Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG

TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK


(Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur)

Dosen Pengampu : Dr. Holiawati, S.E., M.Si., CSRA

Kelompok 6 :

ESTERIA DHEA SIPAYUNG 171011201240


NOVANDHA ISWANTO 171011201092
SHINTIA TABITA 171011202534
VERA SARASWATI 171011201354

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul
“PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK”. Proposal skripsi ini menganalisis
pengaruh persepsi wajib pajak berdasarkan tingkat ekonomi, pemahaman
perpajakan, kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan di kelurahan Bencongan Tangerang.
Penulisan proposal skripsi ini ditujukan untuk pemenuhan persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pamulang.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak mungkin akan terwujud
apabila tidak ada bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, izinkan
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. (H.C.). Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang
telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori adanya
pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.
2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang
yang telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin
berkualitas.
3. Bapak Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pamulang yang telah memajukan Fakultas Ekonomi
menjadi semakin baik.
4. Ibu Effriyanti, S.E., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi
S1 Universitas Pamulang yang senantiasa sabar memberikan pengarahan.
5. Ibu Dr. Holiawati, S.E., M.Si., CSRA selaku dosen Metodologi Penelitian
yang telah memberi bimbingan, dukungan, dan arahan dalam penyelesaian
proposal skripsi ini.
6. Seluruh jajaran Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas ilmu dan
pengarahan yang telah diberikan kepada penulis.
7. Ibu dan Bapak tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungannya.
8. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dorongan, motivasi, bantuan, dan
doa yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi
ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat
berguna bagi para pembaca dan dunia ilmu pengetahuan.

Tangerang Selatan, 9 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB PENDAHULUANI.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5

1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................5

1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................5

1.5 Sistematika Penulisan....................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................7

2.1 Landasan Teori...............................................................................................7

2.2 Pemaparan Teori...........................................................................9

2.3 Penelitian Terdahulu....................................................................................15

2.4 Kerangka Konseptual...................................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................19

3.1 Jenis Penelitian.............................................................................................19

3.2 Lokasi Penelitian..........................................................................................19

3.3 Operasional Variabel...................................................................................19

3.4 Populasi dan Sample...................................................................23

3.5 Teknik Pengumpulan Data..........................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sumber pendanaanya berasal dari pajak


dan non pajak. Tetapi sumber pendanaan terbesar negara masih berasal dari
pajak. Pajak mempunyai peranan penting untuk mendukung kemampuan
keuangan negara dalam pelaksanaan program negara. Banyak perusahaan
manufaktur yang sedang berkembang pesat di Indonesia. Menurut Sulisyanto
(2013:96) semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka semakin besar
juga beban pajak yang akan dibayar oleh perusahaan tersebut.

Keadaan ini akan mengakibatkan perusahaan melakukan tindakan


peminimalan beban pajak terhadap perusahaannya kerena bagi perusahaan,
pajak adalah suatu beban yang dapat menurunkan jumlah laba yang
dihasilkan oleh perusahaan. Semakin tinggi jumlah beban pajak yang dibayar
akan menyebabkan semakin kecilnya jumlah laba yang diperoleh (Putri, Citra
Lestari dan Lautania, Maya Febrianty, 2016).

Tindakan agresif terhadap pajak, atau yang selanjutnya sering disebut


sebagai agresivitas pajak perusahaan, adalah suatu tindakan mengurangi
penghasilan kena pajak yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak
(tax planning) baik itu menggunakan cara yang tergolong legal yaitu dengan
penghindaran pajak (tax avoidance), atau secara ilegal yaitu dengan
penggelapan pajak (tax evasion) (Frank, et al. 2009). Walau tidak semua
tindakan yang melanggar peraturan, namun semakin banyak celah yang
digunakan ataupun semakin besar penghematan yang dilakukan maka
perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak. Tindakan
agresivitas pajak dapat terbagi dalam dua cara yaitu:
1. Tax avoidance (penghindaran pajak) adalah upaya penghindaran pajak
yang dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak tanpa
bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dimana metode
dan teknik
2. yang digunakan cenderung memanfaatkan kelemahan-kelemahan (grey
area) yang terdapat dalam Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan itu
sendiri untuk memperkecil jumlah pajak yang terutang.
3. Tax evasion (penggelapan/penyelundupan pajak) adalah upaya
penghindaran pajak yang dilakukan secara illegal dengan cara
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, dimana metode dan teknik
yang digunakan tidak dalam koridor Undang-Undang dan Peraturan
Perpajakan, sehingga tidak aman bagi wajib pajak.

Beberapa peneliti terdahulu mencoba menjelaskan faktor-faktor yang


menyebabkan timbulnya agresivitas pajak perusahaan. Profitabilitas yang
merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, adalah
salah satu faktor yang dikatakan dapat mempengaruhi timbulnya agresivitas
pajak. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin
tinggi pula laba yang dapat diperoleh perusahaan. Di sisi lain, semakin besar
laba yang diperoleh perusahaan, maka besarnya pajak yang dibayar
perusahaan juga akan semakin besar. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi
perusahaan yang berorientasi pada laba untuk melakukan tindakan tax
planning untuk mengurangi besarnya pajak yang dibayar perusahaan, sehingga
membuat perusahaan tersebut agresif terhadap pajak.

Hal ini dibuktikan oleh Ardyansah (2014) dalam penelitiannya yang


menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan tinggi
justru memiliki beban pajak yang rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
pendapatan yang seharusnya dimasukkan sebagai objek pajak, tetapi
perusahaan tidak memasukkannya sebagai objek pajak.

Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Mustikasari


(2007) tentang kepatuhan Wajib Pajak Badan perusahaan industri pengolahan
di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan
profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur daripada

6
perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah.

Tingginya profitabilitas yang dimiliki perusahaan mengakibatkan


perusahaan lebih banyak menggunakan pendanaan dari dalam perusahaan,
karena jika profitabilitas semakin tinggi, maka perusahaan dapat menyediakan
laba ditahan dalam jumlah yang lebih besar, sehingga penggunaan hutang
dapat ditekan (Ryanni,2014). Laba ditahan akan digunakan sebagai pilihan
utama dalam pembiayaan perusahaan sehingga dalam struktur modal
penggunaan hutang akan semakin rendah seiring dengan meningkatnya
profitabilitas perusahaan.

Profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh return on assets (ROA).


Pecking order theory menyatakan, penggunaan return on assets dapat
mencerminkan ingkat pengembalian (return) dari modal yang diinvestasikan
perusahaan dari keseluruhan aktiva. Hasil penelitian ini sependapat dengan
Susetyo (2006), Finky (2013), Yovin dan Suryantini (2012) yang menemukan
bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
struktur modal, sedangkan hasil yang berbeda ditemukan oleh Zhang (2010),
Setiawati (2011) yaitu menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur modal.

Anderson dan Reeb (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki


profitabilitas yang lebih baik serta perusahaan yang memiliki nilai kompensasi
rugi fiskal yang lebih sedikit, terlihat memiliki nilai effective tax rates (ETRs)
yang lebih tinggi. Profitabilitas yang merupakan gambaran kinerja keuangan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal
dengan Return on Asset (ROA). ROA yang positif menunjukkan bahwa dari
total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu
memberikan laba bagi perusahaan. ROA merupakan satu indikator yang

7
mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tinggi nilai ROA,
maka akan semakin bagus performa perusahaan tersebut. Perusahaan yang
memperoleh laba diasumsikan tidak melakukan tax avoidance karena mampu
mengatur pendapatan dan pembayaran pajaknya (Maharani dan Suardana,
2014).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap tindakan agresifitas pajak adalah


kebijakan utang. Peningkatan penggunaan debt financing bermanfaat dalam
rangka mengurangi total equity financing sehingga dapat mengurangi konflik
antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan utang dapat mengendalikan
penggunaan free cash flow secara berlebihan karena perusahaan memiliki
kewajiban untuk membayar pokok pinjaman dan beban bunga secara berkala
(Hartadinata dan Tjaraka, 2013).

Selain itu, utang juga dapat menyamakan kepentingan manajer dan


pemegang saham serta dapat menurunkan biaya pajak yang harus ditanggung
perusahaan karena beban bunga berfungsi menurunkan biaya pajak. Adanya
membuat manajer berupaya untuk meningkatkan laba sehingga dapat
memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Beban bunga tersebut dapat
sekaligus berfungsi menurunkan biaya pajak yang harus ditanggung oleh
perusahaan.Dari hasil penelitian oleh Hartadinata dan Heru (2013),
menemukan bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh negatiif terhadap tax
aggressive. Tapi hasil penelitian dari Hartadinata dan Heru (2013)
menyatakan hal yang berbanding terbalik dengan teori.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

8
perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Agresivitas dapat berpengaruh terhadap suatu perusahaan ?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap Agresivitas pajak ?
3. Apakah Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap agresivitas pajak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini :


1. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara agresivitas pajak dengan
perusahaan ?
2. Untuk Mengetahui pengaruh hubungan antara profitabilitas dengan
agresivitas pajak?
3. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antara kebijakan hutang dengan
agresivitas pajak?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi bagi
pengembang teori utama untuk penelitian dimasa yang akan datang.
b. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah
referensi sebagai bahan penelitian lanjutan yang lebih mendalam pada
masa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti
selanjutnya sehingga dapat mengembangkan penelitiannya secara lebih
dalam. Serta memberikan tambahan informasi untuk dapat
dipergunakan sebagai tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang
perpajakan di Indonesia.

9
2. Manfaat Praktis
Manfaat ditujukan untuk instansi diharapkan dapat memberikan
masukan terhadap masalah yang dihadapi, serta memberikan bahan
pertimbangan guna mengambil langkah kebijakan selanjutnya untuk
mencapai tujuan.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, penulis menyusun


sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini berisi mengenai keselarasan
isi penulisan proposal skripsi ini. Berikut merupakan sistematika
penulisannya.

Bab satu adalah bab yang berisi mengenai latar belakang penelitian,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penelitian. Landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan
pengembangan hipotesis terdapa pada bab dua.

Metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu


penelitian, operasional variable penelitian, populasi dan sample, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data diuraikan di bab tiga.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Agensi Teory

Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi menjelaskan mengenai adanya


hubungan antara pihak pemberi kewenangan (principal) dengan pihak yang
diberi kewenangan (agent) (Nugraha, 2015). Luayyi (2010) dalam Ardyansah
(2014) menyebutkan bahwa dalam teori agensi atau keagenan terdapat kontrak
atau kesepakatan antara pemilik sumber daya dengan manajer untuk
mengelola perusahaan dan mencapai tujuan utama perusahaan yaitu
memaksimalkan laba yang akan diperoleh, sehingga memungkinkan manajer
melakukan berbagai cara untuk mencapai tujuan tersebut baik cara yang baik
ataupun cara yang merugikan banyak pihak.

Teori agensi muncul ketika ada sebuah perjanjian hubungan kerja antara
principle yang memiliki wewenang dengan agent atau pihak yang diberi
kewenangan untuk menjalankan perusahaan (Nugraha, 2015). Manajer (agent)
memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai perusahaan
kepada pemilik perusahaan (principle) karena manajer dianggap lebih
memahami dan mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya
(Ardyansyah, 2014). Namun terkadang manajer tidak melaporkan keadaan
perusahaan seperti apa yang sebenarnya. Hal ini bisa saja dilakukan untuk
menguntungkan manajer dan menutupi kelemahan kinerja manajer. Tindakan
manajer yang seperti ini biasanya dilakukan karena adanya perbedaan
kepentingan antara pemilik perusahaan dan manajer sehingga dapat
menimbulkan berbagai masalah keagenan seperti pengeluaran yang
berlebihan, keputusan investasi suboptimal dan asimetris informasi.

11
Asimetris informasi terjadi ketika manajer memiliki lebih banyak informasi
dibandingkan informasi yang dimiliki oleh pemilik perusahaan (Nugraha,
2015). Perbedaan kepentingan antara principle dan agent dapat mempengaruhi
berbagai hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, salah satunya dalah
kebijakan perusahaan mengenai pajak perusahaan. Sistem perpajakkan di
Indonesia yang menggunakan self assessment system memberikan wewenang
kepada perusahaan untuk menghitung dan melaporkan pajaknya sendiri.

Penggunaan sistem ini dapat memberikan kesempatan bagi agent untuk


memanipulasi pendapatan kena pajak menjadi lebih rendah sehingga beban
pajak yang ditanggung perusahaan semakin kecil (Ardyansyah, 2014).
Terdapat beberapa cara untuk mengontrol tindakan agent terkait dengan
kegiatan manajemen pajak yang dilakukan, yaitu dengan mengevaluasi hasil
laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan
dibandingkan dengan tindakan agresivitas pajak yang mungkin dilakukan
agent (Nugraha, 2015).

Rasio yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, kebijakan


hutang yang dibandingkan ETR perusahaan yang didapat dari beban pajak
dibanding laba sebelum pajak. Sebuah perusahaan tergolong besar jika
memiliki total asset yang besar pula. Total asset perusahaan dapat bertambah
atau meningkat seiring dengan besarnya laba yang dihasilkan perusahaan
(Nugraha, 2015). Total asset juga terus bertambah mengikuti semakin
besarnya liabilitas dan ekuitas perusahaan karena mengharuskan adanya
keseimbangan antara asset dengan liabilitas dan ekuitas. Semakin besar laba
yang dihasilkan berarti semakin besar pula pendapatan kena pajak dan
semakin besar pajak yang seharusnya dibayarkan namun bisa saja agent
melakukan manipulasi sehingga harus dibandingkan dengan besarnya ETR
perusahaan (Nugraha, 2015).

12
2.2 Pemaparan Teori

2.2.1 Agresifitas pajak

Perusahaan menganggap pajak sebagai sebuah tambahan beban biaya yang


dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan diprediksi
melakukan tindakan yang akan mengurangi beban pajak perusahaan. Menurut
Frank dkk. (2009), tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi
pendapatan kena pajak melalui perencanaan pajak baik secara legal (tax
avoidance) maupun illegal (tax evasion) disebut dengan agresivitas pajak
perusahaan. Walaupun tidak semua tindakan perencanaan pajak melanggar
hukum, akan tetapi semakin banyak celah yang digunakan maka perusahaan
tersebut dianggap semakin agresif.

Pertimbangan untuk membayar pajak secara efisien yang mendorong


perusahaan untuk menyusun perencanaan pajak (tax planning) melalui
penghindaran pajak (tax avoidance) (Nugraha, 2015). Tax avoidance adalah suatu
bentuk perencanaan pajak untuk meminimalkan beban pajak dengan
memanfaatkan kelemahan ketentuan perpajakan sebagai hal yang positif untuk
efisiensi pembayaran pajak. Sedangkan tax evasion merupakan sebuah
perencanaan pajak yang melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pada umumnya tingkat agresivitas pajak dipengaruhi oleh faktor
manfaat dan risiko yang akan ditimbulkannya (Lanis dan Ricardson, 2011).

Agresivitas pajak merupakan isu yang kini cukup fenomenal di kalangan


masyarakat. Agresivitas pajak terjadi hampir di semua perusahaan-perusahaan
besar maupun kecil di seluruh dunia. Tindakan agresivitas pajak ini dilakukan
dengan tujuan meminimalkan besarnya biaya pajak dari biaya pajak yang telah
diperkirakan, atau dapat disimpulkan dengan usaha untuk mengurangi biaya
pajak.

13
Menurut Hlaing (2012) dalam Nugraha (2015) agresivitas pajak didefinisikan
sebagai kegiatan perencanaan pajak semua perusahaan yang terlibat dalam usaha
mengurangi tingkat pajak yang efektif. Sementara Hanlon dan Heitzman (2010)
dalam Nugraha (2015) mendefinisikan agresivitas pajak sebagai tingkat yang
paling akhir dari spectrum serangkaian perilaku perencanaan pajak.

Manfaat agresifitas pajak perusahaan adalah penghematan pengeluaran atas


pajak sehingga keuntungan yang diperoleh pemilik menjadi semakin besar untuk
mendanai investasi perusahaan yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
dimasa yang akan datang (Suyanto dan Supramono, 2012). Sedangkan kerugian
dari agresivitas pajak perusahaan adalah kemungkinan perusahaan mendapat
sanksi dari kantor pajak berupa denda, serta turunnya harga saham perusahaan
akibat pemegang saham lainnya mengetahui tindakan agresivitas pajak
perusahaan. Bagi pemerintah, tindakan agresivitas pajak perusahaan ini akan
mengurangi pendapatan Negara dalam sektor pajak (Suyanto, 2012).

Zuber (2007) dalam Yoehana (2013) menyatakan :

“Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of
aggressiveness. This gray are exists because there are tax shelters beyond
what is specifically allowed by the tax low and the tax law does not
specifically address all possible tax transaction. A bright line does not.

exist between tax avoidance and tax evasion because neither term
adequately describes all transaction. Therefore, aggressive transactions
and decision-makin may potentially become either tax avoidance or tax
evasion issues”.

14
Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan pajak agresif atau
keputusan agresivitas pajak secara potensial dapat menjadi masalah penghindaran
pajak maupun masalah penggelapan pajak.

Agresivitas pajak dapat diukur dengan berbagai cara. Menurut Sari dan
Martani (2010) agresivitas pajak dapat diukur dengan menggunakan effective tax
rate, cash effective tax rate, book-tax difference Manzon-Plesko, book-tax
difference desai-Dharmapala dan tax planning. Lanis dan Richardson (2012)
menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas pajak dengan alasan beberapa
penelitian sebelumnya banyak menggunakan ETR untuk mengukur agresivitas
pajak. Semakin rendah nilai ETR mengindikasikan adanya agresivitas pajak
dalam perusahaan. ETR yang rendah menunjukkan beban pajak penghasilan yang
lebih kecil dari pendapatan sebelum pajak.

Effective tax rate (ETR) digunakan untuk merefleksikan perbedaan antara


perhitungan laba buku dengan laba fiskal (Frank et al, 2009). Sedangkan menurut
Aunalal (2011) dalam Ardyansyah (2014) effetictive tax rate (ETR) dihitung atau
dinilai berdasarkan pada informasi keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan
sehingga effective tax rate (ETR) merupakan bentuk perhitunggan tarif pajak pada
perusahaan. Dari definisi tersebut effective tax rate (ETR) mempunyai tujuan
untuk mengetahui jumlah persentase perubahan dalam membayar pajak yang
sebenarnya terhadap laba komersial yang diperoleh.

Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.


Menurut Sudarmadji dan Sularto (2007) dalam Nugraha (2015) profitabilitas
merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yng ditunjukkan dengan laba yang dihasilkan. Laba
dijadikan indikator oleh stakeholder untuk menilai sejauh mana kinerja

15
manajemen mengelola perusahaan.

Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi dapat menarik


investor untuk menanamkan modal karena manajemen perusahaan
dianggap berhasil menjalankan operasional perusahaan. Sebaliknya jika
perusahaan memiliki tingkat profitabilitas rendah maka investor cenderung
tidak tertarik menanamkan modalnya (Sudana dan Arlindania, 2011 dalam
Yoehana, 2013).

Menurut Rodriguez dan Arias (2012) profitabilitas merupakan faktor


penentu beban pajak, karena perusahaan dengan laba yang lebih besar
akan membayar pajak yang lebih besar pula. Sebaliknya, perusahaan
dengan tingkat laba yang rendah maka akan membayar pajak yang lebih
rendah atau bahkan tidak membayar pajak jika mengalami kerugian.
Dengan sistem kompensasi pajak, kerugian dapat mengurangi besarnya
pajak yang harus ditanggung pada tahun berikutnya.

Salah satu rasio profitabilitas adalah Return On Asset (ROA). Dalam


analisis laporan keuangan, ROA dianggap dapat menunjukkan
keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA dapat mengukur
keuntungan perusahaan dari aktivitas masa lalu dan diproyeksikan ke masa
depan (Nugraha, 2015). Aset yang dihitung adalah keseluruhan asset yang
diperoleh dari modal pribadi maupun modal asing yang telah diubah
menjadi asset perusahaan dan digunakan untuk aktivitas operasi
perusahaan (Pradnyadari, 2015). Mardiyanto (2009) dalam Darmadi
(2013) menjelaskan bahwa dalam akuntansi dikenal beberapa rasio
profitabilitas:
1. Rasio Margin Laba (Profit Margin – PM). Meningkatnya Profit
Margin mengindikasikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan
laba bersih yang lebih tinggi dari aktivitas penjualannya.
2. Rasio Kemampuan Dasar Menghasilkan Laba (Basic Earning Power
Ratio/Operating Return On Asset (OROA)).

16
3. Earning Before Interest and Tax (EBIT) merupakan laba murni
perusahaan yang belum dipengaruhi keputusan keuangan (utang) dan
pajak.
4. Rasio Tingkat Pengembalian Total Aktiva (Return On Asset - ROA)
Rasio Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas
operasi.
5. Rasio Tingkat Pengembalian Total Ekuitas (Return On Equity - ROE)
Rasio Return On Equity (ROE) merupakan alat ukur terakhir untuk
mengukur profitabilitas perusahaan. ROE menggambarkan
keberhasilan perusahaan menghasilkan laba untuk para pemegang
saham.

Penelitian ini menggunakan ROA untuk mengukur tingkat


profitabilitas perusahaan, karena ROA menunjukkan efektifitas
perusahaan dalam mengelola aktiva baik modal sendiri maupun dari
modal pinjaman, investor akan melihat seberapa efektif perusahaan
dalam mengelola aset. ROA juga mampu mengukur kemampuan
perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa lampau untuk
kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang. Semakin tinggi
ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik
pengelolaan aset perusahaan (Rinaldi dan Cheisviyanny, 2015).Semakin
tinggi rasio ROA, maka semakin tinggi profitabilitas dalam perusahaan.
Kenaikan ROA mengakibatkan kenaikan ETR sehingga ROA
berpengaruh positif terhadap ETR. Akan tetapi seiring perkembangan
jaman dan perubahan kebijakan perpajakan, hubungan ROA dan ETR
menjadi negative (Gupta dan Newberry, 1997 ) dalam Nugraha (2015).

2.2.2 Kebijakan Utang


Utang merupakan salah satu sumber dana dari pihak eksernal yang
digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhannya. Kebijakan utang

17
atau debt policy merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan yang
bersumber dari eksternal. Kebijakan yang diambil oleh perusahaan memiliki
peran yang signifikan terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan seperti
dalam menentukan pembiayaan perusahaan dalam bentuk utang (Zahirah,
2017). Kebijakan utang merupakan kebijakan perusahaan tentang seberapa
jauh perusahaan menggunakan pendanaan utang. Kebijakan hutang
merupakan kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan dalam rangka memperoleh sumber pendanaan untuk membiayai
aktivitas operasional perusahaan (Pratiwi dan Mertha, 2017). Menurut
Mardiyati, Ahmad dan Putri (2012) terdapat beberapa teori tentang pendanaan
utang dengan hubungan terhadap nilai perusahaan diantaranya yaitu:
a. Teori struktur modal dari Miller dan Modigliani ( Capital structure
theory )
Pada teori ini mereka berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada
pajak, bankrupt cycost , nilai suatu perusahaan tidak berpengaruh oleh
tingkat leverage. Dengan kata lain, nilai perusahaan yang menggunakan
utang sama dengan nila perusahaan tanpa utang. Setelah menghilang
asumsi tentang ketiadaan pajak, utang dapat menghemat pajak yang
dibayar (karena utang menimbulkan pembayaran bunga yang mengurangi
jumlah penghasilan yang terkena pajak) sehingga nilai perusahaan
bertambah.
b. Pendekatan teori keagenan (Agency approach)
Struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manajer
sebenarnya adalah konsep freecashlflow. Utang bisa dianggap sebagai cara
untuk mengurangi konflik keagenan terkait freecashflow. Jika perusahaan
menggunakan utang maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas
dari perusahaan untuk membayar bunga. Keberadaan utang juga dapat
menyamakan kepentingan manajer dan pemegang saham serta dapat
menurunkan biaya pajak yang harus ditanggung perusahaan karena beban
bunga berfungsi sebagai deductible expense sesuai ketentuan perpajakan.
(Hartadinata & Tjakara, 2013) membuktikan dalam penelitiannya bahwa

18
kebijakan utang berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak.

2.3 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Agus Taufik Hidayat1, Eta Febrina Fitria2 tahun (2018).
“berjudul Pengaruh Capital Intensity, Inventory Intensity, Profitabilitas dan
Leverage Terhadap Agresivitas Pajak “ Berdasarkan hasil penelitianya maka dapat
disimpulkan bahwa Capital Intensity dan Leverage terbukti berpengaruh terhadap
agresivitas pajak perusahan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017. Sedangkan Inventory
Intensity dan Profitabilitas terbukti tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak
perusahan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2013-2017.

Hasil Penelitian Irsan Lubis1 Suryani2 Firli Anggraeni3(2018). Berjudul


“Pengaruh kepemilikan manejerial dan kebijakan hutang terhadap agresivitas
pajak pada perusahaan manufaktur” . Berdasarkan hasil dari pengujian yang telah
dilakukan dengan data panel diketahui bahwa secara statistik variabel
kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan hasil dari pengujian yang telah dilakukan dengan data panel
diketahui bahwa secara statistik variabel kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap agresivitas pajak. Hal ini berpengaruh positif untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.

19
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama peneliti dan Tahun Judul Peneliti Hasil Penelitian


1. Agus Taufik Hidayat1, Eta Pengaruh Capital profitabilitas dan
Febrina Fitria2 tahun Intensity,Inventory effective tax rate (ETR)
peneliti 2018 Intensity,Profitabilitas bersifat langsung dan
dan Leverage signifikan terhadap
Terhadap Agresivitas agresivitas pajak.
Pajak
2. Irsan Lubis, Suryani, Firli Pengaruh penelitiannya bahwa
Anggraeni Tahun penelitian kepemilikan kebijakan hutang
2018 manejeria &kebijakan berpengaruh negatif
hutang terhadap terhadap tindakan
agresivitas pajak agresifitas pajak
3 ng Subagiastraa, I Putu Edy Pengaruh menunjukkan bahwa
. Arizonab,*, I Nyoman profitabilitas, terdapat hubungan yang
Kusuma Adnyana kepemilikan keluarga negatif antara
Mahaputra tahun penilitian dan good governance kemampuan
2016 terhadap menghasilkan laba
penghindaran pajak perusahaan dengan
penghindaran pajak
perusahaan

2.4 Kerangka Konseptual

2.4.1 Pengertian Kerangka Berpikir

Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2011 : 60) mengemukakan bahwa


“Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang
penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman
yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi poondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk

20
proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan”. Menurut
Augustine dan Kristaung (2013:222) adalah “rangkaian penalaran dalam suatu
kerangka berdasarkan pada teori / konsep untuk sampai pada simpulan – simpulan
yang berakhir pada hipotesis – hipotesis yang akan diuji secara empiris”.

H1
PROFITABILITAS (X1)
AGRESIFITAS PAJAK (Y)
KEBIJAKAN HUTANG
H2
(X2)

H3

Keterangan :

H1 : Pengaruh Profitabilitas terhadap Agresivitas Pajak

H2 : Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Agresivitas Pajak

H3 : Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan Hutang terhadap


Agresivitas Pajak

2.4.2 Pengembangan Hipotesis

a. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Agresivitas Pajak


yaitu kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dari kegiatan
yang dilakukan perusahaan (Mustika, 2016). Putri, Citra Lestari dan
Lautania, Maya Febrianty mengatakan bahwa hubungan antara
profitabilitas dan effective tax rate (ETR) bersifat langsung dan signifikan.
perusahaan yang mempunyai laba tinggi akan memiliki beban pajak yang
tinggi juga hal ini yang akan mendorong perusahaan menjadi agresif
terhadap pajak. Namun sebaliknya perusahaan dengan laba yang rendah
akan memiliki beban pajak yang rendah bahkan tidak akan membayar
pajak bila perusahaan mengalami kerugiaan (Putri, Citra Lestari dan
Lautania, Maya Febrianty, 2016).

21
b. Pengaruh Kebijakan hutang terhadap Agresivitas pajak
Kebijakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan.
Menurut teori Modigliani dan Miller semakin tinggi proporsi utang
perusahaan maka semakin tinggi pula nilai suatu perusahaan, namun pada
titik tertentu peningkatan utang justru akan dapat menurunkan nilai
perusahaan karena manfaat yang diperoleh perusahaan dari pengguna
utang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkannya. Utang yang tinggi
pada perusahaan menghadapi resiko keuangan yang tinggi, sehingga
manajer akan mengurangi kepemilikan saham atau di diversifikasikan
pada kesempatan investasi lain. Utang rendah berarti perusahaan memiliki
resiko keuangan rendah sehingga manajer meningkatkan kepemilikan
saham. Hartadinata dan Tjaraka (2013) membuktikan dalam penelitiannya
bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap tindakan agresifitas
pajak. Oleh karena itu, dihipotesiskan : H2 : Kebijakan Utang berpengaruh
terhadap Agresivitas Pajak

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif


ini sering dinamakan metode tradisional, positivistic, scientific dan metode
discovery (Sugiyono, 2017), metode ini disebut metode kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode
penelitian ini digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian kuantitatif dalam hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih
bersifat sebab akibat (kausal) sehingga terdapat variabel bebas (independen) dan
variabel terikat (dependen) yang akan diuji atau diteliti. Pola hubungan antara
variabel yang akan diteliti tersebut merupakan hipotesis assosiatif.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2016-
2018

3.3 Operasional Variabel

3.3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Sekaran (2003) dalam (Danis, 2014) operasional variabel adalah bagaimana
menemukan dan mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan
merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai

23
tafsiran. Variabel dalam penelitian ini terdapat dua kelompok utama yaitu variabel
dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
effective tax rate (ETR) sedangkan variabel independennya adalah size, leverage,
profitability, capital intensity ratio dan komisaris independen. Untuk lebih
memperjelas lingkup dalam penelitian ini, tiap-tiap variabel perlu didefinisikan
agar lebih fokus dan tidak keluar dari permasalahan di luar definisi.

3.3.2 Variabel Independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel Bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen(terikat) (Sugiyono, 2017). Variabel independen
dari penelitian ini adalah Profitabilitas dan Kebijakan Hutang.
a. Variable Profitabilitas
Profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif perusahaan dalam
menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba perusahaan maupun
nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan maupun modal sendiri.
Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektivitas manajemen yang
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi
perusahaan. (HASMITA, 2015). Maka perusahaan dalam menciptakan tingkat
keuntungan yang baik dalam bentuk laba dengan cara melakukan penjualan
asset bersih serta modal perusahaan tersebut.

Profitabilitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam


menghasilkan keuntungan atau laba dari aktivitas yang dilakukannya. Dalam
penelitian ini tingkat profitabilitas perusahaan diukur dengan menggunakan
proksi Return On Asset (ROA) (Yohana, 2018). Return On Asset merupakan
ukuran keuntungan bersih yang didapat dari hasil menggunakan aktiva.
Semakin besar rasio, semakin baik kemampuan menghasilkan aset dalam
memperoleh keuntungan bersihnya (Oktamawati, 2017).

24
Variabel ini diukur dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan
total aset menurut Rodriguez dan Arias (2012) dalam (Danis, 2014) Return
On Asset dapat dihitung dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan
total aset yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Sebelum Pajak
ROA= ×100 %
Total Aset

b. Variable Kebijakan Utang


Kebijakan Utang Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dalam rangka memperoleh
sumber pendanaan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan (Pratiwi
dan Mertha, 2017). Dalam penelitian ini kebijakan utang diproksikan
menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) karena melalui rasio DAR dapat
diketahui seberapa besar jumlah perolehan aset perusahaan yang didanai
melaui utang, melalui rasio ini juga dapat diketahui seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan segala kewajiban dengan aset
yang dimilikinya. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hartadinata
dan Tjaraka (2013), DAR dapat dihitung dengan rumus :
Total Utang
DAR=
Total Aset

Sumber : Hartadinata dan Tjaraka (2013) , Atari (2016)

3.3.3 Variable Dependen

Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.


Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2017). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

25
Agresivitas Pajak.
a. Variable Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak merupakan suatu tindakan yang umum dilakukan oleh
suatu perusahaan yang bertujuan untuk meminimalkan beban pajak yang
harus dibayar oleh suatu perusahaan. Agresivitas pajak ini adalah suatu
perencanaan pajak (tax planning) baik menggunakan tax avoidance ataupun
tax evasion dalam mengurangi beban pajak (tax burden) yang di tanggung
perusahaan. Agresivitas pajak sebagai kegiatan perencanaan pajak semua
perusahaan yang terlibat dalam usaha mengurangi tingkat pajak yang efektif.
Tidak ada definisi ataupun ukuran agresivitas pajak yang dapat diterima
secara universal (Fikriyah, 2013). Perusahaan menganggap pajak sebagai
beban perusahaan yang dapat mengurangi laba. Hal tersebut mendorong
perusahaan mengambil langkah untuk meminimalkan besaran pajak yang
ditanggungnya, sehingga perusahaan cenderung dipandang melakukan
tindakan agresivitas pajak (Kandaka & Pratiwi).

Tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax


burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan
yang ada tapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka
perencanaan pajak disini sama dengan tax avoidence karena secara ekonomis
keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax
return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia, baik
untuk dibagikan kepada pemegang saham maupun untuk diinvestasikan
kembali (Yohana, 2018).

Dalam penelitian ini agresivitas pajak diukur dengan menggunakan proksi


effective tax rate (ETR). Menurut Rodriguez dan Arias (2012) dalam (Danis,
2014) effective tax rate dapat dihitung dari beban pajak dibagi dengan laba
sebelum pajak dan tidak membedakan antara beban pajak kini dan beban
pajak tangguhan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

26
Total Beban Pajak Penghasilan
ETR= x 100 %
Laba Sebelum Pajak

3.4 Populasi dan Sample


3.4.1 Populasi
Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek
yang memiliki karakteristik dan kualitas yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:72). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 2016 hingga 2018 dari beberapa
perusahaan industri manufaktur didasari karena industri ini memiliki berbagai
sub sektor industri yang diharapkan dapat mewakili sektor-sektor industri
lainnya dan berkontribusi besar bagi penerimaan pajak negara .
3.4.2 Sample
Sample merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan
aturan-aturan tertentu, yang digunakan untuk mengumpulkan informasi atau
data yang menggambarkan sifat atau ciri yang dimilii populasi. Sampel yang
baik memiliki dua buah kriteria, yaitu akurat atau tidak bias dan presis atau
mempunyai esalahan pengambilan sampel yang rendah (Jogiyanto, 2010)
Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu dengan memilih
sampel berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi pustaka dan metode dokumentasi. Metode studi pustaka adalah
metode pengumpulan data dengan melakukan telaah pustaka, mengkaji
berbagai sumber seperti buku, jurnal dan sumber lainnya yang berkaitan
dengan penelitian. Sedangkan metode dokumentasi adalah metode
pengumpulan data dengan melihat, menggunakan dan mempelajari data-data
sekunder yang diperoleh dari website BEI dan dokumen ICMD yaitu laporan

27
tahunan dan laporan keuangan yang terpilih sebagai sampel penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptif digunakan untuk menjelaskan deskripsi data
dari keseluruhan variabel dalam penelitian yang dilihat dari nilai minimum,
nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi. Menurut Ghozali
(2012) analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran
mengenai distribusi dan perilaku data sampel penelitian.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
layak untuk dianalisis, karena tidak semua data dapat dianalisis dengan
regresi. Dalam penelitian ini menggunakan 4 uji asumsi klasik yaitu uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu dan residual berdistribusi normal atau tidak, karena data yang
baik adalah data yang berdistribusi normal. Menurut Ghozali (2012) ada
dua cara untuk menguji distribusi data, yaitu dengan analisis grafik dan
uji statistik. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran
data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram
residualnya. Pengambilan keputusan distribusi data menurut Ghozali
(2012) adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H Dapat
disimpulkan data residual terdistribusi tidak normal.
b. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih dari 0,05 maka H Dapat
disimpulkan data residual terdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

28
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2012). Untuk
menciptakan sebuah model regresi, antar variabel independen tidak boleh
terdapat multikolinieritas karena multikolinieritas dapat menimbulkan bias
dalam hasil penelitian terutama dalam proses pengambilan kesimpulan
mengenai pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi
dapat dilihat dari:
a. Nilai R2 yang dihasilkan dalam suatu model regresi sangat tinggi atau
variabel-variabel independen banyak menunjukkan hubungan tidak
signifikan dengan variabel dependen.
b. Menganalisis matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar
variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi ( di atas 0.95)
maka mengindikasikan adanya multikolinieritas.
c. Melihat nilai tolerance dan variance inflation faktor (VIF). Nilai yang
umumnya digunakan untuk menunjukkan multikolinieritas menurut
Ghozali (2012) adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 10.

3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi terdapat korelasi
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1. Jika terdapat korelasi maka ada masalah autokorelasi, karena
model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terdapat
autokorelasi di dalamnya. Menurut Ghozali (2012) autokorelasi muncul
karena penelitian yang berurutan sepanjang waktu dan saling berkaitan
satu sama lain.
Salah satu cara untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan
menggunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin-Watson dengan cara
membandingkan nilai hitung dengan nilai table Durbin-Watson untuk
memperoleh batas bawah (BL) dan batas atas (BU) dengan tingkat

29
signifikansi a = 5%.

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu
dengan melakukan run test. Run test digunakan sebagai bagian dari
statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau
random (Ghozali, 2012). Model regresi dikatakan random atau acak jika
nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka model regresi tidak terjadi
autokorelasi.
4. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas berarti varian variabel gangguan yang tidak konstan. Uji
heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lainnya (Ghozali, 2012). Model regresi yang baik adalah model regresi
yang tidak terjadi heteroskedastisitas, atau dengan kata lain hasilnya
homoskedastisitas.

Salah satu cara untuk melakukan uji heteroskedastisitas ini yaitu dengan
melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED)
dengan residual (SRESID). Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang
ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2012).
Analisis menggunakan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan uji statistik yaitu uji glejser untuk
menguji ada tidaknya heteroskedastisitas. Dalam uji glejser, apabila

30
variabel independen signifikan secara statistik dalam mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.
Sedangkan apabila variabel independen tidak signifikan secara statistik
dalam mempengaruhi variabel dependen, maka tidak ada indikasi terjadi
heteroskedastisitas. Hal tersebut diamati dari probabilitas signifikansinya
di atas tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2012).

3.6.3 Uji Ketepatan Model


1. Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Menurut Ghozali (2012) uji statistik F dapat menunjukkan apakah semua
variabel independen atau variabel bebas dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen
atau variabel terikat. Jika signifikansi >0,05 atau 5% maka hipotesis
ditolak, akan tetapi apabila signifikansi < 0,05 atau 5% maka hipotesis
diterima dan bias diartikan bahwa variable independen memiliki pengaruh
bersama-sama terhadap variable dependen.
a. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05 menyatakan
bahwa secara partial variabel independen (profitabilitas dan kebijakan
hutang) secara serentak berpengaruh terhadap variabel dependen
(agresivitas pajak).
b. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 menyatakan bahwa secara partial
variabel independen (profitabilitas dan kebijakan hutang) secara
serentak tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (agresivitas
pajak).

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)\


Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

31
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2012).
Apabila koefisien daterminasi (R2)=0 berarti tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, sebaliknya untuk
koefisien determinasi (R2)=1 maka terdapat hubungan yang sempurna.
Digunakan adjusted R2 sebagai koefisien determinasi apabila regresi
variabel bebas lebih dari dua.
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel lain bersifat konstan. Dalam penelitian ini
menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (a = 5%). Penolakan atau
penerimaan hipotesis berdasarkan kriteria sebagai berikut:
a. Jika nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05 menyatakan
bahwa secara partial variabel independen (profitabilitas dan kebijakan
hutang) berpengaruh terhadap variabel dependen (agresivitas pajak).
b. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 menyatakan bahwa secara partial
variabel independen (profitabilitas dan kebijakan hutang) tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen (agresivitas pajak).

32

Anda mungkin juga menyukai