Adilfi Zamani Seminar Adm Progres
Adilfi Zamani Seminar Adm Progres
PROPOSAL
Disusun oleh:
ADILFI ZAMANI
NIM. 12170515092
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan masalah................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran.....................................................................................................
2.2 Pemilihan umum..................................................................................
2.3 Pengertian pemilihan umum................................................................
2.3.1 Tujuan Pemilihan umum
2.3.2 Tinjauan umum tentang pemilihan umum
2.3.3 Tinjauan umum tentang pemilihan umum kepala daerah
2.3.4 Sistem pemilihan umum
2.3.5 Teori Pemilihan umum
2.3.6 Fungsi pemilihan umum
2.3.7 Visi dan Misi KPU
2.3.8 Wewenang dan tugas KPU
2.3.9 Peran KPU dalam melaksanakan Pendidikan politik
2.4 Partisipasi Politik
2.4.1 Partisipasi Politik
2.4.2 Indikator partisipasi politik aktif
2.4.3 Teori Partisipasi politik
2.5 Rancangan penelitian
2.6 Lokasi penelitian
2.7 Fokus Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut paham demokrasi. Negara
demokratis menganggap pemilu sebagai suatu lambang sekaligus tolak ukur utama dalam
demokrasi. Demokrasi adalah salah satu sistem yang sampai saat ini dianggap paling ideal
dalam menyelenggarakan pemerintahan suatu negara. Negara Republik Indonesia menganut
sistem demokrasi dimana kedaulatan dan kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat.
Bentuk perwujudan dari demokrasi di Indonesia salah satunya dengan diadakannya
pemilihan umum. Pemilu diartikan sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk
menghasilkan wakil rakyat yang aspiratif, memiliki kualitas, serta mampu bertanggung jawab
sesuai Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam Negara demokrasi
pemilu merupakan salah satu pilar utama dari sebuah akumulasi kehendak rakyat.
Pemilu merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan wakil rakyat yang akan
menduduki jabatan pemerintahan selama lima tahun. Setiap warga negara mempunyai hak
dalam berdemokrasi. Hak tersebut diatur dalam UU No 7 Tahun 2017 pasal 198 ayat (1 dan
2) menerangkan bahwa “Pemilih yang mempunyai hak memilih ialah warga negara Indonesia
yang telah terdaftar oleh penyelenggara pemilu dalam daftar pemilih dan pada hari
pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih, sudah kawin, atau
sudah pernah kawin.
Menurut UU No 7 Tahun 2017 tentang pemilu Pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa
Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga penyelenggara pemilu yang bersifat nasional,
tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan pemilu. Lembaga KPU memiliki wilayah
kerja meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). KPU bersifat
independen sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) UU No 7 Tahun 2017 dalam
penyelenggaraan pemilu, KPU bebas dari pengaruh pihak manapun sesuai dengan kaitan dari
tugas dan kewenangannya. Untuk membantu agar pelaksanaan tugas dan kewenangan KPU
berjalan lancar, maka dibentuk Sekretariat Umum yang dipimpin oleh seorang Sekretariat
Umum dan merupakan Badan Pemerintah. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum disebutkan bahwa “untuk meningkatkan
kualitas penyelenggaraan pemilu yang dapat menjamin pelaksanaan hak politik masyarakat
dibutuhkan penyelenggara pemilu yang profesional, serta mempunyai integritas, kapabilitas,
dan akuntabilitas melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU)”.
Keberhasilan pemilu ditentukan oleh besarnya tingkat partisipasi politik masyarakat
dalam menggunakan hak pilihnya. Besarnya partisipasi politik masyarakat ini dipengaruhi
oleh kesadaran politik dari masyarakat, dimana kesadaran politik ini terwujud dari seberapa
besar partisipasi masyarakat dalam pemilu dengan menggunakan hak pilihnya untuk
memberikan mereka dalam proses pemilihan umum. Salah satu bentuk partisipasi politik
masyarakat dalam pemerintahan yang demokratis adalah keikutsertaan anggota masyarakat
dalam pemilihan umum.
Keikutsertaan masyarakat dalam babpemilu sangat berpengaruh dalam menentukan
pemimpin atau pejabat publik. Dalam sistem politik yang seperti ini pemilihan umum tidak
dapat terlepas dari lembaga negara yang menjadi pondasi dalam penyelenggaraan pemilu
yang disebut sebagai Komisi Pemilihan Umum, baik pada tingkatan Provinsi maupun tingkat
Daerah. Dalam penyelenggaraan pemilu Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) memiliki
tugas dan fungsi dalam meningkatkan partisipasi politik masyarakat khususnya dalam hal
menggunakan hak pilihnya. Hal tersebut termuat dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 10 Tahun 2018 Pasal 17 ayat (1) menyebutkan bahwa tugas dan fungsi KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP kabupaten/Kota dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat pada pemilu dapat dilakukan melalui pendidikan pemilih, memberikan informasi
dan memberikan kesempatan yang setara kepada setiap orang/pihak untuk berpartisipasi
dalam pemilu.
Pemilu merupakan salah satu instrumen utama demokrasi yang menjembatani suara
rakyat sebagai pemilik kedaulatan untuk memberikan pendapat kepada seseorang sebagai
wakil rakyat atau sebagai penguasa yang akan duduk dalam pemerintahan. Tidaklah heran
jika isu tinggi rendahnya angka partisipasi pemilih barkaitan dengan tingkat legitimasi dan
kepercayaan warga negara terhadap wakil mereka atau orang yang diberi mandat untuk
menjalankan pemerintahan dan mengeluarkan kebijakan. Sebagai salah satu bagian dari
berlanjutnya demokrasi, tingkat partisipasi pemilih akan berdampak pada siapa yang akan
menjadi pemenang pemilu serta mengatur kehidupan banyak orang. Oleh sebab itu, sebagian
dari negara-negara yang menganut sistem demokrasi termasuk di Indonesia, menjadikan
partisipasi sebagai salah satu agenda yang tidak bisa dikesampingkan dalam proses pemilu
khususnya dalam hal hadir atau tidaknya masyarakat untuk memilih.
Berbicara mengenai pemilu di Kabupaten Kampar, masih terdapat masyarakat yang
tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Berdasarkan hasil observasi penulis
ketidakhadiran tersebut disebabkan oleh berbagai macam persoalan yaitu rendahnya
kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, ketidakpercayaan
masyarakat terhadap partai politik dan kandidat, sikap apatis atau sedang sakit dan
masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih berada di luar daerah dan berada di laut.
Minimnya partisipasi politik masyarakat dalam pemilu dapat dilihat pada Pemilu serentak
2024 jumlah Pemilih hanya ,,,,,,,,,. Hasil rekapitulasi perhitungan suara pemilu di Aula
Kantor Komisi pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kampar diketahui jumlah Daftar Pemilih
Tetap (DPT) sebanyak ,,,,,,,,,, suara dan jumlah yang memilih hanya ,,,,,,,,,,,, suara.
Sedangkan pada Pilkada tahun 2024 Daftar Pemilih Tetap (DPT) berjumlah ........... suara dan
jumlah yang memilih sebanyak .................suara. Sehubungan dengan hal di atas, pemilihan
umum merupakan momentum bagi KPU untuk dapat berupaya meningkatkan partisipasi
politik masyarakat dalam pemilu. Oleh karena itu, KPU selaku lembaga penyelenggara
pemilu harus berupaya untuk dapat meningkatkan partisipasi politik masyarakat agar
menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum yang akan datang. Melihat pentingnya
tugas dan fungsi KPU Kabupaten Kampar dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pemilu, maka peneliti tertarik untuk membuat karya tulis yang berjudul “Pelaksanaan Tugas
dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat di
Kabupaten Kampar.”
Oleh karena itu, partisipasi masyarakat dalam pemilu dan banyaknya suara Tidak sah
untuk mencari akar permasalahan, mencari solusi perbaikan ke depan, Dan mengetahui
seberapa besar partisipasi mereka dalam pengawasan, sangat Penting untuk dikaji. Khusus
Kabupaten Kampar, pemilihan umum berikutnya akan Digelar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, peneliti akan melakukan penelitian Yang
berjudul “Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan Pasrtispasi Masyarakat Pada
Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024”.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari survei ini adalah Sebagai
berikut.
1.3.1 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran komisi pemilihan umum Kabupaten
Kampar dalam meningkatkan partisipasi pemilihan umum tahun 2024
1.3.2 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor apa saja yang memperhambat
Pelaksanaan komisi pemilihan umum. Kabupaten Kampar dalam meningkatkan Partisipasi
pemilihan umum tahun 2024
1.3.3 Tujuan penelitia ini untuk mengetahui bagaimana solusi. Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Kamapr dalam mengatasi menurunya tingkat partisipasi Pemilu tahun 2024
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai Bahan
informasi untuk menambah pengetahuan tentang penyelenggaraan pemilu Yang bermanfaat
bagi para akademisi, praktisi dan masyarakat pada umumnya, Serta mengembangkan ide-ide
untuk mengembangkan dunia pendidikan yang Berkontribusi. Kegunaan teoritis dari hasil
penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran KPU Kabupaten kampar dalam
menyelenggarakan pemilu Tahun 2024 Untuk mengetahui peran KPU Kabupaten kampar
dalam menyelenggarakan Pemilihan umum 2024 Seperti yang Anda ketahui, partisipasi
dalam pemilihan memberi hak untuk memilih
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 PERAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peran adalah bagian dari Atau
memiliki kepemimpinan kunci. Peran adalah bentuk perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam situasi sosial tertentu. Ketika peran dipahami Sebagai perilaku yang diharapkan dari
seseorang dengan status tertentu, perilaku Peran adalah perilaku aktual dari orang yang
melakukan peran, pada dasarnya Sebagai seperangkat perilaku tertentu yang ditentukan oleh
peran. Juga akan Diformulasikan (Poerwadarminto, 1984:735). Peran adalah aspek dinamis
dari suatu posisi (status). Ketika seseorang Menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, berarti dia Menjalankan perannya. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena
yang satu Bergantung pada yang lain dan sebaliknya. Setiap orang memiliki peran yang
Berbeda-beda yang muncul dari pola hidupnya. Ini juga berarti bahwa peran Menentukan apa
yang dia lakukan untuk komunitas dan peluang apa yang Diberikan komunitas kepadanya
(Soekanto, 2013: 212-213).
Pemilihan umum pertama di Indonesia berlangsung pada tahun 1955 dan sejauh
ini telah diselenggarakan 11 kali: 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004
2009 dan 2014.Pentingnya Pemilu Menurut Ali Maltpo, masyarakat disarankan untuk
menjalankan kedaulatan sesuai dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam UUD 1945.
1. Besar kemungkinan akan terjadi pergantian kekuasaan yang aman dan tertib.
Pemilu adalah kesempatan bagi warga negara untuk memilih pejabat pemerintah
dan memutuskan apa yang harus dilakukan pemerintah, dan dengan membuat keputusan itu,
warga memutuskan apa yang sebenarnya mereka inginkan (Haryanto 1998: 81).
Penyelenggaraan pemilu yang berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pemilu
bervariasi dari tahun ke tahun baik dari segi jumlah partai politik maupun proses pemilu,
termasuk kesadaran politik, tingkat pendidikan, sosial “ekonomi sosial”, ideologi, etika,
keragaman etnis, dan kondisi geografis meningkat. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama.
Ada hubungan yang baik antara masyarakat dan pemerintah yang mengatur proses pemilu.
Pemilihan umum yang demokratis perlu menjamin pemilihan yang jujur dan adil,
perlindungan bagi mereka yang memilih untuk setiap orang yang memilih, dan penghindaran
rasa takut, intimidasi, penyuapan, dan berbagai perbuatan tercela lainnya. Hal ini sesuai
dengan isi Amandemen 4, Pasal 28G Tahun 1945, dimana dalam negara demokrasi, setiap
orang melindungi rakyatnya, keluarganya, kehormatannya, martabatnya dan hartanya yang
berada di bawah kendalinya.Saya merasa terlindungi dari ancaman berbuat atau tidak.
melakukan sesuatu yang hak dan aman serta hak asasi manusia.
2.3.1 Tujuan Pemilihan Umum
Pemilu yang dipilih tidak saja wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat
atau par lemen, tetapi juga para pemimpin pemerintahan yang duduk di kursi eksekutif. Di
cabang kekuasaan legislatif, para wakil rakyat itu ada yang duduk di Dewan Per wakilan
Rakyat, ada yang duduk di Dewan Perwakilan Daerah, dan ada pula yang akan duduk di
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, baik di tingkat provinsi ataupun di tingkat kabupaten dan
kota. Sedangkan di cabang kekuasaan pemerintahan eksekutif, para pemimpin yang dipilih
secara langsung oleh rakyat adalah Presiden dan Wakil Presiden, Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Dengan adanya
pemilihan umum yang teratur dan berkala, maka pergantian para pejabat dimaksud juga dapat
terselenggara secara teratur dan berkala.
Kampanye berjalan pada waktu yang telah ditentukan sebelum hari pemilihan.
Setelah pemungutan suara selesai, penghitungan akan dimulai. Kemenangan pemilu
ditentukan oleh aturan main, atau oleh sistem penentuan pemenang yang sebelumnya
ditetapkan dan disetujui oleh peserta dan disosialisasikan oleh pemilih. Proses pemilihan
umum adalah bagian dari demokrasi. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pemilihan umum adalah suatu proses pemilihan atau penetapan sikap yang dilakukan oleh
masyarakat untuk memilih seorang penguasa atau penguasa politik untuk memimpin suatu
negara yang terorganisir sebagai negara.
Pemilihan umum daerah telah menjadi konsensus politik nasional. Ini adalah
salah satu alat pemerintahan yang paling penting setelah pengenalan otonomi daerah di
Indonesia (Widjaja, 2005: 114.). Di sisi lain, Indonesia sendiri telah menyelenggarakan
pemilihan kepala daerah secara langsung sejak berlakunya Undang-Undang Pemerintah
Daerah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemilihan umum kepala daerah,
yang kemudian disingkat (Pemilukada), sangat akrab dengan isu politik dan pergantian
pemimpin, karena pemilu, politik, dan pergantian pemimpin saling berkaitan, saya sebutkan
nanti. Pilkada yang berlangsung hanyalah isu politik terkait isu pergantian kepemimpinan.
Pemilihan langsung akan membuka lebih banyak ruang partisipasi warga dalam
proses demokrasi penentuan kepemimpinan politik di tingkat lokal. Sistem ini juga membuka
peluang bagi masyarakat untuk lebih mewujudkan hak politiknya, misalnya jika diterapkan
sistem demokrasi yang khas, tanpa dikembalikan kepada kepentingan elit politik. (Sodikin
2014:1)
Dalam KKBI, kata pilihan berasal dari etimologi kata pilih. Artinya memilih
dengan hati-hati, tidak sembarangan, memilih yang disukai, mencari atau memisahkan yang
baik, dan menunjuk orang dan calon. Kata umum berarti “bukan hanya untuk yang spesifik
(spesifik), tetapi untuk semua atau semuasecara keseluruhan” Demikian juga dalam kamus
hukum, the process of chosing by vote a member of a reprefrentative body, such as the House
of Commons or a local authority. For the house of the Commons, a generally election
involving all UK constituentcies is held went the sovereign dissolver perliantment and
summon a new one.
Jadi, kata pemilihan umum adalah pemilihan yang seksama dan menyeluruh,
memperhatikan hati nurani pengganti yang dapat mengemban kepercayaan dan melaksanakan
kehendak pemilih. (Ali Moertopo 2019:24). Pemilu adalah mekanisme untuk memilih
pemerintah dan memberi mereka legitimasi untuk menjalankan kekuasaan. Definisi lain
adalah bahwa pemilihan umum adalah proses di mana seorang pemilih memutuskan bahwa
satu atau lebih calon yang ada yang diwakili oleh pemilih harus berada di parlemen.
Beberapa orang mendefinisikan pemilu sebagai cara untuk semua orang dan
bagaimana mereka memilih orang yang mereka inginkan. Pemilihan umum menentukan siapa
yang berhak menduduki suatu jabatan, baik dalam kepemimpinan dan kursi parlemen, atau
dalam hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingan pemilihan. Di negara-negara yang
menggunakan demokrasi sebagai prinsip pemerintahan, pemilihan umum dan pemilihan
kepala daerah merupakan media bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatan. Idealnya, kita
akan mengupayakan transisi kekuasaan yang teratur dan damai sesuai dengan mekanisme
yang dijamin oleh Konstitusi (Hendra, 2006:67).
Sebagai salah satu sarana demokrasi, pemilihan umum mengubah konsep abstrak
kedaulatan rakyat dan memperjelas bahwa pemilihan umum adalah orang-orang terpilih yang
mewakili dan bekerja untuk rakyat. Oleh karena itu, pemilihan adalah pintu gerbang menuju
perubahan, melatih orang-orang dengankemampuan merumuskan kebijakan yang tepat untuk
secara kolektif meningkatkan keberuntungan mereka. Karena pemilu adalah sarana
pergantian kepemimpinan (suksesi) secara damai (Budian, 2015:41).
Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah, yang sering disebut
dengan Pilkada atau pemilihan kepala daerah pasca-konflik, adalah pemilihan umum kepala
daerah dan wakil kepala daerah Indonesia oleh penduduk yang memenuhi syarat. Daerah dan
wakil walikota adalah gubernur dan wakil gubernur negara bagian, bupati dan wakil gubernur
kabupaten, dan walikota dan wakil walikota. Oleh karena itu, pemilihan kepala daerah pasca-
konflik merupakan prasyarat bagi kehidupan sosial dan nasional yang demokratis, dan
mereka yang sebagai pemenang berdaulat terlebih dahulu memperbaharui kontrak sosialnya
melalui demokratisasi prosedural.
Kedua, memilih pemerintahan baru. Ketiga, kami menaruh harapan baru bagi
pemerintahan baru. Demokratisasi mekanisme pengangkatan pemimpin politik merupakan
awal dari perwujudan relasi kuasa yang setara untuk relasi kekuasaan yang setara. Karena
para pemimpin politik inilah yang nantinya akan bertindak sebagai pengambil keputusan
pemerintah daerah (Mahfud MD, 1999:20).
Kedua, sistem semi proporsional atau campuran, yaitu sistem pemilu yang
menggabungkan sistem distrik dan sistem proporsional. Ketiga, sistem perwakilan
proporsional, yaitu sistem pemilu yang menjamin keseimbangan tertentu antara perolehan
suara dan perolehan kursi partai politik dalam pemilu (Damansyah, 2014).
2.3.5 Teori Pemilihan Umum
Kata kunci pemilihan langsung oleh rakyat adalah "kedaulatan rakyat". Oleh
karena itu, seruan untuk demokrasi tidak diragukan lagi merupakan makna sebenarnya dari
kedaulatan rakyat itu sendiri. (Sorensen 2003:14), Merumuskan definisi sederhana demokrasi
adalah metode politik dan mekanisme pemilihan pemimpin politik. Penduduk. Negara diberi
kesempatan untuk memilih salah satu pemimpin politik untuk memilih. Pengertian demokrasi
menunjukkan bahwa partisipasi rakyat merupakan kunci terpenting dalam menjalankan
sistempemerintahan yang demokratis. Partisipasi warga dalam sistem pemerintahan dapat
dilakukan secara langsung oleh warga itu sendiri atau melalui perwakilan. Hal ini dapat
dicapai dengan menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia. (Budiarjo 2006:117)
Antara lain, fungsi pemilu yang diwakili oleh Sanit (Pito, 2007: 307), yang
membagi pemilu menjadi empat fungsi: legitimasi politik, penciptaan perwakilan politik,
distribusi elit politik, dan pendidikan politik. Selain ciri-ciri yang dikemukakan oleh Sanit,
pemilu juga memiliki ciri-ciri yang dijelaskan oleh Pito (2007: 306), yang menyatakan bahwa
pemilu secara fungsional harus memenuhi tiga syarat.
1. Pemilihan umum adalah sarana untuk membimbing hak-hak politik warga negara setelah
pemilu dan dapat menyampaikan keinginan warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih.
2. Pemilihan umum merupakan sarana untuk mewujudkan prinsip kedaulatan rakyat dalam
suatu negara.
3. Hak pilih universal berfungsi sebagai sarana untuk menegakkan pemerintahan yang
demokratis, yang memungkinkan pemilihan untuk secara langsung, publik, bebas dan diam-
diam memilih perwakilan.
Misi:
1. Meningkatkan Kualitas Pemilihan Umum : KPU berupaya meningkatkan kualitas
proses pemilu melalui pengawasan yang ketat, penggunaan teknologi yang efektif,
dan meningkatkan partisipasi masyarakat.
2. Meningkatkan Transparansi dan Akuntabilitas : KPU fokus pada meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas dalam proses pemilu dengan memberikan informasi
yang jelas dan akurat kepada masyarakat.
3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat : KPU berupaya meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam proses pemilu dengan memberikan kesempatan bagi masyarakat
untuk berpartisipasi secara aktif dan efektif.
4. Meningkatkan Keamanan dan Ketertiban : KPU fokus pada meningkatkan keamanan
dan menyelesaikan proses pemilu dengan mengawasi dan mengendalikan situasi yang
rawan konflik.
5. Peningkatan Kapasitas dan Kompetensi : KPU berupaya meningkatkan kapasitas dan
kompetensi anggotanya melalui pelatihan dan pengembangan yang berkelanjutan.
Wewenang dan tugas KPU (Komisi Pemilihan Umum) adalah sebagai berikut:
Kami berwenang :
Wewenang KPU adalah sebagai badan yang berwenang mengatur dan mengawasi
proses pemilihan umum di Indonesia. KPU mempunyai wewenang untuk mengatur dan
mengawasi semua aspek pemilihan umum, termasuk pengawasan terhadap proses
pengundian, penghitungan suara, dan pengumuman hasil pemilihan.
Tugas :
Tugas KPU meliputi beberapa hal, seperti:
1. Mengatur dan mengawasi proses pemilihan umum di Indonesia.
2. Mengawasi pengundian dan penghitungan suara.
3. Mengumumkan hasil pemilihan umum.
4. Mengawasi pelaksanaan kampanye dan penggunaan dana kampanye.
5. Mengawasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pemilihan
umum.
6. Mengawasi pelaksanaan pengawasan terhadap proses pemilihan umum.
Mengawasi pelaksanaan pengawasan terhadap pelanggaran hukum dalam proses
pemilihan umum.
oleh kantor pusat (KPU), negara bagian (KPU), dan provinsi. Kotamadya (KPU).
umum. Sosialisasi di sini tidak hanya menyentuh aspek prosedural seperti tahapan
pemilu dan teknis pemilu, tetapi juga aspek terkait konten seperti memberikan
informasi tentang keuntungan dan pentingnya pemilu serta membina pemilih yang
bijak.
Aturan tentang kewajiban dan wewenang sosialisasi ini diatur dalam Undang-
diatur dalam Pasal 8 (1) (p), KPU negara diatur dalam Pasal 9 (1) (m), Pasal 2
(j), Pasal 3 (p), dan KPU Kabupaten/Kota. diatur dalam Pasal 10 ayat (1) huruf n,
ayat (2) huruf k dan ayat (3) huruf q. Semua itu sebelumnya mengatur tentang
hanya dilakukan ketika usia pemilih tercapai, tetapi juga ketika pemahaman
terbangun. Usia memilih, pemilih pemula sudah siap menggunakan hak pilihnya
secara cerdas.
Ketiga : Jajak pendapat dan survei, yang saat ini menjadi sorotan banyak
orang, dan tabulasi cepat terkait dengan integritas tindakan mereka. Banyak orang
untuk tujuan profil. Namun, di satu sisi perlu diperhatikan bahwa keberadaan
kegiatan penelitian atau penelitian dan perhitungan yang cepat sangatlah penting.
Untuk itu, kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai sarana sosialisasi terkait
hanya jelas ditujukan untuk matematika dan profiling, tetapi di luar itu ada proses
penyelenggaraan pemilu. Hal ini agar masyarakat dapat mengetahui apa saja yang
Partisipasi adalah keikutsertaan setiap individu dalam suatu kegiatan politik yaitu
menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara melalui pemilihan umum,
menjadi anggota atau kader partai politik ataupun hanya menjadi simpatisan yang
fanatik terhadap suatu partai politik yang ada di Indonesia, karena dengan berpartisipasi
seseorang akan menjadi warga negara yang sesungguhnya dengan ikut serta dalam
keikutsertaannya.
Era modern ini cita-cita partisipasi politik semakin mengkristal dan bahkan menjadi
bagian dari konsep pembangunan politik maupun modernisasi. Weiner dalam Kamarudin,
ada dua faktor pendorong bagi menguatnya partisipasi politik. Pertama, tumbuhnya
angkatan kerja perkotaan yang bekerja di sektor industri yang mendorong organisasi
transportasi, komunikasi antara pusat-pusat kota dan daerah terbelakang, penyebaran surat
kabar, penggunaan radio dan sebagainya (Kamarudin, 2003:168). Kedua faktor tersebut
ikut berpengaruh dalam kegiatan partisipasi aktif setiap individu untuk terjun langsung
dalam politik, karena partisipai seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh suatu partai politik
keterlibatan aktif individu maupun kelompok dalam proses pemerintahan yang berdampak
pada kehidupan mereka. Hal ini mencakup keterlibatan warga negara dalam pembuatan
keputusan politik, langsung maupun tidak langsung. Partisipasi politik ini merupakan
proses aktif, dimana seseorang dapat saja menjadi anggota sebuah partai atau kelompok
penekan (pressure group), namun tidak memainkan peran aktif dalam organisasi.
Huntington dan Nelson mendefinisikan partisipasi politik tidak hanya kegiatan yang
keputusan pemerintah, akan tetapi juga kegiatan yang oleh orang lain di luar si pelaku
2010:228). Seseorang yang turut serta partisipasi tidak harus menjadi kader dalam partai
politik tetapi menjadi simpatisan suatu partai politik dapat disebut sebagai partisipasi aktif
karena ia turut serta dalam memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan pemerintahan.
Kategori partisipasi politik menurut Milbrath dan Goel dalam Handoyo (2010),
a. Apatis adalah orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik
pemilihan umum.
c. Gladiator adalah mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik, seperti
pemegang jabatan publik atau pejabat partai, menjadi kandidat untuk suatu
politik dan kepercayaan politik, pada dasarnya ditentukan oleh setidak-tidaknya tiga
faktor utama, yaitu tingkat pendidikan, tingkat kehidupan ekonomi, dan sistem
sangat kompleks karena seseorang yang mempunyai pendidikan rendah akan berpikir
apatis dan tidak berpikir ke depan yang penting kebutuhannya tercukupi dan sistem yang
terbuka sangat berpengaruh pada partisipasi seseoang karena hal tersebut tidak berbelit-
belit.
biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan
dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud antara lain
mengajukan tuntutan, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik dan koreksi atas
pelaksanaan suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif pemimpin dan memilih wakil
rakyat dalam pemilihan umum. Melalui pemilihan umum seseorang dapat berpartisipasi
dengan menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara yang baik untuk memilih wakil
seseorang, atau kelompok orang yang ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik,
yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak langsung
seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat
pemerintah atau anggota parlemen, dsb. Demikian halnya partisipasi politik yang
diungkapkan oleh Herbert McClosky, Norman H. Nie dan Sidney Verba bahwa
Menurut Weiner (dalam Eko Handoyo 2016 : 215) partisipasi politik sebagai
kegiatan sukarela yang bertujuan memberikan pengaruh agar memilih strategi umum
masyarakatnya, dengan mendukung atau menolak, serta membantu atau melawan dan
seterusnya.
individu maupun kelompok dalam proses pemerintahan yang berdampak pada kehidupan
politik, langsung maupun tidak langsung. Partisipasi politik ini merupakan proses aktif,
di mana seseorang dapat saja menjadi anggota sebuah partai atau kelompok penekan
(pressure group), namun tidak memainkan peran aktif dalam organisasi.
sebagai kegiatan warga negara preman (private citizen) yang bertujuan memengaruhi
Menurut Axford (dalam Eko Handoyo 2016 : 216) mengartikan partisipasi politik
sebagai tindakan-tindakan dengan mana para individu mengambil bagian dalam proses
politik. Axford (2002:121) juga mendefinisikan partisipasi politik sebagai suatu tindakan
kebijakan publik.
negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi
hidupnya.
partisipasi politik. Pertama, adanya kegiatan yang disengaja dilakukan oleh warga negara
biasa. Kedua, kegiatan tersebut bersifat sukarela, tanpa ada tekanan atau paksaan dari
siapa pun. Ketiga, kegiatan tersebut ditujukan kepada pemerintah. Keempat, kegiatan
publik. Kelima, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk memengaruhi pemerintah dalam
Weiner terdapat lima penyebab timbulnya gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam
d. Konflik yang timbul antar kelompok pemimpin dan timbul konflik antar elit,
maka yang dicari adalah dukungan rakyat, serta perjuangan kelas pemenang
Dengan demikian, partisipasi politik adalah kegiatan warga negara yang secara
masyarakat adalah tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Partisipasi secara aktif dapat
dilakukan dengan kegiatan yang tidak banyak menyita waktu misalnya memberikan
suara dalam pemilihan umum, sedangkan partisipasi politik aktif secara penuh yaitu ikut
serta dalam kegiatan politik misalnya menjadi pimpinan partai, anggota partai politik,
berikut: (1) menduduki jabatan politik atau administratif, (2) mencari jabatan politik atau
administratif, (3) keanggotaan aktif suatu organisasi politik, (4) keanggotaan pasif suatu
organisasi politik, (5) keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi political),
(6) keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi political), (7) partisipasi
dalam rapat umum, demonstrasi dan sebagainya, (8) partisipasi dalam diskusi politik
informal minat umum dalam politik, (9) voting (pemberian suara), (10) apati total.
partisipasi paling terendah hingga puncak partisipasi seseorang yaitu dengan menduduki
jabatan politik atau administratif, partisipasi seseorang dalam kegiatan politik tidak harus
melewati seluruh tingkatan partisipasi tersebut karena partisipasi seseorang tidak dapat
dipaksakan oleh apapun karena kita menganut asas demokrasi, jadi seseorang dapat
bebas memilih kegiatan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan politik. Partisipasi
aktif (berbuat nyata) mempunyai pengaruh dan kekuatan, sebab bisa ikut pula dalam
bentuk partisipasi politik tersebut dapat dijadikan sebagai indikator partisipasi politik
pemerintah. Oleh karena itu, kegiatannya harus ditujukan dan mempunyai dampak
seseorang kita perlu membedakan dua sub dimensi (a) lingkup, atau proporsi dari suatu
kategori penduduk yang diberi definisi, yang melibatkan diri dalam kegiatan partisipasi
yang khusus, dan (b) intensitas, atau ukuran, lamanya, dan artinya penting dari kegiatan
Faulks (2010) mengemukakan tiga teori partisipasi politik, yaitu teori elitisme
demokratis, teori pilihan rasional, dan teori partisipasi. Schumpeter sebagai penganjur
untuk memelihara ketertiban. Inilah yang oleh Schumpeter disebut elitisme demokratis
yang telah terlembagakan dalam sistempemerintahan representatif pada periode pasca
perang. Schumpeter yakin bahwa massa itu bodoh dan apatis,sehingga partisipasi mereka
justru akan merusak stabilitas. Kewarganegaraan yang terlalu aktif, menurut Schumpeter,
akan menghasilkan keputusan politik yang kurang baik, karena mereka mudah
dimanipulasi oleh para ideolog yang hendak merobohkan sistem. Jika ini terjadi,
pemerintahan yang bijak (prudent) mustahil dapat dicapai. Itulah sebabnya, pembuatan
kebijakan sebaiknya diserahkan kepada mereka yang secara intelektual mampu. Elit
boleh memanipulasi secara halus demi menetralisasi akibat buruk dari massa. Benarlah
apa yang dikatakan Lippman, ”memberikan rakyat bukan apa yang diinginkan oleh
teori elitis demokratis. Teori pilihan rasional juga memiliki keyakinan serupa. Berbeda
dengan pandangan kaum elitis demokratis, penganut pilihan rasional, seperti halnya
Olson dan Down berpendapat bahwa tidak adanya kemauan mayoritas untuk
2010:22). Para individu rasional untuk memutuskan akan berpartisipasi politik atau
tidak, akan mengajukan pertanyaan,”apa yang akan saya peroleh dari tindakan partisipasi
ini, dan apa yang tidak akan saya peroleh jika saya tidak melakukannya”. Teori pilihan
kepentingan sendiri, tidak akan bertindak untuk mewujudkan kepentingan umum atau
kelompok. Implikasinya, gerakan politik akan dipimpin oleh orang yang secara pribadi
memperoleh keuntungan, karena terlibat. Bagi kaum elit politik, partisipasi politik
Mobilisasi para partisipan lain akan sangat bergantung pada seberapa kuat usaha
partisipasi ini dan keuntungan tersebut melebihi biaya yang telah dikeluarkan. Dalam
kaitan dengan teori kedua ini, ada jenis partisipasi yang lebih menyebar ketimbang
bentuk partisipasi lainnya. Misalnya, individu akan lebih mudah dibujuk untuk
memberikan suara dalam pemilihan umum (voting), yaitu suatu kegiatan yang relatif
politik tertentu.
Teori elitis demokratis dan pilihan rasional merupakan teori partisipasi kaum
instrumentalis, karena partisipasi politik dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan
yang lebih penting. Berbeda dengan kedua teori tersebut, teori partisipasi demokrasi
sekadar metode pemerintahan, tetapi ia memiliki tujuan yang lebih luas, yaitu
menyatukan masyarakat sipil dan mendidik warga negara tentang seni pemerintahan
jumlah dan intensitas partisipasi oleh semua anggota masyarakat sipil,(2) memperluas
berkeyakinan bahwa aktivisme politik tidak hanya memberi keuntungan bagi partisipan,
tetapi juga menjadi landasan yang lebih kokoh bagi stabilitas politik yang diusahakan
para elit politik. Dalam kaitan ini,Barber sebagaimana dikutip Faulks (2010),
menawarkan visi tentang demokrasi yang kuat, di mana politik adalah sesuatu yang
dan inisiatif kebijakan yang dipelopori oleh warga negara. Dalam demokrasi yang kuat,
yang tidak mengklaim suatu kebenaran melebihi apa yang disetujui secara konsensus
oleh warga negara. Perluasan tanggung jawab keputusan kepada setiap orang,
setiap warga negara akan berkepentingan untuk mempertahankannya. Hal ini akan
mengembangkan kompetensi politik pada diri individu warga negara dan karenanya
dapat meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Implikasi lebih jauh adalah empati
antarwarga negara akan terpupuk, konflik antar kelompok sosial dapat diselesaikan
secara terbuka, dan budaya politik partisipasi akan berkembang lebih baik.
BAB III
METODE PENELITIAN