Anda di halaman 1dari 266

BAGIAN I

SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH


(SPIP) dan PENCEGAHAN KORUPSI

PUSDIKLAT PEGAWAI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
2023
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

BAB

1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewajiban bagi Instansi Pemerintah/Pengguna Anggaran untuk

menyelenggarakan sistem pengendalian intern dalam pengelolaan keuangan

diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kemudian dalam PP

Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),

sistem pengendalian intern dijabarkan secara panjang lebar dan

komprehensif, bukan hanya mencakup aspek penyelenggaraan keuangan,

namun mempunyai makna yang lebih luas yaitu mencakup pula aspek kinerja

operasional/tupoksi dan kewenangan organisasi.

Kelemahan dalam pengendalian intern menjadi penyebab utama timbulnya

berbagai permasalahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Sistem

pengendalian intern sebelum adanya SPIP masih berfokus pada hard control

yaitu berupa tersedianya pedoman, juklak/juknis atau SOP. Sedangkan dalam

kenyataannya, berbagai permasalahan yang terjadi disebabkan justru oleh

perilaku, integritas atau etos kerja yang buruk oknum/pejabat/personil yang

ada didalam instansi pemerintah/organisasi. Dibanding dengan sistem

pengendalian intern sebelumnya, SPIP memberikan perhatian yang signifikan

terhadap penguatan lingkungan internal organisasi dan kualitas manusianya

sebagai pelaku sistem pengendalian intern dalam instansi pemerintah.

Penilaian risiko terhadap pencapain tujuan organisasi juga menjadi fokus

1
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

utama sebagai bagian dari pengendalian intern. Oleh karena itu,

implementasi SPIP di lingkungan instansi pemerintah menjadi hal yang

strategis.

SPIP merupakan sistem pengendalian yang diselenggarakan secara

menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan daerah. SPIP dilaksanakan

menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan instansi pemerintah. SPIP

bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya

efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan

negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset, dan keta-atan

pada peraturan perundang-undangan.

Menurut BPKP (2009), selain untuk melaksanakan amanat UU Nomor 1 Tahun

2004 tentang Perbendaharaan Negara dan PP 60 Tahun 2008 tentang SPIP,

implementasi SPIP juga timbul dari kesadaran atas kegagalan pelaksanaan

sistem pengendalian yang telah diterapkan sebelumnya dalam mencegah

korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Pengendalian intern sebelum SPIP dilakukan mengacu pada Inpres No.15

Tahun 1983 tentang Pedo-man Pelaksanaan Pengawasan, Inpres No. 1 Tahun

1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, serta Kepmenpan

No.93/Menpan/1994 tentang Petunjuk Pengawasan Melekat. Penyebab

kegagalan pengendalian tersebut antara lain terjadi karena adanya reduksi

makna pengawasan melekat. Pengawasan melekat yang secara ilmiah

merupakan pengendalian yang dibangun melekat pada kegiatan (built in

control) mengalami reduksi makna sebagai pengawasan langsung dari atasan

kepada bawahan. Kegagalan juga terjadi karena pengendalian lebih

berorientasi pada “hard factor” yang bersifat statik. Pengendalian dianggap

kuat jika organisasi telah memiliki unsur-unsur pengendalian yang

2
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

dikelompokkan ke dalam enam sarana: struktur organisasi, kebijakan

pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja, pen-catatan dan pelaporan, serta

pembinaan personil. Peran faktor manusia yang bersifat dinamik berupa

kesadaran dan tanggung jawab semua personil terhadap pentingnya

pengendalian dalam organisasi (soft factor) belum memperoleh perhatian

yang serius, padahal soft factor/aspek dinamik merupakan kunci efektivitas

pengendalian karena subjek pengendalian adalah manusia.

B. Dasar Hukum

Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilakukan

berdasarkan:

1. UU Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

2. UU Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

3. PP Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistim Pengendalian Intern

Pemerintah.

4. Permendikbudristek Nomor 85 Tahun 2014 Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Terdapat beberapa dasar hukum yang menjadi pedoman utama dalam upaya

pencegahan dan penindakan korupsi. Contohnya, pembentukan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga yang bertanggung jawab

dalam upaya pemberantasan korupsi di negara ini.

Keberadaan dasar-dasar hukum tersebut mencerminkan komitmen serius

pemerintah Indonesia dalam memberantas korupsi. Seiring berjalannya

waktu, undang-undang juga mengalami perubahan guna menyesuaikan

dengan kondisi dan perkembangan penindakan kasus korupsi yang terkini.

3
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pemerintah juga mengajak partisipasi aktif masyarakat dalam pencegahan

dan pelaporan tindak pidana korupsi melalui Peraturan Pemerintah.

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah menyadari bahwa mereka tidak

dapat bekerja sendiri dalam memerangi korupsi, tetapi membutuhkan

dukungan dan keterlibatan aktif dari masyarakat. Dengan demikian,

kerjasama antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci dalam

memberantas korupsi dan membangun negara yang bersih dan berintegritas.

Dasar hukum tentang pemberantasan korupsi tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Ketetapan MPR Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang

Bersih dan Bebas KKN.

2. UU No 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan

Bebas KKN.

3. UU Nomor 20 Tahun 2001 jo UU No. 31/1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

4. Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan

Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan

dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

5. UU No 19 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

6. UU No 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang

7. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2018 tentang Strategi Nasional

Pencegahan Korupsi (Stranas PK).

8. Peraturan Presiden No.102/2020 tentang tentang Pelaksanaan Supervisi

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

4
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

9. Permenristekdikti Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban

Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi (PAK) di Perguruan Tinggi

C. Deskripsi Singkat

Modul pelatihan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dan

Pencegahan Korupsi adalah sebuah modul pelatihan yang dirancang untuk

memberikan pemahaman mendalam tentang prinsip-prinsip dan praktik

pengendalian internal yang efektif dalam konteks pemerintahan dan

peranannya dalam pencegahan korupsi. Modul ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman kepada para Pegawai Pemerintah dengan

Perjanjian Kerja (P3K) tentang SPIP dan cara kerja SPIP dalam pencegahan

korupsi.

Dalam modul pelatihan ini, peserta akan diperkenalkan dengan konsep dasar

pengendalian internal, termasuk identifikasi risiko, evaluasi kontrol, dan

pengawasan yang efektif. Peserta akan diajarkan metode dan teknik untuk

melakukan evaluasi risiko, mengidentifikasi kelemahan dalam pengendalian,

serta merancang tindakan perbaikan yang sesuai. Selain itu, peserta akan

diberikan pemahaman tentang korupsi, faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya korupsi, dan beberapa teori yang berkaitan dengan penyebab

terjadinya korupsi.

Modul ini dirancang secara interaktif, dengan menggunakan contoh kasus

dan studi kasus yang relevan dengan konteks pemerintahan. Peserta akan

memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok, latihan,

dan simulasi, sehingga dapat mengembangkan keterampilan praktis dalam

menerapkan konsep-konsep pengendalian internal dalam pekerjaan sehari-

hari mereka.

5
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

D. Hasil Belajar

Setelah pengenalan pelatihan SPIP, selanjutnya akan disampaikan tujuan dari

pelatihan. Tujuan pelatihan SPIP adalah untuk meningkatkan pemahaman

peserta tentang konsep dan prinsip-prinsip SPIP, serta kemampuan peserta

dalam menerapkan SPIP dalam tugas-tugas dan tanggung jawabnya sebagai

ASN. Beberapa tujuan khusus dari pelatihan antara lain:

1. Menjelaskan konsep dasar SPIP dan pencegahan korupsi

2. Menjelaskan bagaimana menerapkan SPIP dalam tugas-tugas dan

tanggung jawabnya sebagai ASN.

3. Menjelaskan pengertian sistem pengendalian intern, dan peranannya

dalam pencegahan korupsi.

4. Menjelaskan bagaimana mengidentifikasi risiko dan mengembangkan

pengendalian internal yang efektif.

5. Menjelaskan penyebab korupsi dan bagaimana pencegahannya

E. Indikator Hasil Belajar

Beberapa indikator keberhasilan pembelajaran yang bisa digunakan dalam

pelatihan SPIP antara lain:

1. Peserta memahami konsep, prinsip-prinsip SPIP dan pencegahan korupsi.

2. Peserta memahami penerapan SPIP dalam tugas-tugas dan tanggung

jawabnya sebagai ASN.

3. Peserta memahami sistem pengendalian intern dan peranannya dalam

pencegahan korupsi.

4. Peserta mampu mengidentifikasi risiko dan mengembangkan

pengendalian internal yang efektif.

5. Peserta memahami teori-teori tentang penyebab korupsi dan bagaimana

mencegahnya.

6
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

F. Manfaat Pelatihan

Pelatihan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) dan Pencegahan

Korupsi dapat memberikan berbagai manfaat bagi peserta, antara lain:

1. Pemahaman yang mendalam tentang konsep dasar SPIP dan pencegahan

korupsi: Peserta akan memperoleh pemahaman yang komprehensif

tentang konsep dasar SPIP dan pentingnya pencegahan korupsi dalam

konteks pekerjaan mereka sebagai ASN. Hal ini akan membantu mereka

untuk memiliki landasan pengetahuan yang kuat dalam melaksanakan

tugas mereka dengan integritas dan akuntabilitas.

2. Penerapan SPIP dalam tugas dan tanggung jawab sebagai ASN: Pelatihan

ini akan memberikan peserta pemahaman yang jelas tentang bagaimana

menerapkan SPIP dalam tugas-tugas dan tanggung jawab mereka sebagai

ASN. Mereka akan belajar tentang langkah-langkah konkret yang dapat

diambil untuk mencegah korupsi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

3. Pemahaman tentang sistem pengendalian intern dan perannya dalam

pencegahan korupsi: Peserta akan memperoleh pemahaman tentang

sistem pengendalian intern dan peranannya dalam mencegah dan

mendeteksi korupsi. Mereka akan belajar tentang pentingnya prosedur

pengendalian internal yang efektif untuk mencegah pelanggaran etika

dan penyalahgunaan kekuasaan.

4. Identifikasi risiko dan pengembangan pengendalian internal yang efektif:

Peserta akan dilatih untuk mengidentifikasi risiko korupsi yang mungkin

terjadi dalam lingkungan kerja mereka. Mereka akan belajar bagaimana

mengembangkan pengendalian internal yang efektif untuk mengurangi

risiko korupsi dan meningkatkan integritas dalam melaksanakan tugas-

tugas mereka.

5. Pemahaman penyebab korupsi dan pencegahannya: Peserta akan

memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor penyebab

7
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

korupsi dan strategi pencegahannya. Mereka akan belajar tentang

pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap prinsip-

prinsip etika dalam mencegah korupsi.

Dengan memperoleh manfaat ini, peserta pelatihan akan mampu menjadi

aparatur sipil negara yang lebih sadar akan risiko korupsi, memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan SPIP, serta mampu

berperan aktif dalam mencegah dan melawan tindak korupsi di instansi

pemerintah.

G. Materi Pokok

1 Pemahaman Terhadap SPIP Dan Korupsi

2 Hubungan SPIP Dan Pencegahan Korupsi

3 Unsur-Unsur SPIP

4 Strategi Pencegahan Korupsi Dalam SPIP

8
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

BAB

2
PEMAHAMAN TERHADAP SPIP
DAN KORUPSI

A. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

SPIP adalah singkatan dari Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. SPIP

merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mengatur, mengelola, dan

memonitor pengendalian intern di dalam pemerintahan. Pengendalian intern

sendiri merujuk pada semua aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka mengelola risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab mereka.

9
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah, pengendalian internal adalah proses yang

integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus

oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai

atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,

keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan

terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian internal yang diselenggarakan

secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya

tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan

pelaporan keuangan, pengamanan aset negara. Dengan demikian, SPIP

membantu pemerintah dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

dengan lebih efektif dan efisien, serta mencegah terjadinya penyimpangan

dan penyalahgunaan kekuasaan yang dapat merugikan masyarakat.

10
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

B. Manfaat SPIP

Penerapan SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) memberikan

berbagai manfaat penting bagi instansi pemerintah. Berikut adalah

penjelasan yang lebih rinci tentang manfaat SPIP:

a. Pencegahan Korupsi: SPIP membantu instansi pemerintah dalam

pencegahan korupsi. Melalui identifikasi risiko dan pengembangan

pengendalian internal yang efektif, SPIP dapat mengurangi kesempatan

terjadinya penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan, dan praktik

korupsi. Hal ini berkontribusi pada penciptaan lingkungan kerja yang

berintegritas dan bertanggung jawab.

Contoh praktiknya adalah penerapan prosedur yang ketat dalam

pengelolaan anggaran dan keuangan, seperti verifikasi dan validasi

transaksi, pemisahan tugas yang jelas, serta audit internal dan eksternal

untuk memastikan kepatuhan terhadap prosedur dan aturan.

b. Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas: SPIP membantu instansi pemerintah

dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional. Dengan adanya

pengendalian internal yang baik, instansi dapat mengoptimalkan

penggunaan sumber daya, mengurangi pemborosan atau

penyalahgunaan aset, serta meningkatkan produktivitas dan kualitas

pelayanan kepada masyarakat.

Contoh praktiknya adalah pengembangan sistem informasi yang

terintegrasi untuk mengelola data dan informasi secara efisien,

penerapan mekanisme pengawasan yang efektif untuk memantau

pelaksanaan kegiatan, dan penerapan evaluasi kinerja secara berkala

untuk mengevaluasi efektivitas program dan kegiatan.

c. Kepatuhan terhadap Aturan dan Regulasi: SPIP membantu instansi

pemerintah dalam memastikan kepatuhan terhadap aturan dan regulasi

yang berlaku. Dengan adanya kepatuhan yang baik, instansi dapat

11
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

menghindari pelanggaran hukum dan sanksi yang mungkin timbul, serta

menjaga integritas dan reputasi organisasi.

Contoh praktiknya adalah penerapan prosedur yang jelas dan

terdokumentasi, pemantauan yang ketat terhadap kepatuhan terhadap

peraturan, serta pelibatan tim internal atau lembaga eksternal dalam

pemeriksaan dan verifikasi kepatuhan.

d. Peningkatan Akuntabilitas dan Transparansi: SPIP memperkuat

akuntabilitas dan transparansi instansi pemerintah. Melalui penerapan

pengendalian internal yang efektif, instansi dapat memberikan

pertanggungjawaban yang jelas terkait penggunaan dana publik,

pengelolaan aset negara, dan pengambilan keputusan yang penting.

Contoh praktiknya adalah penyusunan laporan keuangan dan laporan

kinerja yang transparan, publikasi informasi publik secara terbuka, serta

penerapan mekanisme pengaduan atau pelaporan yang aman dan

rahasia bagi pihak yang melaporkan indikasi korupsi.

e. Meningkatkan Kepercayaan Publik: Dengan menerapkan SPIP, instansi

pemerintah dapat membangun kepercayaan publik yang lebih baik.

Transparansi, integritas, dan akuntabilitas yang ditunjukkan melalui

penerapan SPIP akan memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa

instansi pemerintah bekerja secara profesional, jujur, dan bertanggung

jawab dalam mengelola urusan publik.

Contoh praktiknya adalah mengadakan forum atau pertemuan dengan

masyarakat untuk menjelaskan mekanisme dan prosedur pengendalian

yang dilakukan, menyediakan akses publik terhadap informasi yang

relevan, serta mengadopsi praktik-praktik good governance yang

memperkuat kepercayaan masyarakat.

12
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Secara keseluruhan, penerapan SPIP dalam instansi pemerintah memberikan

manfaat yang luas dalam pencegahan korupsi, peningkatan efisiensi dan

efektivitas, kepatuhan terhadap aturan, akuntabilitas dan transparansi, serta

membangun kepercayaan publik.

C. Prinsip-prinsip SPIP

SPIP atau Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan suatu sistem

manajemen yang terdiri dari kebijakan, prosedur, praktik, dan struktur

organisasi yang ditetapkan oleh pemerintah untuk membantu mencapai

tujuan organisasi dengan efektif dan efisien serta mengamankan aset negara.

Prinsip-prinsip SPIP terdiri dari:

1. Tugas Pembagian Kerja (Division of Work)

Prinsip ini mengatur pembagian tugas dan tanggung jawab di dalam

organisasi. Setiap unit atau bagian harus memiliki tugas dan tanggung

jawab yang jelas dan spesifik agar dapat memastikan bahwa tugas yang

diberikan dapat dilaksanakan dengan tepat.

2. Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)

Prinsip ini menegaskan bahwa setiap pegawai harus memiliki wewenang

dan tanggung jawab yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Pegawai

harus bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan yang diambilnya

dalam menjalankan tugasnya.

3. Sistem dan Prosedur (System and Procedures)

Prinsip ini mengatur penggunaan sistem dan prosedur dalam

melaksanakan tugas. Setiap organisasi harus memiliki sistem dan

prosedur yang jelas dalam melaksanakan tugasnya agar dapat

memastikan bahwa tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.

13
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

4. Pemisahan Tugas (Separation of Duties)

Prinsip ini mengatur bahwa setiap tugas harus dipisahkan dari tugas lain

yang berkaitan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

penyalahgunaan kekuasaan atau kecurangan.

5. Pemeriksaan dan Evaluasi (Inspection and Evaluation)

Prinsip ini mengatur penggunaan pemeriksaan dan evaluasi dalam

memastikan efektivitas dan efisiensi sistem pengendalian intern. Setiap

organisasi harus melakukan pemeriksaan dan evaluasi secara berkala

untuk mengetahui apakah sistem pengendalian intern yang diterapkan

sudah efektif atau tidak.

6. Pengendalian Manajemen (Management Control)

Prinsip ini mengatur penggunaan pengendalian manajemen dalam

mengelola risiko. Setiap organisasi harus mampu mengidentifikasi dan

mengevaluasi risiko yang dihadapi, dan mengimplementasikan

pengendalian manajemen yang tepat untuk mengatasi risiko tersebut.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip SPIP dengan baik, diharapkan dapat

membantu ASN dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan

lebih efektif dan efisien serta mengamankan aset negara.

D. Pengendalian Intern dan Pengendalian Manajemen

Menurut Anthony (1965) dalam bukunya "Planning and Control Systems: A

Framework-For Analysis", yang dimaksud dengan Pengendalian Manajemen

(Management Control ) adalah :

"management control is the process by which managers


assure that resources are obtained and used etfecfively
and efficiently in the accomplishment of the
organization objectives”.

14
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Dalam pengendalian manajemen penekanan utama lebih pada pengendalian

kegiatan (control acitivities) yang ditetapkan oleh manajemen berupa sistem,

prosedur dan kegiatan untuk menjaIankan perencanaan dalam usaha

pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan ekonomis.

Unsur-unsur pengendalian manajemen terdiri dari 8 elemen yang biasa

dikenal dengan akronim OKP6 yaitu:

1. Organisasi yakni suatu proses dalam merancang dan mengalokasikan

pekerjaan, kewenangan dan sumber-sumber daya diantara masing-

masing anggota organisasi untuk mencapai tujuan organlsasi.

2. Kebijakan yakni pola-pola perilaku yang telah ditentukan lebih dahu!u,

yang harus diperhatikan dalam melaksanakan suatu kegiatan organisasi.

Kebijakan merupakan pernyataan maksud manajemen untuk bertindak

dengan cara tertentu.

3. Prosedur yakni langkah-Iangkah yang digunakan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan secara hemat, efisien, dan efektif sesuai dengan

kebijakan yang te!ah ditetapkan.

4. Personalia merupakan subsistem dalam suatu organisasi yang diciptakan

sebagai upaya agar para pegawai dapat dimanfaatkan secara efisien dan

efektif dalam rnencapai tujuan organisasi termasuk di dalamnya usaha

untuk meningkatkan kemampuan, semangat dan gairah kerja, serta

disiplin setiap pegawai dalam melaksanakan tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

5. Perencanaan/Anggaran merupakan suatu proses penetapan langkah-

Iangkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang

dengan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dalam

rangka mewujudkan pencapaian tujuan organisasi pencapaian tujuan

organisasi.

15
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

6. Pencatatan/Akuntansi merupakan satu sarana pengendalian manajemen

yang berfungsi untuk mendokumentasikan kejadian atau peristiwa yang

terjadi pada suatu organlsasi.

7. PeIaporan merupakan suatu bentuk proses penyampaian informasi

tertulis dari unit yang lebih rendah kepada unit kerja yang lebih tinggi atau

dari bawahan kepada atasan tentang perkembangan atau pencapaian

tujuan suatu kegiatan.

8. Pemeriksaan Intern merupakan suatu proses untuk meyakini bahwa

unsur-unsur sistem pengendalian manajemen (pengorganisasian,

kebijakan, personil, perencanaan, prosedur, pencatatan dan pelaporan)

telah berjalan sebagaimana mestinya guna terselenggaranya tugas pokok

dan fungsi suatu organisasi secara efisien dan efektif.

Uraian setiap elemen pengendalian manajemen memberikan suatu simpulan

bahwa tujuan pengendalian manajemen secara umum adalah sebagai

berikut:

1. Mendorong efisiensi dan kehematan dalam melaksanakan kegiatan,

2. Menjaga aktiva agar jangan sampai boros atau hilang, termasuk

pencegahan terjadinya kekeliruan dalam mengalokasikan dana dan harta

milik,

3. Menekan timbulnya kewajiban dan biaya sampai sekecil mungkin sesuai

dengan pencapaian tujuan kegiatan secara efektif,

4. Menjamin bahwa semua pendapatan yang bertalian dengan aktiva atau

kegiatan sudah diterima dan dipertanggungjawabkan,

5. Menjamin ketepatan dan dapat diandalkannya laporan-Iaporan

keuangan, statistik dan laporan-Iaporan lainnya.

16
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pengendalian Internal vs Pengendalian Manajemen

Pengendalian internal dan pengendalian manajemen adalah dua konsep

penting dalam bidang tata kelola organisasi dan manajemen. Meskipun

memiliki kesamaan dalam tujuan mereka, keduanya berbeda dalam hal fokus

dan cakupan. Mari bandingkan dan bedakan pengendalian internal dan

pengendalian manajemen untuk lebih memahami kesamaan dan

perbedaannya:
PENGENDALIAN INTERNAL PENGENDALIAN MANAJEMEN

Definisi Pengendalian internal mengacu Pengendalian manajemen

pada proses, sistem, dan mengacu pada proses, sistem, dan

langkah-langkah yang alat yang digunakan oleh

diimplementasikan di dalam manajemen untuk mengarahkan

sebuah organisasi untuk dan memantau kegiatan

memastikan pencapaian tujuan, organisasi guna memastikan

keandalan pelaporan keuangan, rencana dan tujuan tercapai

kepatuhan terhadap hukum dan secara efektif dan efisien.

peraturan, serta perlindungan

aset.

Tujuan Tujuan utama dari pengendalian Tujuan utama dari pengendalian

internal adalah untuk manajemen adalah

mengurangi risiko, baik internal menyelaraskan kegiatan

maupun eksternal, yang dapat organisasi dengan tujuan

menghambat organisasi strategisnya dan memungkinkan

mencapai tujuannya. manajemen untuk membuat

keputusan yang berdasarkan

informasi yang akurat.

Fokus Pengendalian internal berfokus Pengendalian manajemen

pada pembentukan proses dan berfokus pada perencanaan,

prosedur untuk melindungi aset, pengorganisasian, dan

mencegah penipuan, pengendalian berbagai kegiatan di

17
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

PENGENDALIAN INTERNAL PENGENDALIAN MANAJEMEN

memastikan ketepatan catatan dalam organisasi, termasuk

keuangan, dan menjaga penetapan tujuan, pengukuran

kepatuhan terhadap regulasi. kinerja, alokasi sumber daya, dan

pemantauan hasil.

Cakupan Pengendalian internal terutama pengendalian manajemen

berkaitan dengan aspek memiliki cakupan yang lebih luas

keuangan dan regulasi yang mencakup semua aspek

kegiatan organisasi.

Audiens Pengendalian internal terutama pengendalian manajemen lebih

menarik perhatian auditor, ditujukan untuk manajemen

regulator, dan pemangku internal dan pengambilan

kepentingan eksternal keputusan

Contoh Contoh pengendalian internal Contoh pengendalian manajemen

meliputi pemisahan tugas, audit meliputi anggaran dan analisis

keuangan reguler, perlindungan varians, indikator kinerja kunci

kata sandi pada sistem keuangan, (KPI) untuk mengukur dan

penggunaan kerangka kerja mengevaluasi kinerja, laporan

pengendalian internal seperti manajemen reguler, penilaian

COSO (Committee of Sponsoring kinerja, dan penggunaan sistem

Organizations of the Treadway pengendalian manajemen seperti

Commission), dan implementasi balanced scorecard atau

kebijakan dan prosedur untuk dashboard.

menyetujui transaksi keuangan.

Kesamaan:

Tujuan: Baik pengendalian internal maupun pengendalian manajemen

bertujuan untuk memastikan bahwa organisasi mencapai tujuan secara

efektif dan efisien.

18
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Sistem dan Proses: Baik pengendalian internal maupun pengendalian

manajemen melibatkan implementasi sistem, proses, dan langkah-langkah

untuk memantau dan mengatur kegiatan organisasi.

Manajemen Risiko: Baik pengendalian internal maupun pengendalian

manajemen berkontribusi pada upaya pengelolaan risiko dalam organisasi,

meskipun fokus dan cakupannya mungkin berbeda.

Secara ringkas, pengendalian internal dan pengendalian manajemen adalah

konsep terkait dengan tujuan yang tumpang tindih namun fokus yang

berbeda. Sementara pengendalian internal terutama berkaitan dengan

kepatuhan dan integritas keuangan, pengendalian manajemen mencakup

aspek yang lebih luas dari kinerja organisasi dan pengambilan keputusan.

Pengendalian manajemen berkaitan erat dengan upaya manajemen dalam

mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi kegiatan operasional

organisasi. Tujuan dari pengendalian manajemen adalah memastikan bahwa

sumber daya organisasi digunakan secara efektif, tugas-tugas terlaksana

dengan baik, dan tujuan yang telah ditetapkan tercapai.

Salah satu komponen penting dari pengendalian manajemen adalah

perencanaan anggaran. Dalam perencanaan anggaran, organisasi

menentukan alokasi sumber daya yang tepat untuk setiap kegiatan dan

memastikan bahwa penggunaan anggaran sesuai dengan kebijakan dan

prioritas organisasi.

Selain itu, pengawasan operasional juga merupakan bagian penting dari

pengendalian manajemen. Melalui pengawasan, manajemen dapat

19
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

memonitor pelaksanaan kegiatan operasional, memastikan bahwa tugas-

tugas dilaksanakan dengan benar, dan melakukan tindakan perbaikan jika

ditemukan ketidaksesuaian atau masalah.

Pengendalian manajemen juga mencakup evaluasi kinerja secara berkala.

Evaluasi kinerja membantu manajemen dalam mengidentifikasi keberhasilan

dan kelemahan dalam pencapaian tujuan, serta mengambil langkah-langkah

perbaikan yang diperlukan.

Dalam praktiknya, pengendalian intern dan pengendalian manajemen saling

melengkapi. Pengendalian intern memberikan dasar dan struktur yang

diperlukan dalam pengendalian manajemen, sedangkan pengendalian

manajemen mengarahkan penggunaan pengendalian intern secara efektif

dalam setiap aspek operasional organisasi.

Dengan adanya pengendalian intern dan pengendalian manajemen yang

baik, organisasi dapat mengurangi risiko kecurangan, meningkatkan

akuntabilitas, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan lebih

efisien.

E. Pengertian Korupsi dan Penyebabnya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah

penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan

sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Baharuddin Lopa mengartikan korupsi sebagai suatu tindak pidana yang

berhubungan dengan penyuapan, manipulasi, dan perbuatan lainnya sebagai

20
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan dan perekonomian

negara, serta merugikan kesejahteraan dan kepentingan umum.

Korupsi diatur di dalam 13 pasal UU 31/1999 dan perubahannya yang

kemudian dirumuskan menjadi 30 jenis-jenis tindak pidana korupsi.

Ketigapuluh jenis tersebut disederhanakan ke dalam 7 kelompok tindak

pidana korupsi, yaitu korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara,

suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang,

benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi.

Bentuk-bentuk korupsi tersebut akan dijelaskan dalam pembahasan berikut.

a. Merugikan Keuangan Negara

Pengertian murni merugikan keuangan negara adalah suatu perbuatan

yang dilakukan oleh orang, Aparatur Sipil Negara (“ASN”), dan

penyelenggara negara yang melawan hukum, menyalahgunakan

kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

atau kedudukan dengan melakukan tindak pidana korupsi.

b. Suap Menyuap

Suap-menyuap adalah tindakan yang dilakukan pengguna jasa secara aktif

memberi atau menjanjikan sesuatu kepada ASN atau penyelenggara

negara dengan maksud agar urusannya lebih cepat, walau melanggar

prosedur. Suap-menyuap terjadi terjadi jika terjadi transaksi atau

kesepakatan antara kedua belah pihak.

c. Penggelapan Dalam Jabatan

Penggelapan dalam jabatan adalah tindakan dengan sengaja

menggelapkan uang atau surat berharga, melakukan pemalsuan buku-

buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi,

21
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk melindungi

pemberi suap, dan lain-lain.

d. Pemerasan

Pemerasan adalah perbuatan dimana petugas layanan yang secara aktif

menawarkan jasa atau meminta imbalan kepada pengguna jasa untuk

mempercepat layanannya, walau melanggar prosedur. Pemerasan

memiliki unsur janji atau bertujuan menginginkan sesuatu dari pemberian

tersebut.

e. Perbuatan Curang

Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi

yang dapat membahayakan orang lain.

f. Gratifikasi

Berdasarkan Pasal 12B ayat (1) UU 20/2001, setiap gratifikasi kepada

pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,

apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan

kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan:

▪ Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, maka pembuktian bahwa gratifikasi

tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

▪ Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, maka pembuktian bahwa

gratifikasi tersebut suap dibuktikan oleh penuntut umum.

Terdapat beberapa teori tentang penyebab korupsi, dua diantaranya akan

dibahas berikut ini.

Fraud Triangle (Segitiga Kecurangan)

Fraud triangle adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tiga

kondisi penyebab terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan organisasi.

Teori ini dikembangkan oleh Donald R. Cressey, seorang kriminolog yang

tertarik untuk mendalami keadaan yang membuat pelaku penggelapan dana

22
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

untuk melakukan tindakan kecurangan. Istilah fraud triangle atau segitiga

kecurangan digunakan karena dalam teorinya terdapat tiga komponen yang

memengaruhi seseorang untuk berbuat curang, yaitu tekanan, peluang, dan

pembenaran. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai tiga komponen

fraud triangle:

a. Tekanan atau pressure: Adanya faktor tekanan merupakan sebuah faktor

awal yang membuat seseorang melakukan tindakan kriminal di tempat

kerjanya. Tekanan ini biasanya datang dari individu yang memang sedang

dilanda tekanan yang membuat dirinya tidak lagi mampu berpikir secara

logika dalam menyelesaikan masalah keuangannya yang rumit. Contoh

tekanan yang memaksa seseorang berbuat fraud triangle misalnya utang

piutang, kebiasaan berjudi, untuk memenuhi kebutuhan gaya hidupnya

yang konsumtif, kurangnya pendapatan yang diterima dari pihak

organisasi, tidak sanggup membayar tagihan rumah, kendaraan ataupun

kartu kredit, biaya sekolah anak, membantu kebutuhan orang tua, PHK,

perceraian, terlibat masalah narkoba, minuman keras, atau keluarga

mengidap sakit keras.

23
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

b. Peluang atau opportunity: Peluang atau opportunity adalah situasi yang

memungkinkan seseorang untuk melakukan kecurangan. Peluang ini

bisa muncul karena adanya kelemahan sistem pengendalian internal

organisasi, kurangnya pengawasan, atau karena adanya celah yang

memungkinkan seseorang untuk melakukan kecurangan. Contoh

peluang yang memungkinkan seseorang berbuat fraud triangle misalnya

adanya kelemahan dalam sistem pengendalian internal organisasi,

kurangnya pengawasan, atau karena adanya celah yang memungkinkan

seseorang untuk melakukan kecurangan.

c. Pembenaran atau rationalization: Pembenaran atau rationalization

adalah proses di mana seseorang mencari alasan atau justifikasi untuk

melakukan kecurangan. Pembenaran ini bisa muncul karena adanya

tekanan atau peluang yang memaksa seseorang untuk melakukan

kecurangan. Contoh pembenaran yang memungkinkan seseorang

berbuat fraud triangle misalnya merasa bahwa tindakan kecurangan

tersebut tidak akan merugikan pihak organisasi, merasa bahwa tindakan

kecurangan tersebut dilakukan untuk kepentingan yang lebih besar, atau

merasa bahwa tindakan kecurangan tersebut dilakukan untuk mengatasi

masalah keuangan yang sulit.

Teori GONE (Greed, Opportunity, Needs, Exposure)

24
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Teori GONE, yang dikemukakan oleh Jack Bologne, adalah suatu pendekatan

dalam memahami faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi. Teori

ini mengidentifikasi empat elemen utama yang dapat mempengaruhi

terjadinya korupsi, yaitu Greed (keserakahan), Opportunity (peluang), Needs

(kebutuhan), dan Exposure (pemaparan).

Greed (keserakahan): Elemen pertama dalam teori GONE adalah

keserakahan. Korupsi sering kali dipicu oleh dorongan individu untuk

memperoleh keuntungan pribadi yang berlebihan, seperti uang, harta

benda, atau kekuasaan. Dorongan ini mendorong individu untuk terlibat

dalam tindakan korupsi.

Opportunity (peluang): Peluang merujuk pada situasi atau kondisi di mana

individu memiliki kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi.

Kehadiran celah atau kelemahan dalam sistem pengendalian intern, regulasi

yang lemah, kurangnya pengawasan, atau prosedur yang tidak efektif dapat

menciptakan peluang bagi korupsi terjadi.

Needs (kebutuhan): Faktor kebutuhan juga dapat mempengaruhi terjadinya

korupsi. Ketika individu merasa terdesak oleh kebutuhan finansial, sosial,

atau emosional yang tidak terpenuhi, mereka dapat cenderung untuk

mencari cara-cara tidak etis, termasuk terlibat dalam korupsi, sebagai cara

untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Exposure (pemaparan): Elemen terakhir dalam teori GONE adalah

pemaparan. Ini berkaitan dengan tingkat risiko yang dihadapi oleh individu

jika tindakan korupsi mereka terungkap atau terbongkar. Ketika individu

merasa bahwa risiko pemaparan atau pengungkapan tindakan korupsi

25
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

mereka rendah, mereka mungkin lebih cenderung untuk terlibat dalam

praktik korupsi.

Dalam teori GONE, keserakahan, peluang, kebutuhan, dan pemaparan

dianggap sebagai faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam

menganalisis dan mencegah korupsi. Dengan memahami dan mengelola

faktor-faktor ini, diharapkan upaya pencegahan korupsi dapat lebih efektif

dilakukan.

F. Dampak Korupsi terhadap Pemerintahan dan Masyarakat

Korupsi memiliki dampak yang merugikan bagi pemerintahan dan

masyarakat, antara lain:

1. Pengalihan dana publik: Korupsi dapat menyebabkan pengalihan dana

publik ke tangan oknum yang tidak bertanggung jawab, sehingga

mengurangi anggaran yang seharusnya digunakan untuk kepentingan

masyarakat.

2. Merusak investasi: Korupsi dapat merusak investasi karena investor

akan enggan menanamkan modalnya di negara yang korup.

3. Menurunkan kualitas infrastruktur: Korupsi dapat menurunkan kualitas

infrastruktur karena dana yang seharusnya digunakan untuk

membangun infrastruktur digunakan untuk kepentingan pribadi.

4. Memburuknya kesejahteraan masyarakat: Korupsi dapat memburuknya

kesejahteraan masyarakat karena dana yang seharusnya digunakan

untuk membangun kesejahteraan masyarakat digunakan untuk

kepentingan pribadi.

5. Merusak citra negara: Korupsi dapat merusak citra negara di mata dunia

internasional karena negara yang korup dianggap tidak dapat dipercaya

dan tidak stabil.

26
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

6. Ketidakadilan serta pemihakan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum maupun penyedia layanan publik. Ketidakadilan dan pemihakan

berimbas pada ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan publik

tersebut.

7. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan

demokrasi.

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk

mencegah terjadinya korupsi dan meningkatkan integritas dalam

pemerintahan dan masyarakat. Pencegahan terjadinya korupsi dapat

dilakukan dengan cara memperbaiki ekosistem organisasi dan integritas

karyawan secara bersamaan.

Korupsi memiliki dampak sosial yang merugikan bagi masyarakat, antara lain:

1. Meningkatnya jumlah pengangguran dan masyarakat miskin karena

korupsi dapat menyebabkan pengalihan dana publik ke tangan oknum

yang tidak bertanggung jawab, sehingga mengurangi anggaran yang

seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat[1].

2. Merusak lingkungan karena korupsi dapat menurunkan kualitas

lingkungan. Akibat yang dihasilkan oleh perusakan alam ini sangat

merugikan khususnya bagi kualitas lingkungan itu sendiri[2].

3. Memburuknya kesejahteraan masyarakat karena dana yang seharusnya

digunakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat digunakan

untuk kepentingan pribadi.

4. Pelayanan publik yang buruk karena korupsi dapat mempengaruhi

harga jasa dan pelayanan publik. Hal tersebut dikarenakan harga yang

ditetapkan harus menutupi kerugian akibat besarnya modal yang

dilakukan karena penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.

27
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

5. Ketidakadilan serta pemihakan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum maupun penyedia layanan publik. Ketidakadilan dan pemihakan

berimbas pada ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan publik

tersebut.

6. Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan

demokrasi karena korupsi dapat merusak citra negara di mata dunia

internasional karena negara yang korup dianggap tidak dapat dipercaya

dan tidak stabil.

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk

mencegah terjadinya korupsi dan meningkatkan integritas dalam

pemerintahan dan masyarakat. Pencegahan terjadinya korupsi dapat

dilakukan dengan cara memperbaiki ekosistem organisasi dan integritas

karyawan secara bersamaan.

Korupsi memiliki dampak yang merugikan bagi kemiskinan dan

pengangguran di masyarakat, antara lain:

1. Meningkatnya jumlah pengangguran dan masyarakat miskin karena

korupsi dapat menyebabkan pengalihan dana publik ke tangan oknum

yang tidak bertanggung jawab, sehingga mengurangi anggaran yang

seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat.

2. Memburuknya kesejahteraan masyarakat karena dana yang seharusnya

digunakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat digunakan

untuk kepentingan pribadi.

3. Korupsi menciptakan ekonomi biaya tinggi yang membebankan pelaku

ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini mempengaruhi harga jasa dan

pelayanan publik. Hal tersebut dikarenakan harga yang ditetapkan harus

28
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

menutupi kerugian akibat besarnya modal yang dilakukan karena

penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi.

Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk

mencegah terjadinya korupsi dan meningkatkan integritas dalam

pemerintahan dan masyarakat. Pencegahan terjadinya korupsi dapat

dilakukan dengan cara memperbaiki ekosistem organisasi dan integritas

karyawan secara bersamaan. Selain itu, pemerintah juga harus meningkatkan

pengawasan terhadap penggunaan dana publik dan memberikan sanksi yang

tegas bagi oknum yang melakukan korupsi.

G. Rangkuman

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan serangkaian

kebijakan, prosedur, dan praktik yang dirancang untuk memastikan

efektivitas operasional, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan

terhadap peraturan dalam instansi pemerintah. SPIP memiliki manfaat yang

signifikan dalam pencegahan korupsi dan peningkatan kinerja pemerintah.

Pertama, SPIP membantu mencegah korupsi dengan mengidentifikasi dan

mengurangi risiko korupsi yang mungkin terjadi. Dengan adanya

pengendalian internal yang baik, peluang penyelewengan dan

penyalahgunaan kekuasaan dapat dikurangi, menjaga integritas dan

kepercayaan publik.

Kedua, SPIP meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional. Dengan

pengendalian yang tepat, sumber daya organisasi dapat digunakan secara

optimal, menghindari pemborosan dan meningkatkan kualitas layanan

kepada masyarakat.

29
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Prinsip-prinsip SPIP, antara lain integritas, etika, kompetensi, kepemimpinan

yang kondusif, serta pemantauan dan evaluasi, memastikan bahwa

pengendalian intern dilaksanakan dengan baik.

Selain itu, SPIP berhubungan dengan pengendalian manajemen yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan

operasional. Pengendalian manajemen dan pengendalian intern saling

melengkapi untuk mencapai tujuan organisasi.

Korupsi merupakan penyimpangan dari norma dan etika, disebabkan oleh

faktor seperti keserakahan, peluang, kebutuhan, dan pemaparan. Dampak

korupsi terhadap pemerintahan dan masyarakat sangat merugikan, seperti

kerugian finansial, merosotnya kualitas layanan publik, dan merusak

kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Secara keseluruhan, SPIP adalah instrumen penting dalam pencegahan

korupsi dan peningkatan kinerja pemerintah. Dengan menerapkan prinsip-

prinsip SPIP, instansi pemerintah dapat membangun lingkungan yang

berintegritas, efektif, dan bertanggung jawab, serta memastikan kepercayaan

dan kepuasan masyarakat terhadap pemerintah.

30
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

H. Latihan

1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP)?

a. Serangkaian kebijakan dan prosedur untuk mencegah korupsi di sektor

swasta.

b. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap organisasi

sektor publik.

c. Upaya untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui tindakan

korupsi.

d. Serangkaian kebijakan dan prosedur untuk memastikan efektivitas

operasional, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap

peraturan dalam instansi pemerintah.

2. Apa manfaat utama dari penerapan SPIP dalam instansi pemerintah?

a. Meningkatkan kesempatan untuk melakukan tindakan korupsi.

b. Mengurangi risiko kecurangan dan penyelewengan.

c. Memperoleh keuntungan finansial yang besar.

d. Memperluas kekuasaan pribadi dalam organisasi.

3. Prinsip-prinsip SPIP meliputi hal-hal berikut, kecuali:

a. Integritas.

b. Etika.

c. Kompetensi.

d. Kepentingan pribadi.

31
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

4. Apa perbedaan antara pengendalian manajemen dan pengendalian

intern?

a. Pengendalian manajemen hanya melibatkan tingkat manajemen tinggi,

sedangkan pengendalian intern melibatkan semua tingkatan dalam

organisasi.

b. Pengendalian manajemen melibatkan pengawasan terhadap

keuangan, sedangkan pengendalian intern melibatkan pengawasan

terhadap operasional.

c. Pengendalian manajemen berfokus pada tujuan organisasi, sedangkan

pengendalian intern berfokus pada tujuan pribadi.

d. Pengendalian manajemen melibatkan perencanaan dan pengawasan,

sedangkan pengendalian intern melibatkan kepatuhan terhadap

kebijakan dan prosedur.

5. Apa dampak korupsi terhadap pemerintahan dan masyarakat?

a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional pemerintah.

b. Memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

c. Merugikan keuangan negara dan merosotnya kualitas layanan publik.

d. Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial.

Jawaban:

1. d

2. b

3. d

4. c

5. c

32
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

BAB

3
HUBUNGAN SPIP
DAN PENCEGAHAN KORUPSI

A. SPIP Sebagai Alat Pencegahan Korupsi

Sistem pengendalian intern pemerintah berperan dalam mencegah korupsi

dengan cara mendorong, mengawasi, dan mendeteksi secara dini adanya

indikasi atau potensi terjadinya tindak pidana korupsi di lingkungan

pemerintahan. Penting untuk diingat bahwa internal control sendiri tidak

dapat sepenuhnya mencegah korupsi. Namun, dengan menerapkan sistem

internal control yang kuat dan efektif, organisasi dapat mengurangi risiko

korupsi dan meningkatkan transparansi serta akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan dan aset.

