Anda di halaman 1dari 35

EFEKTIFITAS APLIKASI KEHADIRAN KMOB

(KEHADIRAN MOBILE)
DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI
DI KANTOR CABANG DINAS PENDIDIKAN
WILAYAH XIII PROVINSI JAWA BARAT

Proposal Tesis

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen (M.M.)
pada Program Studi S2 Manajemen Konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia

SUHARYANTO
NIM. 82302021012

Universitas Galuh
Program Pascasarjana
Program Studi Manajemen
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1. Identifikasi Masalah
1.2.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN


HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan
3.2 Desain Penelitian
3.3 Definisi dan Operasionalisasi Variabel
3.3.1 Definisi Variabel
3.3.2 Operasionalisasi Variabel
3.4 Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data
3.4.1 Sumber Data
3.4.2 Metode pengumpulan Data
3.5 Populasi dan Sampel
3.6 Teknik Analisis Data dan Hipotesis Statistik
3.6.1 Teknik Analisis Data
1. Uji Validitas
2. Uji Linearitas
3. Uji Regresi Sederhana
4. Uji F
5. Pengujian Hipotesis dengan Uji t
3.6.2 Hipotesis Statistik
3.7 Tempat / Lokasi Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Aparatur Sipil Negara (ASN) menjunjung tinggi kesetiaan terhadap

Pancasila, UUD RI 1945 dan pemerintah. ASN yang kompeten dan yang

berkualifikasi yang dimilikinya senantiasa menjalankan peran sebagai unsur

perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 . ASN berkewajiban

mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan

kinerjanya dan menerapkan prinsip merit (kemampuan) yang terus

dikembangkan (diupgrade) dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara;

Namun dalam penerapannya sikap disiplin, jujur, adil, transparan dan

akuntabel dalam melaksanakan tugas, belum terlaksana secara maksimal,

sehingga dalam upaya peningkatan kinerja, pemerintah dalam peraturan

pemerintah no. 53 tahun 2010 menegaskan tentang disiplin ASN yang memuat

secara jelas tentang kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan yang harus

ditaati dan dipatuhi oleh semua ASN, dan hukuman disiplin yang dapat

dijatuhkan kepada ASN yang telah terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan

hukuman disiplin dimaksudkan untuk membina ASN yang telah melakukan

pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha

tidak mengulangi dan memperbaiki diri pada masa yang akan datang.
Kenyataan yang terjadi meskipun pemerintah telah menegaskan

peraturan disiplin ASN, masih sering terlihat adanya aparatur pemerintah (ASN)

yang belum sungguh-sungguh melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sudah

ditetapkan, serta masih adanya ketidakpatuhan atau pelanggaran terhadap

larangan yang ditetapkan dalam peraturan disiplin ASN tersebut. Undang-undang

nomor 5 tahun 2014, menyatakan bahwa :

1. Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi

pegawai negri sipil dan pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja yang

bekerja pada instansi pemerintah,

2. Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut pegawai ASN

adalah pegawai Negri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan perjanjian

kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan diserahi

tugas,

3. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai

ASN yang profesional,memiliki nilai dasar,etika profesi,bebas dari

intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,dan nepotisme,

4. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara

Indonesia yang memenuhi syarat,

5. Jabatan pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada instansi

pemerintah.

6. Pejabat Pimpinan Tinggi adalah pegawai ASN yang menduduki jabatan

pimpinan tinggi, dan


7. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan

melaksanakan proses.

Pelayanan publik adalah sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk fisik (Poltak. 2005 :

5). Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian menyatakan

bahwa kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan

nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya

pegawai negeri. Kedispilinan ASN juga merupakan bagiandari tujuan

pembangunan nasional yakni mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum,

berperadaban moderen, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi,

diperlukan pegawai negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas

sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan secara adil

dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan, dan ketaatan kepada

Pancasila dan UUD 1945.

Pembinaan Aparatur Sipil Negara harus dilakukan dengan sebaik-

baiknya dengan berdasarkan pada perpaduan sistem prestasi kerja dan sistem

karier yang dititik beratkan pada sistem prestasi kerja, dengan maksud untuk

memberi peluang bagi Aparatur Sipil Negara yang berprestasi tinggi untuk

meningkatkan kemampuannya secara profesional dan berkompetisi secara


sehat. Pemerintah dalam rangka mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang handal,

profesional, dan bermoral menegaskan ASN sebagai unsur aparatur negara

dituntut untuk setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah,

bersikap disiplin, jujur, adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan

tugas.

Sebagai salah satu upaya dalam kontrol dan pembinaan terhadap

ASN Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat terobosan berupa aplikasi

kehadiran mobile (K-MOB). K-Mob atau Kehadiran Mobile adalah aplikasi seluler

(mobile application) pencatat kehadiran pegawai di lingkungan Pemerintah

Daerah Provinsi Jawa Barat yang dapat digunakan pada sistem Android dan iOS.

K-Mob merupakan upaya transformasi digital pelaksanaan proses presensi

pegawai yang sebelumnya dilakukan secara manual dan non-mobile (mis:

fingerprint, daftar absen), ke penggunaan aplikasi presensi online pada telepon

seluler sehingga pegawai dapat melakukan presensi kapan saja dan di mana saja

sesuai dengan ketentuan skema jam kerja masing-masing.

K-Mob dikembangkan untuk mempermudah dan meningkatkan

efisiensi waktu pegawai dalam melakukan presensi, efisiensi anggaran untuk

pengadaan dan pemeliharaan sistem presensi pegawai, serta memperkecil

ketidak-akuratan data kehadiran. Selain itu, K-Mob juga memudahkan proses

pengawasan atasan terhadap bawahan, khususnya dalam hal disiplin dan

perilaku kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, saya tertarik untuk menuangkan

dalam suatu penelitian dengan judul “Efektifitas Aplikasi Kehadiran K-Mob

(Kehadiran Mobile) Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Di Kantor Cabang

Dinas Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jawa Barat.”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis di atas, maka identifikasi

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:

1. Penggunaan keseharian aplikasi kehadiran K-MOB yang masih rendah

sehingga perlu dioptimalkan oleh pegawai ASN di Jawa Barat.

2. Kinerja pegawai ASN yang kurang optimal sehingga perlu ditingkatkan

kembali.

3. Kinerja pegawai yang kurang optimal mempengaruhi pelayanan terhadap

masyarakat.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, secara lebih rinci

permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan aplikasi kehadiran K-Mob oleh pegawai di

Provinsi Jawa Barat?


2. Bagaimana efektifitas aplikasi kehadiran K-Mob dapat meningkatkan

kinerja pegawai?

3. Bagaimana pelayananan pegawai Provinsi Jawa Barat terhadap

masyarakat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui masalah penggunaan aplikasi kehadiran K-Mob

oleh pegawai di Provinsi Jawa barat.

2. Untuk mengetahui efektifitas aplikasi kehadiran K-Mob dalam

meningkatkan kinerja pegawai.

3. Untuk menganalisis pelayanan kepada masyarakat oleh pegawai

Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat:

1. Untuk meningkatkan pengetahuan, dan wawasan penulis mengenai

aplikasi kehadiran K-Mob di Provinsi Jawa Barat.


2. Untuk mengetahui efektivitas aplikasi kehadiran K-Mob dalam

meningkatkan kinerja pegawai.

3. Dapat digunakan untuk pertimbangan kebijakan di Provinsi Jawa Barat,

guna meningkatkan Kinerja Pegawai ASN Jawa Barat.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Efektivitas program merupakan suatu cara untuk mengukur sejauh

mana program tersebut dapat berjalan guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Penilaian terhadap tingkat kesesuaian program

merupakan salah satu cara untuk mengukur efektivitas program. Efektivitas

program dapat diketahui dengan membandingkan tujuan program dengan

output program (Ditjen Binlantas Depnaker, 1983 dalam Satries, 2011).

Sementara itu pendapat peserta program dapat dijadikan sebagai ukuran untuk

menentukan efektivitas program. Hal tersebut dinyatakan oleh Kerkpatrick yang

dikutip oleh Cascio (1995) dalam Satries (2011) bahwa evaluasi terhadap

efektivitas program dapat dilakukan, diantaranya melalui reaksi peserta terhadap

program yang diikuti. Budiani (2007:53) menyatakan bahwa untuk mengukur

efektivitas program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel

sebagai berikut:

1) Ketepatan sasaran program : sejauh mana peserta program tepat dengan

sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya.

2) Sosialisasi program : kemampuan penyelenggara program dalam melakukan

sosialisasi program sehingga informasi mengenai pelaksanaan program dapat


tersampaikan kepada masyarakat pada umumnya dan sasaran peserta

program pada khususnya.

3) Tujuan program : sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program

dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

4) Pemantuan program : kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya

program sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

Pengukuran efektivitas menurut Krech, Cruthfied dan Ballachey

dalam bukunya “Individual and Society” yang dikutip Danim (2004) dalam

bukunya “Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok” dalam Kristanto

(2013:5), menyebutkan ukuran efektivitas program, yaitu: (1) Jumlah hasil yang

dapat dikeluarkan, artinya hasil tersebut berupa kuantitas atau bentuk fisik dari

organisasi, program atau kegiatan. Hasil dimaksud dapat dilihat dari

perbandingan (ratio) antara masukan (input) dengan keluaran (output); (2)

Tingkat kepuasan yang diperoleh, artinya ukuran dalam efektivitas ini dapat

kuantitatif (berdasarkan pada jumlah atau banyaknya) dan dapat kualitatif

(berdasarkan pada mutu); (3)Produk kreatif, artinya penciptaan hubungannya

kondisi yang kondusif dengan dunia kerja, yang nantinya dapat menumbuhkan

kreativitas dan kemampuan.; (4)Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki

ketaatan yang tinggi dalam suatu tingkatan intens sesuatu, dimana adanya rasa

saling memiliki dengan kadar yang tinggi. (dalam Danim, 2004:119-120). Untuk

mengukur efektivitas program, Menurut Sutrisno (2007:125-126)

mengidentifikasi hasil studi para ahli mengenai ukuran efektifitas program


didalam sebuah organisasi, yaitu : 1) Pemahaman program : dilihat sejauh mana

masyarakat dapat memahami kegiatan program. 2)Tepat sasaran : dilihat dari

apa yang dikehendaki tercapai atau menjadi kenyataan. 3)Tepat waktu : dilihat

melalui penggunaan waktu untuk pelaksanaan program yang telah direncanakan

tersebut apakah telah sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya.

4)Tercapainya tujuan : diukur melalui pencapaian tujuan kegiatan yang telah

dijalankan. 5) Perubahan nyata : diukur melalui sejauhmana kegiatan tersebut

memberikan suatu efek atau dampak serta perubahan nyata bagi masyarakat

ditempat.

Kinerja pegawai (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara,

2009:18). Tingkat keberhasilan suatu kinerja meliputi aspek kuantitatif dan

kualitatif. Sedangkan, menurut Siswanto (dalam Muhammad Sandy, 2015:11)

kinerja ialah prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan

pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Menurut Henry Simamora (1995:327), kinerja karyawan adalah

tingkat terhadap mana para karyawan mencapai persyaratan-persyaratan

pekerjaan. Rivai (dalam Muhammad Sandy, 2015:12) memberikan pengertian

bahwa kinerja atau prestasi kerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan

tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,


target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

disepakati bersama.

Pengertian kinerja menurut Stephen Robbins yang diterjemahkan

oleh Harbani Pasolong “Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang

dilakukan oleh karyawan dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya, “ (Pasolong, 2007 : 176). Kinerja adalah suatu keadaan yang

berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam menjalankan misi yang

dimilikinya yang dapat diukur dari tingkat produktivitas, kualitas layanan,

responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas (Tangkilisan, 2005 : 178).

Pengertian kinerja menurut Moeheriono (2012:95) yaitu “Kinerja

atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis

suatu organisasi.” (Abdullah, 2014:3). Amstrong dan Baron (1998:15)

memberikan pengertian bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang

mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategi organisasi, kepuasan

konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Sedangkan menurut Wibowo

(2007:7) menyebutkan bahwa kinerja berasal dari kata performance yang berarti

hasil pekerjaan atau prestasi kerja. Namun perlu dipahami bahwa kinerja itu

bukan sekedar hasil pekerjaan atau prestasi kerja, tetapi juga mencakup

bagaimana proses pekerjaan itu berlangsung. Wirawan (2009:5) menyebutkan

bahwa kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya
dalam Bahasa Inggris adalah performance. Kinerja adalah keluaran yang

dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu

profesi dalam waktu tertentu.

Menurut Moeheriono (dalam Abdullah, 2014:151), terdapat enam

ukuran indikator kinerja, namun masing-masing organisasi dapat saja

mengembangkannya sesuai dengan misi organsiasi tersebut. Keenam kategori

tersebut antara lain:

a. Efektif, mengukur derajat kesesuaian yang dihasilkan dalam mencapai

sesuatu yang diinginkan.

b. Efisien, mengukur derajat kesesuaian proses menghasilkan output dengan

menggunakan biaya serendah mungkin.

c. Kualitas, mengukur derajat kesesuaian antara kualitas produk atau jasa

yang dihasilkan dengan kebutuhan dan harapan konsumen.

d. Ketepatan waktu, mengukur apakah pekerjaan telah diselesaikan secara

benar dan tepat waktu.

e. Produktivitas, mengukur tingkat efektivitas suatu organisasi.

f. Keselamatan, mengukur kesehatan organisasi sescara keseluruhan serta

lingkungan kerja para karyawan ditinjau dari aspek kesehatan.

Kualitas pelayanan menurut Wykcop yang dikutip oleh Fandy

Tjiptono (2011 : 59 ) didefinisikan sebagai berikut : “Kualitas pelayanan

merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang melebihi harapan.”


Definisi lainya yang dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2014 :

220) didefinisikan sebagai berikut : “Pelayanan adalah suatu aktifitas atau hal

yang menguntungkan dan juga merupakan salah satu bagian penting yang

ditawarkan dimana sifatnya tidak terlihat dan hasilnya tidak bersifat kepemilikan

siapa pun.” Dari beberapa teori tentang kualitas pelayanan diatas maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa serangkaian aktifitas kinerja pegawai Provinsi Jawa

Barat harus berpengaruh / berdampak terhadap masyarakat dengan melebihi

harapan masyarakatnya itu sendiri.

2.2 Kerangka Pemikiran

Menurut Widayat dan Amirullah (2002), kerangka pemikiran

merupakan model konseptual tentang hubungan antara teori dengan berbagai

faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berpikir

berguna membangun suatu hipotesis sehingga dapat disebut sebagai dasar

penyusun hipotesis.

Penamaan kerangka pemikiran bisa bervariasi, seperti kerangka

konsep, kerangka teoretis atau model teoretis. Selain itu, penyajiannya dalam

bentuk diagram kerangka pemikiran pun juga dapat bervariasi. Kerangka

pemikiran ini dapat memudahkan peneliti dalam merumuskan suatu hipotesis

penelitiannya.

Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan dan pokok penelitian

adalah meningkatkan kinerja pegawai ASN di Jawa Barat. Penggunaan aplikasi


kehadiran K-Mob adalah salah satu strategi yang dirasa baik dan tepat untuk

menwujudkan tujuan tersebut.

Pegawai ASN harus mempunyai kualitas pelayanan kepada

masyarakat yang baik pula agar dapat memuaskan. Selain itu kualitas pelayanan

juga dianggap sebagai kunci keberhasilan bagi perusahaan agar bisa

memenangkan persaingan, dengan berkembangnya zaman maka persaingan saat

ini bersifat global.

2.3 Hipotesis

Hipotesis berasal dari negara yunani yaitu berasal dari kata hypo yang

berarti di bawah dan juga thesis yang berarti pendirian. Hipotesis dalam bahasa

yunani berarti pedapat yang ditegakkan ataupun yang mempunyai kepastian.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap suatu permasalahan yang muncul dalam suatu penelitian

hingga mencari bukti-bukti melalui pengumpulan data-datanya.

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas, maka dirumuskan

hipotesa sebagai berikut :

1. Aplikasi kehadiran K-Mob telah digunakan oleh sebagian besar pegawai

ASN pemerintah Provinsi Jawa Barat.

2. Aplikasi kehadiran K-Mob efektif meningkatkan kinerja pegawai di

lingkungan ASN Provinsi Jawa Barat.


3. Kinerja yang baik telah dilaksanakan oleh sebagian besar pegawai ASN

Provinsi Jawa Barat dalam melayani masyarakat.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan

Riset atau penelitian merupakan suatu kegitan yang ditujukan untuk

menyelidiki sebuah keadaan dari, sebuah alasan dari, beserta konsekuensi

terhadap suatu set keadaan khusus, bisa sebuah fenomena atau variable (Nazir,

2003). Oleh karena itu, metode peneltian dapat dimaknai secara sederhana

sebagai sebuah cara untuk melakukan riset atau penelitian.

Lebih lanjut, Sugiyono (2011) menjelaskan metode penelitian sebagai

sebuah cara ilmiah dalam mendapatkan data untuk tujuan dan kegunaan

tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dirumuskan empat kata kunci

yaitu : cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah, berarti kegiatan

penelitian tersebut dilakukan secara ilmiah, didasarkan pada ciri-ciri keilmuan

yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti peneltian telah dilakukan

dengan cara-cara yang masuk akal, disertai perolehan data berupa fakta-fakta

yang terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang

dilakukan dapat diamati dengan indera manusia, sehingga orang lain juga dapat

turut serta mengamati cara-cara yang digunkan. Sistematis, berarti riset

dilakukan dengan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.

Data yang diperoleh dalam penelitian ilmiah merupakan data yang

empiris, yaitu data yang dapat diamati, tentu wajib memiliki tingkat kevalidan
yang tinggi. Valid secara sederhana dapat dimaknai sebagai derajat ketepatan,

sehingga data yang dikumpulkan peneliti betul sesungguhnya terjadi di objek

penelitian.

Dengan data di atas, maka penulis akan menggunakan penelitian

dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

dasarnya, pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam

rangka pengujian hipotesa) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu

probabilitas kesalahan penolakan hipotesa nihil.

Dengan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

kelompok atau signifikansi hubungan antar variable yang diteliti. Pada umumnya,

penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel yang besar (Azwar, 2007).

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk

melaksanakan riset pemasaran (Malhotra, 2007). Desain penelitian memberikan

prosedur untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun atau

menyelesaikan masalah dalam penelitian. Desain penelitian merupakan dasar

dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, desain penelitian yang baik akan

menghasilkan penelitian yang efektif dan efisien. Klasifikasi desain penelitian

dibagi menjadi dua yaitu, eksploratif dan konklusif. Desain penelitian konklusif

dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu deskriptif dan kausal. Dalam penelitian ini
digunakan penelitian eksploratif dan deskriptif. Menurut Malhotra (2007),

penelitian eksploratif bertujuan untuk menyelidiki suatu masalah atau

situasi untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang baik.

Sementara itu, penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sesuatu.

Penelitian deskriptif memiliki pernyataan yang jelas mengenai permasalahan

yang dihadapi, hipotesis yang spesifik, dan informasi detail yang dibutuhkan.

3.3 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

3.3.1 Definisi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016:38). Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih penulis yaitu Pengaruh

Asimetri Informasi Terhadap Budgetary Slack maka penulis mengelompokan

variabel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi variabel independen

(X) dan variabel dependen (Y).

Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Variable bebas (independent variable)

Variable bebas (X) variable ini sering disebut sebagai variable

stimulus, predictor, abtecedent. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut variable bebas. Variable bebas adalah variable yang


mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variable dependen (terikat). (Sugiyono, 2016 :39).

Dalam penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah

Asimetri Informasi. Pengertian Asimetri Informasi Menurut Menurut Basri

( 2011: 12) adalah :“Asimetri informasi merupakan ketidakseimbangan

informasi yang dimiliki oleh atasan dan bawahan. Hal ini terjadi karena

bawahan berkaitan langsung dengan kegiatan operasional sehari-hari”.

Asimetri informasi timbul karena ada salah satu pihak lebih

unggul dalam penguasaan informasi. Menurut Suatarna (2010)

menyatakan bahwa dalam Teori asimetri informasi dapat diantisipasi

dengan melakukan dua hal, yaitu dengan melakukan pengawasan dan

meningkatkan kualitas dari informasi.

Asimetri informasi timbul karena ada salah satu pihak lebih

unggul dalam penguasaan informasi. Menurut Suatarna (2010)

menyatakan bahwa dalam Teori asimetri informasi dapat diantisipasi

dengan melakukan dua hal, yaitu dengan melakukan pengawasan dan

meningkatkan kualitas dari informasi.

2. Variable Terikat (Dependent variable)

Variable terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variable bebas (Sugiyono, 2016 : 39).

Dalam penelitian ini variabel independen yang diteliti adalah budgetary

slack.
Menurut Anthony dan Govindaradjan ( 2005) definisi

senjangan anggaran atau budgetary slack adalah:“Senjangan anggaran

adalah perbedaan antara jumlah anggaran yang diajukan oleh

bawahan dengan jumlah estimasi yang terbaik dari organisasi

3.3.2 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan guna menentukan jenis dan

indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini.

Disamping itu, operasionalisasi variabel bertujuan untuk menentukan

skala pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga pengujian

hipotesis dengan menggunakan alat bantu dapat dilakukan dengan tepat.

3.4 Sumber Data dan Alat Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian

adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan dua sumber data yaitu :

a. Sumber data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti (atau petugasnya) dari sumber pertamanya. Adapun yang

menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah Sumber

data yang berasal dari data aplikasi kehadiran K-Mob

b. Sumber data skunder, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga


dikatakan data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.

Dalam penelitian ini, dokumentasi dan angket merupakan

sumber data sekunder.

3.4.2 Metode pengumpulan Data

1. Data Primer atau Data Tangan Pertama

Data primer atau data tangan pertama adalah data yang

diperoleh secara langsung dari dari subjek penelitian dengan

mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung

pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2007).

Dalam penelitian ini mengambil data dengan membagikan angket

pada objek penelitian.

2. Data Sekunder atau Data Tangan Kedua

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang

diperoleh data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung

diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data ini biasanya

berupa data dokumentasi atau data laporan yang sebelumnya telah

tersedia (Azwar, 2007). Dalam penelitian ini mengambil data dari

dokumentasi, laporan, artikel serta informasi lain yang berhubungan

dengan penelitian ini.


3.5 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti

yang memiliki beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2011). Menurut

Arikunto, populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan dalam

Azwar, 2007 populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus

memiliki cirri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya

dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai

cirri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu.

Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah seluruh pegawai ASN yang berada di

Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XII Provinsi Jawa barat.

Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena ia merupakan bagian

dari populasi, tentulah ia harus memiliki cirri-ciri yang dimiliki oleh populasinya

(Azwar, 2007). Banyak ahli riset menyarankan untuk mengambil sampel sebesar

10% dari populasi sebagai aturan kasar ( Azwar, 2007 ). Apabila subjeknya kurang

dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15%

atau 20% - 25% ( Arikunto, 2006 ). Oleh karena itu, peneliti mengambil sampel

yang berjumlah 50 orang. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode random sampling. Random sampling adalah tehnik

pengampilan sampel yang didasarkan atas probabilitas bahwa setiap unit


sampling memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel

(Latipun, 2011).

3.6 Teknik Analisis Data dan Hipotesis Statistik

3.6.1 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan proses penyederhanaan data ke

dalam bentuk yang lebih diinterpretasikan. Data yang telah dihimpun akan

penulis analisis untuk ditarik kesimpulan dari penelitian ini. Adapun analisis

yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data yang diperlukan;

2. Mengelompokkan data berdasarkan variabel;

3. Mentabulasi data berdasarkan variable

4. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti;

5. Menghitung uji validitas, linieritas, uji regresi sederhana, yang dilanjutkan

dengan uji keberartian regresi menggunakan uji F;

6. Pengujian hipotesis menggunakan uji t;

7. Menarik kesimpulan dari penelitian

3.6.2 Hipotesis Statistik

Sebelum melakukan hipotesis statistik, terlebih dahulu

dilakukan analisis statistic melalui pengujianasumsi klasik terhadap

data.Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan menggunakan uji-uji sebagai

berikut:

1. Uji Validitas
Validitas menurut Suharsimi Arikunto (2010:211),validitas adalah

tingkat kevalidan suatu instrumen. Instrumen yang valid adalah instrumen

yang mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu Instrumen yang

valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang

kurang valid berarti memilik validitas rendah. Mengingat pentingnyamasalah

validitas, para ahli telah banyak berupaya untuk mengkaji masalah validitas

serta membagi validitas kedalam beberapa jenis. Menurut Sugiyono

(2012:177) ada beberapa jenis validitas yaitu:

a). Validitas konstrak (construct validity).

Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk

adalah validitas yang berkaitan dengan konsep, validitas konstruk adalah

validitas yang berkaitan dengan kesanggupan alat ukur dalam mengukur

pengertian suatu konsep yang diukurnya.

b). Validitas isi (content validity).

Validitas isi berkaitan dengan kemampuan sutu instrumen

mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur

mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur.

Misalnya tes mata pelajaran TIK, harus mampu mengungkapkan isi mata

pelajaran tersebut dan demikian juga untuk hal-hal lainnya.

c). Validitas eksternal.

Validitas eksternal adalah validasi suatu instrumen dengan

membandingkannya antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-


fakta emperis yang terjadi di lapangan atau dengan instrument

pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara

mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrument tersebut

mempunyai validitas eksternal. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan

adalah validitas isi. Validitas isi (content validity) dilakukan dengan

menanyakan pendapat ahli (judgement expert) tentang kisi-kisi dan

instrumen penelitian.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui hubungan linear antara

variabel independen dan variabel dependen. Setelah diketahui variabel X

dan Y yang merupakan dua variabel yang mempunyai hubungan fungsional,

maka selanjutnya perlu diketahui apakah hubungan tersebut benar-benar ada

dan linear. Untuk itu dilakukan uji linearitas regresi variabel X dan variabel Y.

Dengan menggunakan grafik dapat digambarkan bentuk dari hubungan

antara kedua variabel, salah satunya dengan menyajikan diagram pencar.

Menurut Siagiandan Sugiarto(2006:225), “Untuk memberikan gambaran

hubungan dua variabel, sebelum mengetahui apakah berhubungan linear

atau tidak sebaiknya dilakukan plotting(tebaran titik) terhadap pasangan nilai-

nilai X dan Y. Hasil plot ini disebut dengan diagram pencar (scatter

diagram)”.Apabila terdapat gejala bahwa titik-titik data menyebar

sekitargarislurus, maka variabel-variabel tersebut memiliki hubungan linear


baik itu linear positif ataupun negatif. Sebaliknya, apabila tidak terdapat

gejala bahwa titik-titik data tidak menyebar sekitar garis lurus maka variabel-

variabel tersebut tidak memiliki hubungan.

3. Uji Regresi Sederhana

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi. Analisis regresi digunakan untuk memprediksikan variabel

terikat (Y) apabila variabel bebas (X) diketahui. Regresi sederhana dapat

dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsional atau hubungan sebab

akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

Ŷ =  + bX

(Sudjana, 2005 : 312)

Keterangan :

Ŷ: Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

α: Harga Ŷ ketika harga X = 0 (harga konstan).

b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan

atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan

variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis

turun.

X : subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.


Dalam analisis regresi linier sederhana ini, variabel-variabel yang

akan diteliti diantaranya adalah :

Variabel bebas (X): Efisiensi beban operasi;

Variabel terikat (Y): Profitabilitas.

Sedangkan rumus perhitungan koefisien:

(∑ Y )(∑ X 2 )(∑ XY )
¿
n ∑ X 2−¿ ¿

n ∑ X Y −( ∑ X )(∑ Y )
b= 2
n ∑ X −¿ ¿

(Sudjana, 2005:315)

Keterangan :

n= jumlah sampel yang diteliti

X = variabel independent

Y = variabel dependen

4. Uji F

Sebelum regresi yang telah dihitung melalui perhitungan statistik

ini diambil kesimpulannya, diperlukan uji untuk mengetahui keberartian

regresi menggunakan uji F. Sudjana (2003:90) mengungkapkan, “Sebelum

regresi yang diperoleh digunakan untuk membuat kesimpulan, terlebih

dahulu perlu diperiksa setidak-tidaknya mengenai kelinieran dan

keberartiannya”. Data yang telah diperoleh akan diolah menggunakan SPSS


for Windows. Untuk pengujian keberartian regresi dalam regresi linear

sederhana maka disusun sebuah daftar yaitu analisis varian (ANAVA).

5. Pengujian Hipotesis dengan Uji t

Menurut Hasan, M. I.,(2002:54) “Pengujian hipotesis adalah

suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan

menerima atau menolak hipotesis ini’.Untuk menguji hipotesis dapat diuji

dengan menggunakan rumus uji t. Pengujian t-stastistik inibertujuan untuk

menguji signifikansi variabel independen dalam mempengaruhivariabel

dependen.Pengujian ini diperoleh melalui rumus :

b
t=
Sb

(Sudjana, 2003:31)

Keterangan:

t: uji hipotesis

b: koefisien regresi

Sb: standar deviasi

Adapun hipotesis statistik yang akandi uji dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

H0: β = 0 Efisiensi beban operasitidak memiliki pengaruh

positif terhadap profitabilitas.

