Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PENERAPAN GCG PADA PERUSAHAAN TELKOM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah ...................


Dosen Pengampu:
.....................

LOGO KAMPUS

Disusun oleh:
Kelompok ......

1. ........................................... .......................
2. ........................................... ......................
3. ........................................... .....................

KELAS ......
PROGRAM STUDI .................
FAKULTAS .............................
UNIVERSITAS ....................................
MEI 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar dalam menyusun makalah yang
berjudul “Penerapan GCG Pada Perusahaan TELKOM” ini banyak yang terlibat
dalam membantu kami, mengingat hal itu dengan segala rasa hormat, kami
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Atas bimbingan, petunjuk, dan dorongan tersebut, kami berdo’a dan
memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah beliau menjadi amal
shaleh dimata Allah SWT. Amin.
Dalam menyusun makalah ini, kami telah berusaha untuk mendapatkan
hasil yang semaksimal mungkin. Oleh karena itu, kami berharap semoga makalah
ini menjadi butir-butir amalan bagi kami dan bermanfaat khususnya bagi kami
dan umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

....................., 28 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUANv
A. Latar Belakang
B. Sejarah 4
C. Tujuan 5
D. Manfaat 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
A. Pengertian 7
B. Literatur dan Rujukannya 13
BAB III METODOLOGI15
A. Riset Data dan Survey Data 15
B. Data Perusahaan 15
C. Perkembangan Literatur Data Lainnya17
BAB IV ANALISA 20
A. Sejarah 20
B. Proses Bisnisnya 21
C. Penerapan dan Hasilnya 22
BAB V KESIMPULAN 24
A. Saran 24
B. Limitasi24
C. Implikasi Manajerial 25
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti diketahui bersama, bahwasannya PT TELKOM Indonesia telah
dikenal oleh publik dan dari perusahaan itulah lahir sebuah mata pencaharian
dengan gaji cocok dengan masyarakat Indonesia. Di dalam sebuah perusahaan
tersebut tentunyatidak lepas dari aspek yang krusial yakni implementasi Goog
Corporate Governance (GCG). Penerapan Good Corporate Governance dalam
kinerja perusahaan merupakan kunci sukses bagi perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dalam jangka panjang dan dapat bersaing dengan baik dalam bisnis
global (Windah & Andono, 2013).
Hal ini menjelaskan bahwa Good Corporate Governance (GCG)
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam jangka panjang yang sekaligus dapat memenangkan persaingan bisnis
global, karena para stakeholder meyakini bahwa dengan adanya pengungkapan
good corporate governance yang akurat, tepat waktu dan transparan dapat
menambah nilai bagi para stakeholder (Febrianty, Revida, & Simarmata, 2020).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) penerapan
Good Corporate Governance (GCG) dapat didorong dari dua sisi, yaitu etika dan
peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari kesadaran individu-
individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang mengutamakan
kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders, dan menghindari cara-
cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan dari peraturan
(regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki kekuatan dan
kelemahannya masing-masing dan seyogyanya saling melengkapi untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang sehat. Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan
konsisten dengan peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling
berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha

1
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia
usaha.
Indonesia sendiri mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani
Letter Of Intent (LOI) bekerjasama dengan IMF, dimana bagian terpentingnya
adalah pencantuman jadwal perbaikan pengeloalaan perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia
mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah
diterapkan di tingkat internasional. Namun, walaupun menyadari pentingnya
GCG, banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang
menerapkan prinsip tersebut (Nustini & Nuraini, 2022).
Hal ini dikarenakan para pelaku usaha menilai GCG hanya sebatas
kepatuhan terhadap peraturan yang kurang memberikan dampak langsung
terhadap kinerja keuangan seperti halnya dalam kegiatan pemasaran. Sehingga ini
menjadi alasan mengapa GCG kurang maksimal dalam hal implementasinya di
kalangan perusahaan-perusahaan Indonesia.
Beberapa komunitas internasional seperti Standard&Poor, CLSA,
Pricewaterhouse Coopers, Moody’s Morgan Stanley, dan Calper’s menempatkan
Indonesia pada posisi terbawah dalam rating implementasi GCG (Pusat Data da
Analisa Tempo, 2020). Dalam Bisnis Indonesia, 2005, dipaparkan beberapa hasil
survey yang menunjukkan hal senada, antara lain survey yang dilakukan Mc
Kinsey & Co. terhadap 250 investor global dari tiga benua yaitu AS, Eropa, dan
Asia, pada pertengahan tahun 2000, diketahui bahwa penerapan Good Corporate
Governance (GCG) di Indonesia berada pada peringkat terendah, survey CLSA
(Credit Lyonnais Securities Asia) diakhir tahun 2004 menempatkan Indonesia
pada peringkat ke-10 atau terburuk di Asia Tenggara atas pelaksanaan GCG, dan
survey Standard & Poors juga menyatakan pelaksanaan GCG di Indonesia secara
umum stagnan (Larasati & Gilang, 2014).
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(selanjutnya disebut PT.TELKOM) merupakan salah satu perusahaan besar
dengan memiliki anak perusahaan dan turunannya termasuk yayasan sebanyak 70.

2
Dengan kompleksitasnya dari sisi jumlah dan portofolio, maka diperlukan
implementasi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance/GCG) untuk menjaga kinerja dan keberlangsungan perusahaan.
Dalam proses tata kelola perusahaan, PT TELKOM sebagai Badan Usaha Milik
Negara wajib memenuhi ketentuan-ketentuan yang mengatur Badan Usaha Milik
Negara yakni Keputusan Sekretaris Kementrian Badan Usaha Milik Negara
Nomor: SK-16/S.MBU/2012 tentang Indikator atau parameter penilaian dan
evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) pada Badan
Usaha Milik Negara.
Sebagai perusahaan go public yang terdaftar di pasar modal (multi-listing)
antara lain di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan New York Stock Exchange
(NYSE), PT TELKOM harus mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di pasar
modal seperti prinsip-prinsip Corporate Governance yang tertulis dalam Group of
20/Organisation for Economic Co-operation and Development (G20/OECD),
pedoman umum GCG Indonesia yang dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG), pedoman tata kelola Perusahaan Terbuka dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Sarbanes Oxley Act serta peraturan SEC lainnya dalam
menerapkan GCG. Struktur dan mekanisme tata kelola perusahaan di PT
TELKOM mengikuti two tier board structure.
Dalam mekanisme tersebut, organ utamanya adalah Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) yang menunjuk jajaran komisaris dan jajaran direksi.
Dalam pelaksanaannya didukung oleh organ pembantu yakni : dari sisi komisaris
terdapat Komite Audit, Komite Nominasi dan Renumerasi serta Komite Evaluasi
& Monitoring Perencanaan dan Risiko. Sedangkan dari sisi direksi terdapat
Satuan Pengawasan Intern, Internal Auditor dan Risk Process Management.
Menurut Undang-undang RI No. 19 Tahun 2003 Pasal 67, Satuan
Pengawasan Intern merupakan aparat pengawas intern perusahaan dipimpin oleh
seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Sistem
pengendalian internal merupakan unsur yang sangat penting dalam penerapan
Good Corporate Governance. Hal ini dibuktikan dengan Keputusan Menteri
BUMN Nomor: KEP-117/M/MBU/2002 Pasal 22 yang disebutkan bahwa direksi

3
harus menerapkan suatu sistem pengendalian internal yang efektif untuk
mengamankan investasi dan asset BUMN (Herman, 2013).
Satuan Pengawasan Intern memiliki tugas membantu memberikan saran
pemikiran kepada direksi dalam menjalankan pengawasan kegiatan operasi
perusahaan, mencakup penggunaan sumber daya operasional serta sistem dan
prosedur perusahaan (Radjagukguk, dkk, 2014 : 393). Adapun Sistem
Pengendalian Internal yang efektif dapat menj operasi perusahaan yang efektif
dan efisien serta dipatuhinya aturan-aturan internal perusahaan dan aturan dari
luar yang terkait dengan perusahaan sehingga dapat tercipta akuntabilitas
(Herman, 2013, p. 19)
Faktor lainnya yang mempengaruhi penerapan GCG adalah Risk process
management. Menurut Demidenko dan McNutt dalam Pradana dan Rikumahu
(2014 : 196) manajemen risiko memonitor pencapaian tujuan utama dengan cara
yang etis untuk memaksimalkan nilai dari pemegang saham dan menyeimbangkan
kepentingan stakeholders. Dengan menerapkan manajemen risiko, perusahaan
akan mendapatkan nilai lebih dalam bisnis perusahaan. Perusahaan yang berhasil
menerapkan manajemen risiko yang efektif memiliki keunggulan kompetitif
jangka panjang yang dapat menjaga stakeholders mendapatkan hak mereka
masing-masing, karena sistem manajemen risiko yang didesain dengan baik akan
memastikan bahwa seluruh aktivitas yang mengandung risiko dievaluasi dengan
hati-hati oleh manajer dan pekerja yang bertanggungjawab (Pradana & Rikimahu,
2014).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik
untuk mengangkat tema penelitian dengan judul “Penerapan GCG pada
Perusahaan TELKOM”.

B. Sejarah
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
(“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”,
yang didirikan dan beroperasi secara komersial pada tahun 1884 berdasarkan
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan

4
diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April 1884.
Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status
Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Entitas
induk terakhir Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (“Pemerintah”)
(Catatan 1c dan 22). Perusahaan didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah,
S.H. No. 128 tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-
6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992, Tambahan No. 210.
Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir
dilakukan sehubungan dengan adanya kebutuhan Perusahaan untuk meningkatkan
fleksibilitas dan kemandirian Dewan Komisaris dalam memberikan persetujuan
atas tindakan Direksi yang melebihi batasan nilai tertentu.
Sebagaimana tertuang dalam Akta Notaris Ashoya Ratam, S.H., MKn. No.
32 tanggal 21 Juni 2019. Perubahan telah diterima dan disetujui oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (“Menkumham”) berdasarkan
surat No. AHU-0032595.AH.01.02 tanggal 24 Juni 2019. Sesuai dengan Pasal 3
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah
menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi dan informatika, serta
optimalisasi sumber daya Perusahaan untuk menyediakan barang dan/atau jasa
berkualitas tinggi dan kompetitif untuk mendapatkan/mengejar laba guna
meningkatkan nilai Perusahaan dengan menerapkan prinsip Perusahaan Terbatas
(TELKOM, 2020).

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah ditulis di bagian
sebelumnya, maka tujuan dalam penulisan makalah ini di antaranya:
1. Untuk menganalisis dan mengetahui penerapan Good Corporate
Governance (GCG) pada perusahaan TELKOM.
2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Good Corporate
Governance pada perusahaan TELKOM.

5
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Satuan Pengawasan Intern,
Risk Process Management, dan Komite Audit secara bersama-sama
terhadap Good Corporate Governance pada perusahaan TELKOM.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif serta
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan, mengenai penerapan Good
Corporate Governance. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan juga dapat
dijadikan sebagai kajian referensi bagi peneliti lain yang hendak melakukan
penelitian sejenis ataupun penelitian lanjutan.
2. Manfaat Praktis/Empiris
Diharapkan setelah melakukan penelitian mengenai Pengaruh Satuan
Pengawasan Intern, Risk Process Management dan Komite Audit Terhadap
Tingkat Penerapan Good Corporate Governance yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif serta
masukan bagi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk dalam pengambilan keputusan
dan kebijakan pihak manajemen terkait dengan penerapan Good Corporate
Governance di dalam perusahaan guna menjaga reputasi perusahaan di mata
masyarakat luas, serta menjaga kepercayaan investor yang menanamkan
sahamnya.
b. Bagi Penulis
Memberikan pemahaman dan kesesuaian atas teori yang ada, dan
membandingkan dengan hasil penelitian yang di peroleh pada PT Telekomunikasi
Indonesia, Tbk. Serta memberikan kesimpulan atas penelitian yang telah
dilakukan di perusahaan terkait.
c. Bagi Pihak Lain
Memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan serta dapat
menjadi referensi penelitian selanjutnya khususnya mengenai topik yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini

6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. GCG
a. Definisi
Istilah corporate governance telah banyak didefinisikan tetapi
beberapa definisi tersebut berbeda satu sama lain bergantung
kecenderungan pihak yang mendefiniskannya. The Indonesian Institue
for Corporate Governance (IICG) mendefiniskan GCG sebagai proses
dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan
tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang
dengan tetap memperhatikan kepentingan pihak petaruh lainnya. Selain
pemenuhan kepentingan para pemegang saham, GCG dimaksudkan
untuk menjamin sustainability.
Definisi ini menunjukkan bahwa corporate governance dapat
berfungsi untuk membangun kepercayaan, menjalin kerja sama, dan
menciptakan visi bersama antara semua pihak yang terlibat dalam
perusahaan sehingga masalah keagenan dapat diantisipasi (Akpan &
Hodo, 2012).
b. Prinsip-prinsip GCG
1) Tansparansi, merupakan suatu komitmen untuk memastikan
ketersediaan dan keterbukaan informasi penting bagi pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholders) mengenai keadaan keuangan,
pengelolaan dan kepemilikan perseroan secara akurat, jelas dan
tepat waktu. Adapun implementasi prinsip transparansi dalam
praktik bisnis sebagai berikut :
a) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,
memadai, jelas, aurat dan dapat diperbandingkan serta mudah
diakses oleh pemangku pemangku kepentingan sesuai dengan
haknya.
b) Informasi yang harus diungkapkan meliputi: visi, misi, sasaran

8
usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen resiko, sistem
pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan
GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang
dapat memengaruhi kondisi perusahaan.
c) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan
perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
rahasia jabatan dan hak-hak pribadi.
d) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.(Hamdani,
2016 dalam buku GCG: Tinjauan Etika dalam praktik Bisnis)
2) Akuntabilitas, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku
kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
Akuntabilitas yang dimaksud adalah akuntabilitas yang menjamin
tersedianya mekanisme, peran tanggung jawab jajaran manajemen
yang profesional atas semua keputusan dan kebijakan yang diambil
sehubungan dengan aktivitas operasional perseroan. Implementasi
prinsip akuntabilitas dalam praktik bisnis adalah:
a) Perusahaan menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara
jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai perusahaan
(corporate values), dan strategi perusahaan.
b) Perusahaan menjamin bahwa semua organ perusahaan termasuk
karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas,

9
tanggung jawab dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
c) Perusahaan menerapkan sistem pengendalian internal dan
efektif dalam pengelolaan perusahaan.
d) Perusahaan memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran
perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha perusahaan
serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward adn
punishment system).
e) Perusahaan memiliki etika bisnis dan pedoman perilaku (code
of conduct) yang dijalankan oleh setiap organ perusahaan mulai
dari pimpinan atas sampai pada tingkat karyawan bawah.
3) Independensi, dalam pelaksanaan GCG bagi perusahaan
diharapkan pengelolaan dapat dilakukan secara independen
sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. adapun
pedoman pelakasanaan prinsip independensi di antaranya:
a) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya
dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh
kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan (conflict
of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif.
b) Masing-masing organ perususahaan harus melaksanakan fungsi
dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau
melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
4) Kewajaran dalam perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Prinsip kewajaran dan
kesetaraan adalah prinsip yang mengandung unsur keadilan, yang
menjamin bahwa setiap keputusan dan kebijakan yang diambil
adalah demi kepentingan seluruh pihak yang berkepentingan,
termasuk para pelanggan, pemasok, pemegang saham, investor

10
serta masyarakat luas. Terlebih keadilan dan perlindungan terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas dari tindakan
kecurangan.pedoman pelaksanaan prinsip kewajaran dan
kesetaraan dalam praktik bisnis yaitu:
a) perusahaan memberikan kesempatan kepada pemangku
kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan
pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses
etrhadap informasi.
b) Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar
kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan
kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.
c) Perusahaan memberikan kesempatan yang sama dalam
penerimaan karyawan, berkarier dan melaksanakan tugasnya
secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, gender dan kondisi fisik.
5) Responsibilitas diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan
sebagai anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan yang
berlaku dan pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial
(Alan, 2016). Prinsip responsibilitas dalam praktik bisnis
diantaranya:
a) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian
dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).
b) Perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial di antaranya:
kepedulian terhadap masayarakat dan kelestarian lingkungan
terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan
dan pelaksanaan yang memadai.
d) Tujuan dan Manfaat
1) Penerapan prinsip-prinsip GCG untuk memaksimalkan
nilai BUMN agar BUMN memiliki daya saing yang kuat
baik secara nasional maupun internasional, sehingga

11
tujuan BUMN dapat dicapai.
2) Agar BUMN dalam menjalankan usahanya dapat
dijalankan secara professional, transparant, efisien, serta
memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
organ-organ perusahaan.
3) Agar setiap keputusan yang diambil dilandasi oleh nilai
moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
serta memperhatikan kepentingan-kepentingan para
stakeholder (melindungi hak stakeholder).
4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian
nasional.
5) Meningkatkan iklim investasi nasional (Al Rasid, 2018)
e) Teori GCG
1) Finance Model (Agency Theory)
Asumsi teori ini menyatakan bahwa pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan dapat menimbulkan
masalah keagenan (Agency problem). Pemilik perusahaan akan
memberikan kewenangan pada pengelola (manajer) untuk
mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan
mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama
pemilik perusahaan. Dimungkinkan pengelola tidak bertindak
atas kepentingan pemilik, karena adanya perbedaan
kepentingan (confilct interest).
2) Stewardship Model (Stewardship Theory)
Teori stewardship diperkenalkan sebagai teori yang
berdasarkan tingkah laku dan premis. Teori stewardship
beranggapan bahwa manajer tidak mempunyai kepentingan
pribadi tapi lebih mementingkan keinginan prinsipal. Teori ini
relatif baru sehingga kontribusi teoritisnya kurang mantap.
Sebelumnya, peneliti telah mempertentangkan teori agency dan
stewardship, namun gagal menguji aspek psikologis dan

12
situasional yang dapat menjadi pondasi teori stewardship.
Donaldson & Davis (1991) beranggapan bahwa teori
stewardship adalah benar dan teori agency salah
3) Stakeholders Model (Stakeholders Theory)
Istilah Stakeholder pertama kali diperkenalkan oleh
Stanford Research Institute (SRI) pada tahun 1963. Stakeholder
didefinisikan sebagai “any group or individual who can effect or
be affected by the achievement of an organization’s objective”.
Bahwa Stakeholder merupakan kelompok maupun individu
yang dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh proses
pencapaian tujuan organisasi
f) Faktor-faktor yang Mempengaruhi GCG
1) Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan
perundang-undangan dan penegakan hukum secara
konsisten (consistent law enforcement). Peran Negara
sangat menentukan keberhasilan GCG. Oleh karenanya
Negara mempunyai peran strategis dalam mendorong
terciptanya pemerintah yang bersih. Negara yang tidak
menyelenggarakan prinsip-prinsip good governance (GG)
akan memiliki kredibilitas yang rendah korupsi yang
merajalela serta tidak terciptanya kepastian hukum.
2) Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerpakan GCG
sebagai pedoman dasar melakukan usaha. GCG menjadi
sebuah keniscahyaan, mengingat kegiatan usaha yang
dilaksanakan oleh organ-organ perusahaan (RUPS, Dewan
Komisaris, dan Dewan Direksi) harus dilakukan dalam
rangka pemenuhan hak dan tanggung jawab seluruh
pemegang saham, termasuk para pemegang saham
minoritas yang notabenenya dikuasai oleh publik, atas dasar
kewajaran dan kesetaraan (fairness) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar

13
perusahaan.
3) Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha
serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan
perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan
kontrol sosial (social control) secara objektif dan
bertanggung jawab (Welly, 2022)
2. Perusahaan TELKOM
Perusahaan TELKOM merupakan adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak di bidang jasa dan komunikasi (TIK) dan jaringan
telekomunikasi di Indonesia (Mustofa, 2020, p. 10).

B. Literatur dan Rujukannya


1. Sari, Bovita Wulan, et.al., 2021, “Penerapan Good Coorporate
Governance di PT TELKOM Malang”.
Buruknya tata kelola perusahaan negara, mendorong keluarnya
Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor 117 Tahun 2002, mewajibkan
BUMN untuk menerapakan Good Corporate Governance (GCG) dalam
tata kelola perusahaannya. Telkom Malang sebagai salah satu BUMN
juga diwajibkan untuk menerapkan GCG yang tujuannya adalah untuk
mewujudkan perusahaan yang trasparan, dapat dipertanggungjawabkan
dan terpercaya melalui manajamen yang baik. Penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kulitatif. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Telkom Malang telah melaksanakan GCG dalam
tata kelola perusahaannya namun masih belum maksimal. Hal ini terlihat
dari hanya tiga prinsip yakni transparansi, akuntabilitas dan responsiblitas
yang telah dijalankan sepenuhnya oleh Telkom Malang, sedangkan
prinsip independensi dan kewajaran belum diterapkan sepenuhnya dalam
tata kelola perusahaan Telkom Malang. Dalam penerapan konsep GCG
tersebut juga tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat.
Faktor pendukung penerapan GCG di Telkom Malang ialah adanya
berbagai aturan dan kebijakan yang dikeluarkan yang mengacu pada

14
penerapan GCG, terdapat komite audit yang mengawasi secara efektif
didalam perusahaan untuk menghindari penyimpangan yang mungkin
terjadi serta adanya harapan yang tinggi dari pelanggan untuk
mendapatkan pelayanan yang prima. Sedangkat faktor penghambat
pelaksanaan GCG di Telkom Malang ialah kurangnya kemampuan dan
pengetahuan dari setiap pegawai dalam mempresepsikan pengertian GCG,
adanya sebagian mitra binaan yang kurang disiplin dalam mengembalikan
pinjaman serta kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
produk Telkom.
2. Winda Putri (2006) yang berjudul “Analisis Pengaruh Corporate
Governance dan Jumlah Komisaris Terhadap Kinerja Perusahaan” yang
meneliti perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ menunjukkan
corporate governance secara statistik mempengaruhi kinerja perusahaan;
3. Yudha Pranata (2007) yang berjudul “Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan” yang meneliti
perusahaan go public di BEJ yang termasuk dalam kelompok sepuluh
besar perusahaan berdasarkan indeks GCG menunjukkan bahwa
penerapan GCG secara signifikan dapat meningkatkan return on equity,
net profit margin, Tobin’s.

15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Riset Data dan Survey Data
Data adalah kumpulan dari fakta-fakta, kejadian-kejadian yang dapat
berupa simbol, angka, huruf, dan lain-lain yang berguna bagi suatu pengolahan
data (proses) atau sebagai masukan (input) bagi suatu proses. Data merupakan
deskripsi dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi (Hadi, 2016).
Di dalam tulisan ini, pendekatan kualitatif digunakan oleh peneliti sebab
menerangkan problematika berbasis deskriptif yang menjelaskan sebuah kondisi
yang sesuai tentang apa yang dikaji di dalam permasalahan penelitian. Hal ini
juga seperti Creswell, penelitian kualitatif juga untuk model yang berlangsungnya
ada pengaturan natural yang mengembangkan detail serta korelasinya pada
pengalaman nyata (Afrizal, 2014).
Jenis studi kasus digunakan dalam penelitian ini. Penelitian studi kasus ini
adalah peneliti harus mencari kehidupan aktual, kasus kontemporer, pelbagai
sistem yang terbatas waktu, namun melalui data-data mendalam terperinci dan
melibatkan seluruh referensi informasi rujukan (Ardianto, 2010). Adapun yang
dimaksud adalah laporan, pengamatan audiovisual, wawancara. Peneliti
mempunyai alasan mengapa menggunakan field research adalah sebab peneliti
harus terjun langsung pada sebuah objek (Gunawan, 2014).
Dalam Bisnis Indonesia, 2005, dipaparkan beberapa hasil survey antara
lain survey yang dilakukan Mc Kinsey & Co. terhadap 250 investor global dari
tiga benua yaitu AS, Eropa, dan Asia, pada pertengahan tahun 2000, diketahui
bahwa penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia berada pada
peringkat terendah, survey CLSA (Credit Lyonnais Securities Asia ) diakhir
tahun 2004 menempatkan Indonesia pada peringkat ke-10 atau terburuk di Asia
Tenggara atas pelaksanaan GCG, dan survey Standard & Poors juga menyatakan
pelaksanaan GCG di Indonesia secara umum stagnan.

B. Data Perusahaan
Penjelasan mengenai profil PT. Telkom Indonesia Tbk. dimaksudkan agar

16
dapat diketahui bisnis proses yang dijalankan oleh PT. Telkom Indonesia Tbk.
untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Profil PT.
Telkom Indonesia Tbk. yang dimaksud terdiri dari sejarah singkat, logo
perusahaan, badan hukum, dan struktur oraganisasi khususnya di PT. Telkom
Indonesia Unit Data Management Wilayah Bandung Barat dan Timur.
Telkom Indonesia Tbk. PT. Telkom Indonesia, Tbk. merupakan
perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (infoComm) serta
penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and
network provider) yang terbesar di Indonesia. TELKOM (yang selanjutnya
disebut juga perseroan atau perusahaan ) menyediakan jasa telepon tidak bergerak
kabel (fixed Wireline) , jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa
telepon bergerak (Cellular), data dan internet, serta network dan interkoneksi baik
langsung maupun melalui perusahaan asosiasi. Keberadaannya pertama kali pada
tahun 1882 di masa pemerintahan kolonial Belanda, dengan nama Post en
telegraph Dienst sebuah perusahaan publik penyedia layanan pos telegraf. Pada
tahun 1906, statusnya di ubah menjadi jawatan yang mengatur layanan pos dan
telekomunikasi yang diberi nama Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon (Post
Telegraph en Telephone Dienst/PTT) yang berpusat di Bandung dengan alamat Jl.
Japati No. 1. Pada tahun 1961, jasa pos dan telekomunikasi tersebut statusnya
berubah menjadi perusahaan pemerintah pertama dengan tujuan menjaga jasa pos
dan telekomunikasi di wilayah Sumatera, dimana mulai terbentuk pada tahun
1970 secara nasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun No.29 dan No.30
tahun 1965, pemerintah memisahkan jasa pos dengan telekomunikasi pada tahun
1965 8 ke dalam 2 (dua) perusahaan milik Negara, yaitu Perusahaan Negara Pos
dan Giro, dan Perusahaan Negara Telekomunikasi. Perluasan gerak Perusahaan
Negara Telekomunikasi ditambah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah
No.44 tahun 1969 dan No.45 tahun 1969 tentang bentuk–bentuk Perusahaan
Negara yang mengubah Perusahaan Negara Telekomunikasi menjadi bentuk
Perusahaan Umum (Perum). Perubahan status ini ditetapkan pada tanggal 28 April
1970 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1974. Status
Perusahaan Negara Telekomunikasi diubah menjadi (Perumtel) yang

17
disempurnakan lagi dengan Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1984.
Pada akhirnya tahun 1980, pemerintah mengambil kebijakan dengan
membeli seluruh saham PT. Indosat, sebuah perusahaan swasta yang didirikan
dalam rangka penanaman modal asing yang kemudian diubah statusnya menjadi
suatu Badan Hukum Milik Negara (BUMN) berbentuk Persero. Penyertaan modal
Negara Republik Indonesia dalam PT. Indosat tersebut dituangkan dalam
Peraturan Pemerintah No.52 tahun 1980.
Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pelayanan jasa telekomunikasi
untuk umum, maka dengan Peraturan Pemerintah No.53 tahun 1980 diadakan
perubahan atas Peraturan Pemerintah No.36 tahun 1974 yakni dengan menetapkan
Perumtel sebagai badan usaha yang diberi wewenang untuk menyelenggarakan
telekomunikasi dalam negeri dan PT. Indosat sebagai badan usaha yang diberi
wewenang menyelenggarakan telekomunikasi luar negeri. Pada tanggal 24
September 1991, pemerintah mengubah Perumtel yang semula merupakan
perusahaan umum menjadi perusahaan negara yaitu Perusahaan Perseorangan
(Persero) PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Disingkat PT. Telkom yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Imas
Fatimah, S.H. No. 128 dengan tujuan utama perusahaan yaitu memberikan
layanan untuk masyarakat umum. Perubahan status ini berdasarkan peraturan
pemerintah No.25 tahun 1991. Penawaran umum perdana saham PT. Telkom
(Initial Public Offering/IPO) dilakukan pada tanggal 14 November 1995, sejak
saat itu saham PT. Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta
(BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), New York Stock Exchange (NYSE) dan
London Stock Exchange (LSE), saham PT. Telkom juga diperdagangkan di
Tokyo Stock Exchange tanpa pencatatan Public Offering Without Listing
(POWL).

C. Perkembangan dan Literatur Data Lainnya


1. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di sini sebagai tokoh utama yang dalam penelitian
kualitatif ia dikatakan sebagaimana seseorang yang merencanakan, melaksanakan,

18
mengumpulkan data, menganalisis data, menyimpulkan data ke dalam penelitian
(Assingkily, 2021).
Peneliti dituntut hadir dalam sebuah penelitian kualitatif untuk data yang
diperoleh bisa maksimal serta keabsahan data bisa terjamin. Sehingga, peneliti
mempunyai peran melaksanakan apa yang diamati dan didengarkan secara cermat
dan memang dibutuhkan. Peneliti pun harus perlu diketahui statusnya oleh siapa
saja informan sebab peneliti mempunyai hubungan secara langsung pada aspek
yang memang sedang diteliti (Hamzah, 2021). Namun, di dalam penelitian ini
peneliti tidak ikut terjun langsung ke lapangan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian tampaknya perlu menjadi sebuah hal yang penting juga di
dalam metode penelitian. Kevalidan penelitian juga ditentukan oleh kejujuran
penelitian saat hadir di lokasi sehingga lokasi ini menjadi kerangka teoritik yang
dilatarbelakangi oleh perimbangan teknis operasional. Adapun penelitian ini akan
dilakukan di Perusahaan TELKOM.
3. Data dan Sumber data
Data didefinisikan sebagai bahan nyata atau keterangan yang mampu
dijadikan landasan kajian untuk memperoleh analisis atau kesimpulan (Bachari,
2010).
4. Teknik Pengumpulan Data
Hakikat dari teknik pengumpulan data adalah sebuah rangkaian kegiatan di
dalam penelitian yang tujuannya untuk mendapatkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan pada dua hal yakni tentang validitas dan reliabilitasnya.
Oleh sebab itu, peneliti perlu mengaplikasikan beberapa teknik yang tujuannya
guna memperoleh data secara aktual, valid, dan terjamin kelengkapannya. Teknik
pengumpulan data ini terdiri dari bermacam-macam yaitu studi literatur.
5. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan langkah setelah diperolehnya hasil
pengumpulan data. Kegiatan di dalam analisis data ini ialah serangkaian aktivitas
penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran, dan verifikasi data supaya
dapat diperoleh pemahaman berupa kesimpulan yang terstruktur. Analisis data

19
menggunakan teori Milles dan Huberman (Rijali, 2018).
6. Uji Keabsahan Data
Uji kebasahan data meliputi sebuah kejujuran realitas yang mana tidak
tunggal sifatnya, namun jamak serta tergantung atas dasar kemampuan peneliti
yang dalam hal ini kemampuan bagaimana seorang peneliti mengkomunikasikan
atas pengamatan terhadap fenomena membentuk ke dalam jati diri pribadi
sebagaimana mengeluarkan hasil mental tiap orang yang tertulis pada latar
belakangnya. Jadi, kredibitas data perlu dan sangat penting untuk dipastikan
dalam keabsahan/pengecekan data. Adapn metode dalam pengecekan atau
keabsahan data ini di antaranya sebagai berikut:
a. Perpanjangan pengamatan, ialah seoang peneliti yang melaksanakan
pengecekan data menggunakan teknik untuk mengolor waktu guna
mengumpulkan dan mengecek data melalui wawancara, dokumentas,
maupun observasi sehingga di dalam hasil akhirnya akan terlihat bahwa
data tersebut apakah bisa dikatakan valid atau tidak, dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak.
b. Peningkatan ketekunan, peneliti menggali data dengan meningkatkan dan
memaksimalkan eksistensinya dalam memperoleh referensi atau rujukan
agar menguatkan penelitiannya.
c. Triangulasi, tahap terakhir ini adalah seorang peneliti melakukan uji
keabsahan data dengan memeriksa segala jenis sumber dan
membandingkkannya. Sehingga bisa saja peneliti memperoleh data
pembanding (Janna, 2020).

20
BAB IV
ANALISIS
A. Sejarah
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.
(“Perusahaan”) pada mulanya merupakan bagian dari “Post en Telegraafdienst”,
yang didirikan dan beroperasi secara komersial pada tahun 1884 berdasarkan
Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 27 Maret 1884 dan
diumumkan dalam Berita Negara Hindia Belanda No. 52 tanggal 3 April 1884.
Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status
Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara (“Persero”). Entitas
induk terakhir Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (“Pemerintah”)
(Catatan 1c dan 22). Perusahaan didirikan berdasarkan akta notaris Imas Fatimah,
S.H. No. 128 tanggal 24 September 1991. Akta pendirian tersebut telah disetujui
oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-
6870.HT.01.01.Th.1991 tanggal 19 November 1991 dan diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 5 tanggal 17 Januari 1992, Tambahan No. 210.
Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali diubah, perubahan terakhir
dilakukan sehubungan dengan adanya kebutuhan Perusahaan untuk meningkatkan
fleksibilitas dan kemandirian Dewan Komisaris dalam memberikan persetujuan
atas tindakan Direksi yang melebihi batasan nilai tertentu.
Sebagaimana tertuang dalam Akta Notaris Ashoya Ratam, S.H., MKn. No.
32 tanggal 21 Juni 2019. Perubahan telah diterima dan disetujui oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (“Menkumham”) berdasarkan
surat No. AHU-0032595.AH.01.02 tanggal 24 Juni 2019. Sesuai dengan Pasal 3
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan adalah
menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi dan informatika, serta
optimalisasi sumber daya Perusahaan untuk menyediakan barang dan/atau jasa
berkualitas tinggi dan kompetitif untuk mendapatkan/mengejar laba guna
meningkatkan nilai Perusahaan dengan menerapkan prinsip Perusahaan Terbatas
(TELKOM, 2020).

21
B. Proses Bisnisnya
Berdasarkan undang-undang No. 36/1999, yang mengatur tentang jasa
layanan telekomunikasi, dimana terjadi perubahan pasar, dari semula pasar
monopoli (dahulu PT. Telkom) kini menjadi non-monopoli / pasar bebas (pasar
persaingan sempurna). Hal tersebut membuat PT. Telkom sebagai Incumbent
(Operator dominan/operator penyelenggara jaringan telekomunikasi pertama kali)
tidak lagi menguasai pasar sepenuhnya, melainkan harus mampu bersaing dengan
operator penyelnggara jasa telekomunikasi lainnya di Indonesia, dan
mempersiapkan diri menghadapi operator asing yang akan masuk. Selain adanya
perubahan sifat pasar, setiap penyelenggara jaringan telekomunikasi juga dituntut
untuk dapat memberikan layanan yang terbaik bagi konsumen jasa telekomunikasi
(berdasarkan Undang-Undang No. 8/1999 tentang perlindungan konsumen).
Pada tahun 2001 PT. Telkom membeli 35% saham PT. Telkomsel dari PT.
Indosat sebagai bagian dari implementasi retrukturisasi industri jasa
telekomunikasi di Indonesia, yang ditandai dengan pengahapusan kepemilikan
bersama dan kepemilikan silang antara PT. Telkom dengan PT. Indosat. Dengan
10 transaksi ini, PT. Telkom menguasai 72,72% saham PT. Telkomsel. PT
Telkom membeli 90,32% saham PT. Dayamitra dan mengkonsolidasikan laporan
keuangan PT. Dayamitra ke dalam laporan keuangan PT. Telkom. Pada tahun
2002 PT. Telkom membeli seluruh saham PT. Pramindo melalui 3 tahap, yaitu
30% saham pada saat ditandatanganinya perjanjian jual beli pada tanggal 15
Agustus 2002, 15% pada tanggal 30 September 2003 dan sisanya 55% saham
pada tanggal 31 Desember 2004. PT. Telkom menjual 12,72% saham PT.
Telkomsel kepada PT. Singapore Telecom, dan dengan demikian PT. Telkom
memilik 60% saham PT. Telkomsel. sejak Agustus 2002 terjadi duapoli
penyelenggaraan telekomunikasi lokal. Memasuki tahun 2003, PT. Telkom
menjadi FNSP (Full Network and Service Provider), dan juga mulai digelar
kompetisi dengan format duopoli (PT. Telkom versus PT. Indosat). Semula
layanan yang disajikan hanya POTS (Plain Ordinary Telephone Service), dan
sekarang lebih dititik beratkan pada pengembangan PMM (Phone, Mobile, and
Multimedia) (Firianti, 2017).

