Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH FISIKA

Kelompok 4
Anggota Kelompok:
Akbar Ariffianto/02
Alysia Salsabila R./05
Ghalib Allamsyah M.P./09
M. Nafil Arrasyid/22
Nuurin Widayadjati M. M./26
Siti Nurhani S.P./33
Tsabitah Zahra F./35
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu,selamat pagi


semua,salam sejahtera bagia kita semua. Pertama Tama marilah kita
panjatkan puji dan syukur kehadirat tuhan yang maha esa karena
dengan Rahmat dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan upaya se maksimal mungkin. Kami mohon maaf sebesar-
besarnya apabila dalam penyusunan makalah ini masih ada beberapa
kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Protokol Montreal

Protokol Montreal adalah perjanjian internasional yang ‘diramu’ untuk melindungi lapisan
ozon dengan cara menghapuskan produksi sejumlah zat yang berkontribusi dalam
pengurangan lapisan ozon.

Protokol Montreal secara resmi ditandatangani 16 September 1987, berlaku 1 Januari 1989.
Perjanjian ini mengalami revisi sebanyak lima kali yakni 1990, 1992, 1995, 1997, dan 1999.
Walau begitu, Protokol Montreal berhasil jadi ‘juru selamat’ lubang ozon di Antartika yang
berangsung pulih.

Protokol Montreal sendiri bertujuan untuk mengatur penggunaan bahan perusak ozon dengan
tujuan akhir adalah penghentian produksi, konsumsi, dan distribusi ODS. Untuk mencapai
tujuan tersebut, negara anggota melaksanakan program yang dilakukan secara bertahap sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati.

Pada tahun 2007, pemerintah di seluruh dunia pada menambahkan komitmen yakni
membekukan produksi HCFC di berbagai negara berkembang pada tahun 2013 dan
memajukan tanggal penghentian akhir bahan kimia ini hingga 2030.

Hingga pada akhirnya, Protokol Montreal berhasil membantu mengurangi penggunaan bahan
perusak ozon di seluruh Eropa dan seluruh dunia. Secara global konsumsi ODS yang
dikendalikan di bawah Protokol Montreal menurun sebesar 98 persen di seluruh dunia pada
periode 1986 hingga 2019. Hal ini menjadi bukti dan langkah baik bahwa negara di seluruh
dunia turut berkontribusi untuk melindungi Bumi beserta elemennya.

Protokol Montreal atas Zat-Zat yang mengurangi Lapisan Ozon) adalah sebuah traktat
internasional yang dirancang untuk melindungi lapisan ozon dengan meniadakan produksi
sejumlah zat yang diyakini bertanggung jawab atas berkurangnya lapisan ozon. Traktat ini
terbuka untuk ditandatangani pada 16 September 1987 dan berlaku sejak 1 Januari 1989.
Sejak itu, traktat ini telah mengalami lima kali revisi yaitu pada 1990 di London, 1992 di
Kopenhagen, 1995 di Vienna, 1997 di Montreal dan 1999 di Beijing.Sebagai hasil dari
perjanjian internasional tersebut, lubang ozon di Antartika secara perlahan pulih. Proyeksi
iklim menunjukkan bahwa lapisan ozon akan kembali ke tingkat 1980 antara tahun 2050 dan
2070. Dikarenakan tingkat penerapan dan implementasinya yang luas, traktat ini dianggap
sebagai contoh kesuksesan kerjasama internasional.

Syarat dan tujuan :

Perjanjian ini terstruktur pada sekitar beberapa kelompok hidrokarbon terhalogenasi yang
menipiskan ozon stratosfer. Semua zat perusak ozon yang dikendalikan oleh Protokol
Montreal mengandung klorin atau bromin (zat yang hanya mengandung fluorin tidak
membahayakan lapisan ozon). Beberapa bahan perusak ozon (BPO) belum dikendalikan oleh
Protokol Montreal, termasuk nitrogen oksida (N2O) Untuk tabel bahan perusak ozon yang
dikendalikan oleh Protokol Montreal lihat:
Untuk setiap kelompok BPO, perjanjian tersebut menyediakan jadwal dimana produksi zat-
zat tersebut harus ditembakkan dan akhirnya dihilangkan.

Protokol Kyoto

*• PENGERTIAN*
Protokol Kyoto adalah amendemen dari Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan
Iklim (UNFCCC), yaitu sebuah persetujuan internasional dari negara-negara dunia tentang
pemanasan global. Protokol Kyoto bisa disebut perangkat peraturan yang diadopsi sebagai
pendekatan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Kepentingannya jelas untuk mengatur
pengurangan emisi gas rumah kaca dari negara-negara yang meratifikasi. Protokol ini juga
membuka kemungkinan adanya kerja sama dalam perdagangan emisi terkait jumlah emisi gas
yang telah dikaitkan dengan pemanasan global.

*• PROTOKOL KYOTO DI INDONESIA*


Indonesia adalah salah satu negara yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto. Oleh sebab itu,
aturan dalam Protokol Kyoto turut menjadi hukum positif di neagra kita. Implikasi dari
Protokol Kyoto di Indonesia tersebut mengakibatkan pelaksanaan pembangunan secara
berkelanjutan dengan landasan wawasan lingkungan di seluruh daerah di Indonesia. Akan
tetapi ada pendapat lain, meski ikut meratifikasi namun Indonesia dinilai masih abai terhadap
kesepakatan global tersebut. Fakta di lapangan membuktikan jika tingkat emisi di Indonesia
sebagai negara berkembang cenderung tinggi. Selain itu, adanya berbagai konflik kepentingan
sehingga menjadi penghambat kebijakan

*•ISI PERJANJIAN PROTOKOL KYOTO•*


Protokol Kyoto mengatur mekanisme penurunan emisi GRK yang dilaksanakan negara-
negara maju, yakni:
(1) Implementasi Bersama (Joint Implementation)
(2) Perdagangan Emisi (Emission Trading)
(3) Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM

IPCC

*•PENERTIAN•*
IPCC (Intergovernmental Panel Climate Change) merupakan panel ilmiah yang terdiri dari
para ilmuwan dari seluruh dunia dan didirikan oleh 2 (dua) organisasi PBB, yaitu: World
Meteorological Organization (WMO) dan United Nations Environment Programme (UNEP)
pada 1988.

*•Perubahan iklim menurut IPCC•*


Perubahan iklim adalah perubahan yang merujuk pada variasi rata- rata kondisi iklim suatu
tempat atau variabilitasnya yang nyata secara statistik untuk jangka waktu yang panjang
(biasanya dekade atau lebih) (IPCC, 2001).

*•Tujuan IPCC•*
IPCC didirikan bertujuan untuk mengevaluasi risiko perubahan iklim akibat aktivitas manusia
yang nantinya akan menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan sidang
UNFCCC.

Anda mungkin juga menyukai