Anda di halaman 1dari 20

1

POLIMA
Gema
PANCASILA
dari
BAUBAU
DAFTAR ISI 2
AWAL PERJALANAN
1. Potensi Kota Baubau
2. Fenomena Emperik Kota Baubau
3. Keprihatinan akan perilaku sebagian Pemimpin dan Masyarakat
BAB I. Nilai – nilai yang sudah mandarah daging
I.1 Sarapatanguna dalam Mukadimah UUD Kesultanan Buton,
I.2 Bagan Keterkaitan Nilai Sarapatanguna
I.3 Kehidupan dalam Benteng Keraton (AS. Tamrin dan Polima)
BAB II.Membumikan Polima
II.1 Sadar Polima semangat Revolusi Mental,
II.2 Perubahan Sosial – Kultural dan Peradaban sebagai Bentuk
Revolusi Mental,
II.3 Dampak Polima Pada Revolusi Mental
BAB III.Kajian Akademik dan Hasil Temuan
III.2 Hasil Temuan Desertasi
BAB IV. Dinamika Pasca Desertasi
IV.1 Pokok Pikiran Polima,
IV.2 Polima dan Pancasila
(Sinergi Nilai – nilai Daerah dan Pancasila)
BAB V. Dampak Polima Dalam Pembangunan
V.1 Dampak Polima Dalam Pembangunan,
V.2 Peluang Provinsi Kepulauan Buton dan Spirit POLIMA
3
AWAL PERJALANAN
1. Potensi Kota Baubau
 Di barat Daya Pulau Buton
 Salah Satu kota Otonom di Prov. Sultra
 Luas 221 Km2
 Penduduk : 154,877 Jiwa
 Terdiri Multi Etnis,
 Bekas Ibu kota Kesultanan Buton,
 Pusat Perdaban, menyimpan berbagai
warisan budaya,
 Berupa benda Monumental, Situs, Cagar
Budaya,
 Menyimpan Ritual – ritual budaya,
keterampilan dan Nilai – nilai Kearifan
Lokal,
 Benteng terluas di Dunia ( ± 23 Ha dan
keliling ± 3 Km), Istana Raja/Keraton,
Mesjid Agung Kesultanan, Kasulana
Tombi dan Batu Popaua.
4
2. Fenomena Emperik Kota Baubau 1. Kota Pelabuhan dan 3. Masyarakat Buton
Lintas Rute Pelayaran (Baubau) Berdiaspora di
Nusantara dengan seantero Nusantara dan
berbagai potensi yang bisa menyatu dan berbaur
melatar belakangi dengan masyarakat
Sejarah, Alam, Ekonomi setempat
dan Kebudayaan

2. Realitas wilayah kota 4. Bisa hidup berdampingan


mewakili potret miniature secara damai dan
Indonesia tentang harmonis berkat nilai –
keberanekaragaman nilai budaya kearifan
Etnis, Bangsa dan nilai – lokal masyarakat Buton
nilai asli masyarakat (Baubau) dengan
Buton dan Sulawesi lingkungannya
Tenggara,
5
3. Keprihatinan Akan Perilaku Sebagian Pemimpin dan Masyarakat
 Tergerusnya Moral,
 Berawal dari keprihatinan atas
merosotnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemimpinnya,
 Banyak pemimpin yang tidak layak lagi
dijadikan teladan atau panutan,
 Maraknya KKN, penyalahgunaan
wewenang,
 Bentrok antara Pelajar dan Mahasiswa,
 Konflik dimasyarakat, KDRT,
 Infiltrasi budaya luar,
 Perlu penyadaran secara masif kepada
seluruh lapisan masyarakat, khususnya
para Pemimpin guna terwujudnya
kedamaian, kondusifitas dan stabilitas.
BAB I. Nilai – Nilai Yang Sudah Mendarah Daging 6
I.1 SARA PATANGUNAA
(Dalam Mukadimah UUD martabat Tujuh Kesultanan Buton)
BAGIAN PERTAMA :
- Hubungan interaksi Bermasyarakat yang berlandaskan pada Filsafat Rasa “Binci – Binciki kuli”,
- Kemudian dimanifestasikan dalm empat “Nilai Dasar” sebagai berikut :
Po – Maamasiaka : maasi yang berarti saling sayang, cinta, kasih
Pengertianya : saling sayang-menyayangi, saling cinta – mencintai, saling kasih - mengasihi
Po – Piapiara : Piara artinya Pelihara atau rawat
Pengertiannya : saling piara, saling pelihara , saling merawat, saling mengayomi,
Po – Maemaeaka : Maea artinya malu
Pengertiannya : saling menaggung rasa malu, merasakan budaya malu , jika melakukan perbuatan tercela yang
malu bukan saja yang bersangkutan tapi seluruh keluarga, orang tua, komunitas akan turut menanggung rasa
malu

6
7
Po – Angkaangkataka : angka artinya angkat, angkataka : saling menghargai,
Pengertiannya : saling mengangkat harkat, martabat saling menghormati, saling harga menghargai
Po – Bincibinciki Kuli : binci yang berarti cubit dan kuli berarti kulit, binci kuli artinya cubit kulit
Pengertiannya : saling mencubit kulit suatu ungkapan kiasan atas perbuatan yang menyakitkan jika kita cubit
akan terasa sakit tentu kita tidak suka, maka jangan pula kita cubit orang lain . Jika Kita tidak suka disakiti maka
janagn pula menyakiti orang lain apapun perbuatan tersebut.

7
8

Nilai Po – Bincibinciki kuli ini merupakan


ungkapan atau kiasan terhadap perbuatan Bagan Keterkaitan Hubungan Nilai – Nilai
yang menyakitkan, jika perbuatan itu Sarapatanguna Bagian Pertama
menyakitkan dan oleh karenannya kita
tidak sudi mau diperlakukan seperti itu
maka kita secara jujur juga tidak akan
melakukannya kepada orang lain.

8
9
SARA PATANGUNA BAGIAN KEDUA
Dalam tataran filosofis sarapatanguna bagian kedua ini adalah sebagaiaman tercantum dalam MAKADIMAH kitab
undang-undang martabat tujuh yakni :
 Hubunganantara manusia dengan alam lingkungan, dengan Negara, dengan Pemerintah dan Agama,
 Meliputi Lima unsur : Arata – Karo – Lipu – Sara – Agama,
 Merupakan satu kesatuan yang utuh tersusun secara hirarki bertingkat yang merupakan keutuhan yang majemuk
tunggal :
I. Yinda – Yindamo arata samanamo karo
II. Yinda – Yindamo karo samanamo lipu
III. Yinda - Yindamo Lipu Samanamao Sara
IV. Yinda – Yindamo Sara samanamo Agama
Dari ke – 4 nilai sarapatanguna bagian kedua ini terdiri dari 5 unsur yakni :
1. Arata artinya harta materi
2. Karo artinya diri, kedirian, harga diri
3. Lipu artinya pulau, negeri, negara
4. Sara artinya norma adat, ritual undang-undang, pemerintah,
5. Agama artinya agama sebagai wadah keyakinan terhadap Tuhan YME sebagai pencipta dan penguasa semua
sekalian alam 9
10
Agama sebagai wadah terhadap keyakinan
terhadap TUHAN YME sebagai Pencipta dan Bagan Keterkaitan Hubungan Nilai – Nilai
Penguasa Seru Sekalian Alam merupakan Sarapatanguna Bagian Kedua
“Causa Prima” dari keseluruhan nilai secara
utuh.
Kelima unsur tersebut kemudian
diperbandingkan secara beruntun dan berjenjang
membentuk hirarki bertingkat. Jika digambar
dapat membentuk bagan sebagai berikut : unsur 5
unsur 4
unsur 3
unsur 2
unsur 1

10
11
I.3 Kehidupan Dalam Benteng Keraton (A.S TAMRIN
& POLIMA)

 Terlahir dan hidup didalam lingkungan benteng Keraton,


 Nilai dasar POLIMA menjadi Parameter dalam kehidupan,
 Setelah berbakti dibeberapa tempat (Jambi, Sulsel, Jakarta)
timbul kesadaran akan pentingnya nilai – nilai luhur
warisan leluhur,
 Kesadaran hukum atas moral dan etika yang masih rendah
dari pelaksanaan dan penyelenggaraan Pemerintah,
 Menurunnya kualaitas pemimpin yang menimbulkan
kekwatiran dan keprihatinan akan degradasi nilai bangsa
dan krisis kepercayaan masyarakat, serta hilangnya
ketauladanan sosok/figur pemimpin sebagai panutan,
 Kondisi ini juga yang mendorong untuk maju
berkompetisi pada Pilwali Kota Baubau tahun 2012,
 Hadir sebagai bentuk Konkrit pada Gerakan Revolusi
Mental dan upaya Revitalisasi Nilai – nilai Pancasila
BAB II.MEMBUMIKAN POLIMA 12
II.1 Sadar Polima Semangat Revolusi Mental
1) Menjadi Instrumen Motivasi, Spirit Gerakan Perubahan
Revolusi Mental,
2) Muatan Lokal dikalangan Pelajar,
3) Materi Pidato dilingkungan Birokrasi,
4) Ceramah dan Sosialisasi dikalangan Masyarakat,
5) Kuliah Umum dikalangan Mahasiswa,
6) Tatakrama bermasyarkat,
7) Penempelan Stiker,
8) Pemasangan Spanduk di setiap sekolah,
9) Pembangunan Monumental melalui Tugu POLIMA,
10) Pembentukan Tim Sosialisasi POLIMA di Lingkungan
Pemerintah,
11) Tim Relawan Srikandi Polima, Pemuda Milenial
POLIMA, Satgas Pelopor POLIMA
12) Festival Keraton dan Masyarakat Adat Asean VI
POLIMA di Baubau,
13) Kemah Eksekutif POLIMA
13

