Disusun oleh :
ADE PUTRI IRAWAN NIS 5570/568.036
ANANDA NIKEN WIJAYA NIS 5576/574.036
DINA WIDYA MANDALA NIS 5588/586.036
Ir.BAMBANG IRAWAN, MM
NIP. 19650905 199303 1 012
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA
INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOJONEGORO
Menyetujui /Mengesahkan :
HASIL LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI
UPTD LABORATORIUM LINGKUNGAN
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TUBAN
Nama:
ADE PUTRI IRAWAN NIS 5570/568.036
ANANDA NIKEN WIJAYA NIS 5576/574.036
DINA WIDYA MANDALA NIS 5588/586.036
Drs.BASUKI, S.ST.M.Pd
NIP:19690115 199703 1 004
KATA PENGANTAR
Alhamduillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan
praktek kerja industry sesuai dengan ketentuan dan waktu yang telah
dintentukan. Laporan ini kami buat berdasarkan pengalaman dan ilmu yang
kami peroleh selama melakukan praktek kerja industry ( prakerind) di UPTD
laboraorium lingkungan hidup.
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan praktek kerja industri ( prakerind) sesuai dengan tuntunn
kurikulum dan untuk memperoleh nilai praktek kejuruan selama
pelaksanaan di dunia usaha dan dunia indusrtri/instansi pemerintah sesuai
bidang keahlian atau jurusan di SMKN 3 BOONEGORO. Adapun kendala –
kendala yang sering kami dapati selama menjalankan prakek kerja industri
(Prakerind) dan dapat menyusun laporan ini dengan baik. Namun,berkat
bimbingan dari berbagai pihak, kami dapat menyelesaikan prakerind dan
menyusun laporan ini dengan lancar. Beerkaitan dengan kegiatan tersebut,
kami mengucakpkan terimakasih kepada pihak yang bersangkutan, yaitu:
1. Bapak Drs. BASUKI, S.ST.M.d selaku kepala sekolah SMKN Bojonegoro
2. Ibu Dina Indah Kusuma, ST selaku kepala departemen Tehnik Kimia
3. Bapak Bambang Irawan, MM selaku kepala Dinas Lingkungsn Hidup
Kabupaten Tuban
4. Ibu Anik Sumarti A.Md Kes. Selaku kepala UPTD Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tuban, yang telah
bersedia menerima kami untuk melakukan praktek kerja industri
(prakerind).
5. Saudara(i) Karni, Herlikah, Sylvitria Anggraeni, Edi Haryono, Ahmad
Heri S, Izzati Amalia Ahmada selaku pembimbing yang telah bersedia
membimbing kami selama praktek kejra industri (prakerind) selama
2 bulan ini dan telah bersedia memberi masukan pikiran, nasihat, dan
cara-cara pemecahan masalah, sehingga terselesaikannya
pelaksanaan prakerind dan penyusunan laporan prakerind.
6. Kedua orang tua kami yang telah mendidik, membesarkan dan telah
banyak mencurahkan keringat dan air mata serta turut berdoa dan
memberikan kita motifasi serta semangat untuk keberhasilan study
kami
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini dan sebagai acuan bagi kami untuk bisa
melangkah maju lagi di masa depan.
Akhir kata, kami berharap dengan adanya laporan ini, dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia usaha dan dunia industry atau instansi pemerintah
serta bagi kami pribadi agar kegiatan prakerind menjadi kegiatan yang
bermanfaat secara menyeluruh.
BIODATA SISWA PRAKERIND
Peserta RAKERIND
Peserta RAKERIND
Peserta RAKERIND
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………….. i
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. iv
BIODATA SISWA PRAKERIN …………………………………………………………. v
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………... xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………..XV
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………..
1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………………………….
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan PKL ………………………………..
BAB II PROFIL PERUSAHAAN / INSTANSI / LEMBAGA ………………………
2.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan/Instansi/Lembaga ………………….
2.2 Struktur organisasi ………………………………………………………………
2.3 Bidang Usaha …………………………………………………………………….
2.4 Standart Operational Procedure (SOP) ……………………………………
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………………
3.1 Sistem Penugasan kerja ……………………………………………………………..
3.2 Rangkuman pekerjaan yang dilakukan selama PKL ………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………………………
1. Pertimbangan Umum Pengambilan Sampel…………….…………..
2. Aspek-aspek……………………………………………………………………..
a) Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel…………………………
b) Parameter Kualitas Lingkungan……………………………………..
c) Ukuran, Jumlah, dan Volume Sampel…………………………….
d) Homogenitas Sampel…………………………………………………
e) Jumlah Titik Pengambilan Sampel………………………………
f) Waktu Pengambilan Sampel………………………………………
3. Kiadah Ilmu Dan Hukum………………………………………………….
4. Pertimbangan Pengambilan Sampel…………………………………..
B. PERENCANAAN PENGAMBILAN SAMPEL LINGKUNGAN………
1. Tujuan perencanaan………………………………………………………..
2. Tujuan Pengambilan Sampel…………………………………………
3. Tipe Sampel……………………………………………………………………..
4. Pengamanan Sampel Di Lapangan……………………………………..
5. Penyimpanan Sampel……………………………………………………..
6. Rencana Pengambilan Sampel Air………………………………….
7. Persiapan Pengambilan Sampel Lingkungan……………………
a. Penugasan Pengambilan Sampel………………………………….
8. Lokasi Dan Titik Pengambilan Sampel Lingkungan…………
a. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Limbah..
b. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Permukaan
c. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Sungai…..
d. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Danau……
e. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Laut…….
f. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Tanah……
C. PELAKSANAAN PENGAMBILAN SAMPEL LINGKUNGAN………
1. Peralatan Pengambiolan Sampel ……………………………………..
a. Peralatan Utama …………………………………………………
b. Peralatan Pendukung ……………………………………………..
2. Wadah Sampel …………………………………………………..
3. Pengawetan Sampel ………………………………………………………
4. Pengujian Sampel …………………………………………………………………
a. Paramenter Lapangan ………………………………………………….
pH …………………………………………..
Suhu …………………………………………………………………
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Anggota dan Struktur Organisasi
D. ANGGOTA
No. Nama NIP Posisi di
Laboratorium
1. Ir, Bambang Irawan, 196550905 199303 1 Manajer Puncak
MM 012
2. Herlikah Non PNS Manajer Teknis
ManajerPuncak
Kepala DLH
ManajerMutu ManajerTeknis
KepalaUPTD StafUPTD
PetugasPelayanan
PengendaliDokumentasi
PenanggungjawabKeselamatandanKesehatan
Analis
PenanggungjawabPengelolaanLimbah
PenanggungjawabSampling
StafUPTD
StafUPTD StafUPTD
StafUPTD
StafUPTD StafUPTD
BAB III
PELAKSANAAN PSG
A. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang berperan penting dalam
kehidupan dan makhluk hidup lainnya. Dalam penggunaannya air tidak dapat
digantikan oleh senyawa lain. Sepanjang daerah, kuantitas dan kualitas air
yang sesuai dengan kebutuhan manusia merupakan factor penting yang
menentukan kesehatan hidupnya. Kualitas air berhubungan dengan adanya
bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia dalam Bentuk senyawa
organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme yang memegang
peran penting dalam menentukan komposisi kimia air. Kualitas air yang
buruk dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satunya yaitu adanya
kandungan bahan-bahan kimia yang berbahaya yang dapat berdampak buruk
bagi kelangsungan hidup makhluk hidup.
Dimana global ini, berbagai kegiatan manusia ikut ikut serta
memperngaruhi kondisi perairan, terutama adanya beragam kegiatan
industry yang secara tak langsung dapat mengakibatkan penurunan kualitas
air. Hal tersebut dapat mengancam keseimbangan kehidupan makhluk hidup.
Salah satu upaya, kegiatan ini nantinya dapat dijadikan sebagai sumber
informasi untuk menindaklanjuti kondisi suatu wilayah dari suatu perairan.
d) Homogenitas Sampel
Homogenitas sampel berperan penting dalam pengambilan sampel. Sampel
dari lingkungan homogeny diharapkan dapat mewakili kualitas lingkungan
sesungguhnya. Pada dasarnya, sampel heterogen dapat digerus, digiling,
diaduk, atau dikenai proses fisika lainnya untuk mendapatkan sampel
homogeny. Hasilnya disebut sampel uji ukurannya ditentukan parameter uji,
sensitivitas, metode, dan kemampuan peralatan yang digunakan. Sebagai
gambaran, dalam pengambilan sampel untuk menguji kandungan mineral
dari bantuan homogenitas dapat dicapai dengan menggerus dan mengayak
sampai diperoleh ukuran tertentu.
e) Jumlah Titik Pengambilan Sampel
Penetapan jumlah titik pengambilan sampel merupakan hal yang sangat
menentukan representativ atau tidaknya suatu sampel lingkungan. Jumlah
titik tersebut pada umumnya sangat tergantung pada biaya, masalah yang
dihadapi, dan tujuan yang ditetapkan. Pada pengambilan sampel air, udara
atau tanah, jumlah titik pengambilannya berbeda-beda. Untuk pengambilan
sampel air sungai, jumlahnya tidak hanya tergantung pada lebar dan
panjangnya sungai, terapi juga kedalaman, debit air sungai, dan karakteristik
polutan dalam air sungai. Sedangkan untuk sampel emisi dari cerobong
industry, jumlah titiknya sangat ditentukan oleh diameter ekuivalen dan
tinggi cerobong.
f) Waktu Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel air dapat dilakukan dengan cara gabungan waktu 2
jam, 6 jam, atau 12 jam tergantung pada tujuan yang ditentukan. Sementara
itu pengambilan sampel ambien ditentukan oleh undang-undang lingkungan
hidup yang berlaku. Sebagai gambaran, waktu yang dibutuhkan untuk
mengambil sampel NO2 adalah 1 jam, 24 jam, 1 tahun, tergantung pada
tujuannya.
PerencanaanPengambilanSampel
PersiapanPengambilanSampel
PengambilanSampelPendahuluan
PengulanganPengambilanSampelPendahuluan
PerubahanPerencanaanPengambilanSampel
AnalisisSampel di Lapangan
SesuaiPerencanaa
nPengambilanSam
pel?
PengambilanSampel
PengulanganPengambilanSampel
PerlakuanSampeldi Lapangan
TransportasiSampel
PreparasiSampel di Laboratorium
PenyimpananSampel di Laboratorium
PreparasiSampel di Laboratorium
TransportasiSampel
SesuaiPerencanaa
nPengambilanSam
pel?
AlamatPelanggan AnggotatimPengambilSampel
TujuanPengambilanSampel PemantauanPengawasanPengkajian/PenelitianPembuktiankasus/Hukum
BidangPengujian
Lokasi / JumlahPengambilanSampel Air sungai Air limbah Air minum Air sumur Air Danau/ Waduk Air laut Air kolam
Parameter
JumlahWadah JumlahBlanko
Plastik Plastik
100 Buah 100 Buah
250 Buah 250 Buah
500 Buah 500 Buah
1000 Buah 1000 Buah
Gelas Gelas
100 Buah 100 Buah
250 Buah 250 Buah
500 Buah 500 Buah
1000 Buah 1000 Buah
PeralatanPengukuranLapangan Thermometer pH meter DO meter conductivitymeter TDS meter GPS kompas jam pengukur debit
PeralatanPendukung
Peralatan K3
Cara PengambilanSampel
PengendalianmutuLapangan
Peng\
amatandanTransportasiSampel
AdministrasiSampel
7. Persiapan Pengambilan Sampel Lingkungan
a) Penugasan Pengambilan Sampel
Setelah dokumen perencanaan pengambilan sampel lingkungan
disahkan, langkah selanjutnya adalah menugaskan personel yang kompeten
untuk mengambil sampel. Apabila kemungkinan, personel yang ditunjuk
telah mendapatkan pelatihan dari lembaga sertifikasi pengambil sampel
lingkungan. Untuk mengoptimalkan efisiensi dan efektifitas pengambilan
sampel, petugas harus melakukan persiapan berdasarkan dokumen tersebut.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap itu adalah:
Persiapan peralatan pengambilan sampel
Persiapan peralatan pengukuran dilapangan
Persiapan peralatan pendukung
Persiapan wadah sampel
Persiapan kertas saring
Persiapan bahan pengawet
Persiapan pengendalian mutu lapangan
Persiapan rekaman lapangan
8. Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Lingkungan
a) Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Limbah
Air limbah atau limbah cair industri adalah limbah yang di hasilkan
pada setiap tahap produksi yang berupa air sisa, air bekas proses
produksi, atau air bekas pencucian peralatan industri.
Pemilihan lokasi dan titik pengambilan sampel air limbah
bertujuan:
• Mengetahui efisiensi proses produksi
• Mengevaluasi efisiensi IPAL
• Mengendalikan pencemaran air
d)Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Danau atau Waduk
Penentuan titik pengambilan sampel
Homogenitas air danau atau waduk air waduk, antara lain bentuk
danau dan arah angin. Ketika air sungai masuk kedanau terjadi
pencampuran didaerah tersebut Cekungan danau yang terikat akan
mempunyai kualitas udara yang berbeda dengan bagian lainnya.
Pengambilan sampel air danau atau waduk diutamakan pada:
• Daerah masuknya air sungai ke danau atau waduk.
• Bagian tengah danau atau waduk.
• Daerah dimana air danau atau waduk dimanfaatkan.
• Daerah keluarnya air danau atau waduk.
e) Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Muara
atau Air Laut
Kualitas air muara sangat diandalkan oleh bebrapa faktor, antara lain
pasang surut, arus, musim, debit air sungai, dan kegiatan disekitarnya.
Sementara itu, kualitas air laut sangat bergantung pada suhu, salinitas,
dan daya hantar listrik.
Penentuan lokasi pengambilan sampel
Perbedaan salinitas pada lokasi yang sama akan menyebabkan
perbedaan matrik dan kimiawi air muara. Oleh karena itu, lokasi
pengambilan sampel air muara atau air laut ditentukan dengan
berpedoman pada perbedaan salinitasnya. Koordinat dan salinitas
yang ditentukan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengambilan
sampel selanjutnya sehingga data yang di peroleh dari waktu ke
waktu dapat di bandingkan.
Penentuan titik pengambilan sampel
Penentuan titik pengambilan sampel air muara atau air laut pada
kedalaman tertentu berdasarkan perbedaan suhu dan salinitas, Hal itu
disebabkan pola distribusi zat-zat kimia dalam air muara atau air laut
sangaf tergantung pada kedua faktor tersebut.
f) Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Air Tanah
Aquifer adalah lapisan di bawah permukaan tanah yang mengandung
bebatuan, pasir, dan kerikil, dan mempunyai porositas serta permeabilitas
sehingga dapat menyimpan dan mengalihkan air tanah.
Penentuan lokasi pengambilan sampel
Pendekatan yang sering digunakan dalam memantau kualitas air
tanah adalah mengambil dan menganalisis sampel air dari sumur
panta. Apabila sumur pantau tidak di temukan, sumur pantau harus
dibuat terlebih dahulu. Secara umum, pemantauan air tanah di
tunjukkan pada sumur pantau di:
Daerah di mana penduduk menggunakan air tanah untuk
keperluan sehari-hari, termasuk untuk air minum.
penimbunan atau pembuangan akhir sampah perkotaan.
Daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida.
kawasan industri atau kawasan pertambangan.
wilayah pesisir di mana terjadi peresapan air laut.
tempat lain yang di anggap perlu.
Penentuan titik pengambilan sampel
Pengambilan sampel air sumur dilakukan setelah air dalam sumur
di buang sampai habis (di kuras) sebanyak 3×. Hal itu dilakukan
untuk menyakinkan bahwa sampai benar-benar berasal dari air
tanah sehingga dapat menggambarkan kualitas air yang
sesungguhnya.
2) Wadah Sampel
Secara umum wadah yang digunakan harus memenuhi persyaratan,
antara lain:
a) Terbuat dari gelas atau plastik (polypropylene, polyethylene, dan
Teflon), sesuai jenis Sampel yang diambil.
b) Dapat ditutup dengan kuat dan rapat.
c) Mudah dicuci.
d) Tidak mudah pecah atau bocor.
e) Tidak menyerap zat-zat kimia dari sampel
f) Tidak melarutkan zat-zat kimia kedalam sampel
g) Tidak menimbulkan reaksi antara bahan wadah sampel
3) Pengawetan Sampel
Pengawetan sampel lingkungan meliputi pendinginan, pengaturan pH,
dan penambahan bahan kimia untuk mengikat polutan yang akan dianalisis.
Pendinginan adalah cara pengawetan paling ideal sebab tidak mempengaruhi
komposisi atau menimbulkan gangguan saat analisis dilakukan. Pengawetan
harus dilakukan sejak transportasi sampel lingkungan, dari lokasi
pengambilan sampai ke laboratorium, hingga analisis menggunakan bahan
kimia hanya dapat dilakukan apabila pengawetan tersebut tidak mengganggu
analisis dilaboratorium.Apabila bahan pengawet digunakan, penambaha -
nnya dilakukan sesegera mungkin setelah sampel lingkungan diambil.
Penambahan tersebut tergantung parameter uji. Jika pengujian dilakukan
terhadap beberapa parameter untuk sampel yang sama,duplicate sample
dilakukan dan masing-masing sampel diberi tambahan bahan pengawet yang
sesuai.
4) Pengujian Sampel
a) Parameter lapangan
Proses pengukuran ini digunakan untuk parameter yang mudah
berubah setelah pengambilan sampel dan memungkinkan untuk di ukur di
lapangan. Berikut adalah parameter yang perlu untuk diukur dilapangan :
pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktifitas ion 42ydrogen (H+) yang terlarut. Uji pH di
lapangan dapat tercapai dengan menggunakan pH meter yang telah
dikalibrasi atau dengan pH universal. Namun, pH universal hanya digunakan
untuk mengukur pH contoh uji apabila kisaran ketelitian bacaan memenuhi
persyaratan. Oleh karena itu, penggunaan alat pH meter yang memiliki
resolusi lebih tinggi dianggap lebih efektif dalam pengukuran pH sampel.
Pengukuran:
1) Ambil sampel yang akan menilai, masukan ke dalam gelas
kimia (4cm /linci).
2) Nyalakan dengan menekan tombol keluar.
3) Bilas probe dengan aquades, keringkan dengan tisu.
4) Masukkan probe kedalam sampel.
5) Tekan read dan nilai pH akan muncul di LCD.
6) Tunggu hingga pembacaan stabil.
7) Jika suhunya tidak stabil atau kurang dari kriteria yang
ditentukan maka sesuaikan sampai suhu kamar.
8) Setelah mengukur pH, matikan pH meter dengan menekan
tombol exit
Suhu
Termometer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengukur suhu atau alat yang digunakan untuk menyatakan derajat
panas atau dingin suatu benda. Termometer ini memanfaatkan sifat
termomeirik dari suatu zat, yakni perubahan dari sifat-sifat zat yang
disebabkan perubahan suhu dari zat tersebut.
Kata Termometer berasal dari bahasa Latin thermo, yang artinya
panas, dan meter yang artinya untuk mengukur. Termometrik Zat cair
yaitu zat cair yang mudah mengalami suatu perubahan fisis jika
dipanaskan atau didinginkan, misalnya air raksa dan alkohol.
