Anda di halaman 1dari 6

Soal : Erick Thohir Bakal Privatisasi BUMN yang Untung di Bawah Rp50 Miliar

1. Dari berita tersebut di atas, identifikasi dan tetapkan, apakah kebijakan pemerintah dalam
melakukan privatisasi pada BUMN sebagai suatu hal yang tepat ataukah merupakan sebuah
persoalan? Jika anda setuju dan memandang privatisasi sebagai sebuah hal yang tepat,
sebutkan alasan anda berpendapat demikian! Jika tidak setuju, sebutkan alasan anda dan
bagaimana jalan keluar (solusi nyata) untuk mengoptimalkan kinerja BUMN?

Jawab :

Sebelum menjawab pertanyaan ini lebih jauh, Saya ingin mengemukakan definisi privatisasi dari
segi hukum. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan Perseroan. PP
nomor 59 Tahun 2009 menyatakan bahwa, privatisasi merupakan penjualan saham dengan
melakukan penawaran saham perdana (Initial Public Offering / IPO) dan penerbitan obligasi
konversi serta efek lain yang bersifat ekuitas seperti right issue.

Dari uraian berita di atas sebagaimana diungkapkan bahwa jika pendapatan sebuah BUMN
hanya mampu mencapai kurang dari Rp50 miliar akan diprivatisasi. Artinya BUMN tersebut
berpeluang dilepaskan ke pihak swasta yang dinilai lebih mampu mengelola perusahaan
pemerintah agar lebih baik dari segi pendapatan dan evisiensi anggaran.

Alasan pemerintah untuk melakukan privatisasi terhadap sebuah BUMN dari segi hukum dan
anggaran sudah tepat. Artinya, melakukan privatisasi itu ada payung hukumnya jadi dari segi
hukum diperbolehkan. Namun, perlu dengan pertimbangan-pertimbangan yang sudah sangat
matang. Memiliki tingkat resiko kegagalan privatisasi yang sangat rendah.

Berdasarkan uraian berita di atas, ada beberapa alasan yang mendukung pemerintah
melakukan privatisasi BUMN :

a. Pendapatan ekonomi yang kurang sehingga tidak mampu membiayai perusahaan secara
mandiri dan memerlukan bantuan anggaran pemerintah untuk eksistensi pertumbuhannya.
b. Tujuan dari perusahaan tersebut tidak tercapai sehingga kurang menguntungkan
pemerintah dalam hal pemasukan ke kas negara untuk pertumbuhan perekonomian
nasional.
c. Efiesensi sistem kinerja perusahaan yang kurang ideal bagi sebuah perusahaan.
Indikasinya adalah mempunyai banyak proyek-proyek yang kurang menguntungkan bagi
perusahaan itu sendiri, sistem perusahaan yang masih bersifat konvensional. Sehingga
proyek yang ada hanya menghabiskan anggaran perusahaan. Termasuk juga pembiayaan
anak perusahaan yang membebani induk perusahaan itu sendiri.
d. Sistem kinerja perusahaan yang masih kurang dan berada di bawah standar sebagai
sebuah BUMN serta adanya proyek-proyek besar yang dikelola tidak efisien dan tidak
tranparan justru akan membuka peluang terjadinya praktik korupsi yang dapat merugikan
negara.
e. BUMN yang dinilai kurang mempromosikan tata kelola perusahaan yang baik dan kurang
mampu bersaing secara komersial sehingga kurang kompetitif dalam persaingan secara
global.

Pada dasarnya privatisasi dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, kemandirian


akuntabilitas, pertanggungjawaban, kewajaran, dan prinsip harga terbaik dengan memperhatikan
kondisi pasar. Dalam hal ini kondisi pasar yang dimaksud adalah kondisi pasar Domestik dan
Internasional. Indonesia pernah melakukan privatisasi terhadap BUMN, contohnya PT. Antam
pada 27 November 1997, Jasa Marga pada 12 November 2007, dan Adhi Karya pada 18 Maret
2004.
Berdasarkan catatan dan kajian literature yang ada saya berpendapat bahwa :

1. Kebijakan privatisasi merupakan langkah pemerintah yang cukup solutif terhadap BUMN
yang dinilai layak untuk diprivatisasi. Namun perlu pertimbangan yang tepat, teruji dan
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Privatisasi BUMN diperbolehkan secara hukum.
3. BUMN yang dinilai kurang memberikan sumbangsih secara ekonomi terhadap
pendapatan negara perlu dipertimbangkan untuk dilakukan privatisasi.
4. Menilai atau memandang sebuah BUMN tentunya tidak lagi sama dengan BUMN di
masa lampau. Artinya hukum atau aturan telah berubah sesuai dengan zaman. Pada
zaman sebelum adanya Peraturan Pemerintah tentang kebijakan privatisasi, tentu
privatisasi merupakan hal yang kurang atau bahkan tidak pernah diperbincangkan di
ranah publik. Akan tetapi pasca UUD 1945 diamandemen dan kebijakan terhadap
privatisasi telah memiliki payung hukum atau dasar hukum.
5. Perkembangan hukum turut mempengaruhi paradigma terhadap BUMN. Hubungan antar
BUMN dengan perusahaan asing misalnya, telah melampaui batas-batas negara secara
riil, hubungan tersebut tercipta atas dasar kepentingan antar BUMN dan perusahaan
asing. Komersialisasi dan persaingan dalam perekonomian telah memasuki zaman
kecanggihan teknologi sehingga sangat sulit menghindari kekhawatiran atas paradigma
berpikir bahwa BUMN harus dikuasai oleh negara dan khawatir jika BUMN dikuasai
oleh pihak swasta/asing.
6. Perlunya pertimbangan yag matang sebelum melakukan privatisasi BUMN dengan
memperhatikan sistuasi dan kondisi perekonimian secara global di tengah ekonomi yang
serba sulit saat ini.
7. Privatisasi yang direncanakan secara matang akan mendatangkan hasil yang baik,
minimal mencapai tujuan dari utama dari privatisasi tersebut.

2. Dari berita di atas, identifikasi dan tetapkan apakah privatisasi yang rencananya akan
dilakukan tersebut dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian? Berikan solusi terbaik
bagi BUMN untuk mengoptimalkan kinerjanya!

Jawab :

Tujuan utama dari kebijakan privatisasi adalah untuk memberikan kontribusi


keuangan kepada negara dan komersial, akses terbuka ke pasar internasional, dan transfer
teknologi ke organisasi komersial.

Privatisasi pastinya memiliki kelebihan kelemahan.

Keuntungan yang didapat dengan pelaksanaan privatisasi BUMN yakni :

1. Perolehan pendapatan untuk mengurangi defisit dan hutang;


2. Pengembangan akses ke pasar modal;
3. Serta menarik investasi asing,
4. mampu mendorong BUMN untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance dalam
pengelolaan BUMN
Sedangkan kerugian yang dapat ditimbulkan dari pelaksanaan privatisasi BUMN yakni:
1. Pendapatan negara menurun, karena sebagian sahamnya sudah dimiliki swasta.
2. Reputasi negara dan pemimpinnya juga menurun karena dianggap tidak mampu
mengelola sebuah perusahan milik negara tanpa ada campur tangan swasta

Solusi bagi BUMN untuk mengoptimalkan kinerjanya adalah :

1. Melakukan evaluasi kinerja BUMN secara pendapatan perekonomian


2. Memastikan pelayanan BUMN yang diberikan kepada masyarakat, dan menjadikan
keluhan masyarakat sebagai bahan evaluasi.
3. Melakukan restrukturisasi karyawan berdasarkan efisesiensi kinerja, pembinaan
karyawan secara berkelanjutan perlu dilakukan.
4. Mengembangkan kreatifitas dan inovatif terhadap potensi sektor kewirausahaan yang
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan karyawan.

Soal Mahkamah Internasional Mulai Selidiki Kasus Rohingnya.

1. Berdasarkan kutipan berita di atas, jelaskan sejauh mana ruang lingkup berlakuknya ICC
dalam penanganan kasus rohingya?
Jawab :
International Criminal Court (ICC) adalah suatu mahkamah yudisial permanen, bersifat mandiri
dan berskala internasional untuk mengadili crimes of genocide, crimes against humanity, war
crimes, dan crimes of aggression sebagai  four core of International crimes yang merupakan
hostis humanis generis. ICC dapat menangani kasus pelanggaran HAM berat yang dilakukan
oleh negara bukan peratifikasi Statuta di wilayah negara anggota Statuta, maka harus
mengajukan pernyataan yang diajukan ke kantor panitera bahwa negara tersebut menerima
pelaksanaan yurisdiksi ICC. Tujuan utama pembentukan ICC adalah untuk memutus praktik
impunity terhadap pelanggaran HAM berat yang dilakukan, difasilitasi atau didiamkan oleh
pemerintah yang dilakukan secara sistematis atau dengan akibat yang meluas.
Kasus Rohingnya adalah konfik yang melibatkan dua etnis besar di negara bagian Rakhine,
Myanmar. Etnis Rakhine adalah etnis mayoritas sedangkan etnis Rohingnya adala minoritas
yang berasal dari etnis Bengali, Bangladehs yang beragama muslim. Kasus di Rakhine,
Myanmar yang dilakukan oleh Junta Militer Pemerintah Myanmar diduga telah melakukan
perbuatan genosida.
Kejahatan terhadap genosida merupakan satu dari empat kejahatan yang termuat dalam Statuta
Roma (Kejahatan genosida, kejahatan melawan kemanusiaan, kejahatan perang, dan kejahatan
agresi). Dalam perkembangan kasusnya, etnis Rohingnya banyak mengungsih ke negara
Bangladehs. Kasus ini mulai diselidiki oleh ICC dan telah memasuki tahap melakukan
pemeriksaan pendahuluan terkait pemindahan paksa orang-orang Rohingya, termasuk
perampasan hak-hak fundamental mereka. Kasus seperti pembunuhan, kekerasan seksual,
penghancuran, dan penjarahan yang dialami Rohingya turut tercakup dalam pemeriksaan.
Pemerintah Myanmar yang diduga harus bertanggungjawab atas kasus Rohingnya, sebagai
tempat terjadinya kejadian (kasus). ICC secara hukum tidak memiliki kewenangan penuh atas
kasus Rohingnya, hal ini disebabkan karena negara Myanmar bukan negara anggota
penandatangan Statu Roma 1998. ICC hanya dapat melakukan penyelidikan terhadap para
pengungsi yang berada di negara Bangladesh. Sebagaimana diketahui bahwa Bangladesh
merupakan negara anggota ICC pihak yang menandatangani Statuta Roma 1998. ICC tidak dapat
melakukan penyelidikan secara langsung di negara Myanmar karena Myanmar bukan negara
anggota yang menandatangi Statuta Roma 1998. ICC dapat melakukan permohonan kepada
pemerintah Myanmar untuk mendapatkan yurisdiksi pemeriksaan langsung di negara Myanmar
sebagai tempat kejadian kasus Rohingnya.

2. Terkait dugaan genoside yang dilakukan militer myanmar, Bagaimanakah jenis


pertanggung jawabannya dalam asas berlakunya hukum pidana di ICC?
Jawab :
Dalam kasus Rohingnya, Myanmar dapat dimintai pertanggungjawaban terhadap para pelaku
yang terlibat dalam kejahatan kemanusian ini. Apabila Myanmar tidak mampu dan/atau tidak
mau untuk menghukum para pelaku kejahatan, maka ICC dapat melakukan penghukuman
sesuai dengan yurisdiksi Statuta Roma Pasal 25 ayat 2 dan diadili tanpa adanya perbedaan
menegnai kapasitasnya atau jabatannya sesuai dengan pasal 27 Statuta Roma 1998.
Sebagaimana telah disebutkan di awal bahwa Myanmar bukanlah negara anggota yang
menandatangi Statuta Roma 1998 sehingga ICC tidak dapat menuntut Myanmar di
pengadilan mahkamah internasional, maka ICC dapat menerapkan asas hukum pidana
internasional yaitu, asas Jus Cogen. Jus cogens atau ius cogens adalah asas dasar hukum
internasional yang diakui oleh komunitas internasional sebagai norma yang tidak boleh
dilanggar dalam keadaan apapun. Beberapa norma yang biasanya dianggap sebagai jus
cogens adalah pelarangan genosida, penyiksaan, penyiksaan, dan perbudakan.

3. Dalam prinsip umum hukum pidana dikenal istilah individual criminal responsibility ,
menurut anda bagaimana keterkaitannya dengan kasus rohingya?
Jawab :
Persoalan pertanggungjawaban negara dalam peneylesaian pelanggaran HAM berat itu
menarik untuk dikaji, karena baik dalam hukum internasional dikena dengan istilah
individual criminal responsibility kejahatan melawan hukum internasional dalam hal ini
dilakukan oleh orang, bukan entitas abstrak sehingga pidana hanya dapat dijatuhkan kepada
individu yang melakukan kejahatan tersebut. Menurut pasal 25 Statuta Roma “seseorang
yang melakukan kejahatan didalam yurisdiksi pengadilan itu harus bertanggungjawab secara
individu dan mempertanggungjawabkan untuk hukuman”. Artiya bertanggungjawab secara
individu (person) walaupun ia adalah seorang pemimpin negara.
Dalam kaitannya dengan kasus Rohingya, sebagaimana disebutkan dimedia bahwa pelaku
kejahatan kemanusian kasus Rohingya adalah Junta militer pemerintah Myanmar. Namun
sesuai dengan istilah individual criminal responsibility, maka pelaku harus
bertanggungjawab secara individu bukan sebagai pemerintah negara Myanmar.

Anda mungkin juga menyukai