Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH OPTIMALISASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI


LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUMN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kewarganegaraan Dosen Pengampu Matakuliah
Kewarganegaraan:
Bapak Agung Setiawan. SH.,MH

NAMA : RADIT RAMDAN NOPRIANTO

NIM : A1C022140

KELAS : D AKUNTANSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini semaksimal mungkin dan sebaik mungkin. Tak lupa pula
sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah membimbing
kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu saya
dalam menyelesaikan makalah sebaik mungkin. Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak
Agung Setiawan.SH.,MH. selaku dosen pengampu kami pada mata kuliah Kewarganegaraan.
Penyusunan makalah ini sudah saya lakukan semaksimal mungkin dengan dukungan dari
banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya. Tidak lepas dari itu, saya sadar
sepenuhnya bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan
Bahasa dan segi aspek-aspek lainnya. Maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari dosen
pengampu serta pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Terakhir, harapan saya sebagai penyusun makalah, semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menjadi wadah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman semuanya.

Mataram, 14 Desember 2022


Penulis

Radit Ramdan Noprianto

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB 1.PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................2
C. TUJUAN..........................................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................................3
B. PEMBAHASAN/JAWABAN RUMUSAN MASALAH.................................................................4
BAB 3. PENUTUP......................................................................................................................................6
A. SIMPULAN.....................................................................................................................................6
B. SARAN............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................7

iii
A. LATAR BELAKANG BAB 1.
PENDAHULUAN
Beberapa kasus korupsi yang melibatkan BUMN pernah beberapa kali terjadi. Secara
statistik tercatat sebanyak 53 kasus korupsi yang melibatkan BUMN (Afriyadi, 2020), akan
tetapi jenis korupsi yang lebih besar yaitu korupsi suap-menyuap. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Ketua KPK Firli Nibraska Aslam 363 Bahuri, bahwa sebesar 70% kasus korupsi
dalam BUMN merupakan jenis kasus suapmenyuap (Adiyudha & Aminah, 2021). Terjadinya
korupsi suap-menyuap dalam tubuh BUMN ini pada hakikatnya berkaitan dengan permasalahan
implementasi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) yang juga
diperkuat oleh penelitian Iwan Nuryan yang menyatakan penerapan Good Corporate Governance
pada BUMN masih rendah. Hal ini menunjukkan penerapan GCG sesungguhnya belum menjadi
budaya perusahaan sehingga membuka peluang terjadinya kecurangan (Nuryan, 2016). Sebagai
sebuah perusahaan pelat merah, kedudukan Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik ini sangat
penting. Hal ini disebabkan organisasi perusahaan dapat dikatakan sehat apabila dapat
menjalankan fungsinya dengan baik tanpa kendala apapun, sedangkan perusahaan yang efisien
adalah apabila perusahaan tersebut melaksanakan perbandingan yang terbaik antara input
(masukan) dengan output (luaran) sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan
efisien dan untuk menjadi perusahaan yang efektif dan efisien maka diharuskan untuk
menjalankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Sudarmanto et al., 2021). Kewajiban
dalam implementasi prinsip tersebut sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa
sumber pendanaan BUMN yang berasal dari penyertaan modal negara berupa kekayaan negara
yang dipisahkan (S. Susanto, 2017). Konsekuensi dari kenyataan ini memberikan tanggung
jawab yang lebih besar kepada Direksi apabila salah dalam mengambil keputusan yang berakibat
pada kerugian perusahaan maka akan berujung pada jeratan pidana korupsi. Kendatipun
perkembangan saat ini telah dikenal prinsip Business Judgement Rule Doctrine yangmelindungi
Direksi dari jeratan pemidanaan korupsi. Sebagai contoh, beberapa kasus korupsi yang terjadi
didalam BUMN sebagai berikut:

1) Korupsi PT. Angkasa Pura II Direktur Keuangan PT. Angkasa Pura II, Andra Yastrialsyah
divonis 4 (empat) tahun penjara dan denda sebesar Rp. 100 juta atas kasus menerima suap
sebesar USD 71.000 dan 96.000 dolar Singapura dari Direktur Utama PT. Inti Darman
Mappangara. Uang suap diberikan agar PT. Inti menjadi pelaksana pekerjaan pemasangan
Semi Baggage Handling System (Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor
188/K/Pid.Sus/2021).
2) Korupsi PT. Garuda Indonesia Mantan Direktur Utama PT. Garuda, Emirsyah Satar
terbukti menerima suap pengadaan pesawat dan mesin dari Airbus dan Rolls-Royce serta
terbukti melakukan tindak pidana pencucian uang atas tindakan suapnya tersebut (Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 121/Pid.SusTPK/2019)

1
.Korupsi rawan terjadi pada sektor pelayanan publik, tidak terkecuali sektor BUMN sebagai
salah satu aktor penyelenggara pelayanan public Akibat dari buruknya tata kelola perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan kebijakan pencegahan korupsi yang terjadi di
sektor BUMN. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah yuridis-normatif dengan
pendekatan perundangundangan, pendekatan kasus, dan pendekatan konsep. Kesimpulan yang
didapat adalah adanya praktik korupsi yang terjadi di BUMN disebabkan oleh prinsip Good
Corporate Governance yang belum terimplementasikan dengan baik. Adapun beberapa kebijakan
yang dapat ditempuh untuk meminimalisir kasus korupsi BUMN, antara lain: Direksi mengawasi
kebiasaan rutin pegawai BUMN, memfungsikan satuan pengawas internal BUMN,
memfungsikan masyarakat ikut serta dalam rangka pengawasan eksternal melalui mekanisme
electronic public service. Selain itu, perlu mensosialisasikan Etika Pancasila kepada pegawai
BUMN sebagai landasan moral penyelenggaraan negara. Pelaksanaan tata kelola perusahaan
yang baik, atau lebih dikenal dengan good corporate governance (GCG) bukan hal yang baru di
Indonesia Isu tentang corporate governance mulai mengemuka sejak semester kedua tahun
1997.Rendahnya penerapan good corporate governance dianggap menjadi salah satu faktor pemicu
terjadinya krisis ekonomi yang berakibat kepada perekonomian bangsa Indonesia sejak
1997.Semenjak itulah, semua pihak sepakat untuk bangkit dari keterpurukan, dimana Indonesia
harus memulai dengan tata kelola yang baik (good governance), baik pemerintah maupun
perusahaan pemerintah dan swasta. Berbagai upaya memperbalki tata kelola dilakukan dengan
menerapkan prinsip GCG di semua lini masyarakat.
Berangkat dari permasalahan tersebut, saya tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam
sebuah makalah yang berjudul “ Optimalisasi Good Corporate Governance Dalam Upaya
Mencegah Tindak Pidana Korupsi Di Lingkungan Perusahaan BUMN”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyebab korupsi yang terjadi dalam tubuh BUMN?;
2. Bagaimana upaya pencegahan korupsi di sektor BUMN?
3. Bagaimana dampak dari penerapan Good Corporate Governance di salah satu perusahaan
BUMN

C. TUJUAN
1. Mengetahui penyebab terjadinya praktik korupsi yang terjadi dalam tubuh BUMN
2. Mengetahui bagaimana upaya pencegahan korupsi di sector BUMN
3. Mengetahui bagaimana dampak dari penerapan Good Corporate Governance di salah satu
perusahaan BUMN

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. TINJAUAN MASALAH
Good Corporate Governance (GCG) merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang baik,
dimana didalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham
(publik) sebagai pemilik perusahaan dan kreditor sebagai penyandang dana ekstern. Sistem
corporate governance yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang
saham dan kreditor untuk memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien
mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk
kepentingan perusahaan. Prinsip-prinsip good gorporate governance (GCG) Secara umum
terdapat 5 (lima) prinsip dasar dari good corporate governance yaitu:
1) Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan.
2) Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif.
3) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan
perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
4) Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang
tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
5) Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas
manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan
peraturan yang berlaku
Manfaat dari penerapan good corporate governance dalam suatu perusahaan antara lain:
1) Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang (wrong
doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya suatu
masalah.
2) Meningkatkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata
publik dalam jangka waktu yang lama.
3) Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN merupakan badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan. Sebagaimana yang telah diungkapkan diatas bahwa

3
sektor yang rawan terjadi praktik korupsi adalah sektor pelayanan publik. Dengan hal ini dapat
disimpulkan bahwa BUMN, sebagai salah satu aktor pelayanan publik juga rawan terjadi praktik
korupsi. Peranan BUMN belum terlaksana secara ideal seperti apa yang diamanatkan Pasal 33
UUD 1945. Padahal, pengurusan dan pengawasan BUMN telah dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip GCG yang merujuk pada Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011
tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) pada
BUMN. Menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme melalui antara lain pembenahan
pengurusan dan pengawasan berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
menjadi syarat mutlak bagi optimalnya peran BUMN.

B. PEMBAHASAN/JAWABAN RUMUSAN MASALAH


 Beberapa Menurut Ilham Gunawan, korupsi dapat terjadi karena berbagai faktor, antara lain:
1) Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan
ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi.
2) Kelemahan ajaran-ajaran agama dan etika.
3) Akibat kolonialisme atau suatu pengaruh pemerintah asing tidak menggugah kesetiaan dan
kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
4) Kurang dan lemahnya pengaruh pendidikan.
5) Kemiskinan yang bersifat struktural.
6) Sanksi hukum yang lemah.
7) Kurang dan terbatasnya lingkungan yang anti korupsi.
8) Struktur pemerintahan yang lunak.
9) Perubahan radikal sehingga terganggunya kestabilan mental. Ketika suatu sistem nilai mengalami
perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit tradisional.
10) Kondisi masyarakat, karena korupsi dalam suatu birokrasi bisa memberikan cerminan
keadaan masyarakat secara keseluruhan
11) Tata kelola perusahaan yang buruk
 konsep yang dapat dipakai dalam konteks pencegahan korupsi di sektor BUMN, antara lain:
a) Pertama, Direksi memperhatikan dan mengawasi kebiasaan aktivitas rutin birokrasi
pegawai BUMN dalam memberikan layanan publik kepada masyarakat. Hal ini penting
sebab sudah menjadi tugas Direksi sebagaimana yang tertulis dalam Pasal 19 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara
(2003) menyatakan bahwa dalam menjalankan tugasnya, anggota Direksi wajib
mencurahkan tenaga, pikiran dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban, dan
pencapaian tujuan Persero.
b) Kedua, memfungsikan satuan pengawas internal BUMN untuk melakukan pemeriksaan
serta analisis perilaku pelaksana/pegawai BUMN. Menurut Pasal 68 UU BUMN,
dinyatakan bahwa Direksi memberikan keterangan hasil pemeriksaan atau hasil
pelaksanaan satuan pengawas internal atas permintaan tertulis Komisaris/Dewan
Pengawas. Satuan pengawas internal BUMN merupakan aparat pengawasan internal
perusahaan. Keterangan hasil pemeriksaan ini dapat berupa hasil analisis cara berpikir
pegawai birokrasi BUMN dalam memberikan pelayanan publik serta dapat dilakukan

4
evaluasi secara rutin. Dengan demikian, Komisaris/Dewan Pengawas dapat memberikan
nasihat kepada Direksi berdasarkan hasil pemeriksaan satuan pengawas internal tersebut
agar ditindaklanjuti untuk memperbaiki sistem kerja pegawai BUMN.
c) Ketiga, berkaitan dengan poin kedua di atas. Dalam mencegah atau memperkecil
kemungkinan pegawai BUMN melakukan kejahatan korupsi. Selain dilakukan
pengawasan secara internal, pengawasan dapat dilakukan melalui pihak eksternal. Sebagai
salah satu penyelenggara pelayanan publik, BUMN juga perlu diawasi secara eksternal.
Menurut Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik (2009), pengawasan eksternal penyelenggara pelayanan publik
dilakukan melalui: (1) Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan
masyarakat; (2) Pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan (3) Pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efektivitas penerapan GCG dalam
upaya pencegahan tindak pidana korupsi di PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan
untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi dalam penerapan GCG di
PT Kereta Api Indonesia (Persero). Penelitian ini dilakukan di PT Kereta Api
Indonesia (Persero). Berdasarkan hasil penelitian dari data hasil audit internal tiga tahun
terakhir tidak ditemukan tindak pidana korupsi yang melibatkan seluruh komponen
perusahaan. Implementasi GCG sampai sejauh ini masih efektif untuk mencegah terjadinya
tindak pidana korupsi. Upaya hukum yang dijadikan upaya terakhir tetap memberikan efek
jera, hal tersebut dikarenakan diikuti dengan pemberian sanksi yang berat. Selain hal
itu, untuk mencegah terjadinya korupsi PT Kereta Api Indonesia (Persero) telah
menerapkan whistleblowing System (WBS) , Pengendalian Gratifikasi, Benturan Kepentingan
(Conflict of Interest) dan Pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN). Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Penerapan GCG dalam upaya
pencegahan tindak pidana korupsi di PT Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan hasil
penelitian sudah efektif, hal tersebut dibuktikan dengan selama tiga tahun terakhir tidak ada
tindak pidana korupsi yang melibatkan seluruh elemen perusahaan. Kesatuan sistem yang
terdiri atas substance , structure dan legal culture mampu memberikan kontribusi maksimal
terhadap jalannya sistem GCG di PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan kendala yang
dihadapi dalam menerapkan GCG dapat dikatakan tidak ada dikarenakan GCG sudah menjadi
sebuah sistem yang berjalan dan menjangkau ke seluruh elemen perusahaan untuk
menciptakan tata kelola perusahaan yang lebih baik dari tahun ke tahun.

5
BAB 3
PENUTUP

A. SIMPULAN
Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:Pertama,
Praktik korupsi yang telah ter-jadi di tubuh BUMN sebagai salah satu aktor
penyelenggara pelayanan publik menjadi lahan subur terjadinya praktik korupsi. Hal ini
disebabkan oleh imple-mentasi Prinsip Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate
Governance) Yang Baik, terlaksana kurang optimal serta sistem birokrasi yang tidak
sehat.Kedua, Problematika tersebut memerlukan for-mulasi kebijakan pencegahan
korupsi yang tepat, terutama untuk sektor BUMN dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
publik. Formulasi tersebut antara lain: (1) Direksi memperhatikan kebiasaan rutin pegawai
BUMN, (2) Memfungsikan satuan pengawas internal BUMN (3) Memfungsi-kan masyarakat
sebagai pengawas ekster-nal melalui mekanisme electronic public service. Selain itu dapat
dilakukan dengan mensosialisasikan Etika Pancasilakepada pegawai BUMN.

B. SARAN
Saran yang dapat saya berikan terkait permasahan tersebut ialah dengan tidak membatasi
wewenang Lemebaga anti korupsi (KPK) Keberadaan lembaga anti korupsi memiliki nilai yang
sangat strategis dan politis bagi pemerintahan suatu negara. Saat ini persoalan korupsi bukan
hanya menjadi isu lokal, melainkan menjadi isu internasional. Bagi negara-negara sedang
berkembang, keberhasilan menekan angka korupsi merupakan sebuah prestasi tersendiri. Hal 92
Achmad Badjuri Jurnal Bisnis dan Ekonomi ini akan berdampak pada arus investasi asing yang
masuk ke negara tersebut. Negara-negara dengan tingkat korupsi tinggi tentunya akan kehilangan
daya saing untuk merebut modal asing yang sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang
berkembang. Negara-negara maju dan lembaga donor internasional sangat menaruh perhatian
terhadap peringkat korupsi yang dikeluarkan oleh lembaga survei internasional seperti
Transparancy International dan PERC. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia sangat memberi
perhatian serius dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satu upayanya adalah membentuk
lembaga anti korupsi. Dan perbaikan menyeluruh harus segera di lakukan di tubuh perusahaan
BUMN

6
DAFTAR PUSTAKA

Angga Wijaya Holman Fasa1, S. Y. (2016). Sistem Manajemen Anti-Penyuapan ISO 37001:2016 dan
PENCEGAHAN TINDAK KORUPSI DI SEKTOR PUBLIK. JUORNAL ANTI KORUPSI, 187-
208.
Aras Firdaus*, M. Y. (2022). OPTIMALISASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENGUATAN
BUMN DALAM PERLINDUNGAN KEUANGAN NEGARA. INDONESIA JOURNAL OF
LAW, Vol. 1.
Aslam, N. (2022). Pencegahan Korupsi di Sektor BUMN dalam Perspektif Pelayanan Publik di
Indonesia.
JOURNAL ANTI KORUPSI, 369-372.
Bambang Siswaji, N. N. (2013). Analisis Pengaruh Institusi Terhadap Strategi Dan Kinerja Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Journal of Technology Mangement, 220-232.
BURROHIM, H. (2019). Kerugian KeuanganKerugian Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi
Oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Persero. Repository Unej, 68-94.
I Putu Agus Sudiyasa Putra*, I. A. (2021). Tindak Pidana Korupsi yang Dilakukan oleh Karyawan
BUMN. Jurnal Analogi Hukum, 411-416.
Jaelani_MIH.rtf, T. (2018). ANALISIS TERHADAP UNSUR KERUGIAN KEUANGAN NEGARA
TERKAIT PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI YANG MELIBATKAN BADAN
USAHA MILIK NEGARA. Repository.Unpas.
Januarsyah, M. P. (2017). PENERAPAN ASAS ULTIMUM REMEDIUM TERHADAP TINDAK
PIDANA KORUPSI YANG TERJADI DI LINGKUNGAN BUMN. WAWASAN YURIDIKA, 24-
34.
Jubaedah1, E. (2007). PENGEMBANGAN GOOD CORPORATE GOVENANCE DALAM RANGKA
REFORMASI BUMN. JOURNAL ILMU ADMINISTRASI, 47-58.
Mailani Hamdani, G. N. (2016). Peningkatan Kinerja Keuangan dan Harga Saham melalui Pengungkapan
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan Ukuran Perusahaan Pada BUMN Go Publik.
Jurnal Manajemen dan Organisasi, Vol VII.
Ni Wayan Suartini, A. A. (2019). ASPEK KRIMINOLOGIS WHITE COLLAR CRIME DALAM
TINDAK PIDANA KORUPSI DI BUMN∗. Journal Ilmu Hukum, 1-16.
Pascoal, Y. (2022). PENGAWASAN KOMISARIS BUMN PERSERO TERHADAP DIREKSI
SEBAGAI BENTUK PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI. Lex Privatum, Vol. 10
No. 3.
Prastika, R. Y. (2020). EFEKTIVITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
DALAM UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI PT KERETA API
INDONESIA (PERSERO). Jurnal Idea Hukum, Vol 6, No 1.
Saputro, H. E. (2015). KUALITAS PELAYANAN PUBLIK. Jurnal Komunikasi dan Administrasi
Publik, Vol 2.No 1.
Sumiyati, Y. (2016). Peranan BUMN dalam Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM, 460-481.

Anda mungkin juga menyukai