22
Saham Telkom per 31 Desember 2006 dimiliki oleh pemerintah Indonesia
(51,19%) dan pemegang saham politik (48,81%), yang terdiri dari investor asing
(45,54%) dan Investor lokal (3,27%). Sementara itu harga saham Telkom di Bursa
Efek Jakarta selama tahun 2006 telah menigkat sebesar 71,2% dari Rp. 5.900,-
menjadi Rp. 10.000,- Kapitalisasi pasar saham Telkom pada akhir 2006 sebesar
USD $ 22,6 Miliar. Dengan pencapaian dan pengakuan yang diperoleh Telkom,
penguasaan pasar untuk setiap portofolio bisnisnya, kuatnya kinerja keuangan,
serta potensi pertumbuhan dimasa mendatang, saat ini Telkom menjadi korporasi
terbaik di Indonesia. Dalam era baru ini PT. Telkom harus menyusun sendiri
strategi baru yang akan dijalankan oleh manajemen PT. Telkom bersama seluruh
jajarannya (Yulianingsih & Suryawardhani, 2018).

C. Penerapan dan Hasilnya


1. Penerapan GCG di Perusahaan Telkom
a. Tansparansi, merupakan suatu komitmen untuk memastikan
ketersediaan dan keterbukaan informasi penting bagi pihak-pihak
yang berkepentingan (stakeholders) mengenai keadaan keuangan,
pengelolaan dan kepemilikan perseroan secara akurat, jelas dan tepat
waktu.
b. Akuntabilitas, perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.
Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan. Akuntabilitas yang dimaksud adalah
akuntabilitas yang menjamin tersedianya mekanisme, peran tanggung
jawab jajaran manajemen yang profesional atas semua keputusan dan
kebijakan yang diambil sehubungan dengan aktivitas operasional
perseroan.
c. Independensi, dalam pelaksanaan GCG bagi perusahaan diharapkan
pengelolaan dapat dilakukan secara independen sehingga masing-
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

23
diintervensi oleh pihak lain.
d. Kewajaran dalam perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
e. Responsibilitas diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai
anggota masyarakat untuk mematuhi peraturan yang berlaku dan
pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan sosial (Alan, 2016).
2. Faktor Pendukung dan Penghambat
a. Faktor Pendukung
1) Adanya berbagai peraturan dan kebijakan yang mengacu pada
penerapan GCG;
2) Terdapat komite audit/pengawasan yang efektif dalam perusahaan
untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan
terjadi;
3) Adanya harapan yang tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan yang prima dan memuaskan.
b. Faktor Penghambat
1) Kurangnya pengetahuan dan kemampuan dari setiap pegawai
dalam mempresepsikan pengertian GCG;
2) Adanya sebagian mitra binaan yang kurang disiplin dalam
mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh TELKOM (Sari,
Domai, & Panirengu, 2021)

24
BAB V
KESIMPULAN
A. Saran
Berdasarkan pembahasan di bab-bab sebelumnya, PT. Telkom Indonesia
dan GCG, maka saran yang dapat diberikan di antaranya:
1. Dilihat dari nilai R Square yang relatif kecil pada variabel Corporate
Governance, maka untuk penelitian selanjutnya mungkin perlu memasukkan
variabel lain, misalnya komite audit.
2. Perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian ini sangat beragam
sekali, berasal dari berbagai jenis industri yang sangat berbeda, sehingga
semua ini berakibat pada perbedaan yang sangat mencolok sekali dari segi
data dan informasi yang dihasilkan dari penelitian. Sebaiknya penelitian
selanjutnya memakai perusahaan-perusahan yang berasal dari industri yang
sejenis.
3. Penerapan GCG adalah perlu dan wajib bagi setiap perusahaan. Oleh karena
itu disarankan kepada para manajer agar dapat melakukan pengelolaan
perusahaan berdasarkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) secara
konsisten sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga mendapatkan
kepercayaan shareholders dan stakeholders, dan dapat lebih meningkatkan
kinerja keuangan.
4. Manajemen laba adalah praktik yang merugikan bagi semua pihak yang
berkepentingan baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Salah
satu cara menghindarinya adalah dengan menerapkan GCG.
5. Investor harus memiliki pertimbangan serta berhati-hati dalam pengambilan
keputusan bisnis. Sebaiknya investor tidak hanya berfokus pada informasi
keuangan saja, akan tetapi juga harus memperhatikan informasi non keuangan
seperti penerapan GCG.

B. Limitasi
Keterbatasan penelitian menjelaskan keterbatasan dari hasil penelitian yang
dihasilkan untuk memecahkan masalah dengan konteks yang lebih luas. Paparan ini

25
dimaksudkan agar hasil dari penelitian bisa direspon hati-hati oleh pengguna sesuai
dengan asumsi yang menjadi pijakannya dan kondisi pendukung yang perlu tersedia
dalam memanfaatkannya. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini di antaranya:
1. Tidak ada uji coba atau pengumpulan data secara langsung dalam penelitian ini;
2. Tidak ada responden tentunya masih kurang untuk menggambarkan keadaan
yang sesungguhnya;
3. Variabel yang difokuskan hanya terbatas;
4. Sedikitnya referensi terdahulu perihal jenis penelitian yang membahas topik
sama dengan peneliti.
5. Apabila ada, maka referensinya dalam bentuk bahasa asing sehingga bisa
disimpulkan keterbatasan kemampuan bahasa;
6. Kemungkinan nantinya ketika penelitian, dalam proses pengambilan data
peneliti diberikan informasi yang tidak sesuai dengan pendapat responden
sebenarnya. Hal ini terjadi karena perbedaan pemikiran, anggapan, dan
pemahaman yang berbeda tiap responden, juga faktor lain seperti faktor
kejujuran dalam pengisian pendapat responden dalam kuesionernya;
7. Kemampuan yang dimiliki peneliti terkait hal ini masih tergolong sedang;

C. Implikasi Manajerial
Berdasarkan pembahasan di bab-bab sebelumnya, PT. Telkom Indonesia,
Tbk. berubah menjadi perusahaan negara berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 25 tahun 1991. Dengan demikian, PT. Telkom Indonesia Tbk.
merupakan salah satu badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak dalam
bidang penyediaan layanan komunikasi dan informasi. Seyogianya PT TELKOM
mengimplementasikan definisi Good Corporate Governance (GCG) yang mana
merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan
dalam jangka panjang yang sekaligus dapat memenangkan persaingan bisnis
global, karena para stakeholder meyakini bahwa dengan adanya pengungkapan
good corporate governance yang akurat, tepat waktu dan transparan dapat
menambah nilai bagi para stakeholder. Sebagai perusahaan go public yang
terdaftar di pasar modal (multi-listing) antara lain di Bursa Efek Indonesia (BEI)

26
dan New York Stock Exchange (NYSE), PT TELKOM harus mematuhi
peraturan-peraturan yang berlaku di pasar modal seperti prinsip-prinsip Corporate
Governance yang tertulis dalam Group of 20/Organisation for Economic Co-
operation and Development (G20/OECD), pedoman umum GCG Indonesia yang
dikeluarkan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), pedoman tata
kelola Perusahaan Terbuka dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sarbanes Oxley
Act serta peraturan SEC lainnya dalam menerapkan GCG. Struktur dan
mekanisme tata kelola perusahaan di PT TELKOM mengikuti two tier board
structure.

27
DAFTAR PUSTAKA

Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Akpan, E., & Hodo, R. (2012). Does Corporate Governance Affect Bank
profitability?: Evidence from Nigeria American Internation. Journal of
Contemporary Research, 2(7), 135–145.

Al Rasid, M. H. (2018). Pengaruh Terra (Tangibles, Emphaty, Responsivinnes,


Reliability, Assurance) Terhadap Loyalitas Nasabah di Bank Muamalat
Cabang Margonda Depok (Skripsi). Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta.

Alan, Y. (2016). Pengaruh Service Quality (Tangible, Emphaty, Reliability,


Responsivinness, dan Assurance) Terhadap Customer Satisfaction Pada
Hotel Serela Bandung. Jurnal Manajemen, 2(1), 258.

Ardianto, A. (2010). Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan


Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Assingkily, M. S. (2021). Metode Penelitian Pendidikan: Panduan Menulis


Artikel Ilmiah dan Tugas Akhir. Yogyakarta: IKAPI.

Bachari, B. (2010). Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi Pada


Penelitian Kualitatif. Teknologi Pendidikan, 10(1), 41–54.

Febrianty, Revida, E., & Simarmata, J. (2020). Manajemen Perubahan


Perusahaan di Era Transformasi Digial. Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Firianti, S. N. (2017). Analisis Proses Pengadaan Menggunakan Pendekatan


Kualitatif dan Kuantitatif di PT. Telkom Akses. ITS, 1(1), 1–27.

Gunawan, I. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:


Bumi Aksara.

Hadi, S. (2016). Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kulitatif pada Skripsi.


Jurnal Ilmu Pendidikan, 22(1), 65–82.

Hamzah, A. (2021). Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and


Development) Uji Produk Kuantitatif dan Kualitatif Proses dan Hasil.
Malang: Literasi Nusantara.

Herman, A. (2013). Performance Management. New Jersey: Pearson Prentice


Hall.

Janna. (2020). Konsep Uji Validitas dan Reliabilitas dengan Menggunakan SPSS.
Artikel : Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Dakwah Wal-Irsyad

28
(DDI) Kota Makassar, 1(1), 1–13.

Larasati, S., & Gilang, A. (2014). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Wilayah Telkom Jabar Barat Utara (Witel Bekasi). Jurnal
Manajemen Dan Organisasi, 5(3), 200–213.

Mustofa, A. (2020). Ekonomi Politik Pembangunan: Kebijakan Privatisasi dan


Aliansi Politik BUMN. Jakarta: Unitomo Press.

Nustini, Y., & Nuraini, S. R. (2022). Analisis Profitabilitas, Financial Leverage


dan Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Risiko Perusahaan.
NCAF: Procedding of National Conference on Accounting & Finance,
4(2), 73–81.

Pradana, Y. A., & Rikimahu, B. (2014). Penerapan Manajemen Risiko Terhadap


Perwujudan Good Corporate Governance Perusahaan Asuransi.
Trikonomika, 13(2), 195–204.

Pusat Data da Analisa Tempo. (2020). Telkom dan Program Pengembangan


Layanan Melalui Fiber Optik. Jakarta: Tempo Publishing.

Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, 17(33), 72–86.

Santosa, S. (2017). Unstold Story IPO Telkom di NYSE dan BEJ. Jakarta:
Rayyana Komunikasindo.

Sari, N. W., Domai, T., & Panirengu, S. (2021). Penerapan Good Coorporate
Governance di PT TELKOM Malang. Jurnal Administrasi Publik (JAP),
2(4), 659–665.

TELKOM. (2020). Laporan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT


Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan Entitas Anaknya (Laporan Posisi
Keuangan dan Konsolidasian) (pp. 1–138). Bandung: PT TELKOM.

Welly, Y. (2022). Good Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan yang


Baik. Bandung: Media Sains Indonesia.

Windah, G. C., & Andono, F. A. (2013). Pengaruh Penerapan Corporate


Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Hasil Survei The
Indonesian Institute Perception Governance (IICG) Periode 2008-2011.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(1), 1–20.

Yulianingsih, A., & Suryawardhani, B. (2018). Pengaruh Experiental Marketing


dan Brand Awareness Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada
Nexa Hotel Bandung Tahun 2018). Jurnal Manajemen Pemasaran
Universitas Telkom, 4(2), 1–8.

29
30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Perusahaan TELKOM (Santosa, 2017)

31

Anda mungkin juga menyukai