0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
95 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kekuasaan, kepemimpinan, dan politik dalam organisasi. Kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar melakukan apa yang diinginkan. Kekuasaan dapat berasal dari posisi formal maupun sumber pribadi. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Politik melibatkan upaya me
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kekuasaan, kepemimpinan, dan politik dalam organisasi. Kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar melakukan apa yang diinginkan. Kekuasaan dapat berasal dari posisi formal maupun sumber pribadi. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Politik melibatkan upaya me
Dokumen tersebut membahas tentang konsep kekuasaan, kepemimpinan, dan politik dalam organisasi. Kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar melakukan apa yang diinginkan. Kekuasaan dapat berasal dari posisi formal maupun sumber pribadi. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Politik melibatkan upaya me
Kekuasaan adalah kualitas yang melekat dalam satu interaksi antara dua atau lebih
individu. Kekuasaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku. Kekuasaan
selalu terdapat dalam proses politik. Dalam ilmu politik terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan kekuasaan (power), seperti; Influence (Pengaruh), Persuasion (Persuasi), Force (Kekuatan), Coercion (Kekerasan). Pelaksana strategi yang sukses juga menjalankan peran kepemimpinan yang penting. Manajer memiliki dua alat untuk mendorong anggota organisasi untuk mengerahkan upaya penuh mereka ke dalam implementasi strategi: kepemimpinan strategis dan budaya organisasi. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian tujuan. Pendekatan utama untuk memahami kepemimpinan dalam organisasi meliputi; sifat pemimpin, perilaku pemimpin, kontingensi pada perilaku pemimpin yang efektif. Terlepas dari pendekatan khusus untuk kepemimpinan, pentingnya kepemimpinan untuk efektivitas organisasi tidak dapat terlalu ditekankan. Organisasi akan kurang efisien tanpa pemimpin. Para pemimpin perusahaan harus mengartikulasikan misi, tujuan dan sasaran organisasi dan kemudian menginspirasi, memotivasi, dan mendukung anggota perusahaan saat mereka bekerja sama untuk menerapkan strategi organisasi. Untuk mempengaruhi perilaku orang lain, seorang pemimpin harus memiliki kekuasaan. Kekuasaan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu dengan cara yang diinginkan. French dan Raven mengidentifikasi lima jenis kekuasaan yang berbeda: kekuasaan penghargaan (penguatan positif dan negatif), kekuasaan paksaan (hukuman dan pemadaman), kekuasaan legitimasi (otoritas formal), kekuasaan rujukan (karisma dan daya tarik), kekuasaan ahli (pengetahuan). Pendekatan lain mengusulkan dua sumber kekuasaan: kekuasaan posisi dan kekuasaan pribadi. Upaya untuk menggunakan kekuasaan dapat menghasilkan komitmen, kepatuhan, atau penolakan. Panduan Yukl merinci bagaimana manajer dapat menggunakan kekuatan untuk mencapai komitmen atau kepatuhan dan untuk menghindari penolakan. Kekuasaan dan politik adalah konsep yang sangat erat hubungannya. Perilaku politik terjadi ketika otoritas yang sah tidak dapat menyelesaikan perselisihan. Pfeffer telah mengidentifikasi berbagai taktik politik untuk mendapatkan kekuasaan dalam organisasi: ahli dari luar, mengendalikan agenda, koalisi, koaptasi, komite. Budaya organisasi adalah pola dasar asumsi, nilai, dan keyakinan bersama yang mengatur perilaku dalam organisasi tertentu. Aspek budaya organisasi diwujudkan dengan simbol budaya, pahlawan, ritus, dan nilai. Budaya organisasi dapat mempengaruhi perilaku dan komitmen karyawan terhadap organisasi. Selain itu, budaya organisasi dapat memfasilitasi atau menghambat tindakan strategis perusahaan. Oleh karena itu implementasi strategi yang sukses memerlukan budaya yang "secara strategis tepat" yang sesuai dengan, dan mendukung, strategi perusahaan. Dapat disimpulkan, dimana Kekuasaan merupakan Kemampuan untuk mempergunakan kekuatan, sehingga dapat dikatakan bahwa kekuasaan merupakan suatu sumber yang bisa atau tidak bisa dipergunakan. Kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain sehingga melakukan apa yang mau dan tidak mau dilakukan. Sedangkan Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain kearah pencapaian dalam organisasi. Sementara Politik sendiri merupakan fakta kehidupan dalam organisasi. Perilaku politik (political behaviour) adalah kegiatan yang tidak di pandang sebagian dari peran formal seseorangdalam organisasi, tetapi dapat mempengaruhi,atau berusaha mempengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Kekuasaan merupakan kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain, shg bertindak sesuai dengan keinginan. Kekuasaan boleh saja ada, tetapi dapat tidak digunakan, karena kekuasaan merupakan suatu kemampuan atau potensi. Aspek penting dari kekuasaan adalah fungsi ketergantungan, Semakin besar ketergantungan semakin besar pula kekuasan, dalam mengendalikan sesuatu. Korelasi kepemimpinan dan kekuasaan ialah dimana pemimpin menggunakan kekuasaan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan kelompok, dan kekuasaan adalah sarana untuk memudahkan usaha mereka tersebut. Kekuasaan tidak mengisyaratkan tujuan melainkan ketergantungan, sedangkan kepemimpinan mensyaratkan kesesuaian antara tujuan pemimpin dan yang dipimpin. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik adalah untuk mendapatkan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan semua orang yang ada dalam organisasi, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan anggota organisasi terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan. Kekuasaan Politik adalah kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh utk mempengaruhi proses pembuatan & pelaksanaan keputusan politik yg menguntungkan dirinya, kelompoknya ataupun masyarakat pada umumnya. Bila seseorang dalam organisasi, atau partai politik bisa mengorganisasi, maka mereka mempunyai kekuasaan politik. Variasi yang dekat dari kekuasaan politik adalah kewenangan (authority), kemampuan untuk membuat orang lain melakukan suatu hal dengan dasar hukum atau mandat yang diperoleh dari suatu kuasa. Seorang pemegang kewenangan melaksanakan kewenangannya tidak sesuai dengan mandat peraturan yang ia jalankan, maka dia telah menyalahgunakan wewenangnya, dan untuk itu dia bisa dituntut dan dikenakan sanksi. Sartre (2007) dan Nietszche (2013) berpendapat bahwa hasrat untuk memiliki kekuasaan merupakan keadaan alamiah manusia. Menurut Sartre, kebutuhan dasar manusia adalah dianggap penting dan dihargai. Sedangkan menurut Frederich Nietszche, manusia pada dasarnya selalu didorong oleh hasrat untuk menjadi manusia super, manusia yang berkuasa. Dalam konteks kedudukan politik, boleh jadi hasrat manusia alamiah inilah yang mendorong seseorang mengejar kekuasaan politik. Greenberg dan Baron (2000) mengungkapkan bahwa kekuasaan cenderung korup dan kekuasaan absolut pasti korup. Hal itu sudah diketahui banyak orang, khususnya yang memperhatikan praktik kekuasaan atau politik, baik di pemerintahan, korporasi, maupun organisasi kemasyarakatan. Idealnya, Politik untuk mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat, dan sebagai sarana untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran kepada masyarakat. Orang yang bekerja dalam politik, yang membuat stigma bahwa politik selalu berorientasi pada kekuasaan. Pada hakekatnya, kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya. Pada hakikatnya, kekuasaan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal dan kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan masyarakat. Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan masyarakat seluruhnya, bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat diperlukan agar tumbuh kepercayaan masyarakat terhadap pemegang kekuasaan dan terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.