Disusun Oleh:
KELAS 7/E
PRODI SI ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVESITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dari kelompok 1 bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Anatomi administrasi dan keberadaan bumn di Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Pegambilan Keputusan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “Analytical Hierarchy Process” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Susi Artuti Erda Dewi, S. Sos., M. Si
selaku dosen mata kuliah Administrasi Perusahaan Negara yang telah memberikan
tugas ini. Sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
jurusan yang kami tekuni.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...…….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………...1
A. Latar Belakang………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………3
A. Kesimpulan……………………………………………………………………17
B. Saran…………………………………………………………………………..17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu pilar
perekonomian Indonesia, didasarkan kepada penggarisan UUD 1945, disamping
keberadaan usaha swasta dan koperasi. Keterlibatan Negara dalam kegiatan
tersebut pada dasarnya merupakan pencerminan dari substansi Pasal 33 UUD
1945, yang menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi
Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” (ayat
2) dan “Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” (ayat 3).
Salah satu perwujudan dari pasal tersebut adalah bahwa Negara melalui satuan
atau unit-unit usahanya yaitu BUMN, melakukan kegiatan usaha yang
menghasilkan barang atau jasa serta mengelola sumber-sumber alam untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dengan demikian, karena menyangkut
kepentingan masyarakat luas, BUMN mempunyai peran yang menentukan dalam
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dibidang
perekonomian.
Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat,
dan pembangunan, maka pemerintahan pada hakekatnya mengemban tiga fungsi
utama yakni fungsi alokasi yang meliputi, antara lain, sumber-sumber ekonomi
dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat, fungsi distribusi yang
meliputi, antara lain, pendapatan dan kekayaan masyarakat, pemerataan
pembangunan, dan fungsi stabilisasi yang meliputi, antara lain, pertahanan-
keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi pada
umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat sedangkan fungsi
alokasi pada umumnya lebih efektif dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, karena
Daerah pada umumnya lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan
masyarakat.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Modalnya berbentuk saham
c. Sebagian atau keseluruhannya milik negara
d. Pekerja persero berstatus Pegawai Negeri Sipil
e. Tidak mendapatkan fasilitas dari negara
a. PT Pertamina
b. PT Balai Pustaka
c. PT Garam
d. PT Kereta Api Indonesia
e. PT Garuda Indonesia
2. Badan Usaha Umum (Perum)
Badan Usaha Umum ini mempunyai modal yang seluruhnya berasal dari
negara. Perum tidak membagi perusahaannya berdasarkan saham dan
kepemilikan perum ini sepenuhnya adalah ditangan pemerintah. Perum ini
memilki tujuan untuk melakukan penyertaan dalam modal usaha lain atas
persetujuan dari menteri. Meskipun demikian keseluruhan modal berasal dari
negara, tapi pengelolaanya secara terpisah dari kekayaan negara.
Ciri- ciri BUMN Perum:
a. Didirikan bertujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat
b. Dipimpin oleh direktur
c. Modalnya bisa dihimpun banyak pihak
d. Pegawainya adalah pegawai perusahaan dari swasta
a. Perum Damri
b. Perum Pegadaian
c. Perum Bulog
d. Perum Jasatirta
e. Perum Peruri
4
f. Perum Perumnas
B. Administrasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Kasus lain yang sudah dalam proses di kejaksaan dan pengadilan atau sudah
diberitakan di berbagai media antara lain kasus korupsi di Garuda, Jiwasraya,
Asabri, Pertamina (LNG), Krakatau Steel, PT INTI, Perum Perindo, Waskita
Karya, Nindya Karya, Waskita Beton Precast, dan kasus lain yang sudah
diputuskan di pengadilan.
5
yang sangat merugikan BUMN.
Hal ini disebabkan selama ini ada stigma di masyarakat bahwa BUMN
merupakan sapi perahan dari berbagai pihak (political cost) dan korupsi dimulai
dari atas atau pimpinan. Namun, melaporkan dan menyerahkan kasus fraud kepada
penegak hukum saja tidak cukup karena jika sudah terjadi fraud, ada biaya yang
harus ditanggung perusahaan (sunk cost). Jauh lebih penting adalah tindakan
pencegahan (preventif) oleh Kementerian BUMN agar tidak lagi terjadi fraud di
masa depan. Proses pemonitoran dan evaluasi secara rutin untuk mendeteksi
kecenderungan terjadinya fraud menjadi sangat penting untuk dilakukan.
6
kebutuhan manajemen.
Penilaian yang sesaat ini tentu tidak akan dapat mewujudkan tujuan
dari good corporate governance. Good corporate governance seyogianya
dilakukan untuk setiap tahapan proses dan aktivitas yang ada di perusahaan.
Dengan poin tata kelola ini, seharusnya BUMN sudah dapat terhindar
dari fraud jika prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik tersebut menjadi
acuan di dalam setiap aktivitas perusahaan dengan sebenar-benarnya.
Di beberapa BUMN terlihat dengan jelas bahwa rasa memiliki ini sangat
kurang pada komisaris. Beberapa BUMN tidak dapat menjaga asetnya dengan
benar sehingga digunakan atau diserobot oleh pihak lain yang tidak berhak.
Pengendalian dan penguasaan aset yang tidak proper ini tentu akan menimbulkan
potensi kerugian di kemudian hari. Beberapa pernyataan dan tindakan manajemen
7
dan komisaris mencerminkan mereka dengan mudah menyerah untuk menjaga aset
itu dengan memberikan ganti rugi dan bahkan akan pindah dengan membangun
infrastruktur di tempat yang baru.
Penunjukan komisaris dari level direksi holding memang bukanlah hal yang
salah dan ilegal karena pemegang saham adalah holding, tetapi tidaklah juga
merupakan suatu keharusan. Dapat dibayangkan kesibukan seorang
direktur holding yang kemudian ditambah lagi dengan tugasnya sebagai komisaris
di anak perusahaan. Hal yang mirip juga terjadi di holding.
1. Penghasil barang dan atau jasa demi pemenuhan hajat hidup orang
8
banyak
9
berbeda-beda dapat membantu menyebar risiko ekonomi dan
mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu.
10
seperti Bank Mandiri, Jamsostek, BNI, Telkom, BNI, Indosat dan seterusnya .
Sebagai BUMN besar, Bank Mandiri, BNI, BRI, Telkom, dan hampir seluruh
BUMN terus menjadi sorotan publik akibat politisasi diam-diam (rahasia) oleh
partai-partai yang berkuasa dalam pemerintahan Gus Dur-Megawati maupun
koalisi Mega-Hamzah hingga era SBYBoediono, bahkan sampai era Joko Widodo.
Di mata masyarakat lapisan bawah yang telah menjadi korban tindakan dan
rivalitas para elite politik dan ekonomi sampai saat ini, meluas anggapan bahwa
para elite politik yang berseteru dan kaum elite ekonomi, konglomerat, dan elite
negara yang KKN, bersama jajarannya tampak tidak mau mengemban tanggung
jawab. Terkesan mereka enak-enakan di lapisan atas piramida ekonomi-politik
Indonesia tanpa merasa bersalah. Sedangkan para koruptor dan aparat yang
melanggar hukum itu terkesan untouchable serta too much powerful. Sementara
law enforcement (penegakan hukum) tidak dijalankan secara tegas dan impartial,
bahkan terkesan supremasi hukum yang dijanjikan pemerintah yang berkuasa,
baru pada tahap retorika7 . Di era Gus Dur maupun Mega-Hamzah para politisi
PDI-Perjuangan, Partai Golkar, PAN, PKB,PPP dan seterusnya, secara koalisi atau
kompetisi, saling berebut kedudukan penting pada BUMN-BUMN, termasuk di
Bank Mandiri yang menjadi pokok bahasan buku ini. Partai-partai menempatkan
‘’orangnya’’ pada lembaga-lembaga basah di mana Gus Dur, Presiden Megawati
PDI-P, PAN, PKB dan Partai Golkar, sebagai kekuatan politik berpengaruh,
berusaha mengakomodir aspirasi-aspirasi yang berbenturan, dengan membangun
prinsip ‘’saling pengertian’’ melalui kompromi yang lazim disebut ‘’politik
dagang sapi’’ . Sebagian badan usaha milik negara itu merugi dan korup.
Sementara tidak adanya visi yang kuat menjadikan badan usaha milik negara sulit
untuk maju karena tidak ada arah jelas yang dituju. Selain terlalu banyak, BUMN
juga begitu tersebar, tidak efisien, dan menjadi sapi perahan setiap pemerintah
yang berkuasa.
Ketiadaan visi dan konsep yang disepakati bersama seluruh elemen bangsa
Indonesia ini menjadikan manajemen badan usaha milik negara (BUMN) tidak
11
pernah independen dan profesional, selalu dalam jeratan relasi kekuasaan yang
menghambat dan merusak kinerja. Kita ini tidak memiliki satu konsep yang
disepakati bersama. Akibatnya, langkah apa pun yang dibuat setiap pemerintah
yang berkuasa terhadap BUMN akan selalu disalahkan. Sementara tidak adanya
visi tersebut menjadikan bias, apakah BUMN adalah milik negara atau milik
pemerintah yang berkuasa. Seharusnya mengacu pada namanya, BUMN adalah
milik negara. Akan tetapi, pada kenyataannya BUMN dikuasai pemerintah yang
berkuasa. Akibatnya, setiap kali berganti, penguasa baru akan mengganti juga
direksi dan komisaris BUMN tersebut. Tidak adanya visi ini membuat kekacauan
dalam sistem relasi. Tidak jelas bagaimana seharusnya relasi manajemen BUMN
dengan pemilik saham dan siapa pemilik saham BUMN itu, negara atau
pemerintah. Ini dulu yang harus dibenahi. Selama pemilik sahamnya tidak beres,
selamanya BUMN juga tidak akan pernah beres. Sehingga terjadi kesalahan
pendekatan dalam menilai kinerja BUMN selama ini, yaitu ketika kinerja BUMN
dinilai dengan pendekatan neoliberal, suatu paradigma yang tidak berhubungan
sama sekali dengan paradigma demokrasi ekonomi (Pasal 33 UUD 45) yang
mendasari pendirian BUMN.
12
diprivatisaisi. Namun, korupsi juga melanda progam privatisasi. Dalam soal
privatisasi (ingat kasus Indosat, BCA.Telkom dan sebagainya), sesuai
rekomendasi IMF dan Bank Dunia – diperkirakan terjadi korupsi akut. Menurut
ekonom peraih hadiah Nobel Joseph Stiglitz, privatisasi di Asia Tenggara,
terutama Indonesia, ternyata umumnya salah dan ngawur, bersifat malpaktek dan
menyesengsarakan rakyat. Dalam kasus privatisasi ini, aroma KKN-nya kuat
menyengat eksekutif dan legislatif. Meski divestasi itu dilakukan dengan rapi dan
tindakan KKN-nya diupayakan tersembunyi, namun tetap saja dirasakan bau
sangitnya oleh masyarakat kita. Privatisasi ini layak diguat-dipertanyakan karena
iklim korupsi-kolusinepotisme dan tiadanya transparansi yang masih kuat
menyelimuti lanskap pemerintahan Habibie-Gus Dur-Megawati di masa lalu. .
Privatisasi hanya bisa berjalan baik di dalam iklim usaha dan politik yang
kondusif, dimana good governance dengan unsur transparansi dan akuntabilitas
serta kejujuran bisa dibuktikan. Sebagaimana dikatakan Josepf Stiglitz, privatisasi
di tengah lingkungan pemerintahan yang korup, seperti halnya di era Presiden
Habibie-Gus Dur-Megawati yang lalu, hanya akan meningkatkan penghasilan
pribadi para pejabat dan elite yang kuasa. Alih-alih bisa meningkatkan efisiensi
dan perbaikan kualitas manajemen, privatisasi di tengah lingkungan pemerintahan
yang korup tersebut hanya menambah masalah dan beban bagi rakyat. Stiglitz
pernah mengungkapkan:‘’I believe in privatization but only if it help companies
become more efficient and lower prices for consumers.’’
13
1. Persero
a. PT. Telekomunikasi Indonesia
b. PT. Pertamina
c. PT. Perkebunan Nusantara
d. PT. Garuda Indonesia
e. PT. Kimia Farma
f. PT. Perusahaan Listrik Negara
g. PT. Kereta Api Indonesia, dan sebagainya.
2. Perum
a. Perumnas
b. Perum perhutani
c. Perum Badan Urusan Logistik (Bulog)
d. Perum Jasa Tirta
e. Perum Percetakan Uang Indonesia (Peruri)
f. Perum Pegadaian, dan sebagainya.
14
1. BUMN yang mengalami kerugian
Studi Kasus PT. Garuda Indonesia
PT. Garuda Indonesia merupakan BUMN persero yang bergerak di bidang
penerbangan. Pada tahun 2017, kinerja PT. Garuda Indonesia tercatat memburuk
karena beberapa faktor mulai dari kesalahan manajemen, kesalahan strategi, kasus
korupsi, dan faktor-faktor lain hingga Garuda Indonesia mengalami kerugian
sebesar US$216,58juta (Utami, 2020). Hingga pada tahun 2021, Garuda Indonesia
tercatat mengalami kerugian sebesar US$ 898,65 juta atau dalam rupiah mencapai
Rp 12,85 triliun. Keuangan Garuda Indonesia terus memburuk hingga tercatat
memiliki hutang sebesar Rp 70 Triliun.
Hutang perusahaan ini disebabkan oleh aktivitas sewa pesawat yang tidak
dikelola dengan baik oleh manajemen perusahaan. PT. Garuda Indonesia diketahui
melakukan penyewaan pesawat dengan harga yang jauh diatas rata-rata harga
pasar dan hal ini cukup tidak masuk akal. Setelah dilakukan investigasi, ditemukan
unsur korupsi dari pengelola sebelumnya. Kerugian lain disebabkan kesalahan
memilih rute penerbangan yang menguntungkan. Rute-rute yang mendatangkan
kerugian sebagian besar merupakan rute-rute internasional yang sebenarnya
merupakan salah satu strategi Garuda untuk memperluas pasar. Pengoperasian
rute-rute tersebut juga sebenarnya ditujukan untuk meningkatkan jumlah
wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia. Namun dengan persaingan
yang tinggi di dunia penerbangan internasional, rute-rute tersebut malah menjadi
penyebab kerugian dikarenakan sepi penumpang namun biaya operasional besar.
15
2. BUMN dengan kinerja baik
Studi Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah sebuah BUMN yang bergerak di
bidang perbankan. BRI diketahui memiliki banyak cabang di seluruh wilayah
Indonesia bahkan hingga ke pelosok pedesaan. Sejauh ini, kinerja BRI menunjukan
grafik yang positif. BKinerja yang dimaksud disini adalah kinerja keuangan
perusahaan, dimana kinerja keuangan perusahaan selalu menunjukan keterangan
“sangat baik” (Ayu Wulandari, 2021).
BRI mencatat laba Rp 12,2 triliun di tiga bulan pertama 2022, tumbuh 78,13
persen secara tahunan, pertumbuhan ini tercatat yang tertinggi dibandingkan bank
Buku IV lain. Sementara untuk aset, pada akhir Maret 2022 tercatat asset BRI
Group tumbuh sebesar 8,99 persen (yoy) menjadi Rp 1.650,28 triliun. Kondisi
UMKM yang mulai pulih saat ini mendorong penyaluran kredit BRI tumbuh 7,43
persen menjadi sebesar Rp 1.075,93 triliun.
BRI terus berupaya mempertahankan kinerja positif perusahaan dengan
berupaya mengembangkan pemanfaatan digitalisasi dalam operasional
perbankannya, misalnya dalam hal digital banking. Dengan pemanfaatan
digitalisasi ini, maka diharapkan kinerja BRI akan terus menunjukan grafik positif.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan
ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, bersama- sama dengan
pelaku ekonomi lain seperti swasta dan koperasi. BUMN memberikan kontribusi
positif untuk perekonomian Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatan
usahanya,bumn menjalankan usaha sebagai badan usaha yang lain, yaitu
bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Keberadaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia, didasarkan
kepada penggarisan UUD 1945, disamping keberadaan usaha swasta dan
koperasi. Keterlibatan Negara dalam kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan
pencerminan dari substansi Pasal 33 UUD 1945, yang menyatakan bahwa
“Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara” (ayat 2) dan “Bumi air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat” (ayat 3).
A. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Sahrasad, H. (2017). Badan Usaha Milik Negara dan Politik Pada Era Reformasi: Refleksi
Ekonomi-Politik. Jurnal Magister Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Vol. 3 No.1.
Sari, A. N. (2022, Agustus 31). Mengenal Holding BUMN Sektoral Indonesia . Retrieved
September 29, 2023, from Kementrian Keuangan Indonesia:
Rusdiana, A. (2022, Maret 6). Ta’awun: Kolaborasi dalam Pandangan Islam. Retrieved November
20, 2022, from Rumahbaca.id: https://rumahbaca.id/taawun-kolaborasi-dalam-pandangan-
islam/
https://www.kompas.id/baca/opini/2023/05/11/ada-apa-dengan-tata-kelola-bumn
https://www.hukumonline.com/berita/a/babak-baru-tata-kelola-digital-bumn-lt649a50a412272/
https://www.academia.edu/41261255/Pengertian_Jenis_dan_Contoh_Badan_Usaha_Milik_Negara
_Apa_itu_BUMN_Badan_Usaha_Milik_Negara_Itu_
https://www.smavirgofidelis.sch.id/upload/file/42508771badanusaha.pdf
Utami, R. B. (2020). Eranings Quality : Praktik dan Telaah Kasus Garuda Indonesia .
Jurnal Administrasi Bisni Volume. 15 No. 1, 57-63.
18