I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semangat Reformasi Birokrasi dimaknai sebagai penataan ulang
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang menerapkan prinsip-
prinsip transparansi dan akuntabilitas yang merupakan bagian dari Good
Governance secara konsisten. Akuntabilitas dilaksanakan melalui pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang dilakukan melalui
pelaksanaan pengawasan keuangan daerah oleh unit-unit pengawasan
internal maupun eksternal yang ada atau tindakan pengendalian oleh masing-
masing instansi pemerintah.
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu lnstansi Pemerintah, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, Sampai dengan
pertanggungjawaban, harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif
dan efisien. Untuk mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang dapat
memberi keyakinan memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan dapat mencapai tujuan. Sistem
inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
Mengingat pentingnya sistem pengendalian intern, selanjutnya Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) mewajibkan setiap pimpinan instansi pemerintah untuk
menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Lapas
Kelas IIA Pekanbaru, sebagai Unit Pelaksana Teknis dari Kementerian Hukum
dan HAM R.I, menyadari sepenuhnya akan pentingnya menyelenggarakan
SPIP. Didorong oleh kesadaran tersebut, Lapas Kelas IIA Pekanbaruakan
selalu menyelenggarakan SPIP. Agar sistem pengendalian intern yang
dibangun efektif dan efisien diperlukan suatu rancangan yang tepat.
Untuk itu, diperlukan suatu rencana tindak pengendalian yang akan menjadi
penentu arah penyelenggaraan SPIP yang terintegrasi dalam setiap tindakan
dan
kegiatan di Lapas Kelas IIA Pekanbarudalam rangka mengamankan upaya
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
B. Dasar Hukum
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
SistemPengendalian Intern Pemerintah;
2. Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Kementerian Hukum Dan
Hak Asasi Manusia
3. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
33 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Nomor M.HH-02.PW.02.03 Tahun 2011Tentang
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah diLingkungan
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Nomor
PER- 1394 /K/SU/2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah Pada Kedeputian Sadan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
D. Ruang Lingkup
1. Periode Pelaporan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah Tahun 2018 Triwulan I yang dilaksanakan pada Januari s.d
Juni 2018.
2. Laporan ini meliputi penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah dilingkungan Lapas Kelas IIA Pekanbaru
B. Tujuan SPIP
Penyelenggaraan SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut
dicapai melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset Negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
C. Unsur-unsur SPIP
Penyelenggaraan SPIP meliputi unsur-unsur sistem pengendalian intern
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi suatu instansi
pemerintah yang mempengaruhi efektivitas pengendalian intern.
Membangun lingkungan pengendalian memiliki arti membangun dan
menciptakan suatu "atmosfir" yang kondusif yang mendorong
terimplementasinya sistem pengendalian intern secara efektif.
Lingkungan pengendalian yang baik merupakan kunci keberhasilan
penyelenggaraan pengendalian intern di lingkungan Lapas Kelas IIA
Pekanbaru Lingkungan pengendalian akan efektif bila suatu lingkungan
dengan orang- orang yang berkompeten memahami tanggung jawab
dan batasan kewenangannya, memiliki pengetahuan yang memadai,
memiliki kesadaran yang penuh dan komitmen untuk melakukan apa
yang benar dan yang
seharusnya dengan mematuhi kebijakan dan prosedur organisasi.
Peranan pimpinan dalam mewujudkan suatu lingkungan pengendalian
yang baik
sangat penting karena pimpinan berperan sebagai tone at the top
(penentu "irama" organisasi).
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko merupakan bagian integral dalam proses
pengelolaan risiko dalam pengambilan keputusan pada tindakan dan
kegiatan melalui tahapan identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko.
Penilaian risiko merupakan pencerminan dari pelaksanaan prinsip kehati-
hatian dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Lapas Kelas IIA
Pekanbaru.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan
prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah
dilaksanakan secara efektif. Kegiatan pengendalian merupakan
pencerminan dari aktualisasi penerapan kebijakan SPIP Lapas Kelas IIA
Pekanbaru untuk mencapai tujuan-tujuan pengendalian yang
telah ditetapkan.
Karakterisitik kegiatan pengendalian yang ditetapkan pada Lapas
Kelas IIA Pekanbaru sekurang-kurangnya telah memperhatikan bahwa
kegiatan pengendalian:
▪ Diutamakan pada kegiatan/tujuan pokok Lapas Kelas IIA
Pekanbaru;
▪ Dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
▪ Disesuaikan dengan sifat khusus Lapas Kelas IIA Pekanbaru
▪ Ditetapkan dengan kebijakan dan prosedur secara tertulis;
▪ Dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan;
▪ Dimonitor dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan
eksistensi kegiatan pengendalian.
4. lnformasi dan Komunikasi
lnformasi dan komunikasi yang diselenggarakan Rumah Tahanan
Negara Kelas I Pekanbaru dalam rangka penyelenggaraan SPIP
merupakan proses pengumpulan dan pertukaran informasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan
kegiatan instansi. lnformasi dan komunikasi mencakup pengumpulan dan
penyajian informasi kepada pegawai agar mereka dapat melakukan
tanggungjawabnya, termasuk pemahaman akan peran dan
tanggungjawabnya sehubungan dengan pengendalian intern.
5. Pemantauan Berkelanjutan
Pemantauan atas pengendalian intern dilingkungan Lapas Kelas IIA
Pekanbarupada dasarnya, dilaksanakan untuk memastikan apakah
sistem pengendalian intern pada suatu instansi pemerintah telah berjalan
sebagaimana yang diharapkan dan apakah perbaikan-perbaikan yang
perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai dengan perkembangan yang
terjadi.
No Sub Kondisi
Unsur
1 Penegakan Integritas dan Nilai Etika Memadai
2 Komitmen terhadap Kompetensi Cukup
Memadai
3 Kepemimpinan yang Kondusif Cukup
Memadai
4 Struktur Organisasi yang Sesuai Cukup
dengan Kebutuhan Memadai
5 Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Cukup
Jawab yang Tepat Memadai
6 Pengawasan Internal yang Efektif Cukup
Memadai
7 Hubungan Kerja yang Baik dengan Cukup
instansi Pemerintah Memadai
A. Pernyataan Tujuan
Penyelenggaraan SPIP dimaksudkan untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Pemberian keyakinan tersebut
dicapai melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Dalam tahun 2018, rencana tindak pengendalian
yang disusun Lapas Kelas IIA Pekanbarudiprioritaskan untuk pembangunan
pengendalian dalam rangka mencapai tujuan Terwujudnya Program
Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan yang efektif dan efesien.
Tujuan dimaksud dikarenakan Sarana dan Prasarana tidak memadai dalam
Program Pembinaan dan Penyelenggaraan Pemasyarakatan.
B. Risiko-risiko
Berdasarkan hasil penilaian atas pelaksanaan pengendalian yang
mengancam pencapaian tujuan, terdapat risiko-risiko yang menjadi
prioritas untuk ditangani. Risiko-risiko dimaksud metiputi risiko yang
teridentifikasi berdasarkan permasalahan yang ditemukan oleh pihak auditor
dan risiko yang teridentifikasi melalui diskusi manajemen, yaitu:
1. Kurangnya Diklat dan Bimtek bagi pegawai sehingga
kurangnya memahami tuposinya
2. DIPA yang tersedia tidak mencukupi dengan kebutuhan kegiatan di
LAPAS KELAS IIA PEKANBARU
3. Kurangnya perlengkapan alat pengamanan sehingga
kurang maksimalnya pengawasan pengamanan
4. Kurangnya pemahaman SOP di sub seksi bagian
5. Alat kesehatan kurang memadai sehingga menghambat pelayanan
kesehatan dan perawatan tahanan
6. Kurangnya ventilasi udara di dalam blok hunian sehingga akan
mempercepat penyebaran penyakit menular. Rincian risiko teridentifikasi
tertuang dalam lampiran 2.
C. Kegiatan Pengendalian Terpasang
Sampai dengan saat ini, Lapas Kelas IIA Pekanbarutelah membangun
berbagai pengendalian. Beberapa pengendalian dinilai telah efektif namun
beberapa lainnya kurang/tidak efektif mengatasi risiko dalam upaya
pencapaian tujuan. Pengendalian yang telah terpasang, antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru dalam pengkomunikasian
integritas dan nilai etika diatur pada Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI
Nomor 20 Tahun 2017 tentang Kode Etik dan Kode Prilaku Pegawai di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam rapat
dinas bulanan yang telah dilakukan
2. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarumelakukan pembinaan integritas dan
nilai etika kepada seluruh pegawai saat rapat dan apel pagi/siang
3. Apel pagi dan apel siang setiap senin s/d sabtu dalam rangka displin
egawai
4. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarutelah menerapkan Sasaran Kerja
Pegawai
5. Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarumembentuk piket kontrol malam bagi
staf laki-laki
6. Rutan Kelas I Pekanbaru akan melakukan efesiensi anggaran sesuai
dengan kebutuhan.
7. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbarutentang Pembentukan
Satuan Tugas. SPIP pada Rutan Kelas I Pekanbaru Nomor:
W4.PAS.7.0111 IN.04.02 Tahun 2018 tanggal 25 Januari 2018
8. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru tentang Pembentukan
Satgas Gabungan Pemberantasan Praktek Pungutan Liar pada Lapas
Kelas IIA Pekanbaru Nomor W4.PAS. 7.KP.04.01-0074 tanggal 17 Januari
2018
9. Surat Keputusan Kepala Rumah Tahanan Negara Ketas I Pekanbaru
tentang Pembentukan Tim Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
pada Kantor Lapas Kelas IIA Pekanbaru Tahun 2018 Nomor: W4.PAS.
7.0112.IN.04.02 Tahun 2018 tanggal 25 Januari 2018
10. Surat Keputusan Kepala Lapas Kelas IIA Pekanbaru tentang Pembentukan
Tim Kerja Pembangunan Zona lntegritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi
dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada Lapas Kelas IIA
Pekanbaru Tahun 2018 Nomor: W4.PAS.7.0T.02.02 tanggal 19 Juni 2018
2. Evaluasi Terpisah
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Riau serta lnspektorat
Kementerian Hukum dan HAM RI melaksanakan evaluasi atas
penyelenggaraan SPIP pada unit-unit kerja strategis pada akhir tahun.
Evaluasi bertujuan untuk meyakinkan apakah pengendalian intern yang
terpasang telah berjalan efektif.
VII. PENUTUP
Pemantauan atas pelaksanaan sesuai rencana tindak pengendalian ini
dan evaluast atas efektffitas pengendalian yang ada akan menjadi dasar
pertimbangan pembuatan Statement of Responsibilty dalam Sarana
dan Prasarana.
Sapto Winarno
NIP. 19660902 1999003 1 002