Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif. Makalah ini merupakan salah satu tugas dalam
mata kuliah Auditing 1.
Makalah ini terdiri dari 3 bab yaitu pendahuluan, pembahasan dan
penutup. Dalam bab pendahuluan kami akan memaparkan mengenai latar
belakang berikut contoh kasus, rumusan masalah, serta manfaat dan tujuan. Untuk
bab pembahasan kami akan memaparkan mengenai akuntansi forensik dan audit
investigatif, selanjutnya pada bab penutup berupa kesimpulan dan saran dari hasil
makalah yang kami buat.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
serta memenuhi kewajiban tugas. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan.
Bandung, 23 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1
Latar Belakang................................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3
Tujuan..............................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................8
PEMBAHASAN.....................................................................................................8
2.1
AKUNTANSI FORENSIK.............................................................................8
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.1.6
2.1.7
2.1.8
2.1.9
2.2
AUDIT INVESTIGATIF..............................................................................16
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
Hasil Investigasi.........................................................................................21
2.2.7
BAB III..................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................26
3.1
Kesimpulan.................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tindak kecurangan di pemerintahan di Indonesia sudah mencapai tingkat
yang memprihatinkan. Bila kita sering membaca surat kabar atau melihat televisi,
maka kita akan disuguhi banyak berita tentang kasus-kasus fraud yang telah
melibatkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, baik dijajaran lembaga
legislatif, eksekutif bahkan yudikatif. Berbagai usaha telah dilakukan Pemerintah
Indonesia baik dengan memberdayakan secara maksimal lembaga-lembaga
penegak hukum, seperti Kejaksaan, Pengadilan, dan Kepolisian. Bahkan dalam
dasawarsa terakhir Pemerintah juga telah membentuk dan memberdayakan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk melakukan pemberantasan korupsi
di Indonesia. Namun sayangnya hasil yang di dapat masih belum sesuai dengan
harapan, di mana Indonesia masih menduduki 10 negara terkorup di dunia.
Terjadinya kecurangan tersebut yang tidak dapat terdeteksi oleh suatu
pengauditan dapat memberikan efek yang merugikan dan cacat bagi proses
pelaporan keuangan. Adanya kecurangan berakibat serius dan membawa dampak
kerugian. Apabila dilihat dari peran akuntan publik, fenomena kecurangan ini
menjadi masalah yang serius karena menyangkut citra akuntan publik terutama
auditornya.
Kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah sulit
terdeteksi karena pelaku biasanya merupakan orang-orang yang dipercaya untuk
menjalankan suatu proyek. Oleh karena itu, auditor laporan keuangan harus
mempunyai keahlian untuk mendeteksi kecurangan ini. Untuk tindak lebih lanjut,
auditor laporan keuangan ini hanya dapat mendeteksi saja sedangkan untuk
pengungkapannya diserahkan pada akuntan forensik yang lebih berwenang.
Akuntansi forensik inilah yang nantinya akan menggunakan suatu aplikasi
audit lain selain audit biasa yang digunakan para auditor laporan keuangan untuk
mengungkapkan kecurangan.
Peran akuntansi forensik dalam mengungkap kecurangan di Indonesia dari
waktu ke waktu semakin terus meningkat. Akuntansi forensik banyak diterapkan
ketika Komisi Pemeberantasan Korupsi (KPK) mengumpulkan bukti-bukti hukum
4
1.3 Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Pengertian akuntansi forensic.
2. Disiplin dan profesi forensic lainnya.
3. Akuntansi forensic di pengadilan.
4. Akuntansi atau audit forensic.
5. Praktik akuntansi forensic di Indonesia.
6. Akuntansi forensic sector public.
7. Standar akuntansi forensic.
8. Kode etk akuntansi forensic.
9. Kualitas akuntansi forensic.
10. Pengertian auditinvestigatif.
11. Pendekatan audit investigatif.
12. Hal-hal yang dilakukan seorang auditor investigasi.
13. Penyusunan program audit investigasi.
14. Pelaksanaan program dan teknik-teknik audit investigasi.
15. Hasil investigasi.
16. Standar audit investigasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.2
2.1.3
umum
(dari
kejaksaan
dan
Komisi
Pemberantasan
Korupsi)
menggunakan ahli dari BPK dan BPKP, dan Inspektorat Jendral dari Departemen
yang bersangkutan. Di lain pihak, terdakwa dan tim pembelanya menggunakan
ahli dari kantor-kantor akuntan publik; kebanyakan ahli ini sebelumnya berpraktik
di BPKP.
Tabel 2.1
Ahli Selaku Pribadi dan Lembaga (BPK)
N
O
1
Ahli
memberikan Ahli
(BPK)
memberikan
kompetensi
yang
melekat
pribadinya.
tentang
negara
ahli merupakan
yang
kompetensi
sehingga
pada
tidak
pribadi
Ahli
keterangan
substansi
tentang tentang
yang
kerugian/daerah
BPK.
pengetahuannya
yang
secara Pendapat
pribadi,
dan diberikannya
pengembangan
merupaka
pendapat BPK.
pengetahuannya. Pendapat
yang
diberikannya
merupakan
3
Pengolahan Informasi
pendapat
pribadi.
Informasi yang dipaparkan Informasi tentang kerugian
ahli dihadapan penyidik negara yang dipaparkan di
maupun sidang pengadilan hadapan penyidik maupun
diolahnya secara pribadi sidang pengadilan diolah
dengan pengetahuan dan secara
pengalaman
kelembagaan.
sebelumnya,
sehingga
diperoleh
4
pemeriksaan investigatif.
atas Keterangan yang diberikan Keterangan yang diberikan
Kepemilikan
keterangan ahli
Kebebasan
pendapat
melalui
ahli
merupakan
pribadinya.
memberikan Ahli
milik merupakan
milik
BPK
berkaitan
keahliannya.
yang
diterangkannya harus
adalah
pemikiarannya.
memberikan
berkoordinasi
diterangkannya
Batas
Ahli
memberikan Ahli
memberikan
dimilikinya.
Ia
hanya
dan
pengalamannnya.
2.1.4
2.1.5
adalah
PriceWaterhouseCoopers
(PwC)
berhasil
adalah
Badan
Pemeriksa
Keuangan.
Komisi
11
DIMENSI
Landasan penugasan
Sektor Publik
Amanat undang-undang
Imbalan
Hukum
spesifik
Lazimnya tanpa imbalan
Fee dan biaya
Pidana umum dan khusus, Perdata,
hukum administrasi negara.
Ukuran Keberhasilan
Pembuktian
dan
arbitrase,
perusahaan
perkara Memulihkan kerugian
Memenangkan
pidana
Sektor Swasta
Penugasan tertulis secara
memulihkan
kerugian.
Dapat melibatkan
bersangkutan
Sangat bervariasi
karena Relatif
lebih
dibandingkan
publik,
sedikit
di
kreativitas
sektor
dalam
pendekatan
Akuntansi
Tekanan
pada
lebih
menentukan.
kerugian Penilaian bisnis
12
2.1.7
120
200
220.
13
Supervisi
Dalam hal lada lebih dari satu akuntan forensic dalam satu
penugasan, salah seorang diantara mereka berfungsi sebagai incharge yang bertanggung jawab dalam mengarahkan penugasan
dan memastikan bahwa rencana kerja dilaksanakan sebagai mana
seharusnya dan dikomuntesaikan dengan baik.
240.
250.
Hubungan Manusia
Akuntan forensic harus memiliki kemampuan berinteraksi dengan
260.
270.
280.
300
400
2.1.8
Lingkup Penugasan
Pelaksanaan Tugas Telaahan
luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya (trust) dari pengguna stakeholder
lainnya.
Dalam contoh kasus, kode etik KPK dapat di pakai karena perumusannya sangat
relevan untuk mengatur prilaku akuntansi forensic .
Kode etik KPK :
1. Nilai nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan
dalam bentuk sikap, tindakan, prilaku, dan ucapan pimpinan KPK
2. Pimpinan KPK wajib menjaga kewenangan luar biasa yang dimilikinyademi
martabat KPK dan martabat pimpinan KPK dengan prilaku, tindakan, sikap,
dan ucapan sebagaimana dirumuskan dalam kode etik
3. Kode etik diterapkan tanpa toleransi sedikitpun atas penyimpangannya, dan
mengandung sanksi tegas bagi mereka yang melanggarnya
4. Perubahan atas kode etik pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera
dilakukan berdasarkan tanggapan dan masukan dari masyarakat dan
ditetapkan oleh pimpinan KPK\
2.1.9
15
2.2
AUDIT INVESTIGATIF
2.2.1
2.
bagi
objek
penugasan
untuk
mengambil
keputusan
penyelesaian klaim/tuntutan;
3.
2.2.2
1. REAKTIF
Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor melaksanakan
audit setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif
yang bersifat reaktif umumnya dilaksanakan setelah auditor menerima atau
mendapatkan informasi dari berbagai sumber informasi misalnya dari auditor
lain yang melaksanakan audit reguler, dari pengaduan masyarakat, atau
karena adanya permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya yang
reaktif maka auditor tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia
informasi tentang adanya dugaan atau indikasi kecurangan dan kejahatan.
2. PROAKTIF
Audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk
menemukan kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum
melaksanakan audit investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan
informasi dan menganalisis informasi-informasi yang diperoleh untuk
menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan kejahatan. Audit
investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan pada area atau bidangbidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang tinggi. Audit
yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya kecurangan
dan kejahatan secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang menjadi
kecurangan atau kejahatan yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif yang
bersifat proaktif juga dapat menemukan kejahatan yang sedang atau masih
berlangsung sehingga pengumpulan bukti untuk penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah dilaksanakan.
Hasil dari suatu audit investigatif, baik yang bersifat reaktif maupun proaktif
dapat digunakan sebagai dasar penyelidikan dan penyidikan kejahatan oleh aparat
penegak hukum. Berdasarkan hasil audit tersebut, aparat penegak hukum akan
mengumpulkan bukti-bukti yang relevan sesuai dengan kaidah hukum yang
berlaku untuk kepentingan penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan.
17
2.2.3
2.2.4
b
c
18
2.2.5
Inspeksi ( peninjauan )
Memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata,
untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau sesuatu masalah.
Observasi ( pengamatan )
Memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama mata,
yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu untuk
memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau masalah. Kadang
observasi dikaitkan dengan melihat dari jarak jauh atau tanpa didasari oleh
pihak yang diamati.
Wawancara
Tehnik audit dengan tanya jawab ( lisan/tertulis ) untuk
memperoleh pembuktian.
Konfirmasi
Adalah pembuktian dengan mengusahakan informasi dari sumber
lain yang independen, baik secara lisan maupun tertulis.
Analisa
Memecahkan atau menguraikan sesuatu keadaan atau masalah ke
dalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut
untuk dihubungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang
lain.
19
Perbandingan
Usaha untuk mencari kesamaan dan perbedaan antara dua dan lebih
gejala/fenomena.
Rekonsiliasi
Penyesuaian antara dua golongan data yang berhubungan tetapi
masing-masing dibuat oleh pihak-pihak yang independen ( terpisah ).
Penelusuran ( trasir )
Kegiatan yang dilakukan dengan jalan menelusuri proses suatu
keadaan atas suatu masalah kepada sumber atau bahan pembuktiannya.
Review analitis
Prosedur review analitis dapat digunakan mendeteksi area dengan
tingkat resiko yang tinggi untuk terjadi penyimpangan pelaporan
keuangan. Ada tiga jenis utama prosedur analitis : trend analitis, ratio
analitis dan modeling techniques.
Trend analisis digunakan untuk menguji trend saldo akun atau
perkiraan berbagai dasar untuk menentukan apakah data periode berjalan
secara potential salah buku (misstated), yaitu apakah data tersebut
menyimpang secara signifikan dibandingkan dengan data hisoris.
20
2.2.6
Hasil Investigasi
Hasil audit investigasi tidak boleh dibocorkan kepada pihak yang tidak
berhak mengetahuinya, di mana hasil ini biasanya telah diklarifikasi dan
dibacakan ulang kepada si auditee, agar auditee mengerti sejauh mana investigasi
dan eksaminasi dilakukan dan hasil yang didapatkan. Disebut keperluan internal
karena sang auditor terikat dengan audit metodologi dengan melaporkan apa
adanya suatu hasil investigasi dan auditor free to comment kepada atasannya
dalam mengemukakan pendapatnya sebagai seorang auditor berdasarkan temuan
dan dikategorikan preliminary summary (hasil sementara).
Hasil atau kesimpulan sementara ini akan disikusikan dengan bos sang
auditor sebelum dibuatkan keputusan final dan keputusan final hasil audit yang
disebut executive summary akan dibuat oleh kepala audit kepada siapa sang
auditor bertanggung jawab.
Hasil audit investigasi dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal
untuk menunjang suatu pembuatan BAP oleh kepolisian atau kejaksaan atau bukti
pendahuluan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi bila memang suatu fraud
diduga terjadi yang mengarah kepada suatu peristiwa kriminal atau crime acts,
dalam hal ini adalah korupsi.
21
hasil
audit
investigasi
ataupun
dengan
orang
lain
yang
berkepentingan dengan hasil audit. Apabila hal tersebut dilakukannya, dia dapat
dikenai sangsi sesuai aturan yang ada untuk itu. Boleh dikatakan fraud auditor
adalah orang suci yang bergeming dengan tawaran yang mungkin diberikan oleh
daerah terperiksa, di samping pekerjaannya penuh risiko ancaman dari terperiksa.
Untuk itu memang sangat diperlukan undang-undang proteksi bagi
seorang fraud auditor, termasuk perlindungan bagi saksi suatu perkara.
Selayaknya imbalan atau gaji seorang fraud auditor harus sepadan dengan risiko
pekerjaannya karena sejarah mencatat di mana pun di dunia ini seorang fraud
auditor selalu menghadapi risiko terhadap pekerjaannya, bergantung pada besar
kecilnya suatu pemeriksaan yang dilakukannya.
22
2.2.7
membandingkan antara praktik praktik yang ada dengan merujuk kepada yang
terbaik pada saat itu. Upaya ini disebut benchmarking. Kedua, upaya
benchmarking dilakukan terus menerus untuk mencari solusi terbaik.
Standar 2
Kumpulkan bukti bukti dengan prinsip kehati hatian (due care) sehingga bukti
bukti tadi dapat diterima di pengadilan.
Standar 3
Pastikn bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan
diindeks dan jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi
apabila ada penyelidikan di kemudian hari untuk memastikan bahwa investigasi
sudah dilakukan dengan benar
Standar 4
Pastikan bahwa para investor mengerti hak hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormati. Kalau investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi
pegawai yang bersangkutan dapat menuntut perusahaan dan investigatornya.
Standar 5
Beban pembuktian ada pada perusahaan yang menduga pegawainya melakukan
kecurangan, dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut, baik
dalam kasus hukum administrasi maupun kasus pidana.
Standar 6
Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis
ditinjau dari segi waktu. Dalam melakukan investigasi, kita menghadapi
keterbatasan waktu. Dalam menghormati asas praduga tidak bersalah, hak dan
kebebasan seseorang harus dihormati.
Standar 7
Liput
seluruh
kunci
dalam
proses
investigasi,
termasuk
perencanaan,
pengumpulan bukti dan barang bukti., wawancara, kontak dengan pihak ketiga,
pengamanan mengenai hal hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau
protocol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban
hokum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
24
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Akuntan Forensik adalah Akuntan yang menjalankan kegiatan evaluasi dan
penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di dalam pengadilan hukum.
Meskipun demikian Akuntan forensik juga mempraktekkan keahlian khusus
dalam bidang akuntansi, auditing, keuangan, metode-metode kuantitatif, bidangbidang tertentu dalam hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam
mengumpulkan bukti, menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan
menginterpretasi serta mengkomunikasikan hasil dari temuan tersebut.
Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan
(litigation), dan juga bisa berperan dalam bidang hukum diluar pengadilan (non
litigation). Misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian
perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung
dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
DISUSUN OLEH :
27