OUTLINE
Oleh:
NPM: 160120031
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS
2020
ABSTRAK
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
Indonesia Tahun 2017-2019”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S1) Fakultas
dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung berupa moral ataupun material. Penulis
pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. Drs Sihol Situngkir, MBA selaku Rektor Universitas Katolik Santo
2. Bapak Dr. Donalson Silalahi, S.E, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
3. Ibu Romasi Lumban Gaol, S.E, M.Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
5. Bapak Fratis F. Gultom, S.E, M.Si selaku Dosen penguji satu sekaligus dosen
6. Ibu Yan C. Sembiring, S.E, M.Si selaku Dosen penguji dua yang sudah
Thomas.
Zalukhu, serta saudara penulis yang terkasih keluarga kak Citra dan bang
Fotuho, kak Wely Zebua, adek Ian, Frans, Falen, Ais dan sisi dan keluarga
penulis lainnya yang berada di Nias, yang selalu mendukung penulis baik
9. Teristimewa untuk teman dekat saya Reforman Giawa yang selalu ada dan
10. Keluarga Accounting A 2016, Ikatan Mahasiswa Nias (IMN) ,Green House,
Philips Squad.
Penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran dari seluruh pihak
Akhir kata Penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................... 9
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 9
v
vi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2 53
Grafik P-p Plot
Gambar 4.3 56
Hasil Uji Heteroskedastisitas
BAB I
PENDAHULUAN
sekelompok orang yang kegiatannya untuk mencapai suatu tujuan yang tak lain
kelangsungan hidup perusahaan. Besar kecilnya laba yang diperoleh oleh suatu
dalam dunia bisnis yang semakin ketat mendorong perusahaan bersaing untuk
mendapatkan citra dan persepsi yang baik dari setiap pemegang kepentingan yang
konflik kepentingan antara menejer dan pemilik perusahaan yang biasa disebut
tujuan lain yang mungkin berbeda dan bertolak belakang dengan tujuan utama
1
kemungkinan-kemungkinan dari tindakan tersebut, sebaliknya para pemegang
saham juga mengharapkan beban pajak yang sedikit agar dapat memaksimalkan
keuntungan perusahaan, akan tetapi hal tersebut tetap dilakukan sesuai dengan
keputusan yang hanya menguntungkan salah satu pihak saja. Hal tersebut berarti
bahwa tanda adanya corporate governance yang baik akan terjadi konflik
kepentingan yang biasa memberi dampak buruk bagi kinerja perusahaan (Solihin,
Penghidaran pajak ini dapat dikatakan persoalan yang rumit dan unik karena
disatu sisi diperbolehkan, tetapi tidak diinginkan. Metode dan teknik yang
digunakan tax avoidance terletak pada grey area yakni cenderung memanfaatkan
untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang (Pohan, 2014). Memang tidak ada
unsur pidana dari aksi penghindaran pajak sebab perusahaan bertransaksi dengan
baik dan benar, disertai bukti akurat dan tidak menyalahi aturan. Namun, aktivitas
penelitian ini Tax avoidance diukur dengan denganEffective Tax Rate (ETR).Tarif
dikenakan pajak sebagai akibat dari yurisdiksi pajak yang berbeda baik di dalam
baik maka akan berbanding lurus dengan kepatuhan perusahaan dalam memenuhi
untuk mengawasi tax planning ataupun tax management agar mampu berjalan
pajak (tax avoidance) yang bersifat legal bukan penggelapan pajak (tax evasion)
penghindaran pajak.
dalam penelitian ini adalah Jumlah dewan komisaris dan kualitas audit
(Independen). Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis linear
berganda. Berdasarkan hasil analisis dan pengujian yang dilakukan dalam
penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan yaitu : hasil uji regresi, menunjukkan
Penelitian yang dilakukan oleh Tresno Eka Jaya, M. Yasser Arafat, dan
dan tax Avoidance pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode
analisi data yang digunakan adalah regresi logistik. Berdasarkan hasil penelitian
penghindaran pajak.
Manufaktur yang terdaftar di BEI. Metode analisis data yang digunakan adalah
tahun 2017-2018.
Dewan
No Tax
Kode Nama perusahaan Tahun Komisaris
. Avoidance
Independen
1 PSAB Perdana Karya 2017 0,1666 0,4317
Perkasa Tbk 2018 0,2500 0,4432
2 ESSA Surya Esa Perkasa 2017 0,2500 0,1826
Tbk 2018 0,2000 0,0245
komisaris independen memiliki nilai hubungan yang positif dan tidak signifikan
hal ini berarti bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax
Perkasa Tbk pada tahun 2017 dewan komisaris independen 0,1666 meningkat
pada tahun 2018 sebesar 0,2500 dan tax avoidance nya pada tahun 2017 sebesar
0,4317 meningkat pada tahun 2018 sebesar 0,4432. Sedangkan pada perusahaan
Surya Esa Perkasa Tbk pada tahun 2017 dewan komisaris independen 0,2500
menurun pada tahun 2018 sebesar 0,2000 dan tax avoidance nya dari 0,1826
tahun 2017-2018.
pada tahun 2018 sebesar 0,4531 dan tax avoidancenya pada tahun 2017 sebesar
0,2054 meningkat pada tahun 2018 sebesar 0,2079. Sedangkan pada J Rsource
tahun 2018 sebesar 0,9250 dan tax avoidance nya dari 0,4317 menurun menjadi
0,3432.
tahun 2017-2018.
No Kepemilikan Tax
Kode Nama Perusahaan Tahun
. Manajerial Avoidance
1 ARII Atlas Resource Tbk 2017 0,2054 0,6395
2018 0,2079 0,8038
2 MDKA Merdeka Copper Gold 2017 0,4003 0,3452
Tbk 2018 0,3294 0,2431
berpengaruh negatif terhadap tax avoidance .Hal ini menunjukkan bahwa dengan
penghindaran pajak.
Tbk pada tahun 2017 kepemilikan manajerial 0,2054 meningkat pada tahun 2018
sebesar 0,2079 dan tax avoidance nya pada tahun 2017 sebesar 0,6395 meningkat
pada tahun 2018 sebesar 0,8038. Sedangkan pada perusahaan Merdeka Copper
Gold Tbktahun 2017 kepemilikan manajerial sebesar 0,4003 menurun pada tahun
2017 sebesar 0,3294 dan tax avoidance nya dari 0,3452 menurun menjadi 0,2431.
1. 2 Identifikasi Masalah
yang mempunyai hasil yang tidak konsisten antara hasil penelitian peneliti
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Indonesia.
a. Untuk Penulis
b. Untuk Akademisi
keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent, yang mana satu atau
informasi yang berkaitan dengan kondisi perusahaan kepada owner atau pemilik,
antara principal dan agents. Pihak principals adalah pihak yang memberikan
mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas
Smith, 1984). Teori agensi mengarah pada kondisi dimana sering terjadi
bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi
internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik
11
kegiatan manajer. Teori ini memberikan asumsi bahwa manajer tidak dapat
maupun kepentingan para pemegang saham dan teori agensi dipandang lebih.
sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana terhadap pemegang saham. Teori
peraturan dan ketentuan yang berlaku (Wolfensohn, 1999 dalam Hanum, 2013).
2.2GoodCorporate Governance
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-
hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu system yang mengarahkan
seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat alat yang akan
shareholder khususnya, dan stakeholder pada umumnya. Tentu saja hal ini
lingkungan tertentu.
Center for European Policy Studies (CEPS), punya formula lain. GCG,
papar pusat studi ini, merupakan seluruh system yang dibentuk mulai dari hak
(right), proses, serta pengendalian, baik yang ada didalam maupun diluar
(GCG) Teori dan Implementasi, GCG memiliki prinsip – prinsip sebagai berikut
menyediakan informasi yang relevan dengan cara yang mudah diakses dan
mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan
2. Prinsip Akuntanbilitas
peran dan tanggung jawab manajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat
ditetapkan bagi pemegang saham. Supaya prinsip akuntanbilitas ini efektif, maka
perseroan, baik dengan menggunakan hak suara mereka atau dengan cara lain.
tanggung jawab korporasi sebagai warga korporasi yang baik. Perusahaan selalu
4. Prinsip Indenpendensi
organ perusahaan dapat bertugas dengan baik serta mampu membuat keputusan
yang baik bagi perusahaan. Setiap organ perusahaan akan melaksanakan tugasnya
GCG. Salin organ perusahaan tidak boleh ada pihak-pihak yang dapat
masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi
terhadap semua pemegang saham, termasuk investor asing dan pemegang saham
minoritas, yaitu semua pemegang saham dengan kelas yang sama harus mendapat
tugasnya secara efektif, harus memenuhi beberapa prinsip yaitu terkait komposisi
efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen. Selain itu, dewan
b. Menilai system penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan dan
perlu.
dalam pelaksanaan GCG. Dewan komisaris merupakan inti dari good corporate
pajak.
Dewan komisaris bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan untuk
mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan manajemen atas
pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efetif, efisien dan
yang dilakukan oleh dewan komisaris dipengaruhi oleh jumlah atau ukuran dewan
komisaris (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Salah satu perusaahan yang sering
timbul dalam penerapan good corporate governance adalah adanya dewan direksi
yang dipimpin oleh seorang Presiden Direktur memiliki kekuatan yang lebih besar
mengawasi kinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh Presiden Direktur
dukungan dari luar akan semakin meningkat. Daily dan Dalton (1994) juga
menerus menurun, maka adanya komisaris yang berasal dari luar akan mendorong
1995 tentang Perseroan Terbatas (PT), tugas dewan komisaris adalah: (1)
nasihat kepada direksi (Darsono, 2001). Menurut peraturan yang dikelurkan oleh
2. Kepemilikan Institusional
kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan investor institusi lebih berpengalaman
(Saptantinah, 2005).
Menurut Bushee dalam Boediono (2005) menyatakan bahwa kepemilikan
manajemen.
pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional sehingga dapat menghalangi
diukur dengan jumlah saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun
et al., 1998).
jumlah sahaminstitusional
KI =
jumlah saham yang beredar
3.Kepemilikan Manajerial
kecil karena mereka akan bertindak lebih hati – hati karena manajer juga ikut
saham yang ikut terlibat dalam pengelolaan perusahaan sehingga semakin tinggi
merupakan salah satu pemilik perusahaan dan bukan hanya sebagai pihak
4.Kepemilikan publik
merupakan persentasi saham perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain baik
yang berada didalam ataupun yang diluar negeri serta saham yang dimiliki oleh
perusahaan dan saham yang dimiliki jumlahnya tidak signifikan, yang nilainya
masing-masing kurang dari 5%. Dapat dikatakan bahwa pemegang saham publik
Perbedaan tersebut terlihat jelas diantara dua pihak yaitu pemegang saham
5.Komite Audit
LK No: Kep 643/BL/2012 pengertian dari komite audit adalah komite yang
dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komisaris dalam membantu
melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit sedikitnya terdiri
dari 3 orang berasal dari komisaris independen dan pihak dari luar emiten atau
ini lebih dominan mempengaruhi tax avoidance sehingga sering digunakan dalam
penelitian.
2.3Tax Avoidance
Menurut Mardiasmo (2011) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara
timbale (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dipaksakan) yang tentang oleh yang
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai dengan yang
pajak merujuk pada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib pajak (WP)
supaya utang pajak berada dalam jumlah minimal tetapi masih dalam bingkai
1. Jumlah pajak yang harus dibayar. Besarnya jumlah pajak yang harus dibayar
oleh Wajib Pajak, semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar pula
2. Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
pelanggaran, dan
pelanggaran.
terhadap pajak dapat dibedakan menjadi dua yaitu: perlawanan pasif dan
Sedangkan perlawanan aktif adalah semua usaha dan perbuatan yang secara
perundang-undangan perpajakan.
lainnya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan
1. Effective tax rate. Tarif pajak efektif menjelaskan berbagai tarif dimana
yang berbeda baik di dalam negeri maupun dilluar negeri. Perusahaan juga
pajak efektif, total beban pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Rist dan
Pizzica 2014:54).
biaya pajak
ETR =
laba sebelum pajak
2.4 Peneliti Terdahulu
untuk menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, maka perusahaan perlu
perusahaan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan di masa yang
akan datang. Untuk lebih jelasnya akan disajikan kerangka berpikir penelitian
Kerangka berpikir:
Pengaruh good Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-
2019
H2 Tax Avoidance(Y)
Kepemilikan Institusional(X2) Effective tax rate
H3 (ETR)
Kepemilikan Manajerial(X3)
direksi dan dewan komisaris lain harus secara proaktif mengupayakan agar
maka akan semakin baik karena komisaris independen dapat memenuhi peran
keuangan maka akan semakin rendah kekuatan suara dan dorongan dari institusi
presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen. Manajemen akan lebih
dalam perusahaan maka manajemen akan lebih giat untuk meningkatkan kinerja
direksi merupakan faktor penting dari agresivitas pajak dalam konteks Amerika.
2.6 Hipotesis
tax avoidance
avoidance
BAB III
METODE PENELITIAN
adalah data sekunder dengan teknik dokumentasi yang di peroleh melalui laporan
3.2.1 Populasi
yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
3.2.2 Sampel
33
Kriteria – kriteria pengambilan sampel adalah :
keuangan perusahaan.
Keterangan Jumlah
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
42
2017-2019
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan tahunan dan
(3)
laporan keuangan yang lengkap
Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data variabel-
(25)
variabel yang digunakan
Jumlah perusahaan yang digunakan 14
1. Tax Avoidance
avoidance diproksikan dengan tarif pajak efektif (Effective tax rate). Tarif pajak
efektif dihitung menambahkan beban pajak kini dan beban pajak tangguhan dibagi
laba sebelum pajak. Beban pajak kini dan beban pajak tangguhan dihitung sesuai
dengan peraturan perpajakan. Laba sebelum pajak merupakan laba yang didapat
dengan laba sebelum pajak penghasilan (Rist dan Pizzica, 2014:54). ETR di ukur
beban pajak
ETR =
laba sebelum pajak
jumlah dewan komisaris terhadap total komisaris yang ada dalam jajaran dewan
2008).
3. Kepemilikan Institusional
proporsi saham yang dimiliki institusional pada akhir tahun dibandingkan dengan
jumlah sahaminstitusional
KI =
jumlah saham yang beredar
4. Kepemilikan Manajerial
data dapat diperoleh dari mengunduh di website Bursa Efek Indonesia (BEI):
analisis regresi linier berganda. Sebelum dilakukan Uji Hipotesis maka model
regresi diuji terlebih dahulu dengan Uji Asumsi Klasik. Hal ini dilakukan untuk
gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
1. Uji Normalitas
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
a.Analisis Grafik
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dimana plotting data
dengan melihat penyebaran plotting data residual pada sumbu diagonal. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal menunjukkan pola
2. Uji Multikolinearitas
variabel lainnya. Variabel inflation foctor (VIF) dengan kriteria sebagai berikut:
3. Uji Autokorelasi
memiliki sebuah hubungan. Model regresi dalam penelitian ini dapat dikatakan
baik jika model regresi telah terbebas dari autokorelasi (Ghozali, 2006). Beberapa
variabel bebas yang lain, misalnya pada satu model regresi yang seharusnya
model tersebut terdiri dari tiga varibel bebas dan satu variabel terikat, dalam
autokorelasi atau tidak dalam suatu model regresi dilakukan dengan menggunkan
Durbin Watson (Algifari, 2000:89). Cara pengujiannya dengan membandingkan
nilai Durbin Watson (d) di dan du tertentu atau dengan melihat table Durbin
Watson yang telah ada klasifikasinya untuk menilai perhitungan yang diperoleh.
Kriteria untuk nilai tersebut ada atau tidak adanya autokorelasi dapat dilihat pada
4. Uji Heteroskedastisitas
lain (Ghozali, 2006). Jika satu pengamatan ke pengamatan lain memiliki nilai
variance yang tetap, maka disebut homoskedastisitas. Model regresi yang bersifat
a. Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu dan
2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
tergantung (Y) berdasarkan variabel bebas (X) lebih dari satu (Suswanto, 2014)
Y = a+ b1X1+ b2X2+ b3X3 + e
Dimana :
Y = Penghindaran pajak.
a = Konstanta
X2 = Kepemelikan institusional
X3 = Kepemilikan manajerial
e = error
Nilai koefisien determinasi adalah antar nol sampai satu (0<R 2<1). Nilai R2 yang
1.Uji t (parsial)
1) Menentukan Hipotesis
4) Membuat Keputusan
5) Menarik Kesimpulan
2. Uji F (simultan)
1. Menentukan Hipotesis
Indonesia.
Indonesia.
2. Menentukan Sampel yang digunakan, n = 36
4.Membuat Keputusan
5.Menarik Kesimpulan
BAB IV
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan setelah dilakukan
ini objek yang dijadikan penelitian adalah perusahaaan Pertambangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019. Objek penelitian terdiri dari 11perusahaan
dengan jumlah komisaris independen dibagi dengan total anggota dewan komisaris.
Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,2500 0,1666 0,1666
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,1666 0,1666 0,2500
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,2000 0,2000 0,3333
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,2500 0,2500 0,2500
5 BYAN Bayan Resources Tbk 0,4000 0,3333 0,4000
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,2000 0,1666 0,1666
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,3333 0,3333 0,3333
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,4000 0,4000 0,3333
9 PTAB Bukit Asam Tbk 0,1666 0,1666 0,1666
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,2500 0,2000 0,2000
11 MEDC Medco Energi Internasional 0,2000 0,1600 0,1600
Tbk
12 DKFT Cita Mineral Investindo Tbk 0,3333 0,3333 0,3333
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,1666 0,3333 0,2000
14 PSAB Perdana Karya Perkasa Tbk 0,1666 0,2500 0,2500
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat dewan komisaris independen terendah
pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan Atlas Resources Tbk, Bukit Asam Tbk,
Merdeka Copper Gold Tbk, Perdana Karya Perkasa Tbk yaitu sebesar 0,1666 sedangkan
dewan komisaris independen yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan
Bayan Resources Tbk, dan Resource Alam Indonesia tbk yaitu sebesar 0,6666, pada
tahun 2018 dewan komisaris independen yang terendah dimiliki oleh perusahaan Medco
Energi Internasional Tbk sebesar 0,1600 dan dewan komisaris independen tertinggi
dimiliki oleh perusahaan Resource Alam Indonesia tbk dan Perdana Karya Perkasa Tbk
sebesar 0,4000 , pada tahun 2019 dewan komisaris independen terendah dimiliki oleh
perusahaan Medco Energi Internasional Tbk sebesar 0,1600 dan dewan komisaris
independen dimiliki perusahaan Bayan Resources Tbk sebesar 0,4000.
dengan jumlah saham institusional dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,4391 0,4391 0,4391
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,3968 0,4531 0,4531
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,6950 0,6892 0,6892
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,9554 0,9513 0,9512
5 BYAN Bayan Resources Tbk 0,2615 0,3968 0,3786
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,3816 0,3790 0,3786
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,7788 0,7810 0,7917
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,6912 0,6912 0,6911
9 PTAB Bukit Asam Tbk 0,7106 0,7106 0,7106
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,5318 0,4607 0,4607
11 MEDC Medco Energi Internasional 0,7273 0,7197 0,4000
Tbk
12 DKFT Central Omega Resources Tbk 0,8031 0,8031 0,7502
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,6371 0,5621 0,5454
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk 0,9312 0,9250 0,9250
Sumber: data diolah
pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan Byan Resource Tbk yaitu sebesar 0.2615
sedangkan kepemilikan institusional yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh
perusahaan Baramulti Suksessarana Tbk yaitu sebesar 0.9554, pada tahun 2018
kepemilikan institusional yang terendah dimiliki oleh perusahaan Delta Dunia Makmur
Baramulti Suksessarana Tbk sebesar 0,9513 , pada tahun 2019 kepemilikan institusional
terendah dimiliki oleh perusahaan Delta Dunia Makmur Tbk sebesar 0,3786 dan
sebesar 0,9512.
dengan jumlah saham manajerial dibagi dengan jumlah saham yang beredar.
Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,1224 0,1240 0,1240
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,2054 0,2079 0,2122
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,2035 0,0250 0,0250
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,2209 0,2305 0,2005
5 BYAN Bayan Resource Tbk 0,2501 0,2518 0,2182
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,4025 0,3032 0,1041
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,3201 0,3201 0,3201
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,4036 0,3036 0,1037
9 PTBA Bukit Asam Tbk 0,4784 0,1954 0,4521
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,1696 0,2397 0,2200
11 MEDC Medco Energi Internasional 0,3237 0,4129 0,4139
Tbk
12 DKFT Central Omega Resources Tbk 0,1547 0,2050 0,3050
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,4003 0,3294 0,3286
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk 0,2687 0,3387 0,3301
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat kepemilikan manajerial terendah pada
tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan J Resource Asia Pasifik Tbk yaitu sebesar
0.0687sedangkan kepemilikan manajerial yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh
perusahaan Medco Energy Internasional Tbk yaitu sebesar 0.7237,pada tahun 2018
kepemilikan manajerial yang terendah dimiliki oleh perusahaan J Resource Asia Pasifik
Tbk sebesar 0,0387 dan kepemilikan manajerial tertinggi dimiliki oleh perusahaan Bayan
Resource Tbk sebesar adalah sebesar 0,6518,dan pada tahun 2019 kepemilikan
manajerial terendah dimiliki oleh perusahaan J Resource Asia Pasifik Tbk sebesar
beban pajak
ETR =
laba sebelum pajak
Tahun
No KODE Nama Perusahaan
2017 2018 2019
1 ADRO Adaro Energy Tbk 0,4228 0,4183 0,3400
2 ARII Atlas Resources Tbk 0,6395 0,8038 0,2250
3 BOSS Borneo Olah Sarana Tbk 0,2578 0,4916 0,8207
4 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk 0,2585 0,2602 0,2625
5 BYAN Bayan Resources Tbk 0,1661 0,1169 0,1027
6 DOID Delta Dunia Makmur Tbk 0,4608 0,2989 0,4127
7 HRUM Harum Energy Tbk 0,2366 0,1657 0,2201
8 KKGI Resource Alam Indonesia tbk 0,4009 0,4001 0,3005
9 PTAB Bukit Asam Tbk 0,2686 0,2470 0,2570
10 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 0,1826 0,0245 0,3581
11 MEDC Medco Energi Internasional Tbk 0,2223 0,9717 0,1129
12 DKFT Central Omega Resources 0,1989 0,2340 0,4535
13 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk 0,3452 0,2431 0,5231
14 PSAB J Resource Asia Pasifik Tbk 0,4317 0,4432 0,6534
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas dapat dilihat tax avoidance terendah pada tahun 2017
dimiliki oleh perusahaan Bayan Resources Tbk yaitu sebesar 0,1661 sedangkan tax
avoidance yang tertinggi pada tahun 2017 dimiliki oleh perusahaan Atlas Resources Tbk
sebesar 0,6395, pada tahun 2018 tax avoidance yang terendah dimiliki oleh
perusahaanBayan Resources Tbk sebesar 0,1169 dan tax avoidance tertinggi dimiliki oleh
perusahaan Medco Energi Internasional Tbksebesar 0,9717, dan pada tahun 2019 tax
avoidance terendah dimiliki oleh perusahaan Atlas Resources Tbk sebesar 0,0250 dan tax
avoidance tertinggi dimiliki perusahaan J Resource Asia Pasifik Tbk sebesar 0,6534.
Berdasarkan data statistic yang diperoleh melalui hasil estimasi dengan pogram
SPSS, maka dilakukan analisis statistic deskriptif untuk memberikan gambaran data
dalam penelitian ini.Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan melalui nilai rata-
rata (mean), maksimum, minimum dan standard deviasi dari masing-masing variabel
(penghindaran pajak).
Data statistic yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Descriptive Statistics
memiliki rentang nilai dari 0.1129 hingga 0.9717. Nilai rata-rata ETR
Uji asumsi klasik digunakan untuk menguji, apakah model regresi yang
digunakan dalam penelitian layak di uji atau tidak, dengan cara memastikan bahwa
model yang digunakan data yang dihasilkan terdistribusi normal. Jika keseluruhan syarat
tersebut terpenuhi, berarti bahwa model analisis telah layak digunakan. Uji asumsi klasik
penganggu atau residual berdistribusi normal yakni data yang akan mengikuti arah garis
diagonal yang menyebar disekitar garis diagonal. Uji normalitas data yang dilakukan
adalah analisis grafik grafik normal probabilityplots. Berikut hasil uji normalitas dengan
membentuk lonceng dan tidak melenceng ke kanan atau ke kiri yang menunjukkan bahwa
menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis
diagonal.Hal tersebut menandakan bahwa model asumsi regresi telah memenuhi asumsi
normalitas sehingga model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-
variabel bebas terhadap varibel terikat.Kedua grafik tersebut tidak menyalahi asumsi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas dalam model regresi(Ghozali, 2006).
Model regresi yang baik seharusnya bebas dari multikolinearitas. Uji multikolinearitas di
ukur dari Variance Inflation Factor (VIF)dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai
berikut:
Coefficientsa
Collinearity Statistics
1 (Constant)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF dari ketiga variabel bebas < 10.00
maka dapat di simpulkan bahwa seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada
gejala multikolinieritas.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
kolerasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-
1.Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan
satu dengan lainnya.Hal ini sering ditemukan pada time series Durbin-Waston.Untuk
hipotesis berikut:
Model Summaryb
1,623. Nilai ini dibandingkan dengan nilai DW tabel DW. Dengan jumlah sampel
penelitian (n) 42 dan jumlah variabel independen (K=3) maka di peroleh nilai dU=1,6617
dan dL= 1,3573 pada tabel DW. Dengan demikian untuk variabel dependen Penghindaran
bahwa tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negative. Dengan demikian model
regresi linier layak pada penelitian ini karena data pada penelitian ini bebas dari masalah
autokorelasi.
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ini terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi
yang baik adalah terjadi homokedastisitas. Melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
Dasar analisis:
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu dan
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
Dengan melihat tampilan grafik scatterplot pada gambar di atas terlihat bahwa
titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas.Titik-
titik tersebut juga tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini
Model Summaryb
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai R Square sebesar 0,293 (2,93%) ini
berarti variabel bebas yaitu dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, dan
avoidance sebesar 0,293 (2,93%). Sedangkan 97,07 % ditentukan oleh variable lain yang
Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa data yang ada
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Variabel Dewan Komisaris Independen memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu
(3,325<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0.002 lebih kecil dari tingkat kesalahan
0.05 (0,002<0.05) maka H0 diterima berarti bahwa variabel Dewan Komisaris Independen
2. Kepemilikan Institusional
2,066<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0,045 lebih kecil dari tingkat kesalahan
Institusional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance
perusahaan. Hipotesis menyatakan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif dan
3. Kepemilikan Manajerial
tingkat kesalahan 0.05 (0.471>0.05) maka H\0ditolak yang berarti bahwa variabel
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tax Avoidance maka hipotesis
ditolak.
secara simultan diuji dengan melihat perbandingan antara f tabel dengan f hitung. Selain
itu akan dilihat nilai singnifikan, dimana jika nilai signifikan dibawah 0.05 maka variabel
ANOVAa
Total 2,524 41
0,004 itu berarti nilai variabel signifikansi <0,05. Nilai F-tabel sebesar dimana F-hitung
> F-tabel (5,240>2.85) dan nilai signifikansinya 0,004> 0.05 dengan demikian dapat
avoidance perusahaan.
4.2 Pembahasan
AvoidancePerusahan
Variabel Dewan Komisaris Independen memiliki nilai t hitung < t tabel yaitu
(3,325<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0.002 lebih kecil dari tingkat kesalahan
0.05 (0,002<0.05) maka H0 diterima berarti bahwa variabel Dewan Komisaris Independen
secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance perusahaan.
independen maka tax avoidance akan semakin meningkat. Artinya semakin banyak
dan koordinasi antar anggota dewan komisaris independen sehingga dapat mengurangi
perusahaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Meilinda (2013) yang menyatakan bahwa
semakin banyak dewan komisaris independen maka akan semakin sulit dalam mengambil
keputusan sehingga manajemen perusahaan memiliki peluang yang lebih besar dalam
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prakosa
2014 bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
tax avodance.
AvoidancePerusahaan
2,066<2,024) dengan tingkat singnifikan sebesar 0,045 lebih kecil dari tingkat kesalahan
Institusional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance
maka penghindaran pajak semakin berkurang. Hal ini dikarenakan semakin rendahnya
Hasil penelitian ini sejalan dengan Ngadiman dan Puspitasari (2014) yaitu bahwa
semakin rendah kepemilikan Institusional maka tax avoidance juga rendah. Karena
proporsi kepemilikan institusional saham yang rendah memiliki kendali yang rendah
Perusahaan
0,727<2,024) dengan tingkat signifikan sebesar 0.471 lebih besar dari tingkat kesalahan
0.05 (0.471>0.05) maka H\0 ditolak yang berarti bahwa variabel Kepemilikan Manajerial
secara parsial berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap tax avoidance
rendah tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) perusahaan. Ini
berarti bahwa pihak manajerial tidak memiliki hak yang cukup besar dalam pengambilan
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian sebelumnya, antara
lain Pohan (2008) dalam Putridan Herawati (2014), Kurniaty (2016), Budiarti (2017),
Kim dkk (2016) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh
5.1 Kesimpulan
Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2018 maka
semakin meningkat.
Bursa Efek Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah jumlah
63
4. Kepemilikan Manajerial secara parsial berpengaruh negatif dan tidak
5.2 Saran
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. 2014. Akuntansi Perpajakan,Edisi
3.Jakarta:Salemba empat.
Algifari. 2000. Analisis Teori Regresi : Teori Kasus dan Solusi. Yogyakarta:
BPFE.
Daily, Catherine M., and Dan R. Dalton. (1994) Strategic Management Journal
October.
Effendi, Muh. Arief. 2009. The Power Of Corporate Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat
Healy, P., Wahlen, J., 1999. A Review Of The Earnings Management Literature
And Its Implications For Standard Setting, Accounting Horizons 13, P.
365–383
Hoque, et al. 2011. Tax Avoidance Crimes-A Study on Some Corporate Firms of
Bangladesh.
Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure.” Journal of Financial
Economic, Vol. 3
Jensen, Michael C. and Clifford H. Smith Jr.1984 .eds. The Modern Theory of
Corporate Finance. McGraw-Hill, . Corporate Governance Terhadap
Penghindaran Pajak di Ind onesia. Simposium Nasional Akuntansi 17
Lombok, Indonesia, 24-27 September.
Masri, Indah Dan Dwi Martani. (2012). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost
Of Debt. Simposium Nasional Akuntansi XV. Universitas Indonesia,
Depok.
Solihin,Ismail.2009.CorporateSocialResponsibilityfromCharityto
Sustainability.Jakarta: SalembaEmpat