BAB I
PENDAHULUAN
organisasi.
mempertahankan
sumber daya manusia yang berkualitas semakin mendesak sesuai dengan dinamika
lingkungan yang selalu berubah. Perubahan perlu mendapat dukungan pimpinan
puncak sebagai langkah pertama yang penting
Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
pelatihan dan pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja aparat inspektorat, sampai tingkat mana seseorang berhasil pada
pekerjaannya, berpartisipasi aktif dan beranggapan bahwa kinerja merupakan hal
yang penting dan berkaitan dengan harga dirinya, oleh karena itu pelatihan dan
pengalaman merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi kinerja, dan
menurut Mulyono (2009) faktor yang mempengaruhi kinerja aparat inspektorat
adalah latar belakang pendidikan, kompetensi teknik, sertifikasi jabatan, pendidikan
dan pelatihan berkelanjutan.
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membekali individu dengan
pengalaman dan keterampilan sehingga individu tersebut dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Latar beakang pendidikan yang telah ditempuh oleh
Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) tentunya sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi yang dilaksanakan, sebagaimana yang diisyaratkan oleh Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31
Maret 2008 poin 2210 tentang standar umum dijelaskan bahwa latar belakang
pendidikan Aparat Pengawas Intern Pemerintah mempunyai tingkat pendidikan
formal minimal strata satu (S-1) atau yang setara. Subhan (2011) menjelaskan
bahwa semakin tinggi tingkat latar belakang pendidikan pemeriksa/pengawas maka
kualitas hasil pemeriksaan dan kinerja pemeriksa/pengawas tersebut akan
meningkat.
Pendidikan berkelanjutan menurut The Accreditting Commission of The
Continuing Education adalah merupakan kesempatan belajar bagi seseorang untuk
meningkatkan kemampuan setelah mereka melakukan suatu pekerjaan sukarela di
masyarakat. Menurut Mulyono (2009) sertifkasi jabatan, pendidikan berkelanjutan
yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
dalam tugas dan kinerjanya. Slamet (2009) menjelaskan bahwa pengalaman kerja
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja aparat pengawas,
sampai tingkat mana seseorang berhasil pada pekerjaannya, berpartisipasi aktif, dan
memiliki anggapan bahwa kinerja merupakan hal penting dan berkaitan dengan
harga dirinya.
Salah satu hal yang digunakan untuk mengukur kemampuan seorang pegawai
dilihat dari latar belakang pendidikan formal disamping kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Berikut penulis paparkan dalam bentuk tabel
jenjang pendidikan dan pelatihan yang diikuti aparatur pengawasan pada lembaga
Inpsektorat Daerah Kabupaten Karimun.
Tabel 1.1
Pegawai Negeri Sipil menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di
Inspektorat Kabupaten Karimun Tahun 2016
Jenjang Pendidikan Formal
Jenis
Jumla
h
Kelamin S3 S2 S1
D4
D3
D2
SLTA SLTP SD
Laki-laki
2
6
1
1
10
Perempuan 2
14
4
3
23
Jumlah
4
20
5
4
33
Sumber :Profil Inspektorat Daerah Kabupaten Karimun 2016
No
1.
2.
3.
Tabel 1.2
Frekuensi Aparatur Pengawasan Inspektorat Daerah Kabupaten
Karimun dalam Mengikuti Diklat Fungsional
Frekuensi Aparatur dalam
Nama Diklat
Mengikuti Pelatihan
Fungsional
24
Teknis
29
Bimtek
10
Jumlah
63
Sumber :Profil Inspektorat Daerah Kabupaten Karimun 2016
masalah
yang
ada,
maka
diperoleh
tujuan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
A. Kajian Teori
1. Pengertian Kinerja
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata prestasi kerja (performance).
Sebagaimana dikemukakan oleh Mangkunegara (2002) bahwa istilah kinerja
berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja
sesungguhnya dicapai seseorang) yaitu hasil kerja baik secara kualitas maupun
kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan.
Performance atau kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses
(Nurlaila, 2010).
12
serta
13
Selanjutnya menurut Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa aspekaspek dalam kinerja meliputi beberapa hal. Dan aspek-aspek kinerja tersebut
dapat dijadikan indikator yaitu :
a. Kualitas Pekerjaan
b. Kuantitas Pekerjaan
c. Kerjasama
d. Sikap
Dengan adanya pengukuran demikian, maka target kerja yang berkualitas
dapat dicapai. Pencapaian ini tidak dapat dilakukan hanya aparat/pegawai saja.
