Anda di halaman 1dari 2

Saskia Maharani (B.131.20.

0123)

Politik : kekuasaan yang Bermain

Ketika orang-orang menyatu dalam kelompok, berlakulah hukum kekuasaan.


Ketika para karyawan dalam suatu organisasi mulai memainkan kekuasaan yang ada
pada mereka, kita melihatkan sebagai politik. Orang – orang dengan Keterampikan
politik yang baik memiliki kemampuan untuk menggunakan landasan-landasan
kekuasaan yang mereka miliki secara afektif. Jadi definisi berfokus pada penggunaan
kekuasaan untuk memengaruhi pengambilan keputusan dalam organisasi atau
perilaku-perilaku anggota yang egois dan tidak melayani kebutuhan organisasi.
Perilaku politik (political behavior) didefinisikan sebagai aktivitas yang tidak
dianggap sebagai bagian dari peran formal seseorang dalam organisasi, tetapi yang
memengaruhi, atau berusaha memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di
dalam organisasi.

Komentar terakhir berkaitan dengan apa yang disebut sebagai dimensi “sah – tidak
sah” dalam perilaku politik.
- Perilaku politik yang sah (Legitimate political behavior) mengacu pada politik
sehari-hari yang wajar- menyampaikan keluhan kepada penyelia anda, memotong
rantai komando, membangun koalisi, menentang kebijakan atau keputusan organisasi
lewat pemogokan atau dengan terlalu berpegang ketat pada ketentuan yang ada.
- Perilaku politik yang tidak sah (Ilegitimate political behavior) yang menyimpang
dari aturan main yang digariskan. Misalnya sabotase, melaporkan kesalahan, dan
protes-protes simbolik seperti memakai pakaian nyeleneh atau bros tanda protes dan
beberapa karyawan tidak masuk kerja.

Realitas Politik
Politik adalah sebuah kenyataan realitas hidup dalam organisasi. Organisasi
terbentuk dari individu dan kelompok dengan nilai, tujuan, dan kepentingan yang
berbeda-beda. Fakta ini, mengandung potensi timbulnya konflik untuk
memperebutkan sumber daya. Sumber daya yang dimiliki organisasi juga ada
batasnya, sehingga potensi konflik berubah menjadi konflik nyata. Lebih jauh, entah
benar atau salah, keuntungan satu orang atau kelompok seringkali dipahami akan
diperoleh dengan mengurbankan orang-orang atau kelompok lain dalam organisasi.
Barangkali, factor terpenting yang mendorong tumbuhnya politik di dalam organisasi
adalah kesadaran bahwan sebagian besar “fakta” yang digunakan untuk mendasarkan
pengalokasian sumber daya yang terbatas itu terbuka untuk ditafsirkan secara
beragam. Terakhir, karena sebagian besar keputusan harus dibuat dalam ambiguitas-
di mana fakta jarang yang sepenuhnya objektif dan, karenanya, terbuka untuk
diinterprestasikan – orang–orang di dalam organisasi akan menggunakan pengaruh
apa pun semampu mereka untuk menelikung kenyataan demi memperjuangkan tujuan
dan kepentingan mereka. Hal ini memunculkan aktivitas yang kita kenal dengan
Politisasi.
Jadi untuk menjawab mengenai apakah mungkin bagi sebuah organisasi bebas dari
politik bisa dijawab “Ya”, jika semua anggota punya tujuan dan kepentingan yang
sama, sumber daya tidak langka, serta kinerja benar-benar jelas dan objektif.

Anda mungkin juga menyukai