Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN KOMUNITAS

MASYARAKAT

OLEH
NAMA KELOMPOK :

1. DESAK NYOMAN INDRAYANI (15C11500)


2. I PUTU ADI (16C11721)
3. NI WAYAN DEBBY PRAMITA A.P (16C11740)
4. NI PUTU KARUNIA JAYANTI (16C11761)
5. I GUSTI AA MIRAH KENCANAWATI (16C11769)
6. NI PUTU PUTRI BINTANG LUSIANA (16C11776)
7. NI WAYAN TRISNA EKA PUTRI (16C11790)
8. NI LUH WERNI ARI PURNAMA (16C11793)
9. NI KADEK WINADI (16C11795)

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

1
KATA PENGANTAR

Om swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehigga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Masyarakat”.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi penilaian mata pelajaran di


Institut Teknologi dan Kesehatan Bali. Kami mengucapkan terimakasih kepada
Ibu Ns. Komang Ayu Henny Achja, SKM, Mkep, SpKom selaku dosen pengampu
mata ajar Keperawatan yang telah memberikan tugas ini untuk menambah
pengetahuan penulis selaku mahasiswa dan membantu penulis dalam pemenuhan
standar penilaian.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca bisa
memberikan saran dan kritik yang dapat membantu penulis agar makalah ini lebih
sempurna kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Denpasar, 29 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………….………….………2

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………...4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….……... 4

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………...……..….….4

1.3 Tujuan ..………………………………………...………………………….5

1.4 Manfaat ……..……………………………...…………………….…….….5

BAB II Pembahasan……………………………………………………….…...6

2.1 Definisi Masyarakat………………………………………………………..6

2.2 Tipe-Tipe Masyarakat ……………………………………………...…..….8

1. Masyarakat Antiligasi dan Masyarakat Litigasi….........……………….……8

2. Masyarakat Konsensus dan Masyarakat Konflik……………………….…..10

3. Masyarakat Didominasi oleh Hukum dan Masyarakat Didominasi oleh Kultur


…………………………………………………………………………….…….15

4. Masyarakat Sederhana dan Masyarakat Kompleks ………………….....……15

2.3 Masalah-Masalah Kesehatan Secara Umum di Indonesia…………………..16

BAB III Kesimpulan dan Saran .…………………………………….…………20

Daftar Pustaka ………………………………………………………..………...21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa manusia, yang
dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain. (Hasan Shadily 1984:47). Adapaun tipe-tipe
masyarakat antara lain masyarakat antiligasi dan masyarakat litigasi yaitu
menganggap besar kemungkinan tiada masyarakat didunia ini dimana litigasi alias
penyelesaian melalui pengadilan dianggap sebagai cara yang normal untuk
menyelesaikan sengketa. Masyarakat konsensus dan masyarakat konflik yaitu
diskusi hukum secara sosiologis dalam masyarakat umumnya didasarkan pada
salah satu dari dua pandangan konsepsi ideal tentang masyarakat yaitu pandangan
konsensus integrasi dan pandangan konflik paksaan. Masyarakat didominasi oleh
hukum dan masyarakat ini didominasi oleh kultur yaitu masyarakat didominasi
oleh hukum dan kultur, adapun pengertian masyarakat hukum adalah segala
bidang diatur oleh hukum sedangkan kultur adalah menjungjung nilai-nilai yang
hidup dilingkungannya. Masyarakat sederhana dan masyarakat kompleks yaitu
masyarakat sederhana adalah masyarakat yang tidak rumit, keterikatan emosional
antara masyarakat sangat tinggi sehingga tercipta kerukunan interaksi social yang
sangat tinggi. Masyarakat kompleks adalah masyarakat yang berkembang seiring
dengan perkembangan zaman. Masalah-masalah kesehatan secara umum di
Indnoesia yaitu baik dari penyakit tidak menular yaitu penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, stroke. Penyakit menular seperti gonorea, HIV/AIDS, hepatitis dll.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari masyarakat ?


2. Apa saja tipe-tipe dari masyarakat ?
3. Apa saja permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia ?

4
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari masyarakat.


2. Untuk mengetahui tipe-tipe dari masyarakat.
3. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan yang ada diIndonesia.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk menambah


pengetahuan dalam bidang keperawatan komunitas.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI MASYARAKAT

Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa


manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan
pengaruh mempengaruhi satu sama lain. (Hasan Shadily 1984:47).Menurut Mayor
Polak dalam Abu Ahmadi (2003:96), menyebutkan bahwa masyarakat adalah
wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-
kolektiva serta kelompok dalam tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-
kelompok lebih baik atau sub kelompok. Sedangkan menurut Djojodiguno tentang
masyarakat adalah suatu kebulatan dari pada segala perkembangan dalam hidup
bersama antar manusia dengan manusia (dalam Abu Ahmadi 2003:97).

Pendapat lain mengenai masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang


telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama
ditaati dalam lingkungannya.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat menurut Abu


Ahmadi (2003):

a. Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan


poengumpulan binatang.
b. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah
tertentu.
c. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka
untuk menuju kepada kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama.

Dari penjelasan dan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat


adalah sekelompok manusia majemuk yang tinggal dalam satu teritorial tertentu
dan terdiri dari beraneka ragam kelompok yang memiliki kesepakatan bersama
berupa aturan-aturan ataupun adat istiadat yang timbul dan tercipta karena
kebersamaan tersebut. Adanya aturan atau adat ini sangat bergantung dengan
masyarakat itu sendiri dan juga kesepekatan bersama yang timbul setelah
kehidupan itu berlangsung dalam waktu yang lama.

6
Konsep Masyarakat menurut Edi Suharto (2006:11) adalah area dimana
praktek pekerjaan sosial makro beroprasi. Berbagai definisi mengenai masyarakat
biasanya diterapkan berdasarkan konsep ruang, orang, interaksi dan identitas.
Dalam arti sempit istilah masyarakat merujuk pada sekelompok orang yang
tinggal dan berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa,
kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Dalam arti luas, masyarakat menunjuk
pada interaksi kompleks sejumlah orang yang memiliki kepentingan dan tujuan
bersama meskipun tidak bertempat tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu.
Masyarakat seperti ini bisa disebut sebagai societas atau society. Misalnya
masyarakat ilmuwan, masyarakat bisnin, masyarakat global dan masyarakat
dunia.

Kemasyarakatan atau keadaan dimana terdapat kehadiran orang lain disisi


kita, kehadiran itu bisa nyata kita lihat dan kita rasakan, namun juga bisa hanya
dalam bentuk imajinasi. Setiap kita bertemu orang meskipun hanya melihat atau
mendengarnya saja, itu termasuk situasi sosial. Begitu juga ketika kita sedang
menelfon, atau chatting, bahkan setiap kali kita membayangkan adanya orang
lain.Misalkan melamunkan pacar, mengingat ibu bapa, menulis surat pada teman,
membayangkan bermain sepakbola bersama, mengenang tingkah laku buruk di
depan orang, semuanya itu termasuk sosial. Sekarang, coba kita ingat-ingat situasi
dimana kita betul-betul sendirian. Pada saat itu kita tidak sedang dalam pengaruh
siapapun. Bisa dipastikan kita akan mengalami kesulitan menemukan situasinya.
Jadi, memang benar kata Aristoteles, sangfilsuf Yunani, tatkala mengatakan
bahwa manusia adalah mahluk sosial, karena hampir semua aspek kehidupan
manusia berada dalam situasi sosial.

7
2.2 TIPE – TIPE MASYARAKAT

1. Masyarakat Antiligasi dan Masyarakat Litigasi


Menurut Prof Kawashima, menganggap besar kemungkinan tiada
masyarakat didunia ini dimana litigasi alias penyelesaian melalui
pengadilan dianggap sebagai cara yang normal untuk menyelesaikan
sengketa. Sangat jarang terjadi dimana kedua pihak yang bersengketa akan
memaksakan tuntutannya sedemikian jauh sehingga membutuhkan
penyelesaian dengan cara datang ke pengadilan; sebagai penggantinya,
salah satu dari pihak yang bersengketa kemungkinan besar akan
menawarkan ganti rugi yang memuaskan atau akan mengusulkan
penggunaan suatu prosedur informal di luar pengadilan. Namun orang
Jepang umumnya tidak menyukai berlitigasi (berproses di pengadilan),
tetapi bukan berarti orang Jepang adalah pelanggar hukum. Mengapa
orang Jepang anti litigasi :
1) Pertama, sikap masyarakat Jepang yang menganggap persengketaan
pada hakikatnya merupakan suatu yang buruk.
2) Kedua, litigasi dihindari di Jepang sebab sistem ini membuat kesulitan
utuk dapat memasuki pengadilan, terlalu banyak pranata perintang.
3) Ketiga, terdapat cukup tersedia informasi empiris yang memungkinkan
baik penggugat maupun tergugat untuk memperkirakan apa yang bakal
terjadi kalau mereka menggunakan sistem peradilan, justru dari
perkiraan yang empiris mereka saksikan, warga masyarakat umumnya
berpendapat bahwa sebaiknya persengketaan tidak diakhiri dengan
melalui pengadilan.
4) Keempat, masyarakat Jepang lebih senang kompromi daripada
konfortasi. Sikap itu tetap berlaku sampai saat ini. Orang-orang Jepang
selalu menyukai penyelesaian dengan cara mediasi atau konsiliasi agar
dapat mempertahankan hubungan yang harmonis, daripada sekedar
menentukan siapa yang salah dan siapa yang benar.

Orang-orang Jepang tidak menyukai “pemenang” dan “orang kalah” .


mereka lebih agresif daripada orang-orang Anglo Saxon atau orang-orang

8
Jerman. Seseorang yang memaksakan hak-haknya dianggap sebagai
seorang yang tidak fleksibel dan egois. Kewajiban adalah lebih penting
daripada hak-hak individu. Mengajukan gugatan ke pengadilan berarti
menghancurkan kemampuan seseorang untuk bernegoisasi dan
menurunkan kemandirian. Litigasi dianggap merusak hubungan yang
lama. Kalau orang Jepag dimitoskan dengan menggunakan model
antilitigasi, sebaliknya masyarakat Barat utamanya masyarakat Amerika
Serikat sangat menyukai litigasi, masyarakat litigasi selalu menyelesaikan
masalah melalui pengadilan. Kecenderungan barat yang mengidentikkan
hukum dengan pengadilan sangat tampak pada pandangan realisme,
dimana realism hukum merupakan studi tentang hukum sebagai suatu
yang benar-benar secara realistis dilaksanakan. Chipman Gray
menegaskan bahwa yang dimaksud dengan hukum, hanya aturan-aturan
yang ditetapkan melalui pengadilan. Sebaliknya undang-undang maupun
materi hukum lain hanya merupakan sumber hukum belaka. Pandangan
semacam ini jelas membentuk pemikiran warga masyarakatnya untuk
berkecenderungan litigatif, karena hanya melalui proses pengadilanlah
maka hukum dapat ditegakkan. Pendekatan realism hukum diterapkan
hanya di suatu masyarakat di mana bagian terbesar dari hukumnya
dikembangkan melalui pengadilan-pengadilannya seperti halnya
masyarakat Amerika Serikat yang dikenal sangat litigatif. Pendekatan
realism hukum ini hamper tidak diterapkan di masyarakat antilitigasi
seperti masyarakat Jepang, dan juga tidak diterapkan di masyarakat yang
menggunakan sistem menuangkan sebagian besar hukumnya nsecara
tertulis dalam wujud perundang-undangan. Para penentang realism
berpendapat bahwa hukumlah yang lebih dahulu ada, barulah kemudian
pengadilan. Definisi hukum yang menyatakan hukum sebagai apa yang
diputuskan oleh pengadilan, sama dengan mengatakan bahwa obat adalah
dituliskan di atas kertas resep dokter.

Seperti halnya konon telah terjadi perubahan pada masyarakat Jepang


yang sedikit demi sedikit mulai dapat menerima penyelesaian secara
litigasi, maka hal yang sebaliknyapun terjadi di Amerika Serikat dari yang

9
dulunya sangat litigatif, sedikit demi sedikit mulai meninggalkan
penyelesaian secara litigasi, khususnya di bidang bisnis. Mereka mulai
menggunakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan, baik melalui cara
arbitrasi, mediasi maupun konsiliasi. Jadi, pilihan yang menentukan
apakah warga masyarakat memilih pengadilan sebagai wadah penyelesaian
konflik atau tidak masih tergantung pada berbagai factor non hukum
antara lain biaya yang harus dikeluarkan jika memilih alternative
berpengadilan.

Pertimbangan lain, khususnya dalam sengketa bisnis, adalah cepat


lamanya proses pengadilan itu. Meskipun pada akhirnya ada pihak yang
dimennangkan oleh pengadilan, tetapi karena lamanya proses pengadilan
untuk membuat

keputusan yang berkekuatan hukum tetap, maka kemungkinan besar pihak


“pemenang” tetap “kalah” secara financial, karena sudah terjadi inflasi dan
perubahan nilai mata uang.

2. Masyarakat Konsensus dan Masyarakat Konflik

Diskusi hukum secara sosiologis dalam masyarakat umumnya


didasarkan pada salah satu dari dua pandangan konsepsi ideal tentang
masyarakat, yaitu pandangan konsensus integrasi (integration-consensus) dan
pandangan konflik paksaan (conflict-coercion perspektif). Pandangan
konsensus integrasi (integration-consensus) menggambarkan masyarakat yang
terintegrasi secara fungsional dan relatif memliki sistem yang stabil. Sistem
tersebut diadakan dan dibuat secara bersama dan didasarkan pada suatu
kesepakatan atau konsensus dasar atas nilai-nilai. Ketertiban sosial (social
order) merupakan hal yang relatif permanen dan para individu dapat meraih
kepentingan-kepentingan mereka melalui kerjasama.

Pandangan ini memandang konflik sosial sebagai upaya perjuangan


tidak diperlukan bagi para individu dan kelompok yang belum memperoleh
pemahaman yang cukup tentang kepentingan bersama dan saling

10
ketergantungan secara mendasar. Pandangan ini justeru menekankan pada rasa
kepaduan (cohesion), rasa solidaritas, rasa kesatuan (integration), sikap
kerjasama (cooperation) dan stabilitas masyarakat, yang dilihat sebagai
budaya berbagi dan kesepakatan pada nilai-nilai dan norma-norma yang
fundamental. Sedangkan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion
perspektif) bertolak belakang dengan pandangan konsensus integrasi
(integration-consensus). Pandangan ini mencirikan masyarakat yang terdiri
dari para individu dan kelompok ini dengan munculnya konflik dan perbedaan
yang diadakan bersama secara paksaan.

Dalam pandangan ini, ketertiban merupakan ketidakstabilan dan hanya


bersifat sementara (temporary). Hal ini disebabkan karena setiap individu-
individu dan kelompok-kelompok berupaya untuk memaksimalkan
pencapaian kepentingannya masing-masing dalam dunia yang memiliki
keterbatasan sumber daya dan berbagai jenis barang. Pandangan ini juga
memandang konflik sosial (social conflict) sebagai tindakan intrinsik terhadap
interaksi antara para individu dan kelompok. Selanjutnya dalam pandangan
ini, untuk mempertahankan dan memelihara kekuasaan diperlukan dorongan
(inducement) dan paksaan (coersion). Oleh karenanya, hukum merupakan alat
penekan/represif (instrument of repression) sehingga kepentingan-
kepentingan kekuasaan mampu dipertahankan sebagai alternatif kepentingan-
kepentingan, norma-norma dan nilai-nilai.

Hal pokok terkait kedua pandangan konsepsi ideal tentang masyarakat


diatas, menurut pendapat Ralf Dahrendorf adalah bahwa tidak mungkin dalam
kenyataan (empirical) memilih salah satu dari dua pandangan tersebut, baik
stabilitas dan perubahan, integrasi dan konflik, fungsi dan disfungsi,
konsensus dan pembatasan, keseluruhannya hanyalah imajinasi dari suatu
masyarakat (1958: 174-175). Maka pada saat hukum dipandang dari salah satu
pandangan diatas, tidaklah mengherankan, memunculkan peranan hukum
yang berbeda.

a. Pandangan Konsensus Integrasi (Integration-Consensus Perspective)

11
Pandangan konsensus integrasi (integration-consensus) ini melihat
hukum sebagai suatu kerangka kerja yang netral (a neutral framework)
untuk mempertahankan dan memelihara integrasi masyarakat. Salah
satu sarjana terkemuka dan paling berpengaruh adalah Roscoe Pound
(1943-1959). Menurut Pound, masyarakat sebagai keragaman
kelompok yang kepentingan-kepentingannya seringkali bertentangan
satu sama lain, tetapi pada dasarnya berjalan secara harmonis.
Roscoe Pound memandang berbagai kepentingan merupakan unsur
pokok bagi keberadaan masyarakat dan mempertahankan bahwa
rekonsiliasi antara kepentingan yang bertentangan dari keberagaman
kelompok dalam masyarakat adalah penting untuk melindungi dan
memelihara ketertiban sosial (social order). Dengan kata lain menurut
pendapat Pound, hukum adalah upaya untuk meraih kepuasan,
rekonsiliasi, harmonisasi, penyesuaian terhadap berbagai pertentangan
tuntutan dan permintaan, bahkan memberikan perlindungan secara
langsung dan segera, atau memberikan jaminan perlindungan atas
berbagai kepentingan individu, sehingga memberikan dampak luas
bagi kepentingan warga masyarakat dengan pengorbanan yang
minimal pada berbagai kepentingan tersebut secara keseluruhan.
(Pound, 1943: 39)
Dalam pandangan Pound, hukum dalam masyarakat yang
heteronom dan pluralistik, sebagaimana di Amerika Serikat,
memerlukan pemahaman yang baik sebagai upaya kompromi
masyarakat dengan menekankan pada ketertiban sosial dan
harmonisasi. Pound memberikan argumentasi bahwa dalam sejarah
pembangunan hukum telah menunjukkan suatu pengakuan terhadap
pertumbuhan dan kepuasan kebutuhan manusia, tuntutan dan
keinginan melalui hukum. Pada masa lampau, hukum lebih
memusatkan perhatiannya dengan memenuhi berbagai spektrum
kebutuhan manusia. Hukum benar-benar mewujudkan keinginan
masyarakat dan mendatangkan kepuasan bagi kebutuhan masyarakat
(Pound, 1959: 47).

12
Roscoe Pound juga memandang hukum sebagai bentuk perubahan
sosial• (social engineering) yang diarahkan untuk mewujudkan
keharmonisan masyarakat. Pound berpendapat bahwa tujuan hukum
adalah mempertahankan dan memastikan esensi nilai-nilai dan
kebutuhan terhadap ketertiban sosial (social order), tidak dengan
memaksa keinginan suatu kelompok kepada kelompok lainnya, akan
tetapi dengan melakukan pengawasan (controlling), rekonsiliasi dan
mediasi terhadap keberagaman dan pertentangan kepentingan antara
para individu dan kelompok masyarakat. Singkatnya, tujuan hukum
adalah untuk mengawasi berbagai kepentingan dan mempertahankan
atau memelihara keharmonisan dan integrasi masyarakat. Talcott
Parsons (1962: 58) berpendapat bahwa fungsi utama sistem hukum
adalah integritas. Untuk menyederhanakan pertentangan elemen-
elemen yang berpotesi dan untuk memudahkan metode-metode atau
alat-alat komunikasi sosial.
Sosiolog lainnya adalah Harry C. Bredemeier (1962) yang menerima
pandangan ini dan meyakini bahwa perlunya masyarakat untuk
menambah mekanisme informal dengan mekanisme formal dalam
mewujudkan dan menciptakan kerjasama antar individu. Hukum
sebagai suatu badan peraturan perundang-undangan (body of rules)
yang dibentuk oleh perwakilan dari masyarakat untuk memenuhi
berbagai kepentingan masyarakat itu sendiri. Hukum pada pokoknya
merupakan lembaga netral (a neutral agent), menyediakan
penghargaan (rewards) dan hukuman (punishment) tanpa
penyimpangan. Asumsi dasar pandangan ini ialah bahwa sistem politik
adalah pluralistik; yang tersusun atas beberapa kelompok kepentingan
yang memiliki kekuatan yang seimbang. Hukum merefleksikan
kompromi dan konsensus antara beragamnya kepentingan kelompok-
kelompok dan nilai-nilai fundamental demi terwujudnya ketertiban
sosial (Chambliss, 1976 : 4).
a. Pandangan Konflik Paksaan (Conflict-Coercion Perspective)

13
Berbeda dengan pandangan Konsensus Integrasi, pandangan
Konsensus Konflik melihat hukum sebagai senjata dalam konflik sosial
(Turk 1978) dan sebagai suatu instrumen tekanan yang dipimpin oleh
kelompok yang sedang berkuasa demi kepentingan mereka (Chambliss
dan Seidman, 1982:36).

Menurut pandangan ini, transformasi masyarakat yang kecil, relatif


homogen menjadi jaringan kelompok dengan kekhususannya
merupakan evolusi dari kedua keinginan dan kepentingan antar
kelompok. Jika terjadi konflik, mereka bersaing agar kepentingannya
dilindungi dan dituangkan secara formal dalam bentuk undang-undang
(hukum). Richard Quinney menyatakan bahwa hukum bukanlah
sebagai suatu alat pengontrol dari kepentingan-kepentingan yang ada
melainkan sebagai ekspresi dari berbagai kepentingan tersebut.

Pertama, Quinney berpendapat bahwa masyarakat dibentuk oleh


keragaman, konflik, paksaan, dan perubahan, bukan dibentuk oleh
konsensus dan stabilitas.

Kedua, hukum adalah hasil dari pelaksanaan kepentingan-


kepentingan yang berfungsi diluar kepentingan tertentu. Meskipun
hukum dapat mengontrol kepentingan, namun hukum sejak awal
diciptakan oleh kepentingan orang-orang dan kelompok-kelompok
tertentu; tidak jarang merupakan produk dari seluruh masyarakat.
Hukum dibuat oleh manusia, mewakili kepentingan khusus, yang
memiliki kekuasaan untuk menerjemahkan kepentingan mereka ke
dalam kebijakan publik. Tidak sama seperti konsepsi politik yang
plural, hukum tidak mewakili kompromi dari kepentingan masyarakat
yang beragam, akan tetapi mendukung beberapa kepentingan lainnya
(1970:35).

Pendukung Pandangan Konflik-Paksaan meyakini hukum


sebagai alat dimana penguasa menjalankan kontrolnya. Hukum
melindungi pemilik kekuasaan dan juga untuk menekan ancaman

14
politik terhadap posisi elit. Namun para advokat memiliki pandangan
sebaliknya. Tidak semua hukum itu diciptakan dan dilaksanakan demi
keuntungan para penguasa semata dimasyarakat. Hukum melarang
pembunuhan, perampokan, kerusuhan, hubungan sedarah (incest), dan
penyerangan. Dimana kesemuanya ini menguntungkan seluruh
anggota masyarakat, terlepas dari posisi ekonomi mereka. Sehingga
hukum itu sebenarnya lebih luas daripada sebuah asumsi yang
mengatakan bahwa penguasa mendikte isi hukum dan penegakannya
hanya untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Kedua
pandangan tersebut mengandung kebenaran. Hukum dapat
merefleksikan kepentingan tertentu dari pihak penguasa dan pihak
yang memiliki pengaruh di masyarakat.

3. Masyarakat Didominasi oleh Hukum dan Masyarakat Didominasi


oleh Kultur

Masyarakat didominasi oleh hukum dan kultur, adapun pengertian


masyarakat hukum adalah segala bidang diatur oleh hukum sedangkan kultur
adalah menjungjung nilai-nilai yang hidup dilingkungannya.

4. Masyarakat Sederhana dan Masyarakat Kompleks

Masyarakat sederhana adalah masyarakat yang tidak rumit, keterikatan


emosional antara masyarakat sangat tinggi sehingga tercipta kerukunan
interaksi social yang sangat tinggi.

Masyarakat kompleks adalah ,asyarakat yang berkembang seiring


dengan perkembangan zaman. Di dalam masyarakat ini, sensitifitas emosional
antara masyarakat sangat kurang sehingga tercipta sifat individualis dan
memenitingkan diri sendiri, hal ini bersumber dari budaya masyarakat
kompleks yaitu selalu bekerja.

15
2.3 Masalah-masalah kesehatan secara umum di Indnoesia

Penyakit tertentu, seperti kanker, jantung, diabetes, meringankan depresi


dan juga meningkatkan mood. Pada umumnya aktivitas fisik mulai menurun
ketika kita telah mencapai usia lanjut, walaupun beberapa orang usia lanjut masih
melakukan berbagai aktivitas fisik. Seperti halnya olahraga, perhatian terhadap
makan juga akan semakin menurun. Padahal makanan adalah jalur asupan nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Seperti isu kesehatan yang diusung oleh WHO
(World Health Organization) adalah mengenai keamanan pangan. Selain menjadi
jalur asupan nutrisi, makanan juga bisa menjadi jalur masuk penyakit dalam
tubuh. Sehingga menjadi sesuatu yang penting untuk memperhatikan keamanan
pangan yang konsumsi sehari-hari (Rahmawati, 2015)

1.Obesitas

Berat badan yang berlebih atu dalam dunia medis dikenal dengan obesitas
ternyata meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi,diabetes tipe 2,
penyakit jantung koroner, stroke,penyakit kandung empedu,osteoarthritis, sleep
apnea, gangguan pernapasan,penyakit payudara, prostat, kanker usus besar,
dislipidemia dan endometrium.

2. Tembakau

Tembakau yang saat ini lebih banyak dikonsumsi melalui rokok adalah
penyebab terbesar kematian dini, setidaknya ini sesuai dengan catatan kesehatan
di Amerika Serikat. Mereka menyebutnya dengan Tobacco dependence disease
atau penyakit ketergantungan tembakau. Pusat pengendalian dan pencegahan
penyakit Amerika (The Centers for Disease Control and Prevention ) mengatakan
bahwa perokok yang mencoba berhenti lebih berhasil ketika mereka memiliki
dukungan dari dokter.

3. Penyalahgunaan obat

Penyalahgunaan obat yang dimaksud di sini adalah penyalahgunaan obat-


obatan terlarang dan alkohol. Sebuah masalah kesehatan yang masih mengakar
pada kalangan muda. Seperti yang kita tahu ketergantungan akan obat-obatan

16
terlarang dan alkohol dapat menyebabkan penyakit yang serius dan bahkan
mampu menyebabkan kematian.

4. HIV/AID

Seolah-olah masih belum bisa terlepas dari bayang-bayang HIV/AIDS,


antara tahun 1991 dan 1996, AIDS yang terjadi pada usia dewasa terjadi dua kali
lebih cepat dari usia muda. Alasan utamanya adalah, dalam usia dewasa (sekitar
usia 50-an) kebanyakan orang melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan
kondom. Padahal dalam usia ini, sistem kekebalan tubuh telah menurun. Gejala
yang dimunculkan oleh penderita HIV pada usia ini seperti kelelahan, penurunan
berat badan, demensia, ruam kulit, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala yang dimunculkan tersebut sangat mirip dengan gejala kesehatan usia
lanjut.

5. Kesehatan mental

Demensia yang identik dengan kesehatan usia lanjut ini ternyata bukan
penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Demensia dapat disebabkan oleh
penyakit,reaksi terhadap obat obatan,masalah penglihatan, masalah pendengaran,
infeksi, ketidakseimbangan gizi, diabetes, dan gagal ginjal. Ada banyak penyakit
demensia (salah satunya Alzheimer) dan beberapa penyakit bisa bersifat
sementara, jika melakukan penanganan medis yang tepat. Masalah kesehatan
mental yang akhir-akhir ini mulai populer adalah depresi. Jika tidak diobati,
depresi dapat menyebabkan penderita melakukan tindakan-tindakan yang
berbahaya, termasuk bunuh diri. Selain itu pemerintah Indonesia juga pernah
menghadapi kasus kesehatan lainnya seperti demam berdarah. Demam berdarah
masuk ke Indonesia pada tahundi Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di
Jakarta, pada tahun 1969. Tetapi awal kemunculan penyakit DBD ini sendiri
mulai dikenal sejak tahun 1779 (Demam Berdarah, 2011), dan hingga saat ini pun
pemerintah pernah menghadapi masalah tersebut data direktorat pengendalian
penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga
akhir Januari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada
di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia, antara lain (Kesehatan,
2016).

17
1) Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang

2) Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Kota Lubuklinggau

3) Provinsi Bengkulu, yakni Kota Bengkulu

4) Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar

5) Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bulukumba, Pangkep,


Luwu

Utara, dan Wajo

6) Provinsi Gorontalo, yaitu Kabupaten Gorontalo

7) Provinsi Papua Barat, yakni Kabupaten Kaimana

8) Provinsi Papua, yakni Kabupaten Mappi

9) Provinsi NTT, yakni Kabupaten Sikka

10) Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Banyumas

Januari dan Februari 2016, kasus DBD yang terjadi di wilayah tersebut
tercatat sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian 25 orang pada bulan
Januari 2016 sedangkan pada bulan Februari tercatat sebanyak 116 orang
dengan jumlah kematian 9 orang. Hasil data tersebut menunjukan adanya
penurunan KLB di Indonesia sepanjang bulan Januari-Februari 2016.

Kementerian Kesehatan RI mencatat jumlah penderita DBD di


Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 8.487 orang
penderita DBD dengan jumlah kematian 108 orang. Golongan terbanyak
yang mengalami DBD di Indonesia pada usia 5-14 tahun mencapai
43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai 33,25%. Terjadinya KLB DBD di
Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko yaitu :

1) Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan

nyamuk Aedes

2) Pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya

18
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus

3) Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan

yang terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru;

serta

4) Meningkatnya mobilitas penduduk. Untuk menekan terjadinya KLB

DBD, perlu membudayakan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk

(PSN) 3M Plus secara berkelanjutan sepanjang tahun dan mewujudkan

Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki


tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam
lingkungannya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam kehidupan
bermasyarakat yaitu Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak,
bukan poengumpulan binatang, Telah bertempat tinggal dalam waktu yang
lama dalam suatu daerah tertentu dan Adanya aturan-aturan atau undang-
undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan-
kepentingan dan tujuan bersama. Adapun masalah-masalah kesehatan yang
muncul pada manusia antara lain Penyakit tertentu, seperti kanker, jantung,
diabetes, meringankan depresi dan juga meningkatkan mood.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya


penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang definisi, tipe
masyarakat serta masalah kesehatan di indonesia dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

File:///C:/Users/acer/Downloads/Documents/BAB%20II.pdf. Diakses pada

tanggal 28 Mei 2019.

File:///C:/Users/acer/Downloads/Documents/15.%20BAB%20II%20(Tinjauan%2

0Pustaka).pdf. Diakses pada tanggal 28 Mei 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai