Anda di halaman 1dari 19

RESTRUKTURISASI BUMN MELALUI PRINSIP

KETERBUKAAN INFORMASI GUNA MENCEGAH KORUPSI


DAN MENCIPTAKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
RUSDIANTO
UNIVERSITAS MATARAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara hukum,1 Indonesia telah berkomitmen untuk meningkatkan


perekonomian nasional sesuai dengan tujuan negara dan konstitusi yakni
memajukan kesejahteraan umum2 dalam menunjang perekonomian hajat orang
banyak.3 Tujuan dari pembentukan hukum yaitu menjamin berbagai kepentingan,
diantarannya; kepentingan ekonomi, perlindungan kepentingan pribadi,
kehormatan atau martabat perorangan, politik, agama dan lain sebagainya. Dari
beberapa kepentingan-kepentingan tersebut ternyata kepentingan ekonomi adalah
salah satu prinsip yang paling kuat dalam mempengaruhi penciptaan hukum dan
tentunya dengan tetap dilakukan perbaikan atau restrukturisasi. 4 Restrukturisasi
sebagai upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan badan usaha milik negara
(BUMN) yang merupakan langkah untuk mengoptimalkan kondisi internal yakni
memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan.5
Mengacu pada OECD Guidelines on Corporate Governance of State-
Owned Enterprises. Pembentukan BUMN di suatu negara pada dasarnya dilandasi
oleh alasan-alasan sebagai berikut:6 (1) untuk memberikan barang atau layanan
1
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
2
Miftachul Huda, 2009, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, hlm. 73.
3
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
4
Hari Chand, 1994, Modern Jurisprudence, International Law Book Service, Kuala Lumpur, hlm.
177.
5
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(BUMN).
6
The Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD), 2015, OECD
Guidelines on Corporate Governance of State-Owned Enterprises, OECD Publishing, Paris, hlm.
29.

1
publik karena kepemilikan negara dianggap lebih efisien serta dapat diandalkan
ketimbang menjalin kontrak dengan pihak swasta; (2) untuk mengoperasikan
monopoli yang alamiah karena regulasi di pasar dianggap tidak layak atau tidak
efisien; (3) untuk mendukung tujuan ekonomi yang lebih luas dan tujuan strategis
untuk kepentingan nasional, seperti mempertahankan sektor-sektor tertentu di
bawah kepemilikan nasional atau menopang perusahaan-perusahaan yang gagal,
tetapi memiliki kepentingan sistemik. Dalam beberapa kesempatan, Hambra
Samal,7 ketika masih menjadi Deputi Infrastruktur Bisnis Kementrian BUMN,
menyatakan pentingnya menjadikan hukum BUMN sebagai cabang hukum
sendiri. Maksudnya, cabang hukum yang memang dipelajari tersendiri, seperti
halnya hukum-hukum yang klasik, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum
tata negara, dan hukum tata usaha negara.
Namun pelaksanaan dari berbagai hukum yang ada, sering terjadi isu
terutama kedudukan BUMN dan PT sebagai badan hukum privat mengelola
keuangan negara baik seluruh sahamnya atau sebagian dalam hal melakukan
perbuatan melawan hukum seperti privat (wanprestasi) seperti korupsi dan mala
administrasi8 tentunya perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan dan tindakan menyalahgunakan kewenangan sehingga dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dalam praktiknya sebagai
tindak pidana korupsi.9 Hal ini dikarenakan terdapat celah di dalam peraturan
BUMN yang menjelaskan BUMN sebagai badan usaha yang seluruhnya atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 10 Sehingga penjelasan pasal
tersebut masih dikatakan multitafsir terhadap makna keuangan negara dan
kerugian negara dalam kaitannya dengan BUMN perusahaan perseroan yang
selanjutnya disebut Persero, apakah kategori BUMN Persero sebagai subjek
hukum publik ataukah subjek hukum privat dan apakah terhadap kekayaan
BUMN Persero, pengelolaannya tunduk pada hukum publik, dalam hal ini hukum
7
Sejak Erick Tohir menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Hambra Samal
ditempatkan sebagai Wakil Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia 1 (Pelindo 1) (Persero).
8
Indonesia Corruption Watch, Korupsi dan Malaadministrasi,
https://antikorupsi.org/id/article/korupsi-dan-malaadministrasi, diakses pada 24 Agustus 2022.
9
Arifin P. Soeria Atmadja dalam bukunya Abdul Latif, 2014, Hukum Administrasi dalam Praktik
Tindak Pidana Korupsi, Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 248.
10
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

2
keuangan negara serta hukum perbendaharaan negara atau pilihannya tunduk pada
hukum privat, dalam kaitannya dengan hukum perseroan.
Korupsi dikatakan sebagai kegiatan yang buruk11 dengan tujuan
memperkaya diri sendiri dan berdampak pada kerugian negara. 12 Sehingga
kegiatan tersebut bagian kanker dalam darah. 13 Di Indonesia, tindak pidana yang
dilakukan oleh BUMN semakin marak terjadi. Berdasarkan laporan data statistik
dari anti corruption clearing house (ACCH), mulai tahun 2004 hingga dengan
tahun 2018, tindak pidana korupsi yang dilakukan dalam lingkup BUMN
mencapai angka 56 kasus.14 Sedangkan angka korupsi yang dilakukan oleh
BUMN pada tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yakni mencapai angka 19 kasus hanya dalam jangka waktu satu
tahun.15 Sehingga menurut hasil pantauan Indonesia Corruption Watch
(ICW) jumlah kasus korupsi BUMN yang masuk tahap penyidikan mencapai 119
kasus dengan 340 tersangka selama periode 2016-2021.16
Dari permasalahan korupsi di lingkup BUMN, maka penulis memberikan
solusi yang dapat mengurangi kasus tersebut yakni restrukturisasi BUMN melalui
keterbukaan informasi dalam artian dengan memberikan laporan informasi
material yang releven mengenai perusahaan serta pengambilan keputusan yang
baik dan transparan sesuai dengan prinsip good corporate governance serta
dengan cara memperbaiki pengurus perusahaan yang sudah lama atau biasa
dikatakan plat merah untuk dilakukan pembenahan guna untuk mencegah budaya
praktik korupsi di lingkungan BUMN.
B. Rumusan Masalah
11
WJS Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
524.
12
M. Umer Chapra, 1995, Islam and Economic Challenge, IIIT dan The Islamic Foundation, USA,
hlm. 220.
13
K.A Abbas, 1975, The Cancer of Corruption, dalam Suresh Kohli (ed.), Corruption in India,
Chetana Publications, New Delhi hlm. 26; Khushwant Singh, 1975, “Are We a Corrupt People?”,
dalam Suresh Kohli (ed.), Corruption in India, Chetana Publications, New Delhi, hlm. 10.
14
Anti Corruption Clearing House, TPK Berdasarkan Instansi,
https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi/tpk-berdasarkan-instansi, diakses pada 24
Agustus 2022.
15
Lucky Maulana Firmansyah dan Leoni Alvionita, Baru 4 Terungkap, Daftar Kasus Korupsi
BUMN Masih Panjang, https://lokadata.id/artikel/baru-4-terungkap-daftar-kasus korupsi-bumn-
masih-panjang, diakses pada 24 Agustus 2022.
16
Katadata.co.id, Ada 119 Kasus Korupsi di BUMN Periode 2016-2021,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/ada-119-kasus-korupsi-di-bumn-periode-
2016-2021, diakses pada 24 Agustus 2022.

3
Adapun beberapa rumusan masalah yang dijabarkan atau dijelaskan di
dalam legal review atapun karya tulis ini sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip umum restrukturisasi pengurus melalui manajemen
perusahaan BUMN?
2. Bagaimana restrukturisasi BUMN melalui prinsip keterbukaan informasi
terhadap perusahaan guna mencegah korupsi dan menciptakan good
corporate governance di era society 5.0?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Prinsip Umum Restrukturisasi Pengurus Melalui Manajemen

Perusahaan BUMN

Pemulihan melalui restrukturisasi pengurus ini bagian dari manajemen


organisasi perusahaan BUMN.17 Apabila dilihat dari UU BUMN bahwa
restrukturisasi bagian dari upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan
BUMN dan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal
perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan. 18
Restrukturisasi merupakan tindakan atau kegiatan untuk mengubah atau perbaikan
terhadap struktur perusahaan dengan tujuan memperbaiki dan
memaksimalkannya.19 Restrukturisasi BUMN sudah beberapa tahun yang lalu
sudah dipraktikkan di berbagai perusahaan di Indonesia.20
Berdasarkan penelusuran pada tahun 1989 bahwa Menteri Keuangan telah
menerbitkan Keputusan Nomor 740/KMK.00/1989, yang substansinya memuat
terkait peningkatan efisiensi dan produktivitas BUMN dapat dilakukan melalui
restrukturisasi. Restrukturisasi tersebut dapat berupa pembenahan atau perbaikan
BUMN menyangkut struktur, organisasi, aspek hukum, komposisi kepemilikan
asset, dan internal manajemen, yang pada dasarnya tujuannya tidak lain yakni
membentuk BUMN menjadi lebih efisien, efektif, produktif, dan dikelola secara
profesional sehingga mampu mendapatkan keuntungan.
Kaitan dengan poin pokok pembenahan organisasi yang merupakan bagian
dari restrukturisasi terutama dalam ranah pengurus BUMN. Pengorganisasian
menurut Terry yaitu memetakkan, mengelompokkan atau mengumpulkan, dan
pengaturan berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang dituju, penugasan
orang-orang dalam kegiatan kepengurusan pengorganisasian, dengan menetapkan

17
Francis J. Goullart James N. Kelly, 1995, Transforming the Organization, Me Graw Hill, Inc,
New York, hlm. 74.
18
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
19
Zaeni Asyhadie dan Budi Sutrisno, 2012, Hukum Perusahaan dan Kepailitan, Penerbit
Erlangga, Jakarta, hlm. 173.
20
Refly Harun, 2020, Hukum Badan Usaha Milik Negara, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta, hlm.
207.

5
faktor-faktor lingkungan fisik yang adaptif, dan menunjukkan hubungan
kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap orang yang ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan tersebut.21 Proses pengorganisasian diantarannya meliputi
ketentuan dan kegiatan-kegiatan yang spesifik untuk menyelesaikan semua tujuan
organisasi, pengelompokkan kegiatan tersebut berkaitan dengan struktur yang
logis dan tugas dari kelompok kegiatan bagi suatu jabatan atau orang yang
bertanggung jawab.22 Dalam pembenahan pengurus BUMN Erick Thohir
melakukan perombakan terhadap jajaran direksi dan komisaris yang lama. 23
Tujuannya untuk mengembalikan kepercayaan publik terhadap perusahaan
tersebut dan tentunya memulihkan nama baik perusahaan sehingga diharapkan
perusahaan dapat terus bersaing secara berkelanjutan.
Beberapa faktor yang menentukan restrukturisasi organisasai menurut
Kreitner dan Kinicki; 1) kepemimpinan (leadership) Bass dalam Pasolong24
mendefinisikan kepemimpinan transfornasional sebagai kemampuan yang dimiliki
seorang pemimpin untuk mempengaruhi rekan dari bawahannya sehingga mereka
akan percaya, meneladani dan menghormatinya. 2) budaya organisasi (culture
organization) bahwa budaya organisasi menurut Robbins25 yaitu bagian dari nilai-
nilai dominan yang didukung oleh organisasi, falsafah sebagai penuntun dalam
kebijaksanaan organisasi terhadap pegawai dan pelanggan, cara pekerjaan
dilakukan di tempat kerja, dan asumsi serta kepercayaan dasar yang terdapat
diantara organisasi. Komunikasi (communication) Wibowo26 mendefinisikan
komunikasi untuk perubahan adalah proses dua arah dan banyak berkaitan dengan
menyimak dan menghimpun informasi. Chowdhury27 menjelaskan bahwa di suatu
lingkungan yang beragam, komunikasi lintas struktur yang kompleks yang
dilaksanakan secara efektif adalah tidaklah mudah. Sehingga konteks
21
George R. Terry, 1993, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 165
22
Malayu S.P. Hasibuan, 2007, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Bumi Aksara,
Jakarta, hlm. 126.
23
Bisnis.com, Ini Jajaran Direksi BUMN Hasil Rombakan Erick Thohir Pekan Ini,
https://m.bisnis.com/amp/read/20200620/192/1255365/ini-jajaran-direksi-bumn-hasil-rombakan-
erick-thohir-pekan-ini, diakses pada 24 Agustus 2022.
24
Kreitner & Kinichi, 2003. Organization Theory and The New Public Administration, Allyn and
Bacon Inc, Boston, hlm. 129.
25
Stephan P. Robbins, 1994, Teori Organisasi; Struktur, Desain & Aplikasi. Alih Bahasa Jusuf
Udaya, Jakarta, hlm. 479.
26
Wibowo, 2011, Manajemen Perubahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 291.
27
Chowdhury, 2004, Information Users and Usability in the Digital Age, Neal-Schuman
Publishers, New York, hlm. 291.

6
restrukturisasi organisasi dapat memberikan kontribusi pada peningkatan fungsi
organisasi yang akan menjamin terlaksananya tugas dan fungsi masing-masing
bagian secara baik dan tepat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas pada
pelanggan ataupun masyarakat.
Dalam melaksanakan restrukturisasi ada beberapa pilihan metode, seperti
pembentukan holding company,28 penggabungan, peleburan dan pengambilalihan
(merger dan akuisisi), Initial Public Offering (IPO), penjualan kepada mitra
strategis (strategis sale), penjualan kepada manajemen pengelola, kontrak
manajemen, serta aliansi strategis lainnya dan sebagainnya. 29 Restrukturisasi
BUMN dilakukan dengan tujuan untuk menyehatkan BUMN agar dapat
beroperasi secara efisien, transparan, dan profesional. 30 Restrukturisasi dalam
BUMN dilakukan dengan tujuan:31 1. Meningkatkan kinerja dan nilai serta
termasuk pengurus perusahaan sebagai organisasinya; 2. Memberikan manfaat
berupa keuntungan dan pajak kepada negara; 3. Memberikan hasil produk dan
layanan dengan harga yang kompetitif kepada konsumen serta memudahkan
pelaksanaan privatisasi.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-
01/MBU/2009 tentang Pedoman Restrukturisasi dan Revitalisasi Badan Usaha
Milik Negara oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Pengelola Aset
Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2012 bahwa salah satu
tujuan restrukturisasi yakni untuk meningkatkan kinerja BUMN secara
berkelanjutan. Restrukturisasi dilaksanakan dengan tetap memperhatikan asas
biaya dan manfaat yang diperoleh.32 Selain itu, perlu juga memperhatikan prinsip-
prinsip tata kelola perusahaan yang baik, yaitu transparansi, akuntabilitas,
pertanggungjawaban, kemandirian, kewajaran, dan berkelanjutan.33

28
Agus Prasetiyo, Restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara Perbankan Melalui Pembentukan
Holding Company di Indonesia, Lex Renaissance, Vol. 4, No. 2, 4 Juli 2019, hlm. 286.
29
T. Pranoto & W.A. Makaliwe, 2013, Restrukturisasi BUMN Menjadi Holding Company,
Lembaga Manajemen FEUI, Jakarta hlm. 1.
30
Pasal 72 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
31
Pasal 72 ayat (2) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
32
Pasal 72 ayat (3) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
33
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Nomor PER-05/MBU/2012 Perubahan Atas Peraturan
Menteri Negara Nomor PER-01/MBU/2009 tentang Pedoman Restrukturisasi dan Revitalisasi
Badan Usaha Milik Negara Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Pengelola Aset.

7
Beberapa ruang lingkup restrukturisasi, yaitu:34 1. Restrukturisasi sektoral,
yang pelaksanaanya disesuaikan dengan kebijakan sektor atau ketentuan peraturan
perundang-undangan. Restrukturisasi sektoral bertujuan untuk menciptakan iklim
usaha yang sehat, sehingga terjadi kompetisi yang sehat, efisiensi, dan pelayanan
yang maksimal. Restrukturisasi industri tersebut berkaitan dengan pengaturan
usaha (regulasi), pembenahan dan penataan regulasi dilaksanakan bersama-sama
dengan kementrian terkait. Restrukturisasi sektoral dapat dilaksanakan melalui
cara-cara berikut: memisahkan segmen-segmen dalam sektor untuk mengurangi
integrasi vertikal sektor, peningkatan kompetisi, introduksi persaingan dari
industri sibstitusi, pemasok lain dalam sektor yang sama, dan peningkatan
persaingan pasar, serta demonopolisasi melalui regulasi; 2. Restrukturisasi
perusahaan atau korporasi yang meliputi; Peningkatan intensitas persaingan usaha,
penataan hubungan fungsional antara pemerintah selaku regulator dengan BUMN,
terutama dalam penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta
penetapan arah dalam rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan publik; c.
Restrukturisasi internal yang mencakup keuangan, organisasi dan manajemen,
operasional, sistem, dan prosedur.
Dalam beberapa perusahaan yang memiliki kewajiban pelayanan publik,
masih dalam proses restrukturisasi. Dengan tidak mengabaikan kepentingan
publik, perusahaan akan menerapkan prinsip-prinsip usaha untuk lebih
meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahan, yang mana peran pengurus di
dalam perusahaan memberikan dampak positif agar prinsip usaha dapat berjalan
dengan optimal sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik. Upaya ini
dilakukan untuk memperjelas berapa tingkat subsidi pemerintah terhadap biaya
pelayanan masyarakat tersebut. Restrukturisasi dilakukan berdasarkan pengajuan
usul dari BUMN kepada Menteri BUMN yang dilengkapi dengan data
sebagaimana format yang ditetapkan oleh pengelola aset 35 serta persetujuan rapat

34
Pasal 73 UU BUMN Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
35
Menurut Pasal 1 angka 3 Permen BUMN No. PER-01/MBU/2009, pengelola aset adalah
perusahaan perseroan (persero) PT perusahaan pengelola aset yang mempunyai maksud dan tujuan
serta kegiatan usaha berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Pengelolaan Aset sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di Bidang Pengelolaan
Aset.

8
umum pemegang saham (RUPS) atau pemilik modal BUMN mengenai rencana
restrukturisasi dan surat pernyataan kesanggupan yang ditujukan kepada
pengelola asset, yang telah ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris atau
dewan pengawas BUMN tersebut.36
Restrukturisasi yang dapat dilakukan dalam pengurus perusahaan yaitu
dengan berbagai cara seperti perubahan strategi perseroan, perubahan visi,
reorganisasi, perubahan budaya perusahaan, pemasangan atau perubahan
teknologi, penggantian anggota direksi dan komisaris, merger dan konsolidasi,
akuisisi, serta leverage buy out, spin-off, dan tindakan lain yang tidak sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan. Faktor penyebab terjadinya
restrukturisasi BUMN secara makro antara lain: masalah hukum atau
desentralisasi; masalah hukum atau monopoli: tuntutan pasar; masalah geografis;
perubahan kondisi geografis; hubungan holding anak perusahaan; masalah serikat
pekerja; perubahan image Korporasi; fleksibilitas manajemen; pergeseran
kepemilikan; akses modal yang lebih baik. 37 Restrukturisasi BUMN yang telah
terbukti terjerat dalam masalah hukum sangat penting dilakukan. Hal tersebut
karena perusahaan perlu mengevaluasi kinerjaannya serta melakukan serangkaian
perubahan dan perbaikan agar dapat tetap tumbuh dan bertahan. Selain itu dengan
mengganti kepengurusan lama yang sebelumnya bobrok dengan diganti oleh
pengurus baru di BUMN akan mengembalikan kepercayaan publik terhadap
perusahaan tersebut.
B. Restrukturisasi BUMN Melalui Prinsip Keterbukaan Informasi

Terhadap Perusahaan Guna Mencegah Korupsi dan Menciptakan Good

Corporate Governance di Era Society 5.0

Pada zaman era society 5.0 saat ini teknologi dapat berdampingan dengan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidup secara berkelanjutan.38 Karena

36
Pasal 3 Permen BUMN No. PER-01/MBU/2009 tentang Pedoman Restrukturisasi dan
Revitalisasi Badan Usaha Milik Negara Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Pengelola Aset.
37
Gatot Supramono, 2016, BUMN Ditinjau dari Segi Hukum Perdata, Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, hlm. 166-170.
38
Usmaedi, Education Curriculum for Society in the Next Decade, Jurnal Pendidikan Dasar Setia
Budhi, Vol. 4, No. 2, 2 Januari 2021, hlm. 64.

9
teknologi dan informasi telah membawa dampak baru bagi kehidupan
masyarakat.39 Meningkatnya ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas membuat
masyarakat secara umum (publik) semakin sadar bahwa mereka memiliki hak
untuk mendapatkan informasi yang besar dan akurat. Hal ini sesuai dengan
adanya jaminan untuk mendapatkan informasi yang benar dan berkeadilan yang
sudah diatur di dalam undang-undang dasar. Setiap warga negara juga berhak
mengetahui alasan kebijakan publik oleh suatu Badan Publik terutama yang dalam
hal ini keterbukaan informasi dalam pengelolaan BUMN.
Menurut Hetifah Sj. Sumarto dalam bukunya 40 menyebutkan hak terhadap
informasi adalah bagian yang esensial dalam mekanisme partisipatori. Hal ini
membuat setiap orang harus mendapatkan haknya untuk mendapat akses
informasi dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu pelaksanaan keterbukaan
informasi harus mengandung tiga unsur utama yaitu transparansi, efisiensi, dan
partisipasi. Adanya keterbukaan informasi yang baik kepada publik merupakan
sarana dalam mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan
negara. Badan Publik maupun lembaga yang berkaitan dengan kepentingan publik
perlu menjamin tersedianya keterbukaan informasi. Semakin terbuka
penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, maka penyelenggaraan negara
dapat dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya pengakuan terkait pentingnya
keterbukaan informasi untuk publik ini telah diatur dalam konstitusi yang pada
pokoknya mengatur mengenai hak seseorang untuk berkomunikasi, memperoleh
informasi, memiliki, mengolah, serta menyampaikan informasi dan sebagainnya
yang sudah dijamin dalam hak asasi manusia (HAM).41
Pemenuhan hak publik untuk mendapatkan informasi telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Ada beberapa poin penting dalam peraturan ini yang merujuk pada keterbukaan
informasi; (1) Setiap orang berhak memperoleh informasi publik sesuai dengan
39
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Dampak Penggunaan Teknologi Informasi
Komunikasi Terhadap Pola Komunikasi Masyarakat Desa, Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi
dan Pembangunan), Vol. 21, No.2, Desember 2020, hlm. 132.
40
Hetifah Sj. Sumarto, 2009, Inovasi Partisipasi dan Good Governance, Yasayan Obor Ind.,
Indonesia, hlm. 312.
41
Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa Setiap orang berhak
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

10
ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Setiap orang memiliki hak untuk
melihat dan mengetahui informasi publik, menghadiri pertemuan publik yang
terbuka untuk umum untuk memperoleh informasi publik, dan menyebarluaskan
informasi publik sesuai dengan peraturan perundang undangan. Permasalahan
muncul banyak sekali kasus muncul akibat tidak ada kepastian informasi badan
usaha publik seperti dalam pengelolaan BUMN. Hal ini dilandasi BUMN yang
masih jauh dari penerapan prinsip-prinsip keterbukaan informasi terutama dalam
aspek menyampaikan dan menyediakan informasi kepada masyarakat dan bahkan
Komisi Informasi mengatakan bahwa sekitar 85% BUMN tidak informatif. 42
Masih hangat juga berita akibat dari tidak kepastian informasi yakni kasus dugaan
korupsi di BUMN asuransi seperti PT Jiwasraya dan PT Asabri.43
Berdasarkan data dari Transparancy International Indonesia bahwa indeks
persepsi korupsi di Indonesia pada tahun 2020 berada pada skor 37 dari 100
dengan ranking 102 dari 180 negara.44 Selain itu, ICW telah mencatat banyaknya
kerugian negara dari hasil tindak pidana korupsi sepanjang tahun 2020 adalah
sebesar Rp. 56,7 triliun, akan tetapi, yang dapat diganti hanya sebesar Rp. 8,9
triliun, dalam artian uang pengganti dari kerugian tersebut hanya sekitar 12-13%
dari kerugian berhasil kembali ke negara.45 Keterbukaan informasi merupakan
salah satu langkah untuk mencegah korupsi di Indonesia dengan memberikan
pelayanan publik yang baik pada masyarakat sesuai dengan tata kelola perusahaan
yang baik dan transparan atau good corporate governance (GCG).
Pengelolaan dalam pelayanan publik BUMN didasarkan pada prinsip-
prinsip Good Corporate Governance (GCG). Penerapan GCG pada BUMN telah
disinggung dalam konsiderannya poin d UU BUMN bahwa untuk
mengoptimalkan peran BUMN, pengurusan dan pengawasannya harus dilakukan

42
Media Tata Ruang, Keterbukaan Informasi Pengelolaan BUMN dan BUMD,
https://mediatataruang.com/2020/02/08/keterbukaan-informasi-pengelolaan-bumn-dan-bumd/3/,
diakses pada 25 Agustus 2022.
43
Antara News, Cegah Korupsi, KI Pusat Ingatkan Transparansi BUMN,
https://www.antaranews.com/berita/1254149/cegah-korupsi-ki-pusat-ingatkan-transparansi-bumn,
diakses pada 25 Agustus 2022.
44
Natalia, Indeks persepsi korupsi Indonesia pada 2020 Melorot 3 Poin,
https://www.antaranews.com/berita/1972407/indeks-persepsi-korupsi-indonesia-pada-2020-
melorot-3-poin#:~:text=Jakarta, diakses pada 25 Agustus 2022
45
Tatang Guritno, ICW: Sepanjang 2020, Kerugian Negara Akibat Korupsi Mencapai Rp 56,7
Triliun, https://nasional.kompas.com/read/2021/03/22/19301891/data-icw-2020-kerugian-negara-
rp-567-triliun-uang-pengganti-dari-koruptor-rp, diakses pada 25 Agustus 2022.

11
secara professional untuk mencegah adanya praktik korupsi, Dalam penjelasan
umum UU BUMN dijelaskan juga bahwa untuk dapat mengoptimalkan perannya
dan mampu mempertahankan keberadaannnya dalam perkembangan ekonomi
dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya
korporasi dan tindakan yang profesionalisme diantarannya melalui pembenahan
pengurusan dan pengawasannya. Dalam fungsi Pengurusan dan pengawasan
BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang
baik (good corporate governance).
Secara teknis, penerapan GCG pada BUMN telah diatur dalam Peraturan
Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara (Permen BUMN No. PER-01/MBU/2011), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-09/MBU/2012 (Permen
BUMN No. PER-09/MBU/2012). Tata kelola perusahaan yang baik atau GCG
didefinisikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme
pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika
berusaha.46 Terdapat 5 prinsip GCG yang melandasi pengelolaan BUMN, yaitu:47
1. Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dana keterbukaan dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ pengelola BUMN, sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), merupakan bagian kesesuaian dalam
tindakan pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat dan baik.
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari
pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat

46
Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri BUMN No. PER.01/MBU/2011
47
Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN No. PER.01/MBU/2011

12
5. Kewajaran (fairness), bagian dari keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul
atas perjanjian dan peraturan perundang-undangan.
Dari 5 prinsip GCG tersebut tujuannya tidak lain dan tidak bukan yaitu
untuk mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, efisien, dan efektif,
serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ pengelola
BUMN dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai
moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta
kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN baik terhadap pemangku
kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN. Selain itu, prinsip
GCG juga dimaksudkan untuk meningkatkan kontribusi BUMN dalam
perekonomian nasional dan meningkatkan iklim yang kondusif bagi
perkembangan investasi nasional. Sehingga manajemen perusahaan tetap terjaga
dan terhindar dari tindakan yang merugikan negara seperti korupsi dan
malaadministrasi.
Penulis menawarkan beberapa solusi berupa konsep yang dapat dipakai
dalam konteks pencegahan korupsi di sektor BUMN, antara lain; Pertama, direksi
memperhatikan dan mengawasi kebiasaan aktivitas rutin birokrasi pegawai
BUMN dalam memberikan layanan publik kepada masyarakat. Hal ini penting
sebab sudah menjadi tugas direksi sesuai dengan UU BUMN. Kedua, memberikan
tugas pada satuan pengawas internal BUMN untuk melakukan pemeriksaan serta
analisis perilaku pelaksana/pegawai BUMN. Menurut Pasal 68 UU BUMN,
dinyatakan bahwa direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil
pelaksanaan satuan pengawas internal atas permintaan tertulis komisaris atau
dewan pengawas. Ketiga, dalam mencegah mengurangi kemungkinan pegawai
BUMN melakukan kejahatan korupsi. Selain dilakukan pengawasan secara
internal, pengawasan dapat dilakukan melalui pihak eksternal sesuai perintah
Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik. Keempat, memperbaiki sistem pelayanan publik.
Perbaikan atas pelayanan publik ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi
publik agar ikut mengawasi pegawai BUMN sesuai dengan prinsip tata
pengelolaan perusahaan yang baik atau GCG serta manajemen pengurus dalam

13
pengelolaan perusahaan terutama dalam pelayanan publik termasuk keterbukaan
informasi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1. Praktik korupsi yang telah terjadi di lingkup BUMN sebagai salah satu
aktor penyelenggara pelayanan publik yang semakin masif terjadi praktik
di Indonesia, dikarenakan implementasi dari prinsip tata kelola perusahaan
yang baik yang kurang optimal serta sistem pengurus dalam birokrasi yang
tidak sehat.
2. Formulasi kebijakan pencegahan korupsi yang tepat, terutama untuk sektor
BUMN dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik yang baik yaitu
melalui keterbukaan informasi yang merupakan bagian dari hak setiap
orang untuk mendapatkan, memilikinya sesuai yang telah diatur di dalam
konstitusi dan undang-undang, prinsip keterbukaan informasi ini sejalan
dengan prinsip good corporate governance yang menjamin aspek
transparansi dan manajemen pengelolaan dalam perusahaan untuk
mengurangi dan mencegah korupsi.
B. Saran

1. Direksi memperhatikan kebiasaan rutin pegawai BUMN melalui


pengecekan, apabila terdapat pegawai BUMN yang melakukan tindak
pidana korupsi maka segera untuk dilakukan evaluasi terhadap
pegawai-pegawai BUMN tersebut.
2. Memfungsikan satuan pengawas ataupun pengurus internal BUMN
dalam manajemen dan pengelolaan perusahaan.
3. Memberikan kesempatan kepada masyarakat sebagai pengawas
eksternal.

15
DAFTAR PUSTAKA
i. Buku
Abbas, K.A, 1975, The Cancer of Corruption, dalam Suresh Kohli (ed.),
Corruption in India, Chetana Publications, New Delhi hlm. 26;
Khushwant Singh, 1975, “Are We a Corrupt People?”, dalam
Suresh Kohli (ed.), Corruption in India, Chetana Publications,
New Delhi.
Asyhadie, Zaeni dan Budi Sutrisno, 2012, Hukum Perusahaan dan
Kepailitan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Chand, Hari, 1994, Modern Jurisprudence, International Law Book
Service, Kuala Lumpur.
Chowdhury, 2004, Information Users and Usability in the Digital Age,
Neal-Schuman Publishers, New York.
Harun, Refly 2020, Hukum Badan Usaha Milik Negara, Penerbit Balai
Pustaka, Jakarta.
Huda, Miftachul, 2009, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial: Sebuah
Pengantar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
J., Francis Goullart James N. Kelly, 1995, Transforming the Organization,
Me Graw Hill, Inc, New York.
Kinichi, Kreitner 2003. Organization Theory and The New Public
Administration, Allyn and Bacon Inc, Boston.
P., Arifin Soeria Atmadja dalam bukunya Abdul Latif, 2014, Hukum
Administrasi dalam Praktik Tindak Pidana Korupsi, Prenada
Media Group, Jakarta.
P., Stephan Robbins, 1994, Teori Organisasi; Struktur, Desain & Aplikasi.
Alih Bahasa Jusuf Udaya, Jakarta.
Poerwadarminta, WJS, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai
Pustaka, Jakarta.
Pranoto, T., et.al., 2013, Restrukturisasi BUMN Menjadi Holding
Company, Lembaga Manajemen FEUI.

16
R., George Terry, 1993, Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Aksara,
Jakarta.
S.P., Malayu Hasibuan, 2007, Manajemen Dasar, Pengertian, dan
Masalah, Bumi Aksara, Jakarta.
Sj., Hetifah Sumarto, 2009, Inovasi Partisipasi dan Good Governance,
Yasayan Obor Ind., Indonesia.
Supramono, Gatot 2016, BUMN Ditinjau dari Segi Hukum Perdata,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
The Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD),
2015, OECD Guidelines on Corporate Governance of State-
Owned Enterprises, OECD Publishing, Paris.
Umer, M. Chapra, 1995, Islam and Economic Challenge, IIIT dan The
Islamic Foundation, USA.
Wibowo, 2011, Manajemen Perubahan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
ii. Artikel Jurnal
Kementrian Komunikasi dan Informatika RI, Dampak Penggunaan
Teknologi Informasi Komunikasi Terhadap Pola Komunikasi
Masyarakat Desa, Jurnal PIKOM (Penelitian Komunikasi dan
Pembangunan), Vol. 21, No.2, Desember 2020.
Prasetiyo, Agus Restrukturisasi Badan Usaha Milik Negara Perbankan
Melalui Pembentukan Holding Company di Indonesia, Lex
Renaissance, Vol. 4, No. 2, 4 Juli 2019.
Usmaedi, Education Curriculum for Society in the Next Decade, Jurnal
Pendidikan Dasar Setia Budhi, Vol. 4, No. 2, 2 Januari 2021.
iii. Internet
Antara News, Cegah Korupsi, KI Pusat Ingatkan Transparansi BUMN,
https://www.antaranews.com/berita/1254149/cegah-korupsi-ki-
pusat-ingatkan-transparansi-bumn, diakses pada 25 Agustus 2022.
Anti Corruption Clearing House, TPK Berdasarkan Instansi,
https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana-korupsi/tpk-
berdasarkan-instansi, diakses pada 24 Agustus 2022.

17
Bisnis.com, Ini Jajaran Direksi BUMN Hasil Rombakan Erick Thohir
Pekan Ini,
https://m.bisnis.com/amp/read/20200620/192/1255365/ini-jajaran-
direksi-bumn-hasil-rombakan-erick-thohir-pekan-ini, diakses pada
24 Agustus 2022.
Guritno, Tatang ICW: Sepanjang 2020, Kerugian Negara Akibat Korupsi
Mencapai Rp 56,7 Triliun,
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/22/19301891/data-icw-
2020-kerugian-negara-rp-567-triliun-uang-pengganti-dari-
koruptor-rp, diakses pada 25 Agustus 2022.
Indonesia Corruption Watch, Korupsi dan Malaadministrasi,
https://antikorupsi.org/id/article/korupsi-dan-malaadministrasi,
diakses pada 24 Agustus 2022.
Katadata.co.id, Ada 119 Kasus Korupsi di BUMN Periode 2016-2021,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/28/ada-119-
kasus-korupsi-di-bumn-periode-2016-2021, diakses pada 24
Agustus 2022.
Maulana, Lucky Firmansyah, et.al., Baru 4 Terungkap, Daftar Kasus
Korupsi BUMN Masih Panjang, https://lokadata.id/artikel/baru-4-
terungkap-daftar-kasus korupsi-bumn-masih-panjang, diakses pada
24 Agustus 2022.
Media Tata Ruang, Keterbukaan Informasi Pengelolaan BUMN dan
BUMD, https://mediatataruang.com/2020/02/08/keterbukaan-
informasi-pengelolaan-bumn-dan-bumd/3/, diakses pada 25
Agustus 2022.
Natalia, Indeks persepsi korupsi Indonesia pada 2020 Melorot 3 Poin,
https://www.antaranews.com/berita/1972407/indeks-persepsi-
korupsi-indonesia-pada-2020-melorot-3-poin#:~:text=Jakarta,
diakses pada 25 Agustus 2022.
iv. Peraturan Perundang-undangan

18
Peraturan Menteri BUMN No. PER.01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada
Badan Usaha Milik Negara.
Peraturan Menteri Negara Nomor PER-05/MBU/2012 Perubahan Atas
Peraturan Menteri Negara Nomor PER-01/MBU/2009 tentang
Pedoman Restrukturisasi dan Revitalisasi Badan Usaha Milik
Negara Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Pengelola Aset.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik.

19

Anda mungkin juga menyukai