Anda di halaman 1dari 64

MUSYAWARAH MASYARAKAT DENGAN DIABETES MILLITUS DI AREA

LINGKUP PUSKESMAS DINOYO

LAPORAN PROPOSAL

Untuk Memenuhi Tugas pada Departemen Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh :
Kelompok 2B

Zulfika ramadhani azizah 202010461011013


Anik Windasari 202010461011016
Fharida yuniar 202010461011038
Lilik hestyana aizyah 202010461011047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADITAH MALANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang hidup bersama, bekerja sama untuk
memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma dan adat istiadat
yang ditaati dalam lingkungannya. Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua orang
bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan berfungsi sebagai satu kesatuan dan
secara terus menerus mengadakan hubungan (interaksi) kepada sistem yang lebih besar dengan demikian
apabila terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat akan saling mempengaruhi dan dapat
menurunkan derajat kesehatan nasional.
Pembahasan mengenai kesehatan tentunya tidak terlepas dari definisi klasik WHO tentang
kesehatan, yaitu keadaan sempurna baik fisik, mental, dan sosial serta tidak sedang menderita sakit atau
kelemahan. WHO memasukkan istilah sosial, karena sosial berarti hidup bersama dalam kelompok dengan
situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang lain (Efendi F & Makhfudli, 2012).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan
kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan
yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta
masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Sasaran Perkesmas adalah seluruh komponen masyarakat yang terdiri atas individu, keluarga, dan
kelompok beresiko tinggi termasuk kelompok penduduk yang berada di daerah kumuh, terisolasi
berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Pelayanan esensial yang diberikan
oleh perawat terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada
peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat, untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dapat dimulai dari individu, kelompok sampai tingkat RT.
Wilayah komunitas yang menjadi kelompok binaan adalah daerah puskesmas dinoyo
kecamatan lowokwaru Malang dengan masalah Kesehatan diabetes millitus baik yang terkontrol ataupun
tidak.
B. Rumusan Masalah
Dari hasil analisis situasi di wilayah puskesmas dinoyo Kota Malang serta wawancara dengan
pihak Puskesmas, kader kesehatan dan beberapa tokoh masyarakat, ditemukan beberapa permasalahan
yang sedang dihadapi meliputi terdapat banyak penderita penyakit Diabetes millitus perlunya bimbingan
tentang penyakit.
Adapun yang menjadi pertimbangan dalm perumusan program kerja adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan kesehatan secara individu mengenai Diabetes millitus.


2. Penyuluhan kesehatan secara individu terkait pola hidup sehat
3. Melakukan senam Diabetes millitus.
4. Melakukan pemeriksaan gratis (TTV dan promkes)

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat
menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki, terutama di wilayah
puskesmas Dinoyo kota Malang.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan kegiatan praktek keperawatan komunitas, tujuan yang ingin dicapai adalah :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di wilayah puskesmas Dinoyo kota
Malang.
b. Merumuskan bersama masyarakat alternatif untuk memecahkan masalah yang telah teridentifikasi.
c. Memotivasi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan dan
pencegahan penyakit di wilayah puskesmas Dinoyo kota Malang.
d. Menanamkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui kegiatan pendidikan kesehatan pada
masyarakat di wilayah puskesmas Dinoyo kota Malang
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada
di wilayah puskesmas Dinoyo kota Malang.

D. Manfaat
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Untuk Puskesmas
Memberikan gambaran tentang masalah kesehatan dan kegiatan-kegiatan Keluarga Sehat (KS)
sehingga diharapkan dapat melakukan intervensi keperawatan dan berupaya untuk mengatasi
masalah kesehatan di masyarakat serta memperdayakan masyarakat dalam program kerja yang telah
dibentuk di Wilayah puskesmas Dinoyo kota Malang.
2. Untuk Masyarakat
a. Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan lingkungan perumahan,
pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial yang ada/
kegiatan sosial kemasyarakatan.
b. Mendapatkan kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
c. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti, dan menyadari masalah kesehatan dan
mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
3. Untuk Mahasiswa
a. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan
keparawatan komunitas.
b. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata kepada masyarakat.
c. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas.
d. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam menghadapi dinamika
masyarakat.
e. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian, dan hubungan interpersonal.

E. Metode yang Digunakan


Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah kesehatan di puskesmas Dinoyo kota Malang
pada pelaksanaan kegiatan praktik Keperawatan Komunitas Mahasiswa Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Malang Angkatan 22, menggunakan empat metode yaitu: Kajian Pustaka, Observasi,
Depth Interview dan Diskusi Kelompok yang Terfokus pada masalah.
1. Kajian Pustakaan
Kajian pustakaan digunakan untuk menelaah, mengkaji literature dan dokumenter tulis yang
relevandenganpenyelidikan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapat kangambaran objektif mengenai fenomena atau kejadian pada
lokasi.
3. Wawancara Mendalam (Depth Interview)
Wawancara mendalam (Depth Interview) digunakan untuk menggali informasi dengan tokoh-tokoh
masyarakat yang mengetahui maupun yang terlibat.
4. Diskusi Kelompok Terfokus pada masalah
Diskusi kelompok terfokus dapat mengungkapkan dan menggali informasi mengenai berbagai
temuan issue dalam rangka menguatkan atau melakukan silang pendapat di lapangan dengan diwakili
penanggung jawab setiap 5 pasien.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem pelayanan Kesehatan dan keperawatan komunitas


A. Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat
sasaran. Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk
dalam pelayanan kesehatan. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif
dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) atau Primary Health Care adalah strategi yang dapat
dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. pelayanan
Kesehatan Utama bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan dasar dalam masyarakat melalui
pencegahan, peningkatan kesehatan, pengobatan dan pemulihan dengan menggunakan teknologi tepat
guna, melalui pendekatan multisektoral dan distribusi merata.
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metode dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu
maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka
dalam semangat untuk hidup mandiri (Self Reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self
Determination).
Pelayanan kesehatan utama diberikan dengan sasaran pada individu, keluarga dan masyarakat
dengan prinsip mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan.
Pelayanan Kesehatan Utama (PKU) adalah pendekatan yang praktis untuk melakukan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat/ komuniti dalam
bentuk yang dapat diterima dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dengan melibatkan
partisipasi sepenuhnya dari masyarakat. (Effendi Nasrul, 1997)
Tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama adalah :

1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan


kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik self care pada masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.
Sasaran pelayanan kesehatan utama adalah individu, keluarga/kelompok dan masyarakat
dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat
untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat
kesehatan yang optimal.
Strategi pelayanan kesehatan utama adalah memotivasi masyarakat agar dapat merawat dan
mengatur diri sendiri dalam memelihara kesehatan. Ada 8 (delapan) unsur utama pelayanan kesehatan
utama yaitu :
1. Peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah kesehatan
2. Peningkatan gizi masyarakat
3. Kesehatan ibu dan anak termasuk KB
4. Penyediaan air yang mempunyai syarat kesehatan
5. Sanitasi yang baik
6. Imunisasi
7. Tindakan preventif dan kontrol terhadap penyakit endemik
8. Tindakan yang tepat terhadap penyakit yang terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam
masyarakat.
Prinsip dalam pelayanan kesehatan utama berorientasi pada distribusi pelayanan kesehatan
yang merata. Melibatkan masyarakat, menggunakan teknologi tepat guna (menggunakan sarana atau
fasilitas yang ada didalam masyarakat itu sendiri), berfokus pada pencegahan dan pendekatan multi
sektoral. Kegiatan dalam pelayanan kesehatan utama meliputi; pendidikan kesehatan terhadap
kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pencegahan serta pengobatannya, imunisasi, KIA,
KB, perbaikan gizi, pencegahan penyakit menular, pengadaan obat essensiel, sanitasi dan pengadaan
air bersih.
Hubungan konsep pelayanan kesehatan utama dan komunitas adalah untuk melaksanakan
kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat pelayanan kesehatan menadi tingkat rumah tangga
(individu atau keluarga), tingkat masyarakat (pimpinan atau tokoh masyarakat), tingkat rujukan
pertama (rumah sakit tipe A dan B), serta menyelenggarakan kerjasama lintas sektoral dan lintas
program yang melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal
perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal,
mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan
utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan
masyarakat dimana mereka tinggal.

B. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Defenisi Keperawatan Komunitas
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan,yang
merupakan gabungan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan sosial (WHO,1959). Suatu
bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dankesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat (Rapat Kerja KeperawatanKesehatan Masyarakat, 1989).
Komunitas (Community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai
(Values), pertanian (Interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang
jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di dalam
kesehatan dukenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok
lansia, kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desabinaan dan lain sebagainya.Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
tersaing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan anatar
keperawatan dan kesehatan masyarakat (Public Health) dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitative secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (Nursing Process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal,
sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifatalamiah,
sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan
implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi, 2010).

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (Direct Care) terhadap individu, keluarga, dan
keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health General Community)
dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
dipengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat


mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut:
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Meningkatkan status kesehatan masyarakat;
5) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
6) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat
meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (Self Care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan
keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya dibidang
kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang
efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau
kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya
dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses Kelompok (Group Procces)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah belajar dari pengalaman
sebelumnya, selain faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televise, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah kesehatan di
lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka
lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang bersifat individual tidak akan mampu
mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan
tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut
Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitumeningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan
sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagi persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat jika tidak ditangani
dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama
sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan masyarakat akan dapat
diatasi dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks. Selain itu perawatan
yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut
yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influenza, batu dll. Perawat juga dapat
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang
lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya yang beralokasi
di gedung perusahaan tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi jumlah kejadian
kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular antara pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan memberikan pertolongan pertama
pada kecelakaan (Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat diberikan secara efisien
di rumah. Perawat di bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
misalnya: perawat melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja
di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya dir,
sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan Kesehatan Kerja Lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan memiliki peran serta
tanggungjawab yang bervariasi. Seseorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawat lain, bekerja di bidang pendidikan, penelitian, di wilayah binaan, puskesmas dan
lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).

5. Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu .secara sederhana dapat
diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan
Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB dan
Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu
dan anak, (2) KB (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7),
penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat
memperoleh pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat
bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh
karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.Revitalisasi posyandu merupakan upaya
pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi
dan kesehatan ibu dan anak.Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak
melalui peningkatan kemampuan kader manajemen dan fungsi posyandu (Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1) mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3)
mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan sehat, (5) pendekatan
dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan
letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat.

6. Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu yang mewakili
sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep.Model praktik keperawatan
didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy, 1980 dalam Sumijatun 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care System (Betty
Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas
keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara memperkuat garis
pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas (Mubarak & Chayatin, 2009).
Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak pada metaparadigma keperawatan yang
terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Asumsi Betty Neuman tentang empat
konsep utama yang terkait dengankeperawatan komunitas adalah:
a. Manusia, merupakan suatu system terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan
merupakan suatu kesatuan dari variable yang utuh, yaitu: fisioligi, psikologi, sosiokultural,
perkembangan dan spiritual.
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau
system klien.
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi
stressor.

7. Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan Utama


Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan
peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan
tindakan kuratif dan rehabilitative sehingga diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil
keputusan dalam memelihara kesehatannya (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang menjadi sasaran
dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan masyarakat.Berdasarkan pada model
pendekatantotalitas individu dari Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien,
model komunitas klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan keperawatan kesehatan
masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan keperawatan.Model tersebut telah diganti
namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan
primer yang menjadi landasannya. Secara lebih rinci dialjabarkan sebagai berikut:
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah
kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada
tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan
pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di rumah dan perlu
kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit demam darah dan diare.Kemudian
individu yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui,
bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan keluarga memberikan
asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan
resiko tinggi diantaranya keluarga dengan social ekonomi rendah dan keluarga yang anggota
keluarganya menderita penyakit menular dan kronis.Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit
utama masyarakat dan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.Dalam pelaksanaannya,
keluarga tetap juga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam lingkup kecil sampai
dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja puskesmas.Pelayanan ditingkat masyarakat
dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan,
pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien dengan
strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaituprimer, sekunder dan tertier
melalui proses individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sktoral dan lintas program.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang
luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit sebelum terjadi
karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan
perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada
individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik yang melindungi
individu melawan agen-agen spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi dan balita.
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih awal dengan
mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang mengurangi faktor resiko diklasifikasikan sebagai
pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3) Pencegahan tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang dengan stadium dini dan
rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai
dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan, berikut ini diuraikan
falsafah keperawatan komunitas dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009).
a) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan
memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan.Falsafah yang melandasi yang mengacu pada paradigm keperawatan secara umum
dengan empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b) Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman (1998) meliputi peran serta
masyarakat (locality development), perencanaan social melalui birokrasi pemerintah (social
development) dan aksi social berdasarkan kejadian saat itu (social action) (Mubarak, 2009).
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan berikut:
(1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
(2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian dengan pola yang ada
dimasyarakat dengan pembentukan kelompok kerja ksesehatan.
(3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat melalui
pengkajian, membuat pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga dan
masyarakat.
(4) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan keterampilan yang mengikuti
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
(5) Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sector terkait dalam upaya memandirikan masyarakat.
c) Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan baik dan masing-masing
evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

8. Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusu keperawatan yang merupakan
gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu social yang merupakan bagian
dari integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif rehabilitative dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat secara terorganisis bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah-
masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan
hidup sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin
dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2009). Menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan.Pelayanan keperawatan professional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan
pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2009).
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas dilakukan melalui
beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan kontrak / partner ship dan
meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2009). Asuhan
keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011).

a. Pengkajian
Pegkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
social ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
1) Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain:
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang
beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
(1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana kepadatannya karena
dapat menjadi stressor bagi penduduk.
(2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
(3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan keamanan tempat tinggal,
apakah masyarakat merasa nyaman atau tidak, apakah sering mengalamai stress akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin.
(4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup menunjang, sehingga
memudahkan masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan.
(5) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini atau memantau
gangguan yang terjadi.
(6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini dan merawat atau
memantau gangguan yang terjadi.
(7) System komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat dimanfaatkan masyarakat
untuk meningkatkan pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit.
(8) Sistem ekonomi, tingkat social ekonomi masyarakat secara keseluruhan, apakah
pendapatn yang terima sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau
sebaliknya.
(9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah biayanya dapat
dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data objektif (Mubarak, 2011).
a) Data Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui
lisan.
b) Data Objektif yaitu data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaaan pengamatan dan
pengukuran.
3) Sumber Data
a) Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh pengkajian dari individu, keluarga,
kelompok, masyarakat berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
b) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.
4) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbal balik berupa Tanya Jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
5) Pengelolaan Data
a) Klasifikasi data atau kategorisasi data
b) Perhitungan presentase cukupan dengan menggunakan telly
6) Tabulasi data
7) Interprestasi data
8) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan
kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang
dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan.
9) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang
dihadapi oleh masyarakat sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

9. Diagnose Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah individu pada masalah kesehatan baik yang actual
maupun potensial. Diagnose keperawatan komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan
status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnose ditegakkan
berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem/masalah P , etiology atau E, dan symptom atau manifestasi/data
penunjang SMubarak, 2011.
a. Problem :merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari keadaannormal yang seharusnya
terjadi.
b. Etiologi :penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang dapatmemberikan arah terhadap
intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.

10. Perencanaan/Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan yang sudah ditentukan
dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnose keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah Mubarak, 2005:
a. Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
b. Lakukan demonstrasi keterampilan cara mengenai penyakit
c. Lakukan deteksi dari tanda-tanda gangguan penyakit
d. Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang tepat.
e. Lakukan olahraga secara rutin
f. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk memperbaiki lingkungan
komunitas
g. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
11. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Dalam pelaksanaannya tindakan asuhan keperawatan harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan
lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota mayarakat Mubarak, 2011.
Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat
Efendi, 2009, yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat dan melaksanakan
upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan penyakit.
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya kebutuhan komunitas.

12. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian
masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan
tujuan yang sudah ditentukan atau dirumuskkan sebelumnya Mubarak, 2005. Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan intervensi
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

C. Realisasi Pemecahan Masalah


Dalam rangka mengaplikasikan ilmu keperawatan di komunitas dan untuk menerapkan konsep-
konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam konteks perawatan dasar, maka kelompok 2B
mendapatkan tugas keperawatan komunitas di Wilayah puskesmas Dinoyo kota Malang tanggal 5 April –
22 mei 2021 . Tahap kegiatan kelompok kerja komunitas yang akan dilaporkan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut : persiapan, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan program kegiatan dan evaluasi serta
rencana tindak lanjut.
1. Tahap Persiapan
Dalam kegiatan program ners di stase komunitas, penyusunan asuhan keperawatan
komunitas dimulai dengan tahap persiapan, yang merupakan tahap awal dari semua kegiatan yang
akan dilakukan oleh mahasiswa selama melakukan keperawatan komunitas. Tahap persiapan diawali
dengan informe consent dengan puskesmas dinoyo baik formal maupun informal dan perijinan
terhadap kegiatan kelompok di wilayah puskesmas Dinoyo kota Malang.
Pengkajian merupakan tahap awal dimulainya kegiatan asuhan keperawatan komunitas.
Pada tahap ini kita melakukan pengkajian data dasar, pengkajian data masyarakat. Pengkajian data
dasar dan observasi sekilas lingkungan (Windshield Survey) ini dilakukan dengan cara wawancara
dengan masyarakat yang ada dilingkungan Kelurahan Kelurahan Lowokwaru dengan menggunakan
pedoman wawancara yang telah kami persiapkan. Selain itu kami juga melakukan observasi langsung
dengan menggunakan pedoman Winshield Survey. Hal yang di observasi antara lain tentang
perumahan, lingkungan sekitar rumah, batas wilayah, kepadatan pemukiman penduduk, jenis
bangunan, jalan, sistem pembuangan sampah dan air limbah, dan pelayanan kesehatan yang ada, serta
transportasi yang biasa digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri dari pengumpulan data, analisa data, perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan tindak lanjut.Untuk mendapatkan informasi yang menyangkut masalah kesehatan di
puskesmas Dinoyo kota Malang, maka dilakukan pengumpulan data pada masyarakat melalui
observasi jumlah pengunjung yang datang di area puskesmas dinoyo kemudian adanya observasi
langsung oleh mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktik Keperawatan Komunitas. Data yang
diperoleh kemudian di analisis, maka dari hasil pendataan telah di temukan masalah yang ada di
puskesmas Dinoyo kota Malang dengan keluhan kencing manis / diabetes millitus.
a. Wawancara terstruktur dengan mewawancarai secara langsung kepada pasien atau Anggota
Keluarga sesuai dengan angket yang telah tersedia / intrumen pengkajian untuk mendapatkan data
yang diinginkan. Pengkajian data masyarakat meliputi interaksi 8 sub sistem yaitu penduduk
sebagai inti dan lingkungan fisik, pelayanan kesehatan/sosial, ekonomi, kesehatan lingkungan,
KB/KIA, lansia yang dilakukan oleh mahasiswa ners UMM.
b. Pengumpulan data dilakukan mulai tanggal 12 s.d 14 April 2021.
c. Tabulasi data dan analisa data pada tanggal 14-15 April 2021. Setelah data terkumpul maka
data tersebut ditabulasikan dan dibuat dalam bentuk Tabel yang kemudian di kemas dalam bentuk
presentase Power Point. Pengolahan data mencakup analisa-analisa masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.
2.2 Konsep DM
2.2.1 Pengertian
Kata Diabetes berasal dari Diabetus berarti banyak mengeluarkan pancuran. Mellitus berarti : Madu
atau gula (http//artikelindonesia.com). Diabetes Mellitus adalah penyakit herediter dengan gangguan
metabolik dari karbohidrat, lemak dan protein, karena defisiensi dari fungsi insulin yang disertai dengan
degenerasi vaskuler dalam tubuh. Mungkin produksi insulin tinggi, tetapi efektivitasnya rendah. Insulin
diproduksi dalam kelenjar pankreas (pulau-pulau Langerhans). Produksi insulin normal 40-50 unit/ 24 jam.
Fungsi insulin untuk merubah glukosa menjadi glycogen. Menurut Mansyoer (2001) Diabetes Mellitus adalah
keadaan hiperglikemik kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang
menimbulkan berbagai komplikasi kronik misalnya pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Sedangkan menurut Susan Martin
Tucker (1998) Diabetes mellitus adalah Gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat, dan
lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin/ secara relatif kekurangan insulin : dua klasifikasi yang
terpenting adalah type I : Insulin Dependen Diabetes Mellitus (IDDM) dan type II: Non Insulin – Dependen
Diabetes Mellitus (NIDDM).
2.2.2 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Defisiensi
Insulin
(absolut atau relatif)

↓Ambilan ↑Katabolisme Protein ↑Lipolisis


glukosa

↑Asam ↑Kehilangan ↑Gliserol ↑Asam


Amino Nitrogen Lemak Bebas

↑Ketogenesis
Hiperglikemia ↑Glukoneogenesis

↑Ketonemia

Diuresis Osmotik Kehilangan ↑Ketonuria


Elektrolit Urine

Kehilangan hipotonik

Hiperosmolalitas Penipisan Volume Ketoasidosis

Koma Asidosis Metabolik


Syok

Gambar 2.1 Patofisiologi diabetes Mellitus (Hudak & Gallo, 1999)

Karbohidrat merupakan komponen diet yang penting, karbohidrat yang dimakan akan dicernakan
menjadi monosakarida dan diabsorbsi terutama dalam duodenum dan jejunum proximal. Sesudah diabsorbsi
kadar glukosa darah akan meningkat untuk sementara waktu dan akhirnya akan kembali pada batas dasarnya.
Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian tergantung dari: 1)Ekskresi glukosa, 2)Sintesis glikogen,
3)Glikoneogenesis dalam hati.
Selain itu jaringan-jaringan perifer, otot-otot dan adiposit juga mempergunakan glukosa sebagai sumber
energi, jaringan-jaringan ini ikut dalam mempertahankan kadar glukosa darah, meskipun secara kwalitatif
tidak sebesar kemampuan hati. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan oleh hepar dan yang
dipergunakan oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari keseimbangan fisiologi beberapa hormon.
Hormon-hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai:
1) Hormon yang merendahkan kadar glukosa darah
2) Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah
Insulin merupakan hormon yang menurunkan kadar glukosa darah, dibentuk sel-sel beta pulau-pulau
Langerhans Pankreas. Sebaliknya ada beberapa hormon tertentu yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah
antara lain:
(1) Glukagon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau Langerhans
(2) Epineprin yang disekresikan oleh medulla adrenal dan jaringan kromatin lain
(3) Glukokortikoid yang disekresikan oleh konteks adrenal
(4) Hormon pertumbuhan yang disekresikan oleh kelenjar hypopisis anterior
Keempat hormon ini membentuk suatu membentuk suatu mekanisme yang mencegah timbulnya hipoglikemi
akibat pengaruh insulin.
2.2.3 Etiologi.
Etiologi Diabetes Mellitus masih belum jelas atau belum dapat ditentukan dari berbagai literatur yang
telah dibaca oleh peneliti ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi serta mengganggu pembuatan insulin
dan metabolisme karbohidrat didalam sel-sel sehingga dapat menyebabkan hiperglikemia dan glukosuria
(Sylvia A. Price, 1997)
1) Faktor Keturunan
Pada keluarga yang mempunyai penderita Diabetes Mellitus ada kemungkinan ± 25% akan menurunkan
pada anggota keluarga dekat yang lain.
2) Faktor Obesitas
Sekitar 80% penderita Diabetes Mellitus obesitas. Obesitas merupakan faktor resiko untuk terjadinya
Diabetes Mellitus, diketahui bahwa jumlah reseptor insulin menurun ada obesitas dan penurunan berat
badan, biasanya sebesar 20 pon.
3) Faktor Hormonal, meliputi: Pankretektomi, Alloxan, Zat anti insulin,
Penyakit-penyakit pancreas, Hipofisis, Suprarenal, Thyroid.
2.2.4 Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik dikaitkan dengan konsekuensi tubuh terhadap metabolik defisiensi insulin. Klien
yang mengalami defisiensi insulin tak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau
toleransi glukosa sesudah makan karbihidrat. Kalau hiperglikemia nya parah dan melebihi ambang ginjal bagi
zat tersebut, maka timbul glukosuria. Glukosuria ini mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran urine (poliurine) dan timbul rasa haus (polidipsi). Karena glukosa hilang bersama urine, maka
klien menderita keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin hebat
(poliphagi) yang timbul akibat banyak kalori yang hilang dan klien mengeluh lelah dan ngantuk.
Pada klien NIDDM dapat tidak memperlihatkan gejala apapun, pada keadaan hiperglikemi yang lebih
berat baru muncul gejala-gejala diatas. Biasanya mereka tidak menderita ketoasidosis kalau hiperglikeminya
parah dan klien tidak memberi respon terhadap terapi diet, mungkin diperlukan terapi insulin untuk
menormalkan kadar glukosanya. Klien ini biasanya memperlihatkan kehilangan sensitifitas perifer terhadap
insulin eksogen.
Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga klien tidak menyadari akan adanya
perubahan seperti minum yang terjadi lebih banyak, buang air kecil sering, berat badan menurun. Gejala
tersebut dapat berlangsung lama tanpa dapat diperhatikan. Seringkali gambaran klinis tidak jelas. Dari sudut
klien Diabetes sendiri hal yang sering menyebabkan klien datang berobat ke dokter dan kemudian di
diagnosis sebagai Diabetes ialah keluhan : Kelainan kulit gatal, bisul, Kelainan ginekologis keputihan,
Kesemutan, rasa baal, Kelemahan tubuh, Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh, Infeksi saluran kemih
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Geografi
1. Data Umum
Puskesmas Dinoyo adalah adalah salah satu dari 15 puskesmas yang ada di Kota Malang. Puskesmas
Dinoyo merupakan Puskesmas Perawatan dan terletak di Jl. Keramik No.2, Kec. Lowokwaru Kota
Malang. Puskesmas Dinoyo sudah mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008.
Puskesmas Dinoyo kota Malang
2. Luas : Wilayah kerja puskesmas Dinoyo yaitu Ketawanggede, Dinoyo, Tlogomas, Sumbersari,
Tunggulwulung, dan Merjosari.
3. Iklim
Wilayah kerja puskesmas Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang beriklim tropis dimana hanya
mengenal dua musim, yaitu:
a. Musim Hujan, dimulai sekitar bulan November sampai bulan Juni.
b. Musim Kemarau, dimulai sekitar bulan Juli sampai bulan Oktober.

B. Sistem Pemerintahan dan Kesehatan


1. Sistem Pemerintahan

C. Dinamika Kesehatan Masyarakat Di puskesmas dinoyo kota malang


Dari data kesehatan yang diperoleh, diketahui bahwa status kesehatan masyarakat senantiasa
berubah setiap waktu bergantung dari kondisi geografis, pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
pola perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatanya.
1) Identitas
Dari Hasil Pendataan yang dilakukan pada tanggal 12 s/d 14 april di Di puskesmas dinoyo
kota malang dengan wilayah kerja puskesmas Dinoyo yaitu Ketawanggede, Dinoyo, Tlogomas,
Sumbersari, Tunggulwulung, dan Merjosari
Tabel 3.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

Defisiensi
Insulin
(absolut atau relatif)

↓Ambilan glukosa

↑Katabolisme Protein

↑Lipolisis

Berdasarkan tabel 3.1 distribusi berdasarkan jenis kelamin pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien berjenis kelamin perempuan
(75 %), dan laki-laki sebanyak (25%).
Tabel 3.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

↑Asam
Amino

↑Kehilangan Nitrogen

↑Gliserol↑Asam Lemak Bebas

Hiperglikemia

↑Glukoneogenesis
Berdasarkan tabel 3.2 distribusi berdasarkan usia pada wilayah kerja Puskesmas
Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien usia elderly (40 %), middle age sebanyak (30 %)
dan young old sebanyak (30%).

Tabel 3.3
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo.

↑Ketogenesis

↑Ketonemia
↑Ketonuria

Kehilangan Elektrolit Urine

Berdasarkan tabel 3.3 distribusi berdasarkan Pekerjaan pada wilayah kerja Puskesmas
Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien sebagai Ibu Rumah Tangga (60 %), dan swasta
sebanyak (40%)
Tabel 3.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Agama pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas
Dinoyo

Diuresis Osmotik

Berdasarkan tabel 3.4 distribusi berdasarkan agama pada wilayah kerja Puskesmas
Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien beragama islam sebanyak (100 %)
Tabel 3.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bahasa yang Digunakan pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

Kehilangan hipotonik

Ketoasidosis

Penipisan Volume

Berdasarkan tabel 3.5 distribusi berdasarkan bahasa yang digunakan pada wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien berbahasa jawa (100 %).

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sarana Komunikasi pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Hiperosmolalitas
Berdasarkan tabel 3.6 distribusi berdasarkan sarana komunikasi pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak internet/elektronik sebanyak (90 %), brosur
sebanyak (10 %), dan koran sebanyak (0 %).

Tabel 3.7
Distribusi Frekuensi Bersasarkan Lama Menderita Kencing Manis pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

Koma

Syok

Jenis Kelamin
Asidosis Metabolik
5=25%
15=75%
Laki - LakiPerempuan

Distribusi Usia
0=[]

6=30%

Berdasarkan tabel 3.7 distribusi berdasarkan lama menderita kencing manis pada
wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak 3 tahun sebanyak (25%), 1
tahun sebanyak (15%), 4 tahun sebanyak (10%), 5 tahun sebanyak (10%), 7 tahun sebanyak
(10%), 9 tahun sebanyak (10%), 10 tahun sebanyak (10%), dan 14 tahun sebanyak (5%).
Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo
6=30%

9=40%

Middle AgeElderlyYoung OldOld

Distribusi Pekerjaan

12=60%

8=40%

Berdasarkan tabel 3.8 distribusi berdasarkan tingkat pendidikan pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak SD sebanyak (50%), SMA sebanyak (25%),
SMP sebanyak (20%), dan S1 (5%).

Tabel 3.9
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Cek Kadar Glukosa pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

SwastaIRT

Berdasarkan tabel 3.9 distribusi berdasarkan kepatuhan cek kadar glukosa pada
wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak patuh sebanyak (80%), dan
tidak patuh sebanyak (20%).
Tabel 3.10
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat badan pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

Berat badan

normal 5
25%

obesitas 15
75%

Berdasarkan tabel 3.10 golongan berat bada pasien DM area puskesmas dinoyo 0 dengan kategori
under weigh, 5 orang termasuk normal yaitu 25% , overweigh tidak ada dan obesitas 15 orang yaitu 75%
Tabel 3.11
Distribusi Frrekuensi Berdasarkan Kepatuhan Minum Obat pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Distribusi Agama

20=100
Distribusi Bahasa %
Yang Digunakan

20=100%

ISLAM
Jawa

Berdasarkan tabel 3.11 distribusi berdasarkan kepatuhan minum obat pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien dengan patuh minum obat sebanyak (80%)
dan yang tidak patuh minum obat sebanyak (20%).

Tabel 3.12
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan Diet pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

Distribusi Sarana Komunikasi

0=0%

8=[]

18=[]

Internet/ElektronikKoranBrosur
Berdasarkan tabel 3.12 distribusi berdasarkan kepatuhan diet pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien dengan patuh minum obat sebanyak
(90%) dan yang tidak patuh minum obat sebanyak (10%).

Tabel 3.13
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gejala pada Pasien yang muncul pada Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Distribusi Lama Menderita Kencing Manis

1=5%

2=10%

3=15%%

2=10%

Berdasarkan tabel 3.13 distribusi berdasarkan gejala yang muncul pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak pasien dengan kesemutan sebanyak (50%),
lemah sebanyak (40%), dan lapr haus sebanyak (10%).
Tabel 3.14
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Rumah pada Agregat Diabetes di Wilayah
Kerja Puskesmas Dinoyo

5=25 %

2=10%
2=[]

2=[]

1 Tahun3 Tahun4 Tahun5 Tahun7 Tahun9 Tahun10 Tahun14 Tahun

Berdasarkan tabel 3.14 distribusi berdasarkan Jenis Rumah pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak jenis rumah permanen sebanyak (70%),
semipermanen sebanyak (15%), milik pribadi sebanyak (15%), dan kontrak sebanyak (0%).

Tabel 3.15
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Atap Rumah pada Agregat Diabetes di Wilayah
Kerja Puskesmas Dinoyo

Distribusi Tingkat Pendidikan

1=[]

5=[]

Berdasarkan tabel 3.15 distribusi berdasarkan Jenis Atap Rumah pada wilayah kerja
Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak jenis atap rumah genteng sebanyak (100%),
asbes sebanyak (0%), dan seng sebanyak (0%).

Tabel 3.16
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Kebersihan Rumah pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

10=50%

SDSMPSMAS1
4=20%

Distribusi Kepatuhan Cek Kadar Glukosa

4=20%

Kepatuhan Minum Obat

16=80%

PatuhTidak Patuh

Berdasarkan tabel 3.16 distribusi berdasarkan kondisi kebersihan rumah pada wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak kondisi kebersihan rumah bersih
sebanyak (90%), cukup bersih sebanyak (5%), kurang sebanyak (5%).

Tabel 3.17
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah di Lingkungan Rumah pada
Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

4=20%hh%%

16=80%

PatuhTidak Patuh

Distribusi Kepatuhan
Distribusi
Diet Gejala Pasien yang Muncul

2=10%

18=90%

PatuhTidak Patuh

Berdasarkan tabel 3.17 distribusi berdasarkan pembuangan sampah di lingkungan


rumah pada wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak Ya sebanyak
(100%), dan Tidak sebanyak (0%).

Tabel 3.18
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Cara Pembuangan Sampah di Lingkungan Rumah
pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

2=10%

10=50%
kesemutanLemahLapar Haus

Berdasarkan tabel 3.18 distribusi berdasarkan cara pembuangan sampah di lingkungan


Distribusi
rumah pada wilayah kerja Puskesmas Jenis
Dinoyo Rumah bahwa terbanyak dibakar sebanyak
ditemukan
(60%), di sungai sebanyak (35%), dikubur sebanyak (10%), dan disembarang tempat sebanyak
(0%).

Tabel 3.19
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Ventilasi dan Pencahayaan di Rumah
pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

0=0%

3=15%

3=15%

14=70%

Berdasarkan tabel 3.19 distribusi berdasarkan kondisi ventilasi dan pencahayan di


rumah pada wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak tersedia ventilasi
dan pencahayaan cukup baik sebanyak (100%), dan tidak terdapat ventilasi, pencahayaan
dengan lampu sebanyak (0%).

Tabel 3.19
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Ketersediaan Sumber Air Keluarga pada
Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
PermanenSemipermanenKontrakMilik Pribadi

Berdasarkan tabel 3.19 distribusi berdasarkan ketersediaan sumber air keluarga pada
wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak sumur sebanyak (65%), PDAM
sebanyak (35%), dan sungai sebanyak (0%).

Tabel 3.20
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tempat Penyimpanan Air pada Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Distribusi Jenis Atap Rumah

20=100%

GentengAsbesSengLainnya

Distribusi Kondisi Kebersihan Rumah

1=5% 1=5% 18=90%

Berdasarkan tabel 3.20 distribusi berdasarkan tempat penyimpanan air pada wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak di ember bak tertutup sebanyak (75%),
tandon air sebanyak (25%), dan ember bak terbuka sebanyak (0%).

Tabel 3.21
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Pembuangan Air/ Limbah Bekas
Keluarga pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
BersihCukup BersihKurang Bersih

Berdasarkan tabel 3.21 distribusi berdasarkan jenis pembuangan air/limbah bekas


keluarga pada wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak di selokan
got/saluran tertutup sebanyak (100%), selokan got/saluran terbuka sebanyak (0%), dan
dibuang sembarangan sebanyak (0%)

Tabel 3.22
Distribusi Frekuensi sumber air kelurga pada Agregat Diabetes di Wilayah Kerja
Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.22 distribusi berdasarkan ketersediaan sumber air keluarga pada
wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak sumur sebanyak (65%), PDAM
sebanyak (35%), dan sungai sebanyak (0%).

Tabel 3.23
Distribusi Frekuensi tempat penyimpanan air di kelurga pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.23 distribusi berdasarkan tempat penyimpanan air keluarga pada
wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak ember tertutup (75%), Tandon
sebanyak (25%), dan ember terbuka (0%).

Tabel 3.24
Distribusi jenis pembuangan air/Limbah bekas kelurga pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
Distribusi Jenis Pembuangan air / Limbah Bekas keluarga

0%
0%
0%

100%

Selokan (Got)/Saluran Terbuka Selokan (Got)/Saluran Tetutup Sungai Dibuang Sembarangan

Berdasarkan tabel 3.24 distribusi pembuangan air/ limbah bekas keluarga pada wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak ember selokan (Got)/Saluran Tertutup
(100%), Saluran Got/ Saluran terbuka (0%), dan di buang sembarangan (0%).

Tabel 3.25
Distribusi tempat buang air besar (BAB) pada keluarga Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.25 distribusi tempat buang air besar (BAB) pada keluarga wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan bahwa terbanyak WC Pribadi (100%), WC Umum (0%),
tidak punya/sungai (0%)

Tabel 3.26
Distribusi tanaman hijau atau pepohonan di sekitar rumah pada keluarga
Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.26 distribusi adanya tanaman hijau atau pepohonan di sekitar
rumah pada keluarga wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan ada pepoonan/ Bunga hidup
(60%), tidak ada pepohonan (10%), jarang (30%).

Tabel 3.27
Distribusi keadaan wilayah lingkungan tetangga sekitar dengan tempat tinggal
pada keluarga Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
Berdasarkan tabel 3.27 distribusi keadaan wilayah lingkungan tetangga sekitar dengan
tempat tinggal pada keluarga Agregat Diabetes pada keluarga wilayah kerja Puskesmas
Dinoyo ditemukan padat penduduk (55%), jarang penduduk (45%).

Tabel 3.28
Distribusi kepemilikan asuransi kesehatan pada keluarga Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.28 distribusi kepemilikan asuransi kesehatan pada keluarga


Agregat Diabetes pada keluarga wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan terbanyak
menggunakan BPJS (65%), tidak punya (35%).

Tabel 3.29
Distribusi pemeriksaan ke pelayanan kesehatan pada keluarga Agregat Diabetes
di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.29 pemeriksaan ke pelayanan kesehatan pada keluarga Agregat


Diabetes pada keluarga wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan terbanyak (100%).

Tabel 3.30
Distribusi kepada siapa memeriksakan diri untuk keluarga Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
Berdasarkan tabel 3.30 kepada siapa memeriksakan diri untuk keluarga Agregat
Diabetes pada keluarga wilayah kerja Puskesmas Dinoyo ditemukan terbanyak kepada
perawat (65%), Bidan (15%), Dokter (10%), Dukun (0%).

Tabel 3.31
Distribusi jarak tempuh dari rumah ke puskesmas pada keluarga Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.31 Distribusi jarak tempuh dari rumah ke puskesmas pada keluarga
Agregat Diabetes pada keluarga wilayah kerja Puskesmas Dinoyo sejauh >1 km (95%) <500
M (5%), <750 m (0), <1 km (0%).
Tabel 3.32
Distribusi penyukuhan terkait kesehatan lingkungan sekitar pada keluarga
Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.32 Distribusi penyukuhan terkait kesehatan lingkungan sekitar


pada keluarga Agregat Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo dengan jarang (60%),
Sering (15%), Tidak pernah mengikuti (15%).

Tabel 3.33
Distribusi kendaran yang dimiliki oleh keluarga Agregat Diabetes di Wilayah
Kerja Puskesmas Dinoyo
Berdasarkan tabel 3.33 Distribusi kendaran yang dimiliki oleh keluarga pada Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo dengan kendaraan mobil (55%), Motor (5%),
Sepeda (25%), tidak ada kendaraan (15%).

Tabel 3.34
Distribusi adanya ambulance khusus desa pada keluarga Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.34 Distribusi adanya ambulance khusus desa pada keluarga Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo tidak tersedia (100%).
Tabel 3.35
Distribusi rata rata pendapatan untuk keluarga Agregat Diabetes di Wilayah
Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.35 Rata rata pendapatan untuk keluarga pada Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo dengan kisaran kurang dari 1.000.000 (80%), kisaran Rp.
1.000.000 – 3.000.000 ada (15%), lebih dari 3.000.000 (5%).

Tabel 3.36
Distribusi pemilik keputusan dalam keluarga pada Agregat Diabetes di Wilayah
Kerja Puskesmas Dinoyo
Berdasarkan tabel 3.36 Distribusi pemilik keputusan dalam keluarga pada anggota keluarga Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo pada bapak (100%).

Tabel 3.37
Distribusi seberapa sering keluarga pergi rekreasi pada keluarga Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo

Berdasarkan tabel 3.37 Distribusi seberapa sering keluarga pergi rekreasi pada Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo dengan penilain tidak pernah (60%), Sangat
seering (5%), Sering (10%), kadang – kadang (25%)

Tabel 3.38
Distribusi tempat rekreasi yang di kunjungi pada keluarga Agregat Diabetes di
Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo
Berdasarkan tabel 3.38 Distribusi tempat rekreasi yang di kunjungi pada Agregat
Diabetes di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo dengan penilain peminat terbanyak yaitu wisata
buatan (70%), Gunung (10%), Pantai (20%).
BAB IV

ANALISA MASALAH
DAN POA

A. Analisa Masalah
1. Analisis Data
Data Etiologi Masalah
Data mayor DS : Diabetes Millitus Kesiapan peningkatan
1) Kelompok penderita DM management kesehatan
mengungkapkan telah patuh (D0112)
minum obat
2) Kelompok penderita DM
mengungkapkan melakukan
olahraga sesuai anjuran diit
3) Kelompok penderita DM
mengatakan sudah patuh diit
dengan mengurangi gorengan dan
manis manis
4) Kelompok dm mengetahui gejala
penyakit dm
5) Kelompok penderita Dm
mengatakan sering kesemutan
6) Mengatakan ingin mencegah dan
mengelola masalah kesehatan
7) Adanya perilaku mendukung
terkait pengobatan

Data minor DO :
8) Patuh minum obat ada 80% dari 20
orang yaitu 16 orang
9) Kepatuhan diet 90% dari 20 orang
yaitu 18 orang
10) Kepatuhan diet Dm 90% dari 20
orang yaitu 18 orang
11) Adanya data sering mengalami
gejala yaitu 50% kesemutan ,
10%lapar haus, 40 % merasa lemah
12) Sering mengalami kesmutan
sebanyak 50% pada data gejala dm
13) Ingin mengelola dm dan mencegah
gejala yang dirasakan dibuktikan
dengan keptuhan minum obat 80%
16 orang, patuh diet DM 90% yaitu
18 orang
14) Adanya prilaku yang mendukung
pengobatan dibuktikan dengan
65% memiliki asuransi kesehatan
seperti BPJS
15) Adanya perilaku mendukung
pengobatan yaitu rutin
memeriksakan diri yaitu 65%
memeriksakan diri kepada perawat,
15% kepada bidan dan 20%
kepada dokter.
Data mayor DS : Adanya perilaku upaya Kesiapan peningkatan
1) Kelompok penderita DM peningkatan kesehatan pengetahuan (D.0113)
mengungkapkan telah patuh
minum obat
2) Kelompok penderita DM
mengungkapkan melakukan
olahraga sesuai anjuran diit
3) Kelompok penderita DM
mengatakan sudah patuh diit
dengan mengurangi gorengan
dan manis manis
4) Kelompok dm mengetahui
gejala penyakit dm
5) Kelompok penderita Dm
mengatakan sering kesemutan
6) Mengatakan ingin mencegah
dan mengelola masalah
kesehatan
7) Adanya perilaku mendukung
terkait pengobatan

8) Data minor DO :
9) Patuh minum obat ada 80%
dari 20 orang yaitu 16 orang
10) Kepatuhan diet 90% dari 20
orang yaitu 18 orang
11) Kepatuhan diet Dm 90% dari
20 orang yaitu 18 orang
12) Adanya data sering mengalami
gejala yaitu 50% kesemutan ,
10%lapar haus, 40 % merasa
lemah
13) Sering mengalami kesmutan
sebanyak 50% pada data gejala
dm
14) Ingin mengelola dm dan
mencegah gejala yang
dirasakan dibuktikan dengan
keptuhan minum obat 80% 16
orang, patuh diet DM 90%
yaitu 18 orang
15) Adanya prilaku yang
mendukung pengobatan
dibuktikan dengan 65%
memiliki asuransi kesehatan
seperti BPJS
16) Adanya perilaku mendukung
pengobatan yaitu rutin
memeriksakan diri yaitu 65%
memeriksakan diri kepada
perawat, 15% kepada bidan dan
20% kepada dokter.
DS mayor : Penyakit kronis Defisit pengetahuan tentang
1) Pasien menanyakan masalah diabetes (D.0111)
yang dihadapi

Do mayor :
2) Adanya data tingkat pendidikan
50% SD yaitu 10 orang , SMP
25% 5 orang, SMA 4 orang
20% dan 1 sarjana 5%
3) Adanya perilaku yang keliru
seperti 75% penderita dm
mengalami obesitas yaitu 15
orang
4) Mengalami masalah dan gejala
yang berulang dengan adanya
data Sering mengalami
kesemutan sebanyak 50%,
merasa lemah 8 orang 40 dan
lapar haus 2 oarang 10%
5) Mengalami DM sangat lama
dibuktikan dengan adanya data
lama pasien mengalami DM 5
tahun sebanyak 5 orang 25 %, 7
tahun 3 orang 15% , 10 tahun 2
orang 10%

2. Diagnosa Prioritas
1. Kesiapan management Kesehatan b.d diabetes millitus b.b Data mayor DS : Kelompok penderita DM
mengungkapkan telah patuh minum obat , Kelompok penderita DM mengungkapkan melakukan olahraga
sesuai anjuran diit, Kelompok penderita DM mengatakan sudah patuh diit dengan mengurangi gorengan dan
manis manis, Kelompok penderita Dm mengatakan sering gejala kesemutan, Kelompok dm mengetahui gejala
penyakit dm, Kelompok penderita Dm mengatakan sering kesemutan, Mengatakan ingin mencegah dan
mengelola masalah kesehatan, Adanya perilaku mendukung terkait pengobatan
Data minor DO :
Patuh minum obat ada 80% dari 20 orang yaitu 16 orang, Kepatuhan diet 90% dari 20 orang yaitu 18 orang,
Kepatuhan diet Dm 90% dari 20 orang yaitu 18 orang, Adanya data sering mengalami gejala yaitu 50%
kesemutan , 10%lapar haus, 40 % merasa lemah, Sering mengalami kesmutan sebanyak 50% pada data gejala
dm, Ingin mengelola dm dan mencegah gejala yang dirasakan dibuktikan dengan keptuhan minum obat 80%
16 orang, patuh diet DM 90% yaitu 18 orang, Adanya prilaku yang mendukung pengobatan dibuktikan dengan
65% memiliki asuransi kesehatan seperti BPJS,Adanya perilaku mendukung pengobatan yaitu rutin
memeriksakan diri yaitu 65% memeriksakan diri kepada perawat, 15% kepada bidan dan 20% kepada dokter.
2. Kesiapan peningkatan pengetahuan b.d Adanya perilaku upaya peningkatan kesehatan b.b Data mayor DS :
Kelompok penderita DM mengungkapkan telah patuh minum obat , Kelompok penderita DM mengungkapkan
melakukan olahraga sesuai anjuran diit, Kelompok penderita DM mengatakan sudah patuh diit dengan
mengurangi gorengan dan manis manis, Kelompok penderita Dm mengatakan sering gejala kesemutan,
Kelompok dm mengetahui gejala penyakit dm, Kelompok penderita Dm mengatakan sering kesemutan,
Mengatakan ingin mencegah dan mengelola masalah kesehatan, Adanya perilaku mendukung terkait
pengobatan
Data minor DO :
Patuh minum obat ada 80% dari 20 orang yaitu 16 orang, Kepatuhan diet 90% dari 20 orang yaitu 18 orang,
Kepatuhan diet Dm 90% dari 20 orang yaitu 18 orang, Adanya data sering mengalami gejala yaitu 50%
kesemutan , 10%lapar haus, 40 % merasa lemah, Sering mengalami kesmutan sebanyak 50% pada data gejala
dm, Ingin mengelola dm dan mencegah gejala yang dirasakan dibuktikan dengan keptuhan minum obat 80%
16 orang, patuh diet DM 90% yaitu 18 orang, Adanya prilaku yang mendukung pengobatan dibuktikan dengan
65% memiliki asuransi kesehatan seperti BPJS,Adanya perilaku mendukung pengobatan yaitu rutin
memeriksakan diri yaitu 65% memeriksakan diri kepada perawat, 15% kepada bidan dan 20% kepada dokter.
3. Defisit pengetahuan tentang diabetes b.d penyakit kronis b.b DS mayor : Pasien menanyakan masalah yang
dihadapi. Do mayor : Adanya data tingkat pendidikan 50% SD yaitu 10 orang , SMP 25% 5 orang, SMA 4
orang 20% dan 1 sarjana 5%. Adanya perilaku yang keliru seperti 75% penderita dm mengalami obesitas yaitu
15 orang . Mengalami masalah dan gejala yang berulang dengan adanya data Sering mengalami kesemutan
sebanyak 50%, merasa lemah 8 orang 40 dan lapar haus 2 oarang 10%. Mengalami DM sangat lama
dibuktikan dengan adanya data lama pasien mengalami DM 5 tahun sebanyak 5 orang 25 %, 7 tahun 3 orang
15% , 10 tahun 2 orang 10%

-Kesimpulan:
Masalah komunitas yang menjadi prioritas . Resiko Perfusi Perifer tidak efektif b.d Hiperglikemi b.b Data
mayor Ds :Penderita dm mengatakan ingin mengelola masalah kesehatan dan melakukan pencegaham,
Mengatakan berusaha sepatuh mungkin mematuhi prosedur pengobatan meskipun bosan dan jenuh Data
mayor DO : Berusaha mengurangi kosusmsi gula sehingga saat pemeriksaan kadar gula darahnya 130-190,
Mampu menjelasakan sakitnya, Mampu menjaleskan tujuan pengobatan dan manfaat Mengetahui obat obat yg
seharusnya dikosumsi dan waktu kosumsinya.

Sehingga direncanakan adalah membuat sarana informasi tentang masalah yang sering dialami oleh orang
dewasa terutama masalah kesehatan dan alternativ penyelesaiannya secara positif. Dengan Tujuan penderita
DM ini adalah peduli kesehatan untuk memelihara serta meningkatkan status kesehatan penderita DM dewasa
di wilayah Puskesmas Dinoyo.
SLKI SIKI Rencana intervensi Implementasi Evaluasi
Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan (1.12383) observasi
1x10 menit diharapkan
-observasi 1. idenfikasi
Manajement Kesehatan
kemampuan
meningkat dengan kriteria 1. idenfikasi kemampuan penerimaan
penerimaan
hasil : informasi
informasi
- Melakukan tindakan - terapeutik
untuk mengurangi - terapeutik
factor resiko 1. sediakan materi dan media Pendidikan
1. sediakan materi
meningkat (5) Kesehatan
dan media
- Menerapkan program Pendidikan
2. berikan kesmpatan untuk bertanya
perawatn Kesehatan
Kesehatan
meningkat (5) -edukasi
- Aktivitas sehari 2. berikan kesmpatan
hari efektif 1. jelaskan factor resiko yang dapat untuk bertanya
mempengaruhi Kesehatan
memenuhi tujuan
-edukasi
Kesehatan 2. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
meningkat (5) 1. jelaskan factor
3. ajarkan strategi yang dapat resiko yang dapat
meningkatkan perilaku hidup bersihh dan mempengaruhi
sehat Kesehatan
2. ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. ajarkan strategi
yang dapat
meningkatkan
perilaku hidup
bersihh dan sehat
SLKI SIKI Rencana intervensi Implementasi Evaluasi
Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan (1.12383) observasi
1x10 menit diharapkan
-observasi 1. idenfikasi
tingkat pengetahuan
kemampuan
meningkat dengan kriteria 1. idenfikasi kemampuan penerimaan
penerimaan
hasil : informasi
informasi
- - terapeutik
- terapeutik
1. sediakan materi dan media Pendidikan
1. sediakan materi
Kesehatan
dan media
2. berikan kesmpatan untuk bertanya Pendidikan
Kesehatan
-edukasi
2. berikan kesmpatan
1. jelaskan factor resiko yang dapat untuk bertanya
mempengaruhi Kesehatan
-edukasi
2. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. jelaskan factor
3. ajarkan strategi yang dapat resiko yang dapat
meningkatkan perilaku hidup bersihh dan mempengaruhi
sehat Kesehatan
2. ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. ajarkan strategi
yang dapat
meningkatkan
perilaku hidup
bersihh dan sehat
SLKI SIKI Rencana intervensi Implementasi Evaluasi
Setelah dilakukan Tindakan Edukasi Kesehatan (1.12383) observasi
1x10 menit diharapkan
-observasi 1. idenfikasi
tingkat pengetahuan
kemampuan
meningkat dengan kriteria 1. idenfikasi kemampuan penerimaan
penerimaan
hasil : informasi
informasi
- - terapeutik
- terapeutik
1. sediakan materi dan media Pendidikan
1. sediakan materi
Kesehatan
dan media
2. berikan kesmpatan untuk bertanya Pendidikan
Kesehatan
-edukasi
2. berikan kesmpatan
1. jelaskan factor resiko yang dapat untuk bertanya
mempengaruhi Kesehatan
-edukasi
2. ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
1. jelaskan factor
3. ajarkan strategi yang dapat resiko yang dapat
meningkatkan perilaku hidup bersihh dan mempengaruhi
sehat Kesehatan
2. ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. ajarkan strategi
yang dapat
meningkatkan
perilaku hidup
bersihh dan sehat
C. Plan Of Action (POA)
Rencana/ Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Sasaran Metoda Waktu Tempat


keperawatan
. Resiko Perfusi Jangka Panjang: 1) Lakukan pendekatan secara Masyarakat area Komunikasi dan
Perifer tidak efektif 1) Terbentuknya perilaku informal puskesmas informasi
b.d Hiperglikemi
b.b Data mayor yang sehat pada dengan diabetes
Ds :Penderita dm penderita DM dewasa 2) Lakukan kemitraan dengan lintas Puskemas Diskusi
mengatakan ingin
yaitu perawatan program dan sector yang terkait
mengelola masalah
kesehatan dan kesehatan kaki DM dengan penderita DM dewasa:
melakukan Jangka Pendek: dengan institusi Puskesmas
pencegaham,
Mengatakan 1) Penderita mengelami 3) Beri penyuluhan pada seluruh Penderita DM Kerjasama
berusaha sepatuh peningkatan pengetahuan penderita DM dewasa yang ada Dewasa Komunikasi
mungkin mematuhi
dalam melakukan di wilayah Puskesmas Dinoyo Informasi
prosedur
pengobatan perawataan kaki tentang perawatan penderita DM Edukasi
meskipun bosan dan terutama pada perawatan kaki
jenuh
Data mayor DO : yang termasuk senam kaki.
Berusaha
mengurangi
kosusmsi gula
sehingga saat
pemeriksaan kadar
gula darahnya 130-
190, Mampu
menjelasakan
sakitnya, Mampu
menjaleskan tujuan
pengobatan dan
manfaat
Mengetahui obat
obat yg seharusnya
dikosumsi dan
waktu kosumsinya

Anda mungkin juga menyukai