Montreal
Kelompok 2
1. Ajeng Diah Aprilisa
(J0313201038)
1 2 3
2. Ghilda Farihah Said
(J0313201028)
3. Gibran Aurel Hendarsyah
(J0313201071)
5
4. Muh. Imam Firdaus
(J0313201055)
5. Salsabella Putri Maheswari
4 6
(J0313201065)
6. Wening Sukma Dwiyanti
(J0313201097)
LATAR BELAKANG
DAN PENGERTIAN
Semakin merebaknya masalah-masalah
lingkungan yang terjadi, maka terjadilah
kesepakatan negara negara yang
tergabung dalam PBB untuk mengadakan
perjanjian terhadap perlindungan lapisan
ozon (protokol montreal 1987).
Seperti yang kita ketahui bahwa efek rumah kaca adalah peristiwa yang sangat merugikan bagi Bumi dan
juga mahluk di dalamnya. Bagaimanapun juga efek rumah kaca akan menyebabkan suhu di Bumi menjadi
bertambah panas atau tinggi. Hal ini jika terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kerugian yang
sangat besar bagi kondisi Bumi dan seisinya. Maka dari itulah perlu dilakukan upaya-upaya untuk
menanggulanginya. Di dalam efek rumah kaca, terdapat gas kaca yang keluar dan membentuk lapisan yang
menyelimuti bumi. Gas kaca ini berupa CO2 (karbon dioksida), metana, NOx (nitrogen dioksida), serta
beberapa gas lainnya yang merupakan reaksi alamiah industri. Jika gas efek rumah kaca ini terlepas, maka
partikelnya mampu naik sampai lapisan troposfer lalu membentuk lapisan yang menyelimuti bumi.
Protokol montreal 1987 ini disepakati pada tanggal 16 September 1987 di Kanada dan mulai diberlakukan pada
tanggal 1 Januari 1989. Kedudukan Protokol Montreal dalam perjanjian ini dibuat sebagai benteng dalam
mengendalikan bahan perusak ozon dan menggantinya dengan bahan yang lebih aman. Perjanjian ini
dirancang untuk mengimplementasikan perubahan iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas
rumah kaca yang diharapkan dapat menanggulangi efek rumah kaca dalam pencegahan, penipisan lapisan
ozon yang diharapkan dapat lebih baik.
Pelaksanaan Kewajiban Pemerintah Indonesia
Dalam Rangka Perlindungan Ozon Berdasarkan
Protokol Montreal 1989
a. Tindakan Legislasi :
b. Pemaksaan Kepatuhan
1) Sosialisasi
• Sosialisasi peraturan-peraturan tentang larangan penggunaan BPO terhadap masyarakat, pemangku
kepentingan, perusahaan maupun industri yang masih diperkenankan untuk memproduksi BPO.
• Kementerian LHK menyelenggarakan workshopkepada masyarakat mengenai penataan hukum
terhadap penggunaan dan perdagangan BPO di Nusa Dua Bali Convention Center dengan tujuan agar
setiap pihak sadar bahwa menggunakan barang-barang BPO dapat merusak lapisan ozon.
• Pada tanggal 31 Oktober 2014 Kementerian LHK bersama Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan menyelenggarakan sosialisasi regulasi program penghapusan BPO berjenis HCFC di
Indonesia.
2) Insentif
• Mendorong industri untuk alih teknologi pada tahun 2003-2009.
• Melakukan alih teknologi terhadap industri manufaktur di sektor AC, lemari pendingin, dan busa yang
masih menggunakan BPO berjenis HCFC menjadi non HCFC,
Pelaksanaan Kewajiban Pemerintah Indonesia
Dalam Rangka Perlindungan Ozon Berdasarkan
Protokol Montreal 1989
3) Pengawasan