II.2 Perubahan Sosial – Kultural dan Peradaban sebagai


Bentuk Revolusi Mental
1) Ide dan Gagasan cara pandang masyarakat
berorientasi kemajuan pembangunan dan
peradaban berbasis POLIMA
2) Pola Perilaku berbasis POLIMA serbta Gerakan untuk mengubah cara pandang,
perpaduan nilai Budaya lokal, Nasional dan pola pikir, sikap, perilaku, dan cara
Agama kerja warga masyarakat yang mengacu
nilai – nilai integritas, etos kerja dan
3) Mampu memanfaatkan IPTEK secara arif
dan bijaksana
gotong royong yang bersumber pada
nilai – nilai kearifan lokal Polima yang
4) Berwawasan luas dan memiliki Komitmen berdasarkan Pancasila serta berorientasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
pada kemajuan guna mewujudkan
5) Revolusi Industri 4.0 Titik Klimaks Baubau yang Maju, Sejahtera dan
kemajuan Peradaban menuju Revolusi Berbudaya.
Mental 5.0
14
II.3 Dampak Polima Pada Revolusi Mental
cv

Semangat : Kesadaran Moral Aksi : Pembangunan Fisik


berbasis semangat Polima berbasis Peradaban Polima
1) Terbangun kesadaran gerak hidup
1. Perubahan nilai – nilai Sosial Kultural,
bersih,
2. Menangkal Pengaruh negative Budaya luar,
2) Terbangun kesadaran melayani
3. Timbulnya kesadaran berperilaku yang santun, secara tulus,
saling menghargai,
3) Terbangun Kesadaran Gerakan
4. Terciptanya kehidupan yang damai, kompak dan untuk hidup tertib,
harmonis dalam masyarakat,
4) Terbangun kesadaran hidup
5. Terbangun persatuan, kebersamaan dan
kekeluargaan dalam suasana Gotong Royong, mandiri dan percaya diri,
5) Terbangun kesadaran Bersama
hidup Bersatu,
BAB III. KAJIAN AKADEMIK DAN HASIL 15
TEMUAN
III.1 Hasil Temuan Disertasi
1) Merujuk pada Hasil Penelitian Disetasi berjudul : Berdasarkan naskah Sarapatanguna bagian
Pengaruh Implementasi Kebijaksanaan Nilai – pertama, ada empat nilai :
nilai Budaya Sarapatungana dan Kepemimpinan
1. Pomaemaeaka (Saling menanggung malu,
Pemerintahan terhadap Pembangunan di Kota
Baubau,
budaya malu),
2) Menuggunakan piso analisis ASOCA : A (Ability = 2. Popiapiara (Pelihara memelihara, saling
Kemampuan) ; S (Srenght = Kekuatan) ; O mengayomi),
(Opportunity = Kesempatan) ; C (Culture = Budaya)
; A (Agility = Kecerdasan), 3. Pomaamaasiaka (Saling menyayangi, saling
3) Sehingga Premis dan Pastulat yang dihasilkan mengasihi, saling mencintai)
adalah Kepemimpinan Pemerintahan POLIMA, 4. Poangkaangkataka (Hormat menghormati atau
4) Polima ditujukan untuk memperkuat Pancasila mengangkat harkat, saling menhargai
sebagai ideologi bangsa dan menyesuaikan dalam
memahami nilai Pancasila, 5. “Pobincibinciki Kuli” menjadi nilai kelima A.S.
5) “Po” awalan kata yang berarti : Saling atau timbal Tamrin berdasarkan filosofi “Bincibinciki kuli”
balik disampaikan sebagai korelasi nilai dan mengandung prinsip persamaan, kesetaraan dan
keadilan, keadilan yang merupakan juga suatu nilai ,
mengandung filsafat rasa, tenggang rasa, tepa
seliro.
16