Tetapi dibutuhkan pimpinan yang dapat mengarahkan tenaga kerja dalam
melakukan pekerjaan. Selain itu, hasil kerja aparat/pegawai perlu dilakukan
penilaian agar dapat memperoleh gambaran hasil yang diinginkan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai
a. Kualitas Kerja
Menurut Fahmi (2012) Kualitas kerja adalah hasil yang diperoleh oleh
suatu organisasi baik organisasi profit oriented dan non profit oriented yang
dihasilkan selama satu periode waktu.
Menurut Mangkunegara (2002), kualitas berarti sesuatu yang akan
terus tumbuh dan berkembang bersama perubahan. Kualitas terbaik hanya
mampu dihasilkan dari peningkatakan kualitas kerja, mutu kerja, dan
penguatan budaya organisasi. Termasuk kecerdasan individu untuk tumbuh
dan berkembang bersama wawasan, pengetahuan, teknologi, cara kerja dan
kepribadian yang kreatif dalam produktivitas kerja. Kualitas kerja dari setiap
individu akan memberikan manfaat untuk menjaga daya saing organisasi,
juga untuk menjaga keberlanjutan usaha dengan berkualitas. Artinya kualitas
merupakan jaminan untuk tetap eksis selama-lamanya di dalam pasar yang
penuh dinamika, perubahan, dan kreativitas.
Berdasarkan beberapa pengertian dari kualitas kerja yang disampaikan
oleh para ahli tersebut, yang dimaksud kualitas kerja adalah hasil kerja yang
dicapai oleh individu sesuai dengan peran atau tugasnya yang dihubungkan
dengan ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi tempat individu
tersebut bekerja.
b. Kuantitas Kerja
14
15
tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap
tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa,
pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap, tetapi
berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas maka disimpulkan bahwa
sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk
bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di
dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya
positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
3. Karakteristik Kinerja Karyawan
Karakteristik orang yang mempunyai kinerja tinggi adalah sebagai berikut
(Mangkunegara, 2002):
a. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi.
b. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi.
c. Memiliki tujuan yang realistis.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi
tujuannya.
e. Memanfaatkan umpan balik (feed back) yang konkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukannya.
f. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
4. Tingkat Pendidikan
16
Pendidikan asal kata didik atau mendidik adalah memelihara dan memberi
latihan, ajaran, tuntunan, pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, dan
pendidikan. Menurut Taufiq Effendi (2005:72) pendidikan adalah segalah
usaha yang bertujuan mengembangkan sikap dan kepribadian, pengetahuan
dan ketrampilan pendidikan sebagai tulang punggung kemajuan suatu Negara,
menentukan tinggi rendahnya derajat dan kedudukan bangsa. Pendidikan yang
efektif melahirkan anak-anak bangsa yang cerdas, bermoral dan memiliki etos
kerja dan inovasi karya yang tinggi. Seluruh Negara maju sungguh telah
meletakkan kebijakan pendidikan pada posisi terdepan: mendukung mengawal
dan terus memperbaiki system pendidikan bagi rakyatnya.
Kenyataan sekarang ini pendidikan di tana air masih menghadapi
tantangan dan permasalahan. Kebijakan pembijakan pembiayaan pendidikan
yang masih jauh dari tuntutan Undang-Undang kemudian mengakibatkan
kepada sederet permasalahan lain yang mengikutinya. Ketersediaan sarana dan
prasarana sekolah/lembaga pendidikan yang tidak layak.
Pendidikan Nasional dibangun di atas landasan paradigma yang merujuk
pada pemikiran, yang memandang bahwa pendidikan berhubungan dengan
masyarakat dalam konteks perubahan sosial, tatanan ekonomi, politik dan
Negara, oleh karena pendidikan itu terjadi di masyarakat, dengan sumber daya
masyarakat, dan untuk masyarakat, maka pendidikan dituntut untuk mampu
memperhitungkan dan melakukan antisipasi terhadap perkembangan sosial,
ekonomi, politik dan kenegaraan.
17
18
Pendidikan
adalah
wahana
pemberdayaan
bangsa
dengan
19
20
21
mendapatkan
pembangunan
nasional
pendidikan.
Dalam
tersebut,
Depdiknas
upaya
mewujudkan
sebagai
tujuan
penanggungjawab
22
23
kesenjangan
antara
kemampuan
pegawai
dengan
yang
24
25
Taufiq
Effendi
(2005:90)
pelatihan
adalah
proses
pembelajaran yang lebih menekankan pada praktek dan pada teori yang
dilakukan seseorang atau kelompok degan menggunakan pendekatan
pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan meningatkan kemampuan
dalam satu atau beberapa jenis ketrampilan tertentu .
Menurut Ambar Teguh (2009:219) menyatakan bahwa pelatihan
adalah proses sistematik pengubahan prilaku para peggawai dalam suatu
cara gunameningkatkan tujuan-tujuan organisasional. Pelatiahan biasanya
dimulai dari orientasi yakni suatu proses dimana para pegawai diberi
informasi dan pengetahuan tentang kepegawaian, organisasi dan harapanharapan untuk mencapai performance tertentu. Pelatihan menciptakan suatu
lingkungan dimana para pegawai dapat memperoleh atau mempelajari sikap,
keahlian dan prilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pegawai, juga
memberikan instruksi-instruksi untuk mengembangkan keahlian yang
langsung dapat digunakan oleh para pegawai dalam meningkatkan kinerja
pegawai pada jabatan yang didudukinya.
Menurut Jusuf Irianto (2001:67) mengatakan bahwa Pelatihan sangat
diperlukan, namun banyak para menejer yang merasa pesimis dengan hasil
yang diperoleh dari pelatihan tersebut, karena itu diperlukan program-
26
(2001:67)
menghasilkan
kesimpulan
bahwa:
dengan
dapat
dikatakan
bahwa
latihan
dimaksudkan
untuk
27
yaitu:
(a)
Latihan
harus
membantu
pegawai
menambah
28
29
5) Peserta pelatiahn
Sangat penting untuk memperhitungkan tipe pekerja dan jenis pekerjaan
yang akan dilatih.
6) Evaluasi Pelatihan
Setelah mengadakan pelatihan hendaknya di evaluasi hasil yang didapat
dalam pelatihan, dengan memperhitungkan tingkat reaksi, tingkat belajar,
tingkat tingkah laku kerja, tingkat organisai dan nilai akhir.
c. Manfaat Pelatihan
Manfaat untuk karyawan adalah :
1) Menbantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah
yang lebih efektif;
2) Melalui
pelatihan,
variabel
pengenalan,
pencapaian
prestasi,
informasi
tentang
meningkatnya
pengetahuan
30
keseluruhan
karier
karyawan
dan
dapat
membantu
31
32
pengetahuan
itu
juga,
pelatihan
bertujuan
untuk
promosi
jabatan
dan
33
34
digunakan
oleh
seseorang
untuk
memperoleh
pengetahuan,
35
36
dalam
melaksanakan
tugasnya
tentunya
akan
dapat
37
38
memperoleh
pengalaman
kerja
adalah
melalui
pendidikan,
39
pengalaman
kerja
untuk
diterapkan
sesuai
dengan
kemampuannya.
5) Pergaulan
Melalui pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan
memperoleh
pengalaman
kerja
untuk
diterapkan
sesuai
dengan
kemampuannya.
6) Pengamatan.
Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan
tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja
yang lebih baik sesuai dengan taraf kemampuannya.
d. Manfaat Pengalaman Kerja
40
41
42
43
44
45
pemberdayaan
organisasi
atau
pemberdayaan
masyarakat.
Pendidikan tidak terlepas dari tiga unsur yaitu jenjang pendidikan yang ditamati,
latar belakang pendidikan yang dimiliki dan disiplin ilmu yang ditekuni.
Pandangan ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dituntut adanya pendidikan yang tinggi dalam menangani dan
memberikan solusi tentang dinamika kerja saat ini semakin kompetitif.
Evayanti (2002) menyatakan bahwa penempatan suatu posisi dalam
organisasi kerja, sangat memperhatikan peranan dan pendidikan yang dimiliki
oleh individu sumber daya manusia.
Hasanuddin (2000) juga mengemukakan bahwa untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, pendidikan menjadi syarat mutlak untuk
diperhatikan. Esensi dari pendidikan yang berkualitas menjadi tolak ukur dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, unsur yang terbentuk dari
pendidikan individu sumber daya manusia terdiri dari :
a. Unsur jenjang pendidikan yang pernah ditamati (SD, SLTP, SLTA, S1, S2
dan S3). Jenjang ini memberikan perbedaan dari kualitas masing-masing
individu yang memiliki jenjang pendidikan.
46
47
pengawasan,
selain
dengan
48
untuk
mencapai
tujuan
organisasi/instansi dipengaruhi oleh berbagai faktor secara internal, salah satunya adalah melalui pelatihan, dimana melalui program tersebut diharapkan
organisasi/instansi dapat mempertahankan pegawai yang berpotensi dan
berkualitas. Pelatihan (training) merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seseorang pegawai untuk mengerjakan suatu pekerjaan
tertentu. Dengan adanya peningkatan keahlian, pengetahuan, wawasan, dan
sikap karyawan pada tugas-tugasnya melalui program pelatihan yang sudah
dilaksanakan dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja pegawai organisasi
tersebut.
49
50
51
pengalamannya,
sehingga
seorang
aparatur
pengawasan
yang
mempunyai masa kerja lama tidak akan sama dengan aparatur pengawasan yang
baru.
Seorang aparatur pengawasan yang memiliki pengalaman kerja atau masa
kerja dalam bidang pengawasan yang relatif lama, akan memiliki tingkat
kemampuan/ prestasi kerja sebagai aparatur pengawasan yang tinggi. Hal ini
sangatlah beralasan, karena selama bertugas sebagai aparatur pengawasan
dengan sendirinya akan terjadi proses belajar dalam diri aparatur pengawasan itu
sendiri, baik belajar bagaimana bekerja yang baik maupun belajar bagaimana
belajar yang baik itu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bahwa akhirnya
muncul ungkapan Pengalaman adalah guru terbaik.
12. Keterkaitan Pendidikan, Pelatihan, dan Pengalaman terhadap Kinerja
Aparatur Pengawasan
Hubungan antara pendidikan dan pelatihan dengan kinerja Aparatur
Pengawasan saling mempengaruhi, dimana diasumsikan bahwa pendidikan dan
pelatihan merupakan respon terhadap suatu kebutuhan organisasi. Hal ini sejalan
dengan pemikiran dari Sudiro (2009), yang menyatakan bahwa: Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia organisasi ialah melalui
program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan terencana dan sistematik.
52
Dengan kata lain pentingnya pendidikan dan pelatihan dalam organisasi adalah
perbaikan kinerja Aparatur Pengawasan yang meliputi knowledge dan
ketrampilan yang mendukung, serta pembentukan sikap setiap para aparatur
pengawasan sesuai yang diinginkan oleh organisasi.
Pengalaman kerja aparatur pengawasan juga dapat menentukan kualitas
aparatur pengawasan dalam melakukan kegiatan pengawasan Semakin banyak
pengalaman pengawasan , maka semakin banyak pula pengetahuan-pengetahuan
yang dimiliki. Semakin bertambah masa kerjanya diharapkan aparatur
pengawasan semakin banyak pengalamannya. Jadi, idealnya apabila tingkat
pendidikan, frekuensi pelatihan, dan pengalaman kerja semakin meningkat,
maka seharusnya ada peningkatan pula dalam kinerja pengawasan.
B. Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian yang relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh beberapa
peneliti antara lain :
1. Rizal Iskandar Batubara (2008), Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan,
Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa
terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris Pada Bawasko Medan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan, kecakapan
profesional, pendidikan berkelanjutan dan independensi pemeriksa secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada
Bawasko Medan.
2. Moh.Bahrunsyah Lamatenggo, dkk (2011), Faktor-faktor Kompetensi Aparatur
Onspektorat dan Pengaruhnya
Gorontalo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan faktor latar
belakang latar belakang pendidikan pemeriksa, kompetensi teknik, sertifikasi
jabatan dan pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
53
Inspektorat.
Secara
parsial
faktor
kompetensi
teknik
lebih
dominan
54
yang positif (26,6%), berarti hipotesis yang diajukan terbukti atau diterima,
pengaruh Pelatihan (X3) terhadap mutu hasil pemeriksaan reguler (Y)
menunjukkan hubungan yang positif (75,9%). Sebagai kesimpulan, penelitian
menunjukkan mutu hasil pemeriksaan reguler relatif baik. Secara bersama-sama
Pendidikan, Pengalaman dan Pelatihan mempunyai hubungan yang positif dan
signifikan terhadap mutu hasil pemeriksaan reguler. Disarankan kepada
Inspektorat Provinsi untuk selalu meningkatkan taraf pendidikan terhadap para
auditor, ikut sertakan para auditor pada pemeriksaan-pemeriksaan khusus agar
ditambah pengalaman dalam pemeriksaan serta diberikan kesempatan dalam
mengikuti pendidikan yang relevan, menaikkan tarif insentif untuk para auditor.
C. Kerangka Berpikir
Kinerja Aparat Pengawas Inspektorat Daerah Karimun merupakan gambaran
mengenai sejauhmana keberhasilan/kegagalan Aparat Pengawas Inspektorat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pengawas terhadap penyelenggaraan
pemerintahan. Kinerja Aparat Pengawas Inspektorat Daerah Kabupaten Karimun itu
dapat diukur dengan tingkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman.
Pendidikan, pelatihan dan pegalaman yang telah ditempuh oleh setiap diri
individu Aparat Pengawas Inspektorat Kabupaten Karimun akan mempengaruhi
kemampuannya dalam mencapai kinerja secara optimal, hal ini diketahui dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Melmambessy Moses (2012), diketahui bahwa
pendidikan, pelatihan dan pengalaman berpengaruh kuat dan signifikan terhadap
produktivitas
55
Pendidikan (X1)
Tingkat Pendidikan yang dimiliki saat
ini mampu menyelesaikan kesulitan
yang di hadapi.
Kualitas Pendidikan dapat membantu
menambah pengetahuan.
Keterjaminan Pendidikan dalam
Pelatihan
(X2)
menyelesaikan
masalah
Jumlah pelatihan yang pernah diikuti.
Lamanya pelatihan yang diikuti.
Tanggapan
pegawai
terhadap
kebutuhan akan pelatihan
Kesesuaian
materi (X
pelatihan
dengan
Pengalaman
3)
kebutuhaan
pekerjaan
Lamanya
masa
kerja pegawai
Kesesuaian metode
yang
Keberhasilan
dalam pelatihan
menyelesaikan
dilakukaan pegawai
tugas
Gambar 2.1
Kegagalan dalam melaksanakan tugas
Jumlah mengikuti seminar
Keterangan :
X1
= Pendidikan
X2
= Pelatihan
X3
= Pengalaman
1.
2.
3.
Kerangka Teori
4.
Kinerja (Y)
Kemampuan
berinisiatif
dalam
peningkatan prestasi
kerja pegawai
Tingkat
ketaatan
dalam
menjalankan
tugas sebagai pegawai
Tingkat
tanggung
jawab yang sesuai
dengan kewenangan
dalam meningkatkan
prestasi kerja
Kemampuan
kerjasama
dengan
rekan kerja
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variabel, yaitu variabel bebas
(independent variabels), dan variabel tak bebas (dependent variabels). Yang
termasuk variabel bebas adalah pendidikan (X1), pelatihan (X2), pengalaman (X3),
sedangkan variabel tak bebas adalah kinerja aparat pengawas (Y).
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka penelitian di atas, maka hipotesis dapat diajukan sebagai
berikut :
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuantitatif. Analisis kunatitatif
mempunyai karakteristik diantaranya desain penelitian jelas dan rinci serta
ditemukan secara menetap sejak awal, bertujuan menguji teori, teknik penelitian
survey, kuesioner dan observasi. Instrumen yang dipakai adalah angket yang
57
Keterangan
Inspektur Daerah
Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I, II, III, IV
Kasubag Umum dan Kepegawaian
Kasubag Perencanaan dan Keuangan
Kasi Pengawasan Pemerintahan Bidang Pembangunan
Wilayah I, II, III, IV
Kasi Pengawasan Pemerintahan Bidang Pemerintahan
Wilayah I, II, III, IV
Kasi Pengawasan Pemerintah Bidang Kemasyarakatan
Wilayah I, II, III, IV
Staf Inspektorat Daerah Kabupaten Karimun
Jumlah
2. Sampel
Jumlah
1
1
4
1
1
4
4
4
13
33
58
59
60
Tabel 3.2
Kisi-kisi Variabel, Dimensi dan Indikator
No
Variabel
Indikator
1.
1.
Pendidikan (X1)
2.
Pelatihan ( X2)
3.
1.
2.
3.
4.
Pengalaman (X3)
Kinerja (Y)
5.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Uji Persayaratan
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui kuesioner, oleh karena itu
tingkat validitas kueasioenr yang dipersiapkan harus valid. Hal ini mengingat bahwa
dalam suatu penelitian ilmu-ilmu sosial validitas sangat alat ukur sangat
menentukan. Apabila tingkat validitas alat ukur atau instumen yang digunakan tidak
dapat dipercaya atau tidak valid maka hasil penelitian akan bias atau diragukan
kebenarannya. Untuk mengatasi hasl tersebut diperlukan dua macam pengujian
yaitu:
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai valitidas
61
62
atau (-), akan tetapi dalam hal reliabilitas, koefesien reliabilitas selalu mengacu
pada koefesien reliabilitas yang positif.
Ridwan (dalam Yulizar Adnan, 2012) mengemukakan bahwa :
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menentukan tingkat
reliabilitas alat ukur salah satunya adalah dengan interval consistency dengan
teknik belah dua (split half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown,
yaitu :
Keterangan :
R
: nilai koefesien reliabilitas
r
: nilai korelasi antara item belahan pertama dengan item belahan kedua
Penelitian ini akan dianalisis dengan cara membagi dua item dalam variabel
tersebut, misalnya : kelompok item ganjil dengan item genap, atau membagi
sama semua pernyataan berdasarkan nomor urut item pernyataan.
3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki data berdistribusi normal.
Untuk uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan SPSS dengan
metode Kolmogorov-Smirnov.
Langkah-langkah uji Kolmogorov-Smirnov yaitu:
a. Menentukan hipotesis
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
b. Menentukan statistik uji : Kolmogorov-Smirnov
Dmax = { ( - p z ) }
c. Menentukan tingkat signfikansi () : 0,05
d. Kriteria pengujian:
Jika Dmax D(, n) maka H0 diterima.
Jika Dmax < D(, n) maka H0 ditolak.
4. Uji Multikolinieritas
63
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk melihat ada tidaknya korelasi yang tinggi
antara variabel bebas dalam suatu regresi linier barganda. Jika ada korelasi yang
tinggi antara variabel bebasnya, maka hubungan variabel bebas terhadap
variabel
terikat
menjadi
terganggu.
Untuk
mendeteksi
ada
tidaknya
dengan cara
metode
Spearmans rho.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer digunakan untuk menganalisis pengaruh pendidikan,
pelatihan dan pengalaman terhadap kinerja aparat pengawas pada Inspektorat
Kabupaten
Karimun.
Data
sekunder
dipergunakan
dipergunakan
untuk
64
Data primer yaitu data utama yang digunakan untuk dianalisis data. Data ini
dikumpulan dengan cara penyebaran kuesioner dan observasi. Sedangkan data
sekunder adalah data pendukung yang juga diperlukan untuk analisis data. Data ini
diperoleh melalui studi terhadap dokumentasi dan publikasi yang dianggap ada
hubungannya dan penting.
Indikator-indikator dalam penelitian ini menguraikan skala ordinal yang diukur
berdasarkan teknik skala Likert. Menurut Sugiono (2007) bahwa skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi atau sekalompok orang
tentang fenomena sosial.
Dengan skala Likert, maka yang diukur dijarakan menjadi indikator variabel,
kemudia indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dan sangat positif
sampai negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :
1. Sangat Setuju / Selalu Sangat Positif diberi skor
:5
2. Setuju/Serng/Positif diberi skor
:4
3. Ragu-ragu/Kadang-kadang/Negatif diberi skor
:3
4. Tidak Setuju/Sangat Negatif diberi skor
:2
5. Sangat Tidak Setuju diberi skor
:1
G. Metode Analisis Data
Ridwan (dalam Yulizar Adnan, 2012) mengemukakan bahwa :
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
dan analisis statistik inferensial. Teknik analisis statistik inferensial digunakan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan analisis korelasi Pearson (Product Moment) dan
dilanjutkan dengan analisis regresi linier berganda (Multiple Regression Analysis).
Karena kedua metode tersebut mensyaratkan skala pengukuran pada data
tersebut sekurang-kurangnya adalah interval, maka sebelum melakukan analisis
korelasi Pearson dan analisis regresi perlu dilakukan konversi skala terlebih dahulu.
65
Konversi skala yang dmaksud adalah menaikkan skala dari ordinal ke skala interval.
Ridwan (dalam Yulizar Adnan, 2012) mengemukakan bahwa skala interval adalah
skala yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang laindan
mempunyai bobot yang sama.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menaikkan skala dari ordinal ke
interval adalah dengan menggunakan metode susessive internal dari skala Likert.
Langkah-langkah dalam transformasi data dengan metode susessive internal
(methode of susessive interval) adalah sebagai berikut :
1. Jawaban kuesioner yang berupa skala ordinal dikelompokkan menurut skor
jawaban masing-masing item.
2. Lakukan perhitungan untuk mendapatkan proporsi jawabanyang terdapat pada
setiap kategori untuk masing-masing variabel.
3. Hitung proporsi kumulatif seluruh kategori tiap variabel.
4. Setelah diperoleh proporsi kumulatif dari seluruh kategori, kemudian dicari nilai
batas ari kurva normal baku yang merupakan kurve nilai absis Z.
5. Lalu hitung nilai fungsi probabilitas (p f) dari fungsi normal baku.
6. Setelah diperoleh seluruh nilai batas proporsi kumulatif setiap kategori,
kemudian dihitung skala value (SV) dengan rumus :
SV =
7. Kemudian dihitung nilai konversi tiap kategori atau trasnformasi nilai skala (K)
dengan rumus :
K = SV + Abs(SV min) + 1
a. Teknik Analisis Data Primer
Analisis data yang dilakukan adalah (1) analisis deskriptif yang
mengaitkan dengan karakteristik responden seperti tingkat pendidikan,
Pelatihan dan Pengalaman, (2) menganalisa jawaban item pertanyaan dari
responden, (3) analisa konversi, dan (4) analisa pengaruh pendidikan,
pelatihan dan pengalaman terhadap kinerja aparat pengawas Inspektorat
66
Nilai Korelasi
0,80 1,00
0,60 0,799
0,40 0,599
0,20 0,399
0,00 0,199
Tingkat Hubungan
Sangat Kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
67
68
b2
b3
69
(a) Statistik uji yang akan digunakan adalah uji-F dari distribusi
F-Snedecer melalui Anova menurut Ridwan (dalam Yulizar
Adnan, 2012) sebagai berikut :
Tabel 3.4
Anova atau Uji-F
Sumber
Variasi
Derajat Bebas
(db)
Jumlah kuadrat
(jk)
Regresi
J k reg
Sisa
Total
n-k-1
n-1
J k sisa
J total
Rata-rata
jumlah kuadrat
(Rjk)
R J k reg
Uji-F
F-hitung
R J k sisa
70
Keterangan :
R2
= Koefesien Determinasi
Jk sisa
= Jumlah Kuadrat Error
Jk total = Jumlah Kuadrat Total
Analisis tersebut dapat digunakan program SPSS for Window.
b. Teknik Analisis Data Sekunder
Data yang dikumpulkan dan dihitung dengan berbagai argumentasi
tijauan pustaka, diolah serta dianalisis dengan menggunakan teknik
kualitatif, dilengkapi dengan analisis data sekunder (kuantitatif). Pendekatan
data sekunder dimaksudkan supaya analisis data kuantitatif menjadi
komprehensif.
Analisis data sekunder dilakukan melalui analsis deskriptif kuantitatif,
yaitu dengan cara analisis non statistik yang digunakan untuk analisis datadata yang berupa tabel angka-angka yang tersedia dengan membaca,
melakukan uraian dan penafsiran, dalam hal ini adalah data mengenai
keadaan umum lokasi penelitian.
c. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pendidikan terhadap
kinerja aparat pengawas.
H0
: Tidak ada pengaruh yang positif dan signifikan antara
pendidikan terhadap kinerja aparat pengawas.
71
H1
aparat pengawas.
: Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman terhadap kinerja aparat pengawas.