Oleh Kelompok 7
- RIYANI
- SELVA NADEWI
- SARIA AINI
- YUNITA ANGGRAINI
TAHUN 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1. Pengertian Badan Usaha..............................................................................................3
2.2. Peran Badan Usaha Dalam Perekonomian Nasional.................................................3
2.3. Badan Usaha Milik Swasta ( BUMS)...........................................................................3
2.3.1. Bentuk-bentuk BUMS...........................................................................................4
BAB III PENUTUP......................................................................................................................12
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................13
1
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB II PEMBAHASAN
3
2.3.1. Bentuk-bentuk BUMS
1. Perusahaan perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah perusahaan yang dikelola oleh perseorangan
(pengusaha perseorangan). Pengusaha perseorangan dapat memperoleh pinjaman dari
kreditur unutk membantu kegiatan operasional perusahaan. Tetapi, pinjaman itu tidak
menggambarkan kepemilikan karena wajib membayar sendiri semua utang akibat
akibat pinjaman, namun tidak perlu membagi laba kepada kreditur yang memberi
pinjaman. Toko/warung, rumah makan, penginapan berskala kecil, usaha foto copy
adalah beberapa contoh usaha perseorangan. Pengelolaan perusahaan perseorangan
langsung ditangani sendiri oleh pemiliknya. Ada beberapa perusahaan perseorangan
yang akhirnya dapat berkembang menjadi perusahaan besar dan berubah bentuk
menjadi Fa, CV, dan PT. Perusahaan perseorangan memilki kebaikan dan kelemahan.
Pendirian dan pengelolaannya lebih mudah dan bisa dijalankan bersama anggota
keluarga
Kebutuhan modal dilakukan oleh pemilik
Organisasinya lebih mudah/sederhana dan murah karena anggota keluarga yang
turut menjalankan usaha tidak diperhitungkan gajinya
Semua laba hanya untuk pemilik sendiri
Pengendalian dilakukan seutuhnya oleh pemilik sehingga bebas bergerak
Rahasia perusahaan lebih terjamin
Pajak yang dikenakan rendah Kelemahan Perusahaan perseorangan
Tanggung jawab tidak terbatas, semua utang perusahaan ditanggung pemilik. Jika
jumlah utang melebihi kekayaan perusahaan maka kekayaan pribadi harus
digunakan untuk membayar utang tersebut
Pengembangan perusahaan terbatas karena disesuaikan kemampuan modal dan
manajemen pemilik (pengelolaannya)
Kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin. Jika pemilik meninggal, anggota
keluarga yang lain belum tentu mampu menjalankan usaha tersebut.
4
dengan memakai nama bersama. Pemiliki firma terdiri dari beberapa orang yang
bersekutu dan masing-masing anggota persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi
sesuai yang tercantum dalam akta pendirian perusahaan.
1. Proses Pendirian Persekutuan Firma merupakan bagian dari persekutuan perdata,
maka dasar hukum persekutuan firma terdapat pada Pasal 16 sampai dengan Pasal
35 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan pasal-pasal lainnya
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang terkait. Dalam
Pasal 22 KUHD disebutkan bahwa persekutuan firma harus didirikan dengan akta
otentik tanpa adanya kemungkinan untuk disangkalkan kepada pihak ketiga bila
akta itu tidak ada. Pasal 23 KUHD dan Pasal 28 KUHD menyebutkan setelah akta
pendirian dibuat, maka harus didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dimana firma tersebut berkedudukan dan kemudian akta pendirian tersebut harus
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Selama akta pendirian belum didaftarkan dan diumumkan, maka pihak ketiga
menganggap firma sebagai persekutuan umum yang menjalankan segala macam
usaha, didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas serta semua sekutu
berwenang menandatangani berbagai surat untuk firma ini sebagaimana dimaksud
di dalam Pasal 29 KUHD. Isi ikhtisar resmi akta pendirian firma dapat dilihat di
Pasal 26 KUHD yang harus memuat sebagai berikut:
Pernyataan firmanya dengan menunjukan apakah persekutuan itu umum ataukah
terbatas pada suatu cabang khusus perusahaan tertentu dan dalam hal terakhir
dengan menunjukan cabang khusus itu.
Penunjukan para sekutu yang tidak diperkenankan bertanda tangan atas nama
firma.
2. Proses Pembubaran Pembubaran Persekutuan Firma diatur dalam ketentuan Pasal
1646 sampai dengan Pasal 1652 KUHPerdata dan Pasal 31 sampai dengan Pasal
35 KUHD. Pasal 1646 KUHPerdata menyebutkan bahwa ada 5 hal yang
menyebabkan Persekutuan Firma berakhir, yaitu : Jangka waktu firma telah
berakhir sesuai yang telah ditentukan dalam akta pendirian
Adanya pengunduran diri dari sekutunya atau pemberhentian sekutunya
Musnahnya barang atau telah selesainya usaha yang dijalankan persekutuan firma
Adanya kehendak dari seorang atau beberapa orang sekutu
Salah seorang sekutu meninggal dunia atau berada di bawah pengampuan atau
dinyatakan pailit.
5
3. Sekutu
Dalam Persekutuan Firma hanya terdapat satu macam sekutu, yaitu sekutu
komplementer atau Firmant. Sekutu komplementer menjalankan perusahaan dan
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga sehingga bertanggung jawab
pribadi untuk keseluruhan. Pasal 17 KUHD menyebutkan bahwa dalam anggaran
dasar harus ditegaskan apakah diantara para sekutu ada yang tidak diperkenankan
bertindak keluar untuk mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga. Meskipun
sekutu kerja tersebut dikeluarkan wewenangnya atau tidak diberi wewenang untuk
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga, namun hal ini tidak
menghilangkan sifat tanggung jawab pribadi untuk keseluruhan, sebagaimana diatur
dalam Pasal 18 KUHD.
Keuntungan Perihal pembagian keuntungan dan kerugian dalam persekutuan
Firma diatur dalam Pasal 1633 sampai dengan Pasal 1635 KUHP yang mengatur cara
pembagian keuntungan dan kerugian yang diperjanjikan dan yang tidak diperjanjikan
diantara pada sekutu. Dalam hal cara pembagian keuntungan dan kerugian
diperjanjikan oleh sekutu, sebaiknya pembagian tersebut diatur di dalam perjanjian
pendirian persekutuan. Dengan batasan ketentuan tersebut tidak boleh memberikan
seluruh keuntungan hanya kepada salah seorang sekutu saja dan boleh diperjanjikan
jika seluruh kerugian hanya ditanggung oleh salah satu sekutu saja. Penetapan
pembagian keuntungan oleh pihak ketiga tidak diperbolehkan.
Apabila cara pembagian keuntungan dan kerugian tidak diperjanjikan, maka
pembagian didasarkan pada perimbangan pemasukan secara adil dan seimbang dan
sekutu yang memasukkan berupa tenaga kerja hanya dipersamakan dengan sekutu
yang memasukkan uang atau benda yang paling sedikit.
4. Persekutuan Komanditer (CV/ Commanditaire Vennotschop)
Persekutuan komanditer biasanya didirikan dengan akta dan harus didaftarkan.
Namun persekutuan ini bukan merupakan badan hukum (sama dengan firma),
sehingga tidak memiliki kekayaan sendiri.
a. Jenis-jenis CV
Berdasarkan perkembangannya, bentuk perseroan komanditer adalah sebagai
berikut:
6
1. Persekutuan komanditer murni. Bentuk ini merupakan persekutuan
komanditer yang pertama. Dalam persekutuan ini hanya terdapat satu sekutu
komplementer, sedangkan yang lainnya adalah sekutu komanditer.
2. Persekutuan komanditer campuran. Bentuk ini umumnya berasal dari bentuk
firma bila firma membutuhkan tambahan modal. Sekutu firma menjadi sekutu
komplementer sedangkan sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu
komanditer.
3. Persekutuan komanditer bersaham Persekutuan komanditer bentuk ini
mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan dan sekutu
komplementer maupun sekutu komanditer mengambil satu saham atau lebih.
Tujuan dikeluarkannya saham ini adalah untuk menghindari terjadinya modal
beku karena dalam persekutuan komanditer tidak mudah untuk menarik
kembali modal yang telah disetorkan.
b. Prosedur Pendirian
Dalam KUH Dagang tidak ada aturan tentang pendirian, pendaftaran, maupun
pengumumannya, sehingga persekutuan komanditer dapat diadakan berdasarkan
perjanjian dengan lisan atau sepakat para pihak saja (Pasal 22 KUH Dagang).
Dalam praktik di Indonesia untuk mendirikan persekutuan komanditer dengan
dibuatkan akta pendirian/berdasarkan akta notaris, didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Negeri yang berwenang dan diumumkan dalam Tambahan Berita
Negara RI. Dengan kata lain prosedur pendiriannya sama dengan prosedur
mendirikan persekutuan firma.
7
mempunyai tanggung jawab yang terbatas, yaitu sebanyak saham yang dimiliki.
Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang
tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan
mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut
dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh
perseroan terbatas.
Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi.
Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga
tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perseroan terbatas tersebut.
a. Mekanisme Pendirian PT
Untuk mendirikan PT, harus dengan menggunakan akta resmi ( akta yang
dibuat oleh notaris ) yang di dalamnya dicantumkan nama lain dari perseroan terbatas,
modal, bidang usaha, alamat perusahaan, dan lain-lain. Akta ini harus disahkan oleh
menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia (dahulu Menteri
Kehakiman). Untuk mendapat izin dari menteri kehakiman, harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
Perseroan terbatas tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Akta pendirian memenuhi syarat yang ditetapkan Undang-Undang.
Paling sedikit modal yang ditempatkan dan disetor adalah 25% dari modal dasar.
(sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1995 & UU No. 40 Tahun 2007, keduanya
tentang perseroan terbatas)
Setelah mendapat pengesahan, dahulu sebelum adanya UU mengenai Perseroan
Terbatas (UU No. 1 tahun 1995) Perseroan Terbatas harus didaftarkan ke
Pengadilan Negeri setempat, tetapi setelah berlakunya UU NO. 1 tahun 1995
tersebut, maka akta pendirian tersebut harus didaftarkan ke Kantor Pendaftaran
Perusahaan (sesuai UU Wajib Daftar Perusahaan tahun 1982) (dengan kata lain
tidak perlu lagi didaftarkan ke Pengadilan negeri, dan perkembangan tetapi
selanjutnya sesuai UU No. 40 tahun 2007, kewajiban pendaftaran di Kantor
Pendaftaran Perusahaan tersebut ditiadakan juga. Sedangkan tahapan
pengumuman dalam Berita Negara Republik Indonesia ( BNRI ) tetap berlaku,
hanya yang pada saat UU No. 1 tahun 1995 berlaku pengumuman tersebut
merupakan kewajiban Direksi PT yang bersangkutan tetapi sesuai dengan UU
8
NO. 40 tahun 2007 diubah menjadi merupakan kewenangan/kewajiban Menteri
Hukum dan HAM.
Setelah tahap tersebut dilalui maka perseroan telah sah sebagai badan hukum dan
perseroan terbatas menjadi dirinya sendiri serta dapat melakukan perjanjian-
perjanjian dan kekayaan perseroan terpisah dari kekayaan pemiliknya.
Modal dasar perseroan adalah jumlah modal yang dicantumkan dalam akta
pendirian sampai jumlah maksimal bila seluruh saham dikeluarkan. Selain modal
dasar, dalam perseroan terbatas juga terdapat modal yang ditempatkan, modal
yang disetorkan dan modal bayar. Modal yang ditempatkan merupakan jumlah
yang disanggupi untuk dimasukkan, yang pada waktu pendiriannya merupakan
jumlah yang disertakan oleh para persero pendiri. Modal yang disetor merupakan
modal yang dimasukkan dalam perusahaan. Modal bayar merupakan modal yang
diwujudkan dalam jumlah uang.
9
mewakili perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila
terjadi kerugian yang amat besar ( diatas 50 % ) maka direksi harus melaporkannya ke
para pemegang saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan.
Komisaris memiliki fungsi sebagai pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan.
Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan
bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk
mengambil keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak.
Dalam RUPS/Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham
sebesar/sekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam
RUPS sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan
kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham
berhalangan, dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut proxy.
Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk
dijalankan.
Isi RUPS :
Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris
Memberhentikan direksi atau komisaris
Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris
Mengevaluasi kinerja perusahaan
Memutuskan rencana penambahan/pengurangan saham perusahaan
Menentukan kebijakan perusahaan
Mengumumkan pembagian laba ( dividen )
10
yang dapat menjadi investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka
waktu yang lebih panjang daripada aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek
disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode
pertengahan, ketika tanah disumbangkan kepada Gereja (sebuah perusahaan) yang
tidak akan mengumpulkan biaya feudal yang seorang tuan tanah dapat mengklaim
ketika pemilik tanah meninggal. Untuk hal ini, lihat Statute of Mortmain.
Efisiensi manajemen. Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan
modal yang efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Dan
dengan menempatkan orang yang tepat, efisiensi maksimum dari modal yang ada.
Dan juga adanya pemisahan antara pengelola dan pemilik perusahaan, sehingga
terlihat tugas pokok dan fungsi masing-masing.
6. Yayasan
Yayasan adalah suatu badan usaha, tetapi tidak merupakan perusahaan karena
tidak mencari keuntungan. Badan usaha ini didirikan untuk sosial dan berbadan
hukum.
11
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Badan usaha adalah kesatuan yuridis dan ekonomi yang menggunakan faktor
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa dengan tujuan untuk mencari laba.
Sedangkan Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang melakukan aktivitas pengelolaan
faktor produksi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat,
mendistribusikannya, serta melakukan usaha lain dengan tujuan memperoleh keuntungan
dan memuaskan kebutuhan masyarakat.
Bentuk badan usaha ada beberapa jenis antara lain, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD). Tiap-tiap badan usaha memiliki kekurangan dan kelebihan.
Peran Badan Usaha dalam perekonomian Indonesia sangat penting guna mengembangkan
perekonomian negara, meningkatkan kemakmuran rakyat Indonesia, memupuk
keuntungan dan pendapatan, dan melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program
kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Dan yang terakhir saya menyarankan agar
jangan mencampuradukan badan usaha dan perusahaan. karena antara badan usaha dan
perusahaan memiliki perbedaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://citraayuananda.blogspot.com/2012/01/macam-macam-badan-usaha.html
http://perusahaan.web.id/definisi/badan-usaha.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_usaha
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2259440-pengertian-badan-usaha-jenis-
dan/#ixzz1vbOHXdCO
http://kenkendea.blogspot.com/p/makalah-badan-usaha.html
yulindaa.wordpress.com/2009/12/04/badan-usaha/
13