BAB IV.DINAMIKA PASCA DISERTASI


IV.1 POKOK PIKIRAN
“POLIMA”

Mengandung nilai Universal sebagai instrument


membangun karakter‘manusia’ Kota Baubau

Landasan Filosofis: Landasan Operasional :


Landasan Ideal:
Sarapatungan bagian I Revolusi Mental
Pancasila
(Hubungan interaksi Gerakan Perbaikan Moral
Dasar Negara Indonesia
bermasyarakat) Membangun Karakter
17
IV.2 POLIMA & PANCASILA

1. Sebagai alat Pemersatu


2. Sebagai filter atas pengaruh budaya luar
3. Sebagai paduan kehidupan dalam interaksi
bermasyarakat,
POLIMA 4. Sebagai jati diri dan identitas, PANCASILA
5. Bermuara pada kekeluargaan dan Gotong Royong
1) Po-Bincibinciki kuli :
Tenggang rasa, sifat jujur pada diri sendiri,
respresentasi sifat religious, 1
2) Po-Maamaasiaka:
Saling sayang menyayangi sesama manusia,
3) Po-Maemaeaka: 2
Saling menanggung rasa malu, seperasaan,
sepenanggungan, solidaritas dan jiwa karsa, 3
4) Po-Angka angkataka:
Saling mengangkat harkat, saling mengahargai,
menghormati respresentasi sifat yang bijaksana, 4
5) Po-Piapiara:
Saling mengayomi dengan memberi pelayanan yang
adil untuk semua. 5
BAB V. DAMPAK POLIMA DALAM PEMBANGUNAN 18
V.1 DAMPAK POLIMA DALAM PEMBANGUNAN
1) Terciptanya Kedamaian, Stabilitas secara Umum,
2) Banyak memperoleh prestasi dibuktikan dengan banyak
penghargaan :
– Penghargaan tingkat Nasional 26 Kali :
 Penghargaan dan penerimaan ADI PURA (4 Kali
berturut – turut)
 Penghargaan Opini WTP dari BPK RI 4 (Empat) kali
berturut – turut,
 Penghargaan Museum Rekor MURI yang berskala
Naional dan Internasional,
 Penghargaan Indonesian Award 2019 Kategori
Pembangunan Ekonomi Daerah
 Pengukuhan Sultan Buton ke 20 dan 23 Sultan – Penghargaan tingkat Individu sebanyak 6 Kali
Himayatuddin (Oputa Yi Koo) sebagai Pahlawan Penghargaan :
Nasional oleh Presiden  Penghargaan “The Most Inspirating and Inovative
 Wahana Tata Nugraha dari Kementerian Perhubungan,
Figure Awards 2019” atau penghargaan Figure
Pangripta Nusantara Utama, dll. paling Menginspirasi dan Inovative Kategori
– Penghargaan Tingkat Propinsi Sultra sebanyak 42 Kali: Kepala daerah Seluruh Indonesia,
 Penghargaan PDAM Sehat se-Sultra dari Badan  Penghargaan Walikota yang telah berperan Aktiv
Peningkatan Penyelenggaraan System Penyediaan Air dan komitmen terhadap pembangunan
Minum (BPPSPAM) Perkebunan berkelanjutan dari Kementerian
 Penghargaan Terbaik Pangripta BAHTERAMAS Dalam Pertanian RI,
Penyusunan Rencana Kerja PEMDA oleh Gubernur
SULTRA
19
V.2 Peluang Provinsi Kepulauan Buton dan Spirit POLIMA

1) Terpenuhinya berbagai persyaratan (Adm,


Wilayah Cakupan, SDA dan Budaya)
2) Potensi Wilayah Cakupan yang sangat
mendukung (Gegografi, Demografi, Ekonomi
dan Sosial),
Kendari
3) Keinginan seluruh masyarakat baik Elit
Pemerintahan, Tokoh – tohoh Masyarakat
maupun Komunitas masyarakat baik yang tinggal
Buton dalam wilayah cakupan maupun yang tersebar
Utara
diseantero Nusantara,

Kab. Muna
4) Nilai Dasar POLIMA sebagai Spirit perekat rasa
Persaudaraan, senasib sepenanggungan,sebagai
Bombana Buton Kab. Buton kekuatan semangat gotong royong
Tengah
Kota Baubau
5) Semangat membangun daerah untuk sejajar
Buton Selatan dengan daerah – daerah lain dalam bingkai
Kab.
Wakatobi
NKRI.
20

Sekian
dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai