Anda di halaman 1dari 17

RENCANA TINDAK PENGENDALIAN

SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH


(SPIP)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


KANTOR WILAYAH RIAU
LAPAS KELAS IIA PEKANBARU
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan ………………………………………………………………………
A. Latar Belakang ………………………………………………………………
B. Dasar Hukum ………………………………………………………………
C. Maksud dan Tujuan …………………………………………………………
D. Ruang Lingkup ……………………………………………………………
II. Sekilas Tentang SPIP ……………………………………………………………
A. Pengertian …………………………………………………………………...
B. Tujuan SPIP …………………………………………………………………
C. Unsur-Unsur SPIP …………………………………………………………..
1. Lingkungan Pengendalian ……………………………………………….
2. Penilaian Resiko …………………………………………………………
3. Kegiatan Pengendalian …………………………………………………..
4. Informasi dan Komunikasi ………………………………………………
5. Pemantauan Berkelanjutan ………………………………………………
D. PernyataanTanggu Jawab (Statement of Responsibilities) ……………
III. Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Diharapkan …………………
A. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik ………………
B. Kondisi Lingkungan Pengendalian Saat ini …………………………......
C. Rencana Perbaikan Lingkungan Pengendalian ……………………….
IV. Risiko dan Kegiatan pengendalian ………………………………………………
A. Pernyataan Tujuan …………………………………………………………
B. Risiko-Risiko ………………………………………………………………
C. Pengendalian Terpasang ……………………………………………......
D. Pengendalian yang Masih Dibutuhkan ……………………………………
V. Informasi dan Komunikasi ……………………………………………………….
VI. Pemantauan dan Evaluasi ……………………………………………………….
VII. Penutup …………………………………………………………………………...
Lampiran
RENCANA TINDAK PENGENDALIAN SPI
PADA LAPAS KELAS IIA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semangat Reformasi Birokrasi dimaknai sebagai penataan ulang
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan prinsip-
prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan bagian dari Good
Governance secara konsisten. Akuntabilitas dilaksanakan melalui pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang dilakukan melalui
pelaksanaan pengawasan keuangan daerah oleh unit-unit pengawasan
internal maupun eksternal yang ada atau tindakan pengendalian oleh masing-
masing instansi pemerintah.
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu lnstansi Pemerintah, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, Sampai dengan
pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif
dan efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang dapat
memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai tujuan. Sistem
inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Mengingat pentingnya sistem pengendalian intern, selanjutnya Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Lapas
Kelas IIA Pekanbaru, sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Hukum
dan HAM R.I, menyadari sepenuhnya akan pentingnya menyelenggarakan
SPIP. Didorong oleh kesadaran tersebut, Lapas Kelas IIA Pekanbaruakan
selalu menyelenggarakan SPIP. Agar sistem pengendalian intern yang
dibangun efektif dan efisien diperlukan suatu rancangan yang tepat.
Untuk itu, diperlukan suatu rencana tindak pengendalian yang akan menjadi
penentu arah penyelenggaraan SPIP yang terintegrasi dalam setiap tindakan
dan
kegiatan di Lapas Kelas IIA Pekanbarudalam rangka mengamankan upaya
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
SistemPengendalian Intern Pemerintah;
2. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diLingkungan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor
PER- 1394 /K/SU/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Pada Kedeputian Sadan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.

