Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MENGANALISIS KARAKTER PERAWAT YANG MEMFASILITASI


HUBUNGAN TERAPEUTIK

DOSEN PENGAMPU :
Dania Relina, S.Kep., Ners, M.Kep Commented [a1]: IBU dania sebagai coordinator mata kuliah

Sapariah Anggraini, S. Kep

DISUSUN OLEH:

1. ANNASTASIA HOAR BEREK 113063C118003


2. GERRY ANTONI 113063C118010
3. GITA PERMATA HATIKA 113063C118012
4. PHILEMON 113063C118032
5. TIO AINI 113063C118039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN


PRODI SERJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang hingga saat ini masih
memberikan kami kesehatan dan kekuatan sehingga kami diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah tentang “MENGANALISIS KARAKTER PERAWAT
YANG MEMFASILITASI HUBUNGAN TERAPEUTIK ”.

Terima kasih banyak buat kerjasama dari kelompok ini, karena tanpa kerja
sama dan bantuan dari teman-teman makalah ini mungkin tidak terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Tentunya kami sangat menyadari bahwa pada makalah ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
menerima kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa
yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa disertai saran yang dari kalian. Dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca terutama teman-teman rekan mahasiswa perawat.

Banjarmasin, 26 Agustus 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB I ............................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4

A. Pendahuluan ....................................................................................................... 4

B. Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II ........................................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6

A. Karakter Seorang Perawat .............................................................................. 6

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik ...................................................................... 8

C. Jenis Komunikasi ........................................................................................... 9

D. Prinsip Dasar dalam Komunikasi Terapeutik ............................................... 11

E. Karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik 11

BAB III ....................................................................................................................... 16

KASUS........................................................................................................................ 16

BAB IV ....................................................................................................................... 17

PENUTUP ................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

B. Saran ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 18

Commented [a2]: Penulisan datar isi perhatikan

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Komunikasi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia, tidak
terkecuali profesi perawat yang selalu berhubungan dengan klien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya. Dalam setiap tindakan keperawatan, perawat
melakukan komunikasi sehingga komunikasi yang baik dan efektif merupakan
kunci bagi perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya.

Komunikasi yang dilakukan perawat terhadap klien di rumah sakit sangat


mempengaruhi kesembuhan mereka. Kesalahan dalam menyampaikan suatu
informasi dapat menghambat proses penyembuhan klien, bahkan dapat
memperburuk kondisi penyakitnya. Selain itu, intensitas komunikasi antara
perawat dan klien juga dapat mempengaruhi kesembuhan. Komunikasi yang
kurang antara perawat dan klien dapat menimbulkan salah persepsi maupun
kecemasan bagi klien. Klien akan merasa bahwa perawat tidak peduli dengan
perasaannya sehingga menjadi sulit untuk mengungkapkan permasalahan yang
dirasakannya.

Dalam konteks ini pun seorang perawat dituntut untuk meningkatkan kualitas
dirinya, mulai dari sikap, tindakan maupun wawasannya agar dalam membantu
pasien dengan cara komunikasi terapeutik dapat mempercepat proses
penyembuhan. Oleh sebab itu, kami merasa bahwa perawat sangat berperan
dalam memfasilitasi hubungan terapeutik demi kesembuhan klien. bukan sekedar
interpersonal perawat yang perlu diperhatikan tetapi juga hubungan yang terjalin
antara perawat-klien yang menjadi fokus utama pembuatan makalah ini.

4
B. Rumusan Masalah
Menganalisis karakter perawat dalam memfasilitasi hubungan terapeutik

C. Tujuan
1. Mengenal karakter seorang perawat
2. Memahami tujuan komunikasi terapeutik
3. Memahami jenis komunikasi
4. Memahami prinsip dasar dalam komunikasi terapeutik
5. Menganalisis karakter perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik

5
BAB II

PEMBAHASAN Commented [a3]: Bab 2 tinjauan teor masalah yang diangkat

Bab 3 kasus dan analisa


A. Karakter Seorang Perawat Bab 4 penutup kesimpulan dan saran

Tolong perbaiki

Perawat profesional meyakini bahwa, praktik keperawatan merupakan


tindakan keperawatan yang bertujuan membentuk seseorang dalam bidang
fisiologi, psikologi, sosiologi dan spiritual menuju keadaan sehat yang optimal.
Perawat profesional mampu membuat diagnosa keperawatan dari himpunan data
keadaan kesehatan seseorang, kemudian mampu membuat rencana keperawatan
berdasarkan diagnosa itu, dengan memanfaatkan pengetahuannya dalam ilmu-
ilmu sosial, perilaku, biologi, fisika, medik dan ilmu keperawatan sendiri.

Tindakan keperawatan yang bertanggungjawab dan bertanggung gugat


dilakukan secara manusiawi. Tindakan-tindakan dilaksanakan dengan integritas
tinggi yang dikembangkan oleh profesi, didasari kemampuan dan keterampilan
yang telah didapatnya.

Ciri-Ciri Perawat Profesional:

1. Menguasai dan menerapkan ilmu dasar yang kuat yang diperoleh dalam
wadah pendidikan.
2. Menggunakan proses berpikir ilmiah setiap kegiatan, yang tercermin
dalam menentukan suatu keputusan yang didasari oleh disiplin tinggi,
bertanggungjawab dan bertanggung gugat.
3. Berperan secara aktif dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan
utama sesuai kebutuhan masyarakat.
4. Menghargai dan mengakui keluhuran martabat manusia dan tidak
membeda-bedakan.

6
5. Berlandaskan pada motivasi, panggilan dan komitmen yang mantap.
6. Mampu memasuki bidang yang lebih luas seperti bidang pendidikan
keperawatan, administrasi keperawatan, kepemimpinan serta penelitian.
7. Mampu bekerja sama dengan tim kesehatan lain.

Kemampuan yang harus dimiliki perawat profesional:

1. Mampu memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien didasari


dengan pengetahuan yang dimiliki.
2. Memiliki penyediaan faktor emosional dalam diri orang sakit dan
kemampuan bergaul dengan pasien secara obyektif dan simpatik.
3. Keterampilan dalam mengawasi situasi keperawatan menilai hasil
pengamatan dan mengambil keputusan dalam menghadapi situasi
keperawatan.
4. Mampu membantu dokter dalam pengobatan.
5. Mampu merencanakan dan melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
terhadap pasien.
6. Berhasrat mengembangkan diri secara profesional.
7. Mampu berpikir kritis, waspada, logis, dan kreatif.
8. Mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien.

Chitty (2001) mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran kompleks antara


pikiran, gagasan, atau informasi, setidaknya pada dua level : verbal, dan
nonverbal. Oleh karena itu, komunikasi di mulai pada saat dua orang atau lebih
saling menyadari kehadiran masing-masing. (Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan Teori & Aplikasi, 2016)

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang


untuk tujuan terapi. Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah
yang dihadapinya melalui komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik dapat

7
terlaksana ketika perawat mampu menunjukan sifat empati, berkomunikasi secara
efektif, serta mampu memberikan respon terhadap pikiran, kebutuhan, dan
perhatian klien. (Komunikasi Terapeutik Teori & praktik, 2013)

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan segala yang ada
dalam pikiran dan diri pasien kearah yang lebih positif yang nantinya akan dapat
mengurangi beban perasaan pasien dalam menghadapi maupun dalam mengambil
tindakan dalam kesehatanya. Tujuan lain dari komunikasi terapeutik adalah
sebagai berikut.

1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri


Komunikasi terapeutik diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku klien.
Klien yang merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik dengan
perawat akan mampu menerima dirinya.

2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan


saling bergantung orang lain
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar cara menerima dan diterima
orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur,serta menerima klien apa
adanaya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya (Hibdon 2000). Hubungan terapeutik dalam proses
interaksi antara perawat dank lien merupakan area untuk mengekspresikan
kebutuhan, memecahkan masalah, dan meningkatkan kemampuan koping
klien.

3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta


mencapai tujuan realistis

8
Klien terkadang menetapkan standard diri terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuanya sehingga ketika tujuanya tidak tercapai, klien akan merasa
rendah diri dan kondisi memburuk.

4. Peningkatan identitas dan integritas diri


Keadan sakit yang terlalu lama dan tidak kunjung sembuh cenderung
menyebabkan klien mengalami gangguan identitas dan integritas dirinya.
Klien mengalami gangguan identtitas dan integritas diri biasanya tidak
mempunyai rasa percaya diri dan merasa rendah diri. Melalui komunikasi
terapeutik, diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan identitas
dan integritas dirinya.

C. Jenis Komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1090), Szilagyi (1984), dan
Tappen (1995) ada tiga jeni komunikasi yaitu verbal, tertulis, dan nonverbal yang
dimaspestasikan secara terapeutik. Pada komunikasi yang tertulis sering
digunakan perawat saat berinteraksi dengan dokter, petugas kesehatan lainnya,
dan teman sejawat. Komunikasi tertulis yang dilakukan perawat dengan klien
terjadi bila klien dalam keadaan bisu atau gangguan pada artikulasi karna
penyakitnya.

Komunikasi verbal

Dirumah sakit, jenis komunikasi paling lazim di gunakan dalam pelayaan


keperawatan adalah dengan pertukaran informasi secara verbal terutama
pembicaraan dengan tatap muka yang menggunakan bahasa. Seseorang akan
mengomunikasikan dan menginterprestasikan kata secara verbal sehingga
bahasa dapat didefenisikan sebagai seperangkat kata yang telah disusun secara
berstruktur sehingga menjadi sehimpunan kalimat yang mengandung arti.

9
Komunikasi langsung

Proses komunikasi yang dilakukan secara langsung atau tatap


muka. Seperti halnya kita berbicara dengan orang lain tanpa
adanya perantara atau media komunikasi sebagai penghantar pesan
atau informasi. Dengan kata lain, komunikasi langsung ini
dilakukan langsung betatap muka tanpa adanya alat bantuan yang
fungsinya sebagai media komunikasi. (Komunikasi Langsung dan
Tidak Langsung, 2017)

Komunikasi non-verbal

Komunikasi non-verbal merupakan penyampaian kode non-verbal yaitu suatu


proses pemindahan atau penyampaian pesa tanpa menggunakan kata-kata.
Cangara H, (2006) mendefinisikan bahwa penyampaian kode non-verbal biasa
disebut juga bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). (Komunikasi
dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi, 2011)

Komunikasi tidak langsung

Merupakan proses dari suatu komunikasi yang dilakukan secara


tidak langsung alias memerlukan alat komunikasi yang fungsinya
sebagai media komunikasi. Komunikasi tidak langsung ini
umumnya menggunakan media perantara sebagai penghantar
pesan atau informasi agar sampai ke komunikan atau penerima
pesan.

10
D. Prinsip Dasar dalam Komunikasi Terapeutik
1. Hubungan terapeutik peawat-klien
Hubungan perawat dengan klien merupakan hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip “humanity of nurse
and clients”. Kualitas hubungan perawat dengan klien ditentukan oleh cara
perawat mendefinisikan sebagai manusia (human). Hubungan perawat dengan
klien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong dengan klienya, tetapi
merupakan hubungan antar manusia yang bermartabat (Duldt-Battey, 2004).

2. Menghargai keunikan klien


Perawat harus menghargai keunikan klien, karena setiap individu mempunyai
karakter yang berbeda-beda. Karena itu, perawat perlu memahami perasaan
dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya,
dan keunikan setiap individu.

3. Menjaga harga diri


Semua komunikasi melakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan. dalam hal ini, perawat harus mampu menjaga harga
diri dan harga diri klienya.

4. Hubungan saling percaya


Komuikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percya harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
saran maupun alternative pemecahan masalah.

E. Karakteristik perawat yang memfasilitasi tumbuhnya hubungan


terapeutik
Karakteristik pribadi seorang perawat atau pemberi pelayanan kesehatan
sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam pelayanan kesehatan, karena

11
instrumen yang digunakan oleh perawat saat berkomunikasi dengan klien adalah
dirinya sendiri.

Menurut Mohr (2003), ada beberapa karakteristik seorang helper (perawat)


yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, karakteristik
tersebut antara lain kejujuran, sikap profesional, saling menghargai, caring
(memberikan perhatian), dan empati. Selain itu seorang perawat juga harus
mampu melihat permasalahan dari kacamata klien, dan tidak mudah terpengaruh
oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri (Stuart dan Laraia, 2001).

a. Kejujuran
Kejujuran (trustworthy) sangat penting dalam komunikasi terapeutik, karena
tanpa adanya kejujuran mustahil dapat terbina hubungan saling percaya.
Seseorang akan menaruh kepercayaan pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respons yang tidak dibuat-buat , sebaliknya ia akan berhati-hati
dengan lawan bicara yang terlalu “halus” atau menyembunyikan isi hati yang
sebenarnya tidak jujur . seorang perawat yang baik selalu berkata jujur pada
kliennya. Sikap yang tidak jujur dari perawat dapat menyebabkan klien
menarik diri, merasa dibohongi, membenci perawat, atau berpura-pura patuh.
Sebagai contoh, perawat harus menerangkan dengan jujur dan jelas alasan
klien harus berpuasa sehari sebelum dilakukan prosedur pemeriksaan. Perawat
juga harus secara jujur menjawab pertanyaan klien tentang perkembangan
klien tentang penyakitnya atau apabila perawat kurang mampu menjelaskan
perawat dapat meminta klien untuk bertanya pada dokter yang menanganinya.

b. Tidak membingungkan dan cukup ekpresif


Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-
kata yang mudah dimengerti serta tidak berbelit-belit. Kemampuan
komunikasi nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan harus sesuai dengan
ungkapan verbalnya. Ketidak sesuaian antara verbal dan nonverbal perawat

12
dapat menimbulkan kebingungan pada klien. Ketika perawat mengatakan,
“Saya mengerti perasaan anda,” komunikasi nonverbal adalah perawat harus
menatap mata klien dengan tatapan penuh pengertian, serta posisi badan
sedikit membungkuk kearah klien.

c. Bersikap Positif
Bersikap positif terhadap hal yang disampaikan klien melalui respons
nonverbalnya sangat penting, baik dalam membina hubungan saling percaya
maupun dalam membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif
dapat ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian, dan penghargaan
terhadap klien. Ellis, Gates, dan Kenworthy (2000) menyatakan, inti dari
hubungan terapeutik adalah kehangatan ketulusan pemahaman yang bersifat
empatik, dan sikap positif. Sikap yang negatife terhadap klien seperti
meremehkan, berbicara sambil melakukan kegiatan lain, atau menilai sikap
klien dapat merusak hubungan terapeutik perawat-klien. Rusaknya hubungan
terapeutik dapat menghambat tujuan yang ingin dicapai.

d. Empatik, bukan simpatik


Sikap empatik sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan (Frisch dan
Frisch, 2011), karena dengan berempati, perawat akan mampu merasakan dan
memikirkan permasalahan klien, seperti yang dirasakan dan dipikirkan klien.
Seorang perawat yang bersifat empati pada klien akan mampu memberikan
alternatif pemecahan masalah, karena walaupun perawat turut merasakan
permasalahan yang dirasakan kliennya, ia tidak ikit larut dalam masalah
tersebut sehingga perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien
secara objektif karena perawat terlibat secara emosional terhadap
permasalahan yang dihadapi klien.

e. Melihat Permasalahan dari Kacamata Klien

13
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien
sehingga untuk memecahkan masalah klien, perawat harus mampu melihat
permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk kemampuan ini,
perawat dituntut memiliki kemampuan active listening dan kesabaran dalam
mendengarkan semua ungkapan klien. Apabila perawat menyimpulkan
permasalahan klien berdasarkan pengalaman pribadinya dan memberikan
saran dengan tergesa-gesa, akibatnya bisa fatal. Klien mungkin akan
menyalahkan perawat karena klien merasa bahwa keputusan yang diambil
bukan keputusannya sendiri, melainkan keputusan perawat.

f. Menerima klien apa adanya


Kemampuan untuk menerima klien apa adanya juga merupakan salah satu
karakteristik dari seorang perawat yang efektif. Apabila seseorang merasa
diterima, ia akan merasa aman dalam menjalin hubungan interpersonal (Mohr,
2003). Menilai atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini
perawat, menunjukkan bahwa perawat tidak menerima klien apa adanya.
Perkataan perawat seperti, “Kok gitu aja nangis” atau “Masa kamu gitu sih”,
juga merupakan bentuk dari ketidakmampuan perawat menerima klien apa
adanya. Seorang perawat yang baik tidak akan memandang hina pada klien
dan keluarganya, walaupun klien tersebut datang dengan pakaian yang
kummel dan kotor.

g. Sensitif terhadap perasaan klien


Seorang perawat professional yang perhatian terhadap klien sebaiknya selalu
bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah saya ini sudah sensitif terhadap
perasaan atau kebutuhan orang lain?”. Tanpa kemampuan ini seorang perawat
tidak akan mampu menjalankan perannya, karena perawat tidak akan mampu
menjalin hubungan terapeutik dengan baik. Apabila pada saat berkomunikasi
perawat tidak sensitif tergadap perasaan klien nya, perawat dapat

14
menyinggung perasaan klien. Misalnya, karena tertarik dengan
perselingkuhan dengan suami klien, perawat dengan tergesa-gesa
perselingkuhan tersebut dengan mengabaikan privasi klien, padahal mereka
baru berkenalan.

h. Tidak terpengaruh oleh masa lalu


Salah satu karakteristik perawat yang efektif dan mampu mempertahankan
hubungan terapeutik adalah perawat tidak mudah terpengaruh oleh masa
lalunya sendiri (Stuart dan Laraia, 2001). Seorang perawat harus melupakan
kejadian menyakitkan di masa lalu dan menguatkan koping klien dalam
menghadapi permasalahan yang dihadapi saat ini.

15
BAB III

KASUS Commented [a4]: Seharusnya penulisannya

Kasusnya apa dan analisa dari kelompok apa

1. Karakteristik perawat memfasilitasi dalam hubungan terapeutik secara tidak


langsung :

Tn. X mengalami KLLD, ditabrak oleh Tosa. Mengalami pendarahan pada bagian
kepala sinistra dan kehilangan kesadaran. Dokter mengatakan bahwa Tn. X harus
segera melakukan operasi brain hemorrhage (perdarahan otak). Namun dikarenakan
pasien yang kehilangan kesadaran maka perawat melakukan komunikasi terapeutik
secara tidak langsung dengan meminta inform consent kepada keluarga yang
bersangkutan demi menyelamatkan Tn X. perawat memberikan penjelasan terkait
prosedur yang akan dilakukan terhadap Tn. X kepada keluarga.

2. Karakteristik perawat memfasilitasi dalam hubungan terapeutik secara


langsung :

Ny. A mengalami penurunan penglihatan, terdapat luka pada kaki kanannya bekas
tertusuk paku. Sudah satu minggu Ny. A mengalami luka tersebut dan tidak kunjung
sembuh. Suaminya mengkhawatirkan keadaan Ny. A. saat di bawa ke RS X, Ny. A
didiagnosa mengalami Diabetes Melitus, setelah dilakukan perawatan luka terhadap
Ny. A, dokter menyampaikan kepada perawat agar Ny. A melakukan perawat luka 2x
seminggu ke klinik luka terdekat. Perawat menyampaikan kepada Ny. A bahwa Ny.
A harus melakukan perawatan luka rutin 2x seminggu di klinik luka terdekat dengan
tempat tinggal Ny. A. perawat juga menjelaskan kepada Ny. A tujuan dari
dilakukannya perawatan luka dan menganjurkan agar Ny. A tidak mengkonsumsi
makanan jenis apapun yang mengandung glukosa tinggi.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam berkomunikasi karakteristik seorang perawat sangat menentukan
keberhasilan komunikasi dalam pelayanan kesehatan, karena instrument yang
digunakan oleh perawat saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri.

Untuk karakteristik perawat yang memfasilitasi hubungan terapeutik secara


langsung maupun tidak langsung maka seorang perawat harus mempunyai
wawasan yang luas agar informasi yang diberikan atau yang akan tersampaikan
dapat dimengerti oleh penerima pesan (komunikan).

B. Saran
Saran kami, perawat harus memfasilitasi diri agar hubungan terapeutik antara
perawat-klien dapat terjalin dengan baik, dan rasa saling percaya antara perawat-
klien. Kami berharap makalah kami ini berguna bagi rekan teman sejawat untuk
menambah wawasan. Commented [a5]: Kesimpulan merujuk pada tujuan di bab 1

Saran merujuk pada manfaat di bab 1

Jadi disesuaikan

17
DAFTAR PUSTAKA

Komunikasi dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi. (2011). Jakarta : Salemba


Medika.

Komunikasi Terapeutik Teori & praktik. (2013). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori & Aplikasi. (2016). Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Komunikasi Langsung dan Tidak Langsung. (2017). pakarkomunikasi.com.

Commented [a6]: Rata kiri/kanan pehatikan

18

Anda mungkin juga menyukai