Internal control adalah sistem yang dirancang untuk melindungi aset

organisasi, memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur, serta

mencegah penyalahgunaan kekuasaan. Berikut adalah beberapa cara di

mana internal control dapat membantu mencegah korupsi:

1. Pembagian tugas dan tanggung jawab: Internal control memastikan

bahwa tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan keuangan dan

aset organisasi dibagi secara adil dan jelas. Hal ini mengurangi risiko

korupsi dengan menghindari konsentrasi kekuasaan pada satu individu.

2. Pengawasan dan pemisahan tugas: Internal control melibatkan

pengawasan yang ketat terhadap aktivitas keuangan dan operasional

organisasi. Pemisahan tugas antara orang yang bertanggung jawab

33
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

untuk mengotorisasi, merekam, dan mengeksekusi transaksi keuangan

membantu mencegah penyalahgunaan kekuasaan.

3. Kebijakan dan prosedur yang jelas: Internal control memastikan bahwa

organisasi memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas terkait dengan

pengelolaan keuangan dan aset. Hal ini mencakup kebijakan anti-

korupsi yang melarang penerimaan atau pemberian suap, hadiah, atau

gratifikasi kepada pihak eksternal.

4. Audit internal: Internal control melibatkan audit internal yang

independen untuk mengevaluasi efektivitas sistem kontrol internal.

Audit internal dapat mengidentifikasi celah atau kelemahan dalam

sistem yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan korupsi.

5. Pelatihan dan kesadaran: Internal control melibatkan pelatihan karyawan

tentang kebijakan dan prosedur organisasi, serta pentingnya integritas

dan etika dalam menjalankan tugas mereka. Kesadaran yang tinggi

tentang risiko korupsi dapat membantu mencegah tindakan korupsi.

6. Pelaporan dan whistleblowing: Internal control mencakup mekanisme

pelaporan yang aman dan rahasia untuk melaporkan dugaan tindakan

korupsi. Mendorong karyawan untuk melaporkan pelanggaran etika

atau tindakan korupsi dapat membantu mencegah dan mengungkapkan

praktik korupsi.

Dengan memperkuat SPIP dan mengimplementasikan prinsip-prinsipnya

dengan baik, institusi pemerintah dapat menciptakan sistem pengendalian

yang kuat untuk mencegah dan mengurangi risiko korupsi. SPIP membantu

menciptakan transparansi, akuntabilitas, dan integritas dalam pengelolaan

sumber daya publik, serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintah.

34
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Berikut adalah beberapa contoh penerapan SPIP dalam praktik sehari-hari di

institusi pemerintah:

1. Proses Penyusunan Anggaran: Dalam proses penyusunan anggaran, SPIP

dapat berperan dalam mengidentifikasi risiko korupsi seperti

pengalokasian anggaran yang tidak tepat, penyelewengan dana, atau

tindakan nepotisme. Dengan adanya SPIP, institusi pemerintah dapat

menerapkan pengendalian intern yang memadai untuk memastikan

bahwa anggaran dialokasikan dengan transparan, adil, dan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

2. Pengadaan Barang dan Jasa: SPIP memiliki peran penting dalam

pengadaan barang dan jasa di institusi pemerintah. Dengan adanya

prosedur dan mekanisme yang jelas, SPIP membantu mencegah praktik

korupsi seperti mark-up harga, kolusi antara pihak internal dan eksternal,

atau favoritisme dalam pemilihan pemenang tender. Pengawasan yang

ketat, pelaksanaan lelang yang terbuka, dan audit yang rutin merupakan

contoh penerapan SPIP dalam pengadaan barang dan jasa.

3. Pengelolaan Keuangan: SPIP dapat diterapkan dalam pengelolaan

keuangan pemerintah untuk mencegah korupsi seperti pemalsuan

laporan keuangan, penyalahgunaan anggaran, atau penggelapan aset.

Dengan penerapan pengendalian intern yang efektif, seperti pemisahan

tugas dan tanggung jawab, persetujuan dan verifikasi yang ketat, serta

pelaporan keuangan yang akurat, SPIP membantu memastikan

pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

4. Pelaporan dan Pemeriksaan Keuangan: SPIP berperan penting dalam

pelaporan dan pemeriksaan keuangan pemerintah. Institusi pemerintah

yang menerapkan SPIP akan menjalankan proses pelaporan keuangan

yang akurat dan tepat waktu. Selain itu, pemeriksaan internal dan

eksternal yang dilakukan secara rutin akan membantu mendeteksi

35
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

penyimpangan atau tindakan korupsi, serta memberikan rekomendasi

untuk perbaikan.

5. Etika dan Kesadaran: SPIP juga melibatkan pembangunan budaya

organisasi yang berintegritas dan komitmen terhadap pencegahan

korupsi. Institusi pemerintah dapat memberikan pelatihan etika dan

kesadaran kepada pegawai tentang pentingnya integritas, etika kerja, dan

kepatuhan terhadap peraturan. Dalam praktik sehari-hari, hal ini akan

tercermin dalam perilaku pegawai yang jujur, transparan, dan

bertanggung jawab.

Melalui implementasi SPIP yang baik, institusi pemerintah dapat mengurangi

risiko korupsi, menciptakan pengelolaan yang lebih efisien dan akuntabel,

serta membangun kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Dalam pelaksanaan pengendalian internal dikenal istilah “Tone at the top.”

Tone at the top adalah pernyataan, ekspresi, ucapan, kehendak, dan warna

yang berasal dari pimpinan puncak suatu organisasi. Tone at the top menjadi

salah satu elemen penting yang berkontribusi dalam kesuksesan organisasi.

Good tone of the top dapat menurunkan perilaku menyimpang karyawan dan

mengurangi risiko munculnya korupsi. Tone at the top dalam prakteknya tidak

dapat dipisahkan dengan walk the talk yang dapat diartikan sebagai

konsistensi antara yang diucapkan dengan yang dijalankan. Tone at the top

yang baik dianggap sebagai prasyarat untuk tata kelola organisasi yang solid.

Tone at the top yang buruk dapat mencakup sikap meremehkan pengendalian

internal, penekanan berlebihan pada kinerja, dan perilaku tidak etis.

Tone at the top dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Kepemimpinan yang baik dan etis dari pimpinan puncak organisasi.

2. Konsistensi antara ucapan dan tindakan dari pimpinan puncak organisasi.

36
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

3. Budaya organisasi yang positif dan mendukung integritas dan etika kerja.

4. Pengendalian internal yang kuat dan efektif.

5. Keterlibatan dan partisipasi aktif dari seluruh karyawan dalam membangun

budaya organisasi yang baik.

6. Penghargaan dan pengakuan atas perilaku yang baik dan etis.

7. Sanksi yang tegas dan konsisten terhadap perilaku yang tidak etis atau

melanggar aturan.

Faktor-faktor tersebut sangat penting dalam membangun tone at the top yang

baik dan mendukung tata kelola perusahaan yang solid.

Berikut adalah beberapa contoh perilaku pemimpin yang dapat

mempengaruhi tone at the top:

1. Memberikan keteladanan (lead by example/role model) dalam perilaku etis

dan integritas.

2. Membangun budaya organisasi yang positif dan mendukung integritas dan

etika kerja.

3. Mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianut secara terbuka dan transparan

kepada seluruh karyawan.

4. Menunjukkan konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam membangun

kepercayaan dan integritas.

5. Menerapkan pengendalian internal yang kuat dan efektif untuk mencegah

terjadinya perilaku yang tidak etis atau melanggar aturan.

6. Memberikan penghargaan dan pengakuan atas perilaku yang baik dan etis.

7. Memberikan sanksi yang tegas dan konsisten terhadap perilaku yang tidak

etis atau melanggar aturan.

Perilaku-perilaku tersebut sangat penting dalam membangun tone at the top

yang baik dan mendukung tata kelola perusahaan yang solid.

37
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Untuk mengkomunikasikan tone at the top secara efektif kepada seluruh

anggota organisasi, Anda dapat melakukan beberapa cara berikut:

1. Memberikan contoh perilaku etis dan integritas sebagai pemimpin

organisasi.

2. Mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianut secara terbuka dan transparan

kepada seluruh karyawan.

3. Menunjukkan konsistensi antara ucapan dan tindakan dalam membangun

kepercayaan dan integritas.

4. Menerapkan pengendalian internal yang kuat dan efektif untuk mencegah

terjadinya perilaku yang tidak etis atau melanggar aturan.

5. Memberikan penghargaan dan pengakuan atas perilaku yang baik dan

etis.

6. Memberikan sanksi yang tegas dan konsisten terhadap perilaku yang tidak

etis atau melanggar aturan.

7. Melakukan pelatihan dan sosialisasi mengenai tone at the top dan

pentingnya membangun budaya organisasi yang positif dan mendukung

integritas dan etika kerja.

8. Membuat kebijakan dan prosedur yang jelas dan transparan mengenai

tone at the top dan pengendalian internal.

9. Membuat laporan dan evaluasi secara berkala mengenai tone at the top

dan pengendalian internal untuk memastikan bahwa mereka efektif dan

sesuai dengan tujuan organisasi.

Dengan melakukan cara-cara tersebut, Anda dapat membangun good tone of

the top yang baik dan mendukung tata kelola organisasi yang solid.

38
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

B. Peran SPIP dalam Mengidentifikasi dan Deteksi Dini Potensi Korupsi

SPIP memiliki peran penting dalam mengidentifikasi potensi korupsi di dalam

suatu organisasi. Berikut adalah beberapa peran SPIP dalam mengidentifikasi

potensi korupsi:

1. Penilaian Risiko: SPIP melakukan penilaian risiko untuk mengidentifikasi

area-area yang rentan terhadap praktik korupsi. Dengan melakukan

analisis risiko, SPIP dapat mengidentifikasi proses, kegiatan, dan unit

organisasi yang memiliki risiko korupsi yang tinggi. Ini memungkinkan

pengembangan langkah-langkah pengendalian yang sesuai untuk

mengurangi risiko tersebut.

2. Pengendalian Intern: SPIP membantu dalam merancang dan menerapkan

pengendalian intern yang efektif untuk mengurangi potensi korupsi.

Melalui pengendalian intern yang tepat, SPIP memastikan adanya

prosedur dan kebijakan yang membatasi peluang terjadinya korupsi,

seperti pemisahan tugas, verifikasi independen, pemeriksaan berkala, dan

mekanisme pengaduan.

3. Pemantauan: SPIP melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan

kebijakan dan prosedur pengendalian intern. Dengan melakukan

pemantauan yang teratur, SPIP dapat mengidentifikasi kelemahan dalam

sistem pengendalian dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

Pemantauan yang efektif membantu mengungkap potensi korupsi yang

terjadi dan memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip integritas.

4. Investigasi dan Audit: SPIP memiliki peran dalam melakukan investigasi

dan audit terkait dugaan atau temuan praktik korupsi. SPIP melakukan

pemeriksaan mendalam terhadap transaksi dan kegiatan yang

mencurigakan, mengumpulkan bukti, dan melaporkan hasil temuan

kepada pihak yang berwenang. Dengan adanya investigasi dan audit yang

39
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

ketat, SPIP dapat mengidentifikasi dan mengungkap tindakan korupsi yang

terjadi.

5. Pelaporan dan Whistleblowing: SPIP mendorong pelaporan tindakan

korupsi melalui mekanisme pelaporan yang aman dan perlindungan

whistleblower. SPIP memberikan informasi dan bimbingan kepada

karyawan atau pihak terkait tentang cara melaporkan dugaan korupsi

dengan aman dan menjaga kerahasiaan identitas pelapor. Ini membantu

mengidentifikasi kasus korupsi yang mungkin terjadi di dalam organisasi.

Dengan peran-peran tersebut, SPIP membantu organisasi dalam

mengidentifikasi potensi korupsi dan mengambil tindakan pencegahan yang

diperlukan. Melalui identifikasi yang tepat, organisasi dapat mengurangi risiko

korupsi, membangun integritas, dan menciptakan lingkungan kerja yang

bebas dari praktik korupsi.

Berikut adalah contoh konkret dalam praktik sehari-hari tentang bagaimana

SPIP berperan dalam mengidentifikasi potensi korupsi:

Penilaian Risiko: SPIP melakukan penilaian risiko terhadap berbagai

kegiatan dan proses di dalam organisasi. Misalnya, dalam proses

pengadaan barang dan jasa, SPIP dapat mengidentifikasi risiko korupsi

seperti kolusi antara pihak internal dan eksternal, mark-up harga, atau

pemilihan pemenang tender yang tidak adil. Dengan mengidentifikasi

potensi korupsi ini, langkah-langkah pengendalian yang efektif dapat

dikembangkan, seperti pemeriksaan independen terhadap kontrak dan

penawaran, serta pelibatan pihak ketiga sebagai peninjau.

Pengendalian Intern: SPIP berperan dalam merancang dan

menerapkan pengendalian intern yang dapat mengidentifikasi potensi

korupsi. Contohnya, SPIP dapat mengharuskan proses persetujuan dan

40
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

verifikasi ganda untuk transaksi keuangan yang signifikan, memisahkan

tugas-tugas yang sensitif, serta melibatkan lebih dari satu pihak dalam

pengambilan keputusan penting. Dengan menerapkan pengendalian

intern ini, potensi manipulasi atau penyelewengan dana dapat

diidentifikasi dan dicegah.

Pemantauan: SPIP melakukan pemantauan berkelanjutan terhadap

kegiatan operasional organisasi. Misalnya, melalui pemeriksaan rutin

dan audit internal, SPIP dapat mengidentifikasi adanya transaksi yang

mencurigakan, seperti pembayaran yang tidak lazim atau

penyalahgunaan wewenang. Pemantauan ini membantu mengungkap

potensi korupsi dan memungkinkan tindakan perbaikan atau investigasi

lebih lanjut.

Pelaporan dan Whistleblowing: SPIP mendorong pelaporan tindakan

korupsi melalui mekanisme pelaporan internal yang aman dan

perlindungan whistleblower. Dalam praktik sehari-hari, SPIP

menyediakan saluran komunikasi yang terbuka bagi karyawan untuk

melaporkan dugaan korupsi secara anonim atau melalui saluran yang

dilindungi. Contohnya, organisasi dapat memiliki hotline pelaporan yang

tersedia bagi karyawan atau memfasilitasi penggunaan sistem

pelaporan online yang aman. Melalui pelaporan dan whistleblower ini,

potensi korupsi dapat diidentifikasi lebih cepat dan langkah-langkah

penindakan dapat diambil.

Investigasi dan Audit: SPIP berperan dalam melakukan investigasi dan

audit terhadap dugaan korupsi. Misalnya, jika ada indikasi adanya

penggelapan dana atau penyalahgunaan kekuasaan, SPIP akan

41
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap transaksi, dokumen, dan

jejak audit. Dalam investigasi ini, SPIP bekerja sama dengan tim khusus

atau otoritas yang berwenang untuk mengumpulkan bukti dan

mengungkap praktik korupsi yang mungkin terjadi.

Melalui contoh-contoh di atas, SPIP berperan penting dalam mengidentifikasi

potensi korupsi dalam praktik sehari-hari di organisasi. Dengan mengadopsi

pendekatan yang proaktif, transparan, dan berdasarkan pengendalian intern

yang kuat, SPIP dapat membantu mencegah dan mengurangi risiko korupsi

yang dapat merugikan organisasi dan masyarakat.

SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) dapat berperan sebagai

deteksi dini korupsi dengan mengimplementasikan langkah-langkah dan

mekanisme yang dirancang untuk mengidentifikasi tanda-tanda atau indikasi

adanya praktik korupsi dalam organisasi. Berikut adalah beberapa cara

bagaimana SPIP dapat berperan sebagai deteksi dini korupsi:

1. Pengawasan Rutin: SPIP melibatkan pengawasan rutin terhadap kegiatan

operasional, termasuk proses pengadaan, pembayaran, dan pengelolaan

keuangan. Dalam pengawasan ini, SPIP dapat mendeteksi adanya

ketidaksesuaian, ketidaktepatan, atau kejanggalan yang dapat menjadi

indikasi adanya praktik korupsi.

2. Audit Internal: SPIP melibatkan audit internal yang melibatkan

pemeriksaan menyeluruh terhadap kegiatan dan transaksi organisasi.

Melalui audit ini, SPIP dapat mengidentifikasi penyimpangan, kekurangan

pengendalian, atau tanda-tanda penyelewengan yang mungkin

merupakan tindakan korupsi.

3. Pelaporan Anonim: SPIP mendorong karyawan atau pihak terkait untuk

melaporkan dugaan korupsi secara anonim melalui mekanisme pelaporan

yang aman. Dengan adanya pelaporan anonim ini, SPIP dapat menerima

42
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

informasi tentang praktik korupsi yang mungkin terjadi di dalam

organisasi.

4. Analisis Data dan Indikator: SPIP menggunakan analisis data dan indikator

yang relevan untuk mengidentifikasi pola atau tren yang dapat

mengindikasikan adanya korupsi. Misalnya, analisis data transaksi

keuangan yang mencurigakan atau indikator pengeluaran yang tidak

sesuai dengan prosedur dapat menjadi sinyal potensial adanya praktik

korupsi.

5. Evaluasi Proses dan Pengendalian: SPIP melakukan evaluasi terhadap

proses dan pengendalian yang ada dalam organisasi untuk

mengidentifikasi kelemahan atau celah yang dapat dimanfaatkan untuk

melakukan korupsi. Dengan mengidentifikasi dan memperbaiki

pengendalian yang tidak memadai, SPIP dapat meningkatkan kemampuan

untuk mendeteksi dini praktik korupsi.

Dengan mengintegrasikan langkah-langkah deteksi dini ini ke dalam SPIP,

organisasi dapat secara aktif mengidentifikasi potensi korupsi sebelum

menjadi masalah yang lebih besar. Hal ini memungkinkan tindakan

pencegahan dan penindakan yang tepat dilakukan untuk mencegah dan

memberantas korupsi sejak dini, menjaga integritas organisasi, dan

melindungi kepentingan masyarakat.

C. Peranan SPIP dalam Pengawasan dan Pencegahan Korupsi

Penerapan SPIP dalam pengawasan dan penindakan korupsi melibatkan

langkah-langkah untuk memastikan bahwa sistem pengendalian intern

berfungsi efektif dalam mengawasi dan menindak tindakan korupsi. Berikut

adalah beberapa poin penting dalam penerapan SPIP dalam pengawasan dan

penindakan korupsi:

43
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pemantauan Rutin: SPIP melibatkan pemantauan rutin terhadap

aktivitas organisasi untuk mendeteksi tindakan korupsi. Ini termasuk

memeriksa transaksi keuangan, memantau pelaksanaan kebijakan dan

prosedur, serta mengawasi penggunaan sumber daya organisasi.

Pemantauan rutin ini membantu mengidentifikasi perilaku atau kegiatan

yang mencurigakan dan dapat menjadi tanda adanya tindakan korupsi.

Penyelidikan Internal: SPIP dapat melakukan penyelidikan internal

terhadap dugaan tindakan korupsi. Tim SPIP dapat melakukan audit

mendalam, wawancara, dan pengumpulan bukti untuk mengungkap

kejadian korupsi. Penyelidikan internal ini memungkinkan organisasi

untuk mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak tindakan

korupsi dan melibatkan pihak berwenang jika diperlukan.

Pelaporan dan Whistleblowing: SPIP mendorong pelaporan dugaan

korupsi oleh pegawai atau pihak terkait melalui mekanisme pelaporan

dan whistleblowing. Organisasi menyediakan saluran yang aman dan

terjamin keamanannya bagi mereka yang ingin melaporkan tindakan

korupsi tanpa takut represalias. Laporan ini dapat membantu tim SPIP

dalam mengumpulkan informasi penting untuk penyelidikan dan

penindakan lebih lanjut.

Koordinasi dengan Pihak Berwenang: SPIP dapat berperan dalam

menjalin kerjasama dengan pihak berwenang, seperti Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) atau aparat penegak hukum lainnya.

Kolaborasi ini memungkinkan pertukaran informasi dan koordinasi

tindakan untuk penindakan lebih lanjut terhadap tindakan korupsi.

44
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Organisasi dapat memberikan dukungan dan kerjasama penuh kepada

pihak berwenang dalam upaya pemberantasan korupsi.

Penegakan Disiplin Internal: SPIP juga berperan dalam menegakkan

disiplin internal terhadap pelaku korupsi. Jika setelah penyelidikan

ditemukan bukti yang cukup, tindakan disiplin seperti pemecatan,

penurunan pangkat, atau sanksi lainnya dapat diambil terhadap pelaku

korupsi. Hal ini memberikan sinyal yang jelas bahwa organisasi tidak

mentolerir perilaku korupsi dan bertujuan untuk menjaga integritas dan

kepercayaan publik.

Dengan penerapan SPIP yang baik dalam pengawasan dan penindakan

korupsi, organisasi dapat secara aktif mengawasi, mendeteksi, dan menindak

tindakan korupsi. Hal ini memberikan perlindungan terhadap aset dan

kepentingan organisasi, serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap

pemerintahan dan institusi tersebut.

D. Rangkuman

Bab III membahas tentang hubungan antara Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan pencegahan korupsi. Dalam bab ini, terdapat beberapa

poin penting yang perlu dipahami:

SPIP memiliki peran yang penting dalam pencegahan korupsi. Dengan

menerapkan pengendalian internal yang efektif, SPIP dapat mengurangi

peluang terjadinya tindakan korupsi di instansi pemerintah. SPIP membantu

menciptakan lingkungan yang berintegritas, menghindari konflik

kepentingan, dan memastikan akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya

publik.

45
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

SPIP memiliki peran aktif dalam mengidentifikasi dan mendeteksi dini potensi

korupsi. Dengan melakukan penilaian risiko yang komprehensif, SPIP dapat

mengidentifikasi area-area yang rentan terhadap tindakan korupsi. Melalui

pemeriksaan, pengawasan, dan audit, SPIP dapat mendeteksi indikasi

kecurangan atau penyalahgunaan kekuasaan sejak dini, sehingga tindakan

pencegahan dapat segera dilakukan.

SPIP memiliki peran penting dalam pengawasan dan pencegahan korupsi.

Dengan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala, SPIP

memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan berjalan

dengan baik. SPIP juga berkontribusi dalam memastikan kepatuhan terhadap

peraturan, mengurangi risiko penyimpangan, dan meningkatkan transparansi

dalam penggunaan anggaran publik.

Penting untuk diingat bahwa internal control sendiri tidak dapat sepenuhnya

mencegah korupsi. Namun, dengan menerapkan sistem internal control yang

kuat dan efektif, organisasi dapat mengurangi risiko korupsi dan

meningkatkan transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan

dan aset.

Secara keseluruhan, SPIP dapat berperan sebagai alat pencegah korupsi yang

efektif. Dalam hal ini, SPIP membantu mengidentifikasi potensi korupsi,

mendeteksi dini tindakan korupsi, serta mengawasi dan mencegah korupsi

melalui pengendalian internal yang baik. Dengan menerapkan SPIP secara

efektif, instansi pemerintah dapat meningkatkan integritas, akuntabilitas, dan

kualitas pelayanan publik, serta membangun kepercayaan masyarakat

terhadap pemerintah.

46
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

E. Latihan

Kerjakan soal-soal berikut:

1. Apa peran utama SPIP dalam pencegahan korupsi?

a. Mengidentifikasi dan mendeteksi kasus korupsi yang telah terjadi.

b. Membentuk lembaga anti-korupsi di instansi pemerintah.

c. Mengurangi peluang terjadinya tindakan korupsi melalui

pengendalian internal.

d. Memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku korupsi.

2. Mengapa SPIP penting dalam mengidentifikasi dan deteksi dini potensi

korupsi?

a. Agar instansi pemerintah dapat menghindari tindakan korupsi

sepenuhnya.

b. Untuk melaporkan kasus korupsi ke pihak berwenang.

c. Untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan pemerintah.

d. Agar tindakan pencegahan dapat dilakukan sejak dini sebelum

korupsi terjadi secara besar-besaran.

3. Apa peran SPIP dalam pengawasan dan pencegahan korupsi?

a. Mengevaluasi kinerja pegawai dalam instansi pemerintah.

b. Menerapkan hukuman tegas kepada pelaku korupsi.

c. Memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang

ditetapkan.

d. Menyediakan sumber daya keuangan yang cukup untuk instansi

pemerintah.

4. Bagaimana SPIP membantu mengurangi peluang terjadinya tindakan

korupsi?

a. Dengan mengawasi aktivitas pegawai secara ketat.

b. Dengan membatasi akses terhadap sumber daya dan kekuasaan.

47
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

c. Dengan memberikan imbalan yang besar kepada pegawai yang

berkinerja baik.

d. Dengan memperluas wewenang pemerintah dalam mengambil

keputusan.

5. Apa tujuan utama dari penerapan SPIP dalam instansi pemerintah?

a. Menghindari tindakan korupsi secara keseluruhan.

b. Memastikan keberhasilan dalam pencapaian tujuan organisasi.

c. Meningkatkan kekuasaan dan pengaruh individu dalam instansi

pemerintah.

d. Menjaga keamanan dan stabilitas politik di dalam organisasi.

Jawaban:

1. c

2. d

3. c

4. b

5. b

48
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

BAB

4
UNSUR – UNSUR
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Sistem pengendalian internal yang efektif memiliki dampak yang signifikan dalam

mempromosikan akuntabilitas, transparansi, dan pengelolaan risiko yang baik di

dalam organisasi pemerintah. Sistem ini memberikan kerangka kerja yang kokoh

untuk memastikan bahwa tindakan pemerintah sesuai dengan aturan, kebijakan,

dan regulasi yang berlaku.

Salah satu contoh yang mencerminkan dampak positif dari sistem pengendalian

internal yang efektif adalah dalam proses pengadaan dan pengelolaan keuangan

pemerintah. Dengan adanya kebijakan dan prosedur yang jelas, tindakan korupsi

dan penyalahgunaan keuangan dapat dicegah. Misalnya, adanya mekanisme

pemeriksaan dan persetujuan yang ketat sebelum pengeluaran dana, pemisahan

tugas antara yang mengotorisasi pembayaran dan yang melaksanakan

pembayaran, serta pelaporan keuangan yang berkala dan transparan.

Komponen utama dalam sistem pengendalian internal pemerintah mencakup:

▪ Kebijakan dan Prosedur: Menetapkan kerangka kerja yang jelas untuk

tindakan yang sesuai dengan hukum dan regulasi, serta prosedur operasional

yang mengatur tugas dan tanggung jawab yang terkait.

▪ Pemisahan Tugas: Memastikan bahwa tugas yang kritis terpisah dengan baik

untuk mencegah potensi konflik kepentingan dan penyalahgunaan

kekuasaan.

49
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

▪ Pengawasan: Melibatkan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan dan

proses pemerintah untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan

prosedur yang ditetapkan.

▪ Pelaporan dan Evaluasi: Mekanisme pelaporan yang jelas dan terstruktur, baik

secara internal maupun eksternal, serta evaluasi terhadap efektivitas sistem

pengendalian internal.

Melalui penerapan sistem pengendalian internal yang efektif, organisasi

pemerintah dapat mencapai beberapa manfaat, antara lain:

▪ Meningkatkan akuntabilitas dengan memastikan bahwa tindakan pemerintah

dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan.

▪ Meningkatkan transparansi dengan menyediakan informasi yang jelas dan

terbuka kepada masyarakat terkait kegiatan pemerintah.

▪ Meningkatkan pengelolaan risiko dengan mengidentifikasi dan mengurangi

risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan pemerintah.

Dalam kesimpulannya, sistem pengendalian internal yang efektif sangat penting

dalam menjaga integritas, efisiensi, dan akuntabilitas organisasi pemerintah.

Dengan komponen utama dan mekanisme yang tepat, sistem ini dapat

membantu mendorong tata kelola yang baik, transparansi, dan manajemen risiko

yang efektif di lingkungan instansi pemerintah.

SPIP dikembangkan dengan mengadopsi konsepsi yang terbaik dan tepat sesuai

dengan kondisi di Indonesia sehingga pengertian Sistem Pengendalian Intern

menurut PP SPIP adalah:

“Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral


pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

50
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan


aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.”

Keberhasilan SPIP sangat bertumpu tidak hanya pada rancangan pengendalian

yang memadai untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi, tetapi juga kepada

setiap orang dalam organisasi, sebagai faktor yang dapat membuat pengendalian

tersebut berfungsi. Sejalan dengan pemahaman bahwa pengendalian dirancang

sesuai dengan kebutuhan organisasi, PP SPIP juga menyebutkan bahwa sistem

pengendalian intern yang dalam penerapannya harus memperhatikan rasa

keadilan dan kepatutan serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan

sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah tersebut.

A. Unsur- Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Sesuai PP 60 Tahun 2008 tersebut, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

terdiri dari 5 komponen, yaitu:

a. Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi pemerintah yang

dapat membangun kesadaran semua personil akan pentingnya

pengendalian dalam organisasi dalam menjalankan aktivitas yang menjadi

tanggung jawabnya sehingga meningkatkan efektivitas pengendalian

intern

b. Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang

mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah yang

meliputi kegiatan identifikasi, analisis, dan mengelola risiko yang relevan

bagi proses atau kegiatan organisasi.

c. Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi

risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk

memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara

efektif.

51
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

d. Informasi dan komunikasi,

e. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk

pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi

Instansi Pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau

informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

f. Pemantauan adalah proses penilaian atas mutu kinerja Sistem

Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa

temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti.

Keterkaitan antar 5 unsur sistem pengendalian intern pemerintah dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar di atas memberikan pemahaman bahwa kelima komponen tersebut

dapat berlaku pada tingkat organisasi secara keseluruhan atau hanya pada

fungsi/aktivitas tertentu.

52
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

B. Lingkungan Pengendalian

Pondasi dari sistem pengendalian adalah orang-orang di dalam organisasi

yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai

sasaran dan tujuan yang ingin dicapai Instansi Pemerintah. Penerapan

lingkungan pengendalian yang baik dalam rangka peningkatan kepedulian

dan keikutsertaan seluruh pegawai serta menjadi komitmen bersama dalam

melaksanakannya, sangatlah penting untuk terselenggaranya unsur-unsur

SPIP lainnya.

Lingkungan pengendalian dibentuk oleh perilaku dari orang-orang di dalam

organisasi yang mendukung pengendalian internal dan memengaruhi

kesadaran mereka akan pentingnya pengendalian dalam mencapai tujuan

organisasi. Hal ini dihasilkan dari tata kelola (governance) yang dilakukan

manajemen, yang terdiri dari: filosofi, gaya dan perilaku yang mendukung,

kompetensi, nilai etika, integritas dan moral keseluruhan orang di dalam

organisasi. Lingkungan pengendalian selanjutnya dipengaruhi oleh

hubungan-hubungan dari struktur dan akuntabilitasnya di organisasi.

Lingkungan pengendalian berpengaruh kuat terhadap keputusan dan

kegiatan di dalam organisasi, dan menjadi fondasi bagi seluruh unsur lain dari

sistem pengendalian internal. Jika fondasi ini tidak kuat, atau lingkungan

pengendaliannya tidak positif, maka seluruh sistem pengendalian internal

tidak akan berjalan efektif seperti yang diharapkan. Lingkungan pengendalian

mempunyai pengaruh kuat terhadap cara-cara aktivitas organisasi

distrukturkan, penetapan tujuan dan sasaran dan penaksiran/penilaian

resiko. Lingkungan pengendalian memengaruhi aktivitas pengendalian,

sistem informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Pengaruh tersebut tidak

hanya pada desainnya, tetapi juga terhadap cara mereka bekerja dari hari ke

53
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

hari. Lingkungan pengendalian itu juga memengaruhi kesadaran dari orang--

orang yang menjadi anggota organisasi akan pengendalian.

Aktivitas pengendalian yang efektif berupaya kuat untuk memiliki orang-

orang yang kompeten, yang mempunyai integritas terhadap keseluruhan

organisasi dan kesadaran akan pengendalian, serta membangun suatu

"irama tinggi" yang positif. Mereka menetapkan kebijakan dan prosedur--

prosedur, seringkali termasuk kode etik tertulis, yang mendorong nilai-nilai

bersama dan tim kerja dalam rangka mencapai tujuan Instansi Pemerintah.

Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi

kesadaran dan perilaku setiap individu dalam organisasi terhadap pentingnya

pengendalian intern. Faktor-faktor ini meliputi tata kelola organisasi, budaya

organisasi, etika, integritas dan nilai-nilai yang dianut oleh organisasi. Faktor-

faktor tersebut harus dijaga dan dikembangkan untuk memastikan

pengendalian intern dapat berjalan efektif.

54
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Lingkungan Pengendalian mempunyai 8 sub unsur sebagai berikut:

1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika: sub unsur ini berkaitan dengan

pentingnya memegang teguh nilai-nilai etika dan integritas dalam

melakukan tugas dan tanggung jawab di instansi pemerintah. Hal ini

termasuk dalam upaya untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi dan

pelanggaran etika lainnya.

▪ Ketika seorang pegawai negeri menolak menerima suap atau hadiah

yang melanggar aturan. Dia tetap berpegang pada integritasnya dan

memprioritaskan kepentingan publik di atas kepentingan pribadinya.

▪ Seorang dosen yang memberikan penilaian yang adil dan objektif

kepada semua mahasiswa. Dia tidak memihak atau memberikan

perlakuan khusus kepada mahasiswa tertentu berdasarkan

hubungan pribadi atau faktor yang tidak relevan dengan penilaian

akademik.

▪ Pentingnya penegakan integritas dan nilai etika dalam lingkungan

pengendalian adalah untuk memastikan bahwa organisasi beroperasi

dengan integritas yang tinggi, menghormati nilai-nilai moral, dan

menjaga kepercayaan publik. Dengan menjalankan integritas dan nilai

etika dalam praktik sehari-hari, kita dapat menciptakan lingkungan

yang transparan, adil, dan profesional.

2. Komitmen terhadap Kompetensi: sub unsur ini mengacu pada

pentingnya memastikan bahwa seluruh pegawai di instansi pemerintah

memiliki kompetensi yang cukup untuk melaksanakan tugas dan

tanggung jawab mereka. Pimpinan harus memberikan dukungan dan

fasilitas yang diperlukan agar pegawai dapat meningkatkan

kompetensinya.

▪ Komitmen kepada kompetensi dalam lingkungan pengendalian

berarti memiliki tekad dan kesiapan untuk mengembangkan

55
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperlukan dalam

pekerjaan atau profesi tertentu. Ini melibatkan dedikasi untuk terus

belajar, meningkatkan diri, dan menjadi ahli di bidang yang kita geluti.

▪ Seorang pegawai yang aktif mencari kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan dan kompetensi yang diperlukan

dalam pekerjaannya. Contohnya, seorang pustakawan yang belajar

tentang teknologi baru yang berkaitan dengan sistem manajemen

perpustakaan guna meningkatkan efisiensi dan aksesibilitas koleksi.

3. Kepemimpinan yang Kondusif: sub unsur ini berkaitan dengan

pentingnya kepemimpinan yang baik dan kondusif dalam menciptakan

lingkungan kerja yang positif dan produktif. Pimpinan harus

memberikan arahan yang jelas dan memberikan contoh yang baik dalam

perilaku dan tindakan mereka.

4. Pembentukan Struktur Organisasi yang Sesuai dengan Kebutuhan: sub

unsur ini mengacu pada pentingnya struktur organisasi yang sesuai

dengan kebutuhan instansi pemerintah. Struktur organisasi harus

memungkinkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab.

5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat: sub unsur

ini berkaitan dengan pentingnya pendelegasian wewenang dan

tanggung jawab yang tepat kepada pegawai yang memiliki kompetensi

dan kredibilitas yang cukup. Hal ini dapat meningkatkan efektivitas dan

efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.

6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan

Sumber Daya Manusia: sub unsur ini mengacu pada pentingnya

kebijakan yang sehat dalam pembinaan sumber daya manusia di

instansi pemerintah. Hal ini termasuk dalam upaya untuk meningkatkan

kompetensi dan kinerja pegawai.

56
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

7. Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang Efektif:

sub unsur ini berkaitan dengan pentingnya peran aparat pengawasan

intern pemerintah dalam memastikan efektivitas dan efisiensi dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab di instansi pemerintah.

8. Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait: sub

unsur ini mengacu pada pentingnya hubungan kerja yang baik dengan

instansi pemerintah terkait dalam mencapai tujuan dan menjalankan

tugas dan tanggung jawab di instansi pemerintah.

Lingkungan pengendalian adalah bagian penting dari SPIP. Lingkungan

pengendalian mencakup semua faktor internal dan eksternal yang

memengaruhi efektivitas dan efisiensi pengendalian internal dalam sebuah

organisasi. Faktor internal termasuk struktur organisasi, budaya organisasi,

kebijakan dan prosedur, dan sistem informasi, sedangkan faktor eksternal

mencakup perubahan lingkungan bisnis dan peraturan pemerintah.

Dalam konteks birokrasi pemerintahan, lingkungan pengendalian dapat

mencakup hal-hal seperti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh

pemerintah pusat, peraturan dan perundang-undangan yang harus diikuti

oleh para pegawai, serta struktur organisasi yang mengatur tugas dan

tanggung jawab setiap pegawai. Contoh dalam kegiatan sehari-hari dalam

birokrasi pemerintahan dapat mencakup:

Penetapan kebijakan dan prosedur: Sebuah instansi pemerintah

harus memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya. Misalnya, sebuah kebijakan tentang

penerimaan pegawai baru harus mengikuti prosedur yang jelas dan

terstandarisasi, termasuk pemeriksaan latar belakang dan kualifikasi

akademik.

57
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Struktur organisasi: Struktur organisasi yang baik dapat membantu

pengendalian internal dengan membagi tugas dan tanggung jawab

secara jelas antara para pegawai. Misalnya, sebuah instansi pemerintah

harus memiliki struktur organisasi yang jelas dan hierarkis, dengan

posisi-posisi yang jelas dan tanggung jawab yang jelas.

Pengawasan dan pemantauan: Pengawasan dan pemantauan yang

baik dapat membantu mencegah kecurangan dan penyelewengan

dalam instansi pemerintah. Contohnya adalah pengawasan terhadap

penggunaan anggaran dan aset pemerintah, termasuk pelaporan rutin

dan audit internal.

Sistem informasi: Sistem informasi yang baik dapat membantu

memudahkan akses informasi yang diperlukan dalam melakukan tugas

dan tanggung jawab, serta mencegah kebocoran informasi rahasia atau

penting. Misalnya, sistem informasi kepegawaian dapat membantu

memantau data pegawai seperti lama bekerja, jabatan, kualifikasi, dan

penghasilan.

Dalam hal ini, fungsi lingkungan pengendalian adalah untuk memastikan

bahwa instansi pemerintah dapat melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya secara efektif, efisien, dan terpercaya. Adanya lingkungan

pengendalian yang baik akan membantu menjamin bahwa instansi

pemerintah memenuhi standar pelayanan publik yang baik, sehingga dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

58
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

C. Penilaian Risiko

Unsur kedua dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 adalah

penilaian risiko. Penilaian risiko merupakan kegiatan penilaian atas

kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran

Instansi Pemerintah. Selain dipengaruhi risiko, keberhasilan pencapaian

tujuan instansi pemerintah dipengaruhi pula oleh kecermatan dalam proses

penetapan tujuan. Oleh karena itu, dalam unsur kedua ini, diuraikan pula

ketentuan yang harus dipenuhi dalam proses penetapan tujuan instansi

pemerintah.

Subunsur dalam penilaian risiko mencakup:

1. Penetapan Tujuan

Dasar pemikiran pengendalian intern adalah mengidentifikasi risiko untuk

pencapaian tujuan organisasi dan mengelola risiko tersebut. Sehingga,

penetapan tujuan dan sasaran merupakan pra-kondisi bagi pengendalian

intern. Setiap bagian organisasi harus menyadari dan menghadapi risiko

yang ditemui. Mereka harus menetapkan tujuan dengan mengabungkan

antara aktivitas keuangan dan lainnya, sehingga organisasi beroperasi

secara terkoordinasi dan membangun mekanisme untuk mengidentifikasi

dan menganalisis risiko yang terkait.

Penilaian risiko diawali dengan penetapan tujuan instansi pemerintah

baik pada tingkat instansi maupun pada tingkat kegiatan. Penetapan

tujuan yang dilakukan dengan cermat menjadi prasyarat terciptanya

pengendalian intern.

Tujuan dilakukannya penetapan tujuan instansi pemerintah adalah

memberikan arah yang jelas bagi instasi pemerintah untuk

59
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

mengalokasikan sumber daya manusia, dana dan waktu yang tersedia

secara terbatas.

Manfaat dari penetapan tujuan instansi pemerintah adalah:

a. Penetapan tujuan instansi pemerintah dan tingkatan kegiatan

dalam dokumen perencanaan merupakan alat untuk mencapai

tujuan pelayanan publik

b. Penetapan tujuan instansi pemerintah dan tingkatan kegiatan

mengkomunikasikan alasan keberadaan organisasi dikaitkan

dengan tujuan dan tugas pokok instansi yang bersangkutan

c. Penetapan tujuan memungkinkan pimpinan instansi pemerintah

untuk mengidentifikasi kriteria pengukuran kinerja dengan

berfokus pada faktor-faktor kunci.

d. Penetapan tujuan merupakan bagian penting dalam proses

manajemen, dan meskipun bukan komponen dari pengendalian

internal namun merupakan prasyarat terciptanya pengendalian

internal.

2. Penilaian Risiko

Penilaian risiko meliputi identifikasi dan analisis risiko yang dapat

menghambat pencapaian tujuan. Risiko yang diidentifikasi tersebut

bersumber dari faktor eksternal dan internal instansi pemerintah. Baik

risiko internal maupun eksternal terutama disebabkan adanya perubahan

dalam pemerintahan, ekonomi, industri, peraturan, operasional atau

kondisi lain. Untuk mengantisipasi perubahan kondisi, dalam butir 3 di

bawah diuraikan Pengelolaan Perubahan. Untuk mengurangi risiko,

pimpinan instansi pemerintah menetapkan kegiatan pengendalian yang

60
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

dituangkan dan melekat dalam bentuk kebijakan dan prosedur

pelaksanaan kegiatan.

Tujuan dilakukannya penilaian risiko adalah agar pimpinan instansi

pemerintah dapat memperoleh pertimbangan bagaimana sebaiknya

risiko dikendalikan.

Untuk dapat memperoleh pertimbangan bagaimana risiko dapat

dikendalikan, diperlukan informasi mengenai risiko yang dapat diterima

dan tidak dapat diterima. Yang dimaksud dengan tingkat “risiko yang

dapat diterima” adalah batas toleransi risiko dengan mempertimbangkan

aspek biaya dan manfaat.

Manfaat penilaian risiko bagi suatu instansi pemerintah adalah:

a. Membantu pencapaian tujuan instansi

b. Meyakinkan kesinambungan pemberian pelayanan

c. Menghindari pemborosan biaya atas pengendalian yang berlebih-

lebihan.

3. Pengelolaan Perubahan

Pengelolaan perubahan adalah serangkaian tindakan berupa indentifikasi

dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi kondisi-

kondisi internal dan eksternal yang berubah yang dapat mempengaruhi

efektivitas pengendalian intern yang telah ada sebelumnya. Dasar dari

penilaian risiko adalah suatu proses untuk mengidentifikasi kondisi-

kondisi yang berubah dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Kondisi ekonomi, industri dan lingkungan peraturan akan selalu berubah,

61
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

demikian pula dengan aktivitas perusahaan. Pengendalian intern yang

efektif pada satu kondisi belum tentu efektif pada kondisi lainnya.

Meskipun proses mengelola perubahan menjadi bagian dari proses

penilaian risiko, pengelolaan perubahan dibahas secara terpisah dari

penilaian risiko karena pentingnya hal tersebut dalam pengendalian

intern.

Tujuan pengelolaan perubahan adalah agar pimpinan instansi

pemerintah dapat mengambil langkah yang tepat menghadapi kondisi

pengendalian intern yang berubah. Manfaat pengelolaan perubahan

adalah membantu manajemen menciptakan mekanisme untuk

mengidentifikasi dan bereaksi terhadap perubahan yang dapat memberi

pengaruh secara dramatis ataupun menyebar dalam instansi pemerintah

dan membutuhkan perhatian pimpinan instansi pemerintah.

62
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Penilaian risiko adalah proses identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko

yang dihadapi oleh instansi pemerintah dalam mencapai tujuannya, baik

risiko operasional, kepatuhan, maupun keuangan. Tujuan penilaian risiko

adalah untuk mengidentifikasi risiko-risiko potensial yang dapat

menghambat pencapaian tujuan organisasi dan untuk mengembangkan

strategi pengendalian intern yang tepat untuk mengelola risiko tersebut.

Identifikasi risiko dilakukan dengan menggunakan metodologi dan

mekanisme yang memadai serta menilai faktor lain yang dapat

meningkatkan risiko. Identifikasi risiko dilakukan untuk menghasilkan

suatu gambaran peristiwa yang berpotensi mengganggu pencapaian

tujuan aktivitas organisasi. Dalam pelaksanaan proses identifikasi risiko,

perlu diperhatikan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya

peristiwa risiko.

Analisis risiko dilakukan untuk menentukan dampak risiko yang telah

teridentifikasi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Analisis risiko juga

meliputi kriteria klasifikasi jenis/prioritas risiko,

kemungkinan/probabilitas terjadinya setiap risiko, dampak terjadinya

setiap risiko, dan strategi untuk mengelola/merespon risiko. Salah satu

kriteria penting dalam analisis risiko adalah "tingkat risiko yang dapat

diterima", yaitu batas toleransi risiko dengan mempertimbangkan aspek

biaya dan manfaat.

Penilaian risiko adalah proses mengidentifikasi, menganalisis, dan

mengevaluasi risiko yang dapat terjadi dalam suatu organisasi atau

aktivitas tertentu. Tujuannya adalah untuk menentukan risiko mana yang

63
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

paling signifikan dan perlu mendapatkan perhatian lebih dalam rangka

mengelola risiko tersebut.

Dalam birokrasi pemerintahan, penilaian risiko dapat diterapkan dalam

berbagai kegiatan, seperti:

a. Pengadaan barang dan jasa: Dalam kegiatan pengadaan barang

dan jasa, penilaian risiko dapat membantu untuk mengidentifikasi

risiko-risiko yang terkait dengan kualitas, harga, keandalan, dan

kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku. Misalnya, risiko

terkait dengan penyalahgunaan wewenang atau korupsi dalam

proses pengadaan barang dan jasa.

b. Pelaksanaan program kerja: Dalam pelaksanaan program kerja,

penilaian risiko dapat membantu untuk mengidentifikasi risiko-

risiko yang terkait dengan pencapaian target, anggaran, dan

sumber daya. Misalnya, risiko terkait dengan tidak tercapainya

target program kerja atau adanya kesalahan dalam penggunaan

anggaran.

c. Pengelolaan keuangan: Dalam pengelolaan keuangan, penilaian

risiko dapat membantu untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang

terkait dengan pengelolaan keuangan secara umum, seperti risiko

kecurangan, risiko pelanggaran peraturan, dan risiko keterbatasan

sumber daya keuangan. Misalnya, risiko terkait dengan adanya

kecurangan dalam proses pengajuan dan pencairan dana atau

risiko terkait dengan kepatuhan terhadap peraturan dalam

pengelolaan keuangan.

Dengan melakukan penilaian risiko yang baik, birokrasi pemerintahan

dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengelola risiko yang

64
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

diidentifikasi dan mencegah terjadinya kerugian atau masalah di masa

depan.

Contoh penilaian risiko di sebuah Universitas Negeri:

Identifikasi Risiko:

a. Risiko Kebakaran:

▪ Kurangnya pemeliharaan sistem proteksi kebakaran

▪ Kurangnya kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi

kebakaran

▪ Keberadaan bahan mudah terbakar di area kampus

b. Risiko Keamanan Fisik:

▪ Kekurangan pengawasan dan kehadiran keamanan di area

kampus

▪ Risiko pencurian atau perampokan di kampus

▪ Tidak adanya sistem pengendalian akses yang efektif

c. Risiko Kecelakaan Mahasiswa:

▪ Kekurangan infrastruktur keselamatan, seperti jalur evakuasi

yang jelas

▪ Kurangnya pemeliharaan fasilitas olahraga dan laboratorium

▪ Kurangnya kesadaran akan tindakan keamanan dan

keselamatan di kampus

d. Risiko Reputasi:

▪ Kontroversi yang melibatkan staf atau mahasiswa

▪ Penurunan kualitas akademik dan penelitian

▪ Ketidakpuasan mahasiswa terhadap layanan dan fasilitas

kampus

65
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Analogi: Bayangkan mengidentifikasi risiko seperti melakukan "inspeksi


keselamatan" sebelum melakukan perjalanan jauh. Anda akan
memeriksa kondisi mobil, kondisi jalan, dan perkiraan cuaca untuk
mengidentifikasi risiko potensial seperti masalah mekanis, kondisi jalan
yang buruk, atau cuaca buruk.
Contoh kehidupan nyata: Dalam lingkungan universitas,
mengidentifikasi risiko dapat melibatkan penilaian terhadap bahaya
potensial seperti lantai laboratorium yang licin, peralatan listrik yang
rusak, atau langkah-langkah keamanan yang tidak memadai di asrama
mahasiswa.

Menilai Risiko

Analogi: Menilai risiko mirip dengan menentukan "keparahan badai"


sebelum merencanakan acara di luar ruangan. Anda akan
mengevaluasi faktor-faktor seperti kecepatan angin, curah hujan, dan
dampak potensial terhadap acara untuk menilai tingkat risiko dan
memutuskan apakah melanjutkan acara atau membuat pengaturan
alternatif.
Contoh kehidupan nyata: Di lingkungan universitas, menilai risiko dapat
melibatkan penilaian terhadap kemungkinan dan dampak potensial
dari serangan siber terhadap sistem komputer universitas atau menilai
risiko terkait dengan keuangan akibat pengendalian internal yang tidak
memadai.

Peta Risiko

Risiko Tingkat Risiko Dampak Kemungkinan

Kebakaran Tinggi Signifikan Sedang

Keamanan Fisik Sedang Moderat Sedang

Kecelakaan Mahasiswa Sedang Moderat Sedang

Reputasi Tinggi Signifikan Sedang

66
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Mitigasi Risiko:

a. Kebakaran:

▪ Memperbarui dan memelihara sistem proteksi kebakaran,

seperti sprinkler dan alarm

▪ Melakukan pelatihan kebakaran rutin kepada staf dan

mahasiswa

▪ Mengadakan inspeksi teratur terhadap area kampus untuk

menghilangkan bahan mudah terbakar

b. Keamanan Fisik:

▪ Meningkatkan kehadiran dan pengawasan keamanan di area

kampus

▪ Memasang sistem keamanan CCTV dan penjagaan perimeter

yang efektif

▪ Menerapkan sistem pengendalian akses, seperti kartu akses atau

kunci elektronik

c. Kecelakaan Mahasiswa:

▪ Memperbarui infrastruktur keselamatan, termasuk jalur

evakuasi yang jelas dan pemeliharaan fasilitas olahraga dan

laboratorium

▪ Mengadakan pelatihan keselamatan rutin kepada mahasiswa

▪ Mengkampanyekan kesadaran akan tindakan keamanan dan

keselamatan di kampus

d. Reputasi:

▪ Meningkatkan komunikasi dengan staf, mahasiswa, dan

masyarakat melalui program transparansi dan partisipasi

▪ Meningkatkan kualitas akademik dan penelitian dengan

mengadopsi standar internasional

67
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

▪ Memberikan layanan dan fasilitas yang memenuhi harapan

mahasiswa

Penerapan langkah-langkah mitigasi risiko di atas diharapkan dapat

mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, mengurangi dampak jika

risiko terjadi, dan meningkatkan keselamatan, keamanan, dan reputasi

universitas. Penting untuk melibatkan stakeholder terkait dan

melakukan evaluasi berkala untuk memastikan mitigasi risiko tetap

efektif seiring berjalannya waktu.

Mengurangi Risiko:

Analogi: Mengurangi risiko dapat dibandingkan dengan "menggunakan


perlengkapan pelindung" saat berpartisipasi dalam aktivitas berisiko
tinggi seperti bermain skateboard. Menggunakan helm, pelindung
lutut, dan pelindung siku membantu mengurangi risiko cedera jika
terjadi kecelakaan.
Contoh kehidupan nyata: Mengurangi risiko di lingkungan universitas
mungkin melibatkan penerapan langkah-langkah seperti pemasangan
alarm kebakaran, melakukan latihan keselamatan secara teratur, atau
memberikan pelatihan keamanan siber kepada staf dan mahasiswa.

D. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk

memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah

dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa

tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam

pencapaian tujuan organisasi. Dengan kata lain suatu organisasi memerlukan

kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan

organisasi akan tercapai.

Kegiatan pengendalian harus dikembangkan pada kegiatan pokok instansi

pemerintah dan didasarkan pada hasil penilaian risiko yang telah dilakukan.

68
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dikembangkan untuk

meminimalkan risiko sehingga membantu memberikan keyakinan yang

memadai bahwa tujuan instansi pemerintah dapat dicapai. Instansi

pemerintah dapat menerapkan kategori kegiatan pengendalian yang relevan

dan dipandang tepat untuk meminimalkan risiko. Bukan merupakan

keharusan bahwa keseluruhan kategori (sub unsur) kegiatan pengendalian

harus diterapkan untuk satu risiko tertentu. Instansi pemerintah diberikan

keleluasaan (diskresi) untuk menentukan kegiatan pengendalian yang tepat.

Uraian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Identifikasi

TUJUAN INSTANSI
Analisis RISIKO
PEMERINTAH

Respon/Kelol
a 11 SUB UNSUR KEGIATAN
PENGENDALIAN

Di dalam mengembangkan kegiatan pengendalian, instansi pemerintah harus

mencapai keseimbangan yang tepat. Kegiatan pengendalian untuk deteksi

harus seimbang dengan pengendalian yang bersifat preventif. Kegiatan

pengendalian yang didominasi oleh pengendalian preventif seperti prosedur

otorisasi yang berbelit-belit akan mengganggu kelancaran kegiatan layanan

publik. Hal ini harus dipertimbangkan oleh instansi pemerintah yang memiliki

69
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

tujuan utama untuk meningkatkan ketepatan waktu layanan publik yang

diberikannya. Tabel di bawah ini menyajikan beberapa contoh kegiatan

pengendalian sesuai sifatnya untuk membantu pihak yang mengembangkan

kegiatan pengendalian menentukan titik keseimbangan tersebut.

Subunsur dari kegiatan pengendalian mencakup:

1. Reviu Atas Kinerja Instansi Pemerintah;

Jajaran pimpinan instansi pemerintah harus melakukan reviu

pencapaian kinerja dengan tolok ukur kinerja seperti target, anggaran,

prakiraan dan hasil-hasil yang dicapai pada periode sebelumnya secara

periodik. Hal ini berkaitan dengan penilaian efektivitas dan efisiensi

dalam pencapaian kinerja. Jika hasil reviu realisasi kinerja tidak

mencapai target, maka proses dan aktivitas yang telah disusun untuk

mencapai tujuan harus direviu kembali untuk dilakukan tindakan

perbaikan lebih lanjut.

Reviu kinerja adalah sebuah kegiatan pengendalian yang bersifat

detektif untuk mengetahui dan memastikan tercapainya tujuan dari

sistem pengendalian, terutama terkait efisiensi dan efektivitas operasi.

Oleh karena itu, tujuan dilakukannya reviu kinerja adalah :

a. Untuk mengetahui tingkat pencapaian target atau rencana kinerja

yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja

b. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas dari

kegiatan/program

c. Untuk mengetahui penyebab dari kesenjangan (gap) kinerja

antara realisasi dan target/rencana

d. Merumuskan rencana aksi untuk mengatasi penyebab kegagalan

pencapaian target/rencana kinerja

70
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

2. Pembinaan Sumber Daya Manusia;

Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak terlepas dari manajemen

SDM yang didefinisikan sebagai suatu disain dari sistem yang formal

didalam suatu organisasi yang berperan untuk memastikan

pemanfaatan secara efektif dan efisien dari talenta (potensi dan

kompetensi) sumber daya manusia yang dimilikinya untuk mencapai

tujuan/sasaran organisasi.

Tujuan pembinaan SDM adalah sebagai berikut:

a. Mengarahkan proses penentuan tujuan dan standar,

pengembangan peraturan dan prosedur kepegawaian, serta

pengembangan rencana pengadaan pegawai yang sejalan dengan

upaya pencapaian tujuan instansi pemerintah

b. Memastikan bahwa seluruh tugas dan fungsi yang ada telah

dijabarkan dalam uraian jabatan dan uraian tugas,

c. Memastikan bahwa kompetensi pegawai telah dibangun

sedemikian rupa sehingga dapat melakukan prosedur dan

metode kerja dengan baik melalui evaluasi kinerja, konseling

karyawan, pelatihan dan pengembangan karyawan

d. Mengarahkan proses penentuan orang yang sesuai untuk

dipekerjakan, perekrutan pegawai potensial, seleksi karyawan,

pembuatan standar kinerja pegawai, dan penentuan remunerasi

e. Mengarahkan proses pemantauan untuk memastikan bahwa

aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan

f. Memastikan bahwa risiko terkait kompetensi SDM telah dikelola

dengan baik

71
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

3. Pengendalian Atas Pengelolaan Sistem Informasi;

Perkembangan teknologi informasi memudahkan instansi pemerintah

melaksanakan tugas dan fungsinya. Akurasi dan ketepatan waktu

pengambilan keputusan pimpinan instansi pemerintah dapat

ditingkatkan dengan bantuan teknologi komputer. Oleh karena itu,

sudah menjadi keharusan bahwa sistem informasi yang digunakan

instansi pemerintah dikembangkan dengan berbasis teknologi

komputer.

Tujuan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi adalah:

a. Meningkatkan akurasi input, proses, dan output dari pengelolaan

sistem informasi

b. Meningkatkan pengamanan data

c. Menekan risiko kesalahan pengelolaan sistem informasi

4. Pengendalian Fisik Aset;

Menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan, aset didefinisikan sebagai sumber daya ekonomi yang

dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa

masa lalu dan darinya diharapkan dapat diperoleh manfaat ekonomi

dan/atau sosial di masa depan, baik oleh pemerintah maupun

masyarakat, dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya

nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat

umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah

dan budaya. Pengendalian fisik adalah pembatasan akses terhadap aset

secara fisik.

72
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Tujuan yang ingin dicapai dari implementasi rencana identifikasi,

kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik adalah untuk meminimalkan

risiko kecurian, kerusakan atau penggunaan yang tidak sah. Manfaat

akhirnya adalah berupa terjaganya aset yang dimiliki instansi

pemerintah.

Physical Controls (Pengendalian Fisik):


Analogi: Pengendalian fisik dapat dibandingkan dengan "pengamanan
rumah" di mana pintu dan jendela dilengkapi dengan kunci yang kokoh.
Ini membantu mencegah akses yang tidak sah dan melindungi aset
berharga di dalam rumah.
Contoh kehidupan nyata: Di dalam sebuah universitas, pengendalian
fisik bisa melibatkan penggunaan kartu akses untuk masuk ke gedung
tertentu, pengawasan CCTV di area yang sensitif, atau penempatan
brankas untuk menyimpan dokumen penting.

5. Penetapan Reviu Indikator dan Ukuran Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran yang bersifat keuangan dan non-

keuangan yang digunakan untuk menolong organisasi menetapkan dan

mengukur kemajuan atas pencapaian tujuan atau sasaran. Indikator

merupakan alat untuk mengukur hasil suatu kegiatan/program dan

pencapaian sasaran. Dengan demikian, setiap pimpinan instansi

pemerintah harus menetapkan ukuran kinerja yang dapat dipakai

mengukur keberhasilan semua kegiatan/program dan sasaran.

Reviu indikator kinerja dilakukan tidak hanya terhadap capaian indikator

kinerja saja, tetapi juga terhadap indikatornya sendiri. Jadi tidak hanya

reviu hasil pengukuran akan tetapi juga dilakukan penelitian terhadap

alat ukurnya sendiri. Sekali kita menggunakan suatu alat ukur hendaknya

kita yakin akan keandalannya. Dengan demikian alat ukur yang

digunakan harus dapat diandalkan. Dalam praktik alat ukur kinerja

73
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

ataupun tolok ukur kinerja ini kadang-kadang bukanlah alat ukur terbaik,

akan tetapi sering kali alat ukur yang paling mudah penggunaannya,

sehingga terdapat peluang atau kemungkinan penggunaan alat ukur

yang menyesatkan.

Reformasi birokrasi di lingkungan instansi pemerintah dilatarbelakangi

oleh adanya tuntutan peningkatan kinerja organisasi. Kinerja instansi

atau organisasi harus didukung oleh pencapaian kinerja unit-unit kerja

dan individu-individu yang berada di dalamnya. Dengan demikian

peningkatan kinerja individu dan unit-unit kerja akan berpengaruh pada

kinerja organisasi secara keseluruhan. Organisasi dalam mencapai

kinerja optimal harus mempunyai pimpinan yang bisa melakukan

pembinaan dan mendorong peningkatan kinerja pegawai yang

dipimpinnya. Untuk itu, diperlukan suatu alat yang dapat menjadi sarana

pendorong pencapaian tujuan tersebut; alat yang dimaksud adalah

ukuran kinerja.

Ukuran kinerja dan indikator tersebut ditetapkan pada setiap level

organisasi, kegiatan, dan individu. Ukuran kinerja pada ketiga tingkatan

tersebut harus selaras. Dengan menggunakan ukuran kinerja yang

selaras, capaian kinerja pada tingkat individu akan mendukung

pencapaian target kinerja pada tingkat kegiatan, yang pada gilirannya

akan mendorong pencapaian target kinerja instansi pemerintah.

Tujuan penetapan dan reviu indikator kinerja adalah untuk:

a. Menyediakan alat ukur yang tepat dalam menilai kinerja

kegiatan/program dan sasaran.

b. Membantu pelaksanaan anggaran berbasis kinerja

74
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Dengan tersedianya alat ukur ini, akan memberi manfaat bagi pimpinan

instansi pemerintah melakukan penilaian dan pemantauan capaian

kinerja sebagai dasar merumuskan rencana aksi untuk mencapai

rencana kinerja yang diinginkan. Pada akhirnya, hal ini akan membantu

instansi pemerintah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

secara lebih efisien dan efektif.

6. Pemisahan Fungsi

Dalam melaksanakan kegiatan dan programnya, instansi pemerintah

memiliki berbagai tugas dan fungsi penting. Guna meningkatkan

efektivitas pengendaliannya dan meningkatkan check and balances dari

setiap fungsi yang dilakukan, perlu dilakukan pemisahan fungsi.

Pimpinan instansi pemerintah harus menetapkan kebijakan dan

prosedur untuk memastikan bahwa tidak satu pegawai atau pejabat

yang dapat mengendalikan semua tahap penting suatu transaksi atau

kejadian. Melainkan, tugas dan tanggung jawab harus dibebankan

secara sistematis kepada beberapa pegawai untuk menyakinkan bahwa

pengecekan telah berjalan secara efektif.

Tujuan pemisahan fungsi adalah untuk menekan risiko kesalahan,

pemborosan, atau tindakan yang tidak benar dan risiko tidak

terdeteksinya suatu masalah. Dengan diterapkannya pemisahan fungsi

secara benar, maka instansi pemerintah akan lebih mampu

meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan kegiatannya.

75
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pengendalian Preventif Pengendalian Detektif

➢ Prosedur otorisasi dan ➢ Reviu atas kinerja


persetujuan
➢ Pencatatan yang akurat dan
➢ Pemisahan fungsi tepat waktu
➢ Pembatasan akses kepada ➢ Akuntabilitas sumber daya
sumber daya dan pencatatan dan pencatatan
➢ Pembinaan yang menghasilkan ➢ Dokumentasi atas SPIP dan
pegawai kompeten dan transaksi penting
berintegritas
➢ Penetapan dan reviu indikator
kinerja
➢ Pengendalian atas sistem
informasi
➢ Pengendalian Fisik Aset

Segregation of Duties (Pemisahan Tugas):


Analogi: Pemisahan tugas dapat dibandingkan dengan sistem "tim dalam
olahraga" di mana setiap anggota tim memiliki peran dan tanggung
jawab yang berbeda. Setiap anggota tim memiliki tugas spesifik yang
harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan tim secara efektif.
Contoh kehidupan nyata: Di dalam sebuah universitas, pemisahan tugas
dapat diterapkan dengan membagi tanggung jawab antara petugas
penerimaan mahasiswa baru, petugas keuangan, dan petugas
akademik. Hal ini membantu mencegah terjadinya potensi konflik
kepentingan atau penyalahgunaan kekuasaan.

7. Otorisasi Atas Transaksi dan Kejadian Penting

Definisi umum tentang otorisasi adalah pelaksanaan kewenangan oleh

pejabat tertentu di lingkungan pemerintah untuk mengijinkan atau tidak

mengijinkan suatu tindakan di dalam lingkungan birokrasi pemerintah

yang berakibat pada perubahan baik, yang secara hukum, mengikat

maupun yang tidak mengikat instansi pemerintah tersebut. Dari definisi

ini dapat ditarik kesimpulan bahwa otorisasi hanya dapat dikeluarkan

oleh pejabat yang berwenang. Otorisasi dikeluarkan dalam bentuk

dokumen persetujuan dan memiliki dampak bagi transaksi maupun

pelaku transaski itu sendiri.

76
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Oleh karena itu, otorisasi dimaksudkan untuk menyakini hanya transaksi

dan kejadian yang valid yang dijalankan sesuai kehendak manajemen.

Seluruh transaksi dan kejadian penting yang terjadi harus mendapat

persetujuan (otorisasi) dari pejabat yang memiliki kewenangan. Di

samping menandai keabsahan dokumen, persetujuan pejabat tersebut

menandai bahwa transaksi yang terjadi benar-benar terkait dengan hak

dan kewajiban instansi yang bersangkutan.

Tujuan dilakukannya otorisasi adalah :

a. Memastikan bahwa seluruh transaksi signifikan telah diotorisasi

dengan benar

b. Memastikan bahwa seluruh pegawai mengetahui adanya kondisi

dan syarat otorisasi khusus

c. Memastikan bahwa persyaratan otorisasi telah sejalan dengan

arahan pimpinan dan dalam batasan yang ditetapkan oleh

ketentuan peraturan perundang-undangan

Dengan dilaksanakannya kebijakan dan prosedur otorisasi yang benar,

instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa peningkatan

validitas (keabsahan) transaksi.

8. Pencatatan yang Akurat dan Tepat Waktu

Pencatatan transaksi dikatakan akurat apabila telah diklasifikasikan

dengan layak dan dikelompokkan dengan benar. Pengklasifikasian

secara layak dan pencatatan telah dilaksanakan atas keseluruhan siklus

transaksi/kejadian yang meliputi otorisasi, inisiasi, pemprosesan, dan

pengklasifikasian dalam catatan ringkas. Pengklasifikasian yang layak

atas setiap transaksi dan kejadian mencakup pengorganisasian yang

77
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

baik atas dokumen asli, catatan-catatan ringkas dan dokumen lain yang

mendukung penyusunan laporan.

Oleh karena itu, harus ada standar pengelompokan data kode atau

bagan perkiraan standar. Bagan Perkiraan Standar adalah daftar

perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis

untuk memudahkan perencanaan, pelaporan anggaran, pembukuan

dan pelaporan keuangan pemerintah.

Pencatatan dikatakan tepat waktu apabila transaksi/kejadian segera

dicatat sehingga tetap terjaga relevansi nilai-nilai serta kegunaannya

bagi manajemen dalam mengendalikan operasi dan mengambil

keputusan

Tujuan dilakukannya pencatatan yang akurat dan tepat waktu adalah :

a. Mengurangi peluang bagi petugas terkait untuk memanipulasi

transaksi

b. Memastikan bahwa transaksi telah diklasifikasikan dengan tepat

c. Memastikan ketepatan waktu pencatatan transaksi

Dengan dilaksanakannya pencatatan yang akurat dan tepat waktu,

instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa peningkatan

nilai manfaat informasi atas transaksi

9. Pembatasan Akses atas Sumber Daya dan Pencatatannya

Akses diartikan sebagai cara atau peluang untuk mendekati sesuatu atau

memasuki tempat tertentu. Akses juga dapat dimaknai sebagai hak

untuk menggunakan sesuatu. Secara singkatnya akses dapat dikatakan

78
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

sebagai peluang atau hak menggunakan atau memasuki sesuatu

tempat.

Sumber daya dan pencatatan yang dimiliki oleh instansi pemerintah

adalah sarana penting untuk membantu pencapaian tujuan organisasi.

Sumber daya dan pencatatan harus dimanfaatkan sepenuhnya hanya

untuk tujuan organisasi bukan untuk kepentingan pribadi para pegawai

atau pejabat yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan

peluang menggunakan sumber daya dan pencatatan hanya untuk

kepentingan organisasi saja.

Tujuan dilakukannya pembatasan akses atas sumber daya dan

pencatatannya adalah :

a. Mengurangi peluang bagi petugas terkait untuk memanipulasi

transaksi

b. mengurangi risiko penggunaan tanpa otorisasi atau kehilangan

aset negara

c. Memastikan adanya pembatasan akses yang memadai

Dengan dilaksanakannya pembatasan akses atas sumber daya dan

pencatatannya, instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa

kepastian adanya penggunaan sumber daya dan pencatatan yang baik

yang pada akhirnya akan membantu pencapaian sasaran sesuai arahan

pimpinan.

10. Akuntabilitas Sumber Daya dan Pencatatannya

Akuntabilitas didefinisikan sebagai perwujudan kewajiban suatu instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan

pengendalian sumber daya sebagai bentuk pelaksanaan dari kebijakan

79
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

yang dipercayakan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan melalui

alat pertanggungjawaban secara periodik.

Pembatasan peluang menggunakan sumber daya dan pencatatan hanya

untuk kepentingan organisasi saja dilakukan dengan memberikan

kepada pegawai atau pejabat yang berwenang. Untuk memastikan

bahwa akses telah digunakan untuk kepentingan organsisasi, harus ada

akuntabilitas atas sumber daya dan pencatatan tersebut.

Tujuan akuntabilitas akses atas sumber daya dan pencatatannya

mencakup:

a. Meningkatkan kesesuaian sumber daya dan pencatatannya

b. Memastikan adanya pertanggungjawaban sumber daya yang

memadai

c. Memastikan bahwa seluruh pegawai memahami tanggung

jawabnya terkait akuntabilitas sumber daya dan catatan

Dengan dilaksanakannya akuntabilitas atas sumber daya dan

pencatatannya, instansi pemerintah akan memperoleh manfaat berupa

tercapainya tujuan keandalan pelaporan terkait sumber daya.

11. Dokumentasi yang Baik atas Pengendalian intern dan transaksi/kejadian

penting

Terkait dengan kegiatan pengendalian dokumentasi dimaknai sebagai

kegiatan pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan

informasi terkait tentang kebijakan dan prosedur pengendalian serta

pelaksanaannya serta memuat informasi atas beberapa

transaksi/kejadian penting yang terjadi.

80
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Tujuan dilakukannya dokumentasi yang baik atas pengendalian intern

dan transaksi/kejadian penting adalah :

a. Memastikan ketersediaan dokumentasi tertulis atas kejadian

penting saat dibutuhkan

b. Mempermudah penelusuran transaksi/kejadian penting sejak

awal otorisasi, pemprosesannya sampai dengan selesai adanya

pertanggungjawaban sumber daya yang memadai

c. Memastikan bahwa tersedia dokumentasi dalam bentuk hard dan

soft copy.

d. Membantu pimpinan instansi pemerintah untuk mengendalikan,

mengevaluasi dan menganalisa operasi.

Dengan dilaksanakannya dokumentasi yang baik atas pengendalian

intern dan transaksi/kejadian penting, instansi pemerintah akan

memperoleh manfaat berupa peningkatan kualitas pengambilan

keputusan terkait penyempurnaan sistem pengendalian intern dan

kejadian penting.

Documentation and Record-Keeping (Dokumentasi dan Pencatatan):


Analogi: Dokumentasi dan pencatatan dapat dibandingkan dengan
"jurnal harian" di mana setiap kejadian atau transaksi dicatat dengan
rapi. Ini membantu melacak aktivitas dan memastikan bahwa informasi
penting tersedia untuk pemeriksaan dan audit di kemudian hari.
Contoh kehidupan nyata: Di dalam sebuah universitas, dokumentasi dan
pencatatan bisa melibatkan pembuatan laporan keuangan secara
berkala, pencatatan kehadiran mahasiswa, atau penyimpanan arsip
yang rapi untuk dokumen-dokumen penting.

Kegiatan pengendalian merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan

untuk menjamin terlaksananya rencana kerja dan pencapaian tujuan

organisasi dengan efektif dan efisien, serta mencegah terjadinya risiko

81
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

yang dapat mengganggu kinerja organisasi. Berikut adalah beberapa

contoh kegiatan pengendalian dalam birokrasi pemerintahan:

a. Monitoring dan evaluasi: Pemerintah dapat melakukan

monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan yang

dilakukan oleh instansi pemerintahan untuk memastikan bahwa

tujuan program telah dicapai dengan efektif dan efisien.

b. Pengawasan: Pengawasan merupakan kegiatan pengendalian

yang bertujuan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan

dilakukan sesuai dengan peraturan, standar, dan prosedur yang

telah ditetapkan. Misalnya, pegawai negeri yang bertugas dalam

pengawasan terhadap pelayanan publik, seperti keamanan jalan

raya atau kebersihan lingkungan.

c. Pelaporan: Pelaporan merupakan kegiatan pengendalian yang

berfungsi untuk memastikan informasi yang dibutuhkan oleh

pihak yang berkepentingan tersedia dan tepat waktu. Misalnya,

laporan keuangan yang harus disampaikan oleh instansi

pemerintah secara berkala dan tepat waktu.

d. Pemisahan tugas: Pemisahan tugas dilakukan untuk mencegah

terjadinya kesalahan dan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

Misalnya, pemisahan tugas antara petugas yang bertugas sebagai

pemegang anggaran dan petugas yang bertugas sebagai

pelaksana kegiatan.

e. Pengendalian preventif dan detektif: Pengendalian preventif

dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko, sementara

pengendalian detektif dilakukan untuk mengidentifikasi risiko

yang telah terjadi dan mengambil tindakan untuk mengatasinya.

f. Pengendalian teknologi informasi: Dalam era digital seperti

sekarang, pengendalian teknologi informasi menjadi hal yang

82
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

sangat penting. Pengendalian teknologi informasi dilakukan untuk

memastikan keamanan dan kerahasiaan data yang disimpan dan

digunakan oleh instansi pemerintahan. Misalnya, pemerintah

dapat menggunakan teknologi firewall atau enkripsi data untuk

mengamankan sistem informasi yang dimilikinya.

Kegiatan pengendalian yang efektif dapat membantu instansi

pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan

efisien serta meminimalkan risiko yang dapat mengganggu kinerja

organisasi.

IT Controls (Pengendalian TI):


Analogi: Pengendalian TI dapat dibandingkan dengan "antivirus" yang
digunakan dalam sistem komputer. Antivirus bertugas untuk
mendeteksi dan menghapus program berbahaya yang dapat
mengancam keamanan dan kerahasiaan data.
Contoh kehidupan nyata: Di dalam sebuah universitas, pengendalian TI
bisa meliputi kebijakan penggunaan kata sandi yang kuat, perlindungan
firewall untuk melindungi jaringan, dan pembaruan perangkat lunak
yang teratur untuk menjaga keamanan sistem.

E. Informasi dan Komunikasi

Informasi dan komunikasi penting bagi pengendalian yang efektif, informasi

tentang rencana organisasi, lingkungan pengendalian, risiko, kegiatan

pengendalian, dan kinerja harus dikomunikasikan ke atas, ke bawah dan

seluruh organisasi. Kehandalan dan relevansi informasi baik yang bersumber

dari dalam maupun dari luar harus diidentifikasi, ditangkap, diproses, dan

dikomunikasikan kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk dan jangka

waktu bermanfaat. Sistem informasi menghasilkan laporan yang berisi

informasi yang berhubungan dengan operasi, keuangan, dan ketaatan

sehingga memungkinkan untuk menjalakan dan mengendalikan organisasi.

83
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Sistem informasi dan komunikasi dapat bersifat formal maupun informal.

Sistem informasi dan komunikasi formal yang dapat berupa dari teknologi

informasi yang canggih sampai dengan pertemuan sfaf yang sederhana harus

dapat menyediakan data masukan dan umpan balik yang berhubungan

dengan tujuan operasi, laporan keuangan dan ketaatan. Sistem tersebut vital

bagi keberhasilan organisasi. Sistem informasi dan komunikasi

memungkinkan orang dalam organisasi untuk mendapatkan dan berbagi

informasi yang diperlukan untuk mengelola, melaksanakan, dan

mengendalikan kegiatan operasi. Oleh karena itu, instansi pemerintah harus

memperoleh informasi untuk diolah dan disampaikan kepada pimpinan

instansi dan pihak-pihak lain yang memerlukan. Informasi tersebut harus

relevan dan dapat diandalkan serta disajikan kepada pihak yang tepat secara

tepat isi dan tepat waktu, sehingga memungkinkan bersangkutan

melaksanakan pengendalian intern dan tanggung jawab operasionalnya.

Informasi dan komunikasi adalah proses penyampaian informasi yang

relevan dan tepat waktu kepada semua pihak yang terkait dengan

pengendalian intern, baik dalam maupun luar organisasi. Informasi dan

komunikasi harus dapat memastikan bahwa semua pihak yang terlibat

memiliki pemahaman yang sama mengenai tujuan, kebijakan, prosedur, dan

tindakan pengendalian intern.

Unsur informasi dan komunikasi merupakan unsur penting dalam sistem

pengendalian intern pemerintah. Informasi adalah data yang telah diolah

yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Sedangkan

komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan

84
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

menggunakan simbol atau lambang tertentu, baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik.

Penerapan unsur informasi dan komunikasi dalam sistem pengendalian

intern pemerintah dapat dilakukan dengan berbagai bentuk dan sarana

komunikasi, seperti:

a. Buku pedoman kebijakan dan prosedur

b. Surat edaran

c. Memorandum

d. Papan pengumuman

e. Situs internet dan intranet

f. Rekaman video

g. E-mail

h. Arahan lisan

Pimpinan instansi pemerintah harus menggunakan bentuk dan sarana

komunikasi yang efektif dalam mengkomunikasikan informasi penting

kepada pegawai dan lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan

beberapa hal, seperti:

a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana

komunikasi

b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara

terus menerus

c. Mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam

bentuk dan waktu yang tepat

d. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif

85
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Contoh penerapan unsur informasi dan komunikasi dalam sistem

pengendalian intern pemerintah adalah sebagai berikut:

a. Pimpinan instansi pemerintah mengirimkan surat edaran kepada

seluruh pegawai tentang kebijakan baru terkait penggunaan anggaran.

b. Pimpinan instansi pemerintah memasang papan pengumuman di ruang

kerja untuk memberikan informasi terkini tentang program kerja

instansi.

c. Pimpinan instansi pemerintah menyampaikan arahan lisan kepada

seluruh pegawai tentang pentingnya menjaga kerahasiaan data instansi.

d. Pimpinan instansi pemerintah mengirimkan e-mail kepada seluruh

pegawai tentang perubahan jadwal rapat.

e. Pimpinan instansi pemerintah membuat buku pedoman kebijakan dan

prosedur untuk memberikan panduan kepada pegawai dalam

melaksanakan tugas.

F. Pemantauan (Monitoring) Pengendalian Intern

Pemantauan pengendalian intern adalah suatu proses penilaian kualitas

kinerja pengendalian intern dalam suatu periode tertentu. Hal ini mencakup

penilaian desain dan operasi pengendalian dan melakukan tindakan

perbaikan yang diperlukan. Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya

adalah untuk memastikan apakah sistem pengendalian intern pada suatu

instansi pemerintah telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah

perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan

perkembangan.

Pemantauan Sistem Pengendalian Intern adalah penilaian kinerja

pengendalian intern sepanjang waktu, ini dapat dicapai dengan kegiatan yang

86
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

terus-menerus dan dengan evaluasi terpisah atas pengendalian intern seperti

penilaian sendiri, reviu mitra, dan audit intern.

Pemantauan pengendalian intern berada pada setiap orang dalam instansi

pemerintah sesuai dengan lingkup kerjanya. Kedudukan seseorang dalam

organisasi membantunya menentukan fokus dan sejauh mana

tanggungjawabnya. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan yang dilakukan

oleh pegawai/staf, penyelia, pimpinan menengah dan pimpinan tinggi tidak

akan sama fokusnya.

G. Rangkuman

Bab IV membahas tentang unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko

korupsi, kegiatan pengendalian, sistem informasi dan komunikasi, serta

pemantauan dan evaluasi. Berikut rangkuman dari masing-masing

pembahasan:

Lingkungan pengendalian merujuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas pengendalian intern dalam suatu organisasi. Faktor ini meliputi

integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan

yang kondusif, serta budaya organisasi yang mendukung pengendalian yang

baik.

Penilaian risiko korupsi adalah proses identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko

terkait potensi tindakan korupsi di dalam organisasi. Melalui penilaian ini,

instansi pemerintah dapat mengidentifikasi area-area yang rentan terhadap

korupsi dan mengembangkan strategi pengendalian yang tepat.

87
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Kegiatan pengendalian mencakup serangkaian tindakan yang dilakukan

untuk mengurangi risiko dan mencegah terjadinya korupsi. Kegiatan ini

meliputi pengawasan yang ketat, penerapan prosedur yang jelas, pemisahan

tugas yang efektif, serta penerapan kebijakan dan pengendalian yang relevan.

Sistem informasi dan komunikasi berperan penting dalam SPIP. Sistem ini

mencakup proses pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan penyebaran

informasi yang relevan untuk mendukung pengendalian intern dan

pencegahan korupsi. Komunikasi yang efektif juga penting dalam memastikan

pemahaman yang baik mengenai kebijakan, prosedur, dan tindakan

pencegahan korupsi.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk memastikan bahwa pengendalian

intern dan kebijakan pencegahan korupsi berjalan dengan baik. Proses ini

melibatkan pemantauan rutin, pemeriksaan internal, serta evaluasi terhadap

keefektifan pengendalian dan tindakan pencegahan yang telah dilakukan.

Secara keseluruhan, unsur-unsur SPIP, seperti lingkungan pengendalian,

penilaian risiko, kegiatan pengendalian, sistem informasi dan komunikasi,

serta pemantauan dan evaluasi, saling terkait dan mendukung dalam

pencegahan korupsi. Dengan mengimplementasikan setiap unsur dengan

baik, instansi pemerintah dapat membangun lingkungan yang berintegritas,

efektif, dan bertanggung jawab dalam upaya mencegah dan mengatasi

tindakan korupsi.

88
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

H. Latihan

Kerjakan soal-soal berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan pengendalian dalam SPIP?

a. Serangkaian tindakan pengawasan yang dilakukan oleh pihak

manajemen.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern

dalam organisasi.

c. Sistem informasi dan komunikasi yang digunakan dalam SPIP.

d. Proses identifikasi dan evaluasi risiko korupsi dalam organisasi.

2. Apa yang menjadi fokus utama dalam penilaian risiko korupsi?

a. Analisis laporan keuangan organisasi.

b. Identifikasi individu yang terlibat dalam tindakan korupsi.

c. Evaluasi risiko terkait potensi tindakan korupsi di dalam organisasi.

d. Pengawasan terhadap kegiatan operasional organisasi.

3. Apa yang termasuk dalam kegiatan pengendalian dalam SPIP?

a. Pemantauan rutin, pemeriksaan internal, dan evaluasi terhadap

keefektifan pengendalian.

b. Pengawasan yang ketat terhadap semua pegawai.

c. Pemisahan tugas yang efektif dalam organisasi.

d. Penggunaan sistem informasi dan komunikasi yang canggih.

4. Apa peran sistem informasi dan komunikasi dalam SPIP?

a. Menyediakan sumber daya keuangan yang cukup untuk organisasi.

b. Memfasilitasi pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, dan

penyebaran informasi yang relevan.

c. Mengidentifikasi area-area yang rentan terhadap korupsi dalam

organisasi.

d. Menetapkan prosedur-prosedur yang jelas dalam pengendalian

intern.

89
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

5. Mengapa pemantauan dan evaluasi penting dalam SPIP?

a. Untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan

berjalan dengan baik.

b. Untuk mengidentifikasi dan mendeteksi kasus korupsi yang telah

terjadi.

c. Untuk memastikan adanya pemisahan tugas yang efektif dalam

organisasi.

d. Untuk memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku korupsi.

Jawaban:

1. b

2. c

3. a

4. b

5. a

90
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

BAB

5
STRATEGI PENCEGAHAN KORUPSI

DALAM SPIP

Strategi pencegahan korupsi dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP) melibatkan berbagai langkah dan pendekatan yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya korupsi dan meminimalkan risiko terkait. Berikut ini adalah

gambaran secara umum tentang strategi pencegahan korupsi dalam SPIP:

A. Pembentukan Kebijakan dan Prosedur Anti-Korupsi

Pembentukan kebijakan dan prosedur anti-korupsi merupakan langkah

penting dalam membangun budaya organisasi yang berintegritas dan

melawan korupsi. Kebijakan dan prosedur yang jelas membantu mengatur

perilaku dan tindakan pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan

integritas dan pencegahan korupsi.

Contoh nyata di instansi pemerintah adalah pembentukan kebijakan yang

melarang penerimaan hadiah atau gratifikasi oleh pegawai pemerintah.

Kebijakan ini ditetapkan untuk mencegah konflik kepentingan dan pengaruh

yang dapat mempengaruhi integritas dan objektivitas pegawai dalam

pengambilan keputusan. Selain itu, prosedur pengadaan barang dan jasa juga

ditetapkan dengan ketentuan yang jelas, seperti menggunakan mekanisme

tender terbuka, melakukan pemeriksaan dan evaluasi yang transparan, serta

melibatkan pihak-pihak yang tidak terkait dalam pengawasan dan audit.

91
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pada tingkat pelaksanaan, instansi pemerintah menyelenggarakan pelatihan

secara rutin untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pegawai

tentang pentingnya pencegahan korupsi. Selain itu, program kesadaran

korupsi juga dilakukan dengan menyebarkan informasi tentang dampak

negatif korupsi dan membangun budaya integritas di tempat kerja.

Implementasi kebijakan dan prosedur anti-korupsi juga diawasi dengan

mekanisme pengawasan yang efektif. Unit internal audit atau kolaborasi

dengan lembaga eksternal seperti KPK dilakukan untuk melakukan

pemeriksaan dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan anti-korupsi.

Evaluasi berkala juga dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan dan

prosedur yang telah diterapkan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat

dilakukan jika ditemukan kelemahan atau celah dalam sistem pengendalian.

Dengan menerapkan kebijakan dan prosedur anti-korupsi yang baik, instansi

pemerintah dapat menciptakan lingkungan kerja yang berintegritas,

meminimalkan risiko korupsi, meningkatkan transparansi dan akuntabilitas,

serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

B. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Etika

Kesadaran dan pendidikan etika memiliki peran penting dalam strategi

pemberantasan korupsi di instansi pemerintah. Tujuannya adalah untuk

membentuk budaya integritas, moralitas, dan perilaku etis di kalangan

pegawai pemerintah. Berikut adalah beberapa contoh praktik yang lazim di

instansi pemerintah dalam meningkatkan kesadaran dan pendidikan etika:

92
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pelatihan Etika dan Anti-Korupsi: Instansi pemerintah

menyelenggarakan pelatihan secara rutin tentang etika dan anti-korupsi

kepada seluruh pegawai. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman mengenai nilai-nilai etika, prinsip-prinsip integritas, jenis-

jenis tindakan korupsi yang umum terjadi, serta konsekuensi hukum dari

pelanggaran etika. Contohnya, pelatihan tersebut dapat membahas

kasus nyata korupsi yang pernah terjadi dan menekankan pentingnya

menjaga integritas dan menghindari tindakan korupsi.

Pembentukan Kode Etik: Instansi pemerintah membuat dan

mengimplementasikan kode etik yang mengatur perilaku pegawai dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Kode etik ini memberikan

panduan mengenai prinsip-prinsip etika, larangan-larangan, dan

tindakan yang diharapkan dari pegawai. Contohnya, kode etik tersebut

dapat melarang menerima hadiah atau gratifikasi, menghindari konflik

kepentingan, dan mendorong transparansi dalam pengambilan

keputusan.

Kampanye Kesadaran dan Promosi Integritas: Instansi pemerintah

melaksanakan kampanye kesadaran dan promosi integritas untuk

meningkatkan pemahaman dan komitmen terhadap nilai-nilai integritas.

Kampanye ini dapat berupa sosialisasi melalui media massa, penyuluhan

di tempat kerja, atau acara penghargaan bagi pegawai yang

menunjukkan perilaku etis dan anti-korupsi. Contohnya, instansi

pemerintah dapat mengadakan seminar atau workshop mengenai

integritas dan anti-korupsi, serta melibatkan tokoh-tokoh masyarakat

yang terkenal sebagai pembicara.

93
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pembentukan Unit Etika: Instansi pemerintah dapat membentuk unit

etika yang bertanggung jawab untuk mengawasi penerapan etika di

lingkungan kerja. Unit ini dapat memberikan konsultasi, pengaduan,

atau pendampingan bagi pegawai yang menghadapi dilema etika atau

situasi yang berpotensi menyebabkan korupsi. Contohnya, unit etika

dapat memberikan bimbingan kepada pegawai dalam menghadapi

situasi sulit yang melibatkan tekanan atau godaan untuk melakukan

tindakan korupsi.

Kolaborasi dengan Lembaga Eksternal: Instansi pemerintah dapat

bekerja sama dengan lembaga eksternal seperti Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) atau lembaga antikorupsi lainnya dalam melaksanakan

program pendidikan etika dan kampanye anti-korupsi. Kolaborasi ini

dapat memperkuat upaya pemberantasan korupsi dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap instansi pemerintah. Contohnya,

instansi pemerintah dapat mengadakan kerja sama dengan KPK dalam

penyuluhan anti-korupsi di sekolah-sekolah atau melibatkan KPK dalam

proses pemeriksaan internal terhadap potensi tindak korupsi.

Dengan peningkatan kesadaran dan pendidikan etika yang efektif, diharapkan

pegawai pemerintah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang

pentingnya integritas, tanggung jawab, dan pencegahan korupsi. Hal ini akan

membentuk budaya kerja yang berintegritas, menjaga moralitas, serta

mendorong tindakan yang etis dalam menjalankan tugas pelayanan publik.

94
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

C. Pelibatan Masyarakat dalam Pengecekan dan Pengawasan

Pelibatan masyarakat dalam pengecekan dan pengawasan merupakan

komponen penting dalam strategi pencegahan korupsi dalam SPIP (Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah). Melalui pelibatan masyarakat, tercipta

kontrol sosial yang efektif untuk mencegah dan mendeteksi tindak korupsi.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai pelibatan masyarakat dalam

strategi pencegahan korupsi dalam SPIP:

Transparansi Informasi: Pemerintah memberikan akses yang lebih

terbuka terhadap informasi publik, termasuk informasi keuangan,

kebijakan, program, dan kegiatan pemerintah. Contohnya, pemerintah

menyediakan portal transparansi anggaran yang dapat diakses oleh

masyarakat untuk melihat penggunaan dana publik. Informasi ini

memungkinkan masyarakat untuk mengawasi dan memeriksa

penggunaan dana publik serta memantau kinerja instansi pemerintah.

Sebagai contoh riil, Kementerian Keuangan Indonesia memiliki situs web

yang menyediakan informasi terkait APBN (Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara) dan laporan keuangan pemerintah secara terbuka

kepada masyarakat.

Partisipasi Masyarakat: Masyarakat diundang untuk berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan dan proses pengawasan terkait

kebijakan dan program pemerintah. Contohnya, pemerintah

menyelenggarakan pertemuan publik, dialog interaktif, atau forum

diskusi terbuka untuk mendengarkan aspirasi dan masukan dari

masyarakat terkait kebijakan yang akan diambil. Masyarakat dapat

memberikan masukan, saran, dan pemantauan terhadap kegiatan

pemerintah. Misalnya, dalam perencanaan pembangunan infrastruktur,

95
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

pemerintah melibatkan masyarakat dalam proses konsultasi publik

untuk mengumpulkan pendapat dan masukan terkait rencana

pembangunan.

Pengaduan Publik: Pemerintah membentuk mekanisme pengaduan

publik yang mudah diakses oleh masyarakat. Masyarakat dapat

melaporkan dugaan korupsi atau pelanggaran etika oleh pegawai

pemerintah melalui saluran pengaduan yang disediakan, seperti hotline,

email, atau aplikasi pengaduan online. Pengaduan tersebut kemudian

dapat ditindaklanjuti dan diselidiki oleh pihak yang berwenang. Contoh

riil adalah adanya Ombudsman yang berperan sebagai lembaga yang

menerima pengaduan masyarakat terkait pelayanan publik dan dugaan

tindak korupsi di instansi pemerintah.

Sosialisasi dan Edukasi: Pemerintah melakukan sosialisasi dan edukasi

kepada masyarakat mengenai pentingnya pencegahan korupsi dan

peran masyarakat dalam pengawasan. Kampanye sosialisasi dapat

dilakukan melalui media massa, seminar, pelatihan, atau kegiatan

komunitas. Masyarakat diberikan pemahaman mengenai bahaya

korupsi, dampak negatifnya terhadap pembangunan, serta bagaimana

melaporkan dugaan korupsi. Contoh nyata adalah adanya kampanye

sosialisasi anti-korupsi yang dilakukan oleh KPK dan pemerintah daerah

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya

pencegahan korupsi.

Kolaborasi dengan LSM dan Aktivis Anti-Korupsi: Pemerintah bekerja

sama dengan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan aktivis anti-

korupsi untuk memperkuat upaya pencegahan korupsi. Kolaborasi ini

96
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

dapat meliputi pelatihan, pendampingan, atau penyediaan informasi

terkait korupsi kepada masyarakat. LSM juga dapat menjadi mitra dalam

pemantauan dan pengawasan terhadap kinerja pemerintah. Contohnya,

pemerintah dapat bekerja sama dengan sebuah LSM yang fokus pada

pencegahan korupsi untuk mengadakan pelatihan bagi masyarakat

terkait pemahaman tentang korupsi, identifikasi tindak korupsi, dan cara

melaporkan dugaan korupsi.

Melalui pelibatan masyarakat dalam pengecekan dan pengawasan, tercipta

sistem kontrol yang lebih kuat dan efektif. Masyarakat memiliki peran aktif

dalam menjaga integritas pemerintahandan melaporkan dugaan korupsi,

sehingga mendorong transparansi, akuntabilitas, dan pencegahan korupsi

yang lebih baik dalam pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan sumber daya

publik.

Contoh-contoh di atas menggambarkan bagaimana instansi pemerintah

secara aktif melibatkan masyarakat dalam pengecekan dan pengawasan

terhadap tindak korupsi. Dengan adanya partisipasi masyarakat, instansi

pemerintah dapat lebih efektif dalam pencegahan korupsi dan menciptakan

pemerintahan yang lebih transparan, akuntabel, dan berintegritas.

Sebagai contoh nyata, di Indonesia terdapat program "Jaga Mata Jaga Hati"

yang dilakukan oleh KPK. Program ini melibatkan masyarakat untuk berperan

dalam pengawasan terhadap dana desa yang digunakan untuk pembangunan

di tingkat desa. Masyarakat dilibatkan dalam proses pengawasan dan diminta

untuk melaporkan dugaan penyalahgunaan atau korupsi dalam penggunaan

dana desa. Dengan demikian, masyarakat memiliki peran aktif dalam

97
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

pencegahan korupsi dan menjaga transparansi dalam pengelolaan dana

publik.

Selain itu, di beberapa instansi pemerintah juga terdapat program "Sahabat

Pengawas" yang melibatkan masyarakat dalam pengawasan terhadap kinerja

pegawai pemerintah. Melalui program ini, masyarakat dapat melaporkan

perilaku tidak etis atau dugaan korupsi yang mereka saksikan dalam interaksi

dengan pegawai pemerintah. Hal ini membantu meningkatkan akuntabilitas

dan integritas pegawai pemerintah serta memberikan perlindungan bagi

masyarakat yang melaporkan tindakan korupsi.

Dengan pelibatan masyarakat dalam pengecekan dan pengawasan, instansi

pemerintah dapat menjaga integritas dan meminimalisir risiko korupsi.

Masyarakat memiliki peran sebagai penjaga moralitas dan memainkan peran

aktif dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab.

D. Kerjasama dengan Lembaga Anti-Korupsi

Kerja sama dengan lembaga anti-korupsi merupakan komponen penting

dalam strategi pencegahan korupsi dalam SPIP. Instansi pemerintah dapat

menjalin kerjasama dengan lembaga anti-korupsi seperti Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mencapai tujuan tersebut. Berikut

adalah penjelasan mengenai peran dan manfaat kerjasama dengan lembaga

anti-korupsi:

Pertukaran Informasi: Instansi pemerintah dapat berkolaborasi

dengan lembaga anti-korupsi dalam pertukaran informasi terkait kasus

korupsi yang sedang diselidiki atau indikasi korupsi yang mungkin terjadi

di instansi tersebut. Misalnya, KPK dapat memberikan informasi tentang

98
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

pola-pola korupsi yang umum terjadi dan memberikan masukan kepada

instansi pemerintah tentang tindakan pencegahan yang dapat

dilakukan. Sebaliknya, instansi pemerintah juga dapat memberikan

informasi kepada lembaga anti-korupsi mengenai indikasi korupsi yang

mereka temukan.

Contoh real dalam instansi pemerintah adalah kolaborasi antara KPK

dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Indonesia.

Kedua lembaga ini bekerja sama dalam memeriksa penggunaan

anggaran publik dan mengidentifikasi potensi korupsi di sektor publik.

Melalui pertukaran informasi, keduanya dapat saling mendukung dalam

pencegahan dan penindakan korupsi.

Pelatihan dan Kapasitas: Kerjasama dengan lembaga anti-korupsi juga

dapat melibatkan pelatihan dan peningkatan kapasitas bagi pegawai

instansi pemerintah. Lembaga anti-korupsi memiliki keahlian dan

pengalaman dalam pencegahan korupsi, sehingga mereka dapat

memberikan pelatihan kepada pegawai instansi pemerintah mengenai

praktik-praktik terbaik, peraturan anti-korupsi, serta teknik pengawasan

dan pemeriksaan yang efektif. Contohnya, KPK menyelenggarakan

pelatihan bagi pegawai pemerintah dalam bidang pencegahan korupsi

dan manajemen risiko korupsi.

Kolaborasi Penyelidikan dan Penindakan: Instansi pemerintah dapat

bekerja sama dengan lembaga anti-korupsi dalam penyelidikan dan

penindakan kasus korupsi. Kolaborasi ini melibatkan pertukaran

informasi, bantuan teknis, dan sinergi dalam pengumpulan bukti dan

penuntutan terhadap pelaku korupsi. Contohnya, KPK dapat bekerja

99
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

sama dengan kepolisian atau jaksa penuntut umum dalam mengungkap

dan menuntut kasus korupsi yang melibatkan pegawai pemerintah.

Penguatan Sistem Pengawasan: Lembaga anti-korupsi juga dapat

memberikan masukan dan rekomendasi kepada instansi pemerintah

dalam penguatan sistem pengawasan internal. Mereka dapat melakukan

audit independen terhadap sistem pengendalian intern instansi

pemerintah, memberikan rekomendasi perbaikan, dan mengawasi

implementasi tindak lanjut dari rekomendasi tersebut. Contohnya,

lembaga anti-korupsi dapat memberikan rekomendasi untuk

memperkuat pengawasan dalam proses pengadaan barang dan jasa di

instansi pemerintah.

Melalui kerjasama dengan lembaga anti-korupsi, instansi pemerintah dapat

memperoleh pengetahuan, dukungan, dan sumber daya yang diperlukan

untuk memperkuat sistem pengendalian intern, meningkatkan kesadaran,

serta meningkatkan efektivitas dalam pencegahan dan penindakan korupsi.

Dengan kerjasama ini, instansi pemerintah dapat lebih efektif dalam

memerangi korupsi dan menciptakan pemerintahan yang bersih dan

bertanggung jawab.

E. Langkah-langkah yang Diperlukan untuk Mengoptimalkan SPIP dalam

Pencegahan Korupsi

Untuk mengoptimalkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dalam

pencegahan korupsi, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Berikut

adalah langkah-langkah yang diperlukan:

100
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Pembentukan Kebijakan dan Prosedur Anti-Korupsi: Membuat

kebijakan yang jelas dan prosedur anti-korupsi yang terperinci dalam

instansi pemerintah. Contoh praktik di instansi pemerintah adalah

menyusun kebijakan yang melarang penerimaan hadiah atau gratifikasi,

dan memperkuat prosedur dalam pengadaan barang dan jasa.

Identifikasi dan Penilaian Risiko Korupsi: Mengidentifikasi risiko

korupsi yang spesifik di instansi pemerintah dan melakukan penilaian

risiko. Contoh praktiknya adalah mengidentifikasi risiko korupsi dalam

proses pengadaan barang dan jasa, seperti kolusi antara penyedia jasa

dengan pegawai pemerintah.

Pengembangan Pengendalian Intern yang Efektif: Mengembangkan

pengendalian intern yang efektif untuk mencegah dan mendeteksi

korupsi. Contoh praktiknya adalah memperkuat mekanisme

pengawasan, segregasi tugas, dan menerapkan sistem pengaduan yang

transparan di instansi pemerintah.

Pelaksanaan dan Monitoring: Melaksanakan pengendalian intern

dengan konsisten dan melakukan monitoring secara teratur. Contoh

praktiknya adalah melaksanakan audit internal secara rutin dan

melakukan evaluasi terhadap efektivitas pengendalian intern.

Pemantauan Eksternal dan Evaluasi Independen: Melibatkan

pemantauan eksternal dan evaluasi independen, seperti melibatkan

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau lembaga anti-korupsi lainnya.

Contoh praktiknya adalah mengundang BPK untuk melakukan audit

101
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

independen terhadap penggunaan anggaran publik di instansi

pemerintah.

Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Melakukan pelatihan dan

program kesadaran korupsi secara rutin kepada pegawai instansi

pemerintah. Contoh praktiknya adalah menyelenggarakan pelatihan

mengenai etika dan anti-korupsi serta mengadakan kampanye

sosialisasi di lingkungan instansi.

Kolaborasi dengan Lembaga Anti-Korupsi: Melakukan kolaborasi

dengan lembaga anti-korupsi seperti KPK dalam pencegahan korupsi.

Contoh praktiknya adalah berkolaborasi dalam penyelidikan dan

penindakan kasus korupsi serta melakukan pertukaran informasi terkait

indikasi korupsi.

Contoh nyata yang dapat dilaksanakan di instansi pemerintah adalah

melakukan audit internal secara rutin untuk memantau penggunaan

anggaran, melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan dan

pengendalian korupsi, serta menyusun kode etik yang mengatur perilaku

pegawai. Selain itu, instansi pemerintah juga dapat melakukan kerjasama

dengan lembaga anti-korupsi dalam upaya pencegahan dan penindakan

korupsi. Semua langkah ini bertujuan untuk membangun sistem

pengendalian intern yang kuat, meningkatkan transparansi, dan mengurangi

risiko korupsi di instansi pemerintah.

102
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

F. Do’s and Don’t (Hal-hal Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan)

Do’s (Hal-hal Yang Boleh Dilakukan)

1. Menerapkan kebijakan nol toleransi terhadap korupsi: Penting untuk

menetapkan kebijakan yang jelas dan tegas tentang penolakan terhadap

segala bentuk korupsi. Kebijakan ini harus diterapkan secara konsisten

dan diikuti oleh seluruh pegawai dan pihak terkait.

2. Mengadopsi dan mematuhi kode etik yang mengedepankan integritas

dan transparansi: Kode etik harus mengatur perilaku pegawai dengan

menggarisbawahi pentingnya integritas, kejujuran, penghindaran konflik

kepentingan, dan transparansi dalam setiap aspek pekerjaan.

3. Memisahkan tugas dan wewenang secara jelas: Penting untuk memiliki

struktur organisasi yang jelas dan membagi tugas serta wewenang

dengan jelas. Hal ini akan mencegah terjadinya penyalahgunaan

kekuasaan dan meminimalisir risiko korupsi.

4. Menerapkan sistem pengendalian internal yang efektif: Pengendalian

internal yang kuat dan efektif harus diterapkan untuk mengawasi kegiatan

keuangan dan operasional. Ini termasuk pemeriksaan internal,

pemisahan tugas, persetujuan transaksi, dan pemantauan yang teratur.

5. Melakukan pemeriksaan internal secara berkala: Pemeriksaan internal

yang dilakukan secara berkala dapat membantu memastikan kepatuhan

terhadap prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan. Hal ini

membantu mengidentifikasi potensi kelemahan dalam sistem dan

mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

6. Memberikan pelatihan dan pendidikan etika: Penting untuk memberikan

pelatihan dan pendidikan yang menyeluruh kepada pegawai untuk

meningkatkan kesadaran akan bahaya korupsi dan pentingnya integritas

dalam menjalankan tugas. Ini dapat meliputi penekanan pada prinsip-

103
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

prinsip etika, kode etik, dan tindakan yang tepat dalam menghadapi

situasi yang berpotensi korupsi.

7. Membentuk mekanisme pelaporan yang aman dan terpercaya: Instansi

pemerintah harus memiliki mekanisme pelaporan yang aman dan

terpercaya untuk melaporkan dugaan tindakan korupsi. Pegawai harus

diberikan jaminan bahwa laporan mereka akan ditindaklanjuti dengan

serius dan bahwa mereka dilindungi dari tindakan balasan yang

merugikan.

8. Melakukan pemantauan dan evaluasi: Pemantauan dan evaluasi yang

teratur terhadap efektivitas sistem pengendalian internal dan kebijakan

anti-korupsi sangat penting. Hal ini memastikan bahwa langkah-langkah

yang diambil efektif dalam mencegah korupsi dan memberikan dasar

untuk perbaikan dan peningkatan berkelanjutan.

Don'ts (Hal-hal yang Tidak Boleh Dilakukan):

1. Menerima atau memberikan suap, hadiah, atau gratifikasi: Tidak boleh

menerima atau memberikan suap, hadiah, atau gratifikasi yang

melanggar aturan yang berlaku. Ini termasuk menerima atau

memberikan uang, barang, atau fasilitas lainnya sebagai imbalan atas

pengaruh atau keuntungan yang tidak sah.

2. Menyalahgunakan kekuasaan atau wewenang: Tidak boleh

menyalahgunakan kekuasaan atau wewenang yang dimiliki untuk

kepentingan pribadi atau kelompok. Kekuasaan harus digunakan dengan

itikad baik dan bertujuan untuk kepentingan publik.

3. Mengubah atau memalsukan data keuangan atau laporan: Tidak boleh

mengubah atau memalsukan data keuangan atau laporan untuk

mengelabui pengawasan atau untuk memperoleh keuntungan pribadi.

Semua informasi harus akurat dan dapat dipercaya.

104
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

4. Menghindari atau mengabaikan prosedur pengadaan barang/jasa: Tidak

boleh menghindari atau mengabaikan prosedur yang ditetapkan dalam

pengadaan barang atau jasa. Pengadaan harus dilakukan secara

transparan, adil, dan berdasarkan prinsip-prinsip persaingan yang sehat.

5. Memanfaatkan informasi rahasia atau data pribadi: Tidak boleh

memanfaatkan informasi rahasia atau data pribadi yang diperoleh dalam

posisi atau jabatan untuk keuntungan pribadi atau kepentingan pihak lain.

6. Menutup-nutupi atau menghalangi penyelidikan: Tidak boleh menutup-

nutupi atau menghalangi penyelidikan terhadap dugaan tindakan

korupsi. Sebaliknya, pegawai harus memberikan kerjasama penuh dan

jujur dalam investigasi yang dilakukan.

7. Melibatkan diri dalam praktik nepotisme atau favoritisme: Tidak boleh

melibatkan diri dalam praktik nepotisme atau favoritisme yang merugikan

kepentingan umum. Semua keputusan dan tindakan harus didasarkan

pada pertimbangan objektif dan kepentingan publik.

8. Menggunakan jabatan atau posisi untuk keuntungan pribadi: Tidak boleh

menggunakan jabatan atau posisi untuk memperoleh keuntungan pribadi

atau merugikan pihak lain. Keputusan dan tindakan harus didasarkan

pada pertimbangan yang adil, transparan, dan berdasarkan prinsip-

prinsip kepentingan publik.

9. Hal-hal di atas mencerminkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang penting

dalam pencegahan korupsi. Dengan mengikuti "Do's" dan menghindari

"Don'ts", instansi pemerintah dapat memperkuat integritas dan

transparansi dalam pelaksanaan tugas dan mencegah terjadinya korupsi.

105
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

G. Rangkuman

Bab V membahas strategi pencegahan korupsi dalam SPIP (Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah). Berikut adalah rangkuman dari setiap

subtopik:

Pada subtopik Pembentukan Kebijakan dan Prosedur Anti-Korupsi,

pembahasan berfokus pada pentingnya pembentukan kebijakan dan

prosedur anti-korupsi di instansi pemerintah. Hal ini meliputi penyusunan

kebijakan yang jelas dan prosedur terperinci untuk mencegah korupsi.

Contoh nyata dalam instansi pemerintah adalah larangan menerima hadiah

atau gratifikasi, serta pengembangan prosedur pengadaan barang dan jasa

yang transparan.

Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan Etika: Subtopik ini menekankan

pentingnya meningkatkan kesadaran dan pendidikan etika di kalangan

pegawai pemerintah. Tujuannya adalah membentuk budaya organisasi yang

berintegritas dan melawan korupsi. Contoh praktik di instansi pemerintah

adalah menyelenggarakan pelatihan rutin tentang etika dan anti-korupsi,

serta kampanye kesadaran korupsi yang melibatkan pegawai.

Pada subtopik Pelibatan Masyarakat dalam Pengecekan dan Pengawasan,

dijelaskan betapa pentingnya melibatkan masyarakat dalam pengecekan dan

pengawasan terhadap tindak korupsi. Instansi pemerintah perlu memberikan

akses terbuka terhadap informasi publik, mengadakan pertemuan

partisipatif, dan membentuk mekanisme pengaduan publik. Contoh nyata

adalah pendirian pusat pengaduan masyarakat di instansi pemerintah.

106
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

Kerjasama dengan Lembaga Anti-Korupsi: Subtopik ini menjelaskan peran

kerjasama dengan lembaga anti-korupsi, seperti KPK, dalam pencegahan

korupsi. Kerjasama meliputi pertukaran informasi, pelatihan, kolaborasi

dalam penyelidikan, dan penguatan sistem pengawasan. Contoh nyata adalah

kolaborasi antara instansi pemerintah dan KPK dalam penanganan kasus

korupsi.

Pada subtopik Langkah-langkah yang Diperlukan untuk Mengoptimalkan SPIP

dalam Pencegahan Korupsi, langkah-langkah konkret untuk mengoptimalkan

SPIP dalam pencegahan korupsi diuraikan. Hal ini meliputi pembentukan

kebijakan, identifikasi risiko korupsi, pengembangan pengendalian intern,

pelaksanaan dan monitoring, serta evaluasi dan peningkatan. Contoh nyata

adalah pelaksanaan audit internal secara rutin dan kolaborasi dengan

lembaga eksternal dalam evaluasi SPIP.

Do's and Don'ts (Hal-hal Yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan): Subtopik

terakhir ini memberikan panduan mengenai perilaku yang dianjurkan (do's)

dan perilaku yang harus dihindari (don'ts) dalam pencegahan korupsi. Contoh

do's adalah melaporkan dugaan korupsi dan menjaga integritas, sementara

contoh don'ts adalah menerima suap atau memanfaatkan jabatan untuk

keuntungan pribadi.

Dengan memahami strategi pencegahan korupsi dalam SPIP, instansi

pemerintah dapat mengimplementasikan langkah-langkah yang efektif untuk

meminimalkan risiko korupsi, meningkatkan transparansi, dan membangun

budaya integritas di lingkungan kerja.

107
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

H. Latihan

Berikut adalah 5 soal latihan untuk Bab V Strategi Pencegahan Korupsi dalam

SPIP:

a. Apa yang dimaksud dengan pembentukan kebijakan dan prosedur anti-

korupsi? Berikan contoh nyata dari instansi pemerintah yang telah

berhasil mengimplementasikan kebijakan dan prosedur anti-korupsi.

b. Mengapa peningkatan kesadaran dan pendidikan etika penting dalam

pencegahan korupsi di instansi pemerintah? Berikan contoh praktik

konkret yang dapat dilakukan oleh instansi pemerintah untuk

meningkatkan kesadaran dan pendidikan etika.

c. Mengapa pelibatan masyarakat dalam pengecekan dan pengawasan

merupakan strategi penting dalam pencegahan korupsi? Berikan contoh

nyata dari instansi pemerintah yang melibatkan masyarakat dalam

pengawasan terhadap penggunaan dana publik atau pelaksanaan

kebijakan pemerintah.

d. Bagaimana kerjasama dengan lembaga anti-korupsi dapat membantu

instansi pemerintah dalam pencegahan korupsi? Berikan contoh

kolaborasi antara instansi pemerintah dan lembaga anti-korupsi yang

telah berhasil dalam mengungkap dan menindak kasus korupsi.

e. Apa saja langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoptimalkan SPIP

dalam pencegahan korupsi? Berikan contoh nyata dari instansi

pemerintah yang telah menerapkan langkah-langkah tersebut dan

berhasil meningkatkan efektivitas pengendalian internal dalam

mencegah tindak korupsi.

108
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

BAB

6
PENUTUP

Dalam pembahasan tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan

Pencegahan Korupsi, beberapa kesimpulan dapat diambil. SPIP memiliki peran

yang penting dalam pencegahan korupsi di instansi pemerintah. Dengan

menerapkan SPIP yang baik, instansi pemerintah dapat meminimalkan risiko

korupsi, meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam

pengelolaan sumber daya publik.

Beberapa komponen SPIP yang perlu diperhatikan meliputi lingkungan

pengendalian yang berintegritas, penilaian risiko korupsi, kegiatan pengendalian,

sistem informasi dan komunikasi yang transparan, serta pemantauan dan

evaluasi yang terus menerus.

Pencegahan korupsi memerlukan upaya kolaboratif dan komprehensif. Selain

SPIP, langkah-langkah penting lainnya adalah pembentukan kebijakan dan

prosedur anti-korupsi, peningkatan kesadaran dan pendidikan etika, pelibatan

masyarakat dalam pengecekan dan pengawasan, serta kerjasama dengan

lembaga anti-korupsi.

Penting untuk mengedepankan integritas, etika, dan nilai-nilai kejujuran dalam

setiap aspek pemerintahan. Pemerintah, pegawai pemerintah, dan masyarakat

memiliki peran yang saling terkait dalam pencegahan korupsi. Kolaborasi,

109
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

kesadaran, edukasi, partisipasi, dan pengawasan yang efektif adalah kunci untuk

menciptakan lingkungan pemerintahan yang bebas dari korupsi.

Dengan menerapkan SPIP dan strategi pencegahan korupsi yang kuat, instansi

pemerintah dapat menciptakan tata kelola yang baik, meningkatkan kepercayaan

masyarakat, serta memastikan penggunaan sumber daya publik yang adil dan

efektif. Pencegahan korupsi adalah tanggung jawab bersama dan harus menjadi

fokus utama dalam upaya membangun pemerintahan yang berintegritas dan

melayani kepentingan publik.

110
Pengenalan Manajemen Kinerja Organisasi

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand

Design Reformasi Birokrasi Pemerintah.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (2016).

Pedoman Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Pada Instansi

Pemerintah.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). (2021). Buku Pedoman Pencegahan

Korupsi.

Arifin, M. (2019). SPIP dan Peran Inspektorat dalam Pencegahan Korupsi di

Lingkungan Pemerintah Daerah. Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis,

4(1), 18-27.

Suharto, E., & Santi, L. R. (2018). Pencegahan Korupsi dengan Penerapan SPIP

pada Pemerintahan Daerah di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Ilmu

Administrasi Negara, 7(2), 143-152.

Susanto, A. (2020). Peran SPIP dalam Pencegahan Korupsi pada Badan Keuangan

Daerah Kabupaten Pamekasan. Jurnal Administrasi Publik dan

Kebijakan, 1(2), 101-109.

111
PELATIHAN ORIENTASI
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
(P3K)

BAGIAN II
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI)
KEMENDIKBUDRISTEK

PENULIS MODUL:
Yudi Pramudianto
Ovi Soviaty Rivay

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
Jalan Raya Ciputat-Parung Km 19, Bojongsari, Depok 16517 Telepon (021) 7490411 Faks (021) 7491174
Website: http://pusdiklat.kemdikbud.go.id Email: pusdiklat@kemdikbud.go.id
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

DESKRIPSI SINGKAT

Mata pelatihan Reformasi Birokrasi Internal Kemendikbudristek membekali

peserta akan pentingnya memahami konsep reformasi Birokrasi berdasarkan

Permenpan Nomor 3 tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020

Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024. Ada tiga materi pokok yang

disajikan dalam modul ini, yaitu (1) Reformasi Birokrasi General yang terdiri atas

submateri perubahan Road Map RB 2020 - 2024 dan sasaran strategis RB General;

(2) Reformasi Birokrasi Termatik yang terdiri atas submateri sasaran Reformasi

Birokrasi Tematik dan fokus penajaman evaluasi Reformasi Birokrasi Tahun 2020-

2024; dan (3) Profil Reformasi Birokrasi Kemendikbudristek yang terdiri atas

submateri profil Kemendikbudristek dan capaian RB Kemendikbudristek.

Reformasi Birokrasi Internal Kemendikbudristek dalam modul ini disajikan secara

sederhana agar mudah dipahami, diinternalisasi, dan dapat diaktualisasikan atau

diimplementasikan di unit kerjanya sehingga berdampak pada perubahan perilaku

yang memberikan kontribusi pada peningkatan kinerja di unit kerjanya.

MANFAAT

Manfaat yang diperoleh setelah peserta mempelajari Modul Reformasi Birokrasi

Internal Kemendikbudristek antara lain:

1. memahami konsep Reformasi Birokrasi sebelum dan setelah berdasarkan

PermenpanRB Nomor 3 tahun 2023 ditetapkan;

2. memahami penajaman dan sasaran strategis Reformasi Birokrasi General;

3. memahami penajaman dan sasaran Reformasi Birokrasi Tematik dan fokus

Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024; dan

4. memahami Profil Reformasi Birokrasi Kemendikbudristek dan capaian RB

Kemendikbudristek.
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

MATERI POKOK DAN SUBMATERI POKOK

Materi pokok dan submateri Reformasi Birokrasi Internal Kemendikbudristek

sebagai berikut.

1. Reformasi Birokrasi General

a. Perubahan Raad Map RB 2020 - 2024

b. Sasaran Strategis RB General

2. Reformasi Birokrasi Termatik

a. Sasaran Reformasi Birokrasi Tematik

b. Fokus Penajaman Evaluasi Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024

3. Profil Reformasi Birokrasi Kemendikbudristek

a. Profil Kemendikbudristek

b. Capaian RB Kemendikbudristek
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reformasi birokrasi (RB) adalah perubahan yang terencana dalam proses
yang didukung oleh pimpinan organisasi untuk mengubah sistem
birokrasi, mengubah relasi-relasi yang ada di dalam birokrasi, maupun
antara birokrasi dengan masyarakat. Dalam pelaksanaan reformasi
birokrasi, tidak jarang terjadi resistensi/penolakan. Oleh karena itu,
perlu dilakukan manajemen perubahan untuk mengelola resistensi dan
memunculkan komitmen setiap orang dalam mendorong perubahan
dalam birokrasi karena upaya reformasi birokrasi berkelanjutan yang
setiap tahapannya memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke
arah yang lebih baik.

Reformasi birokrasi juga menjadi langkah strategis untuk membangun


aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam
mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional
serta yang sesuai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan lingkungan
strategis organisasi pemerintahan. Visi reformasi birokrasi adalah
“Terwujudnya Pemerintahan Kelas Dunia”. Visi tersebut menjadi acuan
dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia yaitu pemerintahan yang
profesional dan berintegritas tinggi yang mampu menyelenggarakan
pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang
demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke-21 melalui
tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.

Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi mewujudkan


pemerintahan kelas dunia dan melanjutkan Grand Design dan Peta Jalan
Reformasi Birokrasi sesuai Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2024, yang

1
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

terbagi atas tiga periode dengan sasaran lima tahunan. Periodisasi


tahapan pembangunan tersebut mengacu pada RPJPN 2005-2025.

Berikut sasaran lima tahunan dalam grand design reformasi birokrasi.


a. Sasaran lima tahun pertama (2010--2014)
Sasaran reformasi birokrasi pada lima tahun pertama difokuskan
pada penguatan birokrasi pemerintah dalam rangka mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme,
meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat, serta
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
b. Sasaran lima tahun kedua (2015--2019)
Selain implementasi hasil-hasil yang sudah dicapai pada lima tahun
pertama, pada lima tahun kedua juga dilanjutkan upaya yang belum
dicapai pada berbagai komponen strategis birokrasi pemerintah pada
lima tahun pertama. Target pada tahun 2019, diharapkan dapat
mewujudkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang baik,
bersih, dan bebas korupsi, kolusi, serta nepotisme. Selain itu
diharapkan pula dapat diwujudkan pelayanan publik yang sesuai
dengan harapan masyarakat, harapan bangsa Indonesia yang
semakin maju dan mampu bersaing dalam dinamika global yang
semakin ketat, kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi semakin
baik, SDM Aparatur semakin profesional, dan mind set serta culture
set yang mencerminkan integritas dan kinerja semakin tinggi.
c. Sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)
Pada periode lima tahun ketiga, reformasi birokrasi dilakukan melalui
peningkatan kapasitas birokrasi secara terus-menerus untuk menjadi
pemerintahan kelas dunia sebagai kelanjutan dari reformasi birokrasi
pada lima tahun kedua. Sasaran yang diharapkan adalah telah
terwujud tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi pemerintah
yang profesional, berintegritas tinggi, dan menjadi pelayan
masyarakat dan abdi negara pada tahun 2025.

2
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Pada saat ini pelaksanaan reformasi birokrasi telah masuk pada periode
ketiga atau terakhir dari Grand Design Reformasi Birokrasi Nasional.
Pada tahap ini reformasi birokrasi diharapkan akan menghasilkan
karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy) yang
dicirikan dengan beberapa hal, yaitu semakin meningkatnya kualitas
pelayanan publik dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien. Berikut
adalah gambar periode reformasi birokrasi tersebut.

Gambar 1. Grand Design Reformasi Birokrasi

Keberhasilan reformasi birokrasi bukan hanya pada aspek dokumentasi


semata, namun pada dampak perubahan yang lebih baik yang dirasakan
oleh seluruh pegawai Kemendikbudristek, masyarakat, dan seluruh
pihak yang terlibat (stakeholder) dalam implementasi kebijakan
Kemendikbudristek. Dalam rangka memberikan kesamaan pemahaman
bagi seluruh unit kerja serta memastikan pengelolaan Reformasi
Birokrasi yang efektif terkait perencanaan dan tata kelola Reformasi
Birokrasi yang mudah dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh pihak
yang berkepentingan.

B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
2. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025

3
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024
4. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020-2024
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2020-2024
7. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 90 Tahun 2021 tentang Pembangunan dan Evaluasi
Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih
dan Melayani
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 3 Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi
Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-
2024.
11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 9 Tahun 2023 tentang Evaluasi Reformasi Birokrasi
12. Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi
Core Values dan Employer Branding Aparatur Sipil.
13. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
1227/M/2020 Tahun 2020 tentang Peta Jalan Reformasi Birokrasi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020 – 2024

4
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

14. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor


1176/M/2020 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembangunan Zona
Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
15. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 164/P/2021
Tahun 2021 tentang Panduan Agen Perubahan di Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
16. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 136/M/2023 tentang Peta Jalan Reformasi Birokrasi
Kemendikbudristek Tahun 2023 – 2024
17. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 193/O/2023 tentang Unit Pengelola Reformasi Birokrasi
Internal (Strategic Transformation Unit) K Keputusan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tahun 2023 – 2024
18. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 228/O/2023 tentang Unit Kerja Pembangunan ZI-
WBK/WBBM di Lingkungan Kemendikbudristek

5
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

BAB II
REFORMASI BIROKRASI GENERAL

A. Perubahan Road Map RB 2020--2024


Mengacu kepada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map
Reformasi Birokrasi 2020-2024, Kemendikbudristek melakukan
reformasi birokrasi secara berkelanjutan. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya hasil Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB). PMPRB adalah model penilaian mandiri yang berbasis prinsip
Total Quality Management dan digunakan sebagai metode untuk
melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap kinerja
instansi pemerintah. Penilaian didasarkan pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26
Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
sebagaimana terlihat dalam gambar berikut.

Gambar 2. Komponen Penilaian Reformasi Birokrasi

Penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi harus menyimpulkan hasil


penilaian atas fakta objektif unit kerja dalam melaksanakan program

6
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

reformasi birokrasi sesuai dengan indikator masing-masing komponen


yang ada dalam Lembar Kerja Evaluasi (LKE). Dalam melakukan
penilaian tersebut terdapat tiga variabel penting, yaitu komponen,
subkomponen, dan indikator seperti terlampir dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Variabel Penilaian Reformasi Birokrasi
No Komponen Bobot Sub-Komponen
1 Pengungkit 60%
a. Aspek Pemenuhan 20% a. Manajemen Perubahan (2%);
b. Deregulasi Kebijakan (2%);
c. Penataan Organisasi (3%);
d. Penataan Tatalaksana (2,5%);
e. Penataan Manajemen SDM (3%);
f. Penguatan Akuntabilitas (2,5%);
g. Penguatan Pengawasan (2,5%);
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (2,5%)
b. Aspek Hasil Antara 10% a. Kualitas Pengelolaan Arsip (1%);
b. Kualitas Pengelolaan Pengadaan
Barang (1%);
c. Kualitas Pengelolaan Keuangan
(1%);
d. Kulitas Pengelolaan Aset (1%);
e. Merit System (1%);
f. ASN Profesional (1%);
g. Kualitas Perencanaan (1%);
h. Maturitas SPIP (1%);
i. Kapabilitas APIP (1%);
j. Tingkat Kepatuhan Standar
Pelayanan (1%)
c. Aspek Reform 30% a. Manajemen Perubahan (3%);
b. Deregulasi Kebijakan (3%);
c. Penataan Organisasi (4,5%);
d. Penataan Tatalaksana (3,75%);
e. Penataan Manajemen SDM (4,5%);
f. Penguatan Akuntabilitas (3,75%);
g. Penguatan Pengawasan (3,75%);
h. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Publik (3,75%)
2 Hasil 40%
a. Akuntabilitas Kinerja 10% a. Opini BPK (3%);
dan Keuangan b. Nilai Akuntabilitas Kinerja (7%)
b. Kualitas Pelayanan 10% Indeks Persepsi Kualitas Pelayanan
Publik (10%)
c. Pemerintah yang Bersih 10% Indeks Persepsi Anti Korupsi (10%)
dan Bebas KKN
d. Kinerja Organisasi 10% a. Capaian Kinerja (5%)
b. Kinerja Lainnya (2%)
c. Survei Internal Organisasi (3%)
Total 100%

7
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Agar reformasi birokrasi Kemendikbudristek berjalan dengan baik dan


berkelanjutan, perlu adanya upaya-upaya reformasi birokrasi pada 8 area
perubahan tersebut.
1. Manajemen Perubahan
Manajemen Perubahan bertujuan untuk mentransformasi sistem dan
mekanisme kerja organisasi serta mindset (pola pikir) dan cultureset
(cara kerja) individu ASN menjadi lebih adaptif, inovatif, responsive,
professional, dan berintegritas sehingga dapat memenuhi tuntutan
perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin
meningkat. Kondisi yang ingin dicapai dari area manajemen
perubahan antara lain:
a. semakin konsistennya keterlibatan pimpinan dan seluruh jajaran
pegawai kemendikbudristek dalam melaksanakan reformasi
birokrasi;
b. perubahan pola pikir dan budaya kerja kemendikbudristek yang
semakin meningkat, khususnya dalam merespon perkembangan
zaman;
c. menurunnya resistensi terhadap perubahan;
d. budaya perubahan yang semakin melekat (embedded) pada
kemendikbudristek; dan
e. terimplementasinya core value ASN BerAKHLAK.

2. Deregulasi Kebijakan
Deregulasi kebijakan bertujuan untuk menyederhanakan regulasi
dan menghapus regulasi/kebijakan yang sifatnya menghambat, serta
meningkatkan efektivitas pengelolaan peraturan perundang-
undangan yang dikeluarkan. Kondisi yang ingin dicapai dari area
deregulasi kebijakan antara lain:
a. menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah;
b. meningkatnya efektivitas pengelolaan peraturan perundang-
undangan Kemendikbudristek; dan

8
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

c. menurunnya kebijakan yang menghambat


investasi/perizinan/kemudahan berusaha.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi


Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas organisasi Kemendikbudristek secara
proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-
masing sehingga tercipta organisasi yang tepat fungsi dan tepat
ukuran, serta menciptakan organisasi pemerintah yang semakin
sederhana dan lincah yang salah satunya ditunjukkan dengan
berkurangnya jenjang organisasi. Kondisi yang ingin dicapai dari area
penataan dan penguatan organisasi antara lain:
a. menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal
Kemendikbudristek;
b. meningkatnya kapasitas Kemendikbudristek dalam
melaksanakan tugas dan fungsi;
c. terciptanya desain organisasi Kemendikbudristek yang
mendukung kinerja; dan
d. berkurangnya jenjang organisasi Kemendikbudristek dalam
rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

4. Penataan Tata Laksana


Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi sistem, proses, dan prosedur kerja pada masing-masing
kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Salah satu yang perlu
diciptakan adalah dengan menerapkan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE) yang akan menjadi acuan dalam integrasi
proses bisnis, data, infrastruktur, aplikasi dan keamana SPBE untuk
menghasilkan keterpaduan secara nasional. Kondisi yang ingin
dicapai dari area penataan tata laksana antara lain:
a. meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses
penyelenggaraan manajemen pemerintahan di
Kemendikbudristek;

9
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

b. terciptanya pemanfaatan teknologi informasi terintegrasi yang


akan menghasilkan keterpaduan proses bisnis, data,
infrastruktur, dan aplikasi secara nasional
c. meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses manajemen
pemerintahan; dan
d. meningkatnya kinerja di Kemendikbudristek.

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur


Penataan sistem manajemen SDM Aparatur bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada masing-masing
kementerian/lembaga/ pemerintah daerah yang didukung oleh
sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi,
transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan
yang sepadan. Kondisi yang ingin dicapai dari area penataan system
manajemen SDM aparatur antara lain:
a. meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan sdm aparatur
Kemendikbudristek;
b. meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sdm
aparatur Kemendikbudristek;
c. meningkatnya disiplin sdm aparatur Kemendikbudristek;
d. meningkatnya efektivitas manajemen sdm aparatur
Kemendikbudristek; dan
e. meningkatnya profesionalisme sdm Aparatur Kemendikbudristek.

6. Penguatan Akuntabilitas
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk menciptakan
kementerian yang akuntabel dan berkinerja tinggi. Kondisi yang ingin
dicapai dari area penguatan akuntabilitas antara lain:
a. meningkatnya komitmen pimpinan dan jajaran pegawai terhadap
kinerja dibandingkan sekedar kerja rutunitas semata;
b. meningkatnya kemampuan Kemendikbudristek dalam mengelola
kinerja organisasi;

10
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

c. meningkatnya kemampuan Kemendikbudristek dalam


menetapkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan
organisasi; dan
d. meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran
Kemendikbudristek.

7. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada
masing-masing Kemendikbudristek. Kondisi yang ingin dicapai dari
area penguatan pengawasan antara lain:
a. meningkatnya kepatuhan dan efektivitas terhadap pengelolaan
keuangan negara oleh Kemendikbudristek;
b. menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang pada
Kemendikbudristek; dan
c. meningkatkan sistem integritas di Kemendikbudristek dalam
upaya pencegahan KKN.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Peningkatan kualitas pelayanan publik bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik pada Kemendikbudristek
sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Kondisi yang ingin
dicapai dari area peningkatan kualitas pelayanan publik antara lain:
a. meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih
murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau) pada
Kemendikbudristek;
b. meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh
standardisasi pelayanan internasional pada Kemendikbudristek;
dan
c. meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap
penyelenggaraan pelayanan publik oleh Kemendikbudristek.

11
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

ROAD MAP RB 2020-2024


Reformasi Birokrasi (RB) merupakan sebuah kebutuhan di tengah
dinamika kompleksitas global yang menyebabkan tuntutan masyarakat
yang semakin tinggi. Tujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan
melalui RB yang berkualitas pada akhirnya adalah untuk mempercepat
tercapainya Pembangunan Nasional. Dengan kata lain, RB merupakan
sebuah instrumen alat (tools) dalam rangka percepatan pencapaian
prioritas kerja Presiden dan Pembangunan Nasional.

RB menjadi salah satu dari lima agenda prioritas Pembangunan Nasional


yang menjadi fokus dari pemerintahan. Arahan Presiden tentang RB
berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu mewujudkan birokrasi yang
mampu menciptakan hasil, birokrasi yang mampu menjamin agar
manfaat kebijakan itu dirasakan oleh masyarakat (making delivered),
serta birokrasi yang lincah dan cepat (agile bureaucracy). Arahan Presiden
tersebut dapat terwujud apabila ada upaya perbaikan dalam tata kelola
pemerintahan yang menyentuh akar permasalahan, tidak hanya menjadi
agenda rutin tanpa memberikan daya ungkit yang konkret.

Sejalan dengan hal tersebut ditetapkan Peraturan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 3
Tahun 2023 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 Tentang
Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024. Perubahan ini dilakukan agar
percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi yang bertujuan
menyelesaikan masalah pembangunan dan menyetarakan posisi
Indonesia di kancah internasional dapat terwujud.

RB menghadapi beberapa permasalahan, tantangan, dan peluang pada


tingkat hulu maupun hilir yang harus segera direspon serta diantisipasi
untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang dicita-citakan pada
tahun 2024. Isu-isu strategis tersebut akan mempengaruhi konstruksi
penajaman Road Map RB

12
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

a. Isu Strategis di Tingkat Hulu


Isu strategis tingkat hulu merupakan masalah-masalah yang terjadi
di dalam birokrasi yang bersumber pada tata kelola pemerintahan.
Isu strategis tingkat hulu umumnya akan menimbulkan potensi
masalah lain jika tidak segera ditangani. Beberapa isu tingkat hulu
yang berkaitan dengan pelaksanaan RB adalah sebagai berikut:
1. Birokrasi yang Belum Kolaboratif
2. Transformasi Digital yang Belum Optimal
3. Penyederhanaan Struktur dan Mekanisme Kerja Baru yang belum
tuntas
4. Integritas Penyelenggaraan Pemerintahan yang masih
menghadapi kendala
5. Budaya Birokrasi: BerAKHLAK yang belum Terimplementasi
dengan Baik.

b. Isu Strategis di Tingkat Hilir


Beberapa isu strategis hilir yang berkaitan dengan pelaksanaan RB
adalah sebagai berikut:
1. Hasil pelaksanaan program-rogram pengentasan kemiskinan
belum sebanding dengan sumber daya yang dikeluarkan
2. Tantangan resesi global dan pentingnya investasi
3. Tantangan perubahan global dan tuntutan terhadap pelayanan
publik
4. Dampak inflasi yang tidak terkendali

Latar belakang perubahan Road Map RB 2020 – 2024 adalah sebagai


berikut.
1. Munculnya pandemi Covid-19 memaksa pemerintah mendorong
pemerintah untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
pelaksanaan RB dengan mempercepat transformasi digital dalam
penyelenggaran tatakelola pemerintahan yang baik.
2. Dampak reformasi birokrasi dalam mendukung capaian sasaran
pembangunan nasional dan daya saing Indonesia dalam kancah

13
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

international belum optimal diperlukan penajaman causality dan


alignment kondisi yang akan dicapai pada level dampak dengan level
fokus pelaksanaan reformasi birokrasi.
3. Capaian sasaran reformasi birokrasi sampai periode roadmap 2015-
2019 belum optimal, dan perbandingan capaian terkini dengan
kondisi akhir yang diharapkan pada akhir tahun 2025 terlihat gap
yang cukup jauh sehingga diperlukan upaya strategi pelaksanaan
refomasi birokrasi yang lebih optimal.
4. Reformasi Birokrasi belum memberikan manfaat nyata terhadap
masyarakat seperti pengurangan kemiskinan, pengurangan
pengangguran, percepatan perizinan dan lain-lain sehingga perlu
dibangun suatu Konsep RB yang Berdampak nyata dan berfokus pada
manfaat yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat.

Oleh karena itu, tujuan perubahan peta jalan adalah sebagai berikut.
1. Mempercepat Pencapaian Tujuan dan Sasaran Reformasi Birokrasi.
2. Mendapatkan Road Map RB yang Lebih Komprehensif dan mampu
memberikan dampak nyata baik kepada masyarakat maupun
terhadap pembangunan nasional.
3. Mendapatkan Road Map RB yang mampu menciptakan integrasi dan
orkestrasi pelaksanaan RB yang sinergis dan kolaboratif.

Poin Penajaman dari Road Map RB 2020—2024 (Permenpanrb 25/2020)


ke Road Map RB 2020—2024 (PermenpanRB 3/2023) mencakup aspek
perubahan, yaitu goal setting, Kegiatan yang Fokus dan Berdampak,
Fokus Pelaksanaan Penajaman Indikator RB.

14
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Gambar 3. Perubahan Road Map RB

Pelaksana reformasi ini terbagi atas tiga kelompok:


1. Makro: tingkat pelaksanaan makro mencakup penetapan arah
kebijakan RB secara nasional serta monitoring dan evaluasi
pencapaian program-program RB pada level meso dan mikro;
2. Meso: Tingkat pelaksanaan meso mencakup pelaksanaan program
RB oleh instansi yang ditetapkan sebagai leading institution;
3. Mikro: Mencakup implementasi kebijakan/program RB yang telah
ditetapkan pada tingkat makro dan meso di masing-masing K/L/P.

Dalam hal ini, Kemendikburistek merupakan instansi dalam level mikro.


Percepatan pelaksanaan RB pada level mikro di Kemendikbudristek
didasarkan pada dua dimensi, yaitu
1. Dimensi Prioritas Nasional adalah Pelaksanaan RB
Kemendikbudristek yang didasari pada Prioritas Nasional yang berarti
bahwa pelaksanaan harus sesuai dan selaras dengan seluruh
kebijakan nasional terkait RB yang telah ditetapkan dalam kebijakan
di level makro dan meso yang bersifat mandatory; dan
2. Dimensi Prioritas Instansional adalah pelaksanaan RB untuk
mengakomodasi kebutuhan guna pemecahan masalah tata kelola

15
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

internal kementerian yang masih menjadi kendala dalam penyediaan


pelayanan publik yang berkualitas dan peningkatan kinerja yang
berkelanjutan.

B. Sasaran Strategis RB General


Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 3 Tahun 2023, Kemendikbudristek
menyesuaikan peta jalan RB tahun 2023—2024 dengan melakukan
stategi pelaksanaan seperti tampak dalam gambar berikut.

Gambar 4. Strategi Pelaksanaan RB

Agar strategi percepatan pelaksanaan RB Kemendikbudristek berjalan


dengan baik, perlu dilakukan pengelolaan rencana aksi terkait dimensi
prioritas nasional. Jika sebelumnya menerapkan pelaksanaan reformasi
birokrasi yang mencakup delapan area, yakni manajemen perubahan,
deregulasi kebijakan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata
laksana, penataan sistem manajemen sumber daya manusia aparatur,
penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan peningkatan
kualitas pelayanan publik, berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB
Nomor 3 Tahun 2023 terjadi perubahan peta jalan pembangunan
reformasi birokrasi di Kemendikbudristek.

Dalam peta jalan RB 2020-2024 sebelum penajaman terdapat tiga


sasaran strategis, yaitu birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi

16
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

yang kapabel, dan pelayanan publik yang prima, Sedangkan dalam peta
jalan RB 2020-2024 setelah penajaman, sasaran strategis RB
disederhanakan menjadi dua aspek, yaitu aspek hard element dan aspek
soft element. Aspek hard element adalah bagian dari kerangka logis RB
yang merupakan berbagai perangkat yang terkait dengan akuntabilitas,
kelembagaan, tatalaksana, cara kerja, strategi, serta sistem dan regulasi
dalam pemerintahan, sedangkan aspek soft element adalah berbagai
perangkat yang terkait dengan budaya dan sumber daya manusia.

Kedua aspek tersebut dijabarkan ke dalam dua sasaran strategis, yaitu


SS.1: Terciptanya Tata Kelola Pemerintahan Digital yang Lincah,
Kolaboratif, dan Akuntabel dan SS.2: Budaya Birokrasi BerAKHLAK
dengan ASN yang Profesional Adapun kondisi yang ingin dicapai melalui
dua sasaran strategis yang menjadi tujuan reformasi birokrasi tampak
dalam tabel berikut.
Tabel 2. Sasaran Stategis Reformasi Birokrasi
Sasaran Kegiatan
SS.1: Terciptanya Tata Kelola Pemerintahan Digital yang Lincah, Kolaboratif, dan
Akuntabel
S.1 Terimplementasikannya Penyederhanaan Birokrasi
Kebijakan Penyederhanaan (Penyederhanaan Struktur
Birokrasi Organisasi)/transformasi organisasi
berbasis kinerja dan agile
Terimplementasikannya Pelaksanaan Sistem Kerja Baru dengan
S.2 kebijakan sistem kerja baru model fleksibel bagi Pegawai ASN
dengan model fleksibel bagi
pegawai ASN dengan Baik
S.3 Terimplementasikannya Pelaksanaan Arsitektur SPBE Nasional
Kebijakan Arsitektur SPBE
Nasional
Terimplementasikannya Pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja
S.4 Sistem Perencanaan, Instansi Pemerintah yang terintegrasi
Penganggaran dan Informasi
Kinerja yang Terintegrasi,
Berbasis Teknologi
Informasi yang Mendorong
Peningkatan Akuntabilitas
Kinerja
Instansi Pemerintah
S.5 Terbangunnya Pelayanan Publik Pelaksanaan Pelayanan Publik Digital
Digital (Digital Services)
S,6 Meningkatnya Kualitas Pembangunan Zona Integritas di unit kerja
Pengawasan
Penguatan implementasi sistem
pengendalian intern pemerintah

17
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Sasaran Kegiatan
(SPIP)
Penguatan Pengelolaan Pengaduan
Masyarakat
Penguatan Upaya Pencegahan Korupsi
S,7 Meningkatnya Kualitas Pelaksanaan Tata Kelola Kebijakan Publik
Kebijakan dan Regulasi
Pelaksanaan Pembentukan Peraturan
Perundangan-undangan
Meningkatnya kualitas Pelaksanaan Arsip Digital
S.8 pengelolaan arsip digital dan
data statistik sectoral
Pelaksanaan Data Statistik Sektoral
Meningkatnya kualitas Penguatan Pengadaan Barang dan Jasa
S.9 pengadaan barang dan jasa Pemerintah
pemerintah, pengelolaan
keuangan dan aset
Penguatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
SS.2: Budaya Birokrasi BerAKHLAK dengan ASN yang Profesional
S.1 Terwujudnya percepatan Penataan Jabatan Fungsional
transformasi jabatan fungsional
S.2 Terselenggaranya manajemen Penguatan Manajemen Talenta ASN
talenta ASN yang efektif dan
efisien
S.3 Terwujudnya percepatan -
peningkatan kapasitas pegawai
ASN
S.4 Terwujudnya rekrutmen pegawai -
ASN yang efektif dan efisien
S.6 Terwujudnya sistem Pengelolaan Kinerja Pegawai ASN
kesejahteraan ASN yang adil,
layak, dan berbasis kinerja
S.7 Meningkatnya kepatuhan Penguatan Sistem Merit
terhadap sistem merit dan
sistem manajemen ASN
Pelaksanaan Core Values ASN
Pelaksanaan Pelayanan Publik Prima

Dua sasaran strategis RB ini merupakan penyederhanaan delapan area


perubahan dalam reformasi birokrasi sebelumnya. Aspek hard element
berkaitan dengan tata kelola pemerintahan (governance) yang mampu
mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya melalui
penciptaaan hasil/dampak yang nyata bagi masyarakat dan
pembangunan nasional, dengan kemampuan untuk selalu bersinergi dan
cepat beradaptasi dalam merespon perubahan lingkungan strategis.
Strategi utama untuk menciptakan tata kelola pemerintahan ini adalah
dengan menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
instrumen utama dalam proses internal tata Kelola pemerintah yang baik
dan penyediaan pelayanan publik yang berkualitas. Aspek soft element

18
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

bertujuan agar tercipta budaya birokrasi BerAKHLAK dengan ASN yang


professional. Sasaran ini berkaitan dengan budaya birokrasi yang
mengedepankan nilai orientasi pelayanan, akuntabel, harmonis,
kompeten, loyal, adaptif, dan kolaboratif dalam pelaksanaan tugas
menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas dan mempercepat
pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional, serta diisi
dengan ASN yang memiliki komitmen, kemampuan, motivasi, perilaku,
kinerja dan daya saing yang tinggi, Dengan demikian, SS 1 dan SS 2 dapat
dipandang sebagai sebuah model atau pola pencapaian yang disesuaikan
dengan
1. kondisi dan kapasitas masing-masing organisasi;
2. permasalahan yang dihadapi baik yang berasal dari internal maupun
eksternal birokrasi organisasi yang bersangkutan; dan
3. sasaran lima tahunan reformasi birokrasi.

Kebijakan percepatan untuk mewujudkan Sasaran Strategis 1 dan 2


tersebut dijabarkan sebagai berikut.
Sasaran Strategis 1 dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2020-
2024 setelah Perubahan adalah aspek Hard Element, yang
merupakan berbagai perangkat yang terkait dengan kualitas
implementasi kebijakan akuntabilitas, kelembagaan, tatalaksana,
cara kerja, strategi, serta sistem dan regulasi dalam pemerintahan
Sasaran Kebijakan Percepatan
1. Terimplementasikannya Kebijakan Penyederhanaan Birokrasi
2. Terimplementasikanya Kebijakan Sistem Kerja
3. Baru dan Fleksibilitas Bekerja Pegawai ASN
4. Terimplementasikanya Kebijakan Arsitektur SPBE Nasional
5. Terimplementasikannya Sistem Perencanaan, Penganggaran
dan Informasi Kinerja yang Terintegrasi, Berbasis Teknologi
Informasi yang Mendorong Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah
6. Terbangunnya Pelayanan Publik Digital (Digital Services)
7. Meningkatnya Kualitas Pengawasan

19
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

8. Meningkatnya Kualitas Kebijakan dan RegulasI


9. Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Arsip Digital dan Data
Statistik Sektoral
10. Meningkatnya Kualitas Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,
Pengelolaan Keuangan dan Aset

Sasaran Strategis Kedua pada Road Map Reformasi Birokrasi 2020-


2024 setelah perubahan, berfokus pada aspek Soft Element yang
merupakan berbagai perangkat yang terkait dengan budaya dan
sumber daya manusia.
Sasaran Kebijakan Percepatan
1. Terwujudnya Percepatan Transformasi
2. Jabatan Fungsional
3. Terselenggaranya Manajemen Talenta ASN yang Efektif dan
Efisien
4. Terwujudnya Percepatan Peningkatan Kapasitas Pegawai ASN
5. Terwujudnya Rekrutmen Pegawai ASN
6. yang Efektif dan Efisien
7. Terwujudnya Percepatan Transformasi Digital Manajemen ASN
8. Terwujudnya Sistem Kesejahteraan ASN yang
9. Adil, Layak, dan Berbasis Kinerja
10. Meningkatnya Kepatuhan terhadap Sistem Merit dan Sistem
Manajemen ASN
11. Meningkatnya Budaya Pelayanan Prima

Kemendikbudristek berada pada level mikro yang pelaksanaan RB-nya


didasari pada dua dimensi, yaitu dimensi Prioritas Nasional yang berarti
pelaksanaannya harus sesuai dan selaras dengan seluruh kebijakan
nasional terkait RB yang telah ditetapkan dalam kebijakan di level makro
dan meso yang bersifat mandatory dan dimensi Prioritas Instansional
yang didasari pada dimensi prioritas instansional untuk mengakomodasi
kebutuhan untuk pemecahan masalah tata kelola internal kementerian

20
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

yang masih menjadi kendala dalam penyediaan pelayanan publik yang


berkualitas dan peningkatan kinerja yang berkelanjutan.
.
Strategi pelaksanaan RB level mikro akan dimonitor dan dievaluasi serta
menjadi bagian dari evaluasi RB. Pelaksanaan RB level mikro dapat
diilustrasikan dalam gambar berikut.

Gambar 5. Pelaksanaan RB level mikro

Kemendikbudristek sebagai pelaksana Reformasi Birokrasi pada level


mikro mempunyai dua sasaran strategis.
Tabel 3. Kegiatan Utama SS.1 Kemendikbudristek Tahun 2023--2024
No Sasaran (Immediate Outcome) Kegiatan Utama

S.1 Terimplementasikannya Penyederhanaan birokrasi


kebijakan penyederhanaan (penyederhanaan struktur
birokrasi. organisasi)/ transformasi
organisasi berbasis kinerja dan
agile.

S.2 Terimplementasikannya Pelaksanaan sistem kerja baru


kebijakan sistem kerja baru dengan model fleksibel bagi
dengan model fleksibel bagi pegawai ASN
pegawai ASN dengan baik.

S.3 Terimplementasikannya Pelaksanaan arsitektur SPBE


kebijakan arsitektur SPBE Nasional.
Nasional.

S.4 Terimplementasikannya sistem Pelaksanaan sistem akuntabilitas

21
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

No Sasaran (Immediate Outcome) Kegiatan Utama

perencanaan, penganggaran, dan kinerja instansi pemerintah yang


informasi kinerja yang terintegrasi.
terintegrasi, berbasis teknologi
informasi yang mendorong
peningkatan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah.

S.5 Terbangunnya pelayanan publik Pelaksanaan pelayanan publik


digital (digital service). digital.

S.6 Meningkatnya kualitas Pembangunan zona integritas di


pengawasan. unit kerja.

Penguatan implementasi sistem


pengendalian intern pemerintah
(SPIP).

Penguatan pengelolaan pengaduan


masyarakat.

Penguatan upaya pencegahan


korupsi.

S.7 Meningkatnya kualitas kebijakan Pelaksanaan tata kelola kebijakan


dan regulasi. publik dan pelaksanaan
pembentukan peraturan
perundang-undangan.

S.8 Meningkatnya kualitas Pelaksanaan arsip digital dan


pengelolaan arsip digital dan data pelaksanaan data statistik sektoral.
statistik sektoral.

S.9 Meningkatnya kualitas Penguatan pengadaan barang dan


pengadaan barang dan jasa jasa pemerintah dan penguatan
pemerintah, pengelolaan pengelolaan keuangan dan aset.
keuangan dan aset.

Tabel 4. Kegiatan Utama SS.2 Kemendikbudristek Tahun 2023—2024


No Sasaran (Immediate Outcome) Kegiatan Utama
S.1 Terwujudnya percepatan Penataan jabatan fungsional.
transformasi jabatan fungsional.
S.2 Terselenggaranya manajemen Penguatan manajemen talenta ASN.
talenta ASN yang efektif dan
efisien.
S.3 Terwujudnya percepatan pelaksanaan literasi digital untuk
peningkatan kapasitas pegawai mewujudkan smart pegawai ASN
ASN. yang menguasai teknologi,
berwawasan global, dan integritas
nasional

22
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

No Sasaran (Immediate Outcome) Kegiatan Utama


pelaksanaan pengembangan
kompetensi pegawai ASN
berdasarkan hasil analisis
kebutuhan pelatihan (TNA)
Pengembangan dan Penguatan
Peran Agen Perubahan dan role
model
Pembentukan Forum komunikasi
berkala tim budaya kerja (agen
perubahan)
Pelaporan program sosialisasi,
internalisasi, dan aktivasi budaya
BerAKHLAK
Pengukuran indeks BerAKHLAK
Pemberian penghargaan dan
apresiasi terhadap pencapaian
budaya BerAKHLAK
Penguatan budaya kerja
S.4 Terwujudnya rekrutmen pegawai Analisis kebutuhan pegawai ASN
ASN yang efektif. yang bertalenta digital
S.5 Terwujudnya percepatan Pelaksanaan road map transformasi
transformasi digital manajemen digital ASN
ASN.
Pelaksanaan regulasi dan
penyediaan sarana yang
mendukung transformasi digital
manajemen ASN
S.6 Terwujudnya sistem Pengelolaan kinerja pegawai ASN.
kesejahteraan ASN yang adil,
layak, dan berbasis kinerja.
S.7 Meningkatnya kepatuhan Penguatan sistem merit.
terhadap sistem merit dan Pelaksanaan core values ASN.
sistem manajemen ASN.
Pelaksanaan pelayanan publik
prima.

Dari 21 kegiatan utama ini, Kemendikbudristek mempunyai prioritas


kegiatan pada sasaran strategi:
1. Terciptanya Tata Kelola Pemerintahan Digital yang Lincah,
Kolaboratif, dan Akuntabel yang mencakupi kegiatan utamanya
adalah:
a. pelaksanaan sistem kerja baru dengan model fleksibel bagi
pegawai ASN;
b. Pelaksanaan arsitektur SPBE Nasional;
c. Pembangunan zona integritas di unit kerja; dan

23
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

d. penguatan pengelolaan pengaduan masyarakat.


2. Budaya Birokrasi BerAKHLAK dengan ASN yang Profesional yang
mencakupi kegiatan utamanya adalah:
a. Pengembangan dan Penguatan Peran Agen Perubahan dan role
model; dan
b. Pelaksanaan core values ASN.

Kemendikbudristek menetapkan prioritas kegiatan utamanya tersebut


karena beberapa permasalahan/kendala yang melatarbelakangi, yaitu:
a. belum adanya kebijakan internal terkait penerapan sistem kerja
baru;
b. upaya pengintegrasian aplikasi layanan belum berjalan maksimal;
c. jumlah Satker yang meraih predikat ZI-WBK di lingkungan
Kemendikbudristek belum mencapai 30% dari keseluruhan satker;
d. belum terintegrasinya pengaduan masyarakat dengan optimal;
e. belum semua agen perubahan memiliki dan melaksanakan rencana
aksi perubahan;
f. Nilai hasil evaluasi penerapan core values ASN BerAKHLAK di
Kemendikbudristek masih 58 dari skala 100.

Seluruh kegiatan dalam Sasaran Strategis tersebut di jabarkan dalam


rencana aksi kementerian pada peta jalan Reformasi Birokrasi tahun
2023—2024. Setelah rencana aksi disusun dan penanggung jawab
kegiatan ditetapkan, Tim atau Unit Pengelola RB Internal perlu
memastikan pelaksanaannya melalui monitoring secara berkala.
Pelaksanaan rencana aksi dilakukan dan menjadi tanggung jawab unit
kerja serta dikoordinasikan oleh Tim atau Unit Pengelola RB Internal yang
menangani hal tersebut. Tim berperan untuk melakukan pengelolaan
reformasi birokrasi agar seluruh rencana aksi dapat dilaksanakan sesuai
dengan target dan jadwal yang telah ditetapkan. Pada program level mikro
perlu disusun tim yang berperan sebagai pengarah, pelaksana, dan
penilai mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi di Kemendikbudristek.
Tim pengarah di tingkat Kementerian dipimpin oleh Menteri dengan

24
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Sekretaris Jenderal sebagai sekretaris tim pengarah, tim pelaksana


dipimpin oleh Sekretaris Jenderal dengan Kepala Biro Organisasi dan Tata
Laksana sebagai sekretaris tim pelaksana, dan tim penilai internal
dipimpin oleh Inspektur Jenderal dengan Sekretaris Inspektorat Jenderal
sebagai sekretaris Tim Penilai Internal.

Tahapan yang tidak kalah penting dalam pelaksanaan RB adalah


pemantauan dan evaluasi. Pemantauan dilakukan untuk
mempertahankan agar rencana aksi yang dituangkan dalam peta jalan
reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai jadwal dan dapat mencapai
target-target dan tahapan sebagaimana yang telah ditetapkan, sedangkan
evaluasi terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan untuk
menilai kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi secara keseluruhan
termasuk tindak lanjut hasil pemantauan yang dilakukan pada saat
pelaksanaan kegiatan. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk:
memantau keberhasilan pelaksanaan RB dengan mengukur ketercapaian
target pada indikator sasaran dan tujuan RB serta indikator lain yang
terkait, menilai keberhasilan/efektivitas rencana aksi, menilai kualitas
pengelolaan RB internal. Evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi di
Kemendikbudristek akan dilakukan dalam rentang waktu enam bulan.
Hasil evaluasi diharapkan dapat secara terus menerus memberikan
masukan untuk perbaikan terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi di
tahun-tahun berikutnya serta menjadi dasar dalam pemberian
penghargaan dan sanksi.

25
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

BAB III
REFORMASI BIROKRASI TEMATIK

A. Sasaran Reformasi Birokrasi Tematik


Pada tahun 2022, kebijakan reformasi birokrasi internal kementerian
berubah seiring dengan dicanangkan dan dimulainya pelaksanaan
Reformasi Birokrasi Tematik di kementerian, lembaga, dan daerah oleh
Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, yaitu KH Ma’ruf Amin. RB
Tematik dirumuskan untuk menjawab tuntutan percepatan dampak
konkrit RB terhadap isu yang ada di hilir, yaitu capaian Pembangunan
Nasional. Dengan demikian, sasaran RB Tematik adalah penekanan pada
penyelesaian Isu Tematik.

Fokus pelaksanaan RB tematik mengacu pada isu-isu prioritas presiden


yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dirasakan
langsung oleh masyarakat (“Isu Hilir”). Problema di hilir mencakup hasil
pelaksanaan program-program pengentasan kemiskinan belum
sebanding dengan sumber daya yang dikeluarkan, tantangan resesi global
dan pentingnya investasi. tantangan perubahan global dan tuntutan
terhadap pelayanan public, dan dampak inflasi yang tidak terkendali.
Oleh karena itu, RB Tematik merupakan salah satu strategi yang lahir
dengan semangat untuk mempercepat dampak dan hasil capaian
reformasi birokrasi untuk mempercepat pencapaian agenda prioritas
pemerintah terutama penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
investasi. Ada empat fokus reformasi birokrasi tematik.
1. Penanggulangan kemiskinan
Tematik penanggulangan kemiskinan ditujukan agas progam dan
kegiatan penanggulangan kemiskinan yang ada telah menggunakan
sumber daya yang besar dapat berdampak optimal terhadap
penurunan angka kemiskinan. Oleh karena itu, RB penangulangan
kemiskinan akan mendorong penggunaan anggaran
penanggulangan kemiskinan agar lebih efektif sehingga pelaksanaan
program lebih tepat sasaran dengan berfokus pada aspek tata kelola

26
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

penanggulangan kemiskinan. Secara spesifik hal tersebut dapat


dilakukan penguatan sinergi dan kolaborasi melalui perbaikan
proses bisnis, perbaikan data, perbaikan regulasi/kebijakan,
penyediakan dukungan teknologi dan informasi serta reformulasi
program/kegiatan agar lebih tepat sasaran.
2. Investasi
Tematik peningkatan investasi ditujukan untuk mewujudkan
kondisi iklim investasi yang kondusif sehingga memiliki daya saing
masuknya investasi dengan memperkuat peranan omnibus law dan
meningkatkan indeks daya saing (competitiveness index). RB tematik
peningkatan investasi akan mendukung peningkatan investasi
dengan berfokus pada aspek tata kelola peningkatan investasi
melalui perbaikan proses bisnis, perbaikan data, perbaikan
regulasi/kebijakan, penyediakan dukungan teknologi dan informasi
serta reformulasi program/kegiatan agar lebih tepat sasaran
sehingga mendorong percepatan kebijakan yang mendukung
investasi sehingga diharapkan dapat menggerakkan perekonomian.
3. Digitalisasi administrasi pemerintahan
Secara umum pelaksanaan RB Tematik digitalisasi administrasi
pemerintah ditujukan untuk menciptakan birokrasi tangkas dan
pelayanan public berbasis digital sehingga menciptakan struktur,
budaya, dan kompetensi digital serta pelayanan publik yang prima.
Dukungan RB tematik digitalisasi administrasi pemerintah berfokus
pada percepatan capaian agenda pembangunan nasional, misalnya
penangannan stunting.
4. Prioritas presiden
Perbaikan dan penguatan tata kelola yang dilakukan melalui
pelaksanaan RB dilakukan untuk merespons dan mengawal hal-hal
mendesak sesuai dengan arahan Presiden. Hal ini dilakukan agar
pemerintah dapat memitigasi risiko yng berdampak serius kepada
masyarakat. Adapun prioritas dan actual presiden yang harus segera
direspons yaitu peningkatan penggunaan Produk Dalam Negeri
(PDN) dan pengendalian inflasi

27
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Pelaksana RB Tematik terdiri atas tiga kelompok yaitu :


a. Leading Sector: Kementerian/Lembaga yang memiliki peran,
kewenangan, dan tanggung jawab untuk menjadi koordinator dalam
pelaksanaan tema yang ditetapkan dalam RB tematik.
b. Implementing agency: Instansi pemerintah yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku mendapatkan
mandate atau tanggung jawab untuk melaksanakan
program/kegiatan terkait tema.
c. Non implementing agency: Instansi pemerintah selain implementing
agency dan leading sector yang dapat menginisiasi secara mandiri
untuk melaksanakan RB Tematik berdasarkan tema yang telah
ditetapkan oleh tingkat makro.

B. Fokus Penajaman Evaluasi Reformasi Birokrasi Tahun 2020-2024


Penajaman dan penyederhanaan evaluasi reformasi birokrasi merupakan
Salah satu upaya percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi, yaitu
dengan penajaman pelaksanaan evaluasi yang lebih melihat hasil dan
dampak dibandingkan dengan proses, menghilangkan kesan penilaian
yang bersifat administratif harmonisasi, serta integrasi dan sinergitas
indikator penilaian reformasi birorkasi. Penajaman evaluasi reformasi
birokrasi diharapkan agar terjadi keselarasan antara pelaksanaan
reformasi birokrasi dengan tujuan dan hasil pembangunan.

Tujuan Evaluasi Reformasi Birokrasi adalah


1) memperoleh informasi tentang pelaksanaan dan pencapaian
Reformasi Birokrasi di lingkungan internal kementerian/lembaga/
pemerintah daerah serta dampaknya terhadap permasalahan
strategis di masyarakat dan prioritas aktual Presiden;
2) memonitor rencana aksi tindak lanjut hasil evaluasi Reformasi
Birokrasi kementerian/lembaga/pemer intah daerah periode
sebelumnya;

28
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

3) memberikan saran perbaikan untuk meningkatkan pencapaian


Reformasi Birokrasi kementerian/lembaga/pemer intah daerah;
dan
4) menyusun profil nasional pelaksanaan Reformasi Birokrasi.

Gambar 6. Evaluasi Reformasi Birokrasi

Ada lima prinsip dasar dalam pelaksanaan evaluasi Reformasi Birokrasi.


1) Dinamis: Evaluasi Reformasi Birokrasi memungkinkan perubahan
pada indikator yang digunakan jika terjadi kondisi mendesak yang
menyebabkan perubahan;
2) Holistik: Evaluasi Reformasi Birokrasi perlu memotret berbagai
aspek tata kelola pemerintahan yang dianggap terkait dengan
pencapaian sasaran dan tujuan Reformasi Birokrasi
3) Orientasi Hasil: Evaluasi Reformasi Birokrasi berfokus untuk
mengukur hasil atau dampak dari upaya yang telah dilakukan
4) Kolaboratif: Evaluasi Reformasi Birokrasi dilakukan oleh berbagai
pihak, lintas sektor atau kementerian/lembaga dengan
menekankan kesamaan tujuan
5) Sinergis: Penggunaan indikator dalam evaluasi Reformasi Birokrasi
yang selaras atau harmonis satu sama lain.
Berdasarkan penjelasan di atas, terdampat perbedaan yang cukup
signifikan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi, seperti tampak dalam
gembar berikut,

29
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

C. Jenis Evaluasi Reformasi Birokrasi


Evaluasi Reformasi Birokrasi diperlukan untuk memastikan pelaksanaan
reformasi birokrasi didesain secara tepat, dilaksanakan untuk mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta berdampak positif pada
hasil pembangunan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, evaluasi berfokus pada tiga hal, yaitu: 1)
ketepatan desain program, kegiatan, dan aksi reformasi birokrasi yang
dilaksanakan; 2) keberhasilan pencapaian sasaran; serta 3)
dampak/manfaat yang dihasilkan bagi masyarakat dan pembangunan.
Untuk memastikan ketiga hal tersebut, evaluasi perlu dilakukan secara
simultan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pelaporan,
hingga penetapan umpan balik tindak lanjut untuk perencanaan
berikutnya.

Terdapat dua jenis Evaluasi Reformasi Birokrasi, yaitu Evaluasi Internal


dan Evaluasi Eksternal. Ruang lingkup Evaluasi Internal adalah pada
evaluasi tahap perencanaan (ex-ante) dan evaluasi tahap pelaksanaan
(on-going). Adapun Evaluasi Eksternal dilakukan untuk melihat
hasil/dampak dari pelaksanaan reformasi birokrasi (ex-post).
a) Evaluasi Internal Reformasi Birokrasi
Keluaran dari Evaluasi Internal adalah catatan dan rekomendasi
yang perlu dilakukan oleh tim reformasi birokrasi
kementerian/lembaga/ pemerintah daerah agar kualitas reformasi
birokrasi mengalami peningkatan serta berdampak pada perbaikan
internal dan kinerja organisasi. Evaluasi Internal dilakukan pada
saat perencanaan dan pelaksanaan rencana aksi reformasi birokrasi.
Mekanisme Pelaksanaan Evaluasi Internal Reformasi Birokrasi
adalah metode, tahapan, serta teknik dalam melakukan Evaluasi
Internal.
b) Evaluasi Eksternal Reformasi Birokrasi
Evaluasi eksternal dilakukan untuk mendapatkan gambaran
objektif kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi seluruh
kementerian/lembaga/ pemerintah daerah karena dilakukan oleh

30
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

pihak yang ditetapkan sebagai Evaluator Meso dan Evaluator


Nasional.
Terdapat dua dimensi dalam Evaluasi Eksternal Reformasi Birokrasi,
yaitu dimensi RB General dan dimensi RB Tematik. Evaluasi pada
RB General lebih memotret kemajuan reformasi birokrasi
berdasarkan pada upaya memperbaiki masalah hulu atau masalah-
masalah umum yang terjadi di internal birokrasi dan terkadang
dampaknya bersifat jangka menengah sampai panjang. Adapun
Evaluasi RB Tematik lebih menekankan pada upaya yang bersifat
terobosan atau inovasi dalam mengatasi berbagai masalah tata
kelola yang terjadi pada tema-tema prioritas pembangunan. Selain
itu, Evaluasi RB Tematik juga mengukur capaian indikator dampak
dari tema terkait. Secara lebih rinci, di bawah ini adalah gambar
yang menunjukkan komponen-komponen pada setiap dimensi.

Gambar 7.Komponen Evaluasi Reformasi Birokrasi Eksternal

31
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

BAB IV
PROFIL REFORMASI BIROKRASI KEMENDIKBUDRISTEK

A. Profil Kemendikbudristek
1. Visi
Kemendikbudristek mendukung Visi dan Misi Presiden dan Wakil
Presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri,
dan berkepribadian berlandaskan gotong royong melalui terciptanya
Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong-royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif.
2. Misi
Sesuai tugas dan kewenangannya, Kemendikbudristek melaksanakan
misi Presiden dengan penjabaran misi terkait peningkatan kualitas
manusia Indonesia, kemajuan budaya yang mencerminkan
kepribadian bangsa, dan pengelolaan pemerintahan yang bersih,
efektif, dan terpercaya. Adapun dukungan Kemendikbudristek dalam
melaksanakan misi tersebut sebagai berikut:
a. mewujudkan pendidikan yang relevan dan berkualitas tinggi,
merata, dan berkelanjutan, didukung oleh infrastruktur dan
teknologi;
b. mewujudkan pelestarian dan pemajuan kebudayaan serta
pengembangan bahasa dan sastra; dan
c. mengoptimalkan peran serta seluruh pemangku kepentingan
untuk mendukung transformasi dan reformasi pengelolaan
pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
3. Core Values (nilai-nilai dasar) BerAKHLAK Kemendikbudristek
merupakan pelaksanaan misi dan pencapaian visi yang memerlukan
penerapan tata nilai yang sesuai dan mendukung. Core values
merupakan dasar sekaligus arah bagi sikap dan perilaku seluruh
pegawai Kemendikbudristek dalam menjalankan tugas membangun
pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi, core values BerAKHLAK
yang diutamakan pada Peta Jalan 2023-2024 ini sebagai berikut.

32
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

a. Berorientasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelayanan


prima demi kepuasan masyarakat.
b. Akuntabel, yaitu bertanggung jawab atas kepercayaan yang
diberikan.
c. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas.
d. Harmonis, yaitu saling peduli dan menghargai perbedaan.
e. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara.
f. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan
serta menghadapi perubahan.
g. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
4. Tugas
Kemendikbudristek mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan,
dan teknologi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara.
5. Fungsi
Dalam melaksanakan tugasnya Kemendikbudristek menyelenggarakan
fungsi:
a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidik dan
tenaga kependidikan, pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, pendidikan vokasi, pendidikan
tinggi, dan kebudayaan;
b. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi dalam rangka
melaksanakan tridharma perguruan tinggi;
d. pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian formasi pendidik,
pemindahan pendidik, dan pengembangan karir pendidik, serta
pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah
provinsi;

33
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

e. penyusunan standar, kurikulum, dan asesmen di bidang


pendidikan;
f. penetapan standar nasional pendidikan dan kurikulum nasional
pendidikan menengah, pendidikan dasar, pendidikan anak usia
dini, dan pendidikan nonformal;
g. pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan tinggi;
h. pelaksanaan kebijakan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
di perguruan tinggi dalam rangka melaksanakan tridharma
perguruan tinggi;
i. pelaksanaan fasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan dan
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan vokasi, dan pendidikan tinggi,
riset, teknologi, dan kebudayaan;
j. pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan
pemajuan kebudayaan;
k. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;
l. pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan
bahasa dan sastra;
m. pelaksanaan pengelolaan sistem perbukuan;
n. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
urusan pendidikan dan kebudayaan di daerah;
o. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian;
p. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian;
q. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian;
dan
r. pelaksanaan dukungan substantif untuk mendukung pencapaian
tujuan dan sasaran strategis Kementerian.

34
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

6. Struktur
Struktur organisasi Kemendikbudristek terdiri atas:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan;
c. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah;
d. Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi;
e. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi;
f. Direktorat Jenderal Kebudayaan;
g. Inspektorat Jenderal;
h. Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan; dan
i. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

B. Capaian Reformasi Birokrasi Kemendikbudristek


Kemendikbudristek telah menerapkan pelaksanaan reformasi birokrasi
yang mencakup delapan area, yakni manajemen perubahan, deregulasi
kebijakan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata laksana,
penataan sistem manajemen sumber daya manusia aparatur, penguatan
akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas
pelayanan publik. Akan tetapi, berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan
RB Nomor 3 Tahun 2023 terjadi perubahan peta jalan pembangunan
reformasi birokrasi.

Dalam periode tahun 2014-2019, Kemendikbudristek telah


meningkatkan upaya perbaikan indeks reformasi birokrasi di 8 (delapan)
area perubahan. Indeks reformasi birokrasi diawali dengan 70,79 pada
tahun 2015 yang terus mengalami peningkatan di tahun 2016 (73,91) dan
tahun 2017 (75,2). Indeks reformasi birokrasi turun di tahun 2018
menjadi 73,35 karena terjadi perubahan instrumen penilaian mandiri
pelaksanaan zona integritas yang belum tersosialisasi dengan baik. Pada
tahun 2019, indeks reformasi birokrasi mulai meningkat kembali menjadi
74,39, tahun 2020 indeks reformasi birokrasi meningkat menjadi 77,95,
dan tahun 2021 indeks reformasi birokrasi meningkat kembali menjadi

35
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

78,79. Pada tahun 2022 indeks reformasi Kemendikbudristek naik 0,09


menjadi 78,88 dengan kategori “BB”.
Tabel 5.Rekap Hasil Antara
Nilai Nilai Nilai
No Hasil Antara Skala Sumber Data
2020 2021 2022
1 Merit System - Komisi
0-400 316,5 361 Aparatur
Sipil Negara
2 Kualitas Kebijakan 0-100 - 44,97 44.97 Lembaga
Administrasi
Negara
3 Kualitas Pengelolaan 0-4 - 2,61 2,82 Kementerian
Aset Keuangan
4 ASN Profesional 0-100 63,00 44,19 38,75 Badan
Kepegawaian
Negara
5 Implementasi Sistem 0-5 - 3,33 3,86 Kementerian
Pemerintahan Pendayagunaa
Berbasis n Aparatur
Elektronik Negara dan
Reformasi
Birokrasi
6 Kualitas Pengelolaan 0-100 100 90,00 85,3 Lembaga
Pengadaan Barang 0 Kebijakan
dan Jasa Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
Republik
Indonesia
7 Kualitas Pengelolaan 0-100 90,98 93,99 92,03 Kementerian
Anggaran Keuangan
8 Kualitas Pelayanan 0-5 - 4,64 4,01 Kementerian
Publik Pendayagunaa
n Aparatur
Negara dan
Reformasi
Birokrasi
9 Kapabilitas APIP 0-5 2,00 3 3 Badan
Pengawasan
Keuangan dan
Pembangunan
10 Maturitas SPIP 0-5 3,02 3 3 Badan
Pengawasan
Keuangan dan
Pembangunan
11 Tingkat Kepatuhan 0-110 - 89,39 89,88 Ombudsman
Terhadap Standar Republik
Pelayanan Publik Indonesia

36
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

12 Kualitas Pengelolaan 94,78 Arsip Nasional


Arsip 0-100 90,65 89,26 Republik
Indonesia
13 Indeks Reformasi 95,05 Kementerian
Hukum 0-100 - - Hukum dan
HAM

Kualitas hasil antara Kemendikbudristek pada tahun 2022 mengalami


fluktuasi pada tahun 2021 dan tahun 2022 pada beberapa peningkatan
nilai hasil antara, yaitu Kualitas Pengelolaan Aset, Implementasi Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik, Tingkat Kepatuhan Terhadap Standar
Pelayanan Publik, dan Kualitas Pengelolaan Arsip. Selain itu, terdapat
penurunan pada aspek hasil antara, yaitu indeks ASN Profesional,
Kualitas Pengelolaan Pengadaan Barang dan Jasa, Kualitas Pengelolaan
Anggaran, dan Kualitas Pelayanan Publik. Meskipun demikian, hasil
penilaian kualitas kebijakan dan ASN professional masih berada pada
kategori sangat rendah sehingga menyebabkan secara keseluruhan nilai
aspek hasil antara Kemendikbudristek pada tahun 2022 mengalami
penurunan.

Sementara itu, hasil survei eksternal terhadap masyarakat pada tahun


2022 sebagai berikut.
Tabel 6. Hasil survei eksternal
No. Komponen Hasil Skala Nilai Sumber Data
1 Opini BPK Opini WTP BPK
2 Nilai Sakip 0-100 79,87 KemenpanRB
3 Indeks Persepsi Pelayanan Publik 0-100 94,20 KemenpanRB
(IPKP
4 Indeks Persepsi Anti Korupsi 0-100 88,76 KPK
(IPAK)
5 Survei Internal Organisasi 0-100 79,16 KPK

Di samping nilai-nilai capaian indeks tersebut di atas, pelaksanaan


reformasi birokrasi di lingkungan Kemendikbudristek juga menunjukkan
beberapa wujud keberhasilannya.
a. Upaya pembangunan zona integritas yang semakin meluas.
Peningkatan jumlah satker yang diusulkan dan yang berhasil
meraih predikat ZI WBK dari tahun 2017 sampai tahun 2020 juga

37
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

signifikan, mulai 3 (tiga) satker di tahun 2017, 2 (dua) satker tahun


2018, 10 (sepuluh) satker pada tahun 2019, 17 (tujuh belas) satker
pada tahun 2020, dan 17 (tujuh belas) satker pada tahun 2021.
b. Pada tahun 2022, Kemendikbudristek mengusulkan 15 unit kerja
ke Tim Penilai Nasional (TPN) dan 3 unit kerja berhasil memperoleh
predikat ZI WBK. Selain itu, Kemendikbudristek juga telah
menetapkan 5 unit kerja berpredikat ZI WBK di lingkungan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar
dan Menengah karena pada tahun-tahun sebelumnya telah
meloloskan 30% unit kerjanya meraih predikat ZI WBK. Jadi, pada
tahun 2022, 8 unit kerja di Kemendikbudristek memperoleh
predikat ZI WBK. Secara akumulasi, telah terdapat 53 satker
dengan predikat Zona Integritas Wilayah Bebas dari Korupsi (ZI
WBK) dan 2 satker dengan predikat Zona Integritas Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (ZI WBBM). Capaian itu tidak lepas
dari upaya-upaya yang telah dilakukan Kemendikbudristek, yaitu
(1) sosialisasi dan fasilitasi terkait peningkatan 8 (delapan) area
perubahan kepada seluruh satker serta pendampingan
pembangunan ZI WBBM, (2) fasilitasi pelayanan prima bagi petugas
pemberi pelayanan publik, serta (3) penguatan agen perubahan.
c. Pada tahun 2023, pimpinan memberikan arahan bagi seluruh
satuan kerja di lingkungan Kemendikbudristek untuk membangun
zona integritas dalam rangka peningkatan tata kelola satuan kerja
di Kemendikbudristek.
d. Upaya penguatan pelayanan publik juga terlihat dengan
dibentuknya Unit Layanan Terpadu pada UPT-UPT di lingkungan
Kemendikbudristek yang berada di 34 provinsi sehingga
masyarakat penerima layanan di daerah tidak perlu ke Jakarta
untuk menerima layanan dari Kemendikbudristek karena telah
terlayani di daerahnya masing-masing.
e. Dukungan dari pimpinan kementerian pada berbagai tingkatan
organisasi yang mampu memicu berbagai inovasi di bidang
manajemen dan tata kelola organisasi, sehingga layanan yang

38
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

diberikan dengan dukungan teknologi informasi dapat memberikan


kemudahan dan kecepatan layanan kepada penerima layanan dan
telah melibatkan stakeholder dalam melakukan perbaikan
pelayanan publik dengan melakukan survei langsung kepada
masyarakat penerima layanan.
f. Kualitas implementasi manajemen perubahan melalui berbagai
upaya peningkatan komitmen seluruh jajaran pegawai dan
pimpinan, peningkatan pola pikir dan budaya kerja, serta
penurunan resistensi terhadap perubahan telah meningkat karena
Kemendikbudristek telah melakukan penyusunan rancangan
perubahan dan turunan dari beberapa kebijakan sebagai tindak
lanjut dalam implementasi kebijakan;
g. Kemendikbudristek telah menyusun peta proses bisnis sesuai
dengan hasil penyederhanaan terbaru dari perbaikan seluruh POS
terkait dan melakukan perbaikan POS dan aplikasi penyusunan
HCDP untuk menghasilkan Training Need Analysis (TNA) yang
objektif dan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
h. Telah membangun Kemendikbudristek Corporate University
sebagai wadah transfer knowledge dalam penguatan manajemen
perubahan. Selain itu, terdapat juga program “Jumpa Sapa
Bersama Mas Menteri” sebagai bentuk share vision dari
Mendikbudristek dengan seluruh pegawai, baik di unit utama
maupun di UPT.
i. Pemanfaatan aplikasi SIPERPU sebagai alat kontrol penyusunan
peraturan perundang-undangan dikembangkan dengan aplikasi
SJDIH yang terintegrasi dengan JDIH, sehingga menyederhanakan
proses pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari
penyusunan hingga publikasi produk hukum.
j. Penyederhanaan birokrasi pada tingkat pusat dan unit kerja telah
90% dilakukan, termasuk pada Sekretariat Lembaga Sensor Film.
Selain itu, telah dilakukan juga penataan organisasi pada tujuh
PTN.

39
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

k. Aplikasi kepegawaian berbasis online (Dikbud-HR) telah


diintegrasikan dengan berbagai aplikasi kepegawaian lainnya
seperti HCDP, e-kehadiran, e-SKP, cuti online, digital signature,
dan lain sebagainya.
l. Dalam rangka peningkatan pengawasan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) bersama dengan pemerintah daerah,
Kemendikbudristek telah menerbitkan Surat Edaran Bersama
Menteri Dalam Negeri tentang sistem informasi pengelolaan dana
BOS.

Sasaran strategis reformasi birokrasi Kemendikbudristek disesuaikan


dengan sasaran pembangunan subsektor aparatur negara, sebagaimana
dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2020-2024 dan PermenpanRB nomor 3 Tahun 2023. Capaian
pelaksanaan reformasi birokrasi Kemendikbudristek periode tahun 2023-
2024 terdiri dari 2 (dua) sasaran strategis.
1. Terciptanya Tata Kelola Pemerintahan Digital yang Lincah,
Kolaboratif, dan Akuntabel dengan indikator sasaran predikat
SAKIP Kemendikbudristek minimal A pada tahun 2024,
mempertahankan Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), nilai
indeks Kelembagaan yang baik, penilaian SPBE minimal baik, dan
nilai indeks pelayanan publik yang baik.
2. Budaya Birokrasi BerAKHLAK dengan ASN yang Profesional dengan
indikator sasaran Nilai Indeks Perilaku Anti Korupsi minimal baik
dan nilai indeks profesionalitas ASN mencapai 100 di tahun 2024.

Sesuai dengan target yang ditetapkan dalam Rencana Strategis


Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, indeks
reformasi birokrasi Kemendikbudristek tahun 2023 sampai dengan 2024
sebagai berikut.

40
REFORMASI BIROKRASI INTERNAL (RBI) KEMENDIKBUDRISTEK

Tabel
Target Indeks Reformasi Birokrasi Kemendikbudristek
Tahun 2023--2024
TAHUN Baseline 2023 2024
(2022)
TARGET INDEKS RB
78,88 85 87
KEMENDIKBUDRISTEK

Berangkat dari lini dasar indeks reformasi birokrasi Kemendikbudristek


tahun 2022 sebesar 78,88, upaya pencapaian target indeks reformasi
birokrasi Kemendikbudristek tahun 2023 sampai dengan tahun 2024
dilakukan dengan meningkatkan koordinasi antar sasaran strategis dan
antar unit utama dalam pelaksanaan reformasi birokrasi.

41
PELATIHAN ORIENTASI
PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA
(P3K)

BAGIAN III
PENGENALAN SISTIM AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP)

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI


KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
Jalan Raya Ciputat-Parung Km 19, Bojongsari, Depok 16517 Telepon (021) 7490411 Faks (021) 7491174
Website: http://pusdiklat.kemdikbud.go.id Email: pusdiklat@kemdikbud.go.id
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB

1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan terpercaya, sesuai dengan
semangat reformasi, tujuan utama reformasi adalah mewujudkan pemerintahan yang
bersih, serta bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme; meningkatkan kualitas pelayanan publik;
serta meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi guna mencapai tata kelola
pemerintah yang baik (good corporate governance). Untuk mewujudkan sebuah sistem
pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) sebagaimana
tertuang dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XI/MPR/1998,
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah menjadi salah satu komponen di dalamnya. Guna
mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah menerbitkan Perpres Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan seluruh instansi
pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.

Pertanggungjawaban dimaksud berupa laporan yang disampaikan kepada atasan masing-


masing, lembaga-lembaga pengawasan dan penilai akuntabilitas, dan akhirnya disampaikan
kepada Presiden selaku kepala pemerintahan. Laporan tersebut menggambarkan kinerja
instansi pemerintah yang bersangkutan melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (SAKIP), sesuai dengan Perpres No. 29 Tahun 2014.

Selama ini, pengukuran keberhasilan maupun kegagalan dari instansi pemerintah dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya, sulit dilakukan secara obyektif. Pengukuran kinerja
suatu instansi hanya ditekankan kepada kemampuan instansi tersebut dalam menyerap
anggaran. Dengan kata lain, suatu instansi dikatakan berhasil melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya apabila dapat menyerap seratus persen anggaran pemerintah, walaupun hasil
maupun dampak dari pelaksanaan program tersebut masih jauh di bawah standar. Untuk
dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu instansi pemerintah, maka seluruh aktivitas

1
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

instansi tersebut harus dapat diukur, dan pengukuran tersebut tidak semata-mata fokus
hanya kepada input (masukan) dari program akan tetapi lebih ditekankan kepada keluaran,
proses, manfaat dan dampak.

Sistem pengukuran kinerja yang merupakan elemen pokok dari laporan akuntabilitas instansi
pemerintah akan mengubah paradigma pengukuran keberhasilan. Melalui pengukuran
kinerja, keberhasilan suatu instansi pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi
tersebut, berdasarkan sumber daya yang dikelolanya sesuai dengan rencana yang telah
disusun.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini membekali peserta dengan kemampuan memahami SAKIP pada satuan kerja di
lingkungan Kementeriaan Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang meliputi
pemahaman terhadap konsep dasar SAKIP serta penyelenggaraan SAKIP yang terdiri dari
Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporana Kinerja serta Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Internal.

C. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan memahami konsep dasar SAKIP dan
penyelenggaraan SAKIP.

D. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan dapat menjelaskan SAKIP dan
menerapkan penyelenggaraan SAKIP.

E. Materi
a) Konsep Dasar SAKIP
b) Komponen AKIP

2
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB

2
KONSEP DASAR SAKIP
A. Prinsip Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Penguatan akuntabilitas kinerja merupakan salah satu area perubahan dalam reformasi
birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), serta meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
Penguatan akuntabilitas ini dilaksanakan melalui implementasi sistem akuntabilitas kinerja
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Sistem akuntabilitas kinerja adalah rangkaian sistematik dari berbagai komponen, alat dan
prosedur yang dirancang untuk mencapai tujuan manajemen kinerja yaitu perencanaan,
perjanjian kinerja, pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan
laporan kinerja pada instansi pemerintah dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja.

Penerapan sistem akuntabilitas kinerja merupakan bagian yang terintegrasi dengan


penerapan anggaran berbasis kinerja, yang mengharuskan unit kerja menyusun anggaran
dengan mengacu pada target kinerja yang akan dicapai, dan seluruh anggaran harus dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya (outcome). Hal ini berarti bahwa setiap dana yang
dikeluarkan harus dapat dikaitkan dengan kinerja yang dihasilkan.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dimaksudkan sebagai acuan bagi unit
kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi dalam
menerapkan perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, dan evaluasi
kinerja internal.

3
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

2. Tujuan Penerapan SAKIP


a. perencanaan lebih berorientasi kinerja dengan skenario evaluasi keberhasilan;
b. pelaporan lebih berorientasi pada hasil dan sesuai tanggung jawab pada tingkatan
unit pelapor;
c. menyelaraskan dan mengintegrasikan manajemen keuangan dan manajemen kinerja
(penganggaran berbasis kinerja); dan
d. mendorong pimpinan melakukan monitoring dan pengendalian.

C. Dasar Hukum
Dasar hukum dalam pelaksanaan SAKIP:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah;
5. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
6. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2021 tentang Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 156);
7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024;
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 88
Tahun 2021 Tentang Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 28 Tahun 2021
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 963);

4
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

11. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 13 Tahun 2022
Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun
2020-2024;
12. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 40 Tahun 2022
Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi;
13. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 210/M/2023 Tentang Indikator
Kinerja Utama Perguruan Tinggi dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi di Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

D. Ruang Lingkup SAKIP


Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah terdiri dari lima aspek utama yaitu
perencanaan kinerja, pengukuran capaian kinerja, pelaporan kinerja, dan evaluasi
akuntabilitas kinerja internal
1. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja terdiri dari Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan/Rencana Kerja Tahunan, Perjanjian Kinerja, dan Rencana Aksi.
2. Pengukuran Capaian Kinerja
Pengukuran capaian kinerja terdiri dari Penetapan Indikator Kinerja, Pengukuran
Capaian Kinerja, dan Pengelolaan Data Kinerja
3. Pelaporan Kinerja
Pelaporan Kinerja terdiri dari Tata Cara Penyusunan Laporan Kinerja, Sistematika
Laporan Kinerja, Penaggungjawab Penyusunan Laporan Kinerja, Waktu dan Tata Cara
Penyampaian Laporan Kinerja, Mekanisme Reviu Laporan Kinerja, Pelaporan Hasil
Reviu Laporan Kinerja
4. Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal
Evaluasi akuntabilitas kinerja internal terdiri dari Tujuan Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Internal, Ruang Lingkup Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal, Metode
Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal, Penilaian Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Internal, Penanggungjawab Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal, Tata Cara
Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal, dan Laporan Evaluasi
Akuntabilitas Kinerja Internal.

5
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

E. Pengertian dan Definisi


1. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk
menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan
kolektif satu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk
meminta keterangan atau pertanggungjawaban;
2. Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan
yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi
organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui
laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik;
3. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) adalah rangkaian sistematik
dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk mencapai tujuan
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan
pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah;
4. Rencana strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan kementerian untuk
periode 5 (lima) tahun yang merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka
menengah nasional;
5. Rencana Kinerja Tahunan adalah merupakan proses penjabaran lebih lanjut (pertahun)
dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra;
6. Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan unit
kerja yang lebih tinggi kepada pimpinan unit kerja di bawahnya untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja;
7. Rencana Aksi adalah dokumen tindak lanjut rencana pelaksanaan kegiatan yang memuat
sasaran, indikator, program/kegiatan, rincian output, anggaran, dan jadwal untuk satu
tahun ke depan yang dibagi per triwulan;
8. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur;
9. Tujuan adalah penjabaran Visi kementerian dan dilengkapi dengan rencana sasaran
nasional yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran program prioritas
Presiden;
10. Indikator Kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari Kinerja Program dan
Kegiatan yang telah direncanakan;

6
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

11. Sasaran Strategis, adalah kondisi yang akan dicapai secara nyata oleh
kementerian/lembaga yang mencerminkan pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya
hasil satu atau beberapa program;
12. Indikator Kinerja Sasaran Strategis adalah alat ukur yang mengindikasikan keberhasilan
pencapaian sasaran strategis;
13. Sasaran Program, adalah hasil yang ingin dicapai dari suatu program dalam rangka
pencapaian sasaran strategis kementerian yang mencerminkan berfungsinya keluaran;
14. Indikator Kinerja Program, adalah ukuran atas hasil (outcome) dari suatu program yang
merupakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi suatu kementerian negara/lembaga dan
pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh satuan kerja;
15. Sasaran Kegiatan, adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan yang dapat
berupa barang atau jasa;
16. Indikator Kinerja Kegiatan adalah ukuran atas keluaran dari suatu kegiatan yang terkait
secara logis dengan Indikator Kinerja Program;
17. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis dan tujuan program dan
kebijakan;
18. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program;
19. Dampak (impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam
suatu kegiatan;
20. Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran
ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi, dan strategi
instansi pemerintah yang mengidentifikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan;
21. Program adalah penjabaran kebijakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi;
22. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan
kerja atau unit eselon I sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang
berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut

7
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk


barang/jasa;
23. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi;
24. Aplikasi SPASIKITA adalah aplikasi SAKIP yang bertujuan untuk memudahkan proses
pemantauan, pengendalian, dan evaluasi kinerja dalam rangka meningkatkan
akuntabilitas Kinerja;
25. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT adalah satuan kerja yang bersifat
mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis
penunjang tertentu di lingkungan Kementerian;
26. Kementerian adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi;
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi;
28. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disingkat DIPA, adalah dokumen
pelaksanaan anggaran yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan Kegiatan
pemerintahan sebagai pelaksanaan APBN;
29. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang selanjutnya disingkat
RKA-K/L adalah dokumen rencana keuangan tahunan kementerian/lembaga yang
disusun menurut bagian anggaran kementerian/lembaga.

8
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB

3
PENYELENGGARAAN SAKIP

Penyelenggaraan SAKIP dilaksanakan untuk penyusunan Laporan Kinerja sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan, dan dilaksanakan secara selaras dan sesuai
dengan penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintah dan tata cara pengendalian serta
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.

Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja pada Kementerian, dilaksanakan secara


berjenjang mulai dari tingkat kementerian, unit kerja eselon I, dan satuan kerja.
Penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja meliputi:
1. Perencanaan Kinerja;
2. Pengukuran Kinerja;
3. Pelaporan Kinerja; dan
4. Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal.

A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari
sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Di dalam rencana kinerja ditetapkan
rencana capaian kinerja tahunan untuk seluruh indikator kinerja yang ada pada tingkat
sasaran dan kegiatan.

Perencanaan kinerja adalah proses yang melibatkan pengidentifikasian tujuan, penentuan


standar kinerja, pengembangan rencana tindakan, dan penentuan indikator evaluasi untuk
mengarahkan dan mengelola kinerja individu, tim, atau organisasi secara efektif. Tujuan dari
perencanaan kinerja antara lain adalah menciptakan kerangka kerja yang jelas dan
terstruktur untuk mengelola dan meningkatkan kinerja individu, tim, dan organisasi secara
keseluruhan.

9
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

Adapun berikut adalah beberapa tujuan utama dari perencanaan kinerja:


1. Meningkatkan Kinerja
Perencanaan kinerja bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas
karyawan serta mencapai hasil yang diinginkan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dengan merencanakan tugas, target, dan strategi yang jelas, karyawan dapat bekerja
dengan fokus dan berkinerja tinggi.
2. Mengarahkan dan Mengkoordinasi
Perencanaan kinerja membantu dalam mengarahkan dan mengkoordinasi upaya individu
dan tim dengan tujuan organisasi yang lebih besar. Hal ini memastikan bahwa semua
anggota tim bekerja menuju pencapaian tujuan bersama dan saling mendukung.
3. Menetapkan Harapan dan Ekspektasi
Melalui perencanaan kinerja, harapan dan ekspektasi yang jelas ditetapkan untuk setiap
individu dan tim. Ini membantu dalam memahami tugas, tanggung jawab, dan tujuan
yang harus dicapai, serta menciptakan ukuran kinerja yang objektif.
4. Mengidentifikasi Kebutuhan Pengembangan
Perencanaan kinerja memungkinkan identifikasi kebutuhan pengembangan karyawan
untuk memastikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan mereka. Ini dapat melibatkan pelatihan, pembinaan,
atau pengembangan karir.
5. Menyediakan Umpan Balik dan Evaluasi
Proses perencanaan kinerja melibatkan umpan balik dan evaluasi secara berkala terhadap
kinerja individu dan tim. Ini membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan,
serta peluang perbaikan untuk mencapai kinerja yang lebih baik di masa depan.
6. Meningkatkan Pengelolaan Sumber Daya
Dengan perencanaan kinerja yang baik, pengelolaan sumber daya seperti tenaga kerja,
waktu, dan anggaran dapat dioptimalkan. Ini memungkinkan alokasi yang efisien dan
efektif dari sumber daya untuk mencapai hasil yang diinginkan.
7. Mendorong Keterlibatan dan Motivasi
Perencanaan kinerja yang baik menciptakan lingkungan kerja yang transparan dan
memberikan keterlibatan karyawan dalam menetapkan tujuan dan merencanakan
tindakan untuk mencapainya. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan
karyawan dalam pekerjaan mereka.

10
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Aspek Perencanaan Kinerja antara lain meliputi:

1. Rencana Strategis
Rencana strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan pembangunan sektoral
untuk periode lima tahunan yang harus disusun dan secara substansi berpedoman pada
RPJMN. Dokumen ini memuat visi, misi, tujuan, strategi, arah kebijakan, program,
kegiatan, kerangka regulasi, kerangka kelembagaan, target kinerja dan kerangka
pendanaan Kementerian sesuai dengan tugas dan fungsi. Penyusunan Renstra
merupakan suatu proses yang penting dan mendasar dalam organisasi untuk
memastikan ketercapaian tujuan organisasi. Secara umum, perencanaan adalah
gambaran keseluruhan dari suatu organisasi tentang apa yang ingin dicapai dan
bagaimana cara mencapainya. Pada instansi pemerintah, perencanaan adalah suatu
proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan,
dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

Renstra menjadi landasan penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja dan digunakan


sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT), penyusunan rencana
kerja dan anggaran serta untuk penyusunan Perjanjian Kinerja (PK). Penyusunan Renstra
mengacu pada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

11
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Tata Cara


Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga Tahun 2020-2024.

Renstra di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi terbagi


atas tiga tingkatan, yaitu Renstra tingkat kementerian, Renstra tingkat unit eselon I, dan
Renstra tingkat satuan kerja. Renstra tingkat kementerian dijadikan pedoman untuk
penyusunan Renstra tingkat unit eselon I, Renstra tingkat unit eselon I dijadikan
pedoman penyusunan Renstra satuan kerja. Renstra sebagaimana diuraikan di atas
terdiri dari:
a) Renstra Kementerian

b) Renstra Unit Eselon I

Visi dan Misi pada Unit Eselon I bersifat opsional

12
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

c) Renstra Unit Pelaksana Teknis

Visi dan Misi pada Unit Pelaksana Teknis


bersifat opsional

2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)/Rencana Kerja (Renja)


Rencana Kinerja Tahunan (RKT)/Rencana Kerja (Renja) merupakan proses penjabaran
lebih lanjut dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam Renstra. RKT/Renja
menggambarkan kegiatan tahunan yang akan dilaksanakan oleh unit kerja dalam
mencapai sasaran yang ditetapkan. Target kinerja tahunan di dalam RKT/Renja
ditetapkan untuk seluruh indikator kinerja yang ada dan merupakan komitmen yang
harus dicapai oleh unit kerja.

Informasi yang termuat dalam RKT antara lain: sasaran, indikator kinerja, target kinerja,
program/kegiatan, rincian output, target rincian output dan anggaran. Dengan
dirumuskannya RKT/Renja akan terlihat keselarasan antara sasaran yang ditetapkan
dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, selain itu akan terlihat juga keselarasan
dengan Renstra.
3. Perjanjian Kinerja (PK)
Perjanjian Kinerja (PK) adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan
yang unit kerja yang lebih tinggi kepada pimpinan unit kerja dibawahnya untuk
melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Kinerja yang
disepakati tidak hanya kinerja yang dihasilkan dari atas kegiatan tahun bersangkutan,
tetapi juga yang berorientasi hasil (outcome) yang terwujud dari kegiatan-kegiatan tahun

13
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

sebelumnya. Dengan demikian target kinerja yang diperjanjikan juga harus berorientasi
hasil (outcome).

Dokumen PK memuat target kinerja yang akan dicapai selama satu tahun. Target kinerja
yang ditetapkan tersebut merupakan penjabaran dari target-target kinerja yang
ditetapkan dalam Renstra dan mengacu pada dokumen anggaran yang disahkan.
Perjanjian kinerja disusun paling lambat satu bulan setelah RKAKL/DIPA unit kerja
disahkan. Setiap target yang ditetapkan dalam dokumen PK akan dilakukan pengukuran
kinerja. Hasil pengukuran kinerja tersebut dituangkan dalam Laporan Kinerja, baik
laporan kinerja berkala maupung laporan kinerja tahunan. Perjanjian Kinerja wajib
disusun oleh pimpinan satuan kerja/organisasi.

Tujuan Penyusunan Perjanjian Kinerja antara lain:


1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah untuk
meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja aparatur;
2. Menciptakan tolak ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur;
3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan sanksi;
4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring, evaluasi dan
supervisi atas perkembangan/kemajuan kinerja penerima amanah;
5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.

Berikut contoh Perjanjian Kinerja yang telah disusun oleh salah satu unit kerja di
Kemendikbudristek pada tahun 2023:

14
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

4. Rencana Aksi
Rencana aksi adalah dokumen tindak lanjut rencana pelaksanaan kegiatan yang memuat
sasaran, indikator, program/kegiatan, rincian output dan anggaran, serta jadwal untuk
satu tahun ke depan yang dibagi per triwulan. Rencana aksi digunakan sebagai acuan
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya kegiatan.

B. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur indikator kinerja yang
telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja dengan cara membandingkan realisasi kinerja
dengan target kinerja.

Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat ketercapaian


(keberhasilan/ kegagalan) kinerja yang diperjanjikan, dalam rangka mewujudkan visi dan
misi unit kerja. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari penilaian yang didasarkan
pada indikator kinerja yang telah ditetapkan. Dengan adanya informasi kinerja yang lengkap,
unit kerja dapat membuat keputusan-keputusan yang dapat memperbaiki kegagalan,
mempertahankan keberhasilan, dan meningkatkan kinerja.

Dalam melakukan pengukuran kinerja, hal penting yang harus dilakukan adalah:
1. Pengumpulan data kinerja. Pengumpulan data kinerja dilakukan untuk mendapatkan
data yang akurat, lengkap, tepat waktu dan konsisten yang berguna bagi pengambilan
keputusan dalam rangka perbaikan kinerja unit kerja. Untuk itu, perlu dibangun
mekanisme pengumpulan data kinerja di setiap unit kerja yang mampu
mengintegrasikan data kinerja dari unit-unit yang bertanggungjawab dalam pencapaian
kinerja;
2. Pengukuran kinerja dilakukan terhadap target-target kinerja yang telah diperjanjikan unit
kerja;
3. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai
dengan rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang digunakan.
Hasil pengukuran kinerja merupakan sumber data kinerja yang akan digunakan dalam
penyusunan laporan kinerja unit kerja.
Dalam pelaksanaan pengukuran kinerja harus didasarkan pada indikator kinerja yang telah
ditetapkan. Validitas hasil pengukuran kinerja akan semakin baik dengan adanya standar
baku pengukuran indikator kinerja yang tepat, sehingga dapat melihat efektivitas dan
efisiensi pencapaian output dan outcome yang dihasilkan dari suatu program/kegiatan.

15
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

Standar baku tersebut mencakup teknis dan metode pengukuran kinerja, cara pengukuran
dan waktu pengukuran serta sumber data yang akurat, dengan memanfaatkan aplikasi
SPASIKITA.

Hasil dari pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan atau sasaran strategis yang telah ditetapkan, dalam rangka
mewujudkan tujuan, misi dan visi unit kerja.
Manfaat Pengukuran Kinerja:
1. Untuk menunjukkan kinerja yang telah dicapai melalui upaya-upaya (kebijakan, program,
kegiatan) yang telah dilakukan;
2. Sebagai dasar untuk peningkatan kinerja yang direncanakan untuk tahun berikutnya;
3. Menjadi (salah satu) dasar untuk pengambilan keputusan;
4. Sebagai alat komunikasi baik internal maupun eksternal;
5. Untuk mengidentifikasi kepuasan pemanfaatan pelayanan kepada stake holders.

Adapun pengukuran kinerja dilakukan pada tingkat:


1. Kementerian
Pengukuran kinerja kementerian mencakup impact atau outcome yang terdapat dalam
perjanjian kinerja dan capaian kinerja strategis lainnya. Pengukuran kinerja dilakukan
secara periodik oleh Sekretariat Jenderal dengan menggunakan data dari Unit Organisasi
Eselon I terkait. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan tingkat kinerja
yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator
kinerja yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja.

Metode pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan cara:


a. Membandingkan capaian kinerja dengan target kinerja tahun berjalan;
b. Membandingkan capaian kinerja tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya;
dan
c. Membandingkan capaian kinerja tahun berjalan dengan target akhir Renstra;
d. Mengidentifikasi program dan atau kegiatan yang mendukung pencapaian target
kinerja;
e. Mengidentifikasi dan melakukan analisis atas permasalahan yang dihadapi, serta
langkah-langkah antisipatif yang dilakukan untuk mengatasi permasalah tersebut.

16
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

2. Unit Eselon I
Ukuran keberhasilan kinerja Unit Organisasi Eselon I dalam menjalankan program diukur
kinerjanya dalam bentuk outcome, yang merupakan hasil dari berfungsinya output yang
dihasilkan oleh Unit Eselon II dan Unit Pelaksana Teknis. Pengukuran kinerja Unit
Organisasi Eselon I dilaksanakan secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran dan
tahunan). Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi dan
target kinerja yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Pengukuran ini dilakukan
oleh unit kerja yang membidangi evaluasi dan pelaporan di masing-masing Unit
Organisasi Eselon I. Metode pengukuran kinerja dilakukan sama dengan metode
pengukuran kinerja pada tingkat kementerian.

3. Unit Eselon II/Unit Pelaksana Teknis


Ukuran keberhasilan Unit Pelaksana Teknis dalam menjalankan kegiatan diukur capaian
kinerjanya pada level output dan output penting (hasil/outcome). Pengukuran capaian
kinerja dilaksanakan secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan).

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara realisasi dan target kinerja
yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja. Pengukuran kinerja ini dilakukan oleh
unit kerja yang membidangi evaluasi dan pelaporan di masing-masing unit kerja. Metode
pengukuran kinerja dilakukan sama dengan metode pengukuran kinerja pada tingkat
kementerian.

17
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

Berikut contoh pengukuran kinerja triwulan I tahun 2023 pada tingkat unit kerja

18
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

19
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

20
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

C. Pelaporan Kinerja
Pelaporan merupakan salah satu kegiatan penting dalam menyediakan informasi yang cepat,
tepat dan akurat kepada pemangku kepentingan/pimpinan sebagai bahan pengambilan
keputusan sesuai dengan kondisi aktual serta penentuan kebijakan yang relevan. Setiap unit
kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun dan menyampaikan laporan kinerja. Laporan
kinerja menginformasikan capaian kinerja yang telah dihasilkan unit kerja sesuai dengan
target kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja.

Laporan kinerja adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungajawaban kinerja
dan merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan
kepada Kementerian, Unit Organisasi Eselon I, Unit Organisasi Eselon II dan Unit Pelaksana
Teknis, atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan
laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara
memadai terhadap hasil pengukuran kinerja. Laporan kinerja yang disusun harus
menggambarkan kinerja Kementerian, Unit Organisasi Eselon I, Unit Organisasi Eselon II dan
Unit Pelaksana Teknis, yang dilaksanakan melalui penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja
dengan menggunakan sumber daya yang ada.

Tujuan Penyusunan Laporan Kinerja antara lain:


1. Mewujudkan akuntabilitas unit kerja kepada pihak-pihak yang memberikan mandat;
2. Memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat/amanah tentang
visi dan misi organisasi, serangkaian tujuan dan sasaran yang hendak dicapai serta
tingkat pencapaian sasaran melalui program dan kegiatan yang telah ditetapkan, dengan
demikian laporan kinerja merupakan pintu masuk untuk penilaian Sistem Akuntabilitas
Kinerja suatu unit kerja, karena melalui informasi yang tersaji dalam laporan kinerja
dapat diketahui gambaran mengenai pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Kinerja, mulai
dari perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan evaluasi kinerja; dan
3. Sebagai upaya perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja.

Sedangkan, manfaat penyusunan Laporan Kinerja antara lain:


1. Meningkatkan akuntabilitas unit kerja;
2. Umpan balik bagi peningkatan kinerja;
3. Memperbaiki perencanaan kinerja, baik perencanaan kegiatan maupun sumber daya
manusia;

21
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

4. Mengetahui dan menilai keberhasilan atau kegagalan unit kerja;


5. Mendorong unit kerja untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi secara baik, transparan
dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
6. Terkomunikasikannya kinerja yang telah dihasilkan kepada publik.

Penyusunan laporan kinerja harus mengikuti beberapa prinsip dalam penulisan laporan yaitu
laporan disusun secara jujur, objektif, akurat, dan transparan. Prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan laporan kinerja adalah:
1. Lingkup pertanggungjawaban, laporan harus proporsional sesuai dengan lingkup
kewenangan dan tanggungjawab masing-masing dan memuat mengenai kegagalan
maupun keberhasilan. Selain itu informasi kinerja yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan;
2. Prioritas, laporan berisi hal-hal penting dan relevan bagi pengambilan keputusan dan
pertanggungjawaban instansi yang diperlukan untuk upaya-upaya tindak lanjut.
Misalnya terkait keberhasilan atau kegagalan, perbedaaan atau penyimpangan antara
realisasi dan target;
3. Manfaat, yaitu manfaat laporan harus lebih besar dari biaya penyusunannya, dan
laporan harus mempunyai manfaat bagi peningkatan kinerja;
4. Penjenjangan, laporan kinerja disusun oleh pihak-pihak yang bertanggungjawab
terhadap kinerja unit kerja yang bersangkutan secara berjenjang mulai dari unit terkecil
wajib menyusun laporan sampai kepada instansi tertinggi di atasnya (struktur
berjenjang);
5. Konsisten dengan tujuan penyusunan laporan kinerja, terutama untuk menyediakan
informasi kinerja, yaitu konsistensi antara kinerja yang dilaporkan dalam laporan kinerja
dengan kinerja yang disepakati dalam Perjanjian Kinerja unit kerja;
6. Selaras dengan kerangka akuntabilitas kinerja pada tatanan administrasi pemerintahan
yang berlaku;
7. Laporan kinerja harus disampaikan tepat waktu.

Laporan Kinerja merupakan salah satu komponen utama dalam penerapan sistem
akuntabilitas kinerja yang merupakan dokumen pertanggungjawaban kinerja dan anggaran
yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja.

22
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Adapun berikut sistematika penulisan laporan kinerja yang digunakan di lingkungan


Kemendikbudristek:

Kata Pengantar
Daftar Isi
Ikhtisar Eksekutif

BAB I Pendahuluan
A. Gambaran Umum
B. Dasar Hukum
C. Tugas dan Fungsi Serta Struktur Organisasi
D. Isu-Isu Strategis/Permasalahan
E. Peran Strategis

BAB II Perencanaan Kinerja


A. Visi
B. Misi
C. Tujuan Strategis
D. Rencana Kinerja Jangka Menengah
E. Perjanjian Kinerja

BAB III Akuntabilitas Kinerja


A. Pengukuran Kinerja
B. Capaian Kinerja Organisasi
C. Realisasi Anggaran
D. Inovasi, Penghargaan, dan Program Kolaborasi/Crosscutting
BAB IV Penutup

LAMPIRAN
1. Dokumen Perjanjian Kinerja Awal dan Perjanjian Kinerja Revisi Terakhir
2. Surat Pernyataan bahwa Laporan Kinerja telah Direviu

23
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

D. Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Internal


Sistem manajemen pemerintahan yang berfokus pada peningkatan akuntabilitas dan
sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome) dikenal sebagai Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). SAKIP diimplementasikan secara “self-
assesment” oleh masing-masing instansi pemerintah, ini berarti instansi pemerintah secara
mandiri merencanakan, melaksanakan, mengukur dan memantau kinerja serta
melaporkannya kepada instansi yang lebih tinggi.

Untuk mengetahui sejauh mana unit kerja mengimplementasikan sistem akuntabilitas


kinerja, serta sekaligus untuk mendorong adanya peningkatan kinerja kementerian dan unit
kerja, perlu dilakukan suatu evaluasi terhadap implementasi sistem akuntabilitas kinerja.
Evaluasi ini diharapkan dapat mendorong kementerian dan unit kerja untuk secara konsisten
meningkatkan implementasi sistem akuntabilitas kinerja-nya dan mewujudkan capaian
kinerja yang berorientasi hasil (outcome).

Evaluasi terhadap implementasi sisten akuntabilitas kinerja sangat penting dan harus
dilaksanakan oleh evaluator secara profesional dan penuh tanggungjawab dan memenuhi
kompetensi sebagai berikut:
1. Memahami sistem akuntabilitas kinerja;
2. Memahami manajemen kinerja;
3. Memahami mekanisme evaluasi atas penerapan sistem akuntabilitas kinerja.
Evaluasi tersebut diharapkan dapat memberikan stimulasi bagi para pimpinan, untuk terus
berusaha menyempurnakan praktek-praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik
berdasarkan prinsip-prinsip good governance dan fungsi-fungsi manajemen yang berbasis
kinerja secara taat asas dan berkelanjutan.

Para evaluator diharapkan dapat membantu dan memfasilitasi perbaikan proses-proses pen
gambilan keputusan baik pada tingkat perumusan kebijakan, perencanaan dan
penganggaran, pengelolaan sumberdaya dan dana, sistem pengendalian manajemen, serta
peningkatan kinerja.

Evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja, adalah aktivitas analisis yang
sistematis, pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan, serta
pemberian solusi atas masalah yang ditemukan untuk tujuan peningkatan akuntabilitas dan
kinerja organisasi, serta peningkatan kinerja instansi pemerintah.

24
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja, harus menyimpulkan hasil penilaian
atas fakta objektif unit kerja, dalam mengimplementasikan perencanaan kinerja,
pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja dan capaian kinerja, sesuai dengan
kriteria masing-masing komponen yang ada.

Maksud dilakukannya evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja adalah untuk
mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan, kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan rencana dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan perencanaan
di masa mendatang.

Secara umum tujuan dari evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), adalah
untuk mengetahui sejauh mana AKIP dilaksanakan dalam mendorong peningkatan
pencapaian kinerja yang tepat sasaran dan berorientasi hasil;
1. Memperoleh informasi mengenai implementasi SAKIP;
2. Menilai tingkat implementasi SAKIP;
3. Menilai tingkat akuntabilitas kinerja;
4. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan AKIP;
5. Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya.
Ruang lingkup evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja, meliputi kegiatan
evaluasi terhadap perencanaan kinerja dan perjanjian kinerja, termasuk penerapan
anggaran berbasis kinerja, pelaksanaan program dan kegiatan, pengukuran kinerja,
pelaporan kinerja, evaluasi internal, serta pencapaian kinerja.

Informasi kinerja yang dipertanggungjawabkan dalam laporan kinerja, bukanlah satu-


satunya yang digunakan dalam menentukan nilai dalam evaluasi, akan tetapi juga termasuk
berbagai hal yang dapat dihimpun guna mengukur keberhasilan atau keunggulan organisasi.

Dalam penerapannya, ruang lingkup evaluasi atas implementasi sistem akuntabilitas kinerja,
mencakup:
1. Penilaian terhadap perencanaan strategis, termasuk di dalamnya perjanjian kinerja, dan
sistem pengukuran kinerja;
2. Penilaian terhadap penyajian dan pengungkapan informasi kinerja;
3. Evaluasi terhadap program dan kegiatan;
4. Evaluasi terhadap kebijakan organisasi yang bersangkutan;

25
Pengenalan Sistem Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah

Terdapat 4 komponen yang menjadi lingkup evaluasi sistem akuntabilitas kinerja yaitu:

Informasi yang dihasilkan dari suatu pelaksanaan evaluasi atas implementasi sistem
akuntabilitas kinerja, antara lain mencakup:
1. Memperoleh informasi tentang implementasi SAKIP;
2. Menilai tingkat implementasi SAKIP;
3. Menilai tingkat akuntabilitas kinerja;
4. Memberikan saran perbaikan untuk peningkatan implementasi SAKIP; dan
5. Memonitor tindak lanjut rekomendasi hasil evaluasi periode sebelumnya

26
Pengenalan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

BAB

4
PENUTUP

Sistem akuntabilitas kinerja diimplementasikan dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban


atas pelaksanaan tugas dan fungsi serta pengelolaan sumberdaya serta pelaksanaan kebijakan
dan program yang dipercayakan kepada unit organisi eselon I, unit organisasi eselon II, perguruan
tinggi negeri, Lembaga layanan Pendidikan tinggi dan UPT, berdasarkan suatu sistem
akuntabilitas yang memadai. Setiap unit kerja di Kemendikbudristek wajib mengkomunikasikan
capaian tujuan dan sasaran strategis organisasi yang dituangkan melalui laporan kinerja secara
periodik. Laporan kinerja organisasi berperan sebagai alat pengendali, alat penilai kualitas kinerja
dan alat pendorong terwujudnya good governance. Laporan Kinerja juga berfungsi sebagai media
pertanggungjawaban kepada publik.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah di Kemendikbudristek diatur dalam Peraturan Menteri


Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 40 Tahun 2022 Tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi. Peraturan ini merupakan acuan yang digunakan oleh seluruh unit kerja dalam
mengimplementasikan sistem akuntabilitas kinerja di lingkungan Kemendikbudristek, mulai dari
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja dan evaluasi kinerja serta
tindaklanjutnya.