C. Maksud dan Tujuan


Langkah pertama dalam proses penilaian risiko adalah penetapan
tujuan baik itu tujuan strategis dari suatu instansi maupun tujuan operasional.
Dalam kaitannya dengan instansi pemerintah, Peraturan Pemerintah No.60
Tahun 2008 mengatur bahwa tujuan strategis instansi pemerintah harus
memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis dan terikat waktu. Tujuan strategis dari Lapas Kelas IIA
Pekanbaruharus disampaikan kepada seluruh pegawai. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pimpinan instansi pemerintah wajib menetapkan strategi
operasional yang konsisten dan strategi manajemen terintegrasi serta rencana
penilaian risiko. Secara khusus, pembangunan lingkungan pengendalian di
lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbarubertujuan untuk:
1. Tegaknya integritas dan nilai-nilai etika;
2. Terciptanya komitmen terhadap kompetensi;
3. Terdptanya kepernirnpinan yang kondusif;
4. Terwujudnya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. Terwujudnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
6. Terwujudnya kebijakan yang sehat tentang pernbinaan surnber daya
manusia;
7. Terwujudnya aparat pengawasan intern pemerintah yang berperan
efektif; dan
8. Terwujudnya hubungan kerja yang baik antar unit kerja terkait.
Penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut dicapai
rnelalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Dalam tahun 2018, rencana tindak pengendalian yang disusun
Lapas Kelas IIA Pekanbarudiprioritaskan untuk pernbangunan pengendalian
dalarn rangka mencapai tujuan Terwujudnya Wilayah Bebas Korupsi (WBK).
Tujuan dimaksud dikatakan tercapai apabila Hasil Tim Audit dari lnspektorat
Jenderal Kementerian Hukum dan HAM R.I bahwa Lapas Kelas IIA
Pekanbarudapat "Mernbangun Pemasyarakatan Bersih dan Melayani".

D. Ruang Lingkup
1. Periode Pelaporan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Tahun 2018 Triwulan I yang dilaksanakan pada Januari s.d
Juni 2018.
2. Laporan ini meliputi penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah dilingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru

II. SEKILAS TENTANG SPIP


A. Pengertian
Menurut Ketentuan Umum PP Nomor 60 Tahun 2008, Sistem
Pengendalian Intern (SPI) didefinisikan sebagai proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya
tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) didefinisikan sebagai Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Definisi SPI dan SPIP di atas dipahami oleh Lapas Kelas IIA
Pekanbarusebagai suatu mekanisme pengendalian yang ditetapkan oleh
pimpinan dan seluruh pegawai serta diintegrasikan dengan proses kegiatan
sehari- hari dan dilaksanakan secara berkesinambungan guna mencapai
tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi tersebut harus dapat diraih
dengan cara menjaga dan mengamankan aset negara/ daerah yang
diamanatkan kepada Lapas Kelas IIA Pekanbarumenjamin tersedianya
Laporan manajerial yang handal, mentaati ketentuan yang berlaku,
mengurangi dampak negatif keuangan I kerugian, penyimpangan termasuk
kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-hatian, serta meningkatkan
efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.

B. Tujuan SPIP
Penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut
dicapai melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset Negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.

C. Unsur-unsur SPIP
Penyelenggaraan SPIP meliputi unsur-unsur sistem pengendalian intern
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi suatu instansi
pemerintah yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern.
Membangun lingkungan pengendalian memiliki arti membangun dan
menciptakan suatu "atmosfir" yang kondusif yang mendorong
terimplementasinya sistem pengendalian intern secara efektif.
Lingkungan pengendalian yang baik merupakan kunci keberhasilan
penyelenggaraan pengendalian intern di lingkungan Lapas Kelas IIA
Pekanbaru Lingkungan pengendalian akan efektif bila suatu lingkungan
dengan orang- orang yang berkompeten memahami tanggung jawab
dan batasan kewenangannya, memiliki pengetahuan yang memadai,
memiliki kesadaran yang penuh dan komitmen untuk melakukan apa
yang benar dan yang
seharusnya dengan mematuhi kebijakan dan prosedur organisasi.
Peranan pimpinan dalam mewujudkan suatu lingkungan pengendalian
yang baik
sangat penting karena pimpinan berperan sebagai tone at the top
(penentu "irama" organisasi).

2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan bagian integral dalam proses
pengelolaan risiko dalam pengambilan keputusan pada tindakan dan
kegiatan melalui tahapan identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko.
Penilaian risiko merupakan pencerminan dari pelaksanaan prinsip kehati-
hatian dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Lapas Kelas IIA
Pekanbaru.

