Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

M DENGAN DENGUE
HAEMORAGIC FEVER GRADE II DI RUANG MAWAR UPTD
PUSKESMAS JIKEN

“Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Profesi Ners Keperawatan Anak”

Disusun Oleh :

RISTIAN TEGUH DWI WAHYUNI

202303048

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN


CENDEKIA UTAMA KUDUS
TAHUN 2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.M DENGAN DENGUE


HAEMORAGIC FEVER GRADE II DI RUANG MAWAR UPTD
PUSKESMAS JIKEN

Telah di setujui oleh

Tanggal Juni 2023

Pembimbing Kinik Pembimbing Akademik

Apt.Dadang Kun Septianto, S.Farm Sri Hartini, S.Kep., Ns., M.Kep

NIP. 19820928 201001 1 019 NIDN. 0601037803

2
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. KONSEP DASAR DHF

B. DEFINISI

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya

manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan

kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Arbovirus

(arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes

Albopictus. (Ngastiyah, 1995 ; 341).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan tipe I – IV dengan infestasi klinis dengan 5 – 7 hari disertai gejala perdarahan

dan jika timbul tengatan angka kematiannya cukup tinggi (UPF IKA, 1994 ; 201)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam yang berlangsung akut menyerang

baik orang dewasa maupun anak – anak tetapi lebih banyak menimbulkan korban pada anak

– anak berusia di bawah 15 tahun disertai dengan perdarahan dan dapat menimbulkan syok

yang disebabkan virus dengue dan penularan melalui gigitan nyamuk Aedes. (Soedarto,

1990 ; 36).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan

gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama

(Soeparman; 1987; 16).

C. ETIOLOGI

1. Virus dengue

Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus

(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4

keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang

lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter

40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik

3
yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel –

sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).

2. Vektor

Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes

aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan

vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan

antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap

serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).

Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus

dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti

merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural)

kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada

genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes

Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan

bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk

betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi

hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).

3. Host

Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan

imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi

virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic

Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe

tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi

pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat

imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).

D. MANIFESTASI KLINIS INFEKSI VIRUS DENGUE

1. Demam

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu

normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang

4
tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala

dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).

4. Perdarahan

Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit

dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi

vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat

terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ;

296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat.

(Ngastiyah, 1995 ; 349).

5. Hepatomegali

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang

gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus

di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).

6. Renjatan (Syok)

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan

tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan,

jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya

menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

KLASIFIKASI DHF

Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4

tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :

e. Derajat I

Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif

f. Derajat II

Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia,

ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.

g. Derajat III

5
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat

(> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg)

sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.

h. Derajat IV

Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak

teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu

a. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet

positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie,

ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

c. Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt )

tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80  120/100 

120/110  90/70  80/70  80/0  0/0 )

d. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt) anggota gerak

teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

Derajat (WHO 1997):

a. Derajat I : Demam dengan test rumple leed positif.

b. Derajat II : Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau

perdarahan lain.

c. Derajat III : Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,

tekanan nadi menurun/ hipotensi disertai dengan kulit dingin lembab dan

pasien menjadi gelisah.

6
d. Derajat IV : Syock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah

tidak dapat diukur.

TANDA DAN GEJALA

Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dan

gejala lain adalah :

- Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.

- Asites

- Cairan dalam rongga pleura ( kanan )

- Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan

kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).

I. PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan virtemia. Hal tersebut

menyebabkan pengaktifan complement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus

pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin,

trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE 2 di Hipotalamus sehingga terjadi termo

regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan reabsorbsi Na + dan air sehingga

terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding

pembuluh darah yang menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi –

virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,

trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang

jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya

terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma

yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika

tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel

yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.

Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap

infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang

menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari

ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini

7
berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi

mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh

darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan

hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati (Arief

Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).

PATHWAY

J. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSA

Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan pemeriksaan dan

didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakan dengan

pemeriksaan laboratorium yakni :

Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%) leukopenia (mungkin

normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF IKA, 1994).

8
Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI

(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah

Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20 dan akan

meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada infeksi kedua atau

selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan akan meningkat dalam stadium

rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.

Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium rekonvalensi

tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)

Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau 4-6 jam

apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada, elektro kardio

gram, kreatinin serum.

Dasar diagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF)WHO tahun 1997:

Klinis:

- Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.

- Menifestasi perdarahan petikie, melena, hematemesis (test rumple leed).

- Pembesaran hepar.

- Syock yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, tekanan darah menurun, akral dingin dan

sianosis, dan gelisah.

Laboratorium:

- Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%.

K. DIAGNOSA BANDING

1. Belum / tanpa renjatan :

1. Campak

2. Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari kelompok pnyakit

exanthem, hepatitis, chikungunya)

2. Dengan renjatan

1. Demam tipoid

2. Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain

9
3. Dengan perdarahan

1. Leukimia

2. Anemia aplastik

4. Dengan kejang

1. Ensefalitis

2. meningitis

L. PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN

Pemberantasan Dengue Haemoragic Fever (DHF) seperti juga penyakit menular laibn

didasarkan atas meutusan rantai penularan, terdiri dari virus, aedes dan manusia. Karena

sampai saat ini belum terdapat vaksin yang efektif terdapat virus itu maka pemberantasan

ditujukan pada manusia terutama pada vektornya. (Soemarmo, 1998 ; 56)

Prinsip tepat dalam pencegahan DHF (Sumarmo, 1998 ; 57)

1) manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan

pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS

2) memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat

rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.

3) Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah dan

RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

4) Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi

Menurut Rezeki S, 1998 : 22,

Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling penting

adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya dengan

melakukan “3M” yaitu

1) Menguras tempat – tampet penampungan air secara teratur sekurang – kurangnya

sxeminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya

2) Menutup rapat – rapat tempat penampung air dan

3) Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air hujan

seperti  dilanjutkan di baliknya.

10
M. PENATALAKSANAAN

Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat simtomatis dan

suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)

Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic Fever

(DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang tua dapat

diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan terjadinya syok

yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk, 1995 ; 571)

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203) yaitu: Panas

1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau kejang–kejang.

Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif, kesakitan, Hb

dan Ht/PCV meningkat, Panas disertai perdarahan, Panas disertai renjatan.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ;

203 – 206 adalah.

Belum atau tanpa renjatan:

Grade I dan II

1. Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface cooling”.

Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal tidak boleh diberikan

Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kaji, 4 kali sehari

Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari

Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari

Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari

2. Terapi cairan

1) infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10

kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg bersama – sama di

berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya

2) Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –

banyaknya dan sesering mungkin.

3) Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus

diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang

11
diestimasikan sebagai berikut :

 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

 Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk

anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

12
Dengan Renjatan ;

Grade III

1. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan

frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10

mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan

dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang

sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk

mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai

berikut :

 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

2. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih

terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut

memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/

Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika

keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam

dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

3. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi

menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka

penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)

sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun

waktu 24 jam.

13
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

IDENTITAS

- Umur: DHF merupakan penyakit daerah tropik yang sering menyebabkan kematian pada

anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ).

- Jenis kelamin: secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan pada penderita DHF. Tetapi

kematian lebih sering ditemukan pada anak perempuan daripada anak laki-laki.

- Tempat tinggal: penyakit ini semula hanya ditemukan di beberapa kota besar saja,

kemudian menyebar kehampir seluruh kota besar di Indonesia, bahkan sampai di

pedesaan dengan jumlah penduduk yang padat dan dalam waktu relatif singkat.

KELUHAN UTAMA

Penderita mengeluh badannya panas (peningkatan suhu tubuh) sakit kepala, lemah, nyeri ulu

hati, mual dan nafsu makan menurun.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sering terdapat riwayat sakit kapala, nyeri otot dan pegal pada seluruh badan, panas. Sakit

pada saat menelan, lemah, nyeri ulu hati, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.

RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

Tidak ada hubungan antara penyakit yang pernah diderita dahulu dengan penyakit DHF yang

dialami sekarang, tetapi kalau dahulu pernah menderita DHF, penyakit itu bisa terulang

dengan strain yang berbeda.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Penyakit ini tidak ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu.

Riwayat adanya penyakit DHF didalam keluarga yang lain (yang tinggal didalam satu rumah

atau beda rumah dengan jarak rumah yang berdekatan) sangat menentukan karena penyakit

ini dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

14
RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

DHF ditularkan oleh 2 jenis nyamuk, yaitu 2 nyamuk aedes:

- Aedes aigepty: Merupakan nyamuk yang hidup di daerah tropis terutama hidup dan

berkembang biak di dalam rumah, yaitu pada tempat penampungan air bersih, seperti

kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak

mandi jarang dibersihkan. Dengan jarak terbang nyamuk + 100 meter.

- Aedes albapictus.

A. Asuhan Keperawatan

1.     Pengkajian

a. Identitas : umur, alamat  (daerah endemis ?, lingkungan rumah / sekolah ada yang terkena DB

?)

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas, muntah,

epistaksis, perdarahan gusi   

2) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk

rumah sakit) : kapan mulai panas ?

3) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang

pernah diderita oleh pasien) 

4) Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang

pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak)

5) Riwayat tumbuh kembang : adakah keterlambatan tumbuh kembang ?

6) Riwayat imunisasi

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (berat badan, panjang badan, usia)

2) Pemeriksaan persistem

a. Sistem persepsi sensori :

 Penglihatan : edema palpebra, air mata ada / tidak, cekung / normal

 Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab / kering

b. Sistem persyarafan : kesadaran, menggigil, kejang, pusing

15
c. Sistem pernafasan : epistaksis, dispneu, kusmaul, sianosis, cuping hidung, odem

pulmo, krakles.

d. Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak teraba, kapilary refill

lambat, akral hangat / dingin, epistaksis, sianosis perifer, nyeri dada

e. Sistem gastrointestinal :

 Mulut : membran mukosa lembab / kering, perdarahan gusi

 Perut  : turgor ?, kembung / meteorismus, distensi,    nyeri, asites,

lingkar perut ?

  Informasi tentang tinja : warna (merah, hitam), volume, bau,

konsistensi,  darah,  melena

f. Sistem integumen : RL test (+) ?, petekie, ekimosis, kulit kering / lembab, perdarahan

bekas tempat injeksi ?

g. Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria  / anuria

d.      Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : sanitasi ?,

2) Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual, muntah

3) Pola eleminasi

a. Bab : frekuensi, warna (merah ?, hitam ? ), konsistensi, bau,  darah

b. Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir ?, oliguria, anuria

c. Pola aktifitas dan latihan

d. Pola tidur dan istirahat

e. Pola kognitif dan perceptual

f. Pola toleransi dan koping stress

g. Pola nilai dan keyakinan

h. Pola hubungan dan peran

i. Pola seksual dan reproduksi

j. Pola percaya diri dan konsep diri

16
2.      Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolic, dehidrasi,  viremia   

b. PK: Syok Hipovolemia b.d dengan kebocoran plasma, perdarahan,  

c. Takut b.d prosedur pengambilan darah (cek AT dan Hmt serial), hospitalisasi.

d. Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya

e. Defisit self care b.d kelemahan, sesak nafas

f. Kerusakan pertukaran gas b.d akumulasi cairan di rongga paru

g. Resiko kelebihan volume cairan

RENCANA KEPERAWATAN

Hipertermi b.d, pening- Setelah dilakukan tindak-an Pengaturan Panas (3900)


katan metabolik, perawatan selama … X 24
1.       Monitor suhu sesuai kebutuhan
viremia jam suhu badan pasien
normal,  dengan kriteria : 2.       Monitor  tekanan darah, nadi dan respirasi

3.       Monitor suhu dan warna kulit


Batasan karakteristik :
Termoregulasi (0800) 4.       Monitor dan laporkan tanda dan gejala  hipertermi
          Suhu tubuh > normal
      Suhu kulit normal 5.       Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
          Kejang
     Suhu badan 35,9˚C-37,3˚C 6.       Ajarkan klien bagaimana mencegah panas
          Takikardi
yang    tinggi
     Tidak ada sakit kepala/
          Respirasi meningkat
pusing 7.       Berikan obat antipiretik
          Diraba hangat
      Tidak ada nyeri otot 8.       Berikan obat  untuk mencegah atau me-
          Kulit memerah ngontrol  menggigil
       Tidak ada perubahan warna
kulit Nadi, espirasi dalam
batas norma  Hidrasi
Pengobatan Panas (3740)
adequate Pasien
menyatakan  nyaman Tidak
1.       Monitor suhu sesuai kebutuhan
menggigil Tidak iritabel /
2.       Monitor IWL
gra-gapan /  kejang

3.       Monitor suhu dan warna kulit

4.       Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi

17
5.       Monitor derajat penurunan kesadaran

6.       Monitor kemampuan aktivitas

7.       Monitor leukosit, hematokrit, Hb

8.       Monitor intake dan output

9.       Monitor adanya aritmia jantung

10.    Dorong peningkatan intake cairan

11.    Berikan cairan intravena

12.    Tingkatkan sirkulasi udara dengan kipas angin

13.    Dorong atau lakukan oral hygiene

14.    Berikan obat antipiretik untuk mencegah klien


menggigil / kejang

15.    Berikan obat antibiotic untuk mengobati penyebab


demam

16.    Berikan oksigen

17.    Kompres dingin diselangkangan, dahi dan aksila.

18.    Anjurkan klien untuk tidak memakai selimut 

19.    Anjurkan klien memakai   baju berbahan dingin,


tipis dan menyerap keringat

Manajemen Lingkungan (6480)

1.       Berikan ruangan sendiri sesuai indikasi

2.       Berikan tempat tidur dan kain / linen yang


bersih  dan nyaman

3.       Batasi pengunjung

18
Mengontrol Infeksi (6540)

1.       Anjurkan klien untuk mencuci tangan sebelum


makan

2.       Gunakan sabun untuk mencuci tangan

3.       Cuci tangan sebelum dan sesudah me-


lakukan  kegiatan perawatan klien

4.       Ganti tempat infuse dan bersihkan sesuai


dengan  SOP

5.       Berikan perawatan kulit di area yang odem

6.       Dorong klien untuk cukup istirahat

7.       Lakukan pemasangan infus dengan teknik


aseptik    

8.       Anjurkan klien minum antibiotik sesuai advis


dokter                                                                            
                  

PK: Syok hipovolemia Setelah dilakukan tindak-an1.       Kaji


/ dan catat status perfusi perifer. Laporkan
b.d kebocoran plasma, penanganan  selama 1 temuan bermakna : ekstremitas dingin dan pucat,
perdarahan , dehidrasi jam  diharapkan klien penurunan amplitude nadi, pengisian kapiler lambat.
mempunyai perfusi
yang
2.       Pantau tekanan darah pada interval sering ;
adekuat, dengan criteria :
waspadai pada pembacaan lebih dari 20 mmHg di
bawah rentang normal klien atau indicator lain dari
hipotensi : pusing, perubahan mental, keluaran urin
Kriteria hasil :
menurun.
      Amplitudo nadI
3.       Bila hipotensi terjadi, tempatkan klien pada posisi
perifer meningkat
telentang untuk meningkatkan aliran balik vena.
 Pengisian kapiler singkat (< Ingat bahwa tekanan darah > atau = 80/60 mmHg
2 detik) Tekanan darah untuk perfusi koroner dan arteri ginjal yang adekuat.
dalam rentang normal CVP
4.       Pantau CVp (bila jalur dipasang) untuk
> atau = 5 cm H2O
menentukan keadekuatan aliran balik vena dan
     Frekuensi jantung teratur volume darah; 5-10  cm H2O biasanya dianggap
rentang yang adekuat. Nilai mendekati 0
     Berorientasi terhadap waktu,
menunjukkan hipovolemia, khususnya bila terkait
tempat, dan orang
dengan keluaran urin menurun, vasokonstriksi, dan
      Keluaran urin > atau = 30 peningkatan frekuensi jantung yang ditemukan pada

19
ml/jam hipovolemia.

      Akral hangat 5.       Observasi terhadap indicator perfusi serebral


menurun : gelisah, konfusi, penurunan tingkat
      Nadi teraba
kesadaran. Bila indicator positif terjadi, lindungi
      Membran mukosa lembab klien dari cidera dengan meninggikan pengaman
tempat tidur dan menempatkan tempat tidur pada
      Turgor kulit normal
posisi paling rendah. Reorientasikan klien sesuai
       Berat badan stabil dan indikasi.
dalam batas normal Kelopak
6.       Pantau terhadap indicator perfusi arteri koroner
mata tidak cekung  Tidak
menurun : nyeri dada, frekuensi jantung tidak teratur.
demam  Tidak ada rasa haus
7.       Pantau hasil laboratorium terhadap BUN (>20
yang sangat Tidak ada napas
pendek /kusmaul mg/dl) dan kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi ;
laporkan peningkatan.

8.       Pantau nilai elektrolit terhadap bukti ketidak


seimbangan , terutama Natrium (>147 mEq/L) dan
Kalium (>5 mEq/L). Waspadai tanda hiperkalemia :
kelemahan otot, hiporefleksia, frekuensi jantung
tidak teratur. Juga pantau tanda hipernatremia, retensi
cairan dan edema.

9.       Berikan cairan sesuai program untuk meningkatkan


volume vaskuler. Jenis dan jumlah cairan tergantung
pada jenis syok dan situasi klinis klien : RL, Asering

10.    Siapkan untuk pemindahan klien ke ICU/PICU

(Keperawatan Medical Bedah : Swearingen :


1996)

Takut b.d prosedur pe- Setelah dilakukan tindak-an Coping enhancement  (5230)


ngambilan darah, hos- keperawatan selama … X 24
pitalisasi, pengalaman / jam rasa takut 1.       Kaji respon takut klien : data objektif dan subyektif
klien
lingkungan yang berkurang, dengan criteria :
kurang bersahabat. 2.       Jelaskan klien / keluarga tentang proses penyakit

(00148)
3.       Terangkan klien / keluarga tentang semua
Fear control (1404) :
pemeriksaan dan pengobatan
          Klien tidak menye-rang
Batasan
atau menghin-dari sumber
4.       Sampaikan sikap empati (diam, mem-berikan
karakteristik :
yang menakutkan Klien

20
          Panik menggunakan relaksasi  sentuhan, mengijinkan menangis, berbicara dll)
untuk mengurangi
          Teror
takut Klien mampu5.       Dorong orang tua untuk selalu menemani anak

          Perilaku menghindar mengontrol respon takut


6.       Berikan pilihan yang realistic tentang aspek
atau menyerang
Klien tidak melarika diri
perawatan
          Impulsif Durasi takut menurun

          Nadi,  respirasi, TD Klien kooperatif 7.       Dorong klien untuk melakukan aktifitas social dan
saat
sistolik meningkat dilakukan perawatan dan komunitas
pengobatan
          Anoreksia
8.       Dorong penggunaan sumber spiritual
          Mual, muntah
Anxiety control (1402) Anxiety Reduction (5820)
          Pucat
Tidur pasien adekuat 1.       Jelaskan semua prosedur termasuk pe-rasaan yang
          Stimulus sebagai
ancaman Tidak ada manifestasi fisik mungkin dialami selama menjalani prosedur

          Lelah Tidak ada manifestasi


2.       Berikan objek yang memberikan rasa aman
perilaku
          Otot tegang
3.       Berbicara dengan pelan dan tenang
Klien mau berinter-aksi
          Keringat meningkat
sosial
4.       Membina hubungan saling percaya
          Gempar

          Ketegangan me- 5.       Jaga peralatan pengobatan di luar penglihatan

ningkat pasien

          Menyatakan takut
6.       Dengarkan klien dengan penuh perhatian
          Menangis
7.       Ciptakan suasana saling percaya
          Protes
8.       Dorong klien mengungkapkan perasaan, persepsi
          Melarikan diri
klien dan takut secara verbal

9.       Berikan aktivitas/peralatan yang meng-hibur untuk

mengurangi ketegangan

10.    Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi

11.    Anjurkan orang tua untuk membawakan mainan

21
kesukaan dari rumah

12.    Mengusahakan untuk tidak mengulang

pengambilan darah

13.    Libatkan orang tua dalam perawatan dan

pengobatan

14.     Berikan lingkungan yang tenang, batasi

pengunjung

Defisit self care berhu- NOC: NIC: Membantu perawatan diri klien Mandi dan
bungan dengan
Perawatan diri :(mandi, toiletting
kelemah-an
Makan Toiletting,
Aktifitas:
berpakaian)

Setelah diberi motivasi1.     Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah


perawatan selama ….x
dikenali dan mudah dijangkau klien
24 jam, klien mengerti cara
memenuhi ADL secara2.     Libatkan klien dan dampingi
bertahap sesuai kemampuan,
dengan indicator : 3.     Berikan bantuan selama klien masih mampu

·     Mengerti secara seder-hana mengerjakan sendiri


cara mandi, makan, toileting,
dan berpakaian serta mau NIC: ADL Berpakaian
men-coba secara aman tanpa
Aktifitas:
cemas Klien mau
berpartisipasi dengan senang
1.     Informasikan pada Klien dalam memilih pakaian
hati tanpa keluhan dalam
memenuhi ADL selama perawatan

2.     Sediakan pakaian di tempat yg mudah di jangkau

3.     Bantu berpakaian yang sesuai

4.     Jaga privcy klien

5.     Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai

22
NIC: ADL Makan

1.     Anjurkan duduk dan berdo’a bersama teman

2.     Dampingi saat makan

3.     Bantu jika klien belum mampu dan beri contoh

4.     Beri rasa nyaman saat makan

Cemas orang tua b.d Setelah dilakukan tindak-an Coping enhancement  (5230)


perkembangan penyakit keperawatan selama         …
anaknya (perdarahan, X pertemuan 1.       Kaji respon cemas orang tua
lemah, rewel, sesak na- kecemasan  orang
fas, gelisah) tua berkurang, 2.       Jelaskan orang tua tentang proses penyakit
dengan
kriteria : anaknya

Batasan karakteristik : 3.       Jelaskan orang tua tentang prosedur pemeriksaan,


Anxiety control (1402) perawatan dan pengobatan
          Orang tua sering
bertanya Tidur   adekuat
4.       Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan
          Orang tua meng- Tidak ada manifesttasi fisik
penyakit anaknya
ungkapkan perasaan
Tidak adamanifesttasi
cemas 5.       Dorong penggunaan sumber spiritual
perilaku Mencari informasi
          Khawatir untuk mengurangi cemas
Menggunakan teknik
          Kewaspadaan me-
relaksasi untuk mengurangi
ningkat Anxiety Reduction (5820)
cema Berinteraksi social
          Mudah tersinggung          Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang

          Gelisah mungkin dialami selama men-jalani prosedur


Aggression Control (1401)
          Wajah tegang, me-
Menghindari kata yang         Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
merah
meledakledak Menghindari
          Kecenderungan me- perilaku yang merusak         Berbicara dengan pelan dan tenang
nyalahkan orang lain Mampu mengontrol verbal
         Membina hubungan saling percaya

23
         Dengarkan   dengan penuh perhatian

Coping (1302)
         Ciptakan suasana saling percaya

Mampu mengidentifikasi
         Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan,
pola koping yang efektif dan
tidak efektif Mampu persepsi dan cemas secara verbal
mengontrol verbal
         Berikan peralatan / aktivitas yang  meng-hibur
Melaporkan stress /
untuk mengurangi ketegangan
cemasnya berkurang

Mengungkapkan menerima         Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi


keadaan Mencari informasi
10     Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
berkaitan dengan penyakit
dan pengobatan
Memanfaatkan dukungan
social

           

Anxiety control (1402)


Tidur   adekuat

Tidak ada manifesttasi fisik

Tidak ada manifesttasi


perilaku

      Mencari informasi untuk


mengurangi cemas

      Menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi
cemas

      Berinteraksi social

Aggression Control (1401)

          Menghindari kata yang


meledak-ledak

          Menghindari perila-ku

24
yang merusak

          Mampu mengontrol
verbal

Coping (1302)

      Mampu mengidentifikasi


pola koping yang efektif dan
tidak efektif

      Mampu mengontrol verbal

      Melaporkan stress /
cemasnya berkurang

      Mengungkapkan menerima


keadaan Mencari informasi
berkaitan dengan penyakit
dan pengobatan

Memanfaatkan dukungan
social

25
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan).

Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan). Penerbit

buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas Kedokteran UI : Media

Aescullapius. Jakarta.

Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.

26
Nama : Ristian Teguh Dwi wahyuni

Tempat Praktik : UPTD Puskesmas Jiken Blora

Tanggal Praktik : 19 Juni – 01 Juli 2023

Tanggal Masuk PS : 19 Juni 2023

Tanggal Pengkajian : 20 Juni 2023

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An.M
TTL : Blora, 05 November 2012
Usia : 10 tahun
Nama Ayah/ibu : Tn. S dan Ny. K
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan ibu : IRT
Alamat : Dk. Bleboh 01/02 Jiken
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SD
Tanggal masuk : 19 Juni 2023 pukul 16.00 WIB
Tanggal pengkajian : 20 Juni 2023 pukul 15.00 WIB

2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan tubuhnya panas sudah 3 hari.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh demam sejak tanggal 17 Juni 2023, kepala pusing, nafsu makan
menurun. Kemudian pasien di berikan obat paracetamol oleh ibunya dan demam
sempat turun, namun selang 4 jam demam kembali tinggi. Di hari kedua demam mulai
menurun, tetapi ada keluhan mual, nyeri ulu hati, namun di hari ketiga demam kembali
tinggi disertai menggigil dan lemas. Kemudian pasien di bawa oleh orangtuanya ke
IGD Puskesmas Jiken dan di sarankan untuk rawat inap.
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal
Kehamilan ibu pasien G1P0A0
Penerimaan kehamilan : kehamilnnya adalah yang kedua dan sangat dinantikan.
Gizi ibu selama mengandung : Baik, Ibu menyukai sayuran buah buahan dan
minum susu dan vitamin secara teratur
Makanan yang tidak di perbolehkan : makanan yang pedas dan asam.
Pertumbuhan dan kenaikan BB selama hamil :

27
Trimester I : 1 kg
Trimester II : 4 kg
Trimester III : 5 kg
Keluhan utama saat hamil muda : mual muntah terutma bila makan nasi dan bau
masakan itu sampai ± 3 bulan
2. Natal
Bayi lahir di tolong oleh bidan
Jenis persalinan partus spontan
Keadaan waktu bersalin normal
3. Post natal
Apgar score : 10
BBL : 2900 gr
PBL : 49 cm
d. Riwayat Masa Lampau
Pasien mengatakan baru kali ini dirawat di puskesmas. Sebelumnya pasien pernah
mengalami demam dan diberikan obat penurun panas dari bidan kemudian sembuh.
Keluarga pasien mengatakan jika anaknya tidak mempunyai alrgi obat – obatan
maupun makanan.
Ibu pasien juga mengatakan apabila pasien telah meneruma imunisasi secara lengkap.

Imunisasi

BCG : 1x saat umur 0 hari/baru lahir


DPT : 3x, umur 2bulan, 4bulan, 8bulan
Polio : 4x, saat umur 0hari, 2bulan, 4bulan, 8bulan
Hepatitis : 3x, 1bulan, 2bulan, 5bulan
Campak :1x, 9bulan
e. Riwayat penyakit keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa keluarga tidak ada yang menderita demam berdarah
seperti yang di derita anaknya, ibu pasien juga mengatakan bahwa keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti TB dan Hepatitis ataupun penyakit
menurun seperti DM atau Hipertensi.
f. Riwayat social
Pasien di asuh oleh kedua orang tuanya dan kakek neneknya
pembawaan secara umum : pasien seorang anak laki-laki, berpakaian seperti laki-laki,
jarang main di luar rumah, terkadang teman-temannya yang main ke rumah.
Lingkungan rumah : ibu pasien mengatakan bahwa lingkungan di sekitar rumahnya
kurang bersih karena banyak semak-semak. Didalam rumah ada kamar mandi, closed,
dan bak mandi yang tidak tertutup,ada ventilasi udara yang baik.
g. Genogram

28
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Anak Laki-laki

: Keturunan

: Pernikahan

h. Keadaan kesehatan saat ini


Diagnose medis : DHF
Tindakan operasi :-
Obat-obatan : Infus RL 12tpm
Paracetamol 250 mg/8 jam
Tindakan keperawatan : Memberikan posisi yang nyaman untuk pasien

Memberikan kompres hangat

Memberikan penyuluhan kepada orangtua


Hasil laboratorium

Nilai Rujukan
Hematologi Hasil Satuan
Laki-Laki Perempuan

Leukosit 6,0 4-10 X10³µL

Hemoglobin 14,2 14,0-17,5 12,3-15,5 g/dl

Hematokrit 29,5 40,0-54,0 37,0-47,0 %

Trombosit 81 150-500 X10³µL

i. Pengkajian pola fungsional


 Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan

29
Ibu pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera berobat ke
puskesmas. Ketika pasien sakit, orang tua segera memeriksakan anaknya ke
puskesmas demi keselamatan anaknya.

 Pola nutrisi dan metabolic

Intake makanan

Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur dan lauk

Selama sakit : pasien makan 3x sehari dengan menu bubur, habis 3 sdm

Intake cairan

Sebelum sakit : air putih ± 6 gelas sehari

Selama sakit : air putih ± 3 gelas sehari + infuse RL 12 tpm cc/jam

 Pola eliminasi

BAB

Sebelum sakit : pasien BAB 1x/hari, konsistensi lembek berwarna uning kecoklatan

Selama sakit : pasien belum BAB selama di rawat di rumah sakit.

BAK

Sebelum sakit : 4-6x/hari, warna kuning jernih, bau khas

Selama sakit : 4-5x/hari, bau seperti obat warna kuning tua

 Pola aktivitas

No. Pola aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit

Mandi 3x sehari, Mandi 2x sehari


1 Rutin mandi
mandiri disibin

Terbaring di tempat
bermain dengan
2 Aktivitas sehari-hari tidur dan bermain
teman (sepak bola)
gadget

3 Level aktivitas anak Mandiri Di bantu orang lain

Persepsi anak terhadap


4 Kuat Lemah
kekuatan

Ganti baju 3x sehari, Ganti baju 2x sehari


5 kebersihan rutin
dibantu orang tua dibantu orang tua

6 Kemampuan Terkadang mandiri Di bantu orang tua


dan terkadang dibantu

30
kemandirian :

 Mandi orag tua

 Makan

- Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : tidur 8 jam sehari, malam 7 jam siang 1 jam

Selama sakit : tidur 9 jam sehari, malam 7 jam siang 2 jam

 Pola kognitif persepsi

Paien dapat merespon dengan baik, berkomunikasi dengan baik, baik dengan suara
maupun dengan sentuhan. Anak dapat mengikuti objekmata dan vocal suara, kata kata
dan kalimat juga jelas.

 Pola peran dan hubungan

Pasien adalah ank tunggal, dalam keluarga tidak ada permasalahan yang membuat stress,
interaksi antar keluarga baik, pasien kadang bermain dengan temannya.

 Sexualitas

Pasien adalah seorang ank laki-lkai dan merupakan ank tunggal, berpenampilan seperti
anak laki-laki dan memiliki banyak teman laki-laki dan perempuan.

 Koping pola keyakinan dan nilai

Ibu pasien percaya bahwa anaknya akan sembuh karena sudah mendapatkan perawatan
dan selalu berdo’a untuk kesembuhan anaknya.

 Koping pola toleransi dan stress

Ibu pasien mengatakan merasa takut dan mencemaskan keadaan anknya, karena
sebelumnya jika demam bisa diatasi sendiri dengan minum obat, tetapi demam yang
sekarang tak kunjung turun.

 Status nutrisi

BB : 15 kg

TB : 125 cm

3. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
Penampilan : Pola kebersihan terawat
Kesadaran : Composmentis
GCS : E4V5M6
Antropometri : BB : 25 kg, TB: 135 cm

31
TTV : TD : 90/60 mmHg
N : 110 x/mnt
S : 39℃
RR : 24 x/mnt
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : Tidak ada secret, bentuk dan fungsi dalam batas normal
Telinga : Simetris, fungsi pendengaran normal
Mulut : Mukosa bibir kering
Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : Tampak ictus cordis pada costae 4 dan 5
 Palpasi : Teraba ictus cordis di midclavicula sinistra
 Perkusi : Pekak
 Auskultasi : S1 dan S2 reguler
Pemeriksaan dada
 Inspeksi : Retraksi dada datar
 Auskultasi : Vesikuler
 Palpasi : Vokal Fremitus teraba kanan kiri sama
 Perkusi : Sonor
Pemeriksaan perut
 Inspeksi : Tidak ada lesi
 Auskultasi : Paristaltik usus 16x/menit
 Palpasi : Nyeri tekan pada ulu hati dan ada pembesaran hepar
 Perkusi : Tympani
Pemeriksaan kulit : Akral hangat, turgor kulit tidak elastis.
Ekstremitas : Terpasang infuse RL 12 tpm pada tangan kiri
CRT < 2 detik.

Genetalia : Tidak terpasang DC

4. Pemeriksaan perkembangan
 Pasien berumur 10 tahun
 Ibu pasien mengatakan anaknya lahir dengan BB : 2,9 Kg dan PB : 49 cm dengan
kelahiran spontan dan cukup umur kelahirannya pada usia 6 bulan BB anaknya 5
Kg setelah umur 1 tahun BB : 10 Kg dan saat ini BB anaknya 15 Kg.
 Pertumbuhan gigi
Ibu pasien mengatakan gigi mulai tumbuh pada usia 1 tahun jumlahnya 4 buah
atas dan bawah. Tidak ada masalah dengan pertumbuhan gigi.
 Usia saat menegakan kepala : Ibu pasien mengatakan saat usia 3 bulan, duduk
pada usia 6 bulan dan berjalan dengn berkata-kata pertama pada usia satu tahun.
 Ibu pasien mengatakan interaksi dengan lingkungan dan keluarga baik

32
 Ibu pasien mengatakan setelah bangun tidur siang pasien kadang bermain dengan
temannya

B. ANALISA DATA

No Analisa Data Etiologi Masalah

1 DS : - Peningkatan Resiko kurang


DO : Turgor kulit permeabilitas cairan
tidak elastis vaskuler
- Mukosa mulut
kering
- CRT < 2 detik
- Trombosit 81
- Terpasang
infus RL
- Balance cairan
Intake 2390cc
Ouput 1500cc

2 DS : Pasien Anoreksia Gangguan pemenuhan


mengatakan tidak kebutuhan nutrisi kurang
nafsu makan, perut dari kebutuhan
terasa mual.
DO :
- Pasien hanya
mau makan 3
sdm
- Bising usus
menurun 10
x/menit
- IMT sebelum
sakit 13,7
- IMT setelah
sakit 13,1

3 DS : pasien Proses Hipertermi


mengatakan badannya Infeksi

33
terasa panas

DO : - SUhu ubuh 39 °
C

- Akral hangat
- Leukosit = 6 x
10³µL
- Hb : 14,2 g/dl
- Ht : 29,5 %
- Trombosit : 81
x 10³µL

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko kurang cairan b.d peningkatan permeabilitas vaskuler
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia
3. Hipertermi b.d proses infeksi

D. RENCANA KEPERAWATAN

Tgl/jam No. NIC NOC RASIONAL


Dx

20 Juni 1 Setelah dilakukan 1. Pantau tanda 1. Untuk


2023 Tindakan – tanda mengetahui
16.00 keperawatan kekurangan tanda – tand
selama1x24 jam cairan a dehidrasi
di harapkan tidak 2. Anjurakn 2. Agaar
terjadi pasien untuk tubuh tetap
kekurangan cairan banyak terhidrasi
dengan kriteria minum 3. Agar
hasil : 3. Jelaskan pada keluarga
- Turgor keluarga mengenal
kulit mengenai tanda – tanda
membaik tanda – tanda dehidrasi
- Mukosa kekurangan
bibir cairan
lembab
trombosit dalam
batas normal

20 Juni 2 Setelah dilakukan 1. Kaji factor –


2023 tindakan factor

34
keperawatan penyebab
selama 1x24 jam 2. Anjurkan
diharapkan pasien untuk
kebutuhan nutrisi makan sedikit
pasien terpenuhi dalam porsi
dengan criteria kecil dan sering
hasil : 3. Catat jumlah
- Pasien porsi yang
mampu dihabiskan
menghabis pasien
kan
makanan
yang telah
disediakan
- Nafsu
makam
meningkat
- Tidak ada
mual

20 Juni 3 Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1 untuk


2023 Tindakan 2. Berikan mengetahui
keperawatan kompres secara cepat
selama 2x24 jam hangat apabila
diharapkan suhu 3. Anjurkan terjadi
tubuh pasien pasien untuk perubahan
dalam rentang banyak hemodinami
normal dengan minum air ka
kriteria hasil : puith
2 Dapat
36,5°C – 37,2°C 4. Kolaborasi
meningkatka
pemberian
n suhu tubuh
paracetamol
lebih cepat
sehingga
demam dapat
menurun

3 Agar tubuh
tetap
terhidrasi

4 Sebagai
obat

35
antipiretik

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/jam No.Dx Implementasi Respon TTD

20/6/20 3 1. Memonitoring TTV S : ibu pasien Ristian


23 mengatakan
Pukul anaknya lemas dan
16.00 badannya panas
WIB O:

TD : 90/60 mmHg

N : 110x/mnt

RR : 24x/mnt

S : 39° C

20/6/20 3 2. Memberikan S:- Ristian


23 kompres hangat O:
Pukul
S : 39° C
16.10
WIB Tubuh pasien
teraba panas

Pasien dikompres
hangat pada dahi
dan ketiaknya

20//6/20 1 3. Menganjurkan S:- Ristian


23 pasien banyak O : - Mukosa mlut
Pukul minum air putih tampak kering
16.20 - Turgor kulit
WIB turun
- Kulit
tampak
kering

20/6/20 1 4. Mengkolaborasikan S :- Ristian


23 dengan tim medis O : Pasien minum
Pukul pemberian obat paracetamol 250
16.30 paracetamol 250 mg
WIB mg/ oral Obat Masuk pasien

36
tidak muntah

20/6/20 2 1. Menganjurkan S : pasien Ristian


23 pasien makan mengatakan tidak
Pukul sedikit tapi nafsu makan,
16.30 sering. masih mual
WIB O : Porsi makan
yang disediakan
tidak dihabiskan

20/6/20 1 1. Memantau tanda S : - Ristian


23 kekurangan O : - mukosa mulut
Pukul cairan kering
16.40 - Turgor kulit
WIB mulai
menurun
- Kulit
tampak
kering

3 2. Menganjurkan S:- Ristian


pasien banyak
minum air putih O : pasien bersedia
menambah jumlah
minum

21/6/20 1 1. Memonitor S : pasien Ristian


23 TTV mengatakan
Pukul demam mulai turun
15.00 O:
WIB
S : 36,8° C

TD : 100/60 mmHg

RR : 25x/Menit

N : 102x/Menit

21/6/20 1 1. Menganjurkan S : pasien Ristian


23 pasien untuk mengatakan jika
Pukul banyak minum sudah menambah
15.10 jumlah minum
WIB O : - mukosa mulut
masih tampak

37
kering
- Kulit kering
- Turgor kulit
turun

21/6/20 2 1. Menganjurkan S : Pasien Ristian


23 pasien makan mengatakan sudah
Pukul porsi kecil mau makan, mual
15.20 tapi sering sudah hilang
WIB O : porsi makn
habis ¾ porsi

21/6/20 1 1. Memantau S:- Ristian


23 tanda O : Mukosa mulut
Pukul kekurangan mulai lembab
15.30 cairan - Kulit masih
WIB kering

F. EVALUASI

Tanggal jam No.Dx Catatan perkembangan TTD

22/5/2023 15.0 1 S : Pasien mengatakan sudah


0 menambah jumlah minum
WIB O : mukosa mulut mulai lembab
A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

22/6/2023 15.0 2 S : Pasien mengatakan sudah


0 mau makan, mual ( - )
WIB O : porsi makan habis ¾ porsi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

22/6/2023 15.0 3 S : Pasien mengatakan demam


0 sudah mulai turun
WIB O:

TD : 100/60mmHg

38
N : 102 x/mnt

RR : 25 x/mnt

S : 36,8° C

A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

39

Anda mungkin juga menyukai