Termometer ini memiliki banyak jenis, antara lain termometer klinis,
termometer. dinding, termometer bimetal, dan termometer
maksimum-minimum. Termometer yang paling sering kita temui
dalam kehidupan sehari - hari yaitu termometer air raksa.
Gambar 4. Thermometer
Prosedur penggunaan thermometer:
1) Celupkan thermometer air raksa kedalam sampel yang akan di ukur
2) Tunggu sampai pembacaan stabil.
DHL (Daya Hantar Listrik)
Daya hantar listrik adalah parameter yang terapis oleh salinitas tinggi
rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Kemampuan udara
untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam µmhos/cm(uS /
cm).
• Prinsip
Daya hantar listrik diukur dengan elektroda konduktometer
dengan menggunakan larutan kalium klorida, KCI sebagai larutan
baku pada suhu 25° C.
• Bahan dan Alat
Bahan:
1) Air suling dengan DHL <I umhos / cm.
2) Larutan baku Kalium Klorida KCI 0,01 M.
Alat:
1) Timbangan analitik;
2) Konduktometer;
3) Labu ukur 1000 mL.
Larutan Standar KCl 0,01000 M.
Pembuatan larutan standart KCl 0,01000 M adalah sebagai berikut:
1) timbang 0, 7456 gram KCl anhidrat.
2) Larutan dengan air suling dan encerkan sampai volume 1000 mL.
Kalibrasi Konduktimeter
Prosedur kalibrasi Konduktimeter sebagai berikut:
1) cuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
2) atur suhu larutan KCl 0,01 M pada 25°C .
3) celupkan elektroda ke dalam larutan KCl 0,01 M.
4) tekan tombol kalibrasi.
5) atur sampai menunju angka 1413 umhos/cm ( sesuai dengan instruksi
kerja Alat.
Catatan: apabila DHL contoh uji besar dari 1413 umhos/cm, lakukan
dengan menggunakan larutan baku KCl 0,1 (DHL = 12900 umhos/cm)
atau KCl 0,5 M (DHL= 58460 umhos/cm).
NITRIT
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat
(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena
itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan mu
pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0,001 mg/L. kadar nitrit yang
lebih dari 0,06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan.
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses DIolOg
perombakan bahan organik vang memiliki kadar oksigen terlarut yang
rendah. Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal dari bahan
inhibitor korosi yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem
distribusi PDAM.
Prinsip
Nitrit dalam suasana asam pada pH 2,0-2,5 akan bereaksi dengan
sulfanilamide diazotisasi dan NED dihidrecloride membentuk senyawa azo
yang berwarna merah keunguan. Warna yang terbentuk di ukur
absorbansinya secara spectofotometri pada panjang gelombang maksimum
543 nm. Pengukuran fotometrik dapat dilakukan pada kisaran 5-50 N/L dan
pada lintasan lintasan 5 cm digunakan filter warna hijau. System warna
mematuhi hukum bir sampai 180 N/L dengan jalur setinggi 1 cm pada
panjang gelombang 543 nm.
Alat dan Bahan
Alat:
1) Spektormeter UV – VIS
2) Labu ukur 50 mL
3) Pipet ukur 10 mL, 5mL
4) Botol semprot;
5) Filler
Bahan:
1) Sampel
2) Larutan standart Nitrit 100mg/L
3) Reagen Warna
4) Air bebas mineral
Persiapan pengujian
1) Pembuatan blanko laboratorium.
c. Tambahkan air bebas mineral sampai tanda batas pada labu 50 ml.
d. Lalu tambahkan 2 mL Reagen Warna, kocok hingga homogen dan ukur
serapannya.
2) Pembuatan larutan standart.
e. Menghitung konsentrasi pengenceran
f. Masukkan larutan standart ke dalam labu ukur 50 mL sesuai
perhitungn
g. Tambahkan air bebas mineral sampai tanda batas
h. Lalu tambahkan 2 mL Reagen Warna kocok hingga homogen dan ukur
serapannya.
3) Penentuan kadar NO2 pada sampel
3) Sampel dimasukkan dalam labu 50ml sampai tanda tera lalu diberi 2
ml larutan Reagen Warna
Catatan: sampel disaring jika keruh.
4) Pembuatan spike: Memipet larutan standart sesuai perhitungan lalu
diterakan dengan sampel. Kemudian tambahkan 2 mL Reagen Warna.
Prosedur Pengukuran.
1) Alat Spektrofotometer dioptimalkan sesuai petunjuk penggunaan alat
untuk pengujian kadar nitrat.
2) Membilas kuvet dengan air suling, membilas dengan larutannya
kemudian kuvet tersebut diisi dengan larutannya dan dimasukkan ke
dalam alat spektrofotometer
3) Baca dan catat serapannya pada panjang gelombang 543 nm.
4) Perhitungan
RPD : (A - B) x 100%
C
A: Hasil sampel uji terbesar
B: Hasil sampel uji terkecil
C: Rata - rata A dan B.
DO (dissolved oxigen)
kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya
diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2)
yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus.
Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut
telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana
badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan
pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air.
Prinsip
Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa
menjadi hidroksida
mangan dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV).
Dengan adanya ion yodida (I-) dalam suasana asam, ion mangan (IV)
akan kembali menjadi
ion mangan (II) dengan membebaskan yodin (I2) yang setara dengan
kandungan oksigen
terlarut. Yodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium
thiosulfat dengan indikator
amilum.
Alat dan bahan
Alat:
1) botol Winkler
2) buret mikro 5 ml
3) pipet volume 5 ml, 10 ml
4) pipet ukur 5 ml
5) erlenmeyer 100 ml
6) gelas piala 250ml, dan 2000 ml
7) labu ukur 50 ml, 250 ml.
Bahan:
1) MnSO4.H2O
2) air suling
3) natrium hidroksida, NaOH atau Kalium hidroksida, KOH
4) Na Iodida, NaI atau Kalium Iodida, KI;
5) amilum/kanji;
6) natrium azida, NaN3
7) asam salisilat;
8) asam sulfat, H2SO4 pekat;
9) sodium thiosulfat, Na2S2O3.5H2O;
10)kalium dikromat, K2Cr2O7.
Perhitungan
Oksigen Terlarut (mg/L) = V x N x 8000 x F
50
dengan pengertian:
V : adalah mL Na2S2O3;
N : adalah normalitas Na2S2O3
F : adalah faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume
pereaksi MnSO4 dan alkali iodida azida) pada langkah Prosedur
butir b).
BOD (Biology Oxygen Demand)
Kebutuhan oksigen biokimiawi adalah jumlah mg oksigen yang
dibutuhkan untuk menguraikan zat organik secara biokimiawi dalam
1000 mL air selama pengeraman 5x24 jam pada suhu 20°C.
1) Oksigen terlarut nol hari adalah kadar oksigen terlarut dalam
mg/L sebelum dieramkan
2) Oksigen terlarut lima hari adalah kadar oksigen terlarut dalam
mg/L sesudah dieramkan selama 5x24 jam pada suhu 20°C.
Prinsip
Sejumlah contoh uji ditambahkan ke dalam larutan pengencer
jenuh oksigen yang telah ditambah larutan nutrisi, kemudian
diinkubasi dalam ruang gelap pada suhu 20 °C ± 1 °C selama 5 hari.
Nilai BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut
0 (nol) hari dan 5 (lima) hari. Bahan kontrol standar dalam uji BOD
ini, digunakan larutan glukosa-asam glutamat.
Alat dan Bahan
Alat:
1) botol DO (Winkler)
2) lemari inkubasi, suhu 20°C ± 1°C gelap
3) pipet volume 1 ml, 5 ml, 10 ml
4) pipet ukur 5 ml
5) labu ukur 100 ml, 200 ml, 1000 ml
6) erlenmeyer
7) pH meter
8) oven
9) timbangan analitik
10)buret mikro 5 ml
11)gelas kimia 250 ml, 3000 ml
Bahan:
1) MnSO4.H2O
36,4 g MnSO4.H2O dengan air suling ke dalam labu ukur 100 mL,
tepatkan sampai tanda tera
2) air bebas mineral
3) larutan magnesium sulfat
Larutkan 2,25 g MgSO4.7H2O dengan air bebas mineral, kemudian
encerkan hingga 100 ml.
4) larutan kalsium klorida
Larutkan 2,75 g CaCl2 anhidrat dengan air bebas mineral, kemudian
encerkan hingga 100 mL.
5) larutan feri klorida
Larutkan 0,25 g FeCl3.6H2O dengan air bebas mineral, kemudian
encerkan hingga 100 mL.
6) larutan buffer pH 7
7) larutan air pengencer
a) siapkan air bebas mineral yang jenuh oksigen atau minimal 1
ml/L, dalam gelas kimiayang bersih, kemudian atur suhunya
pada kisaran 20 °C ± 3 °C
b) tambahkan ke dalam setiap 1 L air bebas mineral jenuh
oksigen tersebut, masing-masing 1 mL larutan nutrisi yang
terdiri dari larutan bufer pH 7, MgSO4, CaCl2 dan FeCl3
8) larutan glukosa-asam glutamate
Keringkan glukosa dan asam glutamat pada 103 °C selama 1 jam.
Timbang 15 mg glukosa dan15 mg asam glutamat, kemudian
larutkan dengan air bebas mineral hingga 100 mL.
2 – 6 jam ≤ 4°C
6 – 24 jam ≤ 4°C dan catat lama waktu penyimpanan
>24 jam Contoh tidak mewakili BOD
Sumber: Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater 21st Edition, 2005:Biochemical Oxygen Demand (5210).
Prosedur
a) siapkan 2 buah botol DO, tandai masing-masing botol dengan notasi
DO0, DO5
b) masukkan larutan contoh uji ke dalam masing-masing botol DO, DO 0
dan DO5 sampai meluap, kemudian tutup masing masing botol
secara hati-hati untuk menghindari terbentuknya gelembung udara
c) simpan botol DO5 ke dalam lemari inkubator 20°C ± 1°C selama 5
hari
d) lakukan pengukuran oksigen terlarut terhadap larutan dalam botol
DO0 dengan alat DO meter yang terkalibrasi sesuai dengan Standard
Methods for the Examination of Water and Wastewater 21st Edition,
2005: Membrane electrode method (4500-O G) atau dengan metoda
titrasi secara iodometri (modifikasi Azida) sesuai dengan SNI 06-
6989.14-2004. Hasil pengukuran, merupakan nilai oksigen terlarut
nol hari (DO0). Pengukuran oksigen terlarut pada nol hari harus
dilakukan paling lama 30 menit setelah pengenceran
e) ulangi pengerjaan butir d) untuk botol DO5 yang telah diinkubasi 5
hari ± 6 jam. Hasil pengukuran yang diperoleh merupakan nilai
oksigen terlarut 5 hari (DO5)
f) lakukan pengerjaan butir a) sampai e) untuk penetapan blanko
dengan menggunakan larutan pengencer tanpa contoh uji Hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol
hari (B1) dan nilai oksigen terlarut 5 hari (B2)
g) lakukan pengerjaan butir a) sampai e) untuk penetapan kontrol
standar dengan menggunakan larutan glukosa-asam glutamat Hasil
pengukuran yang diperoleh merupakan nilai oksigen terlarut nol
hari dan nilai oksigen terlarut 5 hari (C2)
h) lakukan kembali pengerjaan butir a) sampai butir e) terhadap
beberapa macam pengenceran contoh uji
Perhitungan
Nilai BOD5 contoh uji dihitung sebagai berikut:
BOD5 = (A1-A2)
dengan pengertian:
BOD5 : adalah nilai BOD5 contoh uji (mg/L);
DO0 : adalah kadar oksigen terlarut contoh uji sebelum inkubasi (0 hari)
(mg/L);
DO5 : adalah kadar oksigen terlarut contoh uji setelah inkubasi 5 hari
(mg/L);
B1 : adalah kadar oksigen terlarut blanko sebelum inkubasi (0 hari)
(mg/L);
B2 : adalah kadar oksigen terlarut blanko setelah inkubasi 5 hari
(mg/L);
VB : adalah volume suspensi mikroba (mL) dalam botol DO blanko;
VC : adalah volume suspensi mikroba dalam botol contoh uji (mL);
P : adalah perbandingan volume contoh uji (V1) per volume total (V2).
(CATATAN Bila contoh uji tidak ditambah bibit mikroba V B = 0.)
Tabel 1 – Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam Digestion vessel
Digestion vessel
(mL) solution (mL) pereaksi asam (mL)
sulfat (mL)
Tabung kultur
2,50 1,50 3,5 7,5
16 x 100 mm
5,00 3,00 7,0 15,0
20 x 150 mm
10,00 6,00 14,0 30,0
25 x 150 mm
10 mL
Tabel 1 – Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam Digestion vessel
b) tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen
c) letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu
150 °C, lakukan digestion selama 2 jam
(CATATAN Selalu gunakan alat pelindung diri yang sesuai dan
lakukan di ruang asam)
d) dinginkan perlahan-lahan contoh uji yang sudah direfluks sampai
suhu ruang. Saat pendinginan sesekali tutup contoh uji dibuka untuk
mencegah adanya tekanan gas
e) pindahkan secara kuantitatif contoh uji dari tube atau ampul ke
dalam Erlenmeyer untuk titrasi
f) tambahkan indikator ferroin 0,05 mL - 0,1 mL atau 1 - 2 tetes dan
aduk dengan pengaduk magnetik sambil dititrasi dengan larutan
baku FAS 0,05 M sampai terjadi perubahan warna yang jelas dari
hijau-biru menjadi coklat-kemerahan, catat volume larutan FAS yang
digunakan
g) lakukan langkah a) sampai dengan f) terhadap air bebas organik
sebagai blanko. Catat volume larutan FAS yang digunakan
Perhitungan
Nilai COD sebagai mg/L O2:
Keterangan:
A : adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk blanko,
dinyatakan dalam mililiter (mL);
B : adalah volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk contoh uji,
dinyatakan dalam mililiter (mL);
M : adalah molaritas larutan FAS;
8000 : adalah berat miliequivalent oksigen x 1000 mL/L.
KLORIDA
Klorida adalah ion yang terbentuk dari unsur klor yang mendapatkan
satu elektron untuk membentuk suatu anion atau ion yang bermuatan negatif
(CF ). Kata klorida dapat pula diartikan sebagai senyawa kimia dimana satu
atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul. Ini berarti
klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh sederhana
dari suatu klorida anorganik adalah hydrogen klorida ( HCL ), sedangkan
sederhana senyawa organik (suatu organoklorida) adalah contoh
kloromethana (CH;C1 ) atau sering disebut metil klorida.
Prinsip
Dalam larutan netral atau sedikit basa, ion perak bereaksi secara
kuantitatif dengan ion klorida. Titrasi diakhiri dengan
pembentukan perak kromat yang berwarna merah hasil reaksi
kelebihan ion perak dengan ion kromat.
Alat dan Bahan
Alat:
1) Buret 25 mL
2) Erlenmeyer 250 mL
3) Labu ukur 100 mL
4) Pipet ukur 5 mL
5) Botol semprot
6) Statif dan Klem.
Bahan:
1) Larutan baku Perak Nitrat (AgNO3)
2) Larutan indikator Kalium Kromat (K2CrO,)
3) Sampel.
Prosedur
Prosedur dalam pengujian klorida adalah
sebagai berikut:
1) Mengambil 100 mL sampel, memasukkan dalam labu ukur 100
mL menepatkan hingga tanda batas
2) Memasukkan sampel tersebut ke dalam erlenmeyer 250 mL
3) Menambahkan 1 mL larutan indikator K2CrO4
4) Menitrasi dengan larutan AGNO3
sampai berwarna kuning kemerahan sebagai
titik akhir titrasi, mencatat volume larutan
AgNO3
Perhitungan
mg CI = (A-B) x N × 35450
mL Sampel
PHOSPAT
Phospat merupakan senyawa kimia dalam bentuk ion yang dapat
menurunkan kualitas perairan dan membahayakan kehidupan makhluk
hidup. Pengujian ini bertujuan untuk mengukur kadar fosfat dalam air.
Prinsip
Dalam suasana asam Ammonium molibdat akan direduksi oleh stano
klorida membentuk senyawa molibdenum warna biru.
Alat dan Bahan
Alat:
1) Spektrofotometer
2) Labu ukur 100 ml,
3) Pipet ukur 10ml
4) Pipet mikro
5) Botol semprot
Bahan:
1) Sampel
2) Larutan standart phospat
3) Amonium molibdat
4) SnCl
5) Air bebas mineral
6) Larutan standart phospat
Persiapan pengujian
1) Pembuatan blanko laboratorium
a. Tambahkan air bebas mineral sampai tanda batas pada labu
100 ml.
b. Lalu tambahkan 4 mL Amonium molibdat dan 0.5 ml SnCl
kocok hingga homogen dan ukur serapannya.
GAMBAR KEGIATAN
A. Analisa Nitrat Nitrit
B. Analisa BOD
C. ANALISA COD
D. ANALISA TSS dan TDS
E. ANALISA PHOSPAT
F. SAMLING
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Nitrat
No. Prosedur Hasil Pengamatan
B. Nitrit
No. Prosedur Hasil Pengamatan
C. BOD Pengenceran
No. Prosedur Hasil Pengamatan
E. COD
No. Prosedur Hasil Pengamatan
F. TSS
No Prosedur Hasil Pengamatan
G. TDS
No Prosedur Hasil Pengamatan
H. KLORIDA
No. Prosedur Hasil Pengamatan
I. PHOSPAT
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan manfaat yang diperoleh selama PSG, dapat
disimpulkan hal - hal berikut:
1) Peserta PSG dapat mempelajari keahlian 94rofessional dengan
pengambilan sampel dan analisis kualitas lingkungan.
2) Meningkatkan rasa percaya diri dalam proses pemecahan
masalah atau gangguan yang ditemui di laboratorium dan
lingkungan masyarakat.
3) Mampu merealisasikan pengetahuan yang didapat dari sekolah
dengan pekerjaan sebenarnya di laboratorium.
4) Adanya peningkatan keterampilan, disiplin kerja serta
pengembangan kompetensi kejuruan.
5) Pelatihan mental peserta PSG untuk menjadi pekerja keras,
jujur dan dapat bekerja mandiri maupun kelompok.
B. Saran
a. Memberikan jadwal tersusun selama kegiatan PSG dilaksanakan.
b. Meningkatkan disiplin kerja terhadap jadwal pemantuan yang
telah ada.
﹏33﹏
﹏34﹏
﹏35﹏
﹏36﹏
﹏37﹏
﹏38﹏
﹏39﹏
﹏40﹏
﹏41﹏
﹏42﹏
﹏43﹏
﹏44﹏
﹏45﹏
﹏46﹏
﹏47﹏
﹏49﹏
﹏50﹏
﹏51﹏
﹏52﹏
﹏53﹏
﹏54﹏
﹏55﹏
﹏56﹏
﹏57﹏
﹏58﹏
﹏59﹏
﹏60﹏
﹏61﹏
﹏62﹏
﹏63﹏
﹏64﹏
﹏65﹏
﹏66﹏
﹏67﹏
﹏68﹏
﹏69﹏
﹏70﹏