Anda di halaman 1dari 14

Protokol

Montreal
Kelompok 2
1. Ajeng Diah Aprilisa
(J0313201038)
1 2 3
2. Ghilda Farihah Said
(J0313201028)
3. Gibran Aurel Hendarsyah
(J0313201071)

5
4. Muh. Imam Firdaus
(J0313201055)
5. Salsabella Putri Maheswari
4 6
(J0313201065)
6. Wening Sukma Dwiyanti
(J0313201097)
LATAR BELAKANG
DAN PENGERTIAN
Semakin merebaknya masalah-masalah
lingkungan yang terjadi, maka terjadilah
kesepakatan negara negara yang
tergabung dalam PBB untuk mengadakan
perjanjian terhadap perlindungan lapisan
ozon (protokol montreal 1987).

Protokol montreal 1987 merupakan traktat


Internasional yang dirancang untuk
melindungi lapisan ozon dengan
meniadakan produksi sejumlah zat yang
diyakini dapat bertanggung jawab atas
berkurangnya lapisan ozon.
Sejarah AWAL
Sekitar tahun 1970-an isu-isu lingkungan
diperhatikan dan untuk pertama kalinya diangkat
sebagai agenda dalam hubungan internasional
yang ditandai dengan diselenggarakannya
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada tahun 1972 di Stockholm Swedia. Konferensi
ini merupakan tonggak awal upaya penyelamatan
lingkungan hidup secara global. Upaya PBB dalam
mewujudkan penyelamatan lingkungan hidup
secara global diwujudkan dengan membentuk
suatu lembaga yang bernama UNITED NATION
ENVIRONTMENT PROGRAME (UNEP) yang
berkedudukan di Nairobi, Kenya
TUJUAN
Menyadari bahwa emisi di
seluruh dunia dapat secara Bertekad melindungi lapisan
signifikan menghabiskan ozon dengan mengambil
dan mengurangi lapisan tindakan pencegahan untuk
ozon yang berakibat pada mengontrol emisi global.
kesehatan manusia serta Indonesia menjadi salah
lingkungan. satu negara yang telah
meratifikasi protokol
montreal 1987 sejak tahun
1992. Dalam hal ini protokol
montreal merupakan salah
satu perjanjian yang
bertanggungjawab atas
pemulihan lapisan ozon.
ISI
Dalam Pasal 4 Protokol Montreal disebutkan bahwa pada tanggal 1
Januari 1990, setiap pihak yang termasuk dalam negara anggota
Protokol Montreal ini dilarang untuk mengimpor bahan-bahan
perusak ozon yang dikendalikan di dalam Protokol ini kepada
negara manapun yang bukan termasuk negara anggota Protokol
ini. Sanksi merupakan bagian dari proses penegakan hukum, dan
penegakan hukum ini dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu
tahap compliance dan enforcement . Tindakan compliance dapat
dilakukan Pemerintah melalui sosialisasi peraturan, pemberian
insentif, pemberian fasilitas, ataupun pengawasan. Sementara itu,
tindakan enforcement merupakan tindakan Pemerintah untuk
menjatuhkan sanksi apabila compliance tidak tercapai, artinya
masyarakat tidak patuh atau melakukan pelanggaran meskipun
sudah ada sosialisasi peraturan, pemberian insentif, fasilitas,
ataupun pengawasan.
ISI
Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap setiap
perusahaan ataupun industri yang masih memproduksi BPO. Di
samping itu, juga melakukan pengawasan terhadap setiap bengkel
refrigerasi atau AC di seluruh Indonesia agar bahan-bahan perusak
ozon tersebut tidak disalahgunakan. Pemerintah Indonesia telah
melakukan berbagai upaya untuk mendorong setiap pihak agar
patuh terhadap peraturan yang dibuat. Engkos Kosasih, Kasi.
Monitoring Bahan Perusak Ozon Direktorat Mitigasi Perubahan Iklim
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia,
Pemerintah belum menerapkan tindakan enforcement bagi
pelanggar yang melakukan penyelundupan, pemalsuan dan
pengoplosan bahan-bahan perusak ozon. Penyelundupan BPO sering
terjadi, salah satunya di Papua ditemukan barang yang mengandung
BPO yang isinya diganti dengan BPO yang dilarang untuk diimpor.
KEDUDUKAN PROTOKOL MONTREAL SEBAGAI INSTRUMEN
HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI PENANGANAN EFEK
RUMAH KACA ?

Seperti yang kita ketahui bahwa efek rumah kaca adalah peristiwa yang sangat merugikan bagi Bumi dan
juga mahluk di dalamnya. Bagaimanapun juga efek rumah kaca akan menyebabkan suhu di Bumi menjadi
bertambah panas atau tinggi. Hal ini jika terjadi dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kerugian yang
sangat besar bagi kondisi Bumi dan seisinya. Maka dari itulah perlu dilakukan upaya-upaya untuk
menanggulanginya. Di dalam efek rumah kaca, terdapat gas kaca yang keluar dan membentuk lapisan yang
menyelimuti bumi. Gas kaca ini berupa CO2 (karbon dioksida), metana, NOx (nitrogen dioksida), serta
beberapa gas lainnya yang merupakan reaksi alamiah industri. Jika gas efek rumah kaca ini terlepas, maka
partikelnya mampu naik sampai lapisan troposfer lalu membentuk lapisan yang menyelimuti bumi.

