Anda di halaman 1dari 30

PENGARUH PELAKSANAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN

(SPIP) DAN MORALITAS PEGAWAI TERHADAP PENCEGAHAN


FRAUD.

(Studi Empiris SKPD di Kabupaten Limapuluh Kota )

ARTIKEL

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi)

OLEH:

NURUL WAHYUNI
2011/1107577

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017
ABSTRAK
Nurul Wahyuni (2011/1107577):Pengaruh Sistem Pelaksanaan Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP), dan Moralitas Pegawai dalam Pencegahan Fraud
pada Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota/

Pembimbing: 1. Henri Agustin, SE, M.Sc.Ak.


2. Vita Fitria Sari, SE, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh
Sistem Pengendalian Intern Perusahaan (SPIP), dan Moralitas Pegawai terhadap
Pencegahan Fraud di SKPD yang terdapat di Kabupaten Limapuluh Kota. Data
penelitian ini diperoleh melalui penyebaran koesioner di SKPD di Kabupaten Lima Puluh
Kota. Jenis penelitian ini digolongkan pada penelitian kausatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah SKPD yang terdapat pada Kabupaten Limapuluh Kota.
Sedangkan sampel penelitian ditentukan dengan metode total sampling sehingga
diperoleh 135 responden dalam penelitian ini. Jenis data yang digunakan berupa data
primer berupa kuisioner yang diperoleh dari SKPD Kabupaten Lima Puluh Kota
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern
perusahaan dan moralitas pegawai berpengaruh signifikan positif terhadap
pencegahan fraud.

Kata Kunci : Pencegahan fraud, Sistem Pengendalian Intern Perusahaan,


Moralitas Pegawai.

Abstract
This study aims to obtain empirical evidence on the influence of Internal Control
System (SPIP), and Employee Morality against Fraud Prevention in SKPD located in
Limapuluh Kota District. The data of this research is obtained through the distribution of
questionnaires in SKPD in district. Lima Puluh Kota.This type of research is categorized in
causative research. The population in this research is SKPD which is found in Limapuluh
Kota Regency. While the sample research is determined by the total sampling method so that
135 respondents obtained in this study. Types of data used in the form of primary data in the
form of questionnaires obtained from SKPD Kabupaten Lima Puluh Kota.
The results of this study indicate that the company's internal control system and
employee morality have a significant positive effect on fraud prevention

Keyword : Fraud Prevention, influence of Internal Control System and Employee


Morality

i
BAB I pelaporan keuangan, dengan
PENDAHULUAN dilakukannya perbuatan-perbuatan
A. Latar Belakang Masalah ilegal melalui pelanggaran hukum
Perkembangan ilmu akuntansi, pribadi atau publik.
selain memberikan manfaat juga Menurut Tunggal (2010)
menjadi salah satu sumber masalah. kecurangan atau fraud dapat
Salah satu permasalahan yang terjadi disebabkan oleh sejumlah faktor
adalah adanya kecurangan (fraud). yaitu penyembunyian (concealment),
Jika laporan keuangan yang disajikan kesempatan atau peluang, motivasi,
tidak sesuai dengan fakta dan bersifat daya tarik dan adanya keberhasilan.
material yang diketahui tidak benar Kecurangan tentu akan merusak
dan dilakukan secara sengaja dengan nama baik dan reputasi dari
maksud untuk menipu maka dapat pemerintah pusat sebagai wadah
dikatakan sebagai kecurangan induk pertanggung jawaban kinerja
(Kurniawan, 2013). Kecurangan pemerintah daerah. Sehingga
laporan keuangan adalah perilaku yang sebaiknya dalam proses operasianal
disengaja untuk menghasilkan laporan pemerintah perlu diminimalisir
keuangan yang salah secara material adanya kecurangan salah satu
(Amin, 2013). Kecurangan dalam caranya adalah dengan menerapkan
laporan keuangan merupakan hal yang pencegahan
sangat fatal. Laporan keuangan Berdasarkan Peraturan
sebagai bagian dari Pemerintah Nomor 41 tahun 2007
pertanggungjawaban haruslah tentang organisasi perangkat
disajikan dengan andal dan relevan pemerintah daerah, ketiga badan
sehingga pihak-pihak yang pengawas yaitu badan pengawas
berkepentingan dengan laporan provinsi untuk tingkat provinsi,
keuangan tersebut tidak dirugikan. badan pengawas kabupaten dan kota
Dengan dikeluarkannya berubah nonmenklaturnya menjadi
Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 inspektorat provinsi, kabupaten dan
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi kota. Salah satu fungsi dan
Pemerintah yang diganti dengan (PP) kewenangan inspektorat sebagai
No. 71 tahun 2010 merupakan bagian dari aparat pengawasan intern
pedoman bagi pemerintah dalam pemerintah (APIP) adalah
menyajikan laporan keuangan serta mendeteksi dan menginvestigasi
menghindari terjadinya perbedaan fraud. Inspektorat
persepsi dan pemahaman antara Provinsi/Kabupaten/Kota juga
pemerintah daerah sebagai penyaji mempunyai kesempatan dalam
laporan keuangan dengan pengguna membantu upaya pencegahan
laporan keuangan. kecurangan dalam setiap Satuan
Salah satu perilaku yang akan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
menimbulkan kerugian yang sangat yang diperiksa dengan melakukan
besar adalah kecurangan dalam evaluasi terhadap efektivitas sistem

1
pengendalian internalnya dan seluruh pihak dilingkungan pemerintah
memberikan saran-saran perbaikan dan daerah. Penerapan SPIP
jika dijumpai adanya kelemahan menegaskan bahwa untuk mencapai
sistem. Pencegahan kecurangan pengelolaan keuangan negara yang
adalah tindakan yang dapat dilakukan efektif, efisien, transparan dan
untuk menghindari orang berbuat akuntabel.Menteri atau pimpinan
bohong, menjiplak, mencuri, lembaga, gubernur dan bupati /
memeras, memanipulasi, kolusi dan walikota wajib melakukan
menipu orang lain dengan tujuan pengendalian atas penyelenggaraan
untuk memperkaya diri sendiri atau kegiatan pemerintahan. Pentingnya
orang/kelompok lain dengan cara Sistem Pengendalian intern adalah
melawan hukum (Suradi, 2006). memberikan sinyal yang baik pada
Banyaknya kasus kecurangan masyarakat bahwa pengelolaan
dibidang keuangan yang terjadi di keuangan negara telah dilakukan
lingkungan pemerintah diseluruh secara efisien dan efektif. Menurut
Indonesia, mendorong pemerintah Ansah dan Ganguli (2010),
untuk meningkatkan pengawasan dan manajemen yang menerapkan sistem
pengontrolan pada kinerja keuangan pengendalian intern, memberikan
pemerintahan. Kegiatan tersebut diberi sinyal bahwa organisasi berjalan
nama Sistem Pengendalian Intern dengan baik, efisien, efektif dan taat
Pemerintah (SPIP) yang ditetapkan pada peraturan yang berlaku sehingga
didalam PP Nomor 60 Tahun 2008. dapat menjadi indikator kepatuhan,
Sistem Pengendalian Intern transparansi dan akuntabel pada
Pemerintah (SPIP) dilakukan secara pemangku kepentingan, dan dapat
terus menerus oleh pimpinan dan meningkatkan keandalan laporan
pegawai dalam rangka memberikan keuangan ( Hyde, 2011). Selain itu,
keyakinan kepada publik atau efektifitas SPI merupakan salah satu
masyarakat bahwa keberhasilan kriteria penilaian untuk pemberian
instansi pemerintah untuk mencapai opini laporan keuangan pemerintahan
kinerja yang optimal juga didukung oleh BPK (UU No.15 tahun 2004).
oleh sistem akuntansi yang mendorong Menurut Budiningsih (2004),
lembaga untuk memiliki laporan moralitas terjadi apabila orang
keuangan efisien. Kegiatan yang mengambil yang baik karena ia sadar
dilakukan dalam melaksanakan SPIP akan kewajiban dan tanggung
adalah membuat dan melaporkan jawabnya dan bukan karena ia mencari
laporan keuangan dengan keuntungan. Menurut Amrizal (2004),
mengutamakan prinsip efektif, efisien peranan moral/kepribadian yang baik
dan reliability yang didasarkan pada dari seorang pimpinan dan
ketaatan terhadap peraturan undang- komitmennya yang kuat sangat
undangan (Herianto, 2015). mendorong tegaknya suatu etika
Sistem pengendalian intern prilaku dalam suatu organisasi dan
pemerintah harus diselenggarakan oleh dapat dijadikan dasar bertindak dan