3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan
prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah
dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian merupakan
pencerminan dari aktualisasi penerapan kebijakan SPIP Lapas Kelas IIA
Pekanbaru untuk mencapai tujuan-tujuan pengendalian yang
telah ditetapkan.
Karakterisitik kegiatan pengendalian yang ditetapkan pada Lapas
Kelas IIA Pekanbaru sekurang-kurangnya telah memperhatikan bahwa
kegiatan pengendalian:
▪ Diutamakan pada kegiatan/tujuan pokok Lapas Kelas IIA
Pekanbaru;
▪ Dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
▪ Disesuaikan dengan sifat khusus Lapas Kelas IIA Pekanbaru
▪ Ditetapkan dengan kebijakan dan prosedur secara tertulis;
▪ Dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan;
▪ Dimonitor dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
eksistensi kegiatan pengendalian.
4. lnformasi dan Komunikasi
lnformasi dan komunikasi yang diselenggarakan Rumah Tahanan
Negara Kelas I Pekanbaru dalam rangka penyelenggaraan SPIP
merupakan proses pengumpulan dan pertukaran informasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan
kegiatan instansi. lnformasi dan komunikasi mencakup pengumpulan dan
penyajian informasi kepada pegawai agar mereka dapat melakukan
tanggungjawabnya, termasuk pemahaman akan peran dan
tanggungjawabnya sehubungan dengan pengendalian intern.

5. Pemantauan Berkelanjutan
Pemantauan atas pengendalian intern dilingkungan Lapas Kelas IIA
Pekanbarupada dasarnya, dilaksanakan untuk memastikan apakah
sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan
sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang
perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan yang
terjadi.

D. Pernyataan Tanggung Jawab (Statement of Responsibilities)


Rencana Tindak Pengendalian merupakan sarana untuk mendukung
penyelenggaraan SPIP dan pernyataan pimpinan mengenai kondisi SPIP.
Hal ini disebabkan sejauh mana realisasi atas Rencana Tindak
Pengendalian menunjukan sejauh mana pengendalian telah dijalankan.

III. PENCIPTAAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN YANG DIHARAPKAN

1. Tujuan Penciptaan Lingkungan Pengendalian yang Baik


Unsur lingkungan pengendalian merupakan fondasi dari unsur-unsur
pengendalian intern lainnya sehingga unsur lingkungan pengendalian memiliki
pengaruh yang sangat signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). lingkungan pengendalian yang
baik/buruk menentukan keberhasilan/kegagalan penerapan unsur SPIP
lainnya. Oleh karena itu, secara umum pembangunan lingkungan
pengendalian bertujuan untuk menciptakan "atmosfir" yang kondusif yang
mendorong terimplementasinya sistem pengendalian intern secara efektif di
lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru. Secara khusus, pembangunan
lingkungan pengendalian di lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru bertujuan
untuk:
1. Tegaknya integritas dan nilai-nilai etika;
2. Terciptanya komitmen terhadap kompetensi;
3. Terciptanya kepemimpinan yang kondusif;
4. Terwujudnya struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. Terwujudnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang
tepat;
6. Terwujudnya kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia;
7. Terwujudnya aparat pengawasan internpemerintah yang
berperan efektif; dan
8. Terwujudnya hubungan kerja yang baik antar unit kerja terkait.

2. Kondisi Lingkungan Pengendalian Saat lni


Berdasarkan hasil penilaian terhadap lingkungan pengendalian di
lingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru, diperoleh gambaran sebagai berikut
:

No Sub Kondisi
Unsur
1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika Memadai
2 Komitmen terhadap Kompetensi Cukup
Memadai
3 Kepemimpinan yang Kondusif Cukup
Memadai
4 Struktur Organisasi yang Sesuai Cukup
dengan Kebutuhan Memadai
5 Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Cukup
Jawab yang Tepat Memadai
6 Pengawasan Internal yang Efektif Cukup
Memadai
7 Hubungan Kerja yang Baik dengan Cukup
instansi Pemerintah Memadai

