Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP DAN SEJARAH


SISTEM PENGAWASAN INTERNAL
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Sistem Pengawasan Internal

OLEH:
MEITY ANGRAINI KAMASI
23801063

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM


PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, makalah yang berjudul "Konsep dan Sejarah Sistem
Pengawasan Internal" ini dapat terselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem


Pengawasan Internal yang ditugaskan pada tanggal 18 April 2024, dengan
tujuan untuk menambah wawasan tentang sistem pengawasan internal.

Terima kasih kepada Ibu Dr. Sisca Beatrix Kairupan, M.Si selaku
dosen pengajar mata kuliah Sistem Pengawasan Internal serta kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu


diharapkan saran dan koreksi demi meningkatkan kualitasnya di masa
yang akan datang.

Kotamobagu, 24 April 2024

Meity Angraini Kamasi


DAFTAR ISI
JUDUL

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
A. Konsep Sistem Pengawasan Internal......................................................................2
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengawasan merupakan suatu proses penting yang dilakukan


untuk memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan terarah ke tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan
dapat dilaksanakan dari dalam (internal) suatu organisasi ataupun dari
luar (eksternal).

Pengawasan oleh aparat dari dalam organisasi (pengawasan


internal) pada suatu kegiatan akan lebih efektif dalam mencegah
terjadinya penyimpangan jika dilaksanakan secara sistematis. Sehingga
ini menjadi perhatian penting dan di atur dalam peraturan perundang-
undangan oleh pemerintah Indonesia, salah satunya sebagaimana yang
termuat dalam Peraturan Pemerintah nomor 80 tahun 2008 tentang
SPIP.

Makalah ini akan membahas tentang sistem pengawasan internal


pada pemerintah kabupaten/kota sesuai PP nomor 60 tahun 2008,
disesuaikan dengan tempat kami bekerja. Selain itu juga akan dibahas
sejarah dari sistem pengawasan internal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sistem Pengawasan Internal?
2. Bagaimana sejarah Sistem Pengawasan Internal?

C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pengawasan Internal;
2. Menambah pemahaman tentang Sistem Pengawasan Internal.
2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Sistem Pengawasan Internal

Sistem pengawasan internal merupakan suatu kumpulan atau


himpunan dari kegiatan, komponen, unsur, elemen atau variabel yang
terorganisir, saling berinteraksi dan saling berhubungan satu sama lain
melakukan kerjasama dengan cara-cara tertentu secara harmonis
sehingga membentuk kesatuan untuk melaksanakan pengawasan di
dalam organisasi demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Mengingat pentingnya pengawasan internal dalam rangka


meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, Pemerintah Republik Indonesia mengaturnya dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.

Adapun terkait pengawasan intern pada instansi pemerintah


terutama pada pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan PP nomor 60
tahun 2008 dapat diuraikan sebagai berikut:
Pasal 1:
Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang
baik.
Pasal 2:
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam
3

lingkungan kerjanya, salah satunya melalui perwujudan peran aparat


pengawasan intern pemerintah yang efektif.
Pasal 11:
Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif,
sekurang-kurangnya harus:
a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas
dan fungsi Instansi Pemerintah;
b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah; dan
c. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Pasal 47:
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung
jawab atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di
lingkungan masing-masing. Untuk memperkuat dan menunjang
efektivitas Sistem Pengendalian Intern, dilakukan:
a. pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan Negara; dan
b. pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pasal 48:
Pengawasan intern dilakukan oleh aparat pengawasan intern
pemerintah, melalui:
a. audit;
b. reviu;
c. evaluasi;
d. pemantauan; dan
e. kegiatan pengawasan lainnya.
Pasal 49:
Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:
a. BPKP;
4

b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional


melaksanakan pengawasan intern;
c. Inspektorat Provinsi; dan
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
Pasal 50:
Audit pada Pasal 48 huruf a, terdiri atas audit kinerja dan audit dengan
tujuan tertentu. Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan
keuangan negara dan pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
yang terdiri atas aspek kehematan, efisiensi, dan efektivitas. Audit
dengan tujuan tertentu mencakup audit yang tidak termasuk dalam
audit kinerja.
Pasal 51:
Pelaksanaan audit intern di lingkungan Instansi Pemerintah dilakukan
oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan
yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor.
Syarat kompetensi keahlian sebagai auditor dipenuhi melalui
keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi. Kebijakan yang
berkaitan dengan program sertifikasi ditetapkan oleh instansi pembina
jabatan fungsional sesuai peraturan perundang-undangan.
Pasal 52:
Untuk menjaga perilaku pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan, disusun kode etik aparat pengawasan intern pemerintah.
Pejabat dimaksud wajib menaati kode etik tersebut. Kode etik disusun
oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan pemerintah.
Pasal 53:
Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan
intern pemerintah, disusun standar audit. Setiap pejabat yang
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan, wajib melaksanakan
5

audit sesuai dengan standar audit tersebut. Standar audit disusun oleh
organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Pasal 54:
Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern
pemerintah wajib membuat laporan hasil pengawasan dan
menyampaikannya kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.
Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan, Inspektorat
Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil
pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya
dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara.
Pasal 55:
Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah,
secara berkala dilaksanakan telaahan sejawat. Pedoman telaahan
sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
Pasal 56:
Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya
harus independen dan obyektif.
Pasal 57:
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan reviu atas laporan keuangan
pemerintah daerah kabupaten/kota sebelum disampaikan
bupati/walikota kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
Pasal 58:
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pengawasan intern
terhadap akuntabilitas keuangan negara diatur dengan Peraturan
Presiden.

Berdasarkan uraian ini dapat disimpulkan bahwa Sistem


Pengawasan Internal adalah suatu sistem yang dibangun untuk
memperkuat dan menunjang efektivitas Sistem Pengendalian Intern
6

dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas


pengelolaan keuangan negara.

B. Sejarah Sistem Pengawasan Internal

Sistem pengawasan internal kemungkinan besar telah dimulai


sejak 3.500 Sebelum Masehi, yaitu pada peradapan Mesopotamia
ditemukan adanya tanda-tanda kecil yang dibuat disamping angka-
angka transaksi keuangan berupa tanda titik (.), silang (x), dan ceklist
(√). Tanda tersebut membuktikan bahwa control internal, sistem
verifikasi dan konsep pembagian tugas telah dijalankan pada saat itu. Di
Mesir pada abad-abad permulaan, mensyaratkan adanya saksi dalam
transaksi penyerahan padi ke lumbung desa dan mensyaratkan adanya
dokumen yang sah untuk transaksi tersebut.

Kerajaan Romawi kuno “sistem dengar laporan”. Seorang


karyawan akan membandingkan catatannya dengan catatan karyawan
lain. Verifikasi secara lisan ini dirancang untuk menghalangi para
karyawan yang bertanggung jawab terhadap dana untuk melakukan
kecurangan. Dalam perkembangannya, tugas mendengarkan ini muncul
istilah “audit”, yang berasal dari bahasa latin auditus (“mendengarkan”).
Salah satu contoh penerapannya di Kerajaan Romawi adalah quaestors
(“pihak penanya”) akan memeriksa laporan Gubernur untuk mendeteksi
kecurangan dan penyalah gunaan dana.

Masa revolusi industry di Inggris, perusahaan mempekerjakan


akuntan untuk memeriksa catatan keuangannya. Perkembangan audit
internal selanjutnya bisa dikatakan bersumber dari meningkatnya
kompleksitas operasi perusahaan dan pemerintah. Pertumbuhan
perusahaan membatasi kemampuan manajer untuk mengawasi masalah
operasional sehingga menjadikan audit internal sebuah fungsi yang
semakin penting.
7

Di masa sekarang, audit internal pada pemerintah dilaksanakan


oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
(PP) No 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Peraturan Pemerintah (PP) No 18 Tahun 2016 tentang
Perangkat Daerah. Berdasarkan rekomendasi Komisi Pemberantasan
Korupsi, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pemberdayaan
Aparatur Negara, PP No 18 Tahun 2016 direvisi menjadi PP No 72 Tahun
2019 untuk memperkuat fungsi pengawasan APIP. Dalam PP terbaru,
Inspektorat kabupaten/kota diangkat dan bertanggung jawab kepada
gubernur (aturan lama diangkat oleh sekretaris daerah) dan inspektorat
di tingkat provinsi diangkat dan bertanggung jawab kepada Menteri
Dalam Negeri.

Demikian Sejarah Sistem Pengawasan Internal yang dikutip dari


berbagai sumber, dengan kesimpulan bahwa system pengawasan intern
telah ada sejak dahulu kala dengan tujuan yang sama sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, yaitu dalam rangka meningkatkan kinerja,
transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.
8

BAB III KESIMPULAN

Sistem pengawasan intern sangat penting dalam kehidupan


sehari-hari terutama dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Dengan pemahaman yang baik akan system pengawasan intern
ini, maka harapan akan meningkatnya kinerja, transparansi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara dapat tercapai.
Peningkatan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Negara akan berdampak pada ketercapaian
sasaran-sasaran pembangunan nasional yang dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita tentang
Sistem Pengawasan Internal. Terima kasih.

Penyusun

Meity Angraini Kamasi


9

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem


Pengendalian Intern Pemerintah;

3. Sistem (Pengertian, Karakteristik dan Klasifikasi)


Oleh Muchlisin Riadi Juli 01, 2020
https://www.kajianpustaka.com/2020/07/sistem-pengertian-
karakteristik-dan-klasifikasi.html#google_vignette

4. Auditor Internal, Sejarah, Perkembangan, dan Gambaran Umum, Oleh


Hariri, SE, M.Ak.
https://fe.unisma.ac.id/MATERI%20AJAR%20DOSEN/AUDITINT/
HRR/1_Audit%20Internal.pdf

Anda mungkin juga menyukai