H1: β > 0 Efisiensi beban operasimemiliki pengaruh positif

terhadap profitabilitas.
Kriteria pengambilan keputusan adalahsebagai berikut.

1. H0 ditolak jika thitung > ttabel.

2. H0 diterima jika thitung≤ ttabel

Dalam pengujian hipotesis melaui uji t ini, tingkat kesalahan

yang digunakan peneliti adalah 5% atau 0.05 pada taraf signifikan 95%.

Pengolahan data akan menggunakan SPSS for Windows.

3.7 Tempat / Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti memperoleh

informasi mengenai data yang diperlukan. Lokasi penelitian adalah

merupakan tempat dimana penelitian akan dilakukan. Pemilihan lokasi harus

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan kemenarikan, keunikan, dan

kesesuaian dengan topik yang dipilih. Dengan pemilihan lokasi ini, peneliti

diharapkan menemukan hal-hal yang bermakna dan baru (Suwarma Al

Muchtar, 2015: 243).

Menurut Nasution (2003: 43) mengatakan bahwa lokasi

penelitian menunjuk pada pengertian lokasi sosial yang dicirikan oleh adanya

tiga unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi. Adapun

yang menjadi lokasi dan tempat penelitian adalah Kantor Cabang Dinas

Pendidikan Wilayah XIII Provinsi Jawa Barat.


DAFTAR PUSTAKA

Ambar, Teguh dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

As'ad, Moh. 2004.Psikologi Industri, Seri Umum Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: Liberty.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Christian Katiandagho,Silvya L. Mandey, dan Lisbeth Mananeke(2014),

“Pengaruh Disiplin Kerja, Kepemimpinan, dan Motivasi Terhadap Kinerja

Pegawai Pada PT. PLN (Persero) Wilayah Suluttenggo Area

Manado,” Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 5, No.3, hal. 17-18.

Diah Indriani Suwondodan Eddy Madiono Sutanto(2015),

“PengaruhLingkungan Kerja dan Disiplin Kerja TerhadapKinerja

Karyawan,” Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.17, No. 2, hal.

142.Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber

Daya Manusia.Jakarta: Rineka Cipta.

Ghozali, Imam. 2010. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.

Semarang: Universitas Diponegoro.

Hani, Handoko T. 2008. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, MalayuS.P. 2013. Manajemen Sumber Daya manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta: BumiAksara.

Hiskia Jonest Runtunuwu, Joyce Lapian, danLucky Dotulong(2015), “Pengaruh

Disiplin, Penempatan, dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Manado,”

Jurnal EMBA, Vol.3,No.3, hal. 87.M.

Syaiful Azwar dan Winarningsih(2016), “Pengaruh Gaya Kepemimpinan,

Komunikasi,dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan,” Jurnal Ilmu

dan Riset Manajemen, Vol. 5, No.3,hal. 17-18.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. EvaluasiKinerja Sumber Daya Manusia.

Bandung: Refika Aditama.

Mangkuprawira, Sjafri. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia.

Bogor:Ghalia Indonesia.

Mathis, Robert L dan Jackson John H.. 2006. Manajemen Sumber Saya Manusia.

Jakarta: Salemba Empat.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Rineka

Cipta.Sarwono, Jonathan. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif. Yogyakarta:Graha Ilmu.


Novelisa P. Budiman, Ivonne S. Saerang, danGreis M. Sendow(2016),

“Pengaruh Kompetensi, Motivasi, dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan (Studi Pada PT. Hasjrat Abadi Tendean Manado),” Jurnal

EMBA, Vol. 4, No. 4, hal. 329-330.

Siagian, SondangP. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi

Aksara.

Simamora, Henry. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogyakarta: YKPN.

Sugiyono.2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:Alfabeta.

Sutrisno, Edy. 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.


Surat Edaran (SE) Gubernur Jawa Barat Nomor : 060/03/BKD tentang Aplikasi
Kinerja Mobile (K-MOB) tahun 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat
https://jabarprov.go.id/index.php/news/42368/2021/05/17/K-Mob-Percepat-
Rekapitulasi-Tingkat-Kehadiran-Pegawai

Anda mungkin juga menyukai