Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : ZUBIR M.A

DI SUSUN OLEH :

NAMA ANGGOTA : ANWAR SYAHADAT (2012020054)

MATA KULIAH : TAFSIR DAN HADIS

PROGRAM STUDI : HUKUM EKONOMI SYARIAH

IAIN LANGSA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi
agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Langsa, 14 Juli 2021

Penulis

2
                                                        DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pengertian Kemu’jizatan dalam Al-Qur’an...........................................6
B. Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an.................................................7
C. Contoh-contoh Kemu’jizatan Al-Qur’an.............................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
1. KESIMPULAN.........................................................................................16
2. SARAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar Belakang

Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah
perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an ,
sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama
antara teolog dari kalangan Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah
mengenai konsep shirfah.

Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu
merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang
telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan
perananya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa
kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.

Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya tidak
wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula sebaliknya.
Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus berkaitan dengan
pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal
yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah
bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah diberikan kepada para Nabi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini:

1. Apa yang dimaksud dengan Kemu’jizatan Al-Qur’an ?


2. Apa saja aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an ?
3. Sebutkan contoh-contoh dari Kemu’jizatan Al-Qur’an ?

4
C. Tujuan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini :

1. Dapat mengetahui pengertian tentang Kemu’jizatan Al-Qur’an


2. Dapat mengetahui aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an
3. Dapat mengetahui contoh-contoh Kemu’jizatan Al-Qur’an

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Mu’jizat Al-Qur’an

Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an adalah mukjizat
abadi yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW.

Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang berarti


melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fa’il (yang
melemahkan) disebut mu’jiz. tambahan ta’ marbuthoh diakhir kata sehingga menjadi
mu’jizah menunjukkan mubalaghah (superlatif) artinya yang sangat melemahkan.
Secara terminologi yang dimaksud mukjizat atau i’jaz Al-Qur’an adalah ketidak
mampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al-Qur’an sebagai bukti kebenaran
Risalah Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an menantang siapa saja, baik manusia maupun jin, untuk membuat
kitab suci seperti Al-Qur’an. Tantangan Al-Qur’an tersebut disampaikan dalam tiga
tahapan :
Pertama, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-Qur’an secara utuh.
(QS. Al-Isra:88). Kedua, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-
Qur’an 10 surat saja. (QS. Hud: 13-14). Ketiga, Allah menantang siapa saja untuk
membuat seperti Al-Qur’an satu surat saja.

Tantangan tersebut tidak ada yang bisa menjawabnya pada masa Nabi masih
hidup, setelah Nabi meninggal, sampai saat sekarang ini pun, dan , menurut Al-
Qur’an sebagaimana dinyatakan didalam surat Al Baqarah:24, bahwa sampai
kapanpun tidak akan ada yang sanggup menandinginya.

6
Jika tidak ada seorang pun yang mampu membuat satu surat saja seperti Al-
Qur’an, bagaimana mungkin Nabi Muhammad dapat membuatnya? Bukankah beliau
seorang yang ummiy (tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis).

Al-Qur’an adalah firman Allah SWT, Nabi hanya berfungsi menerima,


kemudian menyampaikan kepada umat apa adanya, tanpa tambahan, pengurangan
atau editing sedikitpun.1

Berdasarkan kisah-kisah yang diangkat Alquran,as-Suyuthi membagi mukjizat


para nabi pada dua kelompok besar: mukjizat hissiyah(sesuatu yang dapat ditangkap
pancaindra), dan aqliyah(Sesuatu yang hanya dapat ditangkap oleh manusia).
Mukjizat hissiyah diperkenalkan oleh Nabi yang berhadapan dengan umat terdahulu,
seperti Nabi Musa dengan tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular dan Nabi Isa
yang dapat menghidupkan orang meninggal menyembuhkan orang yang sakit buta
dengan izin Allah. Mukjizat ‘aqliyah diperkenalkan Nabi Muhammad Saw. karena
sifatnya adalah tantangan terhadap daya nalar,Kemu’jizatan Alqur'an tidak dapat
berakhir dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw. Alquran tetap menantang Siapa
saja yang ingin dan berusaha untuk menyayangi nya termasuk generasi manusia
setelah Rasul bahkan umat manusia Hari Ini, Esok, dan terus sampai hari akhir.2

B. Aspek-aspek Kemu’jizatan al-Qur’an

Al-Buthi juga mengapresiasi terhadap Kemu’jizatan al-Qur’an secara umum,


yang diringkas ke dalam tiga aspek saja, yakni:

Pertama: Kemu’jizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan hal-hal yang gaib.


Seperti informasi tentang kekalahan bangsa Romawi, peristiwa fathu
Makkah(pembebasan kota Makkah), kemenangan peperangan Badar, dan lain-lain
yang diinformasikan al-Qur’an jauh-jauh hari sebelum peristiwa itu sendiri benar-
benar terjadi.
1
Yunahar ilyas,kuliah ulumul quran,(Yogyakarta: Itqan,2017),hlm. 239-240
2
Mohammad Gufron, Ulumul Qur’an: Praktis dan Mudah, (Yogyakarta : Teras, 2013), hlm.140-141

7
Kedua: Kemu’jizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan informasi masa
lampau yang teramat jauh. al-Qur’an mengabarkan sejumlah informasi masa lalu
yang teramat panjang perjalanannya. Yakni, sejak zaman kejadian manusia pertama
Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah diketