2
Definisi Operasional Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan
Pelaksanaan Prinsip Delapan Benar Satu Waspada Pemberian
Obat Yang Dilakukan Perawat Di RS Atmedika Palopo
Tahun 2017
Defenisi Skala
Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel Independen
Supervisi Kepala ruangan Kuesioner dengan 1 = Kurang Ordinal
Kepala melakukan jumlah pernyataan Skor = <44
Ruangan pengawasan 21 item dengan
terhadap pilihan 2 = Baik
pemberian obat jawaban Skor = ≥44
yang dilakukan SL = 4
perawat baik SR = 3
secara langsung KK= 2
maupun tidak TP = 1
langsung.
Variabel Dependen
Pelaksanaan Perawat Kuesioner dengan 1 = Kurang Ordinal
33
1. Tempat Penelitian
Palopo yang beralamat di Jl. Andi Djemma No.06 Kota Palopo. Alasan
merupakan salah satu Rumah Sakit di Kota Palopo yang memiliki jumlah
2. Waktu Penelitian
F. Instrumen Pengukuran
terdiri dari dua bagian yaitu, bagian pertama kuesioner data demografi
dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan isi dari tinjauan pustaka dan jumlah
pernah = 1.
satu waspada pemberian obat yang dilakukan perawat, kuesioner ini juga
dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan isi dari tinjauan pustaka dengan
permohonan izin dari STIKES Kurnia Jaya Persada Palopo kepada Kantor
Dinas Penananam Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Palopo,
satu waspada pemberian obat yang dilakukan perawat. Setelah data semua
(Arikunto, S. (2010).
35
H. Analisa Data
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Coding
tertentu dalam bentuk angka untuk setiap jawaban yang sesuai dengan
yang telah ditetapkan. Tujuan dari tahapan pengkodean ini adalah untuk
c. Entry Data
data yang telah diberi kode kedalam komputer yang selanjutnya akan
d. Cleaning
e. Analisa Data
peneliti dan diperiksa satu persatu. Setiap data dan pernyataan dalam
data.
a. Analisis Univariat
variabel penelitian.
b. Analisis Bivariat
yang sesuai dengan skala data yang ada. Uji statistik yang digunakan
dependen.
37
I. Etika Penelitian
dan peneliti memegang prinsip scientific attitude / sikap ilmiah dan etika
perawat diberikan hak penuh untuk menyetujui atau menolak terlibat dalam
Consent).
diisi dan lembar tersebut hanya diberi nomor kode responden dan
penelitian
BAB V
A. Hasil Penelitian
profesional.
39
Tabel 5.1
Distribusi Ketenagaan
38Di RS At Medika Palopo
Ketenagaan Jumlah Persen
Dokter Spesialis 17 9,82
Dokter Umum 12 6,93
Dokter Gigi 1 0,57
Perawat 82 47,39
Bidan 13 7,51
Apoteker 2 1,15
Asisten Apoteker 10 5,78
Laboran 3 1,73
Radiologi 3 1,73
Kesehatan Lingkungan 1 0,57
Informasi / SO 4 2,31
Administrasi 14 8,09
Wakil pelaksana Medik 1 0,57
Komite Medik 1 0,57
Pramusaji 9 5,20
Jumlah 173 100
Sumber : Sub Bagian Tata Usaha RS At Medika Palopo Tahun 2017
alert.
1) Benar pasien
2) Benar obat
3) Benar dosis
5) Benar waktu
6) Benar Dokumentasi
7) Benar expired
8) Benar informasi
Tabel 5.2
Distribusi Responden Perawat Berdasarkan Usia Di RS At Medika Palopo
Jumlah
Usia
Frekuensi Persen
24-30 Tahun 11 34,4
> 30 Tahun 21 65,6
Total 32 100
Sumber : Data Primer
perawat berdasarkan usia 24-30 tahun sebanyak 11 orang (34,4%) dan usia
Tabel 5.3
Distribusi Responden Perawat Berdasarkan Jenis Kelamin
Di RS At Medika Palopo
Jumlah
Jenis Kelamin
Frekuensi Persen
Laki-Laki 9 28,1
Perempuan 23 71,9
Total 32 100
Sumber : Data Primer
Tabel 5.4
Distribusi Responden Perawat Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Di RS At Medika Palopo
Jumlah
Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persen
D3 Kep 6 18,8
S1 Kep 8 25,0
Ners 18 56,3
Total 32 100
Sumber : Data Primer
orang (56,3%).
5. Analisis Univariat
bawah ini:
Tabel 5.5
Distribusi Supervisi Kepala Ruagan
Di RS At Medika Palopo
Jumlah
Supervisi Kepala Ruagan
Frekuensi Persen
Kurang 12 37,5
Baik 20 62,5
Total 32 100
Sumber : Data Primer
Tabel 5.6
Distribusi Pelaksanaan Prinsip 8 Benar 1 Waspada Pemberian Obat
Di RS At Medika Palopo
Pelaksanaan Prinsip 8 Benar 1 Jumlah
Frekuensi Persen
Waspada Pemberian Obat
Kurang 14 43,8
Baik 18 56,2
Total 32 100
Sumber : Data Primer
orang (56,2%).
6. Analisis Bivariat
Tabel 5.7
Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Dengan Pelaksanaan Prinsip Delapan
Benar Satu Waspada Pemberian Obat Yang Dilakukan Perawat Di RS
Atmedika Palopo Tahun 2017
Pelaksanaan Prinsip Delapan
Benar Satu Waspada Pemberian
Supervisi Kepala Total
Obat Yang Dilakukan Perawat
Ruangan
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 2 16,7 10 83,3 12 100
Baik 12 60,0 8 40,0 20 100
Total 14 43,8 18 56,2 43 100
X2 = 5,723 p = 0,017
Sumber : Data Primer
delapan benar satu waspada pemberian obat yang dilakukan perawat baik.
(0,017) < 0,05 maka Hipotesis Penelitian (H0) ditolak dan (Ha) diterima
44
B. Pembahasan
1. Analisis Univariat
dkk (2013) mengenai supervisi kepala ruangan di ruang rawat inap RSU
peneliti teknik supervisi yang baik adalah supervisi secara langsung dan
Orang yang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta
2. Analisis Bivariat
47
(0,017) < 0,05 maka Hipotesis Penelitian (H0) ditolak dan (Ha) diterima
yang dilakukan perawat di RS Atmedika Palopo Tahun 2017. Hal ini berarti
pelaksanaan pemberian obat oleh perawat pun akan baik. Supervisi yang
yang efektif oleh perawat pelaksana dapat dipengaruhi oleh supervisi yang
dilakukan perawat dan salah satunya adalah faktor eksternal yaitu supervisi
dilakukan perawat kurang hal ini berarti bahwa masih ada faktor-faktor
49
yang dilakukan oleh Nur dkk (2013) di ruang rawat inap RS Universitas
C. Keterbatasan Penelitian
1. Waktu untuk meneliti cukup untuk melakukan satu silkus action research
D. Implikasi Penelitian
Sakit.
BAB VI
A. Kesimpulan
3. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai P value (0,017)
< 0,05 maka Hipotesis Penelitian (H0) ditolak dan (Ha) diterima artinya ada
pelaksanaan pemberian obat oleh perawat pun akan baik. Supervisi yang
B. Saran
waspada pemberian obat sejak masa pendidikan itu sangat penting, agar
lengkap pasien.
pemberian obat.
54
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. (2007). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
& Praktik. Edisi 7. Jakarta: EGC.
Lampiran 1
(Informed Consent)
58
Nama : NURBAITI
NIM : 01.2015.098
Prinsip Delapan Benar Satu Waspada Pemberian Obat Yang Dilakukan Perawat
(………………………..)
Lampiran 2
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Data Demografi
1. Nama (inisial) :
2. Jenis Kelamin : (1) Laki-Laki (2) Perempuan
3. Usia : (1) 20 – 30 Tahun (2) > 30 Tahun
4. Pendidikan Terakhir : (1) SPK (2) D3 Keperawatan
(3) S1 Keperawatan
No Pernyataan SL SR KD TP
1 Kepala ruangan mengawasi saya saat melakukan
pemberian obat pada pasien.
2 Kepala ruangan memberikan bimbingan tentang
prinsip delapan benar pemberian obat kepada saya
3 Kepala ruangan menyampaikan informasi pada
saya bila ada obat yang baru.
4 Kepala ruangan menyampaikan informasi pada
saya bila ada teknik baru dalam memberikan obat.
5 ada teknik
Kepala baru dalam
ruangan memberikan
mengontrol obat
kerja saya dalam
melakukan pemberian obat pada pasien.
6 Kepala ruangan menanyakan dengan jelas kepada
saya tentang kesulitan dalam pelaksanaan prinsip
delapan benar pemberian obat.
7 Kepala ruangan memberikan motivasi pada saya
untuk melakukan pemberian obat sesuai dengan
prinsip delapan benar pemberian obat.
8 Kepala ruangan dan saya berdiskusi tentang hal-
hal yang sudah saya capai dalam pelaksanaan
pemberian obat.
60
No Pernyataan SL SR KD TP
1. Benar Pasien
1 Saya mengecek identitas pasien berdasarkan
gelang identitas pasien.
2 Saya mengecek identitas pasien berdasarkan
papan.
3 nama pasien
Saya menanyakan secara langsung nama lengkap
pasien sebelum memberikan obat.
4 Saya meminta pasien / keluarga untuk
menyebutkan tanggal lahir pasien.
2. Benar Obat
1 Saya mengecek label obat 3 kali (saat melihat
kemasan) sebelum memberikan obat pada pasien.
2 Saya mengecek label obat 3 kali (sebelum
menuangkan obat) sebelum memberikan obat
pada pasien.
3 Saya mengecek label obat 3 kali (setelah
menuangkan obat) sebelum memberikan obat
4 pada
Saya pasien.
memastikan obat yang diresepkan sesuai
dengan indikasi pasien.
5 Saya menanyakan pasien ada tidaknya alergi
terhadap obat.
6 Jika pasien ragu terhadap obat yang diberikan,
saya memberitahu bahwa obat tersebut telah
diresepkan dengan benar.
7 Saya menjelaskan fungsi obat yang diberikan
pada pasien.
8 Saya menjelaskan efek samping obat yang
diberikan pada pasien.
3. Benar Dosis
1 Saya memastikan dosis obat yang diresepkan
sesuai dengan kebutuhan pasien.
2 Saya memberikan obat pada pasien dengan tidak
mengubah dosis yang telah ditentukan.
3 Saya memeriksa dosis obat yang telah ditentukan.
4 Saya menghitung kembali dosis obat yang telah
ditentukan.
5 Saya menanyakan pemberi resep jika ragu pada
dosis yang sudah ditentukan
4. Benar Waktu
62
.
7. Benar Expired / Kadaluwarsa
1 Saya harus dimemperhatikan expired date / masa
kadaluwarsa obat yang akan diberikan.
2 Biasanya pada ampul atau etiket tertera kapan
obat tersebut kadaluwarsa.
63