Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Analogi Hukum, 1 (3) (2019), 137–142

Jurnal Analogi Hukum


Journal Homepage: https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya


Seseorang
(Studi Kasus Putusan Nomor : 24/Pid.B/2013/PN.Sp)
I Kadek Agus Irawan*, I Nyoman Sujana, I Ketut Sukadana

Fakultas Hukum, Universitas Warmadewa, Denpasar-Bali, Indonesia

*agusirawan@gmail.com
How To Cite:
Irawan, I. K. A., Sujana, I. N., & Sukadana, I. K. (2019). Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang(Studi Kasus
Putusan Nomor : 24/Pid.B/2013/PN.Sp). Jurnal Analogi Hukum. 1(3). 341-346. Doi: https://doi.org/10.22225/ah.1.3.1783.341-346

Abstract-Persecution is a savage act carried out by someone to hurt others both physically and mentally. The
phenomenon of the many acts of persecution that occurred in the community was motivated by several things
including the economic situation of the perpetrators, the psychiatrists who were not stable, how the
perpetrators were raised in the family. From these problems several problems were formulated, among others:
criminal persecution, 2. What criminal sentence was handed down by the judge against the alleged
persecution that resulted in someone's death. In writing this essay using normative research methods, using a
legal, conceptual and case approach. From the legal research that has been done, it can be concluded that,
the judge's judgment in punishing the perpetrator is juridical, then the consideration based on evidence and
consideration is non-judicial, the sentence imposed by the panel of judges on the accused of torture which
results in a maximum sentence seven years stipulated in article 351 paragraph 3 of the Criminal Code.
Keywords: Crime of abuse, Basic consideration of judges, criminal sanctions

Abstrak-Penganiayaan merupakan tindakan biadab yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain dengan
maksud untuk menyakiti baik secara fisik maupun mental. Fenomena banyaknya tindakan penganiayaan yang
terjadi dimasyarakat dilatar belakangi oleh beberapa hal diantaranya, keadaan ekonomi pelaku, kejiwaan
pelaku yang belum stabil, bagaimana pelaku dibesarkan didalam keluarga .Dari permasalahan tersebut
dirumuskan beberapa permasalahan antara lain: 1. Apa yang menjadi tinjauan hakim dalam menghukum
pelaku tindak pidana penganiayaan, 2. Hukuman pidana apakah yang dijatuhkan oleh hakim terhadap
tersangka penganiayaan yang mengakibatkan matinya seseorang. Dalam penulisan ini menggunakan metode
penelitian yang bersifat normatif, dengan menggunakan pendekatan perundang – undangan, konseptual dan
kasus. Dari penelitian hukum yang telah di lakukan penulis menyimpulkan bahwa yang menjadi pertimbangan
majelis hakim dalam memberikan hukuman kepada pelaku penganiayaan adalah bersifat Yuridis, kemudian
Pertimbangan berdasarkan alat bukti serta pertimbangan bersifat non yudiris, pidana dijatuhkan oleh majelis
hakim kepada terdakwa penganiayaan yang mengakibatkan matinya seseorang adalah hukuman kurungan
maksimal tujuh tahun yang diatur dalam pasal 351 ayat 3 KUHP.
Kata Kunci: Tindak Pidana penganiayaan, Dasar pertimbangan hakim, Sanksi pidana

1. Pendahuluan Indonesia menginginkan agar seluruh


lapisan masyarakat menegakhan hokum yang
Indonesia merupakan salah satu Negara berlaku di masyarakat. Ini berarti, seluruh
berdasarkan atas hukum, bukan berdasarkan tindakan harus berdasarkan hokum yang telah
atas kekuasaan. Ini tertuang secara jelas dalam ditetapkan. Hukum merupakan peraturan
Pasal 1 ayat (3) Undang – undang Dasar Negara mengenai tingkah laku manusia sebagai
Republik Indonesia Tahun 1945 yang masyarakat, yang memiliki tujuan untuk
rumusannya “ Negara Indonesia adalah Negara memberikan keadilan, keselamatan, dan
hukum”. ketertiban di tengah masyarakat. Setiap orang
memiliki kepentingan masing-masing dan
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
341
Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang (Studi Kasus Putusan Nomor : 24/
Pid.B/2013/PN.Sp)
didalam memenuhi kepentingannya tersebut Penganiayaan merupakan hal sering dan mudah
maka diatur oleh aturan –aturan berupa hokum terjadi ditengah masyarakat. Akibat dari tindak
untuk menimbulkan keseimbangan dan pidana penganiayaaan sudah banyak dan sering
keselarasan antar kepentingan. terjadi, bahkan sampai mengakibatkan korban
meninggal dunia, maka tuntutan hukuman
Sebagai Negara yang berdasarkan dengan kepada pelaku tindak pidana harus benar-benar
hukum, dimana tujuan Negara kita juga secara memberikan rasa keadilan bagi korban,
terang tertuang didalam Undang-Undang Dasar keluarga korban bahkan kepada pelaku itu
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa sendiri agar dapat memberikan pelajaran dan
Negara kita memiliki tujuan untuk melindungi efek jera.
seluruh bangsa dan tumpah darah Indonesia,
meningkatkan kesejahteraan umum, Fenomena banyaknya tindakan
mencerdaskan kehidupan bangsa, turut serta penganiayaan yang terjadi dimasyarakat dilatar
dalam perdamaian dunia berdasarkan belakangi oleh beberapa hal diantaranya,
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan keadaan ekonomi pelaku, emosi pelaku yang
sosial. belum stabil , bagaimana pelaku dibesarkan
didalam keluarga, bagaimana pengawasan
Didalam tujuan dari Negara kita tersebut, lingkungan atau mungkin korban yang
didalamnya ada perlindungan bagi rakyat dan memancing terjadinya kekerasan dan banyak
ada hak bagi rakyat yang telah dijamin dalam faktor – faktor lain yang menjadi penyebab
setiap kegiatan yang dilakukannya. Tetapi, hal terjadinya kekerasan. Seperti kasus yang terjadi
yang banyak terjadi ternyata mulai tidak sesuai di Sekolah SMAN 1 Nusa Penida yang berawal
dengan tujuan negara Indonesia. Belakangan dari korban atas nama I KOMANG SUASTIKA
ini, bermacam permasalahan hukum terjadi. melempari pelaku atas nama I KADEK
Perbuatan setiap manusiapun menjadi semakin SUKASTA alias BOCOH dengan buah
tidak sesuai dengan tujuan Negara kita dan mengkudu busuk dan mengenai baju pelaku,
mulai tidak selaras dengan norma yang telah akibat kejadian tersebut pelaku kesal dan
berlaku selama ini dimasyarakat yang ujungnya langsung memukul korban sebanyak 1 ( satu )
dapat terjadi tindak pidana kejahatan. kali mengenai dada korban, atas kejadian
Tindakan kriminal adalah salah satu hal tersebut korban langsung jatuh dalam posisi
yang ada di tengah masyarakat yang harus tengadah dan segera dilarikan ke Puskesmas I
mendappatkan perhatian khusus. Ini tidak hanya Nusa Penida namun korban tidak bias
disebabkan tindakan kriminal sudah diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia.
berkembang dari masa ke masa, namun Beberapa penelitian terkait dengan
tindakan criminal sudah sangat menimbulkan penelitian sekarang ini telah dikaji sebelumnya,
kekhawatiran ditengah masyarakat serta seperti (Putra, Setiabudhi, & Parwata, 2013)
menggangu ketertiban dan keamanan di tengah yang mengkaji tentang “Tindak Pidana
masyarakat. Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya
Salah satu bentuk tindak kriminal yang Seseorang (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri
mulai meresahkan di masyarakat dan menjadi Denpasar)”. Hasil Penelitian ini menunjukkan
bagian dari kejahatan ialah penganiayaan. bahwa 1) Di dalam KUHP terdapat beberapa
Penganiayaan adalah tindakan biadab yang ketentuan yang mengatur sebagai perbuatan
sengaja dilakukan oleh pelaku kejahatan yang menyerang kepentingan umum yang
terhadap orang lain dengan maksud tujuan berupa tubuh manusia. Jenis kejahatan terhadap
untuk menyakiti baik terhadap tubuh maupun tubuh manusia atau penganiayaan berdasarkan
mental. Sebagaimana telah diketahui, dalam KUHP dimuat dalam Bab XXII, Pasal 351 s/d
Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 355. 2) Dasar Pertimbangan Hakim
ditentukan perbuatan-perbuatan yang Dalam Menjatuhkan Pemidanaan Terhadap
merupakan kejahatan dan pelanggaran, yang Delik Penganiayaan dalam pasal 14 ayat 2
oleh Moeljatno dikatakan sebagai perbuatan UndangUndang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
pidana atau delik (Moeljatno, 1993). Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa
dalam sidang permusyawaratan, setiap hakim
Didalam KUHP, penganiayaan diatur wajib menyampaikan pertimbangan atau
dalam pasal 351 sampai pasal 358 KUHP, pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang
menganiaya ialah pelaku menginginkan dengan diperiksa dan menjadi bagian yang tidak
sengaja akibat yang ditimbulkan untuk korban terpisahkan dari putusan. Pertimbangan hakim
merasakan sakit atau luka, hal ini harus merupakan salah satu aspek terpenting dalam
dituduhkan kepada tersangka oleh korban menentukan terwujudnya nilai suatu putusan
dalam bentuk laporan resmi ke kepolisian. hakim yang mengandung keadilan dan

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


342
Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang (Studi Kasus Putusan Nomor : 24/
Pid.B/2013/PN.Sp)
mengandung kepastian hukum disamping itu melakukan penelitian hukumnya. Adapun
juga mengandung manfaat bagi para pihak yang metode pendekatan perundang – undangan,
bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini konseptual dan kasus yang merupakan salah
harus di sikapi dengan teliti baik dan cermat. satu prosedur yang dapat menghasilkan data
Apabila pertimbangan hakim tidak di teliti deskriptif.
dengan baik dan cermat maka putusan hakim
yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut Sumber bahan hukum yang dipakai dalam
akan di batalkan oleh pengadilan yang lebih studi ini meliputi:
tinggi. Selanjutnya dalam pasal 28 ayat (1)
undang-undang 48 tahun 2009 tentang Sumber Hukum Primer
kekuasaan kehakiman yaitu hakim wajib
menggali mengikuti dan memahami nilai-nilai Sumber hukum primer, yaitu keterangan
yang hidup dalam masyarakat. Untuk yang diperoleh melalui undang-undang yang
membuktikan adanya suatu tindak pidana berlaku sesuai dengan permasalahan yang
penganiayaan atau mishandeling, maka dibahas dalam tulisan ini. Sumber hukum yang
diperlukan alat bukti menurut Ketentuan Pasal dipakai didalam penelitian ini ialah UUD 1945,
183 KUHAP, sistem pembuktian dalam Kitab Undang-Undang Hukum
KUHAP. Selanjutnya, (Hutagaol, 2018) juga
mengakaji penelitian serupa tentang “Sanksi
Pidana Terhadap Penganiayaan Yang Sumber Hukum Sekunder
Menyebabkan Kematian Menurut Pasal 353 Sumber hukum sekunder, yaitu hukum
KUHP”. Hasil penelitiannya menunjukkan yang diperoleh melalui teori-teori hukum, serta
bahwa pernyataan hakim dalam persidangan pendapat-pendapat ahli yang ada relevasinya
dapat berupa pemidanaan atau bebas dari segala dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.
tuntutan berdasarkan Pasal 1 butir 11 KUHAP
dan dasar pertimbangannya bersifat yuridis dan Cara pengumpulan bahan dilakukan
non yuridis. Berdasarkan hal tersebut dapat dengan cara yaitu: Pengumpulan bahan hukum
ditarik kesimpulan yaitu pidana penganiayaan dilakuan dengan mencari bahan hukum studi
yang mengakibatkan matinya seseorang dapat dokumentasi dengan cara mencari putusan
dipidana selama 5 tahun sampai 7 tahun hakim dan studi kepustakaan dengan teknik
penjara. mencatat.
Atas dasar tersebut penulis terdorong Data yang telah terkumpul selanjutnya
untuk melakukan penelitian terhadap akan dikaji dan dianalisis secara deskriptif yaitu
permasalahan diatas dengan mengambil judul: menggambarkan secara sistematis
Tindak Pidana Penganiayaan Yang permasalahan-permasalahan yang dibahas
Mengakibatkan Matinya Seseorang (Studi berdasarkan pada norma-norma yang berlaku.
Kasus Putusan Nomor : 24 /Pid.B/2013/PN.Sp) Jadi dari analisis sumber hukum tersebut dapat
ditarik suatu kesimpulan yang benar.
Berdasarkan pada permasalahan tersebut,
dirumuskan beberapa permasalahan antara lain: 3. Hasil dan Pembahasan
Apakah dasar pertimbangan hakim untuk
menghukum pelaku penganiayaan dengan
mengakibatkan matinya seseorang dan Pertimbangan Hakim Dalam Menghukum
Bagaimanakah hukuman pidana yang kenakan Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan
oleh hakim terhadap terdakwa penganiayaan
yang mengakibatkan matinya seseorang ? Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan

Penelitian ini dilakukan Agar mengetahui Secara umum kita mengenal pengertian
tinjauan hakim dalam menghukum terdakwa tindak pidana terhadap tubuh manusia
tindak pidana penganiayaan dan Untuk dalam KUHP disebut penganiayaan. Dari
mengetahui hukuman apakah yang dikenakan segi bahasa, penganiayaan merupakan kata
oleh hakim kepada terdakwa penganiayaan sifat yang memiliki kata dasar ”aniaya” dan
yang mengakibatkan matinya seseorang. mendapatkan awalan “pe” serta akhiran
“an” selanjutnya penganiayaan sendiri
2. Metode
berasal dari kata benda aniaya yang
Didalam penelitian ini penulis menunjukkan subyek atau orang yang
menggunakan metode penelitian normatif melakukan penganiayaan itu.
dimana metode normatife menggunakan bahan
pustaka/bacaan yang ada sebagai cara Akan tetapi tidak semua perbuatan yang

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


343
Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang (Studi Kasus Putusan Nomor : 24/
Pid.B/2013/PN.Sp)
mengakibatkan sakit serta luka terhadap orang  Keadaan ekonomi maupun social dari
lain merupakan suatu tindakan penganiayaan, pelaku
seperti untuk menjaga keselamatan diri atau
orang lain. Untuk mengatana bahwa seseorang  Faktor keyakinan/agama pelaku
sudah melakukan tindakan penganiayaan, maka
orang yang dituduh tersebut harus memiliki niat
Syarat – Syarat Pengenaan Sanksi Pidana
untuk sengaja untuk membuat rasa sakit atau
Terhadap Pelaku Tindak Pidana
luka pada tubuh orang lain atau pun pelaku
Penganiayaan
dalam memiliki niat untuk merusak kesehatan
orang lain. Segala tingkah laku atau sesuatu yang
diperbuat oleh setiap individu harus dapat
Kejahatan kekerasan berupa penganiayaan
dipertanggung­jawabkan oleh masing – masing
adalah kekerasan yang dilakukan pada tubuh
iindividu. Demikian pula dengan setiap
manusia dalam segala bentuk perbuatannya
tindakan penganiayaan yang telah dilakukan.
sehingga mengakibatkan luka atau
Tanggung jawab pidana adalah tanggung jawab
menimbulkan rasa sakit pada jasmani orang lain
setiap individu terhadap tindak pidana yang
bahkan hingga menimbulkan hilangna nyawa
telah dilakukannya terhadap individu lainnya.
seseorang.
Tepatnya yang dipertanggungjawabkan
Dasar Pertimbangan Hakim Dalam individu itu adalah segala tindak pidana yang
Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak diperbuatnya dalam hal ini Tindakan
Pidana Penganiayaan penganiayaan. Maka dari itu terjadinya
tanggung jawab pidana karena sudah ada
a. Bersifat yudiris tindakan penganiayaan yang telah dilakukan
oleh seseorang. Pertanggungjawaban pidana
Bersifat yudiris artinya suatu pertimbangan pada hakekatnya merupakan suatu “mekanisme
oleh hakim berdasarkan fakta yuridis yang yang dibangun oleh hukum pidana untuk
tersaji didalam sidang dan didalam aturan beraksi terhadap pelanggaran atas “kesepakatan
undang-Undang harus dicantumkan didalam menolak” suatu perbuatan” (Prasetyo, 2011).
keputusan hakim, diantaranya (Rusli, 2007):
Tanggung jawab pidana menjurus kepada
 Dakwaan jaksa penghukuman petindak, apabila sudah
 Barang bukti melakukan perbuatan tindak pidana serta sudah
memenuhi seluruh unsur yang telah ditentukan
 Pasal peraturan hukum pidana dalam pasal yang ada, dalam hal ini unsur
tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan
b. Pertimbangan Hukum Alat Bukti hilangnya nyawa seseorang, namun tidak
memiliki niat (tujuan) untuk melakukan hal
Pertimbangan Hukum berdasarkan alat
tersebut. Apabila kita lihat dari sudut pandang
bukti berupa (Witanto dkk, 2013):
terjadinya perbuatan yang dilarang
 Keterangan dari saksi (diharuskan), seseorang harus mempertanggung
jawabkan pidana atas tindakan tersebut apabila
 Keterangan Ahli perbuatannya sudah bersifat melawan hukum
(dan tidak ada peniadaan sifat melawan hukum
 Alat Bukti Surat atau rechtswaardingsgroud atau alasan
pembenaran) untuk hal tersebut. Sedangkan dari
 Alat Bukti berupa Petunjuk
sudut pandang kemampuan bertanggung jawab
 Keterangan dari terdakwa maka hanya individu yang mampu
bertanggungjawab yang diperbolehkan
c. Pertimbangan yang bersifat Fakta /non mempertanggungjawabkan perbuatannya.
yudiris
Pertimbangan Fakta atau yang bersifat Non Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak
Yuridis (Rusli, 2007): Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan
Matinya Seseorang
 Latar belakang yang mendasari terdakwa
melakukan perbuatannya Hukuman merupakan salah satu cara untuk
memulihkan kembali prilaku pelaku kejahatan
 Akibat dari perbuatan yang dilakukan yang menyimpang, tetapi tidak jarang hukuman
terdakwa terhadap korban tersebut bertujuan untuk mengekang kebebasan
dari pelaku kejahatan tersebut. Tujuan
 Kondisi diri pelaku

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


344
Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang (Studi Kasus Putusan Nomor : 24/
Pid.B/2013/PN.Sp)
pemidanaan adalah terulangnya kembali nafas bagian kanan dengan dada, sehingga
kejahatan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan pernafasan menjadi tidak normal. Dengan
terhadap korban maupun kepada orang lain. kondisi fisik seperti itu, ketika cacing gelang
Maka hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku menyumbat saluran pernafasan sebelah kiri
penganiayaan yang mengakibatkan matinya akibat pukulan terdakwa, saluran pernafasan
seseorang berdasarkan pasal 351 ayat (3) sebelah kanan yang sebenarnya masih bisa
KUHP adalah diancam dengan hukuman membantu namun tidak bekerja maksimal,
kurungan paling lama 7 Tahun. sehingga korban berusaha keras untuk bernafas.
Sehingga unsur Menyebabkan kematian tidak
4. Simpulan terpenuhi.
Tinjauan hakim dalam menghukum Oleh karena jenis dan macam
terdakwa penganiayaan, antara lain : penganiayaan begitu banyak baik dari segi latar
Pertimbangan yang bersifat Yuridis, belakang, motif dan lain sebagainya diharapkan
diantaranya : dakwaan Jaksa, barang bukti, hakim dalam mengambil keputusan tidak
pasal peraturan hukum pidana yang berlaku, terpengaruh oleh hal-hal lain seperti, opini
kemudian Pertimbangan berdasarkan alat bukti publik, tekanan dari keluarga korban/ terdakwa,
berupa keterangan saksi, ahli, surat, alat bukti maupun dari pihak-pihak lain.
petunju dan keterangan terdakwa serta
pertimbangan bersifat non yudiris seperti yang Mengenai barang bukti, keterangan saksi
menjadi penyebab perbuatan terdakwa, akibat dan ahli memiliki peran yang amat penting bagi
perbuatan tersangka terhadap korban, kondisi hakim didalam mengambil keputusan, untuk itu
pelaku, keadaan sosial ekonomi pelaku dan disarankan kejelian dan keberanian hakim
faktor agama pelaku. Sedangkan didalam studi dalam mengambil keputusan.
kasus putusan Nomor : 24/Pid.B/2013/PN.Sp ,
majelis hakim lebih mempertimbangkan Daftar Pustaka
berdasarkan keterangan Ahli dan Surat Hasil Hutagaol, D. (2018). Sanksi Pidana Terhadap
otopsi dinyatakan bahwa pukulan terdakwa Penganiayaan Yang Menyebabkan
bukanlah penyebab kematian korban dan Kematian Menurut Pasal 353 KUHP.
berdasarkan keterangan dokter ahli forensik Lex Crimen, 7(4). Retrieved from
korban memiliki kelainan pada system https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
pernafasannya, yakni adanya pelekatan saluran lexcrimen/article/view/20398
nafas bagian kanan dengan dada, sehingga
pernafasan menjadi tidak normal. Dengan Moeljatno. (1993). Asas-asas Hukum Pidana.
kondisi fisik seperti itu, ketika cacing gelang Jakarta: Rineka Cipta.
menyumbat saluran pernafasan sebelah kiri
akibat pukulan terdakwa, saluran pernafasan Prasetyo, T. (2011). Hukum Pidana Edisi
sebelah kanan yang sebenarnya masih bisa Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
membantu namun tidak bekerja maksimal, Putra, I. P. A. G., Setiabudhi, I. K. R., &
sehingga korban berusaha keras untuk bernafas. Parwata, I. G. N. (2013). Tindak Pidana
Sehingga unsur Menyebabkan kematian tidak Penganiayaan Yang Mengakibatkan
terpenuhi. Matinya Seseorang (Studi Kasus Di
Ancaman pidana terhadap pelaku Pengadilan Negeri Denpasar). Kertha
penganiayaan yang mengakibatkan hilangnya Wicara: Journal Ilmu Hukum, 1(5).
nyawa seseorang ialah : hukuman kurungan Retrieved from https://ojs.unud.ac.id/
maksimal tujuh tahun sebagaimana diatur index.php/kerthawicara/article/
dalam pasal 351 ayat 3 KUHP, sedangkan view/7162
dalam studi kasus putusan Nomor : 24 / Pid.B / Rusli, M. (2007). Hukum Acara Pidana
2013 / PN.Sp yang dibahas, pelaku I KADEK Kontemporer. Bandung: PT Citra
SUKASTA alias BOCOH dikenakan hukuman Aditya Bakti.
kurungan penjara selama 4 ( empat bulan )
sesuai dengan dakwaan subsidair pasal 351 ayat Witanto, D. Y., & Dkk. (2013). Diskresi Hakim
(1) KUHP, karena majelis hakim lebih Sebuah Instrumen Menegakkan
mempertimbangkan berdasarkan keterangan Keadilan Substantif dalam Perkara-
Ahli dan Surat Hasil otopsi dinyatakan bahwa perkara Pidana. Bandung: Alfabeta.
pukulan terdakwa bukanlah penyebab kematian
korban dan berdasarkan keterangan dokter ahli Kitab Undang–Undang Hukum Pidana
forensik korban memiliki kelainan pada system (KUHP).
pernafasannya, yakni adanya pelekatan saluran
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License
345
Tindak Pidana Penganiayaan Yang Mengakibatkan Matinya Seseorang (Studi Kasus Putusan Nomor : 24/
Pid.B/2013/PN.Sp)
Indonesia Tahun 1945.

Jurnal Analogi Hukum, Volume 1, Nomor 3, 2019. CC-BY-SA 4.0 License


346

Anda mungkin juga menyukai