Protokol montreal 1987 ini disepakati pada tanggal 16 September 1987 di Kanada dan mulai diberlakukan pada
tanggal 1 Januari 1989. Kedudukan Protokol Montreal dalam perjanjian ini dibuat sebagai benteng dalam
mengendalikan bahan perusak ozon dan menggantinya dengan bahan yang lebih aman. Perjanjian ini
dirancang untuk mengimplementasikan perubahan iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas
rumah kaca yang diharapkan dapat menanggulangi efek rumah kaca dalam pencegahan, penipisan lapisan
ozon yang diharapkan dapat lebih baik.
Pelaksanaan Kewajiban Pemerintah Indonesia
Dalam Rangka Perlindungan Ozon Berdasarkan
Protokol Montreal 1989

a. Tindakan Legislasi :

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009


Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
3) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
83/M-DAG/PER/10/2015 tentang ketentuan impor bahan
perusak lapisan ozon
4) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
84/M-DAG/ PER/ 10/ 2015 Tentang Impor Barang Berbasis
Sistem Pendingin
5) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08
Tahun 2010 Tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah
Lingkungan, dan sebagainya
Pelaksanaan Kewajiban Pemerintah Indonesia
Dalam Rangka Perlindungan Ozon Berdasarkan
Protokol Montreal 1989

b. Pemaksaan Kepatuhan

1) Sosialisasi
• Sosialisasi peraturan-peraturan tentang larangan penggunaan BPO terhadap masyarakat, pemangku
kepentingan, perusahaan maupun industri yang masih diperkenankan untuk memproduksi BPO.
• Kementerian LHK menyelenggarakan workshopkepada masyarakat mengenai penataan hukum
terhadap penggunaan dan perdagangan BPO di Nusa Dua Bali Convention Center dengan tujuan agar
setiap pihak sadar bahwa menggunakan barang-barang BPO dapat merusak lapisan ozon.
• Pada tanggal 31 Oktober 2014 Kementerian LHK bersama Kementerian Perindustrian dan
Perdagangan menyelenggarakan sosialisasi regulasi program penghapusan BPO berjenis HCFC di
Indonesia.

2) Insentif
• Mendorong industri untuk alih teknologi pada tahun 2003-2009.
• Melakukan alih teknologi terhadap industri manufaktur di sektor AC, lemari pendingin, dan busa yang
masih menggunakan BPO berjenis HCFC menjadi non HCFC,
Pelaksanaan Kewajiban Pemerintah Indonesia
Dalam Rangka Perlindungan Ozon Berdasarkan
Protokol Montreal 1989

• Pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 Pemerintah akan


memberikan dana hibah secara bertahap kepada 21 industri
pendingin udara, 27 industri lemari pendingin, dan 30 industri
pembuat busa sebesar 12 juta US$
• memberikan bantuan hibah peralatan foam dispenser untuk
produsen kasur busa di Banjarmasin,
• Memberikan bantuan hibah program penghapusan BPO di
sektor foam pada PT. Sumber Mulia yang memproduksi jok mobil,

3) Pengawasan

• Pengawasan di lintas pulau dan batas negara dengan


berkoordinasi dengan setiap pemerintah daerah untuk
mengawasi peredaran dan penggunaan BPO,
• Pengawasan terhadap setiap bengkel refrigerasi atau AC di
seluruh Indonesia agar bahan-bahan perusak ozon tersebut tidak
disalahgunakan.
KENDALA

1. Kesulitan dalam mencari alternatif BPO dan teknologi yang ramah


lingkungan.

2. Kurangnya kesiapan yang matang dalam pemghapusan secara


bertahap terhadap BPO yang berjenis HCFC.

3. Membutuhkan waktu dan dana yang besar untuk aplikasi teknologi


baru yang akan diberikan kepada setiap perusahaan atau industri yang
memproduksi BPO.

4. Membutuhkan waktu untuk pengujian pasar serta pelatihan atau


edukasi konsumen terhadap produk baru yang tidak mengandung BPO.

5. Masih banyak perusahaan yang tidak tertarik untuk melakukan alih


teknologi dan mengganti BPO dengan bahan yang ramah lingkungan.

6. Kurang ketatnya pengawasan yang dilakukan pemerintah terkait


impor BPO.
Hutasoit G.U. 2017. Pelaksanaan Kewajiban Pemerintah
Indonesia Dalam Rangka Perlindungan Lapisan Ozon
Berdasarkan Protokol Montreal 1989. Jurnal
Universitas Atma Jaya Yogyakarta 53(4): 1-11
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai