Anda di halaman 1dari 10

Lex Crimen Vol. IV/No.

6/Ags/2015

ANALISIS HUKUM BISNIS TENTANG KERUGIAN “BUMN adalah sebagian besar modalnya
KEUANGAN PADA BADAN USAHA MILIK dimiliki oleh negara”. Kedua frasa tersebut
NEGARA (BUMN)1 menentukan kriteria yakni untuk dapat
Oleh: Rukly Mokoginta2 dikatakan sebagai BUMN ialah jika seluruh
modalnya dimiliki oleh negara, dan untuk dapat
ABSTRAK dikatakan BUMN ialah jika sebagian besar
Kekayaan negara pada BUMN adalah Keuangan modalnya dimiliki oleh negara. Selanjutnya
Negara, yakni uang negara yang dipisahkan BUMN merupakan entitas bisnis yang lumrah
pada pengelolaannya sebagai bentuk jika di waktu tertentu mendapatkan
penyertaan modal secara langsung dari negara. keuntungan besar, sedang, atau kurang, bahkan
BUMN adalah badan usaha sehingga di suatu waktu justru menderita kerugian. Dari
merupakan entitas bisnis yang orientasi aspek permodalannya, maka modal
bisnisnya tertuju pada upaya untuk perusahaan-perusahaan BUMN adalah yang
mendapatkan laba (keuntungan). bersumber atau berasal dari negara yakni dari
Permasalahannya ialah tidak semua BUMN kekayaan negara yang dipisahkan. Kerugian
yang ada di Indonesia dikatakan sebagai BUMN keuangan negara terkait erat dengan tindakan
baik dan sehat, oleh karena sejumlah BUMN melawan hukum (onrechtsmatigedaad), atau
masih menderita kerugian yang cukup bahkan juga dikenal dengan istilah lainnya sebagai
sangat besar. Tidak sedikit justru BUMN yang perbuatan melawan hukum. Dari hasil
bersangkutan menderita kerugian oleh karena penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa
berbagai faktor, sehingga jika timbul kerugian Keuangan Negara pada perusahaan BUMN
terhadap BUMN, maka kerugian tersebut terwujud dalam kriteria jika seluruh modalnya
merupakan kerugian terhadap Keuangan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan,
Negara dan dikualifikasikan sebagai tindak dan jika sebagian besar (mayoritas) modalnya
pidana korupsi. Dari latar belakang di atas, berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
maka yang menjadi permasalahan dalam karya Kedua kriteria tersebut menandakan adanya
tulis ini yaitu bagaimana kriteria keuangan kekayaan negara pada perusahaan BUMN
negara pada perusahaan BUMN, dan sehingga tunduk sepenuhnya pada ketentuan
bagaimana akibat hukum kerugian pada hukum BUMN menurut Undang-Undang No. 19
keuangan perusahaan BUMN. Penelitian ini Tahun 2003. Kerugian Keuangan Negara pada
merupakan penelitian hukum normatif atau perusahaan BUMN bukan kerugian keuangan
penelitian hukum kepustakaan. Untuk negara, melainkan kerugian perusahaan BUMN
mendapatkan sumber data dalam penelitian ini, itu sendiri. Dengan demikian, kerugian
digunakan beberapa pendekatan penelitian keuangan tersebut tunduk pada ketentuan
yakni pendekatan peraturan perundang- hukum privat baik yang diatur dalam Undang-
undangan yakni kajian terhadap sejumlah Undang No. 19 Tahun 2003 maupun Undang-
peraturan perundang-undangan yang terkait Undang No. 40 Tahun 2007 tentang PT.
erat dengan materi pokok penelitian. Hasil Kata Kunci : Hukum Bisnis
penelitian menunjukkan bahwa Keuangan
Negara dalam perspektif Hukum Bisnis dirujuk A. PENDAHULUAN
pada keuangan yang ada dalam BUMN, maka Kekayaan negara pada BUMN adalah
berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 19 Keuangan Negara, yakni uang negara yang
Tahun 2003 tentang BUMN, terdapat kriteria dipisahkan pada pengelolaannya sebagai
yang penting yang bertolak dari pengertian bentuk penyertaan modal secara langsung dari
BUMN dalam frasa “BUMN adalah seluruh negara. Konsep penyertaan modal merupakan
modalnya dimiliki oleh negara”; dan frasa konsep yang menjelaskan dari mana asalnya
modal serta ke mana modal itu akan diserahkan
1 dan/atau disertakan. BUMN adalah badan
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Nontje Rimbing, SH,
MH: Meiske T. Sondakh, SH, MH; Drs. Frans Kalesaran, SH, usaha sehingga merupakan entitas bisnis yang
MH orientasi bisnisnya tertuju pada upaya untuk
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. mendapatkan laba (keuntungan). Orientasi
090711607

47
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

tersebut dapat dipahami karena BUMN adalah Padahal, kebanyakan Direktur Utama
badan usaha, dan bukan sebagai badan sosial perusahaan-perusahaan BUMN selain telah
seperti Yayasan misalnya yang tidak melewati uji kepatutan dan kelayakan (fit and
sepenuhnya berorientasi mencari keuntungan. proper test), juga merupakan person
BUMN yang baik dan sehat haruslah mampu terpandang yang kebanyakan telah terbukti
mendapatkan keuntungan dan memberikan memiliki kemampuan manajerial di
kontribusinya berupa sebagian laba atau perusahaan-perusahaan swasta.
keuntungannya untuk disetor kepada negara
(dividen). B. RUMUSAN MASALAH
Permasalahannya ialah tidak semua BUMN 1. Bagaimana kriteria keuangan negara pada
yang ada di Indonesia dikatakan sebagai BUMN perusahaan BUMN?
baik dan sehat, oleh karena sejumlah BUMN 2. Bagaimana akibat hukum kerugian pada
masih menderita kerugian yang cukup bahkan keuangan perusahaan BUMN ?
sangat besar. PT. Merpati Nusantara Airlines
(MNA), yakni salah satu BUMN di bidang C. METODE PENELITIAN
perhubungan udara (penerbangan) sudah tidak Penelitian ini merupakan penelitian hukum
mampu beroperasi lagi dan para karyawannnya normatif. Untuk mendapatkan sumber data
termasuk para penerbangnya (pilot) terpaksa dalam penelitian ini, digunakan beberapa
menjadi pengangguran karena MNA tidak pendekatan penelitian yakni pendekatan
mampu membayar gaji, merupakan salah satu peraturan perundang-undangan (statute
contoh dari permasalahan yang dihadapi oleh approach), yakni kajian terhadap sejumlah
BUMN di Indonesia. BUMN adalah badan peraturan perundang-undangan yang terkait
usaha yang dalam operasionalisasinya erat dengan materi pokok penelitian antara
dihadapkan pada tantangan berat dan besar. lainnya ialah Undang-Undang No. 19 Tahun
Persaingan yang terjadi tidak hanya antara 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
perusahaan-perusahaan BUMN melainkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
dengan perusahaan-perusahaan swasta Keuangan Negara, Undang-Undang No. 31
nasional dan perusahaan-perusahaan asing Tahun 1999 Jo. Undang-Undang No. 20 Tahun
yang melakukan bisnis inti (cure business) yang 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
sama. Korupsi, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004
Perspektif Hukum Bisnis, suatu perusahaan tentang Perbendaharaan Negara, Undang-
termasuk perusahaan-perusahaan BUMN Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
adalah lumrah jika disuatu waktu mendapatkan Terbatas, dan lain-lainnya.
keuntungan besar, tetapi di waktu lain
menderita kerugian. Kerugian perusahaan- PEMBAHASAN
perusahaan pada umumnya, dan perusahaan- 1. Kriteria Keuangan Negara pada Perusahaan
perusahaan BUMN pada khususnya membawa BUMN
implikasi hukum baik terhadap perusahaan- Konsep dan pengertian “Keuangan Negara”
perusahaan itu sendiri maupun terhadap tidak berarti jikalau negara memiliki saham
pengelolaannya. Pada BUMN, jika terjadi dalam bentuk penyertaan modalnya, juga
kerugian yang besar yang berakibat besar pula diartikan bahwa perusahaan itu merupakan
terhadap kelangsungan hidupnya seperti pada perusahaan milik negara. Ada kriteria tertentu
perusahaan penerbangan MNA, kemungkinan untuk dapat dikatakan sebagai adanya unsur
yang dapat timbul ialah dilakukan penjualannya “Keuangan Negara” yang ditentukan oleh besar
dengan harga yang tidak menguntungkan dan status mayoritas atau minoritasnya
dibandingkan penjualan (privatisasi) yang kepemilikan saham pada suatu perusahaan.
mensyaratkan baik dan sehatnya BUMN. Konsep awal dari “Keuangan Negara”
Implikasi hukum bagi pengelola (Direktur menunjuk pada keuangan yang diartikan
Utama) perusahaan-perusahaan BUMN yang berasal atau bersumber dari negara, sehingga
menderita kerugian ialah reputasi (nama baik) dikatakan dengan Keuangan Negara. Konsep
pengelolanya merosot dan dianggap gagal. awal ini berarti jika ada dana yang bersumber

48
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

dari negara, maka perusahaan itu adalah kegiatan dan hubungan hukum berkaitan
perusahaan negara. Konsep ini belum dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sepenuhnya benar, oleh karena ada kriteria sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
tertentu yang terkait erat dengan seberapa penyelenggaraan pemerintahan negara.
besar kedudukan negara menyediakan Keuangan Negara mencakup ruang lingkup
modalnya, dan ini pun berkaitan erat dengan yang luas sekali. Keuangan Negara tidak
pertanggungjawabannya. semata-mata dipandang dari bentuk nyata baik
Sejumlah peraturan perundang-undangan di berupa uang, maupun barang, melainkan juga
Indonesia, ditemukan rumusan-rumusan bentuk tidak nyata (imateriil) yakni berupa hak-
tentang Keuangan Negara, seperti dalam hak yang melekat pada negara. Dalam kaitan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang dengan Keuangan Negara, terdapat instrumen
Keuangan Negara, bahwa : “Keuangan Negara hukum lainnya yakni yang diatur di dalam
adalah semua hak dan kewajiban negara yang Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu Perbendaharaan Negara, yang mengartikan
baik berupa uang maupun berupa barang yang “Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan dan pertanggungjawaban Keuangan Negara,
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut” termasuk investasi dan kekayaan yang
(Pasal 1 Angka 1).3 dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan
Pengertian Keuangan Negara menurut APBD” (Pasal 1 Angka 1).4
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tersebut di Keuangan Negara dalam perspektif Hukum
atas tidak diberikan penjelasannya, namun Bisnis dirujuk pada keuangan yang ada dalam
Penjelasan Umumnya secara panjang lebar BUMN, maka berdasarkan ketentuan Undang-
menjelaskan pengertian dan ruang lingkup Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN,
Keuangan Negara (Angka 3) bahwa, terdapat kriteria yang penting yang bertolak
pendekatan yang digunakan dalam dari pengertian BUMN dalam frasa “BUMN
merumuskan Keuangan Negara adalah sisi adalah seluruh modalnya dimiliki oleh negara”;
objek, subjek, proses dan tujuan. Dari sisi objek dan frasa “BUMN adalah sebagian besar
yang dimaksud dengan Keuangan Negara modalnya dimiliki oleh negara”. Kedua frasa
meliputi semua hak dan kewajiban negara yang tersebut menentukan kriteria yakni untuk
dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dapat dikatakan sebagai BUMN ialah jika
dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan seluruh modalnya dimiliki oleh negara, dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, untuk dapat dikatakan BUMN ialah jika
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara.
berupa barang yang dapat dijadikan milik Terhadap BUMN yang seluruh modalnya
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan dimiliki oleh negara, tidak terdapat
kewajiban tersebut. Sisi subjek yang dimaksud multitafsirnya, oleh karena BUMN seperti itu
dengan Keuangan Negara meliputi seluruh benar-benar menggunakan modal dari negara
objek sebagaimana tersebut di atas yang sehingga tidak tercampur dengan modal lain
dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh bukan dari negara. Dalam BUMN yang sebagian
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, besar modalnya berasal dari negara, berarti
Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain telah ada percampuran modalnya, akan tetapi
yang ada kaitannya dengan keuangan negara. porsi atau besaran modal negara masih
Sisi proses, Keuangan Negara mencakup mayoritas oleh karena ditentukan dalam frasa
seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan “BUMN yang sebagian besar modalnya dimiliki
dengan pengelolaan objek sebagaimana oleh negara”. Kriteria Keuangan Negara dari
tersebut di atas mulai dari perumusan aspek permodalan dalam BUMN di atas
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai berbeda dari kriteria dari aspek Keuangan
dengan pertanggungjawaban. Dari sisi tujuan, Negara, oleh karena ruang lingkup Keuangan
Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, Negara justru lebih luas, termasuk hak-hak
3 4
Lihat UU. No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Lihat UU. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendahaan
(Pasal 1 Angka 1) Negara (Pasal 1 Angka 1)

49
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

negara yang belum terwujud baik dalam bentuk Perusahaan Umum (Perum), yang modalnya
uang maupun barang. Dalam sistem BUMN, seluruhnya dari kekayaan negara yang
yang menitikberatkan pada kriteria kepemilikan dipisahkan. Demikian pula pada perusahaan
oleh negara terdapat masalahnya jika di suatu BUMN yang belum ditemukan istilah dan
waktu, komposisi modal yang semula singkatan di bagian akhir namanya jika
seluruhnya dimiliki oleh negara, atau sebagian berbentuk hukum Perusahaan Perseroan
besar dimiliki oleh negara, kemudian BUMN itu (Persero), maka di situ juga ada unsur seluruh
melakukan privatisasi bahkan menjadi Persero modalnya berasal dari kekayaan negara yang
Terbuka, yang terjadi kemungkinan pergeseran dipisahkan, seperti pada perusahaan Persero
komposisi permodalannya yang dapat yang belum melakukan penawaran saham ke
berakibat kriteria “seluruh modalnya dimiliki publik (go public) dan perusahaan BUMN yang
oleh negara, atau “sebagian besar modalnya modalnya mayoritas dimiliki atau berasal dari
dimiliki oleh negara” akan berakibat hukum kekayaan negara yang dipisahkan yang telah
bahwa BUMN yang dimaksud tidak tunduk lagi melakukan penawaran umum saham-saham ke
pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam publik seperti PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang PT. Bank BRI (Persero) Tbk, dan lainnya adalah
Keuangan Negara, Undang-Undang No. 31 sekian kriteria untuk menentukan status
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak kepemilikan oleh negara.
Pidana Korupsi, Undang-Undang No. 15 Tahun Bentuk-bentuk hukum perusahaan-
2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, dan perusahaan BUMN yang ditentukan dari
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang besaran dan porsi penyertaan modalnya adalah
Perbendaharaan Negara, melainkan tunduk dan ciri khas penyertaan modal untuk dijadikan
berlaku ketentuan yang antara lainnya diatur modal pada perusahaan-perusahaan BUMN.
dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Modal yang disertakan ke perusahaan-
tentang Perseroan Terbatas. perusahaan BUMN pada waktu pendiriannya
Kriteria yang dimaksudkan tersebut di atas itu terpisah dari keuangan negara, yakni waktu
berpangkal dari ketentuan adanya penyertaan menyerahkannya ke perusahaan-perusahaan
modal secara langsung (Equity participation) BUMN, telah ada pemisahannya dari sistem
sebagaimana dikenal dalam teori dan praktik keuangan negara.
Hukum Perbankan. Menurut Muhammad
Djumhana, dijelaskannya penyertaan modal 2. Akibat Hukum Kerugian pada Perusahaan
yang bersifat tetap, dan yang bersifat BUMN
sementara, sebagai berikut : Bahwa BUMN merupakan entitas bisnis yang
“Penyertaan modal bank mempunyai lumrah jika di waktu tertentu mendapatkan
pengertian, yaitu suatu penanaman dana keuntungan besar, sedang, atau kurang, bahkan
bank dalam bentuk saham pada bank dan di suatu waktu justru menderita kerugian. Dari
perusahaan di bidang keuangan lainnya.., aspek permodalannya, maka modal
sedangkan pengertian penyertaan modal perusahaan-perusahaan BUMN adalah yang
sementara adalah penyertaan modal oleh bersumber atau berasal dari negara yakni dari
bank pada perusahaan debitur untuk kekayaan negara yang dipisahkan.
mengatasi kegagalan kredit (debt to equity Sejumlah peraturan perundangan yang
swap)”.5 lainnya seperti Undang-Undang No. 17 Tahun
Pembahasan tentang status Keuangan 2003 tentang Keuangan Negara, menentukan
Negara dan penyertaannya untuk dijadikan ruang lingkup Keuangan Negara, yang meliputi :
modal BUMN dengan menggunakan beberapa “Kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri
kriteria yakni jika seluruh modalnya berasal dari atau oleh pihak lain berupa uang, surat
kekayaan negara yang dipisahkan, maka dalam berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain
perusahaan-perusahaan BUMN dapat dikenali yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
dari bentuk perusahaan BUMN dengan kekayaan negara yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah” (Pasal
5
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal. 450

50
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

2 Huruf g)6 dengan demikian maka kekayaan melawan hukum (onrechtsmatigedaad), atau
negara sebagai modal BUMN dianggap sebagai juga dikenal dengan istilah lainnya sebagai
Keuangan Negara dengan konsekuensi perbuatan melawan hukum. Namun patutlah
hukumnya jika terjadi kerugian kepada dibedakan perbuatan melawan hukum yang
Keuangan Negara, yang dalam Undang-Undang bersifat hukum publik, yang dijelaskan oleh
No. 17 Tahun 2003 ditentukan dalam Pasal 35 Munir Fuady, sebagai berikut :
ayat-ayatnya, sebagai berikut : “Perbuatan melawan hukum di sini
1. Setiap pejabat negara dan pegawai dimaksudkan adalah sebagai perbuatan
negeri bukan bendahara yang melanggar melawan hukum dalam bidang keperdataan,
hukum atau melalaikan kewajibannya sebab, untuk tindakan perbuatan melawan
baik langsung atau tidak langsung yang hukum pidana (delik) atau yang disebut
merugikan keuangan negara diwajibkan dengan istilah ‘perbuatan pidana’,
mengganti kerugian dimaksud. mempunyai arti, konotasi dan pengaturan
2. Setiap orang yang diberi tugas menerima, hukum yang berbeda sama sekali. Demikian
menyimpan, membayar, dan/atau juga dengan perbuatan melawan hukum
menyerahkan uang atau surat berharga oleh penguasa negara atau yang disebut
atau barang-barang negara adalah dengan ‘onrechtmatigeoverheidsdaad’, juga
bendahara yang wajib menyampaikan memiliki arti, konotasi, dan pengaturan
laporan pertanggungjawaban kepada hukum yang juga berbeda.”9
Badan Pemeriksa Keuangan. Perbuatan melawan hukum secara
3. Setiap bendahara sebagaimana dimaksud keperdataan (Onrechtmatigedaad) sebenarnya
dalam ayat (2) bertanggungjawab secara tidak diberikan rumusannya dalam ketentuan
pribadi di atas kerugian keuangan negara Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH.
yang berada dalam pengurusannya. Perdata). Ketentuan Pasal 1365 KUH. Perdata
4. Ketentuan mengenai penyelesaian yang berbunyi “Tiap perbuatan melawan
kerugian negara diatur di dalam undang- hukum yang membawa kerugian kepada
undang mengenai perbendaharaan seorang lain, mewajibkan orang yang karena
7
negara.” salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut”.10 Namun, salah satu unsur
Perihal kerugian keuangan negara akan ketentuan Pasal 1365 KUH. Perdata tersebut
terkait erat dengan ketentuan Undang-Undang ialah adanya kerugian.
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Kerugian oleh karena perbuatan melawan
Negara dan ketentuan-ketentuan yang terkait hukum tersebut di atas merupakan kerugian
dengan kedudukan, tugas dan fungsi Badan karena perbuatan melawan hukum dari hukum
Pemeriksa Keuangan (BPK). Menurut Undang- privat. Sedangkan kerugian oleh karena
Undang No. 1 Tahun 2004 tentang perbuatan melawan hukum penguasa
Perbendaharaan Negara, ditentukan bahwa negara/penyelenggara negara yakni perbuatan
“Setiap kerugian negara yang disebabkan oleh melawan berifat hukum publik
tindakan melanggar hukum atau kelalaian (onrechtsmatigeoverheidsdaad), lebih banyak
seseorang harus segera diselesaikan sesuai berada dalam lingkup Undang-Undang No. 17
dengan ketentuan peraturan perundang- Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
undangan yang berlaku” (Pasal 59 ayat (1).8 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Berdasarkan beberapa peraturan Perbendaharaan Negara, Undang-Undang No.
perundangan tersebut di atas, kerugian 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa
keuangan negara terkait erat dengan tindakan Keuangan, Undang-Undang No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
6
Tanggungjawab Keuangan Negara, serta
Lihat UU. No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Pasal 2 Huruf g)
7 9
Lihat UU. No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara MunirFuady, Perbuatan Melawan Hukum. Pendekatan
(Pasal 35) Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005, hal. 1
8 10
Lihat UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang
Negara (Pasal 59 ayat (1). Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta, 2002, hal. 346

51
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang KHP.12 Dakwaannya ialah perbuatan melawan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. hukum yang menimbulkan kerugian negara
Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang
Badan Pemeriksa Keuangan, dirumuskan bahwa No. 31 Tahun 2001, sehingga dikualifikasikan
“Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan sebagai tindak pidana korupsi, oleh karena
uang, surat berharga dan barang yang nyata keuangan BUMN adalah bagian dari keuangan
dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan negara.
melawan hukum baik sengaja maupun lalai” Mahkamah Konstitusi ternyata telah
(Pasal 1 Angka 15),11 yang dalam ketentuannya melakukan uji materi terhadap beberapa pasal
disebutkan bahwa “BPK menerbitkan surat peraturan perundang-undangan yang terkait
keputusan penetapan batas waktu erat dengan keuangan negara dan kerugian
pertanggungjawaban bendahara atas terhadap keuangan negara, termasuk status
kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah hukum keuangan negara pada BUMN. Pakar
mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam Hukum Universitas Indonesia, Erman
persediaan yang merugikan keuangan Rajagukguk, selaku saksi ahli terhadap
negara/daerah” (Pasal 22 ayat (1). ketentuan Pasal 2 Huruf g Undang-Undang No.
Pembahasan mengenai lingkup perbuatan 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
melawan hukum oleh pejabat menyatakan sebagai berikut :
negara/penyelenggara negara baik menurut “Ketentuan Pasal 2 Huruf g UU Keuangan
Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, Undang- Negara yang menyatakan kekayaan BUMN
Undang No. 1 Tahun 2004, Undang-Undang No. adalah kekayaan negara, sangat
5 Tahun 2006, dan Undang-Undang No. 15 menghambat tugas jajaran direksi dan
Tahun 2004 tersebut di atas, masih dapat komisaris BUMN. Sebab, merugikan
dibedakan atas kerugian keuangan negara yang keuangan negara, sehingga dapat dituduh
dituntut pemenuhannya dengan Tuntutan melakukan tindak pidana korupsi...keuangan
Ganti Kerugian (TGR), dan jika terbukti jelas BUMN bukanlah keuangan negara
bersalah melakukan perbuatan melawan melainkan keuangan BUMN itu sendiri
hukum, dituntut berdasarkan ketentuan sebagai badan hukum”.13
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Adanya modal negara berupa penyertaan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi secara langsung pada suatu perusahaan BUMN,
sebagaimana telah dirubah dengan Undang- kasus Edward C.E. Neloe tersebut di atas telah
Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan mengundang polemik berkepanjangan yang
Atas Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 menarik, apakah status keuangan negara pada
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. perusahaan BUMN jika menderita kerugian
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, diartikan sebagai kerugian terhadap keuangan
terdapat perbedaan mendasar oleh karena negara ataukah kerugian terhadap keuangan
keuangan BUMN bukan lagi diatur menurut BUMN itu sendiri.
sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Arifin P. Soeria Atmadja, dikaitkannya
Negara (APBN), melainkan diatur berdasarkan dengan modal negara pada BUMN berbentuk
prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang hukum Perusahaan Perseroan (Persero) ialah
sehat (good corporate governance). Namun akibat putusnya hubungan antara keuangan
dalam kenyataannya, kasus mantan Direktur negara yang ditanamkan dalam bentuk saham
Utama PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, Edward pada Perseroan Terbatas (Persero) dengan
Cornelis Willian Neloe, didakwakan dengan keuangan negara sehingga keuangan negara
dakwaan primer : Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 dalam bentuk saham tersebut tidak dapat
UU. No. 31 Tahun 1999 jo. UU. No. 20 Tahun dikatakan lagi status hukumnya sebagai
2001, jo. Pasal 55 ayat (1) jo. Pasal 64 ayat (1)
12
O.C. Kaligis, Perlindungan Hukum Atas Hak Asasi
Tersangka, Terdakwa, dan Terpidana, Alumni, Bandung,
2006, hal. 220.
11 13
Lihat UU. No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa ErmanRajagukguk, “Bukan Keuangan Negara”, Dimuat
Keuangan (Pasal 1 Angka 15). dalam Majalah Konstitusi, No. 79, September 2013, hal. 20

52
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

keuangan publik, tetapi telah berubah status dimaksud pada ayat (2) huruf a bagi
hukumnya sebagai keuangan privat yang Perseroan yang wajib diaudit, harus
sepenuhnya tunduk pada Undang-Undang No. disampaikan kepada Menteri sesuai
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.14 dengan ketentuan peraturan perundang-
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang undangan.
Perseroan Terbatas secara tegas menentukan Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No.
adanya laba-rugi Perseroan Terbatas yakni yang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
diketahui dari laporan tahunannya. Pasal 66 tersebut di atas jelaslah bahwa dalam
ayat-ayatnya, menyatakan bahwa : Perseroan Terbatas senantiasa terdapat
1. Direksi menyampaikan laporan tahunan kemungkinan timbulnya laba atau rugi. Suatu
kepada RUPS setelah ditelaah oleh Dewan Perseroan Terbatas, khususnya perusahaan
Komisaris dalam jangka waktu paling BUMN berbentuk Perusahaan Perseroan
lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku (Persero) perihal mendapatkan keuntungan
Perseroan berakhir. maupun menderita kerugian bukanlah suatu
2. Laporan tahunan sebagaimana dimaksud hal yang aneh, melainkan sesuatu yang umum,
pada ayat (1) harus memuat sekurang- walaupun demikian, tujuan utamanya ialah
kurangnya : bagaimana agar mendapatkan keuntungan atau
a. Laporan keuangan yang terdiri atas laba.
sekurang-kurangnya neraca akhir Pakar hukum dari Universitas Indonesia,
tahun buku yang baru lampau dalam Hikmahanto Juwana, dijelaskannya bahwa :
perbandingan dengan tahun buku “Keuangan BUMN tidak bisa dianggap
sebelumnya. Laporan laba rugi dari sebagai keuangan negara karena keuangan
tahun buku yang bersangkutan, BUMN tidak bisa diperlakukan sebagai
laporan arus kas, dan laporan keuangan negara. Pengelolaan keuangan
perubahan ekuitas, serta catatan atas negara tentu berbeda dengan pengelolaan
laporan keuangan tersebut; keuangan BUMN. Dalam keuangan BUMN
b. Laporan mengenai kegiatan Perseroan; ada neraca badan rugi, bukan badan
c. Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab negara.”15
Sosial dan Lingkungan; Sehubungan dengan kerugian terhadap
d. Rincian masalah yang timbul selama keuangan BUMN dianggap sebagai kerugian
tahun buku yang mempengaruhi keuangan negara, menurut Arifin P. Soeria
kegiatan usaha Perseroan; Atmadja dijelaskannya formulasi hukum yang
e. Laporan mengenai tugas pengawasan berkaitan dengan tindak pidana korupsi
yang telah dilaksanakan oleh Dewan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Komisaris selama tahun buku yang No. 31 Tahun 1999. Menurutnya, penerapan
baru lampau; asas-asas pidana korupsi yang demikian
f. Nama anggota Direksi dan anggota mengaburkan dan tidak membedakan bentuk
Dewan Komisaris; kerugian negara seperti terlihat dalam Undang-
g. Gaji dan tunjangan bagi anggota Undang No. 31 Tahun 1999. Lebih lanjut
Direksi dan gaji atau honorarium dan dijelaskannya :
tunjangan bagi anggota Dewan “Sebagai bukti terpisahnya negara sebagai
Komisaris Perseroan untuk tahun buku badan hukum publik dengan keuangannya
yang baru lampau. dalam bentuk saham dalam Persero, akan
3. Laporan keuangan sebagaimana dimaksud jelas terlihat apabila Persero tersebut
pada ayat (2) huruf a, disusun berdasarkan mengalami kerugian dan dinyatakan pailit,
standar akuntansi keuangan. maka pernyataan pailit tersebut tidak akan
4. Neraca dan laporan laba rugi dari tahun mengakibatkan negara pailit pula. Di
buku yang bersangkutan sebagaimana samping itu, percampuran posisi dan status

14 15
Arifin P. Soeria Atmadja, Keuangan Publik Dalam HikmahantoJuwana, “Beda Pengelolaan”, Dimuat dalam
Perspektif Hukum. Teori, Kritik, dan Praktik, RajaGrafindo Majalah Konstitusi, No. 79, September 2013, Jakarta, hal.
Persada, Jakarta, 2009, hal. 102 20

53
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

hukum keuangan negara dalam hukum Substansi Keuangan Negara tersebut di atas,
pidana korupsi juga mengesampingkan dan dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003
pemisahan negara berdasarkan peranan dan tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No.
statusnya sebagai badan hukum publik dan 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
badan hukum privat.”16 Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang
Sebagaimana diketahui bersama, Undang- Badan Pemeriksa Keuangan, dan Undang-
Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Undang No. 15 Tahun 2004 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dalam Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Penjelasan Umumnya menjelaskan sekaligus Keuangan Negara, menunjukkan unsur yang
merumuskan apa yang dimaksud dengan sama, yakni kerugian keuangan BUMN adalah
Keuangan Negara, dan perbuatan yang kerugian terhadap keuangan negara. Substansi
menyebabkan kerugian terhadap keuangan keuangan negara (kekayaan negara) menurut
negara seperti yang didakwakan kepada Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang
Edward C.W. Neloe ialah ketentuan Pasal 2 ayat BUMN, sudah tepat, sebagaimana dijelaskan
(1) yang berbunyi “Setiap orang yang secara dalam kaitannya dengan pemisahan kekayaan
melawan hukum melakukan perbuatan negara, bahwa yang dimaksud dengan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau dipisahkan adalah pemisahan kekayaan negara
suatu korporasi yang dapat merugikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
keuangan negara atau perekonomian negara, untuk dijadikan penyertaan modal pada BUMN
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup untuk selanjutnya pembinaan dan
atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya
(dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.17 yang sehat (Penjelasan Pasal 4 ayat (1).
Ancaman pidana berdasarkan ketentuan Ketentuan Undang-Undang No. 19 Tahun
Pasal 2 ayat (1) tersebut adalah bagian penting 2003, pemisahan kekayaan negara dari APBN
dari perbuatan melawan hukum, yang terkait untuk dijadikan modal BUMN berarti pula
erat dengan rumusan “Keuangan negara dalam sebagai pemisahan status hukum keuangan
Penjelasan Umum Undang-Undang No. 31 negara (kekayaan negara) yang semula
Tahun 1999, bahwa Keuangan Negara yang merupakan bagian dari keuangan negara
dimaksud adalah seluruh kekayaan negara berubah menjadi kekayaan perusahaan BUMN
dalam bentuk apa pun yang dipisahkan atau yang dimaksud, khususnya perusahaan BUMN
yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya berbentuk hukum Persero juga tunduk kepada
segala bagian kekayaan negara dan segala hak ketentuan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
dan kewajiban yang timbul karena : tentang Perseroan Terbatas.
a. Berada dalam penguasaan, pengurusan, Kasus mantan Direktur Utama PT. Bank
dan pertanggungjawaban pejabat lembaga Mandiri (Persero) Tbk, tersebut telah membuka
Negara, baik di tingkat pusat maupun di wawasan keilmuan berkaitan dengan
daerah; pertanggungjawaban Direktur perusahaan
b. Berada dalam penguasaan, pengurusan, BUMN, manakala menderita kerugian oleh
dan pertanggungjawaban Badan Usaha karena, menurut Marwan Effendy, Kepala
Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Pusdiklat Kejaksaan Agung, “Jika ditemukan
yayasan, badan hukum, dan perusahaan indikasi adanya kerugian negara, maka dapat
yang menyertakan modal negara, atau dikenakan delik pidana korupsi. Tetapi dapat
perusahaan yang menyertakan modal juga diproses secara perdata atau melalui
pihak ketiga berdasarkan perjanjian hukum Administrasi Negara dengan pemberian
dengan negara. sanksi administratif, seperti tuntutan ganti rugi,

16
Arifin P. SoeriaAtmadja, Op Cit, hal. 104
17
Lihat UU. No. 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Pasal 2 ayat (1).

54
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

kalau tidak ada unsur pidananya”.18 Pendapat dijerat dengan tindak pidana korupsi jika
seperti ini sesuai dengan sejalan dengan per`usahaan-perusahaan BUMN itu menderita
substansi berbagai ketentuan hukum yang kerugian.
menyamakan kerugian keuangan negara pada
kerugian keuangan perusahaan BUMN, yang PENUTUP
jika menggunakan tuntutan ganti rugi (TGR) A. Kesimpulan
juga sejalan dengan Penjelasan Umum Undang- 1. Keuangan Negara pada perusahaan
Undang No. 15 Tahun 2004 tentang BUMN terwujud dalam kriteria jika
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab seluruh modalnya berasal dari kekayaan
Keuangan Negara pada Huruf E, yang negara yang dipisahkan, dan jika
menjelaskan, sebagaimana diamanatkan dalam sebagian besar (mayoritas) modalnya
Pasal 62 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 berasal dari kekayaan negara yang
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dipisahkan. Kedua kriteria tersebut
Undang-Undang ini mengatur lebih lanjut menandakan adanya kekayaan negara
tentang pengenaan ganti kerugian pada perusahaan BUMN sehingga tunduk
negara/daerah terhadap bendahara. BPK sepenuhnya pada ketentuan hukum
menerbitkan surat keputusan penetapan batas BUMN menurut Undang-Undang No. 19
waktu pertanggungjawaban bendahara atas Tahun 2003.
kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah 2. Kerugian Keuangan Negara pada
mengetahui ada kekurangan kas/barang dalam perusahaan BUMN bukan kerugian
persediaan yang merugikan keuangan keuangan negara, melainkan kerugian
negara/daerah. Bendahara tersebut dapat perusahaan BUMN itu sendiri. Dengan
mengajukan keberatan terhadap putusan BPK. demikian, kerugian keuangan tersebut
Pengaturan tata cara penyelesaian ganti tunduk pada ketentuan hukum privat
kerugian negara/daerah ini ditetapkan oleh BPK baik yang diatur dalam Undang-Undang
setelah berkonsultasi dengan pemerintah. No. 19 Tahun 2003 maupun Undang-
Marwan Effendy berpendapat Undang No. 40 Tahun 2007 tentang PT.
mengembalikan ganti kerugian terhadap
kerugian perusahaan BUMN oleh bendahara, B. Saran
sebenarnya kurang tepat oleh karena dalam 1. Diperlukan perubahan terhadap
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang sejumlah peraturan perundang-
Perseroan Terbatas, tidak dikenal jabatan undangan yang terkait dengan
selaku Bendahara. Dalam Undang-Undang No. Perusahaan BUMN khususnya Undang-
40 Tahun 2007 hanya dikenal 3 (tiga) Organ Undang No. 19 Tahun 2003, Undang-
Perseroan Terbatas yakni Rapat Umum Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1
Komisaris. Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Organ-Organ Perseroan Terbatas tersebut Negara; serta sejumlah peraturan
juga sama dengan Organ-Organ Persero, yakni perundangan yang terkait dengan tugas
BUMN berbentuk hukum Persero yang dan fungsi Dewan Pemeriksa Keuangan.
notabene juga adalah berdasarkan pada Perubahan-perubahan itu harus
ketentuan Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 memperhatikan sinkronisasi dan
tentang Perseroan Terbatas. Akibat hukum harmonisasi antarperaturan perundang-
terhadap pandangan Marwan Effendy, yang undangan khususnya yang mengatur
juga tercetus dalam dakwaan primer kasus tentang status hukum keuangan negara
Edward C.W. Neloe, akan menyurutkan dan kerugian negara.
kalangan pimpinan perusahaan-perusahaan 2. Agar tidak terjadi kerugian pada
BUMN yang sewaktu-waktu khawatir akan perusahaan BUMN harus memperhatikan
ketentuan dalam Undang-undang yang
18
Marwan Effendy, “Cara Kejaksaan Melirik Kerugian berlaku, tentang adanya pemisahan
Negara”, Dimuat dalam Majalah Businness Review, Edisi kekayaan negara dari APBN yang berarti
08, Tahun 06, November 2007, hal. 14

55
Lex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015

pula sebagai pemisahan status hukum ----- dan Tjitrosudibio, R, Kitab Undang-Undang
keuangan negara (kekayaan negara), Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta,
khususnya perusahaan BUMN berbentuk 2002.
hukum persero yang notabenenya Sugiharto, Peran Strategis BUMN dalam
tunduk pada ketentuan Undang-undang Pembangunan Ekonomi Indonesia Hari Ini dan
No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Masa Depan, Elex Media Komputindo, Jakarta,
Terbatas. 2007.
Suyatno, Thomas, dkk, Kelembagaan Perbankan,
DAFTAR PUSTAKA Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991.
Adjie, Habib, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang
dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Terbatas, Mandar Maju, Bandung, 2008. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Atmadja, Arifin P. Soeria, Keuangan Publik dalam 1999 No. 140; Tambahan Lembaran Negara
Perspektif Hukum. Teori, Kritik dan Praktik, Republik Indonesia Nomor 3874)
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang
Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. Indonesia Tahun 2003 Nomor 47; Tambahan
Effendy, Marwan, ”Cara Kejaksaan Melirik Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Kerugian Negara”, Dimuat dalam Majalah 4286).
Business Review, Edisi 08, Tahun 06, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
November 2007. Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara
Fuady, Munir, Perbuatan Melawan Hukum. Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70;
Pendekatan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Tambahan Lembaran Negara Republik
Bandung, 2005. Indonesia Nomor 4297).
Ilmar, Aminuddin, Privatisasi BUMN di Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Hasanuddin University Press, Makassar, 2004. Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara
Juwana, Hikmahanto, “Beda Pengelolaan”, Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5;
Dimuat dalam Majalah Konstitusi, No. 79, Tambahan Lembaran Negara Republik
September 2013. Indonesia Nomor 4355).
Kaligis, O.C, Perlindungan Hukum Terhadap Hak Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Asasi Tersangka, Terdakwa dan Terpidana, Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Alumni, Bandung, 2006. Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Kansil, C.S.T, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Indonesia Tahun 2004 Nomor 66; Tambahan
Dagang Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
1984. 4400).
---------------, dan Kansil, Christine ST, Pokok-Pokok Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Badan Pemeriksa Keuangan (Lembaran Negara
2002. Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85;
Marwan, M, dan Jimmy P, Kamus Hukum, Relaity Tambahan Lembaran Negara Republik
Publishers, Surabaya, 2009. Indonesia Nomor 4654).
Rajagukguk, Erman, Bukan Keuangan Negara”, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Dimuat dalam Majalah Konstitusi, No. 79, Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
September 2013. Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106;
Saliman, Abdul R, Hermasyah, dan Jalis, Ahmad, Tambahan Lembaran Negara Republik
Hukum Bisnis Untuk Perusahaan. Teori dan Indonesia Nomor 4756).
Contoh Kasus, Kencana, Jakarta, 2008. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Soekanto, Soerjono, dan Mamudji, Sri, Penelitian Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia
Hukum Normatif. Suatu Tinjauan Singkat, Tahun 2014 nomor 7; Tambahan Lembaran
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004. Negara Republik Indonesia Nomor 5495)
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa,
Jakarta, 1989.

56

Anda mungkin juga menyukai