3. Rencana Perbaikan Lingkungan Pengendalian


Atas kelemahan lingkungan pengendalian yang ada saat ini, tangkah-
tangkah perbaikan yang dipertukan dan merupakan prioritas untuk segera
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Rencana Tindak Perbaikan/Penguatan
No Sub Lingkungan Pengendalian
Unsur
I Sosialisasi aturan perilaku yang telah
disusun sesuai Peraturan Menteri Hukum
dan HAM RI Nomor 20 Tahun 2017
tentang Kode etik dan Kode Perilaku
Pegawai di Lingkungan Kementerian
Penegakan Integritas dan Hukum dan HAM RI
Nilai Etika Pembinaan integritas dan nilai etika
kepada seluruh pegawai secara rutin
Mengaktifkan media organisasi sebagai
sarana informasi pelaksanaan integritas
dan nilai etika
II Menindaklanjuti Hasil Analisis jabatan
agar bidang pekerjaan sesuai dengan
kompetensi
Komitmen Melakukan pelatihan yang memadai
Terhadap sesuai bidang pekerjaan
Kompetensi Metakukan sosialisasi prosedurpenilaian
kompetensi pegawai
Melakukan penilaian kompetensipegawai
secara periodik

Rincian rencana perbaikan dimaksud tertuang dalam lampiran 1.

IV. RISIKO DAN KEGIATAN PENGENDALIAN

A. Pernyataan Tujuan
Penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut
dicapai melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Dalam tahun 2018, rencana tindak pengendalian
yang disusun Lapas Kelas IIA Pekanbarudiprioritaskan untuk pembangunan
pengendalian dalam rangka mencapai tujuan Terwujudnya Program
Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang efektif dan efesien.
Tujuan dimaksud dikarenakan Sarana dan Prasarana tidak memadai dalam
Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan.
B. Risiko-risiko
Berdasarkan hasil penilaian atas pelaksanaan pengendalian yang
mengancam pencapaian tujuan, terdapat risiko-risiko yang menjadi
prioritas untuk ditangani. Risiko-risiko dimaksud metiputi risiko yang
teridentifikasi berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh pihak auditor
dan risiko yang teridentifikasi melalui diskusi manajemen, yaitu:
1. Kurangnya Diklat dan Bimtek bagi pegawai sehingga
kurangnya memahami tuposinya
2. DIPA yang tersedia tidak mencukupi dengan kebutuhan kegiatan di
LAPAS KELAS IIA PEKANBARU
3. Kurangnya perlengkapan alat pengamanan sehingga
kurang maksimalnya pengawasan pengamanan
4. Kurangnya pemahaman SOP di sub seksi bagian
5. Alat kesehatan kurang memadai sehingga menghambat pelayanan
kesehatan dan perawatan tahanan
6. Kurangnya ventilasi udara di dalam blok hunian sehingga akan
mempercepat penyebaran penyakit menular. Rincian risiko teridentifikasi
tertuang dalam lampiran 2.
C. Kegiatan Pengendalian Terpasang
Sampai dengan saat ini, Lapas Kelas IIA Pekanbarutelah membangun
berbagai pengendalian. Beberapa pengendalian dinilai telah efektif namun
beberapa lainnya kurang/tidak efektif mengatasi risiko dalam upaya
pencapaian tujuan. Pengendalian yang telah terpasang, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru dalam pengkomunikasian
integritas dan nilai etika diatur pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI
Nomor 20 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Kode Prilaku Pegawai di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam rapat
dinas bulanan yang telah dilakukan
2. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarumelakukan pembinaan integritas dan
nilai etika kepada seluruh pegawai saat rapat dan apel pagi/siang
3. Apel pagi dan apel siang setiap senin s/d sabtu dalam rangka displin
egawai
4. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarutelah menerapkan Sasaran Kerja
Pegawai
5. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarumembentuk piket kontrol malam bagi
staf laki-laki
6. Rutan Kelas I Pekanbaru akan melakukan efesiensi anggaran sesuai
dengan kebutuhan.
7. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarutentang Pembentukan
Satuan Tugas. SPIP pada Rutan Kelas I Pekanbaru Nomor:
W4.PAS.7.0111 IN.04.02 Tahun 2018 tanggal 25 Januari 2018
8. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru tentang Pembentukan
Satgas Gabungan Pemberantasan Praktek Pungutan Liar pada Lapas
Kelas IIA Pekanbaru Nomor W4.PAS. 7.KP.04.01-0074 tanggal 17 Januari
2018
9. Surat Keputusan Kepala Rumah Tahanan Negara Ketas I Pekanbaru
tentang Pembentukan Tim Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
pada Kantor Lapas Kelas IIA Pekanbaru Tahun 2018 Nomor: W4.PAS.
7.0112.IN.04.02 Tahun 2018 tanggal 25 Januari 2018
10. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru tentang Pembentukan
Tim Kerja Pembangunan Zona lntegritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada Lapas Kelas IIA
Pekanbaru Tahun 2018 Nomor: W4.PAS.7.0T.02.02 tanggal 19 Juni 2018

D. Kegiatan Pengendalian yang Masih Dibutuhkan


Dalam rangka meningkatkan efektifitas penanganan risiko, beberapa
kegiatan pengendalian yang telah ada perlu ditingkatkan dan beberapa
kegiatan pengendalian baru perlu dibangun. Pembangunan kegiatan
pengendalian didasarkan kepada upaya untuk mengurangi kemungkinan
munculnya penyebab risiko dan upaya untuk mengurangi dampak apabila
risiko benar-benar terjadi. Sebagian kegiatan pengendalian yang dibangun
didasarkan kepada rekomendasi pihak auditor dan hasit diskusi manajemen.
Kegiatan pengendalian yang masih perlu dibangun adalah sebagai berikut.
Berjalannya Program Pembinaan dan Penyelenggaraan
Pemasyarakatan di Lapas Kelas IIA Pekanbaru
− Mengsosialisasikan UU Nomor 12 Tahun 1995 dan PP Nomor 31
Tahun 1999
− Memaksimalkan Sarana dan Prasarana yang ada dalam Rutan
Kelas I Pekanbaru
− Membuat usulan dalam pembangunan gedung baru berkoordinasi dengan
pemda setempat maupun Kantor Wilayah Kemenkumham Riau
Mengkoordinasikan kebutuhan SDM ke Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Riau dengan melampirkan Data Permintaan Kebutuhan.
− Melakukan koordinasi ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Riau dan pihak yang terkait tentang pelatihan/Diklat yang akan diadakan
untuk pengembangan SDM.
Kegiatan pengendalian yang dibangun terintegrasi dalam aktivitas
organisasi. Rincian lebih lanjut kegiatan pengendalian yang masih
dibutuhkan dalam rangka mengatasi risiko tertuang dalam lampiran 3.

V. INFORMASI DAN KOMUNIKASI


lnformasi dan komunikasi yang dimaksud dalam RTP ini adalah informasi dan
komunikasi yang dibutuhkan dalam rangka mendukung berjalannya
pengendalian yang dibangun. lnformasi dan komunikasi yang perlu
diselenggarakan terkait dengan pengendalian yang dibangun sesuai yang
direncanakan dalam RTP meliputi:
- Membuat Banner tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun
1995 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 dan
mensosialisasikannya. Penyediaan lahan perkebunan dan ruangan
pembinaan keagamaan yang akan dilakukan dengan bantuan pihak
tertentu
- Penerbitan sertifikat tanah, layout dan rincian anggaran untuk proses
persyaratan dalam pembangunan gedung baru yang diusulkan ke
Kantor Wilayah Kemenkumham Riau.
- Dokumen Data Kebutuhan SDM yang memadai untuk
kelancaran tugas dan fungsinya.
- Membuat Banner tentang Aturan Perilaku sesuai Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI Nomor M.HH-07.KP.05.02 Tahun 2012.
- Penyampaian tentang pembinaan lntegrasi dan Nilai Etika
kepada seluruh pegawai dalam Apel atau Rapat Internal.
- Mengaktifkan media organisasi untuk sarana informasi
pelaksanaan integritas dan nilai etika.
- Penerbitan Surat Keputusan tentang tim yang bertugas
melakukan penanganan dan pengawasan atas pelaksanaan
integritas dan nilai etika.
Berita acara rapat internal dan penerbitan surat keputusan tentang
tindaklanjut hasil analisis jabatan sesuat dengan kompetensi.
- Bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk
pelatihan/diklat bertujuan untuk mengembangkan pegawai.
- Dokumentasi sosialisasi prosedur penilaian kompetensi
pegawai dari BKN.
- Rapat internal tentang penilaian kompetensi pegawai secara periodik.
- Laporan hasil penilaian kompetensi pegawai secara periodik.
- Sosialisasi pemuktahiran tupoksi.
Rincian rancangan informasi dan komunikasi yang dibutuhkan dalam
rangka pengendalian dimaksud tertuang dalam lampiran 4.

VI. PEMANTAUAN DAN EVALUASI


Pemantauan dan evaluasi atas pengendalian intern pada dasarnya
ditujukan untuk meyakinkan apakah pengendalian intern yang terpasang
telah berjalan efektif mengatasi risiko dan apakah tindakan perbaikan yang
diperlukan telah dilaksanakan, Pernenteuan dan evaluasi yang
dilaksanakan meliputi;
1. Pemantauan Berkelanjutan
Pemantauan berkelanjutan dilaksanakan atas pengendalian kunci untuk
meyakinkan bahwa pengendalian tersebut dijalankan sebagaimana
seharusnya. Masing-masing unit kerja SKPD pemilik risiko membangun
dan melaksanakan pemantauan berkelanjutan. Pemantauan
berkelanjutan yang perlu dilakukan meliputi sebagai berikut :
- Pemantauan telah dibuatnya banner atau pengumunan
tentangpentingnya Sarana dan Prasarana dalam program
pembinaan.
- Pemantauan telah dilakukannya kegiatan-kegiatan pembinaan
- Pemantauan telah diprosesnya pengusulan pembangunan gedung
baru.
- Pemantauan telah ditaksanakannya proses permintaan
kebutuhan pegawai.
- Pemantauan telah dilakukannya sosialisasi tentang kode
etika/aturan perilaku.
- Pemantauan telah dilakukan pembinaan integritas dan nilai etika
kepada seluruh pegawai yang ada.
- Pemantauan telah diaktifkannya media organisasi media sebagai
sarana informasi pelaksanaan integritas dan nilai etika.
- Pemantauan tetah diaktifkannya tim penanganan dan
pengawasan integritas dan nilai etika.
- Pemantauan telah dilakukan analisis jabatan ke masing-
masing bagian.
- Pemantauan tetah ditaksanakannya petatihan untuk masing
bagian pekerjaan.
- Pemantauan telah dilakukan sosialisasi prosedur
penilaian kompetensi pegawai secara periodik.
- Pemantauan telah dilaporkan hasil penilaian kompetensi pegawai.
- Pemantauan telah disusun SOP tupoksi masing-masing bagian. –
- Pemantauan telah prosedur pengelolaan dan pembinaan SDM.
- Pemantauan telah dilakukan penilaian kinerja pegawai
secara periodik.
- Pemantauan telah diterbitkannya kebijakan-kebijakan
terkait kompetensi atas kinerja pegawai.
- Pemantauan berkelanjutan atas pengendalian tertuang dan
terintegrasi dalam kebijakan dan prosedur pengendalian.
Rincian pemantauan berkelanjutan yang akan dilakukan tertuang
dalam Lampiran 5.

2. Evaluasi Terpisah
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau serta lnspektorat
Kementerian Hukum dan HAM RI melaksanakan evaluasi atas
penyelenggaraan SPIP pada unit-unit kerja strategis pada akhir tahun.
Evaluasi bertujuan untuk meyakinkan apakah pengendalian intern yang
terpasang telah berjalan efektif.

3. Pelaksanaan Tindak Lanjut


Sebagai bagian dari penyelenggaraan dan perbaikan SPIP, atas setiap
rekomendasi hasil audit/evaluasi/reviu dari auditor internal,
melaksanakan tindak lanjutnya.
4. Pemantauan atas Pelaksanaan RTP
Lapas Kelas IIA Pekanbarumemberikan Laporan atas pelaksanaan
RTP sesuai tanggungjawabnya secara berkala kepada Kantor
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI serta lnspektorat selaku
tim pemantau. Hasil pemantauan tersebut dilaporkan kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

VII. PENUTUP
Pemantauan atas pelaksanaan sesuai rencana tindak pengendalian ini
dan evaluast atas efektffitas pengendalian yang ada akan menjadi dasar
pertimbangan pembuatan Statement of Responsibilty dalam Sarana
dan Prasarana.

Pekanbaru, 17 Maret 2023


KEPALA

Sapto Winarno
NIP. 19660902 1999003 1 002

Anda mungkin juga menyukai