Anda di halaman 1dari 6

PRE PLANNING KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DEFISIT PERSONAL HYGIENE PADA GANGGUAN JIWA DI RUANG TANJUNG RUMAH SAKIT

UMUM KOTA BANJAR 2011

A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun kesehatan jiwa tidak di anggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidak mampuan individu dalam berprilaku yang dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan okeh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagai mana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa sangatlah kompleks antara satu dengan yang lainnya sangat berkaitan. Mekanisme koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami gangguan jiwa. Menurut Maslow seseorang

dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan walau buruk, memperoleh kepuasan atas usahanya, merasa lebih puas memberi daripada menerima, hubungan antara manusia saling menolong dan memuaskan, menerima kekecewaan untuk pelajaran yang akan datang, mengalhkan rasa bermusuhan pada penyelesaian kretif, mempunyai kasih sayang, memiliki persepsi realita yang efektif, menerima diri, orang lain dan lingkungan. Perawatan diri adalah salah satu kemempuan dasar manusia dalam memenuhui kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dikatakan terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Perry, 2005). Defisit perawatan diri adalah gangguan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, toieting) (Nurjanah, 2004). Defist perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan aktifitas yang terdiri dar mandi, berpakaian, berhias, makan, toileing dan sebagainya (Nanda, 2001). Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

Krisis

ekonomi

yang

berkepanjangan

telah

menyebabkan

meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa. Hasil survey World Health Organization (WHO) menyatakan tingkat gangguan kesehatan di indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan jiwa di dunia. Ini di tunjukan berdasarkan data dari Departemen kesehatan RI yaitu : 1. Rata-rata 40 dari 100.000 orang melakukan bunuh diri, sementara rata-rata duni menunjukan 15,1 dari 100.000 orang. 2. Rata-rata orang bunuh diri di Indoneasia 136 orang perhari atau 48.000 orang bunuh diri pertahun. 3. Satu dari empat orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. 4. Penderita gangguan jiwa di Indonesia hanya 0,5% yang dirawat di RS jiwa (Depkes, 2005).

B. Deskripsi Kegiatan Penyuluhan kesehatan yang dimaksud adalah pemberian informasi yang ditujukan kepada pasien di Ruang Tanjung RSU Kota Banjar tentang Defisit personal hygiene pada gangguan jiwa dan hal-hal yang menyertainya dalam bentuk konseling dan tanya jawab atau diskusi, menggunakan bahasa sunda dan Indonesia, pada suatu tempat yang telah di sepakati, pemberian materi meliputi : pengertian personal hygiene, tujuan personal hygiene, faktor yang mempengaruhi defisit personal

hygiene, dampak yang sering timbul pada defisit personal hygiene, jenisjenis personal hygiene dan tindakan yang di perlukan. C. Tujuan a. Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan, tingkat pengetahuan tentang personal hygiene pada pasien dan keluarga meningkat. b. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan, pasien dan keluarga pasien mengetahui tentang pengertian personal hygiene, tujuan personal hygiene, faktor yang mempengaruhi defisit personal hygiene, dampak yang sering timbul pada defisit personal hygiene, jenis-jenis personal hygiene dan tindakan yang di perlukan. Pasien dan keluarga pasien dapat mengikuti kegiatan penyuluhan dengan penuh kesadaran. Pasien dan keluarga pasien dapat menerapkan personal hygiene.

D. Strategi a. Persiapan Untuk persiapan kegiatan penyuluhan, sebelumnya dilakukan

pertemuan dengan keluarga pasien. Keluarga pasien menyatakan perlunya diadakan penyuluhan dalam rangka meningkatkan

pengetahuan mereka tentang personal hygiene. Persiapan penyuluhan : Pembuatan Pre plenning, SAP dan Leaflet.

Pada tanggal Desember 2011, menghubungi Kepala Ruangan untuk kegiatan penyuluhan personal hygiene.

b. Waktu Dan Tempat Pelaksanan Penyuluhan dilaksanakan pada hari tanggal Desember

2011, bertempat di Ruang Tanjung RSU Kota Banjar. E. Sasaran Dan Target Sasaran Target F. Evaluasi Evaluasi Proses a. Adanya persetujuan dari kepala ruangan b. Tersedianya alat-alat yang dibutuhkan c. Leaflet terbaca dan mudah dimengerti d. Penyuluhan berlangsung sesuai dengan alokasi waktu e. Tersedianya waktu dan lokasi penyuluhan f. Pasien dan keluarga pasien mengetahui adanya acara penyuluhan g. Pasien dan keluarga pasien yang hadir berpartisipasi aktif untuk bertanya h. Penyuluhan dapat dilaksanakan sesuai rencana dan tidak ada hambatan yang berarti. Evaluasi Hasil a. Pasien dan keluarga pasien personal hygiene, tujuan mengetahui tentang pengertian personal hygiene, faktor yang : Pasien Jiwa di Ruangan Tanjung RSU Kota Banjar : Keluarga pasien di Ruang Tanjung RSU Kota Banjar

mempengaruhi defisit personal hygiene, dampak yang sering timbul pada defisit personal hygiene, jenis-jenis personal hygiene dan tindakan yang di perlukan. b. Pasien dan keluarga pasien mampu menerapkan personal hygiene kepada pasien maupun dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai