Puji syukur kami sampaikan kepada Allah SWT Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kebijakan Hukum dan Lingkungan dan
berjudul “MONTREAL PROTOCOL – OZON LAYER”.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna baik dari bentuk penyusunan maupun materinya sehingga kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi menyempurnakan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Gambaran Umum Montreal Protocol Ozone Layer..............................................3
2.2 Tanggung Jawab Dalam Kerangka Protokol Montreal 1987...............................4
2.3 Dampak Penerapan Montreal Protocoal-Ozone Layer Terhadap Isu
Perubahan Iklim di Dunia..................................................................................................6
2.4 Komitmen Indonesia dalam Montreal Protocol – Ozone Layer...........................9
BAB III PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penipisan lapisan ozon menjadi salah satu isu kerusakan lingkungan hidup yang
sedang dihadapi oleh seluruh masyarakat dibelahan bumi ini. Penipisan lapisan ozon menjadi
perhatian masyarakat internasional berawal sejak tahun 1970-an, para ilmuwan sudah
mencurigai bahwa lapisan ozon stratosfer berada dalam bahaya. Menipisnya lapisan ozon
diduga ada kaitannya dengan gas CFC (Cholorofluorocarbon), dugaan tersebut ternyata benar
sejak Sherwood Rowland dan Mario Molina mengumumkan hasil penelitiannya. Kedua
ilmuwan dari Universitas California ini yang pertama kali menemukan bahwa 99 persen dari
gas CFC yang teremisi ke atmosfer akan mencapai stratosfer dan akan tetap tinggal di sana
sampai puluhan tahun, mereka juga menduga bahwa akumulasi gas CFC dan Halon inilah
yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon. Manusia selalu memikirkan kebutuhan-
kebutuhan yang harus mereka penuhi seperti: kebutuhan pangan, tersier dan sekunder yang
menjadi faktor pendukung kelangsungan hidupnya sehingga tercapainya kegiatan
perekonomian, politik dan sosial tanpa memikirkan kelangsungan alam sekitar. Di zaman
modern ini pemanfaatan lingkungan sudah semakin memuncak, hal ini ditandai dengan
adanya pemikiran manusia untuk mengeksploitasi lingkungan ke tingkat yang lebih tinggi
seperti membuat industri secara besar-besaran. Hal ini sudah berkembang pesat yang dimulai
dengan revolusi industri besar-besaran yang di pelopori oleh bangsa Eropa pada abad ke 19
yang diiringi dengan kemajuan teknologi dan ekonomi yang berkembang pesat.
Untuk mengatasi masalah penipisan lapisan ozon, pada tahun 1977 UNEP (United
Nations Environtment Programme) menyelenggarakan World Plan Of Action On The Ozone
Layer, yang melaksanakan riset skala internasional dan memonitor lapisan ozon. 9 Pada
tahun 1981, UNEP merancang konvensi global framework tentang lapisan ozon, yakni The
Vienna Convention For Protection Of The Ozone Layer (Konvensi Wina 1985). 10 Tujuan
dari konvensi ini adalah untuk melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia dari
kegiatan manusia itu sendiri yang menyebabkan perubahan pada lapisan ozon.11
Dikarenakan konvensi ini tidak menetapkan ukuran-ukuran tertentu yang menyebabkan
kerusakan lapisan ozon, oleh karena itu sebagai tindak lanjut dari Konvensi Wina 1985,
akhirnya pada tahun 1989 lahirlah The Montreal Protocol On Substances That Deplete The
Ozone Layer, yang berisi tentang larangan penggunaan bahan-bahan yang merusak lapisan
ozon.
1
Dalam rangka melaksanakan kewajibannya setelah meratifikasi Protokol Montreal
1989, Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai peraturan untuk melarang adanya
penggunaan bahan-bahan perusak ozon. Untuk mengeluarkan peraturan-peraturan tersebut,
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian
Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu Montreal Protocol – Ozon Layer
2. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab dalam kerangka Protocol Montreal 1987
3. Untuk mengetahui bagaimana dampak penerapan perjanjian terhadap isu perubahan
iklim dunia
4. Untuk mengetahui apa saja peran dan komitmen Indonesia dalam konferensi Montreal
Protocol – Ozon Layer
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia menjadi salah satu negara yang telah meratifikasi Protokol Montreal 1987
sejak tahun 1992. Pada meeting of parties ke 28, seluruh negara internasional yang tergabung
dalam perjanjian ini sepakat mengamandemen Protokol Montreal 1987 demi memasukan
pengaturan tentang pengurangan HFC yang merupakan bahan pengganti HCFC. Dukungan
Indonesia sendiri diwujudkan dengan penggunaan HFC yang merupakan pengganti HCFC
dan upaya untuk menghambat menipisnya lapisan ozon. Hal ini tentu saja memiliki target
penurunan HFC adalah freeze 2024, yang kemudian berlanjut dengan penurunan 10% dari
baseline pada 2029, 30% dari baseline pada 2035, 50% dari baseline pada 2040, dan 80% dari
baseline pada 2045. Negara-negara yang meratifikasi kesepakatan ini sepakat untuk
mengurangi secara bertahap dan akhirnya menghentikan produksi dan konsumsi
Cholorofluorcarbon yang termasuk dalam Grup I Annex A, yaitu CFCI3, CI2, C2F3CI3,
C2F4CI2, C2F5CI mulai dikurangi tahun 1991 dan dihentikan pada tahun 1996, Senyawa
yang agak kurang aktif, yaitu hollon dan beberapa senyawa CFC lain dihentikan pada tahun
2010 dan Senyawa HCFC mulai dikurangi tahun 1996 dan dihentikan pada tahun 2030.
Protokol Montreal 1987 termasuk kesepakatan internasional yang sukses. Riset menunjukkan
bahwa bahaya perusakan lapisan ozon di atmosfer telah berkurang dan ada tanda-tanda
lapisan ozon mengalami pemulihan. Namun karena senyawa CFC dapat bertahan sampai
puluhan tahun, maka dampak CFC masih akan terjadi.
Pelaksanaan Protokol Montreal 1987 telah sangat berjaya karena beberapa sebab.
Bahan kimia dan sektor (penyejukan, terutamanya) yang terlibat adalah jelas dinyatakan. Ini
membolehkan kerajaan mengutamakan sektor utama lebih awal. Protokol Montreal 1987 juga
menyediakan rangka kerja yang stabil yang membolehkan industri merancang penyelidikan
dan inovasi jangka panjang. Ia adalah satu kebetulan gembira bahwa terdapat manfaat untuk
industri bergerak dari ODS. CFC adalah teknologi lama dan juga paten. Peralihan ke
formulasi yang lebih baru, dengan harga yang berpatutan dengan potensi penurunan yang
rendah atau tidak ozon memberi manfaat kepada alam sekitar dan industri.
Kepada kredit mereka, syarikat-syarikat kimia telah terus berinovasi. Mereka
sekarang menghasilkan bahan kimia yang tidak berpotensi memusnahkan ozon dan dengan
potensi pemanasan global yang lebih rendah juga untuk digunakan dalam penyejukan udara.
Satu lagi ciri protokol ini ialah Pakar, Teknologi Bebas dan Panel Penilaian Ekonomi (dan
pendahulunya). Ini telah membantu penandatanganan mencapai keputusan yang kukuh dan
tepat pada masanya mengenai perkara-perkara yang sering kompleks. Mereka telah
memberikan keyakinan kepada negara untuk memulihkan peralihan mereka. Dana
multilateral merupakan satu lagi sebab kejayaan protokol. Ia menyediakan pembiayaan
tambahan untuk negara-negara membangun untuk membantu mereka memenuhi sasaran
pematuhan mereka. Secara ketara, ia juga menyediakan sokongan institusi. Ini membantu
negara membina kepunyaan dalam kerajaan mereka untuk melaksanakan aktiviti fasa dan
mewujudkan rangkaian serantau supaya mereka dapat berkongsi pengalaman dan belajar dari
satu sama lain.
Hal ini membuktikan bahwa apabila ozon semakin lama semakin menipis, maka akan
membahayakan semua makhluk hidup di belahan bumi ini. Untuk mengatasi masalah
penipisan lapisan ozon, pada tahun 1977 UNEP (United Nations Environtment Programme)
menyelenggarakan World Plan Of Action On The Ozone Layer, yang melaksanakan riset
skala internasional dan memonitor lapisan ozon. Pada tahun 1981, UNEP merancang
konvensi global framework tentang lapisan ozon, yakni The Vienna Convention For
Protection Of The Ozone Layer (Konvensi Wina 1985). Tujuan dari konvensi ini adalah
untuk melindungi lingkungan hidup dan kesehatan manusia dari kegiatan manusia itu sendiri
yang menyebabkan perubahan pada lapisan ozon. Dikarenakan konvensi ini tidak
menetapkan ukuran-ukuran tertentu yang menyebabkan kerusakan lapisan ozon, oleh karena
itu sebagai tindak lanjut dari Konvensi Wina 1985, akhirnya pada tahun 1989 lahirlah The
Montreal Protocol On Substances That Deplete The Ozone Layer, yang berisi tentang
larangan penggunaan bahan-bahan yang merusak lapisan ozon.
Dalam rangka melaksanakan kewajibannya setelah meratifikasi Protokol Montreal
1989, Pemerintah Indonesia mengeluarkan berbagai peraturan untuk melarang adanya
penggunaan bahan-bahan perusak ozon. Untuk mengeluarkan peraturan-peraturan tersebut,
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian
Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian. Di samping itu, berdasarkan Pasal 5 Protokol
Montreal 1989 disebutkan bahwa sebagai negara dengan konsumsi BPO kurang dari 0,03
kg/kapita/tahun, Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban, yakni mengurangi impor bahan
perusak ozon secara bertahap, melakukan alih teknologi untuk menghentikan penggunaan
bahan perusak ozon, mengelola bahan perusak ozon yang telah beredar di Indonesia, dan
mencegah emisi bahan perusak ozon terlepas ke atmosfir.
a. Bahwa lapisan ozon sangat bermanfaat bagi perlindungan kehidupan di bumi karena
dapat melestarikan lingkungan hidup, melindungi kesehatan manusia, kehidupan
hewan dan tumbuh-tumbuhan, serta mencegah kerusakan atas benda-benda berharga
dan bersejarah;
b. Bahwa perusakan dan penipisan lapisan ozon yang disebabkan oleh zat-zat perusak
ozon (ozone depleting substances) akan sangat membahayakan kelestarian kehidupan
di bumi;
c. Bahwa di Wina, Austria, pada tanggal 22 Maret 1985 dan di Montreal, Kanada, pada
tanggal 16 September 1987 masing-masing telah diterima Vienna Convention for the
Protection of the Ozone Layer dan Montreal Protokol on Substances that Deplete the
Ozone Layer as Adjusted and Amended by the Second Meeting of the Parties London,
27-29 June 1990 yang bertujuan menggalang kesepakatan dan kerjasama internasional
guna mencegah perusakan dan penipisan lapisan ozon;
e. Bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik
Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong Nomor
2826/HK/1960 tangal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjianperjanjian
dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Konvensi Wina dan
Protokol montreal 1987 tersebut di atas dengan Keputusan Presiden.
I. Melakukan penghapusan ods sepuluh tahun lebih lambat dari negara negari maju, dan
1) Cholorofluorcarbon yang termasuk dalam Grup I Annex A, yaitu CFCI3, CI2, C2F3CI3,
C2F4CI2, C2F5CI mulai dikurangi tahun 1991 dan dihentikan pada tahun 1996.
2) Senyawa yang agak kurang aktif, yaitu holon dan beberapa senyawa CFC lain dihentikan
pada tahun 2010.
3) Senyawa HCFC mulai dikurangi tahun 1996 dan dihentikan pada tahun 2030.
Daud Silalahi. (1992). Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia.
Internasional, D. H. 2020. Peranan Protokol Montreal 1987 Dalam Menanggulangi Efek
Rumah Kaca Di Indonesia. Journal of USU International Law, 8(2).
Muhammad Erwin. (2015). Hukum Lingkungan Dalam Sistem Perlindungan dan Pengolahan
Lingkungan Hidup di Indonesia. Bandung.
Silalahi, Tania yosefin agustina. (2020). Implementasi Protokol Montreal, 1987 Dalam
Menanggulangi Efek Rumah Kaca Di Indonesia. Fakultas Hukum. Universitas sumatera utara
Sylviera Rdita. (2017). Implikasi Ratifikasi Protokol Kyoto Terhadap Politik Internasional dan
Domestik Indonesia. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 6 No. 1, 1