Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

CORPORATE GOVERNANCE
PT PLN (PERSERO)

Nama Kelompok

Rizky Nurfaizin 1811031013


M. Tondi Martha 1811031033
Aldi Haslanu 1811031061
Awliya Rahman Prizandi 1811031063
Madrois 1611031125

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
2

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan yang Maha Esa Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Saya
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Corporate
Governance PT PLN (PERSERO).

Makalah Corporate Governance PT PLN (PERSERO), ini telah saya susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkonstribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata,saya berharap semoga Makalah Corporate Governance PT PLN
(PERSERO) ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi untuk pembaca.

Bandar Lampung, 4 September 2019

Kelompok 10
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Artikel Koran ............................................................................... 2
Bab II Isi
2.1 Prinsip-prinsip Corporate Governance ........................................ 9
2.2 Direksi dan Dewan Komisaris ..................................................... 10
2.3 Komite Audit ............................................................................... 12
2.4 Seketaris Perusahaan ................................................................... 13
2.5 Sistem Pengendalian Internal ...................................................... 15
2.6 Tanggung Jawab Sosial, Moral, dan Etika Perusahaan ............... 17
Bab III Penutupan
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 19
Daftar Pustaka...................................................................................... 20
4

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan dibentuk memilik tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh
keutungan atau laba yang maksimal, untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan
haruslah berjalan dengan baik dan benar, dalam menjalakan perusahaan terdapat
struktur organisasi yang luas dan kegiatan-kegiatan yang kompleks. Di dalam struktur
tersebut terdapat pemimpin-pemimpin perusahaan dalam mengendalikan kegiatan
perusahaan agar berlajan dengan lancar untuk mencapai tujuan perusahaan.

Dalam pengendalian perusahaan agar berjalan dengan lancar maka perusahaan


haruslah melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu
antara lain, Prinsip Transparansi (transparency), Prinsip Akuntabilitas
(accountability), Prinsip Pertanggung jawaban (responsibility), Prinsip Kemandirian
(independency), Prinsip Kesetaraan (fairness).

Dalam pengelolaan perusahaan terdapat struktur organisasi seperti, direksi yang


bertanggung jawab atas pengelolaan perusahaan. Terdapat juga dewan komisaris yang
memiliki tugas pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Dan komite audit yang
berfungsi untuk membantu dan memperkuat dewan komisaris.terdapat juga seketaris
perusahaan yang menjembatani antara kepentingan perusahaan dengan pihak
eksternal dan memastikan perusahaan untuk mematuhin peraturan dan perundang-
undangan pada bidang pasar modal.

Good Corporate Governance (GCG) memiliki fungsi yaitu meningkatkan kinerja


perusahaan, dan membuat kegiatan lebih efektif dan efisien, selain itu dapat
5

meningkatkan kepercayaan bagi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahan


dan dapat meningkatkan nilai saham perusahaan serta membagun manajemen yang
baik.

1.2 Artikel Koran

Sengkraut Tata Kelola BUMN Kita

Senin 24 Juni 2019, 12:27 WIB

Detik .com

Kasus korupsi terus mendera BUMN kita. Kasusnya merentang luas mulai dari
pengadaan barang, anggaran fiktif, terjerat suap, hingga gratifikasi proyek. Lebih miris
lagi, pelakunya adalah direktur BUMN itu sendiri. Belakangan, ada direktur Krakatau
Steel yang terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK karena suap. Kasus yang
sama menjerat Direktur PLN dalam kasus suap PLTU Riau 1. Belum lagi masalah
investasi Pertamina yang justru mengantar mantan direkturnya, Karen Agustiawan ke
jeruji besi dengan dakwaan majelis hakim bahwa investasi tersebut merugikan Rp 568
miliar bagi negara.

Jika masing-masing kasus korupsi BUMN tersebut kita ulas lebih detail, bukan titik
terang yang kita dapat, tapi rasa sedih. Sedih, karena semua kasus korupsi itu adalah
kasus yang sama belaka dengan kasus korupsi BUMN kita pada masa lalu. BUMN kita
masa lalu pengelolaan bisnisnya dikendalikan dan diintervensi dengan pendekatan
politis-birokratis yang tidak beda dengan instansi pemerintah lainnya, seperti dana
bersumber dari APBN, pegawai PNS, program inward looking ke birokrasi, pelayanan
buruk, dan KKN membudaya.

Organisation for Economic Co-operation and Development (2005, 2015)


menggambarkan bahwa BUMN kesulitan berkembang karena intervensi negara yang
6

berlebihan dalam manajemen perusahaan, terlebih terjadi konflik kepentingan di


multilevel kepemimpinan, banyak tujuan dari para shareholder seiring dengan
ketidakpahaman politisi dan birokrasi terhadap arah kemajuan dan risiko bisnis BUMN.

Kinerja yang demikianlah yang selama ini menjadi alasan bagi pemerintah sejak awal
2000-an untuk melakukan perubahan besar pada BUMN kita, mulai dari restrukturisasi,
privatisasi, profitisasi, hingga paling baru proyek holdingisasi BUMN. Intinya, kita sudah
melakukan semua yang diperlukan untuk memperbaiki BUMN kita. Bahkan, mengenai
privatisasi yang dilakukan pada beberapa BUMN, bertahun-tahun kita telah
mendiskusikan hingga berbusa-busa, sebagian saling memaki, berulang terus hingga saat
ini.

Namun, apa yang terjadi? Hari ini kita melihat BUMN yang sama. Tidak bisa lepas
dari kekangan bernuansa politis dan birokratis meski sebagian BUMN sudah memiliki
shareholder yang beragam. Padahal, beberapa tahun belakangan ini kita menikmati
pemberitaan Garuda Indonesia sebagai maskapai dengan pelayanan terbaik di dunia, PLN
dan Pertamina masuk 500 perusahaan terbaik dunia berdasarkan penilaian majalah bisnis
terkemuka, BUMN memiliki kinerja yang bagus di bursa, dan citra yang terus membaik
juga dimiliki oleh banyak BUMN kita yang lain. Kemudian, citra baik itu anjlok tatkala
rentetan pejabat BUMN itu, terutama perusahaan yang sudah disebut, terjerat korupsi.

Setidaknya, terdapat tiga kondisi yang mendorong pejabat BUMN melakukan


korupsi. Pertama, pemilihan direksi dan komisaris BUMN terkesan politis karena
ditentukan oleh pemenang kontestasi pemilu. Sering ini merupakan ekses dari politik
transaksional, bukan orientasi kemajuan bisnis dan layanan publik. Kedua, BUMN sering
mengalami kekalahan apabila bersaing dengan perusahaan multinasional atau perusahaan
"milik" politisi berpengaruh. Hal ini mendorong direksi untuk melakukan suap, karena
tuntutan dari kementerian untuk memenangkan tender juga besar.
7

Ketiga, BUMN yang memiliki privilege untuk memonopoli barang dan jasa publik
tidak akan ditinggalkan konsumen apapun yang terjadi. Tidak hanya kasus korupsi,
BUMN yang merusak lingkungan misalnya, produknya masih tetap dibeli masyarakat.
Masyarakat mau tidak mau tetap membeli. Kenyataan inilah yang juga menyebabkan
apapun masalah yang mendera BUMN, harga sahamnya relatif stabil.

Layanan dan Keuntungan


Bagaimanapun yang telah diuraikan di atas tidak bisa mengurangi peran BUMN yang
penting bagi penyediaan barang dan jasa publik, penjaga harga, serta misi pembangunan
di Indonesia. Kita perlu bersama mengingatkan agar capaian yang diraih tidak sirna
dengan maraknya kasus korupsi.

Perlu dipahami oleh seluruh shareholder BUMN, Undang-Undang No 19 tahun 2003


mengamanahi BUMN sebagai perusahaan negara dengan tujuan menyediakan barang dan
jasa publik untuk memberikan layanan sekaligus mendapatkan keuntungan. Dua tujuan
ini tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Kondisi BUMN saat ini alih-alih mengejar
keuntungan, dalam memberikan layanan sering terseok-seok sesuai kompleksitas masalah
yang dijelaskan tadi. BUMN harus didorong sekuat tenaga untuk sebenar-benarnya
menjadi perusahaan, bukan instansi pemerintah yang sedang berbisnis.

Dalam arti lain, BUMN harus didorong memiliki tata kelola perusahaan yang baik,
atau bisa disebut Good Corporate Governance (GCG). Ini usaha lama yang tidak
kunjung dapat dilakukan dengan baik. Bahkan, setelah diperjelas dalam keputusan
Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang
Baik pada BUMN juga tidak kunjung terlaksana, malah berita korupsi pejabat BUMN
yang didapat masyarakat.

Setidaknya, terdapat enam prinsip GCG yang harus diterapkan di seluruh BUMN kita,
yaitu transparansi, akuntabiitas, responsibilitas, kemandirian, kewajaran, dan
kepentingan. Transparansi menyangkut keterbukaan dalam proses pengambilan
8

keputusan dan keterbukaan informasi mengenai perusahaan. Akuntabilitas: keharusan


tentang kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana efektif.

Responsibilitas: kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangan


yang berlaku. Kemandirian: kondisi perusahaan yang dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak mana pun. Kewajaran:
keadilan dan kesetaraan memenuhi hak-hak stakeholder. Terakhir, kepentingan yang
timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan yang perundang-undangan.

Keenam prinsip GCG tersebut tidak hanya perlu ditanamkan pada seluruh stakeholder
BUMN, namun juga harus menjadi aturan formal perusahaan. Memang, di hampir semua
BUMN terdapat aturan tertulis yang diklaim mencerminkan GCG. Namun melihat pelaku
korupsi adalah pejabat BUMN, maka kita perlu sangsi seberapa jauh aturan tersebut
menjadi petunjuk nilai dan etika perusahaan sesuai GCG. Tidak ada pilihan, GCG harus
dimulai dengan penegakan aturan perusahaan yang mengikat seluruh pegawai.

Tantangan penerapan GCG tidak hanya dari internal BUMN yang sebagian masih
mengikuti alur kerja birokratis, namun juga negara sebagai pemilik. Kita harus
memastikan bahwa negara berkomitmen untuk memaksa BUMN menerapkan GCG
secara transparan dan akuntabel, dengan tingkat profesionalisme dan efektivitas yang
tinggi. Untuk itu, terdapat dua hal penting yang perlu ditekankan oleh pemerintah
terhadap BUMN. Pertama, pemerintah harus menyederhanakan dan menstandarkan
peraturan hukum operasional BUMN yang juga mengikuti dan diterima sesuai norma
perusahaan.

Kedua, pemerintah harus merelakan BUMN memiliki otonomi dalam mencapai


tujuan dan menahan diri dari usaha intervensi. Kasus di Indonesia yang sering terjadi,
9

intervensi sesuai agenda politik kelompok yang sedang berkuasa. Oleh karenanya, agenda
ini tidak hanya tantangan bagi BUMN, namun juga pemegang kekuasaan di Indonesia.

Tantangan mewujudkan GCG dari masyarakat sebagai stakeholder? Tidak ada.


BUMN telah memonopoli produksi barang dan jasa publik, tidak ada masalah. Maka,
pemerintah dan BUMN harus sadar bahwa masyarakat sangat mengharapkan tata kelola
BUMN yang baik. BUMN bukan untuk kepentingan pribadi, kelompok, penguasa atau
pihak asing, namun kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.

Pandhu Yuanjaya staf pengajar jurusan Administrasi Publik Universitas Negeri


Yogyakarta

BUMN Minta PLN Pastikan Operasional Perusahaan Tetap Jalan

Selasa 23 Apr 2019 22:41 WIB


Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditetapkannya Direktur Utama Perusahaan


Listrik Negara (PLN), Sofyan Basir sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) direspons oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Sekretaris Kementerian BUMN, Imam Apriyanto Putro, mengungkapkan
Kementerian BUMN menghormati proses hukum yang sedang dihadapi oleh Dirut PT
PLN (Persero).
10

Imam menjelaskan pemerintah meminta untuk semua manajemen PLN untuk tetap
melaksanakan dan memastikan operasional perusahaan tetap berjalan dengan baik. Ia
mengatakan pelayanan untuk masyarakat harus tetap menjadi prioritas.

"Kementerian BUMN meminta manajemen PLN untuk tetap melaksanakan dan


memastikan operasional perusahaan tetap berjalan dengan baik, terutama terus
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat di seluruh pelosok Tanah
Air," ujar Imam, Selasa (23/4).

Imam mengatakan pemerintah akan menghormati proses hukum yang berjalan dan
menghormati azas praduga tak bersalah. Imam juga memastikan pemerintah akan
mendukung KPK dalam menangani kasus ini.

"Kementerian BUMN menghormati azas praduga tak berasalah, dan bersama PT


PLN (persero) siap bekerja sama dengan KPK dalam menangani kasus ini," ujar
Imam.

Imam juga mengatakan agar semua pihak dan BUMN lainnya terus mengedepankan
proses good governance dan tata kelola perusahaan yang baik.

"Dalam pelaksanaannya, Kementerian BUMN terus meminta agar semua kegiatan


BUMN terus berpedoman pada tata kelola Perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance/GCG) dan terus mendukung upaya-upaya pemberian informasi yg benar dan
berimbang sebagai wujud oganisasi yang menghormati hukum," ujar Imam.
11

Bab II Isi

2.1 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

1. Prinsip Transparasi

Transparansi (transparency) artinya gambling atau terbuka yaitu seperti keterbukaan


mengenai keaadaan perusahaan baik itu informasi, berpendapat, maupun menyangkut
keadaan perusahaan tersebut. PLN dalam menerapkan prinsip transparasi dengan cara
terbuka seperti apa informasi-informasi mengenai PLN dapat kita temukan dengan
mudah di internet. Itu merupakan suatu gambaran prinsip transsparansi yang diterapkan
oleh PLN.

2. Prinsip Akuntabilitas

Prinsip Akuntabilitas (accountability), merupakan prinsip yang tanggung jawab,


mengatur terhadap perusahaan agar berjalan dengan baik. Dalam hal ini PLN berupaya
meningkatkan akuntabilitas dan akurasi percatatan keuangan dengan menerapkan PSAK
terbaru sesuai ketentuan.

3. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban (responsibility) artinya mematuhi perundangan-udangan dan


ketentuan yang berlaku sebagaimana dalam PLN yang telah memenuhi ketentuan bagi
perseroan sebagai perusahaan terbuka sebagaimana peraturan OJK No. POJK
No.21/POJK.04/2015 pasal 20 ayat tentang penerapan pedoman tata kelola perusahaan
terbuka.
12

4. Kemandirian

Kemandirian (independency) adalah keadaan perusahaan dimana harus bersikap


profesional dan tidak dipengaruh oleh pihak eksternal yang tidak berkepentingan. Sama
hal nya dengan PLN yang dipengaruhi oleh pihak yang tidak berkepentingan.

5. Kesetaraan

Kesetaraan (fairness) bermakna terdapat perlakuan yang sama terhadap semua


pemegang saham dengan sesuai spacenya. begitupun PLN dalam menjalankan prinsip
CG memenuhi hak-hak nya yang memiliki kepentingan di dalam perusahaan berdasarkan
peraturan yang berlaku.

2.2 Direksi dan Dewan Komisaris

Direksi merupakan bagian dari perseroan yang mempunyai wewenang dan


tanggung jawab atas mengelola, mengurus perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan.
Sedangkan dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dalam perusahaan. PLN
menyelenggarakan program talent management guna meningkatkan kinerja dibidang
management, pengembangan usaha dan sejenisnya. Pada saat pergantian kepemimpinan
PLN akan mengajukan kandidat internal yang dilakukan oleh panitia adhoc dan
difasilitasi oleh dewan komisaris kemudian diajukan kepada kementriaan BUMN untuk
menjalani ujikelayakan dan kepatutan, hal ini merupakan gambaran darimateri bab 2
mengenai direksi dan dewan komisaris yang menyangkut BUMN.

Berikut Direksi yang berada di PLN:


1.Direktur Utama: Sofyan Basri
2.Direktur Keuangan: Sarwono Sudarto
13

3.Direktur Perencanaan Corporate: Syofi Feliency Roekman


4.PLT Direktur Pengadaan Strategi 1: Sofyan Basri
5.Direktur Pengadaan Strategis 2: Supangkat Iwan Santoso
6.Direktur Human Kapital Manajemen: Muhammad Ali
7.Direktur Bisnis Regional Sumatera: Wiluyo Kusdwiharto
8.Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Barat: Hardianto W.S.
9.Direkturs Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah: Amir Rosidin
10.Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Timur, Bali, Nusa

Tenggara: Djoko Rahardjo Abumanan


11.Direktur Bisnis Regional Kalimantan: Machnizon
12.Direktur Bisnis Regional Sulawesi: Syamsul Huda
13.Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papusa: Ahmad Rofik

Berikut Dewan Komisaris yang berada di PLN:

1.PLT Komisaris Utama: Hasan Bisri


2.Komisaris Independen : Darmono dan Oegroseno
3.Komisaris : - Budiman
- Harry Susetio Nugroho
- Aloysius K.Ro
- Rionald Silaban
- Andy Noorsaman Sommeng
- Ilya Afianti

2.3 Komite Audit

Komite audit adalah komite yang bertugas secara professional dan dibentuk oleh
dewan komisaris, yang mana tugasnya untuk membantu dan memperkuat fungsi dewan
komisaris. Komite Audit menncakup antara lain
14

a. Nama dan Jabatan


b. Usia
c. Kewanganegaraan
d. Riwayat Pendidikan
e. Riwayat Jabatan
f. Priode dan Masa jabatan komite audit
g. Penyataan indepensi komite audit
h. Kebijakan dan pelaksaan tentang rapat komite audit
i. Pelatihan yang telah ikuti
j. Pelaksaan kegiatan komite audit sesuai dalam pedoman atau piagam
(charter) komite audit.

Dalam perusahaan PLN apabila terdapat dugaan kecurangan atau penyimpangan


disitulah komite audit melakukan efektivitas kerja untuk melakukan audit khusus (Fraud
Audit).

2.4 Sekretaris Perusahaan

Sekretaris Perusahaan merupakan liaison officer yang menjembatani kepentingan


antara perusahaan dengan pihak eksternal serta memastikan kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal. Sekretaris perusahaan
PLN berada dibawah direktur utama, serta diangkat dan diberhentikan berdasarkan
keputusan direksi dengan dasar mekanisme internal yang disetujui dewan komisaris
Struktus Organisasi Sekretaris Perusahaan:.

1.Direktur Utama
2.Sekretaris Perusahaan
3. –Manajer Senior Hubungan Investor
-Manajer Senior Stakeholder Management
-Manajer Senior Internal Direksi
15

Dasar Hukum Pengangkatan Sekretaris Perusahaan

Persyaratan dan tatacara pengangkatan sekretaris mengacu pada peraturan mentri


Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan
yang baik dan peraturan otoritas jasa keuangan No. 35/POJK.04/2014 tentang
sekretaris perusahaan emitem atau perusahaan public

Alur Pengangkatan atau Pemberhentian Sekretaris Perusahaan

1.Penyampaian usulan pengangkatan dan pemberhentian sekretaris perusahaan


oleh direksi kepada dewan komisaris
2. Persetujuan dewan komisaris
3.penetapan pengangkatan atau pemberhentian melalui keputusan direksi
4. Menyampaikan laporan mengenai pengangkatan atau pemberhentian sekretaris
perusahaan kepada OJK dan mempublikasikan dalam website perusahaan

Tugas dan Tanggung Jawab Sekretaris Perusahaan

Tercantum dalam peraturan direksi PT PLN (PERSERO) No.0078.P/DIR/2017


tentang organisasi dan tata kerja PT PLN (PERSERO). Tugas dan tanggung jawab utama
sekretaris perusahaan PLN yakni :

1.Memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan serta strategi


hubungan dengan investor, menyediakan informasi pasar modal dan memastikan
perusahaan memenuhi ketentuan regulasi pasar modal.

2. Memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan serta strategi


pengelolaan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) memastikan
perusahaan memiliki perangkat dan pedoman GCG serta melakukan pemantauan dan
implementasi GCG.

3. Memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan serta strategi


pengelolaan kesekretariatan perusahaan, termasuka di dalamnya protokoler dan regulasi
16

kegiatan direksi, dewan komisaris, rapat umum pemegang saham (RUPS) dan
stakeholder lainnya.

4. Memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan serta strategi


pengelolaan hubungan kelembagaan, termasuk didalamnya hubungan dengan lembaga
lembaga Negara dan hubungan dengan pembuat kebijakan ketenaga listrikan.

5. Memastikan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tersedianya informasi


perusahaan yang dapat di akses oleh stakeholder, melalui tetapi tidak terbatas pada media
elektronik, media cetak, dan media audio visual.

2.5 Sistem Pengendalian Internal

Sesuai pasal 26 peraturan menteri Negara BUMN No. PER-01/MBU/2011 sebagai


pengganti keputusan menteri BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang penerapan
praktik Good Corporate Governance pada BUMN, ditegaskan bahwa setiap BUMN wajib
membentuk system pengendalian internal. Pembentukkan sistem pengendalian internal
berfungsi sebagai salah satu mekanisme internal dari setiap unit kerja atau unit
organisasi, untuk memastikan bahwa keputusan transaksi tersebut telah berlangsung
dengan benar, wajar, dan dapat dipertanggung jawabkan.

Cara PLN mengimplementasikan peraturan tersebut melalui pengembangan sistem


pengendalian internal dengan menggunakan COSO (Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commissions) sistem pengendalian internal tersebut
mencakup ;

1. Lingkungan dalam perusahaan yang disiplin dan terstruktur.

2. Pengkajian dan pengelolaan risiko usaha.

3. Aktivitas pengendalian.

4. Sistem informasi dan komunikasi.


17

5. Monitoring yang secara operasional di maksud berupa pedoman, petunjuk,


maupun intruksi kerja.

COSO mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang di rancang


manajemen perushaan untuk memberikan keyakinan yang memadai (Reasonable
Assurance) agar dapat mencapai tujuan organisasi yang di bagi dalam tiga kategori, yaitu
:

1. Efektivitas dan efisiensi operasi (effective and efficient operations)

2. Pelaporan keuangan yang andal (Reliable financial reporting) ; dan

3. Kepatuhan terhadap peraturan dan perundangan (Compliance with Applicable


Laws and Regulation)

PLN menerapkan standar COSO pada ICOFR (Internal Control over Financial
Reporting). Berikut manfaat ICOFR bagi PLN :

- Mencegah salah satu material dalam pelaporan keuangan


- Mencegah terjadinya fraud
- Menumbuhkan budaya peduli terhadap risiko dan kontrol
- Mengurangi jurnal – jurnal penyesuaian (Adjustment)
- Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan
- Meningkatkan kualitas proses pengambilan keputusan
- Meningkatkan integritas data dan informasi operasional
- Memperbaiki/menyempurnakan proses bisnis
Evaluasi Terhadap Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
18

PLN membentuk unit audit internal sebagai pelaksana yang di sebut satuan
pengawasan internal untuk menentukan perbaikan dan penyempurnaan sistem ataupun
kebijakan yang memungkinkan manajemen menjalankan kegiatan operasional
perusahaan dengan cara yang lebih efektif.

2.6 Tanggung Jawab Sosial, Budaya, Moral, dan Etika Perusahaan

Sesuai butir-butir ketentuan surat edaran otoritas jasa keuangan No.


30/SEOJK.64/2016 tentang bentuk dan isi laporan tahunan emiten atau perusahaan
publik, yang mana perseroan menyampaikan laporan tanggung jawab perusahaan berupa
pelaksanaan kegiatan yang mencakup empat topik laporan, yakni tanggung jawab
perusahaan terhadap :

1. Lingkungan hidup

2. Praktik ketenaga kerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja

3. Pengembangan social dan kemasyarakatan

4. Tanggung jawab produk dan konsumen

PLN memegang teguh komitmen untuk menjalankan aktivitas usaha yang


berwawasan lingkungan dan sadar sepenuhnya bahwa bisnis pembangkitan tenaga listrik
memiliki dampak langsung terhadap lingkungan sekitarnya, oleh karena itu diperlukan
upaya dalam melindungi ekosistem bumi, salah satunya melakukan program lingkungan
di perusahaan yang bertujuan untuk mewujudkan zero waste material dan memberi
positive images terhadap PT. PLN (Persero). Program utama di bidang lingkungan antara
lain :

1. Pengawasan penyelesaian dokumen lingkungan sesuai dengan RUPTR 2017-2006 dan


RKAP 2017 ;
19

2. Pemenuhan PROPER pembangkit minimal hiru pada PLN dan anak perusahaan PLN ;

3. Pengawasan kesesuaian kelengkapan dokumen lingkungan, izin lingkungan, dan izin


perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) ;

4. Implementasi sertifikasi sistem manajemen lingkungan (SML) ;

5. Program penghijauan ;

6. Capacity building (HSSE Academy) ;

7. Sistem visual manajemen lingkungan ;

8. Implementasi project manajemen office (PMO).

Etika Perusahaan Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Oleh PLN

PLN berharap agar setiap penyedia barang dan jasa selalu menjunjung tinggi
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam proses pengadaan barang dan jasa.

Standar etika :

1. Menjaga dan mengutamakan kepentingan perusahaan

2. Menilai secara objektif, transparan, dan akuntabel

3. Memuat perjanjian kerja yang saling menguntungkan

4. Menjalin komunikasi secara jujur dan efektif dengan tetap menjaga kerahasian data
dan informasi

5. Memberi sanksi apabila tidak memenuhi kontrak kerja


20

Bab III Penutupan

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kita ambil dambil adalah setiap perusahaan dibentuk
memilik tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keutungan atau laba yang maksimal,
untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan haruslah berjalan dengan baik dan benar,
dalam menjalakan perusahaan terdapat struktur organisasi yang luas dan kegiatan-
kegiatan yang kompleks. Agar sebuah perusahaan berjalan dengan baik harus memiliki
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu antara lain, Prinsip
Transparansi (transparency), Prinsip Akuntabilitas (accountability), Prinsip Pertanggung
jawaban (responsibility), Prinsip Kemandirian (independency), Prinsip Kesetaraan
(fairness). Good Corporate Governance (GCG) memiliki fungsi yang sangat baik yaitu
meningkatkan kinerja perusahaan, dan membuat kegiatan lebih efektif dan efisien, selain
itu dapat meningkatkan kepercayaan bagi investor untuk menanamkan modalnya ke
perusahan dan dapat meningkatkan nilai saham perusahaan serta membagun manajemen
yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
21

http://hanihohoy.blogspot.com/2015/01/prinsip-manfaat-gcg-good-corporate.html

https://news.detik.com/kolom/d-4597705/sengkarut-tata-kelola-bumn-kita

https://republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/pqf7l3423/bumn-minta-pln-pastikan
operasional-perusahaan-tetap-jalan

Laporan Tahunan PT PLN (PERSERO) 2018

Anda mungkin juga menyukai