Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCETERHADAP

TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN


PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2019

OUTLINE

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Menyelesaikan Skripsi

Oleh:

CESSY AGNES ZEBUA

NPM: 160120031

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
2020
ABSTRAK

CESSY AGNES ZEBUA,2020. PENGARUH GOOD CORPORATE


GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2019.

Dosen Pembimbing: Joana L Saragih, SE., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh good corporate


governance terhadap tax avoidance perusahaan pada perusahaan pertambangan yang
terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2017-2019. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2017-2019 .
Sampel pada penelitian ini didapatkan dengan cara purposive sampling, dengan
jumlah sampel 14 perusahaan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linear
berganda dengan menggunakan program SPSS 21.
Dari hasil pengujian menggunakan SPSS diketahui bahwa, nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,293 ini berarti variabel bebas yaitudewan
komisaris independen, Kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial
secara bersama sama mempengaruhi variabel dependent yaitu 2,93 %.
Berdasarkan hasil analisis persamaan regresi linear berganda dapat disimpulkan
bahwa (1). Dewan Komisaris Independen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Tax Avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
tahun 2017-2019. (2) Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Tax Avoidance pada perusahaanPertambangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). (3) Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap Tax Avoidance pada perusahaanPertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kata Kunci : Tax Avoidance, Good Corporate Governance, Dewan Komisaris


Independen, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya yang senantiasa menuntun sepanjang waktu sehingga di dalam

kasih penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance

Perusahaan Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2017-2019”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas

Ekonomi Universitas Katolik Santo Thomas Medan. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik

secara langsung maupun tidak langsung berupa moral ataupun material. Penulis

banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Drs Sihol Situngkir, MBA selaku Rektor Universitas Katolik Santo

Thomas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Donalson Silalahi, S.E, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Romasi Lumban Gaol, S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi

S1Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan .


4. Ibu Joana L. Saragih, S.E, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi

S1 sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah memberikan banyak

arahan, masukan, dan dukungan kepada penulis.

5. Bapak Fratis F. Gultom, S.E, M.Si selaku Dosen penguji satu sekaligus dosen

Pembimbing Akademik yang sudah banyak memberikan arahan, masukan,

dan dukungan kepada penulis.

6. Ibu Yan C. Sembiring, S.E, M.Si selaku Dosen penguji dua yang sudah

banyak memberikan arahan, masukan, dan dukungan kepada penulis.

7. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Santo

Thomas.

8. Teristimewa untuk keluarga Penulis, Papa Augustinus Zebua, Mama Sodiria

Zalukhu, serta saudara penulis yang terkasih keluarga kak Citra dan bang

Fotuho, kak Wely Zebua, adek Ian, Frans, Falen, Ais dan sisi dan keluarga

penulis lainnya yang berada di Nias, yang selalu mendukung penulis baik

melalui materi dan moril, terimakasih banyak.

9. Teristimewa untuk teman dekat saya Reforman Giawa yang selalu ada dan

memberi dukungan kepada penulis.

10. Keluarga Accounting A 2016, Ikatan Mahasiswa Nias (IMN) ,Green House,

Philips Squad.

11. Sahabat-sahabat terdekat saya Maria Simanjuntak lemot, Mariana Berbi

Sitohang,Enjelika Simarmata BTS, Irna kurus, Santa boboho, Ulpa , Jully

Sibuk, dan adek Pita.


Penulis menyadari Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,

Penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran dari seluruh pihak

guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Akhir kata Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak

orang. Semoga Tuhan menyertai kita semua.

Medan, Oktober 2020


Penulis

Cessy Agnes Zebua


NPM : 160120031
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................... 9
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 9

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian..................................... 10


1.4.1 Tujuan Penelitian.................................................................. 10
1.4.2 Manfaat Penelitian................................................................ 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS........................................ 11


2.1 Teori Keagenaan (Agency Theory) ............................................... 11
2.2 Good Corporate Governance........................................................ 12

2.2.1 Prinsip – prinsip Corporate Governance .............................. 13


2.2.2 Manfaat Corporate Governance............................................ 16
2.2.3 Mekanisme Corporate Governance .................................. 17

2.3 Tax Avoidance................................................................................ 24


2.4 Peneliti Terdahulu ......................................................................... 27

2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 29


2.5.1 PengaruhDewan Komisaris Independen terhadap Tax
Avoidance.............................................................................
30

v
vi

2.5.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax


Avoidance............................................................................
31
2.5.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Tax
Avoidance............................................................................
32
2.6 Hipotesis........................................................................................ 33

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 34


3.1 Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 34
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 34
3.2.1 Populasi ............................................................................... 34
3.2.2 Sampel ................................................................................. 34
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ............................................ 37
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................... 38
3.5.1 Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 39
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................ 39

3.5.3 Analisi Regresi Linier Berganda .......................................... 42


3.5.4. Uji Hipotesis........................................................................ 43

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 46


.1 Hasil Penelitian................................................................................ 46
4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian................................................. 46
4.1.2 Statistik Deskriptif.................................................................. 50
4.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik......................................................... 52
4.1.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)..................................... 57
5.1.5 Pengujian Hipotesis................................................................ 58
4.2 Pembahasan........................................................................................ 60
4.2.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap
Penghindaran Pajak Perusahan..............................................
60
4.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap
Penghindaran Pajak Perusahaan.............................................
61
vii

4.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap


Penghindaran Pajak Perusahaan.............................................
62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 63


.1 Kesimpulan..................................................................................... 63
.2 Saran ............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
viii

DAFTAR TABEL

No Nama Tabel Halaman


Tabel 1.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap 5
TaxAvoidance
Tabel 1.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax 6
Avoidance
Tabel 1.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tax 7
Avoidance
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 27
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel 34
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian 35
Tabel 3.3 Durbin-Watson 40
Tabel 4.1 Dewan Komisaris Independen 46
Tabel 4.2 Kepemilikan Institusional 47
Tabel 4.3 Kepemilikan Manajerial 48
Tabel 4.4 Tax Avoidance 50
Tabel 4.5 Hasil Uji Statistika Deskriptif 51
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 54
Tabel 4.7 Pengambilan Keputusan autokorelasi 54
Tabel 4.8 Hasil Autikorelasi 55
Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 57
Tabel 4.10 Hasil Uji t 58
Tabel 4.11 Hasil Uji F 59
ix

DAFTAR GAMBAR

No Nama Tabel Halaman


Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 30
Gambar 4.1 53
GrafikHistogram

Gambar 4.2 53
Grafik P-p Plot

Gambar 4.3 56
Hasil Uji Heteroskedastisitas
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan adalah organisasi yang didirikan oleh seseorang atau

sekelompok orang yang kegiatannya untuk mencapai suatu tujuan yang tak lain

adalah untuk memperoleh keuntungan atau laba yang dipergunakan untuk

kelangsungan hidup perusahaan. Besar kecilnya laba yang diperoleh oleh suatu

perusahaan seringkali menjadi tolak ukur kesuksesan suatu manajemen dalam

mengelola perusahaan dengan didukung oleh kemampuan manajemen dalam

melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang. Persaingan

dalam dunia bisnis yang semakin ketat mendorong perusahaan bersaing untuk

mendapatkan citra dan persepsi yang baik dari setiap pemegang kepentingan yang

nantinya akan berpengaruh pada perkembangan perusahaan dimasa yang akan

datang, salah satunya dengan peningkatan laba yang diperoleh perusahaan.

Dalam hal memaksimalkan keuntungan yang diperoleh sering kali muncul

konflik kepentingan antara menejer dan pemilik perusahaan yang biasa disebut

sebagai konflik keagenan, dimana pihak manejamen sering kali mempunyai

tujuan lain yang mungkin berbeda dan bertolak belakang dengan tujuan utama

perusahaan. Hal tersebutterjadi karena manajer sebagai pengelola perusahaan

sering kali lebih mengutamakan kepentingan pribadi dalam mengambil

keputusan-keputusan di dalam menjalankan kegiatan usaha seperti melakukan

penghindaran pajak perusahaan secara agresif tanpa mempedulikan risiko atau

1
kemungkinan-kemungkinan dari tindakan tersebut, sebaliknya para pemegang

saham juga mengharapkan beban pajak yang sedikit agar dapat memaksimalkan

keuntungan perusahaan, akan tetapi hal tersebut tetap dilakukan sesuai dengan

ketentuan dan aturan perundang-undangan sehingga tidak berisiko bagi

kelangsungan perusahaan dimasa yang akan datang.

Adanya konflik keagenan antara manajer dan pemilik perusahaan maka

peran corporate governance diharapkan dapat mengendalikan akibat dari masalah

agensi tersebut terhadap penghindaran pajak. Corporate Governance merupakan

system pengendalian internal perusahaan terhadap kinerja manajemen sebagai

pengelola perusahaan yang memiliki tujuan mengurangi risiko timbulnya konflik

keagenan antara pemegang saham agar memenuhi tujuan bersama melalui

pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham

dalam jangka panjang. Dengan dibentuknya corporate governance maka dapat

mengawasi kinerja pengelola perusahaan yang salah satunya berkaitan dengan

perpajakan perusahaan. Penerapan corporate governance yang efektif dalam

jangka panjang dipercaya dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan

menguntungkan para pemegang saham serta dapat meminimalkan risiko

keputusan yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Hal tersebut berarti

bahwa tanda adanya corporate governance yang baik akan terjadi konflik

kepentingan yang biasa memberi dampak buruk bagi kinerja perusahaan (Solihin,

2009). Upaya untuk menghindari pembayaran pajak oleh perusahaan-perusahaan

terjadi secara global di berbagai negara di dunia.


Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah salah satu cara untuk

menghindari pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan.

Penghidaran pajak ini dapat dikatakan persoalan yang rumit dan unik karena

disatu sisi diperbolehkan, tetapi tidak diinginkan. Metode dan teknik yang

digunakan tax avoidance terletak pada grey area yakni cenderung memanfaatkan

kelemahan kelemahan Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan itu sendiri

untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Pohan, 2014). Memang tidak ada

unsur pidana dari aksi penghindaran pajak sebab perusahaan bertransaksi dengan

baik dan benar, disertai bukti akurat dan tidak menyalahi aturan. Namun, aktivitas

ini mengakibatkan negara tidak memperoleh pajak secara maksimal. Didalam

penelitian ini Tax avoidance diukur dengan denganEffective Tax Rate (ETR).Tarif

pajak efektif menjelaskan berbagai tarif dimana penghasilan perusahaan

dikenakan pajak sebagai akibat dari yurisdiksi pajak yang berbeda baik di dalam

negeri maupun dilluar negeri.Perusahaan juga menerapkan strategi untuk

meminimalkan pajakUntuk menghitung tarif pajak efektif, total beban pajak

dibagi dengan laba sebelum pajak (Rist dan Pizzica 2014:54).

Good Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang

menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang

menentukan arah kinerja perusahaan (Haruman, 2008). Menurut Wikipedia

Ensiklopedia Tata Kelola perusahaan adalah rangkaian proses, kebiasaan,

kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan,pengelolaan, serta

pengontrolan suatu perusahaan .


Perusahaan yang memiliki mekanisme good corporate governance yang

baik maka akan berbanding lurus dengan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban pajaknya (Sartori, 2010). Good Corporate governance diciptakan

untuk mengawasi tax planning ataupun tax management agar mampu berjalan

dibawah hukum yang berlaku.Good Corporate governance memastikan agar tata

kelola perusahaan dalam perpajakan tetap berada dalam koridor penghindaran

pajak (tax avoidance) yang bersifat legal bukan penggelapan pajak (tax evasion)

yang bersifat ilegal.

Dalam praktik good corporate governance memainkan beberapa peran,

diantaranya sebagai pengawasan dari penghindaran pajak. Prosedur pengambilan

keputusan dan pemantauan kinerja sehingga dapat dipertanggung jawabkan

(Sumihandayani, 2013).Good Corporate governance sebagai tata kelola

perusahaan menentukan arah perusahaan sesuai dengan karakter seorang

pemimpin mempengaruhi keputusan yang dibuatnya termasuk dalam

penghindaran pajak.

Penelitian tentang “Pengaruh GoodCorporate Governance terhadap Tax

Avoidance pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia ( BEI ) pada Tahun 2017-2019” sudah banyak dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuralifmia Ayu Annisa dan Lulus

Kurniasih, dengan judul Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax

Avoidance seluruh perusahaan yang terdaftar BEI. Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Jumlah dewan komisaris dan kualitas audit

(Independen). Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis linear
berganda. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang dilakukan dalam

penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan yaitu : hasil uji regresi, menunjukkan

bahwa secara statistic terbukti tidak terdapat pengaruh signifikan kemepilikan

institusional terhadap tax avoidance, dan tidak terdapat pengaruh signifikan

komposisi dewan komisaris independen terhadap tax avoidance.

Penelitian yang dilakukan oleh Tresno Eka Jaya, M. Yasser Arafat, dan

Dinda Kartika, dengan judul Corporate Governance Konservatisme Akuntansi

dan tax Avoidance pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode

analisi data yang digunakan adalah regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian

maka diperoleh kesimpulan bahwa komposisi kepemilikan saham institusional,

ukuran dewan direksi, kualitas audit tidak berpengaruh terhadap praktik

penghindaran pajak.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Fahdilah dengan judul Pengaruh

Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance Empiris pada perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode analisis data yang digunakan adalah

regresi linear berganda.Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pengujian

hipotesis yang tevxlah dilakukan dapat disimpulkan bahwa proporsi kepemilikan

institusional tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

Berikut data Pengaruh Dewan Komisaris IndependendanTax Avoidance

tahun 2017-2018.

Tabel 1.1 Pengaruh dewan komisaris independen terhadap tax avoidance

Dewan
No Tax
Kode Nama perusahaan Tahun Komisaris
. Avoidance
Independen
1 PSAB Perdana Karya 2017 0,1666 0,4317
Perkasa Tbk 2018 0,2500 0,4432
2 ESSA Surya Esa Perkasa 2017 0,2500 0,1826
Tbk 2018 0,2000 0,0245

Menurut Prakoso (2014) bahwa dewan komisaris independen berpengaruh

negatif terhadap tax avoidance dimana jika komisaris independen mengalami

peningkatan maka tax avoidance akan mengalami penurunan sehingga komisaris

yang besar dalam perusahaan dapat mencegah praktik penghindaran pajak.

Menurut peneliti terdahulu oleh Elsiana Ruddian (2017) bahwa dewan

komisaris independen memiliki nilai hubungan yang positif dan tidak signifikan

hal ini berarti bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax

avoidance (penghindaran pajak ).

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan bahwa perusahaan Perdana Karya

Perkasa Tbk pada tahun 2017 dewan komisaris independen 0,1666 meningkat

pada tahun 2018 sebesar 0,2500 dan tax avoidance nya pada tahun 2017 sebesar

0,4317 meningkat pada tahun 2018 sebesar 0,4432. Sedangkan pada perusahaan

Surya Esa Perkasa Tbk pada tahun 2017 dewan komisaris independen 0,2500

menurun pada tahun 2018 sebesar 0,2000 dan tax avoidance nya dari 0,1826

menurun menjadi 0,0245.

Berikut data pengaruh Kepemilikan Institusional tehadap Tax Avoidance

tahun 2017-2018.

Tabel 1.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap tax avoidance

No NAMA Kepemilikan Tax


Kode Tahun
. PERUSAHAAN Institusional Avoidance
1 ARII Atlas Resources Tbk 2017 0,3968 0,2054
2018 0,4531 0,2079
2 PSAB J Rsource Asia Tbk 2017 0,9312 0,4317
2018 0,9250 0,3432
Menurut Khurana dan Moser (2009), menyatakan bahwa besar kecilnya

konsentrasi kepemilikan institusional akan mempengaruhi kebijakan

ppenghindaran pajak oleh perusahaan, dimana apabila semakin besarnya

konsentrasi kepemilikan saham jangka pendek institusional, maka akan

meningkatkan penghindaran pajak, tetapi apabila semakin besar konsentrasi

kepemilikan saham jangka panjang maka akan semakin mengurangi tindakan

kebijakan penghindaran pajak.

Menurut peneliti terdahulu oleh oleh Elsiana Ruddian (2017) bahwa

variabel kepemilikan institusional memiliki hubungan negatif dan tidak

signifikan.Hal ini berarti bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance.

Berdasarkan tabel 1.2 menunjukkan bahwa perusahaan Dian Atlas

Resources Tbk pada tahun 2017 kepemilikan institusional 0,3968 meningkat

pada tahun 2018 sebesar 0,4531 dan tax avoidancenya pada tahun 2017 sebesar

0,2054 meningkat pada tahun 2018 sebesar 0,2079. Sedangkan pada J Rsource

Asia Tbkpada tahun 2019 kepemilikan institusional 0,9312 meningkat pada

tahun 2018 sebesar 0,9250 dan tax avoidance nya dari 0,4317 menurun menjadi

0,3432.

Berikut data pengaruh Kepemilikan Manajerial tehadap Tax Avoidance

tahun 2017-2018.

Tabel 1.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap tax avoidance

No Kepemilikan Tax
Kode Nama Perusahaan Tahun
. Manajerial Avoidance
1 ARII Atlas Resource Tbk 2017 0,2054 0,6395
2018 0,2079 0,8038
2 MDKA Merdeka Copper Gold 2017 0,4003 0,3452
Tbk 2018 0,3294 0,2431

Menurut Batara dan Maria (2015) bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif terhadap tax avoidance .Hal ini menunjukkan bahwa dengan

meningkatnya jumlah kepemilikan saham oleh manajerial diperusahaan maka

cenderung perusahaan untuk melakukan tax avoidance akan semakin rendah.

Menurut peneliti terdahulu oleh oleh Elsiana Ruddian (2017) bahwa

variabel kepemilikan manajerial memiliki hubungan positif dan tidak signifikan.

Hal ini berarti bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak.

Berdasarkan tabel 1.3 menunjukkan bahwa perusahaan Atlas Resource

Tbk pada tahun 2017 kepemilikan manajerial 0,2054 meningkat pada tahun 2018

sebesar 0,2079 dan tax avoidance nya pada tahun 2017 sebesar 0,6395 meningkat

pada tahun 2018 sebesar 0,8038. Sedangkan pada perusahaan Merdeka Copper

Gold Tbktahun 2017 kepemilikan manajerial sebesar 0,4003 menurun pada tahun

2017 sebesar 0,3294 dan tax avoidance nya dari 0,3452 menurun menjadi 0,2431.

Dari uraian diatas maka akan dilakukan penelitian pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2017-2019.

Berdasarkan latar belakang dari penelitian diatas maka peneliti akan

mereplikasikan peneliti Elsiana Ruddian ,2017 ) yang berjudul “Pengaruh Good

Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) pada Tahun


2017-2019”.Perbedaan dari penelitian ini adalah terletak tahun data di teliti.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama sama menggunakan variabel

independen dan dependen yang sama.

1. 2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka

dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah peneliti terdahulu

yang mempunyai hasil yang tidak konsisten antara hasil penelitian peneliti

terdahulu dengan teori para dan data peneliti lainnya.

1.3 Rumusan Masalah

Apakah Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan

Institusional,Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Tax Avoidance pada

Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?


1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membuktikan sacara empiris terhadap pengaruh Dewan Komisaris Independen,

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Tax

Avoidance pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Untuk Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pemahaman

mengenai Good Corporate governance dan Tax Avoidance.

b. Untuk Akademisi

Penelitian ini dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan terutama

mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax avoidance pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

c. Untuk Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi tambahan yang berkaitan dengan

objek bahasan maupun variabel yang digunakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenaan (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) mendeskripsikan agency theory (teori

keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, yang mana satu atau

beberapa principals (pemilik) mendelegasikan beberapa otoritas mereka untuk

membuat keputusan kepada agen (manajer). Seorang manajer harus menyediakan

informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan kepada owner atau pemilik,

seperti pengungkapan informasi akuntansi dalam bentuk laporan tahunan sebagai

evaluasi kinerja manajer (Masri dan Martani, 2012).

Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontarktual

antara principal dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan

mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas

nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jansen dan

Smith, 1984). Teori agensi mengarah pada kondisi dimana sering terjadi

ketidakseimbangan informasi antara pemilik dan manajer dalam mencapai tujuan

perusahaan. Teori agensi memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai agen

bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi

kepentingannyasendiri (self-intere) bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana

serta adil terhadap pemegang saham (Solihin, 2009).

Hal tersebut terjadi karena manajer lebih banyak mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik

(pemegang saham) serta rendahnya pengawasan pemilik dalam mengawasi semua

11
kegiatan manajer. Teori ini memberikan asumsi bahwa manajer tidak dapat

sepenuhya dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik

maupun kepentingan para pemegang saham dan teori agensi dipandang lebih.

Teori kegenan merupakan hal dasar yang digunakan dalam memahami

good corporate governance. Teori keagenan dikembangkan oleh Michael

Johnson, seorang professor dari Hardvard yang memandang bahwa manajemen

perusahaan (agents) akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan

sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana terhadap pemegang saham. Teori

keagenan dipandang lebih luas karena mencerminkan kenyataan yang ada.

Pemikiran mengenai good corporate governancedidasarkan pada teori agen

dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk

memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan terhadap

peraturan dan ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999 dalam Hanum, 2013).

2.2GoodCorporate Governance

Menurut Forum forCorporate Governance on Indonesia (FCGI-2006)

mengadopsi defenisi dari Cadbury Committee of United Kingdom, yaitu

seperangkat pengaturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-

hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan

dan mengendalikan perusahaan.

Sedangkan menurut OECD (Organization for Economi Cooperation and

Development) (Tjager dkk, 2004),Good Corporate Governance (GCG) adalah


suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manajer,

seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat alat yang akan

digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.

Good Corporate Governance(GCG) adalah prinsip yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta

kewenangan perusahaan dan memberikan pertanggungjawaban kepada para

shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Tentu saja hal ini

dimaksudkan untuk mengatur kewenangan Direktur , manajer, pemegang saham,

dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di

lingkungan tertentu.

Center for European Policy Studies (CEPS), punya formula lain. GCG,

papar pusat studi ini, merupakan seluruh system yang dibentuk mulai dari hak

(right), proses, serta pengendalian, baik yang ada didalam maupun diluar

manajemen perusahaan.Sebagai catatan, hak disini adalah hak seluruh

stakeholder, bukan terbatas kepada shareholder saja.Hal adalah sebagai kekuatan

yang dimiliki stakeholder secara individual untuk mempengaruhi manajemen.

Proses,maksudnya adalah mekanisme dari hak-hak tersebut. Adapun pengendalian

merupakan mekanisme yang memungkinkan stakeholders menerima informasi

yang diperlukan seputar aneka kegiatan perusahaan.

2.2.1Prinsip – prinsip Good Corporate Governance

Menurut Buku Pedoman The Power Of Good Corporate Governance

(GCG) Teori dan Implementasi, GCG memiliki prinsip – prinsip sebagai berikut

(Effendi M,A 2009) .


1. Prinsip Transparansi

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang relevan dengan cara yang mudah diakses dan

dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan

oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya. Dan

mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan

dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan

perusahaan, kinerja operasional, dan kepemilikan perusahaan.

2. Prinsip Akuntanbilitas

Akuntanbilitas (accountability) dimaksudkan sebagai prinsip mengatur

peran dan tanggung jawab manajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat

mempertanggungjawabkan serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang

kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh

dewan komisaris. Dewan komisaris dalam hal ini memberikan pengawasan

terhadap manajemen mengenai kinerja dan pencapaian target yang telah

ditetapkan bagi pemegang saham. Supaya prinsip akuntanbilitas ini efektif, maka

harus dijaga independensinya dari pengaruh manajemen. Pemegang saham yang

memiliki kepentingan pengendalian di dalam perseroan harus menyadari tanggung

jawab pada soal pemegang saham menggunakan pengaruhnya atas manajemen

perseroan, baik dengan menggunakan hak suara mereka atau dengan cara lain.

perusahaan harus dapat mempertangungjawabkan kinerjanya secara transparan


dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai

dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Prinsip Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan memastikan pengelolaan perusahaan dengan mematuhi

peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin

tanggung jawab korporasi sebagai warga korporasi yang baik. Perusahaan selalu

mengupayakan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan dalam batas-

batas peraturan perundang-undangan dan etika bisnis yang sehat. perusahaan

harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung

jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang.

4. Prinsip Indenpendensi

Perusahaan menyakini bahwa kemandirian merupakan keharusan agar

organ perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan

yang baik bagi perusahaan. Setiap organ perusahaan akan melaksanakan tugasnya

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

GCG. Salin organ perusahaan tidak boleh ada pihak-pihak yang dapat

mencampuri pengurusan perusahaan. Independensi untuk melancarkan

pelaksanaan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi

oleh pihak lain.


5. Prinsip Kesetaraan

Kesetaraan mengandung makna bahwa terdapat perlakuan yang sama

terhadap semua pemegang saham, termasuk investor asing dan pemegang saham

minoritas, yaitu semua pemegang saham dengan kelas yang sama harus mendapat

perlakuan yang sama pula. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness), dalam

melaksanakan kegiatannya perusahaan harus senantiasa memerhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan

asas kewajaran dan kesetaraan.

2.2.2 Manfaat Good Corporate Governance

Manfaat penerapangood corporate governance menurut forum for

corporategovernancein Indonesia (dalam Rukmana dan Mildawati, 2015) adalah:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga

dapat meningkatkan corporate value.

3. Mengambil kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholder value dan dividen.


2.2.4 Mekanisme Good Corporate Governance

1.Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris independen merupakan anggota komisaris yang tidak

memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan yang dapat mempengaruhi

kemampuannya untuk bertindak independen. Keberadaan komisaris independen

dimaksudkan untuk mendorong terciptanya lingkungan kerja yang lebih objektif

dan menempatkan kewajaran dan kesetaraan anatara kepentingan pemegang

saham dan stakeholders lainnya. Agar dewan komisaris dapat melaksanakan

tugasnya secara efektif, harus memenuhi beberapa prinsip yaitu terkait komposisi

dewan komisaris yang harus memungkinkan pengambilan keputusan secara

efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. Selain itu, dewan

komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan agar

dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Tugas-tugas utama dewan komisaris

meliputi (Ariyani, 2014):

a. Menilai dan mengarahkan strategis perusahaan, garis-garis besar rencana

kerja, ksebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha,

menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaaan dan kinerja perusahaan

serta memonitor penggunaan madal perusahaan, investasi dan penjulan aset.

b. Menilai system penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan dan

penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan

anggota dewan direksi yang transparan dan adil.


c. Memonitor dan mengawasi masalah benturan kepentingan pada tingkat

manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk

penyalahgunaan asset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan.

d. Memonitor pelaksanaan governance, dan mengadakan perubahan di mana

perlu.

e. Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan.

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan terutama

dalam pelaksanaan GCG. Dewan komisaris merupakan inti dari good corporate

governance yang ditugaskan untuk menjamin strategi perusahaan, mengawasi

manajer dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya

akuntabilitas. Karena dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi

manajemen yang bertugas meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan,

maka dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.

Dewan komisaris juga harus memantau efektivitas praktik good corporate

governance yang diterapkan perseroan, serta melakukan penyesuaian bilamana

diperlukan. Tuntutan akan transparansi dan independensi terlihat dari adanya

tuntutan agar perusahaan memiliki lebih banyak komisaris independen yang

mengawasi tindakan-tindakan para eksektuf. Lastanti,2004

Penelitiaan yang dilakukan oleh Laily (2017) yang menyatakan bahwa

semakin tinggi maupun semakin rendah persentase dewan komisaris independen

dalam suatu perusahaan tidak dapat berpengaruh terhadap tindakan penghindaran

pajak.
Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk

mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan manajemen atas

pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efetif, efisien dan

ekonomis dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta memberikan nasihat

bilamana diperlukan. Dewan komisaris sebagai puncak dari system pengelolaan

perusahaan, memiliki peran terhadap aktivitas pengawasan. Fungsi monitoring

yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan

komisaris (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Salah satu perusaahan yang sering

timbul dalam penerapan good corporate governance adalah adanya dewan direksi

yang dipimpin oleh seorang Presiden Direktur memiliki kekuatan yang lebih besar

dibandingkan dewan komisaris. Padahal, fungsi dewan komisaris adalah

mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh Presiden Direktur

tersebut. Efektifitas dewan komisaris dalam menyimbangkan kekuatan Presiden

Direktur sangat dipengaruhi oleh independensi dari dewan komisaris

tersebut( Lipton dan Loscrh, 1992)

Semakin meningkatnya tekanan pada perusahaan, maka kebutuhan akan

dukungan dari luar akan semakin meningkat. Daily dan Dalton (1994) juga

menyatakan, bahwa apabila ada resistensi dari Presiden Direktur untuk

menerapkan strategi supaya mampu mengatasi kinerja perusahaan yang terus

menerus menurun, maka adanya komisaris yang berasal dari luar akan mendorong

pengambilan keputusan untuk melakukan pembenahan dan perubahan. Hal ini

disebabkan oleh kecenderungan bahwa semakin tinggi representasi dewan


komisaris dari dalam (insider board), maka keterlibatan direksi dalam

pengambilan keputusan yang strategis akan semakin rendah.

Dewan komisaris harus mampu melaksanakan fungsi pengawasan dan

pemberian nasihat kepada direksi. Strukturgovernance di Indonesia memisahkan

antara dewan komisaris dengan dewan direksi. Berdasarkan UU No. 1 Tahun

1995 tentang Perseroan Terbatas (PT), tugas dewan komisaris adalah: (1)

Mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan dan (2) memberikan

nasihat kepada direksi (Darsono, 2001). Menurut peraturan yang dikelurkan oleh

Bursa Efek Jakarta mengenai komisaris independen, ditetepkan jumlah komisaris

independen proporsional dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan

Pemegang Saham Pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen

sekurang-kurangnya 30% dari jumlah seluruh anggota komisaris (Lastanti, 2004).

Indikator yang digunakan untuk mengukur dewan komisaris independen adalah.

Jumlah komisaris independen


DKI=
Total anggota dewan komisaris

2. Kepemilikan Institusional

Institusi sebagai pemilik saham dianggap lebih mampu dalam mendeteksi

kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman

dibandingkan dengan investor individual. Institusi sebagai investor yang

sophisticated karena mempunyai kemampuan dalam memproses informasi

dibandingkan dengan investor individual. Dengan demikian, akan semakin

membatasi manajemen dalam memainkan angka dalam laporan keuangan

(Saptantinah, 2005).
Menurut Bushee dalam Boediono (2005) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para manajer yang

mementingkan diri sendiri melalui tingkat pengawasan yang intens. Kepemilikan

institusional dapat menekan kecenderungan manajemen untuk memanfaatkan

discretionary dalam laporan keuangan sehingga memberikan kualitas laba yang

dilaporkan. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan

pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi

tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang

dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan

yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak

manajemen.

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh

institusi. Kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha

pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional sehingga dapat menghalangi

perilaku oportunistik dari para manajer perusahaan. Kepemilikan institusional

diukur dengan jumlah saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun

dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar di perusahaan tersebut (Moh’d

et al., 1998).

jumlah sahaminstitusional
KI =
jumlah saham yang beredar

3.Kepemilikan Manajerial

Herawaty (2008) mengemukakan bahwa kepemilikan manajerial berhasil

menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan


menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham.

Sehingga permasalahan keagenan dapat diasumsikan akan hilang apabila seorang

manajer dianggap sebagai seorang pemilik.

Semakin besar insider ownership , maka perbedaan kepentingan antara

pemegang saham (pemilik) dengan pengelola perusahaan (manajemen) semakin

kecil karena mereka akan bertindak lebih hati – hati karena manajer juga ikut

menanggung konsekuensi dari keputusan yang telah diambilnya .Apabila

kepemilikan insider ownership kecil berarti hanya sedikit jumlah pemegang

saham yang ikut terlibat dalam pengelolaan perusahaan sehingga semakin tinggi

pula kemungkinan munculnya masalah keagenaan.

Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan manajer dengan pemegang

saham sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang

saham. Dengan adanya kepemilikan manajerial maka manajer akan lebih

termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini karena manajer

merupakan salah satu pemilik perusahaan dan bukan hanya sebagai pihak

eksternal yang diperkerjakan untuk memenuhi kepentingan pemilik perusahaan.

Manajer memegang peranan penting karena manajer melaksanakan

perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, pengawasan serta pengambilan

keputusan (Sukirni,2012). Kepemilikan manajerial adalah saham perusahaan

yang dimiliki oleh manajemen atau pengelola perusahaan tersebut.Terkadang

saham perusahaan dimiliki oleh direksi, komisaris, sekretaris perusahaan atau

bahkan karyawan perusahaan tersebut.


Kepemilikan manajerial dihitung dengan rumus :

Saham yang dimiliki direksi dan komisaris


KM =
Total saham yang beredar

4.Kepemilikan publik

Susiana dan Herawaty (2007 : 8) menyatakan kepemilikan publik

merupakan persentasi saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik

yang berada didalam ataupun yang diluar negeri serta saham yang dimiliki oleh

pemerintah dalam maupun luar negeri.Pemegang saham publik atau masyarakat

merupakan kepemilikan saham perusahaan yang tidak terafiliasi dengan

perusahaan dan saham yang dimiliki jumlahnya tidak signifikan, yang nilainya

masing-masing kurang dari 5%. Dapat dikatakan bahwa pemegang saham publik

merupakan pemeganag saham dengan kekuatan minoritas dalam perusahaan.

Kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak perusahaan terjadi karena

adanya perbedaan kepentingan diantara pemegang saham dalam perusahaaan.

Perbedaan tersebut terlihat jelas diantara dua pihak yaitu pemegang saham

mayoritas (terbesar) dan pemegang saham minoritas (publik).

5.Komite Audit

Surya dan Yustiavandana (2006;145) menyebutkan bahwa komite audit

adalah organ tambahan yang diperlukan dalam melaksanakan prinsip Good

Corporate Governance. Sedangkan berdasarkan keputusan ketua BAPEPAM –

LK No: Kep 643/BL/2012 pengertian dari komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu

melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit sedikitnya terdiri

dari 3 orang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau

perusahaan publik yang diketuai oleh komisaris independen.


Dari kelima mekanisme yang telah di uraikan,peneliti hanya menggunakan

3 mekanisme yaitu dewan komisaris independen, kepemilikan institusional,dan

kepemilikan manajerial. Tujuan peneliti menggunakan 3 variabel karena variabel

ini lebih dominan mempengaruhi tax avoidance sehingga sering digunakan dalam

penelitian.

2.3Tax Avoidance

Menurut Mardiasmo (2011) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa

timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum.Sedangkan menurut Waluyo (2009) pajak

adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dipaksakan) yang tentang oleh yang

wajibmembayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan

tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya

adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara

untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai

dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang

melanggar peraturan perpajakan. Upaya meminimalkan pajak secara eufimisme

sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning). Umumnya perencanaan

pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib pajak (WP)

supaya utang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai

peraturan perpajakan (Suandy, 2008).


Menurut Suandy (2008) ada beberapa faktor yang memotivasi Wajib Pajak

untuk melakukan penghematan pajak dengan ilegal, antara lain:

1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar

oleh Wajib Pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar pula

kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,

semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan pelanggaran.

3. Kemungkinan untuk terdeteksi, semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran

terdeteksi maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan

pelanggaran, dan

4. Besar sanksi, semakin ringan sanksi yang dikenakan terhadap pelanggaran,

maka semakin besar kecenderungan Wajib Pajak untuk melakukan

pelanggaran.

Adanya keinginan dari wajib pajak untuk tidak mematuhi peraturan

perpajakan membuat adanya perlawanan pajak yang mereka berikan. Perlawanan

terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu: perlawanan pasif dan

perlawanan aktif. Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit

pemungutan pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.

Sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan tujuan untuk menghindari

pajak (Sumarsan, 2010).

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Zain (2003), terdapat dua

potensi untuk bertahan terhadap pembayaran pajak, yaitu:


1. Wajib pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terutang sekecil

mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

2. Wajib pajak cenderung untuk menyelundupkan pajak yaitu berusaha

mengindarkan pajak terutang secara ilegal. Upaya penghindaran ini dilakukan

sepanjang wajib pajak tersebut mempunyai alasan yang menyakinkan bahwa

akibat dari perbuatannya kemungkinan besar. mereka.akan dihukum serta

yakin bahwa rekan-rekannya melakukan hal yang sama.

Dari definisi Zain (2003), dapat disimpulkan poin pertama merupakan

pengertian dari penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak sering

dianalogikan dengan upaya perencanaan pajak (tax planning) yang merupakan

proses mengorganisasi usaha wajib pajak penghasilan maupun pajak-pajak

lainnya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan

baik oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial

(Setyani, 2008).Mengukur peghindaran pajak dengan dua pengukuran yaitu.

1. Effective tax rate. Tarif pajak efektif menjelaskan berbagai tarif dimana

penghasilan perusahaan dikenakan pajak sebagai akibat dari yurisdiksi pajak

yang berbeda baik di dalam negeri maupun dilluar negeri. Perusahaan juga

menerapkan strategi untuk meminimalkan pajak. Untuk menghitung tarif

pajak efektif, total beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Rist dan

Pizzica 2014:54).

biaya pajak
ETR =
laba sebelum pajak
2.4 Peneliti Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian


.
1. Nuralifmia a. Sampel: a. Metode Berdasarkan hasil
Ayu Annisa Seluruh analisis: analisisdan pengujian
dan Lulus perusahaan Regresi yang dilakukan dalam
Kurniasih, yang terdaftar linear penelitian ini, terdapat
Pengaruh diBEI. berganda. beberapa kesimpulan
Corporate b. Tahun b. Jenis yaitu: hasil uji regresi
Governance data:2008 penelitian: menunjukkan bahwa
terhadap Tax Kuantitatif. secara statistik terbukti
Avoidance, c. Variabel lain: tidak terdapat pengaruh
Jurnal Jumlah c. Sumber signifikan kepemilikan
Akuntansi & dewan data: Data institusional terhadap
Auditing komisaris dan sekunder. tax avoidance, tidak
Volume kualitas audit terdapat pengaruh
8/No. 2/Mei (independen). signifikan komposisi
2012: 95- dewan komisaris
189. independen terhadap
tax avoidance, tidak
terbukti terdapat
pengaruh signifikan
dewan komisaris
terhadap tax avoidance,
terbukti terdapat
pengaruh signifikan
komite audit terhadap
tax avoidance, dan
terbukti terdapat
pengaruh signifikan
kualitasaudit
terhadap taxavoidance.
2. Tresno Eka a. Sampel: a. Jenis Berdasarkan hasil
Jaya, M. Sebanyak 178 penelitian: penelitian maka
Yasser perusahaan Kuantitatif. diperoleh kesimpulan
Arafat, dan manufaktur b. Sumber sebagai berikut: 1)
Dinda yang terdaftar data: Data komposisi kepemilikan
Kartika, diBEI. sekunder. saham institusional
Corporate b. Metode tidak berpengaruh
Governance, analisis: terhadap praktek
Konservatis Regresilogisti penghindaran pajak, 2)
me k. ukuran dewan direksi
Akuntansi c. Variabel lain: tidak berpengaruh
No Peneliti Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
.
dan Tax Ukuran terhadap praktik
Avoidance, dewan penghindaran pajak, 3)
Prosiding direksi, kualitas audit tidak
Simposium kualitas audit, berpengaruh terhadap
Nasional dan praktik penghindaran
Perpajakan 4. konservatism pajak. Dan
e akuntansi konservatisme
(independen). akuntansi tidak
berpengaruh
terhadappenghindaran
pajak.
3. Rahmi a. Sampel: a. Metode Berdasarkan hasil
Fadhilah, Sebanyak 55 analisis: temuan penelitian dan
Pengaruh perusahaan Regresi pengujian hipotesis
Good manufaktur linear yang telah dilakukan
Corporate yang terdaftar berganda. dapat disimpulkan
Governance diBEI. b. Jenis bahwa proporsi
terhadap Tax b. Variabel lain: penelitian: kepemilikaninstitusiona
Avoidance kualitas audit Kuantitatif. l tidak berpengaruh
(studi (independen). c. Sumber terhadap tax avoidance,
EmpirisPada data: Data
Perusahaan sekunder.
Manufaktur
yang
Terdaftar di
BEI
4. Titik a. Sampel a. Metode Berdasarkan Hasil
Mildawati, sebanyak 192 analisis : maka sihasilkan
Pengaruh perusahaan Regresi kesimpulan:
Corporate manufaktur linier 1. Kepemilikan Publik:
Governance yang terdaftar berganda mempunyai
Terhadap BEI b. Sumber hubungan negatif
Penghindara b. Tahun data data: data tidak signifikan,
n Pajak 2011- 2014) Sekunder 2. Komisaris
Perusahaan Independen:
(Studi mempunyai
Empiris pada hubungan positif
Perusahaan tidak signifikan,
yang 3. Komite audit:
terdaftar di mempunyai
BEI 2011- hhubungan positif
2014) positif signifikan
tergadap
penghindaan pajak
No Peneliti Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
.
perusahaan.

2.5 Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa yang akan datang, serta

untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, maka perusahaan perlu

melakukan evaluasi terhadap good corporate governance yang dimiliki oleh

perusahaan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa yang

akan datang. Untuk lebih jelasnya akan disajikan kerangka berpikir penelitian

mengenai pengaruh good corporate governance terhadap penghindaran pajak

perusahaan yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

Kerangka berpikir:
Pengaruh good Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-
2019

Dewan Komisaris Independen(X1)


HI

H2 Tax Avoidance(Y)
Kepemilikan Institusional(X2) Effective tax rate
H3 (ETR)

Kepemilikan Manajerial(X3)

Analisis Regresi Linear Berganda


SPSS
Uji Asumsi Klasik Uji Hasil
(Statistical
a.Normalitas Hipotesis :
Product &
Service b.Multikolinieritas a.Uji t
Solution) c.Heteroskedastisitas b.Uji F
d,Autokorelasi
Kesimpulan

2.5.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Dewan Komisaris independen sebagai pihak yang tidak mempunyai

hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota

direksi dan dewan komisaris lain harus secara proaktif mengupayakan agar

dewan komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada

direksi untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip dan praktik Good Corporate

Governance diterapkan dengan baik, mematuhi hukum dan perundangan yang

berlaku serta menerapkan nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam

menjalankan operasinya (KNKG, 2006). Salah satu syarat pencatatan saham


bagi calon perusahaan tercatat adalah memiliki komisaris independen sekurang-

kurangnya 30% dari jajaran anggota Dewan Komisaris.

Apabila jumlah komisaris independen pada dewan komisaris banyak,

maka akan semakin baik karena komisaris independen dapat memenuhi peran

mereka didalam fungsi monitoring terhadap tindakan-tindakan para direktur,

maka aktivitas tax avoidance akan semakin rendah. Berdasarkan pandangan

Sabli (2011), komisaris independen melakukan pengawasan yang sangat baik

yaitu dengan mengarahkan perusahaan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan.

Penelitian Prakosa (2014) dapat membuktikan bahwa proporsi komisaris

independen mempengaruhi tax avoidance secara negatif.

2.5.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial

dan kepemilikan institusional adalah dua mekanismegoodcorporate governance

yang dapat mengendalikan masalah keagenan. Semakin rendahnya jumlah

inverstor institusionalnya didalam struktur pemegang saham perusahaan, maka

penghindaran pajak semakin berkurang (Ngadiman dan Puspitasari, 2014).

Dengan adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan maka kepatuhan

dan kinerja manajemen akan meningkat. Semakin rendah kepemilikan institusi

keuangan maka akan semakin rendah kekuatan suara dan dorongan dari institusi

keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen. Hasil penelitian yang

dilakukan Ngadiman dan Puspitasari (2014) menghasilkan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance.

2.5.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Tax Avoidance


Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen

perusahaan (direksi, komisaris, manajer, maupun karyawan) yang diukur dengan

presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Manajemen akan lebih

berhati-hati dalam mengambil suatu keputusan karena akan berdampak langsung

pada dirinya selaku pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial

dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerja

dan kepatuhannya termasuk menghindari aktivitas tax avoidance. Meningkatkan

kepemilikan manajerial digunakan sebagai salah satu cara untuk mengatasi

masalah agensi di perusahaan. Di Cina, Ying (2011) menemukan bahwa

semakin tinggi kepentingan persentase direksi, semakin rendah tarif pajak

efektif. Demikian pula, Hamed (2015) di Tunisia menyimpulkan bahwa

perusahaan dengan persentase managerial ownership yang tinggi akan

mengurangi agresivitas pajak. Minnick (2010) menunjukkan bahwa insentif

direksi merupakan faktor penting dari agresivitas pajak dalam konteks Amerika.

Oleh karena itu, kepemilikan oleh anggota dewan perusahaan menciptakan

insentif untuk melindungi kepentingan keuangan mereka dalam perusahaan.

2.6 Hipotesis

H1 : Dewan komisaris independen berpengaruh negative dan signifikan

terhadap tax avoidance

H2 : Kepemilikan institusional berpengaruh negative dan signifikan terhadap

tax avoidance

H3 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negative dan signifikan terhadap tax

avoidance
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang di tetapkan oleh penulis adalah Pengaruh

GoodCorporate Governance terhadap Tax Avoidance pada perusahaan

Pertambangan yang terdaftar di situs Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini

dilakukan melalui www.idx.co.id . Data yang di gunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder dengan teknik dokumentasi yang di peroleh melalui laporan

keuangan yang di publikasikan di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2006:72) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari, kemudian di tarik

kesimpulannya. Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode 2017-2019 adalah 42 perusahaan.

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiono (2007:72) Sampel adalah bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel

yang di gunakan adalah Teknik purposive Sampling, di mana pengertian nya

adalah suatu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria.

33
Kriteria – kriteria pengambilan sampel adalah :

1.Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019

2.Perusahaan yang menyajikan laporan tahunan dan laporan keuangan yang

lengkap pada periode penelitian

3.Perusahaan yang memiliki kelengkapan data variabel yang digunakan

Berdasarkan kriteria sampel yang digunakan diperoleh sampel

penelitian sebanyak 14 perusahaan dengan total data keseluruhan laporan

keuangan perusahaan.

Tabel 3.1Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
42
2017-2019
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan tahunan dan
(3)
laporan keuangan yang lengkap
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data variabel-
(25)
variabel yang digunakan
Jumlah perusahaan yang digunakan 14

Total keseluruhan sampel selama 3 tahun (14 x 3 =42 ) 42

Sumber : Data sekunder yang diperoleh


Tabel 3.2 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel Penelitian

No KODE Nama Perusahaan


1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ARII Atlas Resources Tbk
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
5 BYAN Bayan Resources Tbk
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
7 HRUM Harum Energy Tbk
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk
9 PTAB Bukit Asam Tbk
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
11 MEDC Medco Energi Internasional Tbk
12 DKFT Central Omega Resources
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk
(Sumber: www.idx.com)

3.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Adapun operasional variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Tax Avoidance

Tax avoidance adalah usaha mengurangi beban pajak dengan

memanfaatkan potongan dan pengecualian yang diperbolehkan peraturan.Tax

avoidance diproksikan dengan tarif pajak efektif (Effective tax rate). Tarif pajak

efektif dihitung menambahkan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan dibagi

laba sebelum pajak. Beban pajak kini dan beban pajak tangguhan dihitung sesuai

dengan peraturan perpajakan. Laba sebelum pajak merupakan laba yang didapat

perusahaan yang dihitung sesuai dengan standar akuntansi keuangan.


Effective tax rate(ETR) dihitung dengan membandingkan beban pajak

dengan laba sebelum pajak penghasilan (Rist dan Pizzica, 2014:54). ETR di ukur

dengan menggunkan rumus berikut:

beban pajak
ETR =
laba sebelum pajak

2. Dewan Komisaris Independen

Dewan Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang

berasal dari luar perusahaan. Variabel tersebut diukur berdasarkan presentase

jumlah dewan komisaris terhadap total komisaris yang ada dalam jajaran dewan

komisaris perusahaan. Dewan Komisaris Independen diukur dengan (Bakhri,

2008).

Jumlah dewan komisaris independen


DKI=
Total anggota dewan komisaris

3. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang

mayoritas dimiliki oleh institusi. Kepemilikan institusional diukur dengan

proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun dibandingkan dengan

jumlah saham yang beredar di perusahaan tersebut (Moh’d et al., 1998).

Kepemilikin Intitusional diukur dengan :

jumlah sahaminstitusional
KI =
jumlah saham yang beredar

4. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pihak

manajemen (Budiono, 2005). Kepemilikan manajerial diukur dengan :


Saham yang dimiliki direksi dan komisaris
KM =
Total saham yang beredar

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder karena data

diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara. Sumber-sumber

data dapat diperoleh dari mengunduh di website Bursa Efek Indonesia (BEI):

www.idx.co.id dan website resmi perusahaan

3.5Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan model

analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan Uji Hipotesis maka model

regresi diuji terlebih dahulu dengan Uji Asumsi Klasik. Hal ini dilakukan untuk

memastikan bahwa model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah

heteroskedastisitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan data terdistribusi normal.

3.5.1 Uji Statistik Deskriptif

Ghozali (2016) menyatakan bahwa statistik deskriptif memberikan

gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar

deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness

(kemencengan distribusi). Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk

menggambarkan profil data sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis

statistik yang berfungsi untuk menguji hipotesis.


3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan

hubungan yang signifikan dan mewakili (representatif), maka model tersebut

harus memenuhi uji asumsi klasik regresi, yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal. Menurut Ghozali (2001) pada prinsipnya normalitas dapat

dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.

Dasar pengambilan keputusan:

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah

garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

a.Analisis Grafik

Untuk melihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dimana plotting data

residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Normalitas dapat dideteksi

dengan melihat penyebaran plotting data residual pada sumbu diagonal. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan

antara variabel-variabel independen dimana dalam penelitian ini terdapat tiga

variabel independen diantaranya; jumlah dewan komisaris, persentase komisaris

independen, kompensasi eksekutif. Mengikuti Ghozali (2006) di dalam bukunya,

nilai tolerance dan variance inflation factor dapat memperlihatkan keberadaan

multikolinieritas dalam model regresi. Nilai tolerance dan variabel inflation

factor (VIF) menunjukan sebuah variabel independen yang dapat menjelaskan

variabel lainnya. Variabel inflation foctor (VIF) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika nilai VIF > 10, berarti mengalami multikolinearitas

2. Jika nilai VIF < 10, berarti tidak mengalami multikolinearitas

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah kesalahan pengganggu

pada periode satu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya

memiliki sebuah hubungan. Model regresi dalam penelitian ini dapat dikatakan

baik jika model regresi telah terbebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006). Beberapa

factor yang menyebabkan adanya autokorelasi adalah tidak dimasukkannya

variabel bebas yang lain, misalnya pada satu model regresi yang seharusnya

model tersebut terdiri dari tiga varibel bebas dan satu variabel terikat, dalam

pembuatan model dimasukkan dua variabel bebas. Untuk medeteksi adanya

autokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan dengan menggunkan
Durbin Watson (Algifari, 2000:89). Cara pengujiannya dengan membandingkan

nilai Durbin Watson (d) di dan du tertentu atau dengan melihat table Durbin

Watson yang telah ada klasifikasinya untuk menilai perhitungan yang diperoleh.

Kriteria untuk nilai tersebut ada atau tidak adanya autokorelasi dapat dilihat pada

tabel autokorelasi Durbin Watson Tes dibawah ini:

Tabel 3.3 Durbin-Watson


Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi Tolak 0<d<dl
positif
Tidak ada autokorelasi Tanpa Keimpulan dl≤d≤du
positif
Tidak ada korelasi negatife Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatife Tanpa Kesimpulan 4-du≤d≤4-dl
Tidak ada autokorelasi Tidak ditolak Du<d<4-du
positif atau negative
(Sumber : Imam Ghozali,2005)

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain (Ghozali, 2006). Jika satu pengamatan ke pengamatan lain memiliki nilai

variance yang tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang bersifat

homokedastisitas dikatakan baik, sebaliknya model regresi yang bersifat

heterokedastisitas dianggap kurang baik. Dalam penelitian ini digunakan 2 cara

untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu:

a. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED.


Dasar analisis:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu dan

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka

0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas.

3.5.3 Analisi Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini, uji hipotesis menggunakan analisis regresi linier

berganda. Regresi linier berganda digunakan untuk memprediksi variabel

tergantung (Y) berdasarkan variabel bebas (X) lebih dari satu (Suswanto, 2014)
Y = a+ b1X1+ b2X2+ b3X3 + e

(Sumber: Titik Mildawati, 2014)

Dimana :

Y = Penghindaran pajak.

a = Konstanta

b1,b2,b3 = Koefisien regresi

X1 = Dewan komisaris independen

X2 = Kepemelikan institusional

X3 = Kepemilikan manajerial

e = error

1.Analisi Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah antar nol sampai satu (0<R 2<1). Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelsakan variasi

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberiikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. (Nanang, 2011).

3.5.4. Uji Hipotesis

1.Uji t (parsial)

Digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen.Menguji pengaruh kepemilikan


publik, dewan komisaris independen, dan latar belakang keahlian akuntansi atau

keuangan komite audit terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan.

Adapun langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis

H0 :b1 ≤ 0, : Dewan komisaris independen tidak berpengaruh negatif

terhadap Tax avoidance pada perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Ha: b1> 0 : Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap Tax

avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

H0 :b2 ≤ 0, : Kepemilikan institusional tidak berpengaruh negatif terhadap

Tax avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Ha : b2> 0 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap Tax

avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

H0 :b3 ≤ 0, : Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh negatif terhadap Tax

avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Ha : b3>0 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap Tax

avoidance pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.


2) Menentukan Sampel yang digunakan, n = 36

3) Menetukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan, α = 5%

4) Membuat Keputusan

Jika signifikansi t > 0,05, maka H0 diterima

Jika signifikansi t ≤0,05, maka H0 ditolak

Jikat hitung <t table , maka H0 ditolak

Jika t hitung ≥ t tabel makan H0 ditolak

5) Menarik Kesimpulan

2. Uji F (simultan)

Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel indenden terhadap

variabel dependen secara simultan (bersama-sama). Adapun langkah-langkah

pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

H0 : b1, b2, b3 ≤ 0 : Artinya Dewan komisaris independen, Kepemilikan

institusional, Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh

secara simultan terhadap penghindaran pajak pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

H0 : b1, b2, b3 > 0 : Artinya Dewan komisaris independen, Kepemilikan

institusional, Kepemilikan manajerial berpengaruh

secara simultan terhadap penghindaran pajak pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.
2. Menentukan Sampel yang digunakan, n = 36

3.Menetukan tingkat signifikansi (α) yang digunakan, α = 5%

4.Membuat Keputusan

Jika signifikansi F> 0,05, maka H0 diterima

Jika signifikansi F ≤ 0,05, maka H0 ditolak

JikaF hitung <t tabel, maka H0 ditolak

Jika F hitung ≥ t tabel makan H0 ditolak

5.Menarik Kesimpulan
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Variabel Penelitian

Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan setelah dilakukan

tahap-tahap pengelolahan data sehingga permasalahan dapat dianalisis. Dalam penelitian

ini objek yang dijadikan penelitian adalah perusahaaan Pertambangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019. Objek penelitian terdiri dari 11perusahaan

Pertambangan yang telah di tetapkan dengan menggunakan teknik purposive Sampling.

4.1.1.1 Komisaris Independen

Penelitian ini menggunakan veriabel komisaris independen yang diproksikan

dengan jumlah komisaris independen dibagi dengan total anggota dewan komisaris.

Tabel 4.1 Dewan Komisaris Independen

Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,2500 0,1666 0,1666
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,1666 0,1666 0,2500
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,2000 0,2000 0,3333
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,2500 0,2500 0,2500
5 BYAN Bayan Resources Tbk 0,4000 0,3333 0,4000
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,2000 0,1666 0,1666
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,3333 0,3333 0,3333
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,4000 0,4000 0,3333
9 PTAB Bukit Asam Tbk 0,1666 0,1666 0,1666
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,2500 0,2000 0,2000
11 MEDC Medco Energi Internasional 0,2000 0,1600 0,1600
Tbk
12 DKFT Cita Mineral Investindo Tbk 0,3333 0,3333 0,3333
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,1666 0,3333 0,2000
14 PSAB Perdana Karya Perkasa Tbk 0,1666 0,2500 0,2500
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat dewan komisaris independen terendah
pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan Atlas Resources Tbk, Bukit Asam Tbk,
Merdeka Copper Gold Tbk, Perdana Karya Perkasa Tbk yaitu sebesar 0,1666 sedangkan
dewan komisaris independen yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan
Bayan Resources Tbk, dan Resource Alam Indonesia tbk yaitu sebesar 0,6666, pada
tahun 2018 dewan komisaris independen yang terendah dimiliki oleh perusahaan Medco
Energi Internasional Tbk sebesar 0,1600 dan dewan komisaris independen tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Resource Alam Indonesia tbk dan Perdana Karya Perkasa Tbk
sebesar 0,4000 , pada tahun 2019 dewan komisaris independen terendah dimiliki oleh
perusahaan Medco Energi Internasional Tbk sebesar 0,1600 dan dewan komisaris
independen dimiliki perusahaan Bayan Resources Tbk sebesar 0,4000.

4.1.1.2 Kepemilikan Institusional

Penelitian ini menggunakan variabel Kepemilikan Institusional yang diproksikan

dengan jumlah saham institusional dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Tabel 4.2 Kepemilikan Institusional

Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,4391 0,4391 0,4391
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,3968 0,4531 0,4531
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,6950 0,6892 0,6892
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,9554 0,9513 0,9512
5 BYAN Bayan Resources Tbk 0,2615 0,3968 0,3786
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,3816 0,3790 0,3786
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,7788 0,7810 0,7917
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,6912 0,6912 0,6911
9 PTAB Bukit Asam Tbk 0,7106 0,7106 0,7106
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,5318 0,4607 0,4607
11 MEDC Medco Energi Internasional 0,7273 0,7197 0,4000
Tbk
12 DKFT Central Omega Resources Tbk 0,8031 0,8031 0,7502
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,6371 0,5621 0,5454
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk 0,9312 0,9250 0,9250
Sumber: data diolah

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas dapat dilihat kepemilikan institusional terendah

pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan Byan Resource Tbk yaitu sebesar 0.2615
sedangkan kepemilikan institusional yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh

perusahaan Baramulti Suksessarana Tbk yaitu sebesar 0.9554, pada tahun 2018

kepemilikan institusional yang terendah dimiliki oleh perusahaan Delta Dunia Makmur

Tbk sebesar 0,3790 dan kepemilikaninstitusional tertinggi dimiliki oleh perusahaan

Baramulti Suksessarana Tbk sebesar 0,9513 , pada tahun 2019 kepemilikan institusional

terendah dimiliki oleh perusahaan Delta Dunia Makmur Tbk sebesar 0,3786 dan

kepemilikan institusional tertinggi dimiliki perusahaan Baramulti Suksessarana Tbk

sebesar 0,9512.

4.1.1.3 Kepemilikan Manajerial

Penelitian ini menggunakan variabel Kepemilikan Manajerial yang diproksikan

dengan jumlah saham manajerial dibagi dengan jumlah saham yang beredar.

Tabel 4.3 Kepemilikan Manajerial

Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,1224 0,1240 0,1240
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,2054 0,2079 0,2122
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,2035 0,0250 0,0250
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,2209 0,2305 0,2005
5 BYAN Bayan Resource Tbk 0,2501 0,2518 0,2182
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,4025 0,3032 0,1041
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,3201 0,3201 0,3201
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,4036 0,3036 0,1037
9 PTBA Bukit Asam Tbk 0,4784 0,1954 0,4521
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,1696 0,2397 0,2200
11 MEDC Medco Energi Internasional 0,3237 0,4129 0,4139
Tbk
12 DKFT Central Omega Resources Tbk 0,1547 0,2050 0,3050
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,4003 0,3294 0,3286
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk 0,2687 0,3387 0,3301
Sumber: data diolah

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat kepemilikan manajerial terendah pada

tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan J Resource Asia Pasifik Tbk yaitu sebesar

0.0687sedangkan kepemilikan manajerial yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh
perusahaan Medco Energy Internasional Tbk yaitu sebesar 0.7237,pada tahun 2018

kepemilikan manajerial yang terendah dimiliki oleh perusahaan J Resource Asia Pasifik

Tbk sebesar 0,0387 dan kepemilikan manajerial tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bayan

Resource Tbk sebesar adalah sebesar 0,6518,dan pada tahun 2019 kepemilikan

manajerial terendah dimiliki oleh perusahaan J Resource Asia Pasifik Tbk sebesar

0,0301 dan kepemilikan manajerial tertinggi dimiliki perusahaan Medco Energi

Internasional Tbk sebesar 0,4139.

4.1.1.4 Tax Avoidance

Penelitian ini menggunakan variabel nilai perusahaan yang diproksikan dengan

rumus ETR, yaitu:

beban pajak
ETR =
laba sebelum pajak

Tabel 4.4 Tax Avoidance

Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,4228 0,4183 0,3400
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,6395 0,8038 0,2250
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,2578 0,4916 0,8207
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,2585 0,2602 0,2625
5 BYAN Bayan Resources Tbk 0,1661 0,1169 0,1027
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,4608 0,2989 0,4127
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,2366 0,1657 0,2201
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,4009 0,4001 0,3005
9 PTAB Bukit Asam Tbk 0,2686 0,2470 0,2570
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,1826 0,0245 0,3581
11 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 0,2223 0,9717 0,1129
12 DKFT Central Omega Resources 0,1989 0,2340 0,4535
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,3452 0,2431 0,5231
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk 0,4317 0,4432 0,6534
Sumber: data diolah

Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat tax avoidance terendah pada tahun 2017

dimiliki oleh perusahaan Bayan Resources Tbk yaitu sebesar 0,1661 sedangkan tax

avoidance yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan Atlas Resources Tbk
sebesar 0,6395, pada tahun 2018 tax avoidance yang terendah dimiliki oleh

perusahaanBayan Resources Tbk sebesar 0,1169 dan tax avoidance tertinggi dimiliki oleh

perusahaan Medco Energi Internasional Tbksebesar 0,9717, dan pada tahun 2019 tax

avoidance terendah dimiliki oleh perusahaan Atlas Resources Tbk sebesar 0,0250 dan tax

avoidance tertinggi dimiliki perusahaan J Resource Asia Pasifik Tbk sebesar 0,6534.

4.1.2 Statistik Deskriptif

Berdasarkan data statistic yang diperoleh melalui hasil estimasi dengan pogram

SPSS, maka dilakukan analisis statistic deskriptif untuk memberikan gambaran data

dalam penelitian ini.Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan melalui nilai rata-

rata (mean), maksimum, minimum dan standard deviasi dari masing-masing variabel

penelitian. Penelitian ini meliputi tiga variabel independen, satu variabel

dependen.Varibel independen dalam penelitian ini ialah mekanisme Good Corporate

Governance yang terdiri dari Dewan komisaris independen, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial.Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance

(penghindaran pajak).

Data statistic yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DewanKomisarisIndependen 42 ,1666 ,4000 ,253145 ,0813506


KepemilikanInstitusional 42 ,2615 ,9554 ,604893 ,1976394
KepemilikanManajerial 42 -,0003 ,4041 ,167238 ,1253831
TaxoidanceAv 42 ,1129 ,9717 ,496512 ,2481208
Valid N (listwise) 42
Sumber: Hasil Olahan SPSS 21
Berdasarkan hasil uji statistic deskriptif pada tabel diatas, informasi yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dewan Komisaris Independen (X1) yang di ukur dengan

persentase dewan komisaris independen memiliki rentang nilai dari 0.1666

hingga 0.4000 rata-rata persentasi dewan komisaris independen

menujukkan angka 0.253145 dan deviasi standar 0.0813506

2. Variabel Kepemilikan Institusional (X2) yang di ukur dengan persentase

Kepemilikan Institusional memiliki rentang nilai dari 0.2615 hingga

0.9554 rata-rata persentasi Kepemilikan Institusionalmenunjukkan angka

0.604893 dan deviasi standar 0,1976394.

3. Variabel Kepemilikan Manajerial (X3) yang di ukur dengan persentasi

Kepemilikan Manajerial memiliki rentang nilai dari -0,0003 hingga

0.4041 rata-rata persentasi Kepemilikan Manajerial menunjukkan angka

0.167238 dan deviasi standarnya 0.1253831.

4. Variabel Tax Avoidance Perusahaan (Y) yang di ukur dengan ETR

memiliki rentang nilai dari 0.1129 hingga 0.9717. Nilai rata-rata ETR

0,496512dan deviasi standarnya 0,2481208.

4.1.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji, apakah model regresi yang

digunakan dalam penelitian layak di uji atau tidak, dengan cara memastikan bahwa

normalitas, multikoliniearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas tidak terdapat dalam

model yang digunakan data yang dihasilkan terdistribusi normal. Jika keseluruhan syarat

tersebut terpenuhi, berarti bahwa model analisis telah layak digunakan. Uji asumsi klasik

dapat dijabarkan sebagai berikut:


4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitasbertujuan untukmenguji apakah dalam model regresi variabel

penganggu atau residual berdistribusi normal yakni data yang akan mengikuti arah garis

diagonal yang menyebar disekitar garis diagonal. Uji normalitas data yang dilakukan

adalah analisis grafik grafik normal probabilityplots. Berikut hasil uji normalitas dengan

menggunakan analisis grafik.

Gambar 4.1Grafik Histogram

Berdasarkan hasil grafik Histogram, dapat dilihat bahwa gambar Histogram

membentuk lonceng dan tidak melenceng ke kanan atau ke kiri yang menunjukkan bahwa

data telah terdistribusi normal.

Gambar 4.2 Grafik P-p Plot


Berdasarkan hasil olahan data diatas dapat dilihat bahwa titik-titik yang

menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis

diagonal.Hal tersebut menandakan bahwa model asumsi regresi telah memenuhi asumsi

normalitas sehingga model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-

variabel bebas terhadap varibel terikat.Kedua grafik tersebut tidak menyalahi asumsi

normalitas dan dapat dikatakan data telah terdistribusi mendekati normal.

4.1.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi(Ghozali, 2006).

Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolinearitas. Uji multikolinearitas di

ukur dari Variance Inflation Factor (VIF)dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai

berikut:

1. Jika nilai VIF > 10, berarti mengalami multikolinearitas

2. Jika nilai VIF < 10, berarti tidak mengalami multikolineritas


Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

DewanKomisarisIndependen 1,000 1,000

KepemilikanInstitusional ,978 1,022

KepemilikanManajerial ,978 1,022

Sumber: Hasil Olahan SPSS21

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari ketiga variabel bebas < 10.00

maka dapat di simpulkan bahwa seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada

gejala multikolinieritas.

4.1.3.3 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada

kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-

1.Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan

satu dengan lainnya.Hal ini sering ditemukan pada time series Durbin-Waston.Untuk

pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi disesuaikan dengan tabel keputusan

hipotesis berikut:

Tabel 4.7 Pengambilan keputusan autokorelasi


Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif Tanpa Keimpulan dl≤d≤du
Tidak ada korelasi negatife Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatife Tanpa Kesimpulan 4-du≤d≤4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau Tidak ditolak du<d<4-du
negative
Sumber: Imam Ghozali

Tabel 4.8 Hasil uji autokorelasi

Model Summaryb

R Adjusted R Std. Error of


Model R Square Square the Estimate Durbin-Watson

1 ,541a ,293 ,237 ,2167658 2,499

Sumber: Hasil Olahan SPSS21

Berdasarkan tabel diatas, nilai DW variabel dependen Tax Avoidance adalah

1,623. Nilai ini dibandingkan dengan nilai DW tabel DW. Dengan jumlah sampel

penelitian (n) 42 dan jumlah variabel independen (K=3) maka di peroleh nilai dU=1,6617

dan dL= 1,3573 pada tabel DW. Dengan demikian untuk variabel dependen Penghindaran

Pajak Perusahaan du<dw< 4-du (1,6617<2,499<2,3383), sehingga dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negative. Dengan demikian model

regresi linier layak pada penelitian ini karena data pada penelitian ini bebas dari masalah

autokorelasi.

4.1.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi

yang baik adalah terjadi homokedastisitas. Melihat grafik plot antara nilai prediksi

variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Dasar analisis:
 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan

teratur, maka pengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas..

 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil olahan SPSS21

Dengan melihat tampilan grafik scatterplot pada gambar di atas terlihat bahwa

titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas.Titik-

titik tersebut juga tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini

mengindikasikan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam regresi linier sederhana

ini, sehingga model regresi layak dipakai dalam penelitian ini.

4.1.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antar

variabel bebas dengan variabel terikat.Nilai R 2 terletak antara 0 sampai dengan 1

(0≤R2≤1).Tujuan menghintung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui sejauh

mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.


Bersadarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan, hasil koefisien

determinasi akan disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb

R Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R Square Square the Estimate Watson

1 ,541a ,293 ,237 ,2167658 2,499


Sumber: Hasil Olahan SPSS21

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai R Square sebesar 0,293 (2,93%) ini

berarti variabel bebas yaitu dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan

kepemilikan manajerial secara bersama-sama mempengaruhi variable dependen yaitu tax

avoidance sebesar 0,293 (2,93%). Sedangkan 97,07 % ditentukan oleh variable lain yang

tidak di bahas dalam penelitian ini.

4.1.5 Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Uji t (Uji Parsial)

Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa data yang ada

berdistribusi normal, tidak terdapat autokorelasi dan heterokadastisitas, sehingga

memenuhi persyaratan untuk melakukan pengujian atas hipotesis.Pengujian hipotesis

menggunakan uji F dan uji t.

Pengambilan apakah secara parsial variabel independen mempengaruhi

keputusan dalam uji t adalah sebagai berikut:

Jika signifikansi t > 0.05 maka H0 diterima

Jika signifikansi t ≤ 0.05 maka H0 ditolak


Tabel 4.10 Hasil uji t
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) ,396 ,164 2,408 ,021

DewanKomisarisIndependen 1,384 ,416 ,454 3,325 ,002

KepemilikanInstitusional -,358 ,173 -,285 -2,066 ,046

KepemilikanManajerial -,199 ,273 -,100 -,727 ,471

Sumber : Hasil olahan SPSS21

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dewan Komisaris Independen

Variabel Dewan Komisaris Independen memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu

(3,325<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0.002 lebih kecil dari tingkat kesalahan

0.05 (0,002<0.05) maka H0 diterima berarti bahwa variabel Dewan Komisaris Independen

secara parsial berpengaruh positif dansignifikan terhadap tax avoidance perusahaan.

Hipotesis menyatakan Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tax avoidance maka hipotesis ditolak.

2. Kepemilikan Institusional

Variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu (-

2,066<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0,045 lebih kecil dari tingkat kesalahan

0.05 (0,045<0.05) maka H0 diterimayang berarti bahwa variabel Kepemilikan

Institusional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance
perusahaan. Hipotesis menyatakan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tax avoidance maka hipotesis diterima.

3. Kepemilikan Manajerial

Variabel Kepemilikan Manajerial memiliki niilai t hitung dari< t tabel

yaitu(-0,727<2,024) dengan tingkat signifikan sebesar 0.471 lebih besar dari

tingkat kesalahan 0.05 (0.471>0.05) maka H\0ditolak yang berarti bahwa variabel

Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh negative dan tidak signifikan

terhadap tax avoidanceperusahaan. Hipotesis menyatakan Kepemilikan Manajerial

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tax Avoidance maka hipotesis

ditolak.

Uji F (Uji Simultan)

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antar variabel independen

terhadap variabel dependen secara bersama-sama (simultan).Signifikan model regresi

secara simultan diuji dengan melihat perbandingan antara f tabel dengan f hitung. Selain

itu akan dilihat nilai singnifikan, dimana jika nilai signifikan dibawah 0.05 maka variabel

independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil penelitian ini

ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11 Hasil Uji F (Uji Simultan)

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression ,739 3 ,246 5,240 ,004b

Residual 1,786 38 ,047

Total 2,524 41

Sumber : Hasil Olahan SPSS21


Berdasarkan Uji F diatas diperoleh F hitung sebesar 5,240 dengan signifikansi

0,004 itu berarti nilai variabel signifikansi <0,05. Nilai F-tabel sebesar dimana F-hitung

> F-tabel (5,240>2.85) dan nilai signifikansinya 0,004> 0.05 dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kinerja keuangan secara simultanberpengaruh signifikan terhadap tax

avoidance perusahaan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax

AvoidancePerusahan

Variabel Dewan Komisaris Independen memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu

(3,325<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0.002 lebih kecil dari tingkat kesalahan

0.05 (0,002<0.05) maka H0 diterima berarti bahwa variabel Dewan Komisaris Independen

secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance perusahaan.

Hipotesis menyatakan Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tax avoidance maka hipotesis ditolak.

Hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris

independen maka tax avoidance akan semakin meningkat. Artinya semakin banyak

jumlah anggota dewan komisaris independen yang menyebabkan sulitnya komunikasi

dan koordinasi antar anggota dewan komisaris independen sehingga dapat mengurangi

tanggungjawab dewan komisaris dalam mengambil keputusan yang tepat bagi

perusahaan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Meilinda (2013) yang menyatakan bahwa

semakin banyak dewan komisaris independen maka akan semakin sulit dalam mengambil
keputusan sehingga manajemen perusahaan memiliki peluang yang lebih besar dalam

melakukan penghindaran pajak (tax avodance).

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prakosa

2014 bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

tax avodance.

4.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax

AvoidancePerusahaan

Variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu (-

2,066<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0,045 lebih kecil dari tingkat kesalahan

0.05 (0,045<0.05) maka H0 diterima yang berarti bahwa variabel Kepemilikan

Institusional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance

perusahaan. Hipotesis menyatakan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tax avoidance maka hipotesis diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah jumlah kepemilikan institusional

maka penghindaran pajak semakin berkurang. Hal ini dikarenakan semakin rendahnya

kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal kepada perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ngadiman dan Puspitasari (2014) yaitu bahwa

semakin rendah kepemilikan Institusional maka tax avoidance juga rendah. Karena

proporsi kepemilikan institusional saham yang rendah memiliki kendali yang rendah

juga terhadap perusahaan terutama dalam hal perpajakan.

4.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Tax Avoidance

Perusahaan

Variabel Kepemilikan Manajerial memiliki niilai t hitung dari< t tabel yaitu (-

0,727<2,024) dengan tingkat signifikan sebesar 0.471 lebih besar dari tingkat kesalahan

0.05 (0.471>0.05) maka H\0 ditolak yang berarti bahwa variabel Kepemilikan Manajerial
secara parsial berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap tax avoidance

perusahaan. Hipotesis menyatakan Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Tax Avoidance maka hipotesis ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa nilai kepemilikan manajerial perusahaan yang

rendah tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) perusahaan. Ini

berarti bahwa pihak manajerial tidak memiliki hak yang cukup besar dalam pengambilan

keputusan perusahaan sehingga pihak manajerial tidak memiliki kesempatan serta

wewenang yang besar dalam perusahaan.

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya, antara

lain Pohan (2008) dalam Putridan Herawati (2014), Kurniaty (2016), Budiarti (2017),

Kim dkk (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh

signifikan terhadap tax avoidance.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Good

Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak pada Perusahaan

Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2018 maka

diperolah kesimpulan sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan

Manajerial secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance

pada perusahan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebesar

0,293 atau 2,93%, berdasarkan hasil R square.

2. Dewan Komisaris Independen secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Pertambangan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

banyak jumlah anggota Dewan Komisaris Independen maka Tax avoidance

semakin meningkat.

3. Kepemilikan Institusional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah jumlah

kepemilikan institusional maka penghindaran pajak semakin berkurang . Hal

ini dikarenakan semakin rendahnya kendali yang dilakukan oleh pihak

eksternal kepada perusahaan.

63
4. Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap Tax Avoidance pada perusahaan Pertambangan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Hal ini menunjukkan bahwa nilai

kepemilikan manajerial perusahaan yang rendah tidak berpengaruh terhadap

penghindaran pajak (tax avoidance) perusahaan. Ini berarti bahwa pihak

manajerial tidak memiliki hak yang cukup besar dalam pengambilan

keputusan perusahaan sehingga pihak manajerial tidak memiliki kesempatan

serta wewenang yang besar dalam perusahaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memeberikan saran kepeda

peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut :

1. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penambahan variabel independen

seperti Dewan direksi, dewan kepemilikan publik,dll.

2. Menambah periode penelitian

3. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan penelitian pada perusahaan yang

berbeda atau selain perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2014. Akuntansi Perpajakan,Edisi
3.Jakarta:Salemba empat.

Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi : Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta:
BPFE.

Ambong, Ayu. (2014, 19 September). Modus Skandal Pajak Perusahaan Sawit


dan Tambang.Tempo Bisnis. Diambil dari http://en.tempo.co.

Bursa Efek Indonesia.Http//www.idx.co.id

Brian, I., dan Martani, D. (2014). AnalisisPengaruh Penghindaran Pajak dan


KepemilikanKeluarga terhadap Waktu Pengumuman Laporan Keuangan
Tahunan Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XVII, Lombok,
Indonesia, 24-27 September.

Daily, Catherine M., and Dan R. Dalton. (1994) Strategic Management Journal
October.

Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat

FCGI.2006. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan.Edisi Ke


Tiga.Jakarta

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.


Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hamonangan Siallagan & Mas’ud Machfoedz. 2006.Mekanisme Corporate


Governance, Kualitas Laba Dan Nilai Perusahaan. Skripsi . Padang :
Universitas Hkbp Nommensen

Haruman, Tendi. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan


Keuangan DanNilai Perusahaan: Survey Pada Perusahaan Manufaktur
Di Bursa Efek Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XI. 23-24 Juli
2008, Pontianak.

Hamed, M.S.,& Boussaidi.A. (2015). The Impact of GovernanceMechanisms on


Tax Aggressiveness: Empirical Evidence From Tunisisan Context.
Journal of Asian Business Strategy, Vol.5(1).
Herawati, Vinola.2008 ”Peran Praktek Corporate Governancesebagai
Moderating Variabel DariPengukuran Earnings Managementterhadap
Nilai Perusahaan”. Pontianak: SNA XI.

Healy, P., Wahlen, J., 1999. A Review Of The Earnings Management Literature
And Its Implications For Standard Setting, Accounting Horizons 13, P.
365–383

Hoque, et al. 2011. Tax Avoidance Crimes-A Study on Some Corporate Firms of
Bangladesh.

Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure.” Journal of Financial
Economic, Vol. 3

Jensen, Michael C. and Clifford H. Smith Jr.1984 .eds. The Modern Theory of
Corporate Finance. McGraw-Hill, . Corporate Governance Terhadap
Penghindaran Pajak di Ind onesia. Simposium Nasional Akuntansi 17
Lombok, Indonesia, 24-27 September.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum GCG


Indonesia, Jakarta.

Khurana, I. K. dan W. J. Moser. 2009. Institutional Ownership and Tax


Aggressiveness. www.ssrn.com

Lastanti, Hexana Sri. 2004. “Hubungan Struktur Corporate Governance dengan


Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar,” Konferensi Nasional Akuntansi:
Peran Akuntan dalam Membangun Good Corporate Governance.

Mardiasmo. 2011. “Perpajakan.Edisi Revisi”. Yogyakarta: Andi.

Masri, Indah Dan Dwi Martani. (2012). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost
Of Debt. Simposium Nasional Akuntansi XV. Universitas Indonesia,
Depok.

Ngadiman dan Puspitasari, C. (2014). Pengaruh Leverage,Kepemilikan


Institusional, danUkuran Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) pada Perusahaan Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi: 8(3), hal.408-421.

Pohan, C.A. (2011). Optimizing Corporate Tax Management. Jakarta: Bumi


Aksara.

Prakosa, K.B., (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan


Corporate GovernanceTerhadap Penghindaran Pajak di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi 17, Lombok, Indonesia, 24-27
September.

Ruddian ,Elsiana .2017 Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap


Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2015. Skripsi.Bandar
Lampung : Universitas Lampung.

Sartori, Nicola. 2010. Effect of Strategic Tax Behaviors on Corporate


Governance. www.ssrn.com

Scott, W. R. 2006. Financial Accounting Theory. 4th Edition. Canada: Person


Education.

Setyani, Rina.2008. “Detterent Effect Penyidikan Pajak Asian Agri Group


terhadap PeningkatanKepatuhan Wajib Pajak Sektor Industry dan
Perkebunan Kelapa Sawit”. Tesis Program Master Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia.

Solihin,Ismail.2009.CorporateSocialResponsibilityfromCharityto
Sustainability.Jakarta: SalembaEmpat

Suandy, Erly.2008 “Perencanaan Pajak”. Jakarta: Salemba Empat.

Sukirni, Dwi., 2012, Kepemilikian Manajerial, Kepemilikan Institusional,


Kebijakan Deviden, dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai
Perusahaan, Accounting Analysis Journal, Universitas Negeri Semarang,
Volume 2 nomor 1, halaman 1 – 12

Sumarsan, Thomas. (2010). Perpajakan Indonesia.Jakarta : PT. Indeks

Sumihandayani, Arwiani. 2013. Pengaruh Hubungan Tax Avoidance Terhadap


Nilai Perusahaan dengan Kinerja Corporate Social Responsibility dan
Corporate Governance sebagai Variabel Pemoderasi pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. Skripsi,
program eksistensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
Depok.

Supramono dkk, 2015.Perpajakan Indonesia.:Yogyakarta : Andi.

Surya, Indra dan I. Yustiavandana. 2006, Penerapan Good Corporate


Governance: Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha, Penerbit Kencana, Jakarta.
Susiana dan Arleen Herawaty. 2007. Analisa Pengaruh Indepedensi, Mekanisme
Corporate Governance, Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. SNA. X. Unhas Makasar. 26-28 Juli 2007

Tandean, V. A. (2014). Pengaruh good corporate governance dan ukuran


perusahaan terhadap tax avoidance, 978–979.

Tjager dkk. 2004. Komisaris Independen, Penggerak Praktek GCG di


Perusahaan. Jakarta: PT Indeks.

Zain, Mohammad.2003 “Manajemen Perpajakan”. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai