Anda di halaman 1dari 3

1.

sanksi pidana sebagai “Sanksi Primadona” hal ini dikarenakan dalam produk undang
undang hampir semua menggunakan sanksi pidana Karena banyaknya produk perundang-
undangan pidana yang memuat sanksi pidana menunjukkan bahwa tingkat pemahaman
para legislator terhadap masalah-masalah pidana dan pemidanaan masih terbatas,
Minimnya perundang-undangan yang memakai sanksi tindakan sebagai sistem
pemidanaan maka hal ini mengindikasikan bahwa sanksi tindakan sebagai kebijakan
penal yang terabaikan.

2.
A. Faktor Hukum
Dalam praktek penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh
konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan
kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara
normatif. Sehingga ketidakjelasan aturan hukum atau undang-undang
menyebabkan belum optimalnya pada tahap implementasi

B. Faktor Penegak Hukum


Kelalaian/ ketidakmampuan aparat penegak hukum dalam melakukan pembinaan
narapidana menyebabkan tidak efektifnya atau tidak tercapainya tujuan
pemidanaan. Dalam hal ini berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian
petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik,
tetapi kualitas petugas kurang baik, maka akan menimbulkan masalah. Oleh
karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah
mentalitas atau kepribadian penegak hukum terutama mengenai pelaksanaan
sistem pemasyarakatan

C. Faktor Sarana Atau Fasilitas


lembaga pemasyarakatan mendapat kritik atas perlakuan terhadap para
narapidana. Diantaranya mengenai napi yang meninggal dalam Lapas. Sebagian
besar napi yang meninggal karena telah menderita sakit sebelum masuk penjara,
dan ketika dalam penjara kondisi kesehatan mereka semakin parah karena
kurangnya perawatan, rendahnya gizi makanan, serta buruknya sanitasi dalam
lingkungan penjara. Hal ini disebabkan rendahnya sarana atau fasilitas di dalam
Lapas. Terutama mengenai jumlah tahanan yang menghuni ruangan tahanan yang
tidak seimbang

D. Faktor Masyarakat
Di dalam sistem pemasyarakatan bahwa tugas untuk membina narapidana bukan
hanya lembaga pemasyarakatan tetapi termasuk di dalamnya masyarakat sebagai
pembina narapidana, Namun, realitanya kurangnya peran serta masyarakat dalam
rangka ikut serta melibatkan dalam pembinaan narapidana. Hal ini disebabkan
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap napi karena sebagian anggota
masyarakat masih enggan menerima kembali bekas napi. Sehingga hal tersebut
menyebabkan belum tercapainya tujuan pemidanaan, yaitu untuk
memasyarakatkan kembali narapidana ke dalam masyarakat

3. Hukum pidana modern membedakan sanksi atas pidana (straf) dan Tindakan (mattregel).
Secara praktis sulit dibedakan antara pidana dan tindakan, karena keduanya merupakan 
sanksi yang menimbulkan ketidakenakan, bahkan menimbulkan perampasan
kemerdekaan. Secara teoritis pidana memberikan penderitaan (nestapa), sedangkan
tindakan bertujuan mendidik dan melindungi masyarakat terhadap bahaya. Secara yuridis
pidana diatur pada pasal 10 KUHP, dimana lalu diatur dalam pasal 45, pasal 46, dan 57
KUHP, sedangkan disaat ini tindakan diatur pada Pasal 24 Undang - Undang Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Pasal 10 KUHP menyebutkan pidana terdiri atas :

1. Pidana pokok : pidana mati, pidana penjara, kurungan, denda


2. Pidana tambahan : pencabutan hak - hak tertentu, perampasan barang - barang tertentu,
pengumuman putusan hakim

Sedangkan Pasal 24 Ayat 1 Undang - Undang Pengadilan Anak menyebutkan, Tindakan yang
dapat dijatuhkan kepada anak nakal adalah :

1. Mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh


2. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja
3. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang
bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja.

Anda mungkin juga menyukai