Anda di halaman 1dari 5

MATERI IV

SUAP

Dosen :

Adi Purnomo Santoso, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NASIONAL

2019-2020
SUAP MASUK DALAM KLASIFIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI

Suap menyuap adalah aktivitas yang sama-sama menguntungkan namun


ada pihak (pihak ketiga) yang dirugikan. Suap digunakan untuk memanipulasi
orang dengan membeli pengaruh yang dimiliki. Penyuapan dapat didefinisikan
sebagai : penawaran (offering),  pemberian (giving), penerimaan (receiving), atau
meminta (soliciting) sesuatu yang bernilai dengan tujuan untuk mempengaruhi
(influencing) tindakan dari seorang pejabat dalam pelaksanaan tugas yang
berkaitan dengan masyarakat atau hukum.

Menurut Transparency International (TI) dalam buku Prinsip-Prinsip


Bisnis untuk Usaha Kecil dan Menengah (2008) membahas isu-isu kunci yang
terkait penyuapan. Suap dalam wujudnya dapat terdiri dari berbagai bentuk selain
uang, antara lain berupa :

1. Hadiah dan Hiburan;


2. Konflik Kepentingan;
3. Sumbangan Amal dan Pensponsoran;
4. Pembayaran Fasilitasi;
5. Sumbangan Politis.

Suap dapat diberikan secara langsung atau sebagai bagin dari "komisi" di
dalam suatu perjanjian atau kontrak atau dapat pula dalam bentuk tersamar-samar
seperti hadiah, keuntungan, jasa baik, atau donasi. Suap juga dapat dibayarkan
tanpa sepengetahuan perusahaan oleh para agen atau pihak ketiga yang bekerja
atas nama bisnis atau perusahaan.

Hadiah dan Hiburan (Gifts and Entertainment)

Hadiah mahal atau tawaran hiburan mewah dapat dilihat sebagai penyuapan
menurut hukum setempat, dan dapat dipakai sebagai suap, yang lebih halus
ketimbang tunai, tetapi dibuat dengan maksud yang disengaja untuk
mendapatkeuntungan secara tudak wajar dan barangkali menyiapkan cara untuk
penyuapan yang lebih besar. 

Di sisi lain, hadiah-hadiah dan hiburan yang wajar dan rasional yang ditawarkan
secara terbuka dalam perjalan biasa untyk meningkatkan hubungan baik dan untuk
menandai kesempatan istimewa bukanlah suap. Jadi, penting bahwa setiap orang
memahami perbedaannya.

Konflik Kepentingan (Conflicts of Interest)

Konflik kepentingan terjadi ketika kepentingan atau hubungan pribadi lebih


diutamakan dari pada kepentingan bisnis. Konflik kepentingan dapat
mengacaukan penilaian dan menggiring kenapa aksi-aksi yang tidak jujur dan
terbuka. Hal-hal seperti ini terkadang mengarah pada situasi yang membuat
individu bertindak melawan penilaian meraka yang lebih baik dan memberi atau
menerima suatu keuntungan yang mungkin akan merusak bisnis. 

Cara menangani hal ini adalah dengan memiliki aturan-aturan tentang bagaimana
mengelola situasi yang bias menimbulkan konflik. Bahkan tanpa malpraktik,
konflik-konflik kepentingan dapat dipandang sebagai kegiatan yang korup. Hal ini
sama merusaknya dengan malpraktik yang sesungguhnya.

Sumbangan Amal dan Pensponsoran (Charitable Contributions and


Sponsorship)

Suap bisa disamarkan  dalam bentuk sumbangan amal atau sponsor. Pastikan
bahwa uang yang dibayarkan untuk amal tidak berkaitan  atau dibuat untuk
memenangkan suatu perjanjian. Selalu berikan uang kepada organisasi dan bukan
pada perorangan. Pensponsoran terjadi ketika bisnis membayar, dalam bentuk
tunai atau barang, supaya dapat mengaitkan namanya dengan suatu peristiwa
olahraga, misalnya aktivitas olahraga. 

Atau  orang terkenal, misalnya penyanyi. Keuntungan untyk bisnis adalah asosiasi
namanya dengan orang terkenal dan popular, tetapi pensponsoran harus membawa
keuntungan nyata dan terukur kepada bisnis, misalnya lebih banyaknya publikasi
dan nama produk yang lebih kuat. Pastikan pensponporan dibuat untuk
keuntungan bisnis dan tidak dipakai untuk menutu-nutupi penyuapan.

Pembayaran Fasilitas (Facilitation Payments)

Pembayarn fasilitas adalah benyuk lain dari penyuapan. Karena itu, hampir
disemua Negara hal itu melanggar hukum. Mungkin saja tidak besar jumlah yang
diminta oleh penyedia jasa untuk mengamankan atau 'memfasilitasi' layanan-
layanan yang menjadi tuagas, seperti menyambungkan telepon atau mendapat
visa, atau mungkin jumlah-jumlah yang ditawarkan kepada bea cukai, migrasi,
dan pejabat lainny untuk 'mempercepat' pemebrian layanan atau izin. 

Sayangnya, hal-hal sperti ini sangat lazim di banyak Negara sehonng dilihat
sebagai sesuatu yang 'normal' atau 'tak terhindarkan' tatepi karena melanggar
hukum. Hal-hal seperti itu harus dan dapat dihindari . memiliki rencana jelas
tentang bagaimana memastikan melawan pembayaran fasilitas akan membantu
dan mengelola untuk menangani masalah itu.

Sumbangan Politis (Political Contributions)

Suap dapat mengambil bentuk lain sebagai sumbangan politis. Jika bisnis ingin
memberi sumbangan kepada sebuah partai politik, penting bahwa keputusan ini
dibuat secara terbuka. Jika ada Dewan Direktur, hal itu harus dicatat sebagai
resolusi. Jika menjalankan bisnis kecil, hal iyu bias ditulis sebagai catatan
pertemuan majamenen. 

Pastikan setiap orang di dalam organisasi mengetahui bahwa keputusan untuk


melakukan  sumbangan politis atas nama bisnis harus dibuat dengan persetujuan
bisnis, dan harus tidak pernah menjadi sebuah keputusan yang dibuat oleh satu
orang tanpa persetujuan penuh dari manajemen. Pekalah terhadap pengaturan
waktu . 

Jika sedang dalam tahapan negoisasi untuk kontrak pemerintahan atau lisendi,
misalnya izin perencanaan, atau ada isu sensetif yang sedang ditinjau oleh
pemerintah, sumbangan kepada pemerintah atau partai setempat dapat dipandang
sebagai penyuapan. Jangan pernah memberi sumbangan secara langsung kepada
perorangan.

Menurut Hanny JES Leihitu SH, Penyuapan merupakan istilah yang dituangkan
dalam undang-undang sebagai suatu hadiah atau janji (giften/beloften) yang
diberikan atau diterima meliputi penyuapan aktif dan penyuapan pasif.

Ada 3 unsur yang esensial dari suap yaitu :

1. menerima hadiah atau janji;


2. berkaitan dengan kekuasaan yang melekat pada jabatan;
3. bertentangan dengan kewajiban atau tugasnya.

Di dalam KUHP terdapat pasal-pasal mengenai penyesuapan aktif (pasal 209 dan
210) maupun penyuapan pasif (pasal 418, 419 dan 420) yang kemudian semuanya
ditarik dalam pasal 5, 6, 11 dan 12 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(PTPK) 2001.

Demikian juga dengan penyuapan aktif dalam penjelasan Pasal 1 ayat (1) sub d
UU No. 3/1971 (sekarang Pasal 13 UU PTPK 1999) dan suap pasif dalam Pasal
12B dan 12C UU PTPK 2001.

Korupsi yang terkait dengan suap menyuap diatur dalam Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 :

1. Pasal 5 ayat (1) huruf a


2. Pasal 5 ayat (2) huruf b
3. Pasal 5 ayat (2)
4. Pasal 6 ayat (1) huruf a
5. Pasal 6 ayat (1) huruf b
6. Pasal 6 ayat (2)
7. Pasal 11

Anda mungkin juga menyukai