27
BAGIAN IV

PANDUAN PERENCANAAN KINERJA


DI LINGKUNGAN KEMDIKBUDRISTEK
Permen PAN & RB No. 6 Tahun 2022
2

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2
DAFTAR GAMBAR 3
PERENCANAAN KINERJA 4
ALUR PERENCANAAN SKP 5
ALUR PERENCANAAN SKP BAGI PEGAWAI MUTASI 15
ALUR PERENCANAAN SKP TUGAS BELAJAR 16
CONTOH PENYUSUNAN SASARAN KINERJA PEGAWAI 18
CONTOH PENYUSUNAN SKP UNTUK SATU TINGKAT CASCADING 18
CONTOH PENYUSUNAN SKP UNTUK DUA TINGKAT CASCADING 20
CONTOH PENYUSUNAN SKP UNTUK PEGAWAI PELAJAR 22
3

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Pegawai Yang Dinilai dan Pejabat Penilai Kinerja _______________________________________________ 4
Gambar 2 Penuangan PK ke format SKP (Kualitatif) Pimpinan Unit Kerja _____________________________________ 6
Gambar 3 Format SKP Pimpinan Unit Kerja Mandiri ____________________________________________________ 7
Gambar 4 Contoh Manual Indikator ______________________________________________________________ 8
Gambar 5 Piramida Kinerja ____________________________________________________________________ 9
Gambar 6 Matriks Peran Hasil Satu Tingkat ________________________________________________________ 10
Gambar 7 Matriks Peran Hasil Dua Tingkat _________________________________________________________ 11
Gambar 8 Penuangan Matriks Peran Hasil ke Format SKP (Kualitatif) Pegawai _________________________________ 12
Gambar 9 Perilaku Kerja pada Format SKP _________________________________________________________ 13
Gambar 10 Contoh Lampiran SKP _______________________________________________________________ 14
Gambar 11 Contoh PK Pimpinan Unit Kerja _________________________________________________________ 18
Gambar 12 Contoh Matriks Pembagian Peran dan Hasil Satu Tingkat antara Pimpinan Unit Kerja dan seluruh pegawai _____ 18
Gambar 13 Contoh Format SKP Pegawai Satu Tingkat _________________________________________________ 19
Gambar 14 Contoh Matriks Pembagian Peran dan Hasil Antara Pimpinan Unit Kerja dan Ketua Tim (Tingkat 1) ___________ 20
Gambar 15 Contoh Matriks Pembagian Peran dan Hasil Antara Ketua Tim dan Anggota Tim (Tingkat 2) ________________ 20
Gambar 16 Contoh Format SKP Pegawai Dua Tingkat __________________________________________________ 21
Gambar 17 Contoh Format SKP Pegawai Pelajar _____________________________________________________ 23

PERENCANAAN KINERJA
Sesuai dengan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 6 Tahun 2022, bahwa pengelolaan kinerja
pegawai ditujukan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK). Pengelolaan kinerja pegawai merupakan suatu proses yang berkesinambungan mulai dari
perencanaan kinerja; pelaksanaan, pemantauan dan pembinaan kinerja; penilaian kinerja; dan
tindak lanjut. Mekanisme dalam setiap proses tersebut akan dijelaskan ke dalam masing-masing
modul.

Modul ini akan menjelaskan mekanisme perencanaan kinerja. Perencanaan kinerja dilakukan dalam
delapan tahap, yang dijelaskan pada Alur Perencanaan SKP. Format SKP dapat disusun
menggunakan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kebijakan di Kemendikbudristek
menggunakan pendekatan kualitatif, karena format kualitatif juga dapat mengakomodir pekerjaan
dengan karakteristik kuantitatif.
4

Pada seluruh proses pengelolaan kinerja diperlukan komitmen pimpinan, baik selaku Pejabat Penilai
maupun sebagai Ketua Tim, mengingat hasil kerja dan perilaku kerja yang tertuang dalam dokumen
SKP pada umumnya merupakan ekspektasi pimpinan.
Dalam setiap dokumen SKP mencantumkan Pegawai Yang Dinilai dan Pejabat Penilai Kinerja, seperti
tampak pada gambar berikut.

NO PEGAWAI YANG DINILAI NO PEJABAT PENILAI KINERJA


1 NAMA Dani 1 NAMA

2 NIP 2 NIP (*opsional)

3 PANGKAT/ GOL. RUANG 3 PANGKAT/ GOL. RUANG

4 JABATAN Penyusun Program Fasilitasi Pendidikan 4 JABATAN

5 UNIT KERJA Lembaga ... 5 UNIT KERJA

Gambar 1 Pegawai Yang Dinilai dan Pejabat Penilai Kinerja

• Pegawai Yang Dinilai adalah pegawai yang hasil kerja dan perilaku kerjanya mendapatkan
penilaian dari Pejabat Penilai Kinerja pada dokumen yang ditetapkan.
• Pejabat Penilai Kinerja adalah atasan langsung pegawai dengan ketentuan paling rendah
pejabat pengawas atau pejabat lain yang diberi pendelegasian wewenang oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian.
• Ketua Tim adalah pejabat fungsional ataupun pelaksana yang diberikan peran oleh Pimpinan
Unit Kerja untuk mengkoordinasikan tim kerja dibawah Pimpinan Unit Kerja dan bertugas
untuk melaporkan pelaksanaan tugas tim kerja kepada Pimpinan Unit Kerja. Ketua Tim dapat
memberikan rekomendasi penilaian kinerja anggota tim kerja kepada Pejabat Penilai Kinerja.

ALUR PERENCANAAN SKP


1. Tahap Pertama: Melihat gambaran keseluruhan organsisasi pada dokumen Rencana Strategis
(Renstra) instansi/unit kerja dan Perjanjian Kinerja (PK) unit kerja
a. Pimpinan melihat sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang tercantum dalam
Rencana Strategis Instansi
b. Pimpinan melihat sasaran kinerja, indikator kinerja dan target pada PK yang diturunkan dari
Renstra Instansi dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Instansi

2. Tahap Kedua: Menetapkan dan mengklarifikasi ekspektasi atas hasil kerja dan perilaku kerja
pejabat pimpinan tinggi dan pimpinan unit kerja mandiri serta menuangkan dalam format SKP,
5

yang meliputi Hasil Kerja Utama, Hasil Kerja Tambahan (jika ada), dan Perilaku Kerja. a. Hasil
Kerja
1) Rencana hasil kerja bagi Pejabat Pimpinan Tinggi dan Pimpinan Unit Mandiri terdiri atas
hasil kerja utama yang mencerminkan tingkat prioritas tinggi dan hasil kerja tambahan
yang mencerminkan tingkat prioritas rendah.
2) Sasaran, indikator dan target pada PK merupakan ekspektasi pimpinan yang wajib
dituangkan dalam SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan Pimpinan Unit Kerja Mandiri sebagai
prioritas tinggi (hasil kerja utama)
3) Rencana hasil kerja atau indikator kinerja memenuhi 4 perspektif, yaitu:
(a). Perspektif penerima layanan, yaitu kemampuan organisasi dalam memenuhi
keinginan dan harapan penerima layanan atau pemangku kepentingan
(b). Perspektif proses bisnis, yaitu perbaikan proses untuk menghasilkan output yang
memiliki nilai tambah
(c). Perspektif penguatan internal, yaitu kemampuan organisasi untuk mengembangkan
sumber daya untuk pencapaian tujuan organisasi
(d). Perspektif anggaran, yaitu kinerja dalam rangka efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran. Perspektif ini harus ada dalam rencana SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan
Pimpinan Unit Mandiri
4) Penuangan sasaran, indikator dan target pada PK ke dalam format SKP Pimpinan Unit
Kerja Mandiri dilakukan sebagai berikut.
Format SKP kualitatif
(a). kolom Hasil Kerja Utama pada format SKP diisi dengan Sasaran pada PK,
ditambahkan penugasan dari atasan langsung atau pimpinan
(b). kolom Ukuran Keberhasilan/ Indikator pada format SKP diisi dengan Target dan
Indikator pada PK, ditambahkan perspektif

Penjelasan diatas dapat digambarkan sebagai berikut.


6

PERJANJIAN KINERJA PIMPINAN UNIT KERJA


Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Target
Sasaran 1 [IKK 1.1] … target 1
[IKK 1.2] … target 2
Sasaran 2 [IKK 2.1] … target 3
[IKK 2.2] … target 4

SKP KUALITATIF
HASIL KERJA
A. UTAMA
1 Sasaran 1
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :
- target 1 , [IKK1.1]
- target 2, [IKK1.2]
2
Sasaran 2

Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :


- target 1 , [IKK2.1]
- target 2, [IKK2.2]

Gambar 2 Penuangan PK ke format SKP (Kualitatif) Pimpinan Unit Kerja

b. Perilaku kerja
1) Standar Perilaku Kerja Pegawai didasarkan pada Nilai Dasar ASN: BerAKHLAK, yaitu:
• Berorientasi Pelayanan
• Akuntabel
• Kompeten
• Harmonis
• Loyal
• Adaptif
• Kolaboratif
2) Melalui dialog kinerja, pimpinan dapat memberikan ekspektasi khusus terhadap perilaku
kerja yang harus ditunjukkan pegawai dalam rangka pencapaian hasil kerja yang
diharapkan
3) Hasil dialog kinerja terkait ekspektasi pimpinan dituangkan dalam format SKP, dengan
contoh sebagai berikut.
SASARAN KINERJA PEGAWAI
PENDEKATAN HASIL KERJA KUALITATIF
BAGI PEJABAT PIMPINAN TINGGI DAN PIMPINAN UNIT KERJA MANDIRI

(NAMA INSTANSI) PERIODE PENILAIAN: ….. JANUARI SD … DESEMBER TAHUN ….


NO PEGAWAI YANG DINILAI NO PEJABAT PENILAI KINERJA
1 NAMA 1 NAMA

2 NIP 2 NIP (*opsional)

3 PANGKAT/ GOL. RUANG 3 PANGKAT/ GOL. RUANG

4 JABATAN Kepala Biro … 4 JABATAN Sekretaris Jenderal


7

5 UNIT KERJA Biro … 5 UNIT KERJA Sekretariat Jenderal


HASIL KERJA
A. UTAMA
1 Meningkatnya Indeks penerapan sistem merit ASN Kemendikbudristek (Penugasan dari Sekretaris Jenderal)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :
- 35% pegawai yang memperoleh nilai kinerja minimal 110 (Perspektif Penerima Layanan)
- 60% pegawai dengan perolehan pengembangan kompetensi minimal 20JP (Perspektif Penerima Layanan)
- 55% pegawai yang menjalani mutasi jabatan dan/atau mutasi wilayah sesuai pola karir Kemendikbudristek dan kebutuhan organisasi (Perspektif
Penerima Layanan)

2 Meningkatnya tata kelola Biro Sumber Daya Manusia (Penugasan dari Sekretaris Jenderal)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :
- Predikat SAKIP Biro Sumber Daya Manusia minimal A (Perspektif Penguatan Internal)
- Nilai Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan RKA-K/L Biro Sumber Daya Manusia minimal 93,75 (Perspektif Anggaran)

B. TAMBAHAN
1 (Hasil yang diharapkan dengan prioritas rendah disertai dengan Jabatan Pimpinan yang memberikan penugasan)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :

Gambar 3 Format SKP Pimpinan Unit Kerja Mandiri

3. Tahap Ketiga: Menyusun manual indikator kinerja untuk SKP Pejabat Pimpinan Tinggi dan
Pimpinan Unit Kerja Mandiri
8

a. Manual indikator kinerja individu disusun untuk setiap ukuran keberhasilan/ indikator kinerja
individu
b. Manual indikator kinerja dapat mengacu pada definisi operasional indikator Renstra

Gambar 4 Contoh Manual Indikator

4. Tahap Keempat: Menyusun strategi pencapaian hasil kerja


Setelah memahami apa yang akan dicapai di Tingkat instansi dan unit kerja, pejabat pimpinan
tinggi dan pimpinan unit kerja mandiri perlu menyusun strategi pencapaian hasil kerja untuk
9

setiap ukuran keberhasilan/ indikator kinerja individu dan target pada SKP Pimpinan menyusun
strategi pencapaian hasil kerja.

5. Tahap kelima: Membagi peran pegawai berdasarkan strategi pencapaian hasil kerja
a. Hasil identifikasi strategi pencapaian hasil kerja dibagi kepada pegawai yang
bertanggungjawab baik secara mandiri maupun dalam tim kerja sesuai dengan kompetensi,
keahlian, dan atau keterampilan, serta kualitas dan tingkat kendali.
b. Kualitas dan tingkat kendali hasil kerja pejabat administrasi dan pejabat fungsional dapat
digambarkan dalam piramida kinerja sebagai berikut.

Gambar 5 Piramida Kinerja

• outcome, yaitu hasil/ manfaat/ dampak yang diharapkan dalam jangka pendek,
menengah atau panjang;
• outcome antara, yaitu hasil/manfaat/dampak yang diperoleh dari penyelarasan
dengan metode direct cascading;
• output dengan tingkat kendali rendah, yaitu hasil/ keluaran dalam bentuk produk
atau layanan yang pencapaiannya dipengaruhi secara dominan oleh selain pemilik
rencana hasil kerja.
• output dengan tingkat kendali sedang, yaitu hasil/ keluaran dalam bentuk produk
atau layanan yang pencapaiannya dipengaruhi secara berimbang oleh pemilik
rencana hasil kerja dan selain pemilik rencana hasil kerja;
• output dengan tingkat kendali tinggi, yaitu hasil/ keluaran dalam bentuk produk atau
layanan yang pencapaiannya dipengaruhi secara dominan oleh pemilik rencana hasil
kerja.
c. Hasil pembagian peran dan hasil yang dilakukan dituangkan dalam Matriks Pembagian Peran
dan Hasil
10

d. Matriks pembagian peran dan hasil adalah sebuah tabel yang mengidentifikasi peran hasil
setiap pegawai untuk mendukung pencapaian hasil kerja pimpinannya dan harus
mencerminkan pencapaian (hasil).
e. Langkah untuk membuat matriks pembagian peran dan hasil
1) Matriks peran dan hasil penyelarasan satu tingkat (tidak dibentuk tim kerja)
(a). Tuliskan setiap ukuran keberhasilan/indikator kinerja individu Pejabat Pimpinan Tinggi
atau Pimpinan Unit Kerja Mandiri di baris paling atas tabel
(b). Daftar setiap Pegawai di unit kerja berikut jabatannya pada kolom kiri matriks
kebawah
(c). Untuk setiap sel tabel, cantumkan peran hasil Pegawai untuk mendukung ukuran
keberhasilan/indikator kinerja individu Pejabat Pimpinan Tinggi atau Pimpinan Unit
Kerja Mandiri sesuai hasil identifikasi strategi pencapaian hasil kerja yang telah dibagi
ke penanggung jawab
(d). Peran hasil setiap Pegawai pada poin (c) adalah rencana hasil kerja yang akan
dituliskan dalam Format SKP

Pimpinan
Ahmad IKK 1 IKK 2 IKK 3
Unit Kerja
peran hasil 1 peran hasil 3

Agus JF 1
peran hasil 2

peran hasil 1 peran hasil 3

Arif JF 2
peran hasil 2

peran hasil 1 peran hasil 3

Andi Pelaksana 1
peran hasil 2 peran hasil 4

peran hasil 1 peran hasil 3

Anta Pelaksana 2
peran hasil 2 peran hasil 4

Gambar 6 Matriks Peran Hasil Satu Tingkat

2) Matriks peran dan hasil penyelarasan dua tingkat (dibentuk tim kerja)
(a). Tuliskan ukuran keberhasilan/ indikator kinerja individu Pejabat Pimpinan Tinggi atau
Pimpinan Unit Kerja Mandiri di baris paling atas tabel
(b). Daftar setiap pegawai di unit kerja berikut jabatannya pada kolom kiri matriks baik
yang akan diberikan peran sebagai ketua tim
(c). Untuk setiap sel tabel, cantumkan peran hasil pegawai untuk mendukung ukuran
keberhasilan/indikator kinerja individu Pejabat Pimpinan Tinggi atau Pimpinan Unit
11

Kerja Mandiri sesuai hasil identifikasi strategi pencapaian hasil kerja yang telah dibagi
ke penanggung jawab
(d). Setelah matriks pembagian peran dan hasil Pejabat Pimpinan Tinggi dan Pimpinan
Unit Kerja Mandiri terbentuk, selanjutnya disusun matriks pembagian peran dan
hasil antara Ketua Tim dan Anggota Tim Kerja
(e). Tuliskan rencana hasil kerja ketua tim di baris paling atas tabel
(f). Daftar setiap anggota tim berikut jabatannya pada kolom kiri matriks
(g). Untuk setiap sel tabel, cantumkan hasil peran anggota tim untuk mendukung rencana
hasil kerja tim sesuai hasil identifikasi strategi pencapaian hasil kerja yang telah
dibagi ke penanggung jawab
(h). Peran hasil setiap Pegawai pada poin (c) dan (g) adalah rencana hasil kerja yang akan
dituliskan dalam format SKP

Matriks Pimpinan Unit Kerja dan Ketua Tim


Ahmad Pimpinan Unit Kerja IKK 1 IKK 2 IKK 3
peran hasil 1 peran hasil 3
Budi Ketua Tim 1
peran hasil 2
peran hasil 1
Ilham Ketua Tim 2
peran hasil 2
peran hasil 1 peran hasil 3
Agus JF 1
peran hasil 2
peran hasil 1 peran hasil 3
Arif JF 2
peran hasil 2

Matriks Ketua Tim dan Anggota Tim


Budi Ketua Tim 1 peran hasil 1 peran hasil 2 peran hasil 3
hasil 1
Desi Anggota 1
hasil 2
hasil 1
Dewi Anggota 2
hasil 2
Gambar 7 Matriks Peran Hasil Dua Tingkat

6. Tahap Keenam: Menetapkan jenis rencana hasil kerja


a. Rencana hasil kerja terdiri atas hasil kerja utama yang mencerminkan tingkat prioritas tinggi
dan hasil kerja tambahan yang mencerminkan tingkat prioritas rendah (bagi pejabat
administrasi dan pejabat fungsional)
b. Tingkat prioritas untuk rencana hasil kerja pegawai dalam kategori tinggi atau rendah
ditentukan oleh Pejabat Penilai Kinerja
c. Rencana hasil kerja dapat dimasukan dalam hasil kerja utama selama mendukung kinerja
organisasi.
7. Tahap Ketujuh: Menetapkan dan mengklarifikasi ekspektasi atas hasil kerja dan perilaku kerja
jabatan administrasi dan jabatan fungsional serta menuangkan ke dalam format SKP, yang
12

meliputi Hasil Kerja Utama, Hasil Kerja Tambahan (jika ada), Perilaku Kerja, dan Lampiran SKP. a.
Hasil Kerja
1) Ukuran keberhasilan/ indikator kinerja individu dan target hasil kerja pegawai ditentukan
berdasarkan pendekatan kualitatif;

(a). Pendekatan kualitatif memiliki ukuran keberhasilan/indikator kinerja individu beserta


target dalam satu narasi
(b). Pendekatan kuantitatif memiliki ukuran keberhasilan/indikator kinerja individu
dinarasikan terpisah dari target
2) Ukuran keberhasilan indikator kinerja individu berupa: (a). Kuantitas
(b). Kualitas
(c). Waktu atau kecepatan penyelesaian hasil kerja (d).
Biaya
3) Tata cara penyusunan format SKP dari matriks pembagian peran sebagai berikut.
Format SKP kualitatif
(a). kolom Hasil Kerja Utama pada format SKP diambil dari peran hasil pegawai ybs pada
matriks peran hasil, ditambahkan penugasan dari atasan langsung atau pimpinan
(b). kolom Ukuran Keberhasilan/ Indikator pada format SKP dituliskan secara deskriptif
apa saja ukuran keberhasilan dari hasil kerja yang direncanakan sesuai dengan
ekspektasi pimpinan
Matriks Ketua Tim dan Anggota Tim
Ketua
Budi peran hasil 1 peran hasil 2 peran hasil 3
Tim 1
Desi Anggota 1 hasil 1
hasil 2
Dewi Anggota 2 peran hasil 1
peran hasil 2

SKP KUALITATIF
HASIL KERJA
A. UTAMA
1 hasil 1 (Penugasan dari…)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :
-
2 hasil 2 (Penugasan dari…)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :
-
Gambar 8 Penuangan Matriks Peran Hasil ke Format SKP (Kualitatif) Pegawai

b. Perilaku Kerja
1) Standar perilaku kerja ASN didasarkan pada nilai dasar ASN: BerAKLHAK
2) Melalui dialog kinerja sepanjang tahun pimpinan dapat memberikan ekspektasi khusus
(optional) terhadap perilaku kerja yang harus ditunjukkan pegawai dalam rangka
pencapaian hasil kerja yang diharapkan.
13

3) Hasil dialog kinerja untuk menetapkan dan mengklarifikasi ekspektasi pejabat


administrasi dan pejabat fungsional dituangkan dalam format SKP untuk pendekatan
kualitatif atau kuantitatif.

Gambar 9 Perilaku Kerja pada Format SKP

8. Tahap Kedelapan: Menyepakati sumber daya yang dibutuhkan, skema pertanggungjawaban dan
konsekuensi pencapaian kinerja serta menuangkan dalam format Lampiran SKP a. Sumber Daya
Sumber daya yang dibutuhkan dalam rangka pemenuhan ekspektasi dapat berupa: a)
Sumber daya manusia
b) Anggaran
c) Peralatan kerja
d) Pendampingan Pimpinan
e) Sarana dan prasarana
b. Skema pertanggungjawaban
14

Pimpinan dan Pegawai menyepakati waktu pelaporan perkembangan hasil kerja beserta data
yang dilaporkan

c. Konsekuensi Pencapaian Kinerja


Pimpinan dan Pegawai dapat menyapakati 2 bentuk konsekuensi:
a) Konsekuensi Positif: jika kinerja memenuhi Ekspektasi Pimpinan
b) Konsekuensi Negatif: jika kinerja tidak memenuhi Ekspektasi Pimpinan
d. Kesepakatan atas sumber daya yang dibutuhkan, skema pertanggungjawaban dan
konsekuensi pencapaian kinerja menjadi lampiran tidak terpisahkan dari SKP seluruh Pegawai
dan dituangkan dalam format Lampiran SKP.

LAMPIRAN SASARAN KINERJA PEGAWAI


DUKUNGAN SUMBER DAYA
1 Dukungan sarana administrasi yang memadai (printer, tinta, kertas, post it…)
2 Dukungan sarana prasarana IT yang memadai
3 Dukungan pimpinan dalam pengambilan kebijakan internal

SKEMA PERTANGGUNGJAWABAN
1 Progres penyelesaian SK dilaporkan secara berkala
2
3

KONSEKUENSI
1 Direkomendasikan untuk pengembangan kompetensi
2

(tempat), (tanggal, bulan, tahun)


Pegawai yang dinilai Pejabat Penilai Kinerja

(nama) (nama)
NIP (nip) NIP (nip)
Gambar 10 Contoh Lampiran SKP

ALUR PERENCANAAN SKP BAGI PEGAWAI MUTASI


Pegawai mutasi dari satu unit kerja/ instansi ke unit kerja/ instanti lainnya atau dari satu jabatan ke
jabatan lainya, selain pegawai tersebut telah menyusun dan dilakukan evaluasi kinerja pada unit
kerja/ instansi atau jabatan lama, pegawai yang bersangkutan juga wajib menyusun rencana kinerja
atau format SKP pada unit kerja/ instansi atau jabatan baru dan ditetapkan oleh Pejabat Penilai
15

Kinerja pada unit kerja/ instansi atau jabatan baru. Penyusunan rencana kinerja pegawai mutasi
sesuai dengan unit kerja/instansi atau jabatan baru, prosesnya sesuai tahapan yang telah dijelaskan
pada Alur Perencanaan SKP diatas.
16

ALUR PERENCANAAN SKP TUGAS BELAJAR


PNS yang melaksanakan tugas belajar melakukan dialog kinerja dengan pejabat penilai kinerja untuk
mengklarifikasi ekspektasi hasil kerja dan perilaku kerja pegawai. Hasil kerja pegawai pelajar
merupakan ekspektasi hasil evaluasi kerja akademik dan ketepatan waktu kelulusan. Dalam
menetapkan ekspektasi atas hasil evaluasi akademik, pejabat penilai mempertimbangkan akreditasi
institusi dan program studi bagi pegawai yang melaksanakan tugas belajar di dalam atau di luar
negeri.
Berikut adalah panduan dalam menentukan ekspektasi atas hasil evaluasi akademik bagi pegawai
yang melaksanakan tugas belajar di dalam negeri:
a. Strata 1 (S – 1)

b. Profesi, Strata 2 (S – 2) / Strata 3 (S – 3)

Berikut adalah panduan dalam menentukan ekspektasi atas hasil evaluasi akademik bagi pegawai
yang melaksanakan tugas belajar di luar negeri:
a. Strata 1 (S – 1)

b. Profesi, Strata 2 (S – 2) / Strata 3 (S – 3)


17

Berikut adalah panduan dalam menentukan ekspektasi atas ketepatan waktu kelulusan: a.
Lebih cepat: pegawai lulus lebih cepat dari jangka waktu tertentu
b. Tepat waktu: pegawai lulus sesuai jangka waktu tertentu
c. Adanya perpanjangan: pegawai lulus tidak tepat waktu atau adanya perpanjangan jangka
waktu tugas belajar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Perilaku kerja pegawai yang melaksanakan tugas belajar merupakan nilai dasar ASN BerAKHLAK
berserta panduan perilakunya dan dapat ditambahkan dengan ekspektasi khusus.
Ekspektasi atas hasil kerja dan perilaku kerja pegawai tugas belajar dituangkan dalam format
SKP.
Pejabat Penilai Kinerja dan pegawai dapat menyepakati sumber daya yang dibutuhkan, skema
pertanggungjawaban dan konsekuensi pencapaian kinerja. Kesepakatan Pejabat Penilai Kinerja
dan pegawai dituangkan dalam format Lampiran SKP.
Pegawai yang memulai tugas belajar pada pertengahan tahun kalender, maka ekspektasi
Pejabat Penilai Kinerja terhadap pegawai selama melakukan tugas belajar ditambahkan pada
SKP tahun kinerja tersebut.

CONTOH PENYUSUNAN SASARAN KINERJA PEGAWAI

Contoh Penyusunan SKP untuk Satu Tingkat Cascading


Pada contoh penyusunan SKP untuk satu tingkat cascading, acuan utama adalah dari PK Pimpinan
Unit Kerja. Setelah dilakukan dialog kinerja antara pimpinan dan para pegawai di lingkungan unit
kerja, selanjutnya dibuat matriks pembagian peran dan hasil. Setelah seluruh pegawai mendapatkan
peran untuk menghasilkan output dalam pencapaian target unit kerja seperti dalam matriks peran
dan hasil, maka selanjutnya masing-masing pegawai menuangkan hasil kerjanya ke dalam format
SKP, dan menentukan ukuran keberhasilan atau indikator kinerja individu. Pada format SKP
tersebut, perilaku kerja seperti pada Gambar 9 juga ditambahkan, dan pimpinan dapat
menambahkan ekspektasi khusus terhadap perilaku kerja pegawai.
Penjelasan diatas dapat terlihat pada gambar berikut.

Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Target


BB
(SK 1) Menguatnya tatakelola dan Predikat SAKIP
sistem pengendalian manajemen di
lingkungan Ditjen PAUD, Dikdas, dan 82
Dikmen Nilai Kinerja Anggaran atas Pelaksanaan RKA-K/L
18

Persentase Satuan Pendidikan (jenjang SD, SMP, SMA, 28


dan SLB) yang memiliki nilai kinerja sekolah (scorecard)
minimal 75
(SK 2) Meningkatnya penjaminan mutu Persentase kesenjangan hasil AKM dan Survei Karakter 5
pendidikan di seluruh jenjang antara sekolah dengan kinerja terbaik dan kinerja
pendidikan terburuk
Persentase kab/kota yang memiliki data pokok 95
pendidikan dasar dan menengah akurat, terbarukan dan
berkelanjutan
Gambar 11 Contoh PK Pimpinan Unit Kerja

Matriks Peran Hasil Level 1 - Kepala Satker dan Ketua Tim (dan pegawai) dibawah Kepala Satker

(SK 1) Menguatnya tatakelola dan


sistem pengendalian manajemen di
Sasaran Kegiatan (SK 2) Meningkatnya penjaminan mutu pendidikan di seluruh jenjang pendidikan
lingkungan
Ditjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen
Nilai Kinerja Persentase Satuan Pendidikan Persentase kesenjangan hasil Persentase kab/kota yang
Anggaran atas (jenjang SD, SMP, SMA, dan AKM dan Survei Karakter memiliki data pokok pendidikan
Ahmad Kepala LPMP Predikat SAKIP Pelaksanaan SLB) yang memiliki nilai kinerja antara sekolah dengan kinerja dasar dan menengah akurat,
RKAK/L sekolah terbaik dan kinerja terburuk terbarukan dan berkelanjutan
(scorecard) minimal 75
Arif JF A Layanan bimbingan dan Model/media Pembelajaran
pendampingan peningkatan jenjang SD, SMP, SMA, dan SLB
mutu bagi satuan pendidikan tersedia sesuai dengan
yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang
kebutuhan dan ketentuan berlaku
Layanan fasilitasi
pengembangan Model/ media
Pembelajaran jenjang SD, SMP,
SMA, dan SLB sesuai dengan
kebutuhan dan ketentuan yang
berlaku
Dani Penyusun Program Rancangan kegiatan Bimtek Dokumen studi kelayakan
Fasilitasi Pendidikan Peningkatan Mutu, Workshop pengembangan model sesuai
Penyusunan BP sesuai ADK dengan kebutuhan jenjang
SMA
Petunjuk pelaksaaan kegiatan Rancangan model
Bimtek Peningkatan Mutu, pembelajaran berbasis
Workshop Penyusunan BP Hypermedia sesuai kebutuhan
sesuai ketentuan lembaga jenjang SMA
Agus JF B Hasil supervisi satuan pendidikan Hasil analisis kesenjangan AKM
Jenjang SD, SMP, SMA, dan dan Survei Karakter satuan
SLB Kabupaten/Kota pendidikan Jenjang SD, SMP,
.......sesuai dengan nilai SMA, dan SLB di wilayah ......
kinerjanya. yang tepat dan akurat
Gambar 12 Contoh Matriks Pembagian Peran dan Hasil Satu Tingkat antara Pimpinan Unit Kerja dan seluruh pegawai

PERIODE PENILAIAN: ….. JANUARI SD … DESEMBER TAHUN


(NAMA INSTANSI)
….

NO PEGAWAI YANG DINILAI NO PEJABAT PENILAI KINERJA


1 NAMA Dani 1 NAMA

2 NIP 2 NIP (*opsional)

3 PANGKAT/ GOL. RUANG 3 PANGKAT/ GOL. RUANG

4 JABATAN Penyusun Program Fasilitasi Pendidikan 4 JABATAN

5 UNIT KERJA Lembaga ... 5 UNIT KERJA

HASIL KERJA

A. UTAMA

1 Rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP sesuai ADK(Penugasan dari Kepala Lembaga…)
19

Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- 1 rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun sesuai dengan ADK

- rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun dalam waktu 1 bulan dan siap digunakan

2 Petunjuk pelaksaaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP sesuai ketentuan lembaga(Penugasan dari Kepala
Lembaga…)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- 1 dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun sesuai dengan
ketentuan lembaga

- dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun dalam waktu satu bulan
dan siap digunakan

3 Dokumen studi kelayakan pengembangan model sesuai dengan kebutuhan jenjang SMA(Penugasan dari Kepala Lembaga…)

Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- dokumen studi kelayakan pengembangan model minimal 85% telah selesai dengan kebutuhan jenjang SMA

- dokumen studi kelayakan pengembangan model diselesaikan dalam waktu 2 bulan

B. TAMBAHAN

1 (Hasil yang diharapkan dengan prioritas rendah disertai dengan Jabatan Pimpinan yang memberikan penugasan)

Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :

Gambar 13 Contoh Format SKP Pegawai Satu Tingkat

Contoh Penyusunan SKP untuk Dua Tingkat Cascading


Pada contoh penyusunan SKP untuk dua tingkat cascading, acuan utama adalah dari PK Pimpinan
Unit Kerja. Setelah dilakukan dialog kinerja antara pimpinan dan para ketua tim untuk membahas
strategi dalam pencapaian target unit kerja, selanjutnya dituangkan dalam matriks pembagian
peran dan hasil antara pimpinan dan ketua tim.
Selanjutnya masing-masing ketua tim melakukan dialog kinerja bersama para pegawai anggota
timnya, kemudian dituliskan dalam matriks pembagian peran dan hasil antara ketuan tim dan
anggota tim. Setelah seluruh pegawai mendapatkan peran untuk menghasilkan output dalam
pencapaian target unit kerja seperti dalam matriks peran dan hasil, maka selanjutnya masing-masing
pegawai menuangkan hasil kerjanya ke dalam format SKP, dan menentukan ukuran keberhasilan
atau indikator kinerja individu. Pada format SKP tersebut, perilaku kerja seperti pada Gambar 9 juga
ditambahkan, dan pimpinan dapat menambahkan ekspektasi khusus terhadap perilaku kerja
pegawai.
20

Dengan menggunakan contoh PK Pimpinan Unit Kerja pada Gambar 11, penjelasan diatas dapat
terlihat pada gambar berikut.

Gambar 14 Contoh Matriks Pembagian Peran dan Hasil Antara Pimpinan Unit Kerja dan Ketua Tim (Tingkat 1)

Matriks Peran Hasil Level 2 - Ketua Tim dan Anggota Tim


Arif Ketua Tim Fasilitasi Layanan bimbingan dan Model/media Layanan fasilitasi pengembangan
pendampingan Pembelajaran jenjang SD, Model/ media Pembelajaran jenjang
peningkatan mutu bagi SMP, SMA, dan SLB SD, SMP, SMA, dan SLB sesuai
satuan pendidikan yang tersedia sesuai dengan dengan kebutuhan dan ketentuan
tepat sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku
Dani Penyusun Program Rancangan kegiatan Dokumen studi kelayakan
Fasilitasi Pendidikan Bimtek Peningkatan Mutu, pengembangan model
Workshop Penyusunan sesuai dengan kebutuhan
Petunjuk Rancangan model
pelaksaaan kegiatan pembelajaran berbasis
Bimtek Peningkatan Hypermedia sesuai
Mutu, kebutuhan jenjang
Workshop Penyusunan SMA
Panduan
pemanfaatan model
pembelajaran
Hypermedia sesuai
Desi Penyusun Program Instrumen Rancangan fasilitasi
Fasilitasi Pendidikan evaluasi kegiatan pengembangan model sesuai
Bimtek dengan jenjang SLB
Peningkatan
Mutu,
Hasil analisis evaluasi Petunjuk pelaksanaan fasilitasi
Bimtek Peningkatan Mutu, pengembangan model jenjang SLB
Workshop Penyusunan
Gambar 15 Contoh Matriks Pembagian Peran dan Hasil Antara Ketua Tim dan Anggota Tim (Tingkat 2)

(NAMA INSTANSI) PERIODE PENILAIAN: ….. JANUARI SD … DESEMBER TAHUN


….

NO PEGAWAI YANG DINILAI NO PEJABAT PENILAI KINERJA


1 NAMA Dani 1 NAMA

2 NIP 2 NIP (*opsional)

3 PANGKAT/ GOL. RUANG 3 PANGKAT/ GOL. RUANG


21

4 JABATAN Penyusun Program Fasilitasi Pendidikan 4 JABATAN

5 UNIT KERJA Lembaga ... 5 UNIT KERJA

HASIL KERJA
A. UTAMA
1 Rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP sesuai ADK (Penugasan dari Ketua Tim Fasilitasi)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- 1 rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun sesuai dengan ADK

- rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun dalam waktu 1 bulan dan siap digunakan

2 Petunjuk pelaksaaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP sesuai ketentuan lembaga (Penugasan dari Ketua Tim
Fasilitasi)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- 1 dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun sesuai dengan
ketentuan lembaga

- dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun dalam waktu satu bulan
dan siap digunakan

3 Dokumen studi kelayakan pengembangan model sesuai dengan kebutuhan jenjang SMA(Penugasan dari Ketua Tim Fasilitasi)

Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- dokumen studi kelayakan pengembangan model minimal 85% telah selesai dengan kebutuhan jenjang SMA

- dokumen studi kelayakan pengembangan model diselesaikan dalam waktu 2 bulan

B. TAMBAHAN

1 (Hasil yang diharapkan dengan prioritas rendah disertai dengan Jabatan Pimpinan yang memberikan penugasan)

Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :

Gambar 16 Contoh Format SKP Pegawai Dua Tingkat

Contoh Penyusunan SKP untuk Pegawai Pelajar


Dalam hal pegawai mendapatkan tugas belajar atau sebagai pegawai pelajar, maka berikut hal-hal
yang perlu diperhatikan.

1. Jika pada tahun berjalan pegawai menjalankan dua kondisi, yaitu sebagai pegawai aktif,
kemudian sebagai pegawai pelajar, atau sebaliknya, maka yang dituliskan dalam format SKP
adalah hasil kerja sesuai pembagian peran dan hasil pada saat pegawai aktif, dan juga hasil kerja
pada saat pegawai menjalankan tugas belajar (seperti pada contoh gambar dibawah).
2. Jika selama tahun berjalan pegawai melaksanakan tugas belajar, maka hasil kerja yang perlu
dituliskan pada format SKP hanya yang berkaitan dengan tugas belajarnya saja, kemudian
dituliskan juga indikator keberhasilannya (seperti pada contoh gambar dibawah, nomor 4 yang
dicetak tebal).
22

3. Pada format SKP tersebut, perilaku kerja seperti pada Gambar 9 ditambahkan, dan pimpinan dapat
menambahkan ekspektasi khusus terhadap perilaku kerja pegawai.
(NAMA INSTANSI) PERIODE PENILAIAN: ….. JANUARI SD … DESEMBER TAHUN
….

NO PEGAWAI YANG DINILAI NO PEJABAT PENILAI KINERJA


1 NAMA Dani 1 NAMA

2 NIP 2 NIP (*opsional)

3 PANGKAT/ GOL. RUANG 3 PANGKAT/ GOL. RUANG

4 JABATAN Penyusun Program Fasilitasi Pendidikan 4 JABATAN

5 UNIT KERJA Lembaga ... 5 UNIT KERJA

HASIL KERJA
A. UTAMA
1 Rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP sesuai ADK (Penugasan dari Ketua Tim Fasilitasi)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- 1 rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun sesuai dengan ADK

- rancangan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun dalam waktu 1 bulan dan siap digunakan

2 Petunjuk pelaksaaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP sesuai ketentuan lembaga (Penugasan dari Ketua
Tim
Fasilitasi)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- 1 dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun sesuai dengan
ketentuan lembaga

- dokumen petunjuk pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Mutu, Workshop Penyusunan BP telah selesai disusun dalam waktu satu
bulan dan siap digunakan

3
Dokumen studi kelayakan pengembangan model sesuai dengan kebutuhan jenjang SMA(Penugasan dari Ketua Tim Fasilitasi)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- dokumen studi kelayakan pengembangan model minimal 85% telah selesai dengan kebutuhan jenjang SMA

- dokumen studi kelayakan pengembangan model diselesaikan dalam waktu 2 bulan

4* Hasil evaluasi akademik semester 1 memuaskan


Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target :

- Nilai Indeks Prestasi (Kumulatif) lebih dari 3.5

- Laporan progress studi selama semester berjalan

B. TAMBAHAN

1 (Hasil yang diharapkan dengan prioritas rendah disertai dengan Jabatan Pimpinan yang memberikan penugasan)
Ukuran keberhasilan/ Indikator Kinerja Individu, Target, dan Perspektif :
23

Gambar 17 Contoh Format SKP Pegawai Pelajar

KEMDIKBUDRISTEK
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Biro Sumber Daya Manusia


Gedung C Jl. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta Pusat
kinerja.sdm@kemdikbud.go.id https://sdm.kemdikbud.go.id
@birosdm_kemdikbud
PANDUAN EVALUASI KINERJA AKHIR TAHUN
PERMENPAN RB NOMOR 6 TAHUN 2022
KEMDIKBUDRISTEK

1. Nilai Capaian Kinerja Akhir Organisasi

Berdasarkan Permenpan RB Nomor 6 Tahun 2022, capaian kinerja akhir organisasi


didapatkan dari kuadran di bawah ini:

a. Hasil (IKU dan Delivery Ekspektasi Pimpinan) pada sumbu Y

Setiap unit kerja melihat capaian IKK yang telah diinput pada aplikasi SPASIKITA.
Selanjutnya capaian masing-masing indikator diambil rata-rata dalam bentuk
persentase.
Indikator Kinerja Realisasi
Sasaran Kegiatan Kegiatan Target SPASIKITA Capaian Hasil

Meningkatnya [IKK 1.1] Persentase


Indeks penerapan pegawai yang
35 34.42 98.34% 98.34%
sistem merit ASN memperoleh nilai kinerja
Kemendikbudristek minimal 110
[IKK 1.2] Persentase
pegawai dengan perolehan
60 58.7 97.83% 97.83%
pengembangan
kompetensi minimal 20JP
Indikator Kinerja Realisasi
Sasaran Kegiatan Kegiatan Target SPASIKITA Capaian Hasil

1
[IKK 1.3] Persentase
pegawai yang menjalani
mutasi jabatan dan/atau
mutasi wilayah sesuai pola 55 60.29 109.61% 109.61%
karir
Kemendikbudristek dan
kebutuhan organisasi
Meningkatnya tata [IKK 2.1] Predikat
kelola Biro Sumber SAKIP Biro Sumber A A 100% 100%
Daya Manusia Daya Manusia minimal A
[IKK 2.2] Nilai Kinerja
Anggaran atas
Pelaksanaan RKA-K/L 95.5 95.94 100.46% 100.46%
Biro Sumber Daya
Manusia minimal 93,75
Rata-rata Capaian 101.25%

Jika persentase capaian IKK melebihi dari 120%, maka kolom Hasil diisikan 120%. Dari
hasil rata-rata capaian IKK maka kategori SKP sesuai dengan tabel berikut.
Kategori Sesuai PMK Capaian Kinerja Kategori pada SKP Sumbu Y untuk Hasil (IKU
Organisasi dan Delivery Ekspektasi Pimpinan)
Sangat Baik >90% Di atas Ekspektasi (Sebagian besar atau
seluruh Hasil Kerja di atas ekspektasi dan tidak ada
Hasil Kerja Utama yang di bawah ekspektasi dan
Umpan Balik sebagian/seluruhnya menunjukkan
respon positif)
Baik >80% - >90% Sesuai Ekspektasi (sebagian besar atau
seluruh Hasil Kerja sesuai ekspektasi dan hanya
sebagian kecil Hasil Kerja Utama yang di bawah
ekspektasi dan Umpan Balik sebagian menunjukkan
respon positif)
Cukup <80% Di bawah Ekspektasi(sebagian besar atau
seluruh Hasil Kerja di bawah Ekspektasi dan Umpan
balik yang diberikan atas hasil kerja pegawai
sebagian besar atau seluruhnya tidak menunjukkan
respon positif)

2
b. Proses pada Sumbu X

Nilai yang digunakan untuk sumbu X (Proses) merupakan nilai RB Kementerian. Hasil
akhir nilai RB pada setiap tahunnya melebihi tenggat waktu penilaian SKP. Sehingga
untuk SKP tahun 2022 menggunakan penilaian RB tahun 2021 berdasarkan surat
Lembar Hasil Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Tahun 2021 Nomor
B/67/M.RB.06/2022 Tanggal 7 Maret 2022, Kemendikbudristek memperoleh nilai
sebagai berikut :

Dari nilai tersebut maka proses terkait pelaksanaan RB (Indeks RB) pada sumbu X masuk
pada kategori “Sangat Baik” sesuai dengan keterangan dibawah ini :

Pelaksanaan RB
No. Predikat Nilai Absolut Interprestasi Pada SKP
(Sumbu X (Proses))
1 AA > 90 - 100 Sangat Memuaskan
Telah terwujud Good Governance.
Seluruh kinerja dikelola dengan Sangat Baik
sangat memuaskan di seluruh unit
kerja. Telah terbentuk pemerintah
yang yang dinamis, adaptif, dan

3
Pelaksanaan RB
No. Predikat Nilai Absolut Interprestasi Pada SKP
(Sumbu X (Proses))
efisien (Reform). Pengukuran
kinerja telah dilakukan sampai ke
level individu.
2 A > 80 - 90 Memuaskan
Terdapat gambaran bahwa instansi
pemerintah/unit kerja dapat
memimpin perubahan dalam
mewujudkan pemerintahan
berorientasi hasil, karena
pengukuran kinerja telah dilakukan
sampai ke level eselon
4/Pengawas/Subkoordinator.
3 BB > 70 - 80 Sangat Baik
Terdapat gambaran bahwa AKIP
sangat baik pada 2/3 unit kerja,
baik itu unit kerja utama, maupun
unit kerja pendukung.
Akuntabilitas yang sangat baik
ditandai dengan mulai terwujudnya
efisiensi penggunaan anggaran
dalam mencapai kinerja, memiliki
sistem manajemen kinerja yang
andal dan berbasis teknologi
informasi, serta pengukuran kinerja
telah dilakukan sampai ke level
eselon 3/koordinator.

4 B > 60 - 70 Baik
Terdapat gambaran bahwa AKIP
sudah baik pada 1/3 unit kerja,
khususnya pada unit kerja utama.
Terlihat masih perlu adanya sedikit
Baik
perbaikan pada unit kerja, serta
komitmen dalam manajemen
kinerja. Pengukuran kinerja baru
dilaksanakan sampai dengan level
eselon 2/unit kerja.
5 CC > 50 - 60 Cukup (Memadai) Kurang

4
Terdapat gambaran bahwa AKIP
cukup baik. Namun demikian,
masih perlu banyak perbaikan
walaupun tidak mendasar
khususnya akuntabilitas kinerja
pada unit kerja.
Pelaksanaan RB
No. Predikat Nilai Absolut Interprestasi Pada SKP
(Sumbu X (Proses))
6 C > 30 - 50 Kurang
Sistem dan tatanan dalam AKIP
kurang dapat diandalkan. Belum
terimplementasi sistem
manajemen kinerja sehingga masih
perlu banyak perbaikan mendasar
di level pusat.
7 D > 0 - 30 Sangat Kurang
Sistem dan tatanan dalam AKIP
sama sekali tidak dapat diandalkan.
Sama sekali belum terdapat
penerapan manajemen kinerja
sehingga masih perlu banyak
perbaikan/perubahan yang sifatnya
sangat mendasar, khususnya dalam
implementasi
SAKIP.

Dari hasil yang diperoleh maka nilai capaian kinerja organisasi dapat dilihat pada kuadran
capaian organisasi berdasarkan perpotongan sumbu Y (hasil) dan sumbu X (proses).
Contoh :
Sumbu Y (hasil) berdasarkan nilai capaian IKU didapatkan rata-rata 101.25%, maka hasil
konversi pada SKP masuk pada kategori di atas ekspektasi.
Sumbu X (proses) berdasarkan nilai RB Kemdikbudristek didapatkan nilai 78.79, maka hasil
konversi pada SKP masuk pada kategori sangat baik.
Sehingga nilai capaian organisasi adalah istimewa berdasarkan kuadran kinerja.

5
2. Nilai Predikat Kinerja Akhir Pegawai

Pegawai mengisikan realisasi berdasarkan bukti dukung. Pimpinan mengisikan kolom


umpan balik berkelanjutan berdasarkan bukti dukung, sebagaimana contoh berikut.

Kolom umpan balik pada perilaku kerja diisikan oleh pimpinan berdasarkan pengamatan
dengan mempertimbangkan rekomendasi dari rekan kerja atau bawahan, sebagaimana
contoh berikut.

Pimpinan mengisikan rating hasil kerja dan rating perilaku kerja.

6
Dalam memberikan predikat kinerja pegawai memperhatikan capaian kinerja organisasi.
Berdasarkan Permenpan RB Nomor 6 Tahun 2022, capaian kinerja akhir individu
didapatkan dari kuadran di bawah ini :

3. Dokumen SKP

Dokumen SKP memuat : a.


Rencana
Rencana ditandantangani oleh pegawai dan pejabat penilai kinerja awal bulan januari
atau awal periode SKP pegawai tersebut (Hari Kerja)
b. Lampiran
Untuk JPT/Pimpinan unit mandiri menggunakan manual indikator, untuk
JA/JF/Pegawai pelajar menggunakan lampiran SKP
c. Evaluasi

7
Evaluasi kinerja ditandatangani oleh pejabat penilai kinerja pada akhir Desember
maksimal Januari tahun berikutnya atau akhir periode SKP (Hari kerja)
d. Dok. Evaluasi
Jika tidak ada keberatan dari pegawai yang dinilai terhadap penilaian kinerja maka
penandatanganan hanya dilakukan oleh pegawai dan pejabat penilai kinerja.
Jika ada keberatan, maka kolom keberatan dan penjelasan pejabat penilai kinerja atas
keberatan serta keputusan dan rekomendasi atasan pejabat penilai kinerja harus diisi.
Penandatanganan dilakukan oleh pegawai, pejabat penilai dan atasan pejabat penilai.

Penandatanganan Dok. Evaluasi pada akhir Desember maksimal Januari tahun


berikutnya atau akhir periode SKP (Hari kerja).

8
PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-SKP
DI LINGKUNGAN KEMDIKBUDRISTEK
Permen PAN & RB No. 6 Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karuniaNya kepada kita, sehingga Biro Sumber Daya Manusia dapat menyelesaikan Panduan
Penggunaan Aplikasi E-SKP sesuai dengan yang telah dikembangkan berdasarkan PermenPAN
dan RB Nomor 6 Tahun 2022. Panduan ini memberikan gambaran tentang teknis penggunaan
aplikasi E-SKP berdasarkan proses dan peran pegawai.

Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan panduan ini kami
sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Mei 2023

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................
1
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................1
B. TUJUAN .........................................................................................................................1
BAB II PENGGUNAAN APLIKASI ...................................................................................... 2
A. AKSES E-SKP .............................................................................................................. 2
B. BERANDA .................................................................................................................... 2
C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN ..................................................................... 3
1. Seting Tahun dan Durasi .............................................................................................. 3
2. Data Pegawai ............................................................................................................... 3
BAB III PENYUSUNAN RENCANA SKP ............................................................................ 5
A. PENYUSUNAN RENCANA SKP JPT DAN PIMPINAN UNIT KERJA ............... 5
1. Buat Rencana SKP ....................................................................................................... 5
2. Edit Hasil Kerja ........................................................................................................... 6
3. Edit Indikator............................................................................................................... 7
4. Ajukan Rencana SKP .................................................................................................. 9
5. Cetak SKP ................................................................................................................. 10
B. PEMBAGIAN PERAN ............................................................................................... 12
1. Internal ...................................................................................................................... 13
2. Eksternal ................................................................................................................... 13
C. PENYUSUNAN SKP PEGAWAI (JF DAN JA) ...................................................... 14
1. Buat Rencana SKP ..................................................................................................... 14
2. Input Hasil Kerja ....................................................................................................... 15
3. Buat Lampiran ........................................................................................................... 17
4. Ajukan SKP ............................................................................................................... 18
5. Cetak SKP ................................................................................................................. 19
D. PERSETUJUAN SKP ................................................................................................. 21
1. Melihat daftar pegawai .............................................................................................. 22
2. Melihat Rencana SKP yang disusun oleh Pegawai .................................................... 22
3. Menangguhkan persetujuan rencana SKP dengan catatan ......................................... 23

ii
4. Menyetujui Rencana SKP .......................................................................................... 23
BAB IV PENYUSUNAN EVALUASI SKP .......................................................................... 24
A. CAPAIAN KINERJA AKHIR ORGANISASI ......................................................... 24
1. Hasil (IKU dan Delivery Ekspektasi Pimpinan) pada sumbu Y ................................ 24
2. Proses pada Sumbu X .................................................................................................
26
3. Input nilai kinerja organisasi oleh admin ................................................................... 27
B. NILAI PREDIKAT KINERJA AKHIR PEGAWAI ................................................ 29
1. Login aplikasi oleh pegawai ...................................................................................... 29
2. Menu Realisasi .......................................................................................................... 29
3. Isi Realisasi ............................................................................................................... 30
4. Login aplikasi oleh pimpinan .................................................................................... 33
5. Isi Umpan Balik ......................................................................................................... 33
6. Proses Hasil Umpan Balik.......................................................................................... 36
7. Cetak Evaluasi SKP ................................................................................................... 39
8. Cetak Dokumen Evaluasi SKP .................................................................................. 41
BAB V PENUTUP................................................................................................................... 43

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penilaian Kinerja Pegawai dilaksanakan untuk mewujudkan Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang profesional dan bertanggungjawab, jujur dan adil, melalui pembinaan yang
dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang dititikberatkan
pada sistem prestasi kerja, serta untuk menjamin obyektivitas dalam
mempertimbangkan pengangkatan dalam jabatan dan kenaikan pangkat.

Dengan diberlakukannya PermenPAN dan RB Nomor 6 Tahun 2022 tentang


Pengelolaan Kinerja Pegawai Aparatur Sipil Negara, maka untuk memudahkan
pencatatan dan penilaian kinerja pegawai, Biro SDM pada tahun 2023 telah
memperbarui aplikasi e-SKP sebelumnya menyesuaikan dengan aturan tersebut.
Untuk memudahkan penggunaan aplikasi e-SKP yang telah diperbaharui maka
disusunlah Panduan Penggunaan Aplikasi e-SKP bagi Pegawai ASN di lingkungan
Kemdikbudristek.

B. TUJUAN
Buku panduan penggunaan aplikasi e-SKP dibuat untuk memudahkan admin dan
pegawai pada unit kerja di lingkungan Kemdikbudristek dalam melaksanakan proses
penilaian kinerja sesuai PermenPAN dan RB Nomor 6 Tahun 2022 mulai dari
perencanaan, pelaporan, monitoring, sampai dengan evaluasi kinerja dengan
menggunakan aplikasi e-SKP.

1
BAB II PENGGUNAAN APLIKASI

A. AKSES E-SKP
Untuk mengakses Aplikasi e-SKP silakan buka aplikasi browser (Mozila Firefox,
Google Chrome, UC Browser, Safari, dll) ketikan alamat url
https://skp.sdm.kemdikbud.go.id/
Tampilan awal ketika membuka aplikasi e-SKP dapat dilihat pada gambar berikut.

Pada halaman tersebut pegawai dapat login dengan memasukan username berupa NIP
dan password yang sama dengan password yang digunakan pada aplikasi DikbudHR.
Selanjutnya klik tombol “Login”
Jika lupa password DikbudHR, silakan gunakan fitur lupa password yang tersedia pada
aplikasi DikbudHR (https://data-sdm.kemdikbud.go.id/).

B. BERANDA
Setelah login akan tampil halaman beranda seperti pada gambar berikut.

Halaman ini menampilkan nama pegawai yang login, seluruh menu pada aplikasi yang
ada disebelah kiri, menu durasi dan jabatan, dan menu pintas pegawai.

2
• Menu Data Pegawai, untuk menampilkan data pribadi sesuai dengan data pada
aplikasi DIKBUDHR dan tim kerja yang sudah disetting oleh Admin Unit Kerja.
• Menu SKP, untuk menampilkan Rencana SKP, untuk membuat rencana SKP;
Realisasi SKP, untuk mengisi realisasi SKP; dan Martrik Peran Hasil, untuk
membagi peran pegawai pada setiap indikator/hasil kerja yang akan diintervensi
(menampilkan matrik peran hasil pada level JPT/Pimpinan Unit Kerja dan Ketua
Tim)
• Menu Penilaian Staf, hanya akan tampil pada akun JPT/Pimpinan Unit Kerja, ketua
tim dan pejabat penilai. Menu ini untuk menampilkan persetujuan SKP, untuk
menyetujui SKP dan memonitor status persetujuan SKP; Penilaian Bulanan, untuk
menilai bulanan pegawai; dan Evaluasi SKP, untuk menilai kinerja tahunan pegawai.
• Menu log harian, untuk menampilkan log harian pegawai dan untuk mengisi log
harian.
• Menu log out dan menu refresh session

C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Seting Tahun dan Durasi
Pada beranda akan menampilkan durasi dan jabatan seperti pada gambar berikut.

Pegawai harus memastikan tahun dan durasi waktu yang akan dikerjakan pada
aplikasi e-SKP. Posisi pegawai pada aplikasi e-SKP sama dengan posisi pegawai
pada aplikasi DikbudHR. Silakan memilih tahun dan durasi waktunya, selanjutnya
klik tombol “SET”
2. Data Pegawai
Tampilan data pegawai untuk data pribadi dapat dilihat pada gambar berikut.

Pegawai harus memastikan data pegawai dan riwayat jabatan sudah benar. Apabila
ada data yang belum sesuai, pegawai dapat menghubungi admin dikbudHR untuk
memperbaiki berdasarkan SK yang telah dimiliki. Untuk menyinkronkan data

3
dengan data DikbudHR dapat menekan tombol “Sync DikbudHR”. Untuk merefresh
dapat menekan tombol “Refresh”.

Tampilan data pegawai untuk data Tim Kerja dapat dilihat pada gambar berikut.

Pegawai harus memastikan sudah masuk ke dalam timnya. Bagi JPT/Pimpinan Unit
Kerja dan ketua tim harus memastikan Tim Kerja yang ada dibawahnya. Jika ada
pegawai yang belum masuk ke dalam timnya atau ada yang tidak sesuai maka dapat
menghubungi admin SKP unit kerja untuk melakukan perubahan.

4
BAB III PENYUSUNAN RENCANA SKP

A. PENYUSUNAN RENCANA SKP JPT DAN PIMPINAN UNIT KERJA


Penyusunan rencana SKP JPT/Pimpinan Unit Kerja harus di kerjakan terlebih dahulu,
jika tidak maka pegawai dibawahnya tidak dapat membuat rencana SKP. Rencana SKP
JPT/Pimpinan Unit Kerja berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) dengan atasan, dan
dapat ditambahkan rencana aksi yang tidak termuat dalam Perjanjian kinerja akan tetapi
masih mendukung organisasi. PK yang ada pada aplikasi e-SKP merupakan PK yang
ada pada aplikasi SPASIKITA.
Langkah pengisian rencana SKP JPT/Pimpinan Unit Kerja adalah sebagai berikut.
1. Buat Rencana SKP

Untuk memulai penyusunan rencana SKP silakan klik tombol “Buat SKP”. Tombol
tersebut hanya akan muncul pada saat pegawai masuk menu Rencana SKP untuk
pertama kalinya, setelah dipilih maka tombol tersebut akan hilang.

Tampilan gambar setelah menekan tombol “Buat SKP” dapat dilihat pada gambar
berikut.

Terdapat tombol “Belum Diajukan” dan “Belum Disetujui” yang berwarna merah,
dan akan berubah menjadi biru apabila sudah mengajukan SKP dan pejabat penilai

5
telah menyetujui rencana SKP. Pada hasil kerja utama akan tampil sasaran dan
indikator yang terdapat pada PK yang telah diambil dari aplikasi SPASIKITA.
Rencana SKP tidak dapat diajukan selama masih ada rencana hasil kerja dan
indikator yang belum lengkap ditandai dengan teksnya berwarna merah.
Fungsi tombol adalah sebagai berikut.

: untuk menambah hasil kerja utama dari PK (Hal ini jika ada PK baru atau revisi
PK pada aplikasi SPASIKITA

: untuk menambah hasil kerja utama diluar PK

: untuk mengedit kalimat hasil kerja/indicator


: untuk mengisi penugasan dari
: mengosongkan penugasan dari
: untuk menghapus
: untuk mengisi manual indikator
: untuk mengisi perspektif

2. Edit Hasil Kerja


Pilih tombol untuk mengisikan (penugasan dari…) maka akan tampil gambar
sebagai berikut.

“Penugasan Dari” diisi dengan nama jabatan dari pejabat yang memberikan
penugasan. Dalam hal Hasil kerja berdasarkan PK, maka penugasan diisi dengan
nama jabatan yang menandatangani PK tersebut. Selanjutnya pilih tombol
“Simpan”.
Setelah di isikan (penugasan dari…) maka kalimat hasil kerja yang awalnya merah
akan berubah menjadi warna hitam seperti pada tampilan gambar berikut.

6
3. Edit Indikator
Klik tombol untuk mengedit kalimat pada indikator. Tampilan gambar adalah
sebagai berikut.

Untuk mengubah kalimat pada indikator SKP misalnya akan menambahkan target
PK pada indikator SKP, maka dapat menambahkan kata pada kalimat indikator SKP,
selanjutnya Klik tombol “Simpan”
Klik tombol untuk mengisi manual indikator. Dan akan tampil gambar sebagai
berikut.

Isikan manual indikator berdasarkan pada dokumen definisi operasional Renstra


yang difokuskan pada tahun berjalan. Selanjutnya klik tombol “Simpan”.

7
Klik tombol untuk mengisikan (Perspektif…). Dan akan tampil gambar sebagai
berikut.

Pilih minimal satu perspektif yang sesuai dengan indikator dan klik tombol
“Simpan”.
Setelah langkah isi perspektif dan manual indikator selesai maka kalimat pada
indikator akan berubah warna menjadi hitam seperti pada gambar berikut.

Lakukan pada semua indikator yang masih berwarna merah agar berubah menjadi
warna hitam.
Jika ada rencana aksi yang di luar PK akan tetapi mendukung organisasi, klik tombol
seperti terlihat pada gambar berikut.

8
Isikan hasil kerja, Penugasan Dari dan indikator sesuai dengan rencana aksi yang
sudah disusun. Untuk indikator lebih dari satu dapat diisikan sekaligus dengan
pemisah antar indikator berupa tanda baca (;).
Sama halnya dengan rencana aksi, jika ada hasil kerja tambahan atau hasil kerja
dengan priorotas rendah, maka klik tombol pada kolom hasil kerja tambahan.

4. Ajukan Rencana SKP


Ketika semua hasil kerja dan indikator sudah berwarna hitam maka akan ada tombol
“Ajukan SKP” pada sisi kanan atas, seperti pada tampilan gambar berikut.

Klik tombol “Ajukan SKP” untuk mengajukan SKP yang telah di susun. Tombol
akan berubah menjadi “Batalkan Pengajuan”, dan status berubah menjadi “Sudah
diajukan”, seperti pada gambar berikut.

9
Ada dua kemungkinan setelah mengajukan SKP yaitu tangguhkan dengan catatan
atau disetujui
Jika SKP ditangguhkan dengan catatan maka pegawai harus memperbaiki SKP
sesuai dengan catatan yang. Berikut adalah tampilan gambar ketika ada catatan dari
pejabat penilai.

Untuk memperbaiki SKP sesuai catatan, maka klik tombol “Batalkan Pengajuan”
dan perbaiki SKP. Selanjutnya mengisi tanggapan atas catatan yang diberikan dan
ajukan kembali SKP nya.
Untuk menghindari proses di atas, sebaiknya sebelum mengisi rencana SKP di
aplikasi agar didiskusikan terlebih dahulu.
Jika SKP disetujui maka akan tampil gambar sebagai berikut.

Setelah SKP disetujui oleh pejabat penilai maka tombol “Sudah Disetujui” berubah
warna menjadi Biru dan terdapat tombol “Cetak Rencana SKP”.

5. Cetak SKP
Klik tombol “Cetak Rencana SKP” pada menu rencana SKP untuk mencetak
rencana SKP.

Klik tombol “Cetak Rencana SKP” maka akan tampil gambar sebagai berikut.

10
Untuk menghasilkan cetakan yang rapi dan sesuai, dapat mengatur terlebih dahulu
margin dan orientasi halaman pada menu cetak. Tanggal cetak wajib diisikan sesuai
dengan format contoh.
Berikut hasil cetak dari aplikasi yang telah disesuaikan dengan peraturan dan
pengaturan halaman. Terdapat penambahan informasi kepemilikan dokumen di
bagian bawah cetakan untuk memudahkan pengarsipan dokumen.

11
B. PEMBAGIAN PERAN
Pembagian peran harus dilakukan oleh JPT/Pimpinan Unit Kerja dan Ketua Tim yang
akan membagikan peran hasil ke tim/pegawai dibawahnya yang akan mengintervensi
setiap indikator dan hasil kerjanya.
Pilih menu SKP dan masuk ke menu Matriks Peran Hasil, sebagaimana gambar berikut.

Tampilan layar menu Matriks Peran Hasil dapat dilihat pada gambar berikut.

12
Pembagian peran dapat diberikan kepada pegawai yang ada di internal unit kerja dan
eksternal sebagai berikut.
1. Internal
Silakan pilih hasil kerja, selanjutnya akan tampil indikator-indikator dari hasil kerja
terpilih. Klik tombol untuk membagikan peran hasil kepada pegawai di internal
unit kerja. Tampilan layar dapat dilihat pada gambar berikut.

Akan tampil nama-nama pegawai yang ada pada unit kerja. Jumlah pegawai yang
ditampilkan defaultnya 10 baris per halaman. Pejabat penilai dapat mencari nama
pegawai pada kolom “Search”, selanjutnya pilih baris nama tersebut, jika lebih dari
satu, pilih nama pegawai yang mengintervensi, selanjutnya klik tombol “Tambah
Cascading”.
Setelah memilih pegawai yang mendapatkan peran, maka akan tampil sebagaimana
gambar berikut.

2. Eksternal
Jika pegawai yang mendapatkan peran untuk mengintervensi indicator/hasil kerja
ada diluar unit kerja, silakan klik tombol dan tampilan gambar berikut.

13
Silakan ketikan nama atau NIP pegawai yang akan mendapatkan peran untuk
mengintervensi indikator/hasil kerja. Pegawai tersebut harus sudah mempunyai tim
pada unit asalnya.

C. PENYUSUNAN SKP PEGAWAI (JF DAN JA)


Setelah JPT/ Pimpinan Unit Kerja membagikan peran kepada ketua tim, maka ketua
tim baru dapat membuat SKP. Anggota tim tidak dapat membuat SKP sebelum ketua
tim menyelesaikan rencana SKP dan membagi peran kepada anggota tim.
Ketua tim membuat rencana SKP berdasarkan cascading dan peran yang diberikan oleh
atasannya. Perlu diperhatikan bahwa rencana SKP ketua tim berupa outcome atau
output antara yang dapat di turunkan lagi ke anggota tim. Adapun anggota tim output
akhir yang tidak dapat diturunkan lagi.
Langkah pengisian rencana SKP pegawai (JA dan JF) baik sebagai ketua tim atau
anggota tim sama saja, yang membedakan adalah jenis outcome/outputnya dan bagi
ketua tim harus membagikan peran kepada anggota timnya. Adapun langkahnya
sebagai berikut.
1. Buat Rencana SKP
Untuk membuat SKP silakan pilih menu SKP selanjutnya pilih menu Rencana SKP
seperti gambar berikut.

Tampilan gambar setelah memilih menu Rencana SKP dapat dilihat pada gambar
berikut.

Untuk memulai penyusunan rencana SKP silakan klik tombol “Buat SKP”. Tombol
tersebut hanya akan muncul pada saat pegawai masuk menu Rencana SKP untuk
pertama kalinya, setelah dipilih maka tombol tersebut akan hilang. Sebelum tombol
tersebut di klik maka tidak ada kolom pengisian yang aktif.

14
Tampilan gambar setelah klik tombol “Buat SKP” dapat dilihat pada gambar
berikut.

Fungsi tombol adalah sebagai berikut.


: Menambahkan hasil kerja utama dari cascading
: Menambahkan hasil kerja
2. Input Hasil Kerja
Tampilan gambar setelah klik tombol dapat dilihat pada gambar berikut.

Selanjutnya pilih hasil kerja atasan yang akan diintervenvensi seperti gambar
berikut.

15
Silakan isi hasil kerja dan indikator. Perlu diperhatikan bahwa hasil kerja
merupakan outcome/output dan ditambahkan ekspektasi dari pimpinan, dan hasil
kerja bukan kalimat aktivitas. Indikator dapat berupa aspek kuantitas, kualitas,
waktu atau kecepatan penyelesaian hasil kerja dan/atau biaya dan memperhatikan
kriteria spesifik, realistis, memiliki batas waktu pencapaian, dan menyesuaikan
kondisi internal dan eksternal organisasi.
Contoh 1.

Indikator dapat dituliskan dalam satu kalimat yang memadukan beberapa aspek.
Contoh 2.

Jika ingin menuliskan indikator dalam bentuk poin maka pisahkan dengan tanda
baca titik koma ( ; ) .

Tampikan gambar setelah hasil kerja pada kedua contoh telah diinput terlihat pada
gambar berikut.

16
Fungsi tombol adalah sebagai berikut.

: untuk mengubah hasil kerja atau indikator

: untuk mengubah penugasan dari

: untuk mengosong penugasan dari

: untuk menghapus hasil kerja/indikator

: untuk menambahkan indikator

3. Buat Lampiran
Tampilan lampiran seperti terlihat pada gambar berikut.

Silakan klik tombol


untuk menginput setiap aspek pada lampiran.
Isikan kolom Dukungan Sumber Daya, tuliskan kebutuhan pegawai dalam rangka
memenuhi ekspektasi pimpinan pada rencana hasil kerja yang telah ditetapkan.

17
Isikan kolom Skema Pertanggungjawaban, tuliskan kesepakatan progress hasil
kerja yang akan di laporkan setiap hari/mingguan/bulanan dan data apa saja yang
akan dilaporkan.

Isikan kolom Konsekuensi, tuliskan konsekuensi terhadap pegawai apabila dapat


memenuhi ekspektasi dari pimpinan dan konsekusi pegawai apabila tidak dapat
memenuhi ekspektasi dari pimpinan.

4. Ajukan SKP
Setelah hasil kerja dan lampiran diisikan maka akan muncul tombol “Ajukan SKP”
seperti terlihat pada gambar berikut.

Setelah tombol ajukan SKP di pilih maka akan terlihat tampilan seperti pada
gambar berikut.

18
Setelah SKP diajukan maka menunggu persetujuan dari pejabat penilai. Ada dua
kemungkinan setelah mengajukan SKP yaitu ditolak atau disetujui
Jika SKP ditolak maka SKP harus diperbaiki sesuai dengan alasan penolakan yang
dapat dilihat pada tombol “Lihat Catatan”. Berikut adalah tampilan gambar ketika
ada catatan dari pejabat penilai.

Untuk memperbaiki SKP sesuai arahan pejabat penilai, maka klik tombol
“Batalkan Pengajuan” dan perbaiki SKP. Setelah selesai perbaikan maka dapat
diajukan kembali SKP nya.
Jika SKP disetujui maka akan tampil gambar sebagai berikut.

Setelah SKP disetujui oleh pejabat penilai maka tombol “Sudah Disetujui” berubah
warna menjadi Biru dan terdapat tombol “Cetak Rencana SKP”.
5. Cetak SKP
Pegawai mencetak rencana SKP dengan klik tombol “Cetak Rencana SKP” pada
menu Rencana SKP.

Klik “Cetak Rencana SKP” maka akan tampil gambar sebagai berikut.

19
Untuk menghasilkan cetakan yang rapi dan sesuai, maka pegawai dapat mengatur
terlebih dahulu margin dan orientasi halaman pada menu cetak. Tanggal cetak wajib
diisikan sesuai dengan format contoh.
Berikut hasil cetak dari aplikasi yang telah disesuaikan dengan peraturan dan
pengaturan halaman. Terdapat penambahan informasi kepemilikan dokumen di
bagian bawah cetakan untuk memudahkan pengarsipan dokumen.

20
D. PERSETUJUAN SKP
Peresetujuan SKP dapat dilakukan oleh pejabat penilai setelah pegawai menyelesaikan
SKP dan klik tombol ajukan SKP. Pilih menu Penilaian Staf dan persetujuan SKP
seperti gambar berikut.

21
Dalam menu tersebut pejabat penilai dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
1. Melihat daftar pegawai
Tampilan gambar menu persetujuan seperti terlihat pada gambar berikut.

Terdapat filter status untuk melihat daftar pegawai yang belum membuat SKP,
belum ajukan SKP, belum disetujui dan sudah di setujui. Pejabat penilai dapat
memilih filter Belum disetujui untuk melihat daftar pegawai yang perlu
persetujuan. Persetujuan SKP dapat dilakukan satu persatu pegawai atau lebih dari
satu pegawai dengan memberikan ceklis pada pegawai yang di maksud dan klik
tombol Setujui terpilih. Terdapat kolom pencarian untuk mencari nama pegawai
yang akan di setujui SKP nya.
2. Melihat Rencana SKP yang disusun oleh Pegawai
Tampilan gambar pencaian pegawai yang belum disetujui adalah sebagai berikut.

Fungsi Tombol adalah sebagai berikut.


: Melihat Rencana
: Menyetujui Rencana

: Menolak Rencana
Tampilan gambar setelah klik tombol dapat dilihat pada gambar berikut.

Pejabat penilai dapat melihat rencana SKP dan lampiran yang sudah dibuat oleh
pegawai.

22
3. Menangguhkan persetujuan rencana SKP dengan catatan
Setelah melihat rencana SKP dan lampiran yang telah dibuat oleh pegawai, Pejabat
penilai dapat menangguhkan persetujuan rencana SKP tersebut dengan
memberikan catatan untuk pegawai agar memperbaiki SKPnya, dengan klik tombol
“Lihat Catatan” seperti tampilan gambar berikut.

Tampilan Lihat Catatan seperti terlihat pada gambar berikut.

Pejabat penilai dapat memberikan catatan alasan penolakan rencana SKP yang telah
dibuat oleh pegawai, selanjutnya klik tombol simpan catatan. Catatan ini dapat
dilihat oleh pegawai dan pegawai akan memperbaiki rencana SKP sesuai dengan
catatan dan dapat mengajukan kembali SKP nya.
Menu lihat catatan berisi history semua catatan dari pejabat penilai dan pegawai,
seperti terlihat pada gambar berikut.

4. Menyetujui Rencana SKP


Setelah pejabat penilai melihat rencana SKP pegawai dan sudah sesuai maka
pejabat penilai dapat melakukan persetujuan SKP dengan klik tombol “Setujui
SKP” seperti gambar berikut.

Atau dapat klik tombol pada baris nama pegawai terpilih.

23
BAB IV PENYUSUNAN EVALUASI SKP

Pada akhir tahun seluruh pegawai wajib melaksanakan evaluasi kinerja untuk mendapatkan
penilaian kinerja di tahun tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
melaksanakan penilaian evaluasi kinerja pegawai adalah sebagai berikut :
1. Admin unit kerja telah menghitung capaian kinerja akhir organisasi berdasarkan
panduan dan menginputkan nilai tersebut ke dalam akun admin unit kerja.
2. Pegawai telah menyelesaikan seluruh hasil kerja dan diinformasikan kepada atasan
langsung.
3. Pemberian umpan balik dapat dilakukan oleh atasan langsung/ketua tim dan atau
dilakukan oleh pejabat penilai kinerja.
4. Pengesahan dokumen kinerja pegawai dilakukan oleh pejabat penilai kinerja yang
sesuai dengan aturan yang berlaku.

A. CAPAIAN KINERJA AKHIR ORGANISASI


Berdasarkan Permenpan RB Nomor 6 Tahun 2022, capaian kinerja akhir organisasi
didapatkan berdasarkan kuadran berikut:

1. Hasil (IKU dan Delivery Ekspektasi Pimpinan) pada sumbu Y


Setiap unit kerja melihat capaian IKK yang telah diinput pada aplikasi SPASIKITA.
Selanjutnya capaian masing-masing indikator diambil rata-rata dalam bentuk
persentase.
Indikator Kinerja Realisasi
Sasaran Kegiatan Kegiatan Target SPASIKITA Capaian Hasil

Meningkatnya [IKK 1.1] Persentase


Indeks penerapan pegawai yang 35 34.42 98.34% 98.34%

24
Indikator Kinerja Realisasi
Sasaran Kegiatan Kegiatan Target SPASIKITA Capaian Hasil

sistem merit ASN memperoleh nilai


Kemendikbudristek kinerja minimal 110
[IKK 1.2] Persentase
pegawai dengan
perolehan
60 58.7 97.83% 97.83%
pengembangan
kompetensi minimal
20JP
[IKK 1.3] Persentase
pegawai yang
menjalani mutasi
jabatan dan/atau
mutasi wilayah sesuai 55 60.29 109.61% 109.61%
pola karir
Kemendikbudristek
dan kebutuhan
organisasi
Meningkatnya tata [IKK 2.1] Predikat
kelola Biro Sumber SAKIP Biro Sumber
Daya Manusia A A 100% 100%
Daya Manusia
minimal A
[IKK 2.2] Nilai
Kinerja Anggaran atas
Pelaksanaan
RKA-K/L Biro 95.5 95.94 100.46% 100.46%
Sumber Daya
Manusia minimal
93,75
Rata-rata Capaian 101.25%

Jika persentase capaian IKK melebihi dari 120%, maka kolom Hasil diisikan 120%.
Dari hasil rata-rata capaian IKK maka kategori SKP sesuai dengan tabel berikut.
Kategori Capaian Kinerja Kategori pada SKP Sumbu Y untuk Hasil
Sesuai PMK Organisasi (IKU dan Delivery Ekspektasi Pimpinan)
Sangat Baik >90% Diatas Ekspektasi (Sebagian besar atau seluruh
Hasil Kerja di atas ekspektasi dan tidak ada
Hasil Kerja Utama yang di bawah ekspektasi
dan Umpan Balik sebagian/seluruhnya
menunjukkan respon positif)
Baik >80% - >90% Sesuai Ekspektasi (sebagian besar atau seluruh
Hasil Kerja sesuai ekspektasi dan hanya
sebagian kecil Hasil Kerja Utama yang di
bawah ekspektasi dan Umpan Balik sebagian
menunjukkan respon positif)

25
Cukup <80% Dibawah Ekspektasi(sebagian besar atau
seluruh Hasil Kerja di bawah Ekspektasi dan
Umpan balik yang diberikan atas hasil kerja
pegawai sebagian besar atau seluruhnya tidak
menunjukkan respon positif)

2. Proses pada Sumbu X


Berdasarkan Permen PAN dan RB No. 6 Tahun 2022 bahwa penilaian capaian
kinerja organisasi pada sumbu X diambil dari penilaian RB Kementerian. Untuk
level unit kerja, maka pada SE MenPAN dan RB No. 3 Tahun 2023 disesuaikan
berdasarkan panduan kriteria komponen proses sebagai berikut :
a. Diatas ekspektasi, apabila terdapat upaya perubahan proses atau inovasi
(disruptive innovation) yang akan berdampak pada peningkatan hasil kerja
secara radikal;
b. Sesuai ekspektasi, apabila terdapat upaya perbaikan proses yang akan
berdampak pada peningkatan hasil kerja secara inkremental;
c. Dibawa ekspektasi, apabila tidak ada upaya perbaikan proses untuk
meningkatkan hasil kerja (status quo).

Penilaian proses pada sumbu X tersebut dilakukan oleh pimpinan satuan organisasi
di atasnya kepada masing-masing unit kerja. Penilaian dapat mempertimbangkan
rekomendasi dari satuan organisasi yang membidangi perencanaan kinerja
organisasi, kepegawaian, dan atau pengawasan.

Sebagai bahan pertimbangan penilaian, unit kerja dapat memberikan bukti sebagai
dokumen pendukung penilaian seperti dokumen kerja sama, dokumen perbaikan
SOP untuk perubahan inovasi, dan atau dokumen pendukung lainnya.
Dari hasil yang diperoleh maka nilai capaian kinerja organisasi dapat dilihat pada
kuadran capaian organisasi berdasarkan perpotongan sumbu Y (hasil) dan sumbu
X (proses).
Contoh Kasus :
Sumbu Y (hasil) berdasarkan nilai capaian IKU didapatkan rata-rata 101.25%,
maka hasil konversi pada SKP masuk pada kategori di atas ekspektasi.
Sumbu X (proses) berdasarkan nilai proses didapatkan nilai di atas ekspektasi.
Sehingga nilai capaian organisasi adalah istimewa berdasarkan kuadran kinerja.

26
3. Input nilai kinerja organisasi oleh admin
Setelah nilai organisasi didapatkan berdasarkan perhitungan di atas, maka admin
dapat menginputnya ke dalam aplikasi dengan langkah sebagai berikut :

a. Login menggunakan akun admin

Gunakan akun admin yang telah diberikan oleh admin pusat pada kolom
username dan password yang disediakan pada halaman login. Admin
kemudian mengecek tahun sebelum mengisikan nilai kinerja organisasi.

27
b. Masukkan ke dalam menu kinerja organisasi
Pada menu side-bar, admin memilih menu Kinerja Organisasi untuk mengisi
nilai yang telah dihitung sebelumnya. Selanjutnya pilih capaian kinerja
organisasi sesuai dengan hasil perhitungan dan klik simpan. Maka akan tampil
kurva pola distribusi.

28
B. NILAI PREDIKAT KINERJA AKHIR PEGAWAI
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan pegawai untuk mendapatkan
nilai evaluasi tahunan menggunakan aplikasi e-SKP.
1. Login aplikasi oleh pegawai
Gunakan akun SKP masing-masing pegawai yang akan mengisi evaluasi kinerja.

2. Menu Realisasi
Pilih menu realisasi SKP yang dapat diakses dengan 2 cara yaitu menggunakan
menu side-bar atau melalui menu pintas pada beranda.

29
Status realisasi SKP akan terus berubah seiring dengan proses yang sedang
dilakukan. Terdapat 3 jenis status di dalam menu realisasi yaitu belum diajukan,
sudah diajukan, dan nilai yang telah diberikan oleh pimpinan (istimewa, baik,
dll).

3. Isi Realisasi
Jika realisasi belum diisikan oleh pegawai, teks pada kolom hasil kerja berwarna
merah dan akan berubah warna jika telah diisi. Untuk mengisi pelaporan realisasi
hasil kerja yang telah dilaksanakan, maka pegawai dapat memilih ikon bergambar
pensil untuk “isi realisasi” di samping masing-masing hasil kerja.

30
Deskripsikan hasil kerja yang telah dilaksanakan pada kolom realisasi. Pastikan
bahwa narasi yang diberikan menjawab target yang ditetapkan.

Setelah realisasi berhasil tersimpan, maka akan muncul notifikasi seperti gambar
berikut.

Walaupun realisasi telah berhasil disimpan, tetapi status realisasi SKP belum tentu
berubah jika pegawai belum mengisikan pelaporan realisasinya pada seluruh hasil
kerja.

31
Lakukan pengisian kembali sampai seluruh teks pada kolom hasil kerja berubah
warna dan muncul tombol ajukan realisasi.

Setelah diajukan maka status realisasi SKP akan berubah menjadi sudah diajukan.
Selama pimpinan belum memberikan nilai evaluasi, maka pegawai masih dapat
melakukan pembatalan realiasasi menggunakan tombol batalkan pengajuan.

4. Login aplikasi oleh pimpinan


Untuk memberikan penilaian terhadap realisasi pegawai, pejabat penilai dapat
menggunakan login akun pribadinya di SKP.

32
5. Isi Umpan Balik
Setelah berhasil masuk ke beranda, untuk memberikan umpan balik dan rating
penilaian maka pilih menu evaluasi SKP pada menu side-bar atau menu pintas.

Pada menu tersebut akan muncul daftar pegawai yang perlu diberikan umpan balik
untuk hasil kerja dan perilakunya. Pimpinan dapat melihat seluruh pegawai atau
menggunakan filter berdasarkan status realisasi pegawai untuk mempermudah
pencarian.

33
Setelah berhasil menemukan pegawai yang akan diberikan nilai, maka pimpinan
dapat mengisikan umpan baliknya pada kolom aksi dengan klik tombol ikon pensil.

Pimpinan memberikan umpan balik dan rating penilaian untuk hasil kerja dan
perilaku kerja. Seluruh umpan balik harus diberikan dalam penjabaran deskriptif
terhadap hasil kerja dan perilaku kerja pegawai.

Aplikasi memberikan opsi bantuan untuk menentukan rating akhir hasil kerja dan
perilaku kerja. Pimpinan dapat memilih predikat untuk setiap hasil kerja yang akan
diberikan umpan balik. Jika opsi tersebut dipilih, maka aplikasi akan memberikan
rekomendasi nilai akhir untuk pegawai.

34
Selain pimpinan dapat memilih opsi bantuan predikat, pimpinan dapat memberikan
umpan balik menggunakan fitur template. Untuk menggunakannya, maka klik tombol
ikon template “pilih template umpan balik” di sebelah opsi rating.

Pilihan template tersebut dapat diterapkan untuk semua kolom umpan balik atau
hanya untuk hasil kerja yang sedang diberikan umpan balik. Jika tidak ingin
memberikan umpan balik dengan bantuan template, maka pimpinan dapat
mengisikan umpan balik langsung pada kolom yang telah disediakan.

Lakukan hal yang sama untuk perilaku kerja.

35
6. Proses Hasil Umpan Balik
Setelah seluruh umpan balik untuk hasil kerja dan perilaku kerja diberikan maka
proses selanjutnya maju ke tahap proses umpan balik.

36
Pimpinan memutuskan nilai akhir dari rating hasil kerja dan perilaku kerja. Aplikasi
memberikan rekomendasi berdasarkan inputan yang telah diberikan pada setiap
hasil kerja dan aspek perilaku. Rekomendasi tersebut dapat diikuti atau pimpinan
memiliki kesimpulan akhir yang berbeda dengan hasil rekomendasi.

Dalam memberikan nilai akhir predikat pegawai, pimpinan dapat


mempertimbangkan panduan berdasarkan SE MenPAN dan RB No. 3 Tahun 2023
sebagai berikut :

Jika rating akhir yang diberikan berbeda dengan rekomendasi, maka pimpinan
memberikan alasan perbedaan tersebut pada kolom yang disediakan secara
otomatis oleh aplikasi. Tetapi jika rating akhir sama dengan rekomendasi, alasan
tersebut tidak perlu diberikan.

Setelah pimpinan memberikan rating akhir untuk hasil kerja dan perilaku kerja,
maka klik tombol “simpan hasil evaluasi” untuk menyimpan hasil evaluasi kinerja
pegawai tersebut.

37
Hasil kerja yang telah disimpan akan mengubah status evaluasi pegawai menjadi
“predikat kinerja” sesuai dengan kuadran kinerja pegawai berdasarkan rating
yang diberikan pimpinan.

Jika ada kesalahan memberikan nilai, pimpinan masih dapat mengubahnya dengan
membatalkan evaluasi terlebih dahulu. Tetapi jika evaluasi pegawai telah disahkan
dan digunakan pada proses kepegawaian, maka sebaiknya tidak dilakukan
pembatalan evaluasi.

38
7. Cetak Evaluasi SKP
Pegawai mencetak hasil evaluasi SKP dengan klik tombol “cetak evaluasi” pada
menu realisasi SKP.

Untuk menghasilkan cetakan yang rapi dan sesuai, maka pegawai dapat mengatur
terlebih dahulu margin dan orientasi halaman pada menu cetak. Tanggal cetak wajib
diisikan sesuai dengan format contoh.

Berikut hasil cetak dari aplikasi yang telah disesuaikan dengan peraturan dan
pengaturan halaman. Terdapat penambahan informasi kepemilikan dokumen di
bagian bawah cetakan untuk memudahkan pengarsipan dokumen.

39
40
8. Cetak Dokumen Evaluasi SKP
Pegawai mencetak dokumen evaluasi pada menu realisasi dan klik tombol “cetak
dok evaluasi”.

Untuk menghasilkan cetakan yang rapi dan sesuai, maka pegawai dapat mengatur
terlebih dahulu margin dan orientasi halaman pada menu cetak. Tanggal cetak wajib
diisikan sesuai dengan format contoh. Penandatanganan Dok. Evaluasi dilakukan
pada akhir Desember maksimal Januari tahun berikutnya atau akhir periode SKP
(hari kerja).

Cetakan berikut. merupakan format cetakan dokumen evaluasi untuk pegawai yang
tidak keberatan terhadap penilaian yang diberikan oleh pejabat penilai kinerja.

41
BAB V PENUTUP

42
Demikian buku panduan penggunaan aplikasi e-SKP, besar harapan kami dapat membantu
seluruh pegawai untuk memahami aplikasi ini secara menyeluruh, guna mendukung
pelaksanaan penilaian kinerja pegawai di lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi.

43
KEMDIKBUDRISTEK
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi

Biro Sumber Daya Manusia


Gedung C Jl. Jenderal Sudirman Senayan kinerja.sdm@kemdikbud.go.id
https://sdm.kemdikbud.go.id
@birosdm_kemdikbud

44

Anda mungkin juga menyukai