2
suri tauladan bagi seluruh pegawai. dilihat dari opini audit ini, hal ini
Pimpinan tidak bisa menginginkan menunjukkan adanya beberapa
suatu etika dan prilaku yang tinggi dari permasalahan yang perlu mendapat
suatu organisasi sementara pimpinan perhatian Pimpinan DPRD, Kepala
itu sendiri tidak sunguh-sungguh untuk Daerah, dan Inspektur
mewujudkannya. Dalam suatu Kabupaten/Kota.
organisasi, terutama unit organisasi Kabupaten Lima Puluh Kota
yang besar dari manajemen sangat merupakan Kabupaten di Sumatera
dibutuhkan dua hal yaitu komitmen Barat yang sampai saat ini memiliki
moral dan keterbukaan dalam prestasi yang kurang baik dalam
komunikasi. pengelolaan sistem akuntansi
Terjadinya sejumlah keuangan pemerintah. Kabupaten
kecurangan dilingkungan lembaga tersebut mendapat predikat hasil audit
pemerintah daerah merupakan dari auditor internal nasional berupa
cerminan rendahnya moral yang wajar dengan pengecualian (WDP).
dimiliki karyawan di bagian keuangan Jika dilihat dari opini audit, status
atau non keuangan pada lembaga wajar dengan pengecualian belum
pemerintah daerah. Dekadensi moral menjadi yang terbaik, dan masih dapat
dan pemahaman terhadap agama yang ditingkatkan.
lemah menjadi faktor penyebab Pada Tabel 1 terlihat bahwa
terjadinya fraud dan hal ini akan opini audit yang diberikan auditor
menurunkan upaya pencegahan pemerintah untuk kabupaten
kecurangan yang dilakukan Limapuluh Kota tidak berubah dalam
pemerintah. Menurut Ikatan Akuntansi lima tahun terakhir, keadaan tersebut
Indonesia (2013) moral merupakan menunjukan tidak adanya kemajuan
nilai kebaikan dan keburukan yang yang berarti dalam pengelolaan
terbentuk dalam diri individu atau kuangan pemerintah daerah Kabupaten
pelaku akuntansi yang dapat filter Lima Puluh Kota. Didalam opini audit
didalam mengambil berbagai tindakan. yang diterangkan masih menunjukan
Salah satu faktor penting yang dapat adanya celah untuk melakukan
membentuk moral adalah agama, kecurangan, mengingat didalam opini
keluarga, pendidikan formal dan ada kata “ Wajar dengan
lingkungan masyarakat. Pengecualian” makna yang tersirat
Salah satu kabupaten di menunjukan bahwa laporan keuangan
Sumatera Barat yang sampai saat ini yang di audit dilingkungan pemerintah
memiliki prestasi yang cukup baik daerah kabupaten Limapuluh Kota
dalam pengelolaan sistem akuntansi masih rentan dengan kecurangan
pemerintah adalah kabupaten (fraud). Dengan kata lain dapat dilihat
Limapuluh Kota. Kabupaten tesebut upaya pencegahan kecurangan di
mendapat predikat hasil audit dari instansi pemerintahan ini masih belum
audit internal nasional berupa wajar optimal sehingga kinerja pemerintahan
dengan pengecualian (WDP). Jika

3
masih memiliki asumsi kecurangan terdeteksi akan banyak berkurang dan
yang cukup tinggi. dengan kata lain kita dapat mencegah
Dalam temuan BPK No. kecurangan yang akan terjadi.
18.A/LHP/XVII.PDG/05/2014 tanggal Pemeriksa kecurangan harus mengenal
22 Mei 2014, BPK memberikan opini dan memahami dengan baik setiap
Wajar Dengan Pengecualian atas elemen dalam struktur pengendalian
Laporan Keuangan Pemerintah intern agar dapat melakukan evaluasi
Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun dan mencari kelemahannya
2013 karena permasalahan yang Berdasarkan kepada uraian
berkaitan dengan (1) penyajian nilai ringkas fenomena dan latar belakang
Kas di Bendahara Penerimaan belum masalah, peneliti tertarik untuk
menggambarkan nilai yang sebenarnya melakukan penelitian mengenai
karena didalamnya termasuk sebesar pencegahan kecurangan (Fraud) di
Rp35,00 juta yang belum disetorkan ke lingkungan pemerintah daerah. Faktor
Kas Daerah, (2) nilai Aset Tetap utama yang menjadi pembeda antara
Gedung dan Bangunan sebesar penelitian saat ini dengan terdahulu
Rp19,07 miliar tidak disajikan dengan adalah lokasi, dan waktu penelitian.
rincian yang memadai. Pada Tahun Secara umum penelitian ini bersifat
2014, Pemerintah Kabupaten Lima empiris yang berjudul: Pengaruh
Puluh Kota melalui Dinas Kesehatan Pelaksanaan Sistem Pengendalian
menindaklanjuti Kas di Bendahara Interen Pemerintah (SPIP) Dan
Penerimaan tersebut dengan menyetor Moralitas Pegawai Dalam
ke Kas Daerah, dan melalui Bidang Pencegahan Fraud (Studi Empiris
Aset DPPKAD dan Dinas Pendidikan Pada Pemerintah Kabupaten Kota
telah meninjaklanjuti penyajian nilai Limapuluh Kota).
Aset Tetap namun belum mencakup
seluruh Aset Tetap Gedung dan B. Perumusan Masalah
Bangunan. Sesuai dengan latar belakang
Taufeni (2011), meneliti masalah dan fenomena maka diajukan
tentang pengaruh peran inspektorat sejumlah pertanyaan penelitian adalah
terhadap pencegahan kecurangan. sebagai berikut:
Hasil penelitian ini menunjukkan 1. Bagaimanakah pengaruh
bahwa terdapat pengaruh signifikan Pengendalian Intern
peran inspektorat sebagai Pemerintah (SPIP) terhadap
pengendalian dan pengawasan kinerja Pencegahan Kecurangan
aparatur negara terhadap pencegahan (fraud) di lingkungan
kecurangan yang terjadi di instansi Pemerintah Kabupaten Kota
pemerintahan. Sejalan dengan Amrizal Limapuluh Kota ?.
(2004), yang menyimpulkan bahwa 2. Bagaimanakah pengaruh
Jika struktur pengendalian intern sudah moralitas terhadap Pencegahan
ditempatkan dan berjalan dengan baik, Kecurangan (fraud) di
peluang adanya kecurangan yang tak lingkungan Pemerintah

4
Kabupaten Kota Limapuluh mempengaruhi pencegahan
Kota ? kecurangan dalam pembuatan
laporan keuangan didalam
C. Tujuan Penelitian lingkungan pemerintah daerah.
Sesuai dengan perumusan 3. Akademisi hasil yang diperoleh
masalah, tujuan dilaksanakannya dapat dijadikan acuan atau
penelitian ini adalah sebagai berikut: referensi bagi pihak pihak yang
1. Untuk mengetahui secara berkepentingan terutama
empiris pengaruh Pengendalian peneliti dimasa mendatang
Intern Pemerintah (SPIP) yang tertarik melakukan
terhadap Pencegahan penelitian serupa dengan yang
Kecurangan (fraud) di dibahas didalam penelitian ini.
lingkungan Pemerintah
Kabupaten Limapuluh Kota. BAB II
2. Untuk mengetahui secara KAJIAN TEORI, KERANGKA
empiris pengaruh moralitas KONSEPTUAL DAN
terhadap Pencegahan HIPOTESIS
Kecurangan (fraud) di
lingkungan Pemerintah A. Kajian Teori
Kabupaten Limapuluh Kota. 1. Pencegahan Kecurangan
D. Manfaat Penelitian Akuntansi (Fraud)
Sesuai dengan perumusan a. Pengertian Pencegahan Fraud
masalah dan tujuan penelitian, The Association of Certified
diharapkan hasil yang diperoleh Fraud Examiners (ACFE),
didalam penelitian ini dapat kecurangan (fraud) adalah
memberikan manfaat positif bagi: perbuatan–perbuatan yang melawan
1. Perusahaan hasil yang hukum yang dilakukan dengan
diperoleh didalam penelitian sengaja untuk tujuan tertentu
ini dapat dijadikan sebagai (manipulasi atau memberikan
acuan untuk mengetahui laporan keliru terhadap pihak lain).
sejumlah variabel yang Defenisi Fraud menurut Black‟s
mempengaruhi Law Dictionary, kecurangan adalah
pencegahankecurangan atau istilah umum, mencakup berbagai
fraud terutama pada ragam alat yang kecerdikan manusia
perusahaan yang dikelola oleh dapat direncanakan, dilakukan oleh
pemerintah daerah. seseorang individual, untuk
2. Praktisi hasil yang diperoleh memperoleh manfaat terhadap pihak
juga dapat diajdikan sebagai lain dengan penyajian yang palsu.
acuan dan referensi yang Kecurangan menurut The
tentunya dapat memperkaya Institute of Internal Auditor Amerika
wawasan dan pengetahuan dalam Tunggal (2011),
tentang sejumlah variabel yang mendefenisikan kecurangan

5
mencakup suatu kesatuan Adapun definisi fraud menurut BPK
ketidakberesan (irregulation) dan RI (2007) adalah sebagai satu jenis
tindakan illegal yang bercirikan tindakan melawan hukum yang
penipuan yang disengaja, dan dapat dilakukan dengan sengaja untuk
dilakukan untuk manfaat dana atau memperoleh sesuatu dengan cara
kerugian organisasi oleh orang diluar menipu. Di samping itu, Kitab
atau didalam organisasi. Undang-Undang Hukum Pidana atau
Sedangkan dari sisi pemerintah, KUHP menyebutkan beberapa pasal
pelaku bisnis, dan masyarakat awam yang mencakup pengertian fraud
sekalipun, fraud telah dipahami seperti:
dapat merugikan keuangan negara, a) Pasal 362: Pencurian adalah
keuangan perusahaan, dan merusak mengambil sesuatu, yang
sendi-sendi budaya masyarakat. Jika seluruhnya atau sebagian
fraud terjadi di sektor pemerintahan, kepunyaan orang lain, dengan
maka hal ini merupakan sesuatu maksud untuk dimiliki secara
yang serius sebab sumber daya yang melawan hukum
terbatas tidak digunakan untuk b) Pasal 368: Pemerasan dan
pelayanan bagi masyarakat atau Pengancaman adalah
konsituen dan yang paling parah menguntungkan diri sendiri
lagi, masyarakat atau konsituen akan atau orang lain secara
kehilangan kepercayaan pada melawan hukum, memaksa
kemampuan kepemimpinan instansi seseorang dengan kekerasan
pemerintahan dalam pemerintah. atau ancaman kekerasan
Menurut BPKP (2008), kunci untuk memberikan barang
untuk mencegah dan mudah sesuatu, yang seluruhnya atau
mendeteksi fraud adalah penerapan sebagian adalah kepunyaan
model penangkal multisegi orang itu atau orang lain, atau
(irganization-wide model of supaya membuat utang
deterrence). Model ini maupun menghapuskan
mengandalkan keterlibatan piutang
penangkalan korupsi pada setiap c) Pasal 372: Penggelapan
level dan fungsi pada organisasi. adalah dengan sengaja dan
Model ini meliputi tiga komponen melawan hukum memiliki
yang saling berinteraksi yang barang sesuatu yang
dirancang untuk memaksimalkan seluruhnya atau sebagian
kesempatan organisasi dalam adalah kepunyaan orang lain,
mencegah dan mendeteksi fraud, tetapi yang ada dalam
yaitu (1) pengendalian keuangan kekuasaannya bukan karena
(financial control); (2) sistem non- kejahatan
keuangan; dan (3) pengawasan dan d) Pasal 378: Perbuatan Curang
perilaku manajemen (management adalah menguntungkan diri
oversight and behavior). sendiri atau orang lain secara

6
melawan hukum, dengan 2. Sistem Pengendalian Intern
memakai nama palsu atau Pemerintah
martabat palsu, dengan tipu a. Pengertian Pengendalian
muslihat, ataupun rangkaian Intern Pemerintah
kebohongan, menggerakkan Menurut Rai (2008:283)
orang lain untuk sistem pengendalian intern
menyerahkan barang sesuatu adalah kebijakan dan prosedur
kepadanya, atau supaya yang dirancang untuk
memberi utang maupun memberikan keyakinan yang
menghapuskan piutang memadai bagi manajemen bahwa
e) Pasal 209, 210, 387, 388, 415, organisasi mencapai tujuan dan
417, 418, 419, 420, 423, 425, sasarannya. Menurut Peraturan
dan 435 yang secara khusus Pemerintah No. 60 Tahun 2008
diatur dalam Undang-Undang mengungkapkan bahwa sistem
Pemberantasan Tindak Pidana Pengendalian Intern adalah
Korupsi (Undang-Undang proses yang integral pada
Nomor 31 Tahun 1999). tindakan dan kegiatan yang
b. Faktor – Faktor Penyebab dilakukan secara terus menerus
Fraud oleh pimpinan dan seluruh
Cressey (1953) mengemukakan pegawai untuk memberikan
tiga penyebab atau pemicu fraud keyakinan memadai atas
sebagai berikut. tercapainya tujuan organisasi
1. Tekanan (Unshareable melalui kegiatan yang efektif dan
pressure/ incentive) efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset
2. Adanya kesempatan/ peluang negara dan ketaatan terhadap
(Perceived Opportunity) peraturan perundang-undangan.
3. Rasionalisasi (Rationalization) Unsur sistem pengendalian
c. Indikator Pencegahan Fraud intern yang berfungsi sebagai
Menurut Association of Certified pedoman penyelenggaraan dan
Fraud Examiners (ACFE) dalam tolak ukur pengujian efektivitas
Tuanakotta (2007) sebagai salah penyelenggaraan system
satu asosiasi di Amerika Serikat pengendalian intern.
yang melakukan usaha pencegahan Pengembangan unsur system
dan pemberantasan kecurangan pengendalian intern perlu
akuntansi mengkategorikan mempertimbangkan aspek biaya
kecurangan dalam tiga kelompok manfaat (cost and benefit),
yaitu: sumber daya manusia, kejelasan
a. Korupsi (Corruption) kriteria pengukuran efektivitas
b. Penyimpangan Atas Aset dan perkembangan teknologi
(Asset Misappropriation) . informasi serta dilakukan secara
c. Kecurangan Laporan Keuangan komperhensif.

7
Pada Tahun 2008, aktivitas pengendalian, informasi
pemerintah mengeluarkan dan komunikasi, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 60 pengawasan. Komponen pertama
Tahun 2008 tentang Sistem yaitu lingkungan pengendalian
Pengendalian intern Pemerintah digambarkan sebagai payung dari
(SPIP). Dalam PP tersebut keempat komponen pengendalian
menyebutkan bahwa tujuan SPIP lainnya. Berikut adalah komponen
bertujuan untuk memberikan Pengendalian Internal COSO :
keyakinan yang memadai bagi 1) Lingkungan Pengendalian
tercapainya: 2) Pengawasan
a) Efektivitas dan efisiensi .
pencapaian tujuan 3. Moral
penyelenggaraan Istilah Moral berasal dari
pemerintahan negara; bahasa Latin. Bentuk tunggal kata
b) Keandalan Laporan moral yaitu mos sedangkan bentuk
Keuangan jamaknya yaitu mores yang masing-
c) Pengamanan aset negara; masing memiliki arti yang sama yaitu
dan kebiasaan, adat. Arti kata moral adalah
d) Ketaatan terhadap nilai-nilai dan norma-norma yang
peraturan perundang- menjadi pegangan bagi seseorang atau
undangan. suatu kelompok dalam mengatur
b. Tujuan Pengendalian Intern tingkah lakunya. Sedangkan yang
Menurut Arens, Elder, dan Beasley membedakan hanya bahasa asalnya
(2008), tiga tujuan umum Sistem saja yaitu „etika‟ dari bahasa Yunani
Pengendalian Intern antara lain : dan „moral‟ dari bahasa Latin.
1) Keandalan laporan keuangan Moralitas (dari kata sifat Latin
2) Efisiensi dan efektifitas moralis) memiliki arti yang pada
kegiatan operasi dasarnya sama dengan „moral‟, hanya
3) Kepatuhan terhadap hukum dan ada nada lebih abstrak. Moralitas
peraturan adalah sifat moral atau keseluruhan
c. Indikator Sistem Pengendalian asas dan nilai yang berkenaan dengan
Intern Pemerintah baik dan buruk.
Kerangka pengendalian Menurut Welton et al. (1994)
internal yang telah diterima di dalam setiap stage Kohlberg, individu
sebagian besar lingkup Amerika memiliki pandangan sendiri mengenai
Serikat adalah kerangka versi „hal yang benar‟ menurutnya.
Pengendalian Internal COSO. Individu dalam stage 1 merasa bahwa
Terdapat lima komponen hal yang benar adalah apa yang
kerangka Pengendalian Internal menjadi kepentingan individu tersebut.
COSO (Elder, Randal J. et Individu dalam stage 2 menganggap
al.,2012:321) yaitu lingkungan bahwa hal yang benar adalah hasil dari
pengendalian, penilaian risiko, pertukaran yang imbang, persetujuan

8
maupun posisi tawar yang imbang. jawabnya dan bukan karena ia
Individu dalam stage 3 merasa bahwa mencari keuntungan. Jadi moralitas
hal yang benar adalah terkait dengan adalah sikap dan perbuatan baik
pengharapan akan kepercayaan, yang betul-betul tanpa pamrih.
loyalitas, dan respek dari teman-teman Menurut Amrizal (2004),
dan keluarganya. Individu dalam stage peranan moral/kepribadian yang baik
4 menganggap bahwa hal yang benar dari seorang pimpinan dan
adalah dengan membuat kontribusi komitmennya yang kuat sangat
untuk masyarakat, grup atau institusi. mendorong tegaknya suatu etika
Individu dalam stage 5 dan stage 6 perilaku dalam suatu organisasi dan
menganggap bahwa kebenaran adalah dapat dijadikan dasar bertindak dan
mendasarkan diri pada prisip-prinsip suri tauladan bagi seluruh pegawai.
etis, persamaan hak manusia dan harga Pimpinan tidak bisa menginginkan
diri sebagai seorang makhluk hidup. suatu etika dan prilaku yang tinggi
4. Moralitas dari suatu organisasi sementara
a. Pengertian Moralitas pimpinan itu sendiri tidak sunguh-
Menurut Bertens (1993), sungguh untuk mewujudkannya.
moralitas (dari kata sifat latin Dalam suatu organisasi, terutama
moralis) mempunyai arti yang pada unit organisasi yang besar dari
dasarnya sama dengan “moral”. Kita manajemen sangat dibutuhkan dua
berbicara tentang “moralitas suatu hal yaitu komitmen moral dan
perbuatan”, artinya segi moral suatu keterbukaan dalam komunikasi.
perbuatan baik atau buruk.Moralitas b. Pentingnya Moralitas.
adalah sifat moral/keseluruhan asas Kesadaran dalam menjunjung
dan nilai yang berkenaan dengan tinggi moralitas merupakan
baik dan buruk. kewajiban untuk mamatuhi hukum
Menurut Salam (2002), moral adalah bukan karena takut pada
berasal dari kata latin mores. Mores sanksinya, akan tetapi sebagai
berasal dari kata mos yang berarti kewajiban secara pribadi karena di
kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. yakini sebagai hal yang baik
Berarti moral dapat diartikan sebagai menurut hari nurani yang harus di
ajaran kesusilaan, yang memuat taatinya. Dalam hal ini seseorang
ajaran tentang baik buruknya yang dapat menjunjung tinggi
perbuatan.Jadi, perbuatan itu dinilai moralitas, akan dapat
sebagai perbuatan yang baik atau menyelenggarakan pemerintahan
perbuatan yang buruk.Penilaian itu sebagai berikut:
menyangkut perbuatan yang 1. Tidak akan terjadi
dilakukan dengan sengaja. kecendrungan
Menurut Budiningsih (2004), penyalahgunaan kekuasaan.
moralitas terjadi apabila orang 2. Melakukan fungsi
mengambil yang baik karena ia sadar pelayanan dan sebagai
akan kewajiban dan tanggung pelayan masyarakat

9
dituntut untuk mampu d. Indikator Moralitas
memberikan pelayanan Menurut Simanjuntak (2008),
yang adil dan terbaik. dalam GONE theory menyebutkan
3. Melakukan empowering bahwa kecurangan disebabkan oleh
(pemberdayaan) untuk beberapa faktor, salah satunya yaitu
mewujudkan kemandirian 1) Greed (keserakahan).
masyarakat. 2) Berperilaku etis Menurut survey
4. Melakukan pembangunan KPMG dalam Koletar (2003),
untuk menciptakan faktor yang mempengaruhi
kemakmuran masyarakat. tingkat kecurangan adalah
Sebagai pemegang komitmen menyalahgunakan jabatan dan
terselenggaranya pemerintah dan adanya kebiasaan berjudi yang
pembangunan daerah sesuai dengan berkaitan dengan buruknya
konstitusi, berpihak kepada moral seseorang.
kepentingan rakyat, transparan,
akuntabel dan tidak korupsi. B. Hubungan Antar Variabel
c. Dampak Moralitas a. Sistem Pengendalian Intern
Moralitas sangat berpengaruh Pemerintah terhadap
terhadap perilaku manusia, karena pencegahan fraud
moral adalah kekuatan/standar untuk Menurut Rai (2008:283) sistem
mempertimbangkan baik buruknya pengendalian intern adalah kebijakan
suatu tindakan manusia itu sendiri. dan prosedur yang dirancang untuk
Begitupun moralitas sangat memberikan keyakinan yang memadai
berpengaruh terhadap tingkat bagi manajemen bahwa organisasi
kecurangan akuntansi mulai dari mencapai tujuan dan sasarannya.
mekanisme penyusunan anggaran Sistem pengendalian intern merupakan
yang akan mempengaruhi perilaku kebijakan dan prosedur yang dirancang
bawahan yaitu mereka akan memberikan manajemen kepastian
merespon negatif atau positif apabila yang layak bahwa perusahaan telah
tujuan pribadi bawahan dan atasan mencapai tujuan dan sasaran yaitu :
sesuai dengan tujuan organisasi. reliabilitas pelaporan keuangan,
Selanjutnya bawahan akan efisiensi, dan efektivitas operasional,
berprilaku negatif apabila anggaran dan ketaatan pada hukum dan aturan
tidak diadministrasikan dengan baik, (Arens,2006:370).
sehingga bawahan dapat Peterson dan Gibson (2003),
menyimpang dari tujuan organisasi. secara detail menjelaskan bahwa
Perilaku ini merupakan perilaku prosedur pengendalian intern yang
bawahan yang mempunyai konflik jelek berhubungan pada kekurangan
dengan tujuan organisasi, hal ini dalam pemisahan tugas dan
terwujud pada perilaku manajer ketidakhadiran rekonsiliasi bebas dari
yang dengan sengaja membuat uang dan dokumentasi yang jelek
kecurangan akuntansi. dipandang sebagai faktor dimana

10
memungkinkan kecurangan untuk sulit dilakukan, karena setiap kegiatan
terjadi di suatu instansi yang kualitas yang mereka lakukan telah dibatasi
pengendalian internalnya buruk dan dikelola sebatas pada tanggung
ataupun rendah. jawab mereka masing-masing terhadap
Rae dan Nava (2008), dalam tugasnya. Sehingga setiap kegiatan
penelitiannya menghasilkan suatu akan dikontrol oleh bagian lain, jika
kesimpulan, bahwa kejadian penipuan terjadi kecurangan, maka pihak lain
karyawan lebih tinggi terjadi disuatu akan mengetahuinya, sehingga setiap
perusahaan yang kualitas pengendalian orang yang memiliki niat melakukan
internalnya buruk atau rendah. kecurangan dapat dicegah.
Sehingga berdasarkan yang telah Dengan adanya sistem
dijelaskan diatas dapat diambil suatu pengendalian intern yang memadai,
kesimpulan bahwa pengendalian intern maka diharapkan dapat mencegah
menjadi suatu hal yang sangat penting terjadinya kecurangan akuntansi (fraud
dalam mencegah kecurangan akuntansi )dalam perusahaan. Karena dengan
(fraud). adanya sistem pengendalian intern
Menurut Simanjuntak (2008), tersebut semua kegiatan yang
dalam teori GONE faktor yang dilakukan oleh karyawan dapat
menyebabkan terjadinya kecurangan dimonitor dan diawasi oleh manajer
dalam suatu organisasi yaitu adanya sehingga apapun kegiatan yang
opportunity (kesempatan). dilakukan oleh karyawan berada di
Sistem pengendalian intern dalam pengawasan dan otorisasi
yang tidak efektif akan membuat manajer.
seseorang lebih mudah untuk H1: Sistem Pengendalian Intern
melakukan tindakan kecurangan yang Pemerintah (SPIP) berpengaruh
akan merugikan perusahaan dan signifikan positif terhadap
mengganggu keberlangsungan pencegahan kecurangan (fraud) di
perusahaan, sehingga tujuan dari lingkungan pemerintah Kabupaten
perusahaan tidak tercapai. Kecurangan Limapuluh Kota.
akuntansi umumnya dilakukan karena
adanya kesempatan dan peluang yang b. Moralitas terhadap
muncul akibat lemahnya pengendalian pencegahan fraud
intern dalam perusahaan. Menurut Bertens (1993),
Sistem pengendalian intern moralitas berasal dari kata sifat latin
yang lemah, membuat seseorang tidak “moralis” mempunyai arti yangpada
takut untuk melakukan tindakan yang dasarnya sama dengan “moral”.
merugikan perusahaan, karena Moralitas yaitu suatu
tindakan yang mereka lakukan tidak perbuatan/prilaku baik ataupun buruk.
terdeteksi oleh siapapun. Sebaliknya, Berdasarkan penelitian Wilopo (2006),
jika semakin baik sistem pengendalian moralitas manajemen memberikan
intern dalam perusahaan maka pengaruh yang signifikan negatif pada
tindakan kecurangan akuntansi akan kecenderungan kecurangan akuntansi.

11
Artinya semakin tinggi moralitas ini secara langsung berkaitan dengan
manajemen semakin rendah moral (perbuatan).
kecenderungan kecurangan akuntansi H2 : Moralitas berpengaruh
atau semakin tinggi tahapan moralitas signifikan positif terhadap
manajemen semakin manajemen pencegahan kecurangan (fraud) di
memperhatikan kepentingan yang lingkungan pemerintah Kabupaten
lebih luas dan universal daripada Limapuluh Kota.
kepentingan perusahaan semata,
terlebih kepentingan pribadi. C. Kerangka Konseptual
Amin (2009) menyatakan Sesuai dengan landasan teori
bahwa moral atau tingkah laku juga dan perkembangan hipotesis maka
akan menjadi faktor pemicu kerangka konseptual yang diajukan
kecurangan terhadap laporan didalam penelitian ini adalah sebagai
keuangan. Adanya perubahan tingkah berikut:
laku atau moral bisa menjadikan
Sistem Pengendalian
seseorang menyalahgunakan
kas/aktiva yang ada. Penyalahgunaan Intern Pemerintah
ini nantinya akan berusaha ditutupi Pencegahan
(X1)
melalui manipulasi terhadap laporan Fraud
keuangan.
Menurut Simanjuntak (2008), (Y)
dalam teori GONE, faktor pendorong Moralitas
seseorang melakukan kecurangan yang (X2)
disebabkan oleh moral yaitu greed
(keserakahan). Keserakahan
merupakan bentuk moral seseorang
yang jelek. Semua orang berpotensi Gambar 1. Kerangka Konseptual
untuk berprilaku serakah karena pada
umumnya manusia itu mempunyai BAB III
sifat yang tidak pernah merasa puas. METODE PENELITIAN
Jadi kecurangan muncul karena Pada penelitian ini yang menjadi
keserakahan dalam diri seseorang. populasi adalah SKPD di Kabupaten
Selain itu, menurut Koletar Limapuluh Kota. Berdasarkan survey
(2003), penyalah gunaan jabatan yang telah dilakukan teridentifikasi di
merupakan prilaku/moral yang tidak Kabupaten Limapuluh Kota yaitu
sesuai dengan pedoman atau ketentuan berjumlah 50 SKPD yang tersebar
yang berlaku, baik secara tertulis diseluruh wilayah Limapuluh Kota.
maupun tidak tertulis dan adanya Secara umum sampel merupakan
kebiasaan berjudi merupakan faktor bagian dari populasi yang dianggap
yang mempengaruhi tingkat mewakili. Pada penelitian ini jumlah
kecurangan seseorang, dimana faktor sampel yang digunakan lebih kurang
150 orang dimana setiap SKPD akan

12
disebarkan masing-masing 3 (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Netral (3),
kuesioner, yang meliputi 1 untuk Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak
Kepala Bagian Keuangan dan 2 untuk Setuju (STS).
Staf Bagian Keuangan. Untuk 2. Sistem Pengendalian Intern
mendapatkan sampel sesuai dengan Pemerintah
ukurannya maka digunakan metode Sistem pengendalian intern
pengambilan sampel adalah total pemerintah merupakan proses
sampling. Jenis data yang digunakan pengawasan yang dilakukan oleh
adalah primer,Data primer diperoleh pemerintah terhadap laporan keuangan
melalui penyebaran kuesioner kepada yang dipublikasikan oleh pemerintah
responden yang memenuhi syarat. daerah. Menurut PP No. 60 Tahun
Metode pengumpulan data untuk 2008, untuk mengukur pengendalian
penelitian ini adalah dengan intern pemerintah maka digunakan
penggunaan system kuesioner. indikator sebagai berikut:
Kuesioner disebar kemudian a. Lingkungan pengendalian
dikirimkan kepada SKPD di (item pertanyaan 1-2)
Kabupaten Limapuluh Kota. b. Penilaian resiko (item
pertanyaan 3-4)
A. Definisi Operasional dan c. Aktifitas Pengendalian (item
Pengukuran Variabel pertanyaan 5-6)
Secara umum variabel penelitian d. Informasi dan Komunikasi
yang digunakan didalam penelitian ini (item pertanyaan 7-8)
adalah sebagai berikut: e. Pengawasan (item pertanyaan
1. Pencegahan Kecurangan 9-10)
Pencegahan kecurangan akuntansi Untuk mengukur pengendalian
(fraud) yang dimaksud dalam intern pemerintah maka digunakan
penelitian ini adalah berupaya untuk kuesioner berskala 5 Likert dengan
mencegah terjadinya indikasi pilihan jawaban sebagai berikut Sangat
kecurangan (fraud) dan menanamkan Setuju (SS) = 5, Setuju (S) = 4, Netral
kesadaran tentang adanya kecurangan (3), Tidak Setuju (TS) dan Sangat
(fraud awareness) pada setiap elemen Tidak Setuju (STS).
instansi, kemudian menilai risiko 3. Moralitas
terjadinya kecurangan (fraud risk Moralitas adalah nilai-nilai dan
assessment) yang dilakukan dari waktu norma-norma yang menjadi pegangan
ke waktu oleh staf karyawan, termasuk bagi seseorang atau suatu kelompok
bagian atasan, yang bertujuan untuk dalam mengatur tingkah lakunya. Pada
menjaga kekayaan instansi dari penelitian ini moralitas yang dimaksud
indikasi kecurangan (fraud) tersebut. adalah moral yang dimiliki oleh
pegawai pemerintah daerah di
Untuk mengukur pencegahan Kabupaten Limapuluh Kota. Menurut
kecurangan maka digunakan kuesioner Simajuntak (2008), untuk mengukur
berskala 5 Likert dengan pilihan
jawaban sebagai berikut Sangat Setuju
13
variabel moralitas maka digunakan Kota, yang disebarkan kuesioner 29
indikator sebagai berikut: SKPD dan 83% mengembalikan dan
a. Keserakahan (item pertanyaan mengisi kuesioner dengan lengkap.
1-2) Kuesioner diantarkan langsung kepada
b. Berperilaku etis (item masing-masing responden dan
pertanyaan 3-6) dijemput langsung oleh peneliti.
Untuk mengukur variabel
moralitas maka digunakan kuesioner B. Analisis Deskriptif
berskala 5 Likert dengan pilihan 1. Karakteristik Responden
jawaban sebagai berikut Sangat Setuju Dari hasil penelitian dapat
(SS) = 5, Setuju (S) = 4, Netral (3), diketahui karakteristik responden yang
Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak bekerja pada Instansi pemerintah
Setuju (STS). kabupaten 50 Kota yang dijadikan
sampel penelitian ini. Berdasarkan
BAB IV data yang diisi oleh responden pada
HASIL PENELITIAN DAN kuesioner penelitian, diketahui
PEMBAHASAN karakteristik responden disajikan
secara umum menurut jenis kelamin,
A. Gambaran Umum Objek latar belakang pendidikan dan lama
Penelitian bekerja. Berdasarkan Tabel 5 dapat
Jumlah populasi sasaran atau diketahui bahwa mayoritas responden
sampel pada penelitian ini adalah 50 berjenis kelamin perempuan sebesar
satuan kerja perangkat daerah (SKPD) 48,6% atau sebanyak 35 orang,
di lingkungan pemerintah kabupaten sedangkan responden berjenis kelamin
50 Kota yang terdiri dari Dinas, laki-laki sebesar 51,4% atau sebanyak
Kantor, Badan, Sekretariat Daerah dan 37 orang. Berdasarkan kuesioner yang
Kecamatan. Setiap sampel masing- dikumpulkan dari setiap responden
masing SKPD terdiri dari 3 responden. yang ada pada setiap SKPD yang
Dari 45 SKPD tersebut disebarkan 135 bekerja di Instansi pemerintah daerah
kuesioner. Pada batas akhir kabupaten 50 Kota diperoleh data
pengumpulan data kuisioner yang tentang latar belakang pendidikan
diterima kembali sebanyak 72 responden. Adapun secara lengkap
kuisioner, artinya tidak seluruh data tentang responden berdasarkan
kuisioner diisi dan dikembalikan oleh latar belakang pendidikan disusun
responden. Rentang waktu penyebaran dalam Tabel 6 sebagai berikut:
dan pengumpulan kuesioner adalah Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat
tanggal 8 maret 2017 sampai dengan bahwa latar belakang pendidikan
29 maret 2017. Gambaran penyebaran responden dengan persentase terbesar
dan pengembalian kuesioner dapat adalah pada tingkat Strata 1 (S1)
dilihat dalam Tabel 4. Berdasarkan sebesar 43,06% atau sebanyak 31
Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa dari orang. Selanjutnya pada tingkat
50 SKPD yang ada di Kabupaten 50 Diploma 3 sebesar 30,55% atau
sebanyak 22 orang, pada pada tingkat
14
SMA sebesar 20,83% atau sebanyak keuangan dengan 14 item pernyataan.
15 orang, pada tingkat Strata 2 (S2) Data yang diperoleh dari distribusi
sebesar 4,17 atau sebanyak 3 orang variabel kualitas laporan keuangan
dan Strata 3 (S3) sebesar 1,39% atau pemerintah daerah adalah sebagai
sebanyak 1 orang. Sehingga dapat berikut. Berdasarkan tabel distribusi
disimpulkan bahwa pada umumnya frekuensi variabel kecurangan laporan
yang bekerja di instansi pemerintah keuangan diatas dapat dilihat bahwa
daerah Kabupaten 50 Kota yang variabel kecurangan laporan keuangan
menjadi responden pada penelitian ini memiliki tingkat capaian tertinggi pada
berpendidikan paling banyak pada item nomor 1, yaitu 93,89% dengan
strata 1 (S1). Berdasarkan kuesioner kategori sangat baik. Pernyataan item
yang dikumpulkan dari kasubag pada 1 merupakan pernyataan negatif. Hal
masing-masing SKPD yang bekerja di ini menunjukkan bahwa para karyawan
instansi pemerintah daerah kabupaten akan melakukan apapun untuk
50 Kota diperoleh data tentang lama menambah keuntungan pribadinya,
bekerja. Adapun secara lengkap data walaupun dengan melakukan korupsi.
tentang responden berdasarkan lama Sedangkan tingkat capaian terendah
bekerja ini tersusun dalam Tabel 7 . yaitu item nomor 5, yaitu sebesar
Berdasarkan Tabel 7 diatas terlihat 86,11% dengan kategori sangat baik.
bahwa masa kerja responden dengan Untuk rata-rata tingkat capaian
persentase terbesar adalah lebih dari 6- responden variabel ini adalah 89,77%
10 tahun yaitu sebesar 37,5% atau Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa
sebanyak 27 orang. Selanjutnya diikuti total capaian responden untuk variabel
masa kerja 1-5 tahun sebesar 33,33% Pencegahan Fraud adalah sangat baik.
atau sebanyak 24 orang, untuk masa
kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 2. Distribusi Frekuensi Variabel
29,17% atau 21 orang. Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah
C. Deskrispsi Hasil Penelitian Distribusi frekuensi skor
Berikut ini merupakan kesesuaian kompensasi dengan 8 item
deskripsi dari hasil penelitian tentang pernyataan. Berdasarkan Tabel 9
Pengaruh Pelaksanaan Sistem distribusi frekuensi variable sistem
Pengendalian Interen Pemerintah pengendalian intern pemerintah diatas
(SPIP) Dan Moralitas Pegawai Dalam dapat dilihat bahwa tingkat capaian
Pencegahan Fraud di kabupaten 50 tertinggi pada item nomor 1 yaitu
kota. Untuk mendeskripsikan variabel- 88,33% dengan kategori sangat baik.
variabel tersebut dapat dikategorikan Hal ini menunjukkan bahwa pegawai
dalam: kabupaten Lima Puluh Kota
mengetahui dengan jelas uraian tugas
1. Distribusi variabel Pencegahan mengenai wewenang dalam instansi.
Fraud (Y) Sedangkan tingkat capaian terendah
Distribusi frekuensi skor yaitu item nomor 6 dan 8, yaitu
kecenderungan kecurangan laporan sebesar 84,44% dengan kategori
15
sangat baik. Untuk rata-rata tingkat menjadi variabel terikat adalah
capaian reponden dalam variabel ini pencegahan fraud dan variabel bebas
adalah 86%. Oleh karena itu, dapat adalah sistem pengendalian intern
dipahami bahwa total capaian pemerintah dan moralitas pegawai.
responden untuk variabel sistem Berikut ini data statistik deskriptif
pengendalian intern pemerintah masing-masing variabel. Dari tabel 12
adalah sangat baik. diatas diketahui bahwa jumlah sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
3. Moralitas Pegawai (X2) sebanyak 72 orang responden. Untuk
Distribusi frekuensi skor variabel pencegahan fraud (Y)
Moralitas Pegawai dengan 6 item memiliki nilai rata-rata 49.38 dengan
pernyataan. Data yang diperoleh dari standar deviasi 4,616 , Untuk variabel
distribusi variabel Motivasi adalah sistem pengendalian intern pemerintah
sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 10 (X1) tersebut diketahui memiliki nilai
distribusi frekuensi variabel moralitas rata-rata sebesar 42.99 dengan deviasi
pegawai diatas, terlihat bahwa tingkat standar 3.562. Pada variable moralitas
capaian responden tertinggi yaitu pada pegawai (X2) memiliki nilai rata-rata
item pernyataan nomor 2 yaitu 70,00% sebesar 16.89 dengan deviasi standar
dengan kategori baik. Dimana 4.106.
pimpinan SKPD menyusun LRA
seperti kondisi yang sebenarnya demi 1. Uji Validitas
mempertimbangkan prinsip Untuk melihat validitas dari
kesejahteraan masyarakat serta tidak masing-masing item kuesioner,
merugikan pemerintah, mempunyai digunakan Corrected Item-Total
kategori yang baik. Sedangkan tingkat Colleration. Jika rhitung > rtabel, maka
capaian responden terendah yaitu item data dikatakan valid, dimana rtabel
pernyataan nomor 5 yaitu dengan untuk N = 72, adalah 0,2319.
49,44%. Sementara itu tingkat capaian Berdasarkan hasil pengolahan data
rata-rata dari moralitas pegawai adalah didapatkan bahwa nilai Corrected
sebesar 56,3%. Hal ini menunjukkan Item-Total Colleration untuk masing-
bahwa moralitas pegawai pada masing item variabel X1, X2,X3 dan Y
pemerintah kabupaten Lima Puluh semuanya di atas rtabel yang dapat
Kota dikategorikan cukup baik. dilihat pada tabel 13. Maka dapat
dikatakan bahwa seluruh item
D. Statistik Deskriptif pernyataan variabel X1, X2 dan Y
Sebelum dilakukan pengujian adalah valid. Dari tabel diatas dapat
data secara statistik dengan lebih dilihat nilai terkecil dari Corrected
lanjut, terlebih dahulu dilakukan Item-Total Correlation untuk masing-
pendeskripsian terhadap variabel masing instrumen. Untuk instrumen
penelitian. Hal ini dimaksudkan agar pencegahan fraud (Y) diketahui nilai
dapat memberikan gambaran tentang Corrected Item-Total Correlation
masing-masing variabel yang akan terkecil 0,546, untuk sistem
diteliti. Dalam penelitian ini yang pengendalian interen pemerintah (X1)
16
nilai instrumen terkecil adalah 0,360, dalam uji data penelitian datanya
untuk moralitas pegawai (X2) nilai terdistribusi normal. Pengujian
terkecil 0,299. normalitas dilakukan dengan
menggunakan model Kolmogorof
2. Uji Reliabilitas Smirnov (KS), dengan melihat
Uji reliabilitas dimaksudkan perbandingan nilai signifikasi yang
untuk mengukur bahwa instrumen dihasilkan > 0.05 maka distribusi
yang digunakan benar-benar bebas dari datanya dikatakan normal. Sebaliknya
kesalahan, sehingga diharapkan dapat jika signifikasi yang dihasilkan < 0.05
menghasilkan hasil yang konstan. maka data tidak terdistribusi secara
Nilai reliabilitas dinyatakan reliabel, normal. Setelah dilakukan pengolahan
jika nilai cronbach’s alpha dari data, didapat hasil yang menyatakan
masing-masing instrumen pernyataan bahwa data terdistribusi dengan
lebih besar dari 0,6 (Ghozali, 2006). normal dan diperoleh hasil olahan data
Dari nilai cronbach’s alpha dapat Kolmogorof Smirnov dengan model
disimpulkan bahwa instrumen unstandardized yang terdapat pada
pertanyaan adalah reliabel karena Tabel 15. Pada tabel 15 diatas
memiliki nilai Cronbach’s alpha lebih menunjukkan nilai signifikansi 0,121.
dari 0,6. Untuk lebih jelasnya akan Ini berarti nilai signifikansi lebih besar
disajikan pada tabel 14 berikut ini, 0,05. Ini mengindikasikan bahwa data
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa tersebut sudah terdistribusi dengan
nilai keandalan Cronbach’sAlpha yaitu normal.
untuk instrumen Pencegahan Fraud 2. Uji Multikolinearitas
adalah 0,924, untuk instrumen Sistem Gejala multikolonieritas
Pengendalian Intern Pemerintah ditandai dengan adanya hubungan
adalah 0,859, untuk Moralitas Pegawai yang kuat di variabel independen
adalah 0,733. Dari data ini dalam suatu persamaan regresi.
menunjukkan bahwa nilai Cronbach’s Apabila dalam suatu persamaan regresi
Alpha berada pada kisaran diatas 0,60 terdapat gejala multikolinieritas maka
ini mengindikasikan bahwa semua akan menyebabkan ketidakpastian
instrumen penelitian dapat dikatakan estimasi, sehingga kesimpulan yang
reliabel. diambil tidak tepat. Model regresi
E. Uji Asumsi Klasik yang dinyatakan bebas dari
Sebelum data diolah dengan multikolonieritas apabila nilai VIF <
regresi sederhana maka dilakukan uji 10 dan Tolerance > 0,10. Hasil
asumsi klasik untuk memperoleh pengujian asumsi multikolonieritas
keyakinan bahwa data yang diperoleh untuk variabel penelitian ini dapat
beserta variabel penelitian layak untuk dilihat berdasarkan nilai VIF dan
diolah lebih lanjut. Uji asumsi klasik Tolerance. Berdasarkan tabel 16 dapat
yang dilakukan terdiri atas : dilihat hasil perhitungan nilai
1. Uji Normalitas Residual tolerance dan VIF. Nilai tolerance
Uji normalitas dalam penelitian untuk variabel sistem pengendalian
ini bertujuan untuk menguji apakah
17
intern pemerintah (X1) sebesar 0,993 dalam model terhadap variabel terikat,
dengan nilai VIF sebesar 1,007. Untuk sisanya dijelaskan oleh variabel lain
variabel moralitas pegawai (X2) yang tidak dimasukkan dalam model.
mempunyai nilai tolerance sebesar Pada penelitian ini hasil uji koefisien
0,993 dengan nilai VIF sebesar 1,007. determinasi (R2) dapat dilihat pada
Masing-masing variabel independen table 18. Berdasarkan tabel 18 dapat
tersebut memiliki angka tolerance > diketahui bahwa nilai Adjusted R2
0,10 dan VIF <10, jadi dapat yang diperoleh sebesar 0,101 atau
disimpulkan bahwa tidak terdapat sebesar 10,1%. Hal ini
gejala multikolonieritas antar variabel mengindikasikan bahwa kontribusi
independen. variabel independen terhadap variabel
dependen sebesar 10,1%. Dan sisanya
3. Uji Heterokedastisitas sebesar 89,9% ditentukan oleh variabel
Uji heterokedastistas dilakukan lain yang tidak dianalisis dalam
untuk menguji apakah dalam model penelitian ini.
tersebut terjadi ketidaksamaan varians
dari residual atas suatu pengamatan ke 2. Uji Regresi Berganda
pengamatan lain. Untuk mendeteksi Analisis data untuk pengujian
adanya heterokedastisitas pada hipotesis dengan menggunakan
penelitian ini digunakan uji gletser. analisis regresi berganda.Analisis
Pada uji ini apabila hasilnya sig > 0,05 regresi berganda digunakan untuk
maka tidak terdapat gejala mengukur pengaruh antara lebih dari
heterokedastisitas. Model yang baik satu variabel bebas terhadap variabel
adalah yang tidak terjadi terikat. Analisis regresi berganda
heterokedastisitas. Berdasarkan tabel digunakan untuk memberikan
17 dapat dilihat bahwa hasil penjelasan tentang aplikasi spss versi
perhitungan dari masing-masing 16 yang telah ditransformasikan
menunjukkan level sig > α, yaitu 0,534 kedalam variabel penelitian seperti
untuk variable sistem pengendalian terlihat pada tabel di bawah ini. Dari
intern pemerintah , 0,911 untuk hasil pengolahan data SPSS, didapat
variabel moralitas pegawai. Hal ini nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 sehingga
berarti penelitian ini bebas dari model regresi yang dipakai dapat
heterokedastisitas dan layak untuk digunakan. Pada Tabel 19 dapat
diteliti. dianalisis model estimasi sebagai
berikut:
F. Analisis Data
1. Uji Koefisien Determinasi Y = 28,796 + 0,463 X1 + 0,041 X2
Uji ini bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model Angka yang dihasilkan dari pengujian
dalam menerangkan variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:
terikat. Koefisien determinasi (R2) a. Konstanta (α)
menunjukkan proporsi yang Nilai konstanta yang diperoleh
diterangkan oleh variabel independen adalah 28,796. Hal ini berarti
18
apabila variabel-variabel regresi yang diperoleh dapat
independen tidak ada, maka diandalkan atau model yang digunakan
besarnya pencegahan fraud yang sudah fix.
terjadi adalah senilai 28,796.
b. Koefisien Regresi (X1) sistem 2. Uji t
pengendalian intern perintah Berdasarkan hasil olahan data
Nilai koefisien regresi variabel statistik pada tabel 19, maka dapat
sistem pengendalian intern dilihat pengaruh antara variabel
pemerintah (X1) adalah sebesar independen terhadap variabel
0,463. Hal ini menunjukkan bahwa dependen secara parsial adalah sebagai
jika kesesuaian sistem berikut:
pengendalian intern pemerintah a. Hipotesis pertama dalam
meningkat satu satuan, maka penelitian ini adalah sistem
kecurangan laporan keuangan akan pengendalian intern pemerintah
meningkat sebesar 0,463. berpengaruh positif terhadap
c. Koefisien regresi (X2) moralitas pencegahan farud. Berdasarkan
pegawai tabel 19 diketahui bahwa
Nilai koefisien regresi variabel pengendalian intern pemerintah
moralitas pegawai (X2) sebesar memiliki nilai sig. 0,002 < 0,05
0,041. Hal ini menunjukkan bahwa dengan koefisien β adalah 0,463
jika motivasi meningkat satu dengan arah positif. Hal ini
satuan, maka moralitas pegawai menunjukkan bahwa sistem
akan meningkat sebesar 0,041. pengendalian intern pemerintah
G. Uji Hipotesis berpengaruh terhadap pencegahan
1. Uji F fraud. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa H1 diterima.
Uji F dilakukan untuk menguji b. Hipotesis kedua dalam
secara serentak pengaruh terhadap penelitian ini adalah moralitas
variabel terikat. Dengan kriteria pegawai tidak berpengaruh
pengujian adalah: jika Fhitung> Ftabel terhadap pencegahan fraud.
atau sig. < α (0,05), maka hal ini Berdasarkan tabel 19 diketahui
berarti variabel bebas mampu bahwa moralitas pegawai
menjelaskan variabel terikat secara memiliki nilai sig. 0,749 > 0,05
bersama-sama. Jika Fhitung< Ftabel atau dengan koefisien β adalah 0,041
sig. > α, maka hal ini berarti variabel dengan arah positif. Hal ini
bebas secara bersama-sama tidak menunjukkan bahwa moralitas
mampu menjelaskan variabel terikat. pegawai berpengaruh positif
Berikut adalah hasil perhitungan uji F- terhadap pencegahan fraud . Hal
Test. Hasil pengolahan data pada tabel ini berarti bahwa H2 ditolak.
20 diatas menunjukkan nilai signifikan
pada 0,009 (sig 0,009 < 0,05). Hal ini
berarti menunjukkan bahwa persamaan H. Pembahasan

19
1. Pengaruh Sistem Pengendalian Maka pengendalian internal
Internal Pemerintah dalam merupakan suatu proses yang
Pencegahan Fraud dijalankan oleh dewan komisaris yang
Berdasarkan data hasil ditujukan untuk memberikan
penelitian menunjukkan bahwa sistem keyakinan yang memadai tentang
pengendalian intern pemerintah pencapaian tujuan pengendalian
memiliki pengaruh signifikan positif operasional yang efektif dan efisien,
terhadap pencegahan fraud. Hal ini keandalan laporan keuangan, dan
menunjukkan bahwa pengendalian kepatuhan terhadap hukum dan
internal di setiap SKPD di Kabupaten peraturan yang berlaku. Kaitannya
Lima Puluh Kota telah diterapkan dan antara pengendalian internal dengan
berjalan dengan baik sehingga dapat pencegahan fraud sangat erat. Menurut
mengurangi dan mencegah terjadinya Tuanakotta (2007), bahwa upaya
fraud. mencegah fraud dimulai dari
Hasil penelitian ini pengendalian intern. Disamping
menjelaskan bahwa hubungan antara pengendalian intern, dua konsep
pengendalian internal dengan masalah penting lainnya dalam pencegahan
kecurangan dalam suatu perusahaan fraud, yakni menanamkan kesadaran
sangat berkaitan. Dengan adanya tentang adanya fraud (fraud
pengendalian internal dalam sebuah awareness) dan upaya menilai risiko
perusahaan dipercaya dapat terjadinya fraud (fraud risk
bermanfaat dalam hal membantu assesment).
perusahaan dalam pencegah terjadinya Manajemen harus melindungi
fraud. Walaupun pengendalian internal perusahaan dari setiap tindakan yang
merupakan pihak yang memiliki menimbulkan kerugian. Manajemen
kewajiban yang paling besar dalam harus mengidentifikasikan apa yang
masalah pencegahan, namun harus dilindungi (seperti: asset
pengendalian internal tidak perusahaan), risiko apa yang akan
bertanggung jawab atas terjadinya dihadapi, dan menyampaikan risiko
fraud. Dari pernyataan di atas bahwa tersebut (probability dan impact cost).
sebenarnya fraud itu dapat dikurangi Dengan memperhatikan faktor
bahkan dicegah dengan cara tersebut, manajemen kemudian
membudayakan iklim kejujuran, membuat kebijakan-kebijakan dan
keterbukaan, dan saling membantu strategi yang sesuai untuk
satu sama lain. Selain itu, pencegahan mengembangkan struktur perusahaan
fraud dapat dilakukan dengan cara dari implementasi pengendalian.
menghilangkan kesempatan untuk Kebijakan bisnis dan hukum yang
melakukan fraud, misalnya dengan berlaku pada perusahaan
menanamkan kesadaran bahwa setiap membutuhkan manajmen yang
tindakan fraud akan mendapat sanksi menekankan pada keefektifan
setimpal. pengendalian internal dan kekuatan
pada lingkungan pengendalian untuk

20
melindungi asset perusahaan sehingga Bila dilihat dari hasil jawaban
dapat mencegah terjadinya fraud. responden, moralitas pegawai sudah
Berdasarkan hasil penelitian ini termasuk dalam kategori cukup baik,
yang menunjukan hasil bahwa dengan capaian responden sebesar
pengendalian internal memiliki 56,4%. Jadi dapat disimpulkan dalam
pengaruh yang signifikan terhadap penelitian ini bahwa pegawai SKPD
pencegahan fraud. Dengan adanya yang ada di Pemerintah Daerah
pengendalian internal yang diterapkan Kabupaten Limapuluh Kota memiliki
dengan baik, maka hal tersebut moralitas yang cukup baik terutama
mungkin dapat mengurangi atau penyusunan LRA oleh pimpinan
mencegah kemungkinan terjadinya SKPD seperti kondisi yang sebenarnya
tindak kecurangan dalam organisasi. untuk kesejahteraan masyarakat dan
Hasil penelitian ini sesuai tidak merugikan pemerintah lebih di
dengan penelitian Purwitasari (2013) utamakan. Akan tetapi moralitas
tentang pengaruh pengendalian pegawai yang cukup baik tersebut
internal dan komitmen organisasi belum tentu dapat mengurangi
dalam pencegahan fraud. Hasil kecurangan akuntasi di pemerintah
penelitiannya menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Limapuluh Kota.
pengendalian internal berpengaruh Dilihat dari jawaban responden ada 2
positif dan signifikan dalam item pertanyaan, rata-rata banyak
pencegahan fraud. menjawab setuju padahal item
2. Pengaruh Moralitas Pegawai pertanyaan bermaksud negatif. Hal ini
dalam Pencegahan Fraud menggambarkan pegawai lebih patuh
Berdasarkan data hasil penelitian dan takut terhadap pimpinannya
menunjukkan bahwa moralitas daripada Peraturan Pemerintah (PP)
pegawai tidak berpengaruh signifikan sekalipun pimpinannya berprilaku
dalam Pencegahan Fraud. Hal ini buruk, seperti menyusun Laporan
menunjukkan bahwa semakin tinggi Realisasi anggaran sama dengan
moral yang dimiliki seseorang belum periode sebelumnya agar kinerja
tentu dapat mencegah terjadinya fraud. pimpinan tersebut terlihat baik.
Menurut Simanjuntak (2008), Pimpinan juga memberikan bonus jika
dalam teori GONE, faktor pendorong pegawai tersebut patuh terhadap
seseorang melakukan kecurangan yang perintahnya karena telah membuat
disebabkan oleh moral yaitu greed kinerja dari pimpinannya terlihat bagus
(keserakahan). Keserakahan dan baik.
merupakan bentuk moral seseorang Selain itu moralitas yang tinggi
yang jelek. Semua orang berpotensi belum tentu dapat mencegah fraud di
untuk berprilaku serakah karena pada pemerintah daerah Kabupaten
umumnya manusia itu mempunyai Limapuluh Kota, bisa saja ada faktor-
sifat yang tidak pernah merasa puas. faktor lain yang menyebabkan masih
Jadi kecurangan muncul karena bisa mencegah terjadinya fraud.
keserakahan dalam diri seseorang. Seperti tingginya tingkat ketaatan

21
pegawai terhadap aturan akuntansi di Adjusted R2 sebesar 10,1%.
instansi tersebut, kesesuaian informasi berarti bahwa kontribusi
dalam suatu instansi, kesesuaian variabel dependen terhadap
kompensasi dengan kinerja pegawai, variable independen hanya
dan tingginya sistem pengendalian sebesar 10,1%. Dengan kata
internal suatu instansi. Individu yang lain masih terdapat variabel
memiliki moral yang tinggi akan dapat lain yang memiliki konstribusi
menahan diri atau mencegah yang lebih besar lagi untuk
melakukan kecurangan dalam kondisi pencegahan fraud.
apapun. Jadi dapat disimpulkan b. Penelitian ini merupakan
tingginya moralitas individu di instansi metode survei menggunakan
pemerintah daerah Kabupaten kuesioner tanpa dilengkapi
Limapuluh Kota belum tentu dapat dengan wawancara atau
mencegah fraud di pemerintah daerah pertanyaan lisan. Sebaiknya
Kabupaten Limapuluh Kota. dalam mengumpulkan data
BAB V dilengkapi dengan
KESIMPULAN DAN SARAN menggunakan pertanyaan lisan
A. Kesimpulan dan tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian C. Saran
dan pembahasan, maka yang dapat Saran yang diberikan adalah:
disimpulkan dari hasil penelitian ini a. Bagi peneliti selanjutnya, agar
adalah: mengambil sampel yang
1. Sistem Pengendalian Intern lebih banyak dan menambah
Pemerintah mempunyai variabel-variabel penelitian
pengaruh yang signifikan lain dalam penelitian ini.
positif terhadap pencegahan Misalnya variabel sistem
fraud di pemerintah kabupaten pengendalian intern
Lima puluh kota. pemerintah dan moralitas
2. Moralitas pegawai tidak pegawai.
berpengaruh terhadap b. Dalam penelitian ini masih
pencegahan fraud di terdapat kelemahan yaitu ada
pemerintah kabupaten Lima beberapa responden yang
puluh kota. mengisi kuesioner penelitian
B. Keterbatasan Penelitian yang tidak sesuai dengan
Meskipun peneliti telah kondisi yang sesungguhnya
berusaha merancang dan sehingga data yang diperoleh
mengembangkan penelitian ini belum tentu mengambarkan
sedemikian rupa, namun masih keadaan yang sebenarnya,
terdapat beberapa keterbatasan dalam maka untuk penelitian
penelitian ini, antara lain: selanjutnya sebaiknya selain
a. Pada penelitian ini menggunakan kuesioner
menunjukkan bahwa uji dilakukan interview/bertanya

22
langsung ke responden secara Bernardin Russel. 2005. Perilaku
tegas dan jelas dan sebaiknya Organisasi. Edisi Indonesia.
dearah penelitian di perluas Gramedia Pustaka, Indonesia.
ke SKPD kota lainnya. Djamal Nasrullah. 2010. Faktor Faktor
yang Mempengaruhi Kualitas
DAFTAR PUSTAKA Audit Pada Sektor Publik dan
Alim Nizarul M, Trisni Hapsari dan Beberapa Karakteristik Untuk
Liliek Purwanti. 2007. Meningkatkannya. Artikel
Pengaruh Kompetensi dan Dosen DPK Pada STIE
Independensi Terhadap Nasional Banjarmasin.
Kualitas Audit dengan Etika Ghozali, Imam. 2011. Dasar-dasar
Auditor Sebagai Variabel Statistik dan SPSS 19.BPFE,
Pemoderasi. Simposium Yogyakarta.
Nasional Akuntansi X. Gibson L James, John M, Ivancevich,
Universitas Hasanurdin, James H Donelly dan Robert
Makasar. Konopaske. 2011.
Amin Widjaja Tunggal. 2013. Organization Behavior,
Corporate Fraud & Internal Structure, Processes.
Control. Jakarta: Harvarindo Fourteenth Edition. Mc Graw-
Ansah, Stephen Owusu., Ganguli, Hill, Irwin.
Gouraga. (2010) Voluntary Hartanto Yuli Hansiadi dan Indra
Reporting on Internal Control Wijaya Kusuma.2001. Analisis
System and Governance Pengaruh Tekanan Ketaatan
Characteristics : An Analysis of Terhadap Judment Auditor.
Large U.S Companies, Journal Jurnal Akuntansi dan
of Managerial Issues, 22, 383 – Manjemen. Universitas
401. Gajahmada, Yogyakarta.
Hasibuan SP. 2003. Perilaku
Arens, A.A., Elder, R.J., & Organisasi. Salemba Empat,
Beasley,M.S. (2008). Auditing Jakarta.
dan Jasa Assurance: Hyde, Julie Christine (2011) .Material
Pendekatan Terintegrasi. (Alih Weaknesses in internal control
bahasa: Herman Wibowo). over complience for federal
Jakarta: Penerbit Erlangga. grants tu US
Association of Certified Fraud Countries.Dissertation.
Examiner. 2004. Report to the University of Memphis
Nation on Occupational Fraud
and Abuse. ACFE. Jogiyanto. 2005. Analisis Laporan
Keuangan dan Pasar Modal.
Baridwan, Zaki. 2008. Dasar Dasar BPFE, Yogyakarta.
Akuntansi Keuangan. Salemba Kieso Donald E, Weygandt Jerry J dan
Empat, Jakarta. Terry D Warfield. 2012.

23
Intermediate Accounting Peraturan Pemerintah No 71 Tahun
Fifteenth Edition. Wiley. 2010 tentang Standar
Libby dan Federick. 2001. Pengaruh Akuntansi Pemerintahan.
Tekanan Ketaatan,
Pengalaman, Pengetahuan, Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun
Terhadap Ekspectasi Klien 2007 tentang Organisasi
Dalam Audit jugdment. Perangkat Pemerintah Daerah
Perputakaan Univeristas Bung
Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun
Hatta, Tidak Dipublikasikan.
2008 tentang Sistem
Lisda Hamzah. 2008. Pengaruh Situasi
Pengendalian Intern
Audit, Objektifitas,
Pemerintah
Pengalaman, dan Tingkat
Materialitas Auditor Pratama Arif. 2012. Faktor Faktor
Profesional Terhadap Kualitas yang Mempengaruhi
Hasil Audit. Artike Akuntansi. Ketepatan Publikasi Laporan
Universitas Gajahmada, Keuangan Pada Perusahaan
Yogyakarta. Manufaktur yang Terdaftar di
Mabruri Havid dan Winarna Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Jaka.2010.Analisa Faktor Akuntansi dan Manajemen
Faktor yang Mempengaruhi Volume 1 Nomor 2.
Kualitas Hasil Audit di Universitas Gajah Mada,
Lingkungan Pemerintah Yogyakarta.
Daerah.Simposium Nasional Purwitasari, Anggit. 2013. Pengaruh
Akuntansi. XIII. Purwokerto. Pengendalian Internal dan
2010. Komitmen Organisasi dalam
Martoyo dan Marinni. 2003. Pengaruh Pencegahan Fraud Pengadaan
Profesional Auditor, Barang (survey pada 5 Rumah
Komitmen Organiasasi Sakit di Bandung). Skripsi.
Terhadap Kepuasan Kerja Fakultas Ekonomi Universitas
Auditor Internal. Seminar Widyatama. Bandung
Nasional Akuntansi 5.
Makasar. Pusdiklat BPKP (2009) Sistem
Muhamad Zuhri. 2013. Evaluasi Hasil pengendalian managemen,
Pemeriksaan Audit.Salemba Edisi lima
Empat, Jakarta.
Mulyadi. 2008. Auditing Buku 1. Putri Pratiwi, Eka. 2010. Analisis
Salemba Empat, Jakarta. Pengaruh Komponen Keahlian
Peraturan Pemerintah No 24 Tahun Internal Auditor dalam
2005 tentang Standar pendeteksian dan pencegahan
Akuntansi Pemerintahan. kecurangan (Fraud) di
Inspektorat Jendral
Kementrian Perdagangan
Republik Indonesia. SKRIPSI.
24
Universitas Syarif Terhadap Opini Audit Going
Hidayatullah Jakarta Concern. Simposium Nasional
Quuena Prima Precilia dan Rohman Akuntansi 9 Padang.
Abdul. 2012. Analisis Faktor Simanjuntak, Ridwan. 2008.
Faktor yang Mempengaruhi Pengertian Pencegahan
Kualtias Audit Aparat Kecurangan. Seri Departemen
Inspektorat Kota atau Akuntansi: FEUI.
Kabupaten di Jawa Tengah,
Dipenegoro Journal of Singgih Elisha Muliani dan Icuk
Accounting Volume 1 Nomor Rangga Bawono.
2 Halaman 1 – 12. Universitas 2009.Pengaruh Independensi,
Dipenegoro, Semarang Pengalaman, Due
Rae, Kristy, dan Subramaniam. 2008. Profesisional Care dan
Quality of internal control Akuntabilitas Terhadap
procedures: Antecendents and Kualitas Audit (Studi Pada
moderating effect on Auditor di KAP Big Foiur di
organizational justice and Indonesia). Simposium
employee fraud, Managerial Nasional Akuntansi XIII,
Auditing Journal. Purwokerto.
Soemarso. 2008. Dasar Dasar
Rahayu Siti Kurnia. 2010. Auditing Akuntansi I dan II. BPFE,
Konsep Dasar dan Pedoman Yogyakarta.
Pemeriksaan Akuntan Publik. Sukriah, Ika Akram dan Biana Adha
Graha Ilmu, Yogyakarta. Inapty. 2008. Pengaruh
Robbins Steven P, & Timothy. 2008. Pengalaman Kerja,
Perilaku Organisasi. Edisi Independensi, Objektifitasi,
Indonesia. Salemba Empat, Integritas dan Kompetensi
Jakarta Terhadap Kualitas Hasil
Sari dan Mardisar Almi, 2007. Faktor Pemeriksaan. Seminar
Faktor yang Mempengaruhi Nasional Akuntansi 11.
Kualitas Audit. Jurnal Universitas Sumatera Utara,
Akuntansi. Volume II Nomor Medan.
IV. Universitas Kristen Petra, Sukrisno Agoes. 2004. Auditing.
Surabaya. Lembaga Penerbit FE-UI,
Sekaran, Uma. 2005. Metodologi Salemba Empat. Jakarta
Penelitian Bisnis. Salemba Suradi. 2006. Korupsi Dalam Sektor
Empat, Jakarta. Pemerintah Swasta. Mengurai
Setiarno Budi Eko dan Januarti. 2006. Pengertian Korupsi.
Pengaruh Kualitas Audit, Pendeteksian. Pencegahannya.
Kondisi Keuangan dan Etika Bisnis. Yogyakarta :
Perusahaan, Opini Audit Penerbit Gava Media
Tahun Sebelumnya,
Pertumbuhan Perusahaan
25
Sutedja Ibrahim. 2004. Auditing.
Andhi, Surabaya.
Tampubolon, ruthmita. 2015.
Pengaruh Peranan Audit
Internal dalam Pencegahan dan
Pendeteksian Kecurangan di
PT Bank Sumut Kantor Cabang
Medan. SKRIPSI. Universitas
Sumatera Utara
Taufik, Taufeni. 2011. Pengaruh Peran
Inspektorat dalam pencegahan
kecurangan (studi pada
provinsi dan Kabupaten di
Riau). Artikel Dosen
Universitas Riau pada Pekbis
Jurnal, Vol.3, No.2, Juli 2011:
512-520

26

Anda mungkin juga menyukai