MASYARAKAT
OLEH
NAMA KELOMPOK :
1
KATA PENGANTAR
Om swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehigga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini membahas tentang “Masyarakat”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan pembaca bisa
memberikan saran dan kritik yang dapat membantu penulis agar makalah ini lebih
sempurna kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………….………….………2
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………...4
BAB II Pembahasan……………………………………………………….…...6
3
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa manusia, yang
dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh
mempengaruhi satu sama lain. (Hasan Shadily 1984:47). Adapaun tipe-tipe
masyarakat antara lain masyarakat antiligasi dan masyarakat litigasi yaitu
menganggap besar kemungkinan tiada masyarakat didunia ini dimana litigasi alias
penyelesaian melalui pengadilan dianggap sebagai cara yang normal untuk
menyelesaikan sengketa. Masyarakat konsensus dan masyarakat konflik yaitu
diskusi hukum secara sosiologis dalam masyarakat umumnya didasarkan pada
salah satu dari dua pandangan konsepsi ideal tentang masyarakat yaitu pandangan
konsensus integrasi dan pandangan konflik paksaan. Masyarakat didominasi oleh
hukum dan masyarakat ini didominasi oleh kultur yaitu masyarakat didominasi
oleh hukum dan kultur, adapun pengertian masyarakat hukum adalah segala
bidang diatur oleh hukum sedangkan kultur adalah menjungjung nilai-nilai yang
hidup dilingkungannya. Masyarakat sederhana dan masyarakat kompleks yaitu
masyarakat sederhana adalah masyarakat yang tidak rumit, keterikatan emosional
antara masyarakat sangat tinggi sehingga tercipta kerukunan interaksi social yang
sangat tinggi. Masyarakat kompleks adalah masyarakat yang berkembang seiring
dengan perkembangan zaman. Masalah-masalah kesehatan secara umum di
Indnoesia yaitu baik dari penyakit tidak menular yaitu penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, stroke. Penyakit menular seperti gonorea, HIV/AIDS, hepatitis dll.
4
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Konsep Masyarakat menurut Edi Suharto (2006:11) adalah area dimana
praktek pekerjaan sosial makro beroprasi. Berbagai definisi mengenai masyarakat
biasanya diterapkan berdasarkan konsep ruang, orang, interaksi dan identitas.
Dalam arti sempit istilah masyarakat merujuk pada sekelompok orang yang
tinggal dan berinteraksi yang dibatasi oleh wilayah geografis tertentu seperti desa,
kelurahan, kampung atau rukun tetangga. Dalam arti luas, masyarakat menunjuk
pada interaksi kompleks sejumlah orang yang memiliki kepentingan dan tujuan
bersama meskipun tidak bertempat tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu.
Masyarakat seperti ini bisa disebut sebagai societas atau society. Misalnya
masyarakat ilmuwan, masyarakat bisnin, masyarakat global dan masyarakat
dunia.
7
2.2 TIPE – TIPE MASYARAKAT
8
Jerman. Seseorang yang memaksakan hak-haknya dianggap sebagai
seorang yang tidak fleksibel dan egois. Kewajiban adalah lebih penting
daripada hak-hak individu. Mengajukan gugatan ke pengadilan berarti
menghancurkan kemampuan seseorang untuk bernegoisasi dan
menurunkan kemandirian. Litigasi dianggap merusak hubungan yang
lama. Kalau orang Jepag dimitoskan dengan menggunakan model
antilitigasi, sebaliknya masyarakat Barat utamanya masyarakat Amerika
Serikat sangat menyukai litigasi, masyarakat litigasi selalu menyelesaikan
masalah melalui pengadilan. Kecenderungan barat yang mengidentikkan
hukum dengan pengadilan sangat tampak pada pandangan realisme,
dimana realism hukum merupakan studi tentang hukum sebagai suatu
yang benar-benar secara realistis dilaksanakan. Chipman Gray
menegaskan bahwa yang dimaksud dengan hukum, hanya aturan-aturan
yang ditetapkan melalui pengadilan. Sebaliknya undang-undang maupun
materi hukum lain hanya merupakan sumber hukum belaka. Pandangan
semacam ini jelas membentuk pemikiran warga masyarakatnya untuk
berkecenderungan litigatif, karena hanya melalui proses pengadilanlah
maka hukum dapat ditegakkan. Pendekatan realism hukum diterapkan
hanya di suatu masyarakat di mana bagian terbesar dari hukumnya
dikembangkan melalui pengadilan-pengadilannya seperti halnya
masyarakat Amerika Serikat yang dikenal sangat litigatif. Pendekatan
realism hukum ini hamper tidak diterapkan di masyarakat antilitigasi
seperti masyarakat Jepang, dan juga tidak diterapkan di masyarakat yang
menggunakan sistem menuangkan sebagian besar hukumnya nsecara
tertulis dalam wujud perundang-undangan. Para penentang realism
berpendapat bahwa hukumlah yang lebih dahulu ada, barulah kemudian
pengadilan. Definisi hukum yang menyatakan hukum sebagai apa yang
diputuskan oleh pengadilan, sama dengan mengatakan bahwa obat adalah
dituliskan di atas kertas resep dokter.
9
dulunya sangat litigatif, sedikit demi sedikit mulai meninggalkan
penyelesaian secara litigasi, khususnya di bidang bisnis. Mereka mulai
menggunakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan, baik melalui cara
arbitrasi, mediasi maupun konsiliasi. Jadi, pilihan yang menentukan
apakah warga masyarakat memilih pengadilan sebagai wadah penyelesaian
konflik atau tidak masih tergantung pada berbagai factor non hukum
antara lain biaya yang harus dikeluarkan jika memilih alternative
berpengadilan.
10
ketergantungan secara mendasar. Pandangan ini justeru menekankan pada rasa
kepaduan (cohesion), rasa solidaritas, rasa kesatuan (integration), sikap
kerjasama (cooperation) dan stabilitas masyarakat, yang dilihat sebagai
budaya berbagi dan kesepakatan pada nilai-nilai dan norma-norma yang
fundamental. Sedangkan pandangan konflik paksaan (conflict-coercion
perspektif) bertolak belakang dengan pandangan konsensus integrasi
(integration-consensus). Pandangan ini mencirikan masyarakat yang terdiri
dari para individu dan kelompok ini dengan munculnya konflik dan perbedaan
yang diadakan bersama secara paksaan.
11
Pandangan konsensus integrasi (integration-consensus) ini melihat
hukum sebagai suatu kerangka kerja yang netral (a neutral framework)
untuk mempertahankan dan memelihara integrasi masyarakat. Salah
satu sarjana terkemuka dan paling berpengaruh adalah Roscoe Pound
(1943-1959). Menurut Pound, masyarakat sebagai keragaman
kelompok yang kepentingan-kepentingannya seringkali bertentangan
satu sama lain, tetapi pada dasarnya berjalan secara harmonis.
Roscoe Pound memandang berbagai kepentingan merupakan unsur
pokok bagi keberadaan masyarakat dan mempertahankan bahwa
rekonsiliasi antara kepentingan yang bertentangan dari keberagaman
kelompok dalam masyarakat adalah penting untuk melindungi dan
memelihara ketertiban sosial (social order). Dengan kata lain menurut
pendapat Pound, hukum adalah upaya untuk meraih kepuasan,
rekonsiliasi, harmonisasi, penyesuaian terhadap berbagai pertentangan
tuntutan dan permintaan, bahkan memberikan perlindungan secara
langsung dan segera, atau memberikan jaminan perlindungan atas
berbagai kepentingan individu, sehingga memberikan dampak luas
bagi kepentingan warga masyarakat dengan pengorbanan yang
minimal pada berbagai kepentingan tersebut secara keseluruhan.
(Pound, 1943: 39)
Dalam pandangan Pound, hukum dalam masyarakat yang
heteronom dan pluralistik, sebagaimana di Amerika Serikat,
memerlukan pemahaman yang baik sebagai upaya kompromi
masyarakat dengan menekankan pada ketertiban sosial dan
harmonisasi. Pound memberikan argumentasi bahwa dalam sejarah
pembangunan hukum telah menunjukkan suatu pengakuan terhadap
pertumbuhan dan kepuasan kebutuhan manusia, tuntutan dan
keinginan melalui hukum. Pada masa lampau, hukum lebih
memusatkan perhatiannya dengan memenuhi berbagai spektrum
kebutuhan manusia. Hukum benar-benar mewujudkan keinginan
masyarakat dan mendatangkan kepuasan bagi kebutuhan masyarakat
(Pound, 1959: 47).
12
Roscoe Pound juga memandang hukum sebagai bentuk perubahan
sosial• (social engineering) yang diarahkan untuk mewujudkan
keharmonisan masyarakat. Pound berpendapat bahwa tujuan hukum
adalah mempertahankan dan memastikan esensi nilai-nilai dan
kebutuhan terhadap ketertiban sosial (social order), tidak dengan
memaksa keinginan suatu kelompok kepada kelompok lainnya, akan
tetapi dengan melakukan pengawasan (controlling), rekonsiliasi dan
mediasi terhadap keberagaman dan pertentangan kepentingan antara
para individu dan kelompok masyarakat. Singkatnya, tujuan hukum
adalah untuk mengawasi berbagai kepentingan dan mempertahankan
atau memelihara keharmonisan dan integrasi masyarakat. Talcott
Parsons (1962: 58) berpendapat bahwa fungsi utama sistem hukum
adalah integritas. Untuk menyederhanakan pertentangan elemen-
elemen yang berpotesi dan untuk memudahkan metode-metode atau
alat-alat komunikasi sosial.
Sosiolog lainnya adalah Harry C. Bredemeier (1962) yang menerima
pandangan ini dan meyakini bahwa perlunya masyarakat untuk
menambah mekanisme informal dengan mekanisme formal dalam
mewujudkan dan menciptakan kerjasama antar individu. Hukum
sebagai suatu badan peraturan perundang-undangan (body of rules)
yang dibentuk oleh perwakilan dari masyarakat untuk memenuhi
berbagai kepentingan masyarakat itu sendiri. Hukum pada pokoknya
merupakan lembaga netral (a neutral agent), menyediakan
penghargaan (rewards) dan hukuman (punishment) tanpa
penyimpangan. Asumsi dasar pandangan ini ialah bahwa sistem politik
adalah pluralistik; yang tersusun atas beberapa kelompok kepentingan
yang memiliki kekuatan yang seimbang. Hukum merefleksikan
kompromi dan konsensus antara beragamnya kepentingan kelompok-
kelompok dan nilai-nilai fundamental demi terwujudnya ketertiban
sosial (Chambliss, 1976 : 4).
a. Pandangan Konflik Paksaan (Conflict-Coercion Perspective)
13
Berbeda dengan pandangan Konsensus Integrasi, pandangan
Konsensus Konflik melihat hukum sebagai senjata dalam konflik sosial
(Turk 1978) dan sebagai suatu instrumen tekanan yang dipimpin oleh
kelompok yang sedang berkuasa demi kepentingan mereka (Chambliss
dan Seidman, 1982:36).
14
politik terhadap posisi elit. Namun para advokat memiliki pandangan
sebaliknya. Tidak semua hukum itu diciptakan dan dilaksanakan demi
keuntungan para penguasa semata dimasyarakat. Hukum melarang
pembunuhan, perampokan, kerusuhan, hubungan sedarah (incest), dan
penyerangan. Dimana kesemuanya ini menguntungkan seluruh
anggota masyarakat, terlepas dari posisi ekonomi mereka. Sehingga
hukum itu sebenarnya lebih luas daripada sebuah asumsi yang
mengatakan bahwa penguasa mendikte isi hukum dan penegakannya
hanya untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Kedua
pandangan tersebut mengandung kebenaran. Hukum dapat
merefleksikan kepentingan tertentu dari pihak penguasa dan pihak
yang memiliki pengaruh di masyarakat.
15
2.3 Masalah-masalah kesehatan secara umum di Indnoesia
1.Obesitas
Berat badan yang berlebih atu dalam dunia medis dikenal dengan obesitas
ternyata meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi,diabetes tipe 2,
penyakit jantung koroner, stroke,penyakit kandung empedu,osteoarthritis, sleep
apnea, gangguan pernapasan,penyakit payudara, prostat, kanker usus besar,
dislipidemia dan endometrium.
2. Tembakau
Tembakau yang saat ini lebih banyak dikonsumsi melalui rokok adalah
penyebab terbesar kematian dini, setidaknya ini sesuai dengan catatan kesehatan
di Amerika Serikat. Mereka menyebutnya dengan Tobacco dependence disease
atau penyakit ketergantungan tembakau. Pusat pengendalian dan pencegahan
penyakit Amerika (The Centers for Disease Control and Prevention ) mengatakan
bahwa perokok yang mencoba berhenti lebih berhasil ketika mereka memiliki
dukungan dari dokter.
3. Penyalahgunaan obat
16
terlarang dan alkohol dapat menyebabkan penyakit yang serius dan bahkan
mampu menyebabkan kematian.
4. HIV/AID
5. Kesehatan mental
Demensia yang identik dengan kesehatan usia lanjut ini ternyata bukan
penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Demensia dapat disebabkan oleh
penyakit,reaksi terhadap obat obatan,masalah penglihatan, masalah pendengaran,
infeksi, ketidakseimbangan gizi, diabetes, dan gagal ginjal. Ada banyak penyakit
demensia (salah satunya Alzheimer) dan beberapa penyakit bisa bersifat
sementara, jika melakukan penanganan medis yang tepat. Masalah kesehatan
mental yang akhir-akhir ini mulai populer adalah depresi. Jika tidak diobati,
depresi dapat menyebabkan penderita melakukan tindakan-tindakan yang
berbahaya, termasuk bunuh diri. Selain itu pemerintah Indonesia juga pernah
menghadapi kasus kesehatan lainnya seperti demam berdarah. Demam berdarah
masuk ke Indonesia pada tahundi Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di
Jakarta, pada tahun 1969. Tetapi awal kemunculan penyakit DBD ini sendiri
mulai dikenal sejak tahun 1779 (Demam Berdarah, 2011), dan hingga saat ini pun
pemerintah pernah menghadapi masalah tersebut data direktorat pengendalian
penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan menyebutkan hingga
akhir Januari tahun 2016, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada
di 12 Kabupaten dan 3 Kota dari 11 Provinsi di Indonesia, antara lain (Kesehatan,
2016).
17
1) Provinsi Banten, yaitu Kabupaten Tangerang
Januari dan Februari 2016, kasus DBD yang terjadi di wilayah tersebut
tercatat sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian 25 orang pada bulan
Januari 2016 sedangkan pada bulan Februari tercatat sebanyak 116 orang
dengan jumlah kematian 9 orang. Hasil data tersebut menunjukan adanya
penurunan KLB di Indonesia sepanjang bulan Januari-Februari 2016.
nyamuk Aedes
18
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus
serta
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
File:///C:/Users/acer/Downloads/Documents/15.%20BAB%20II%20(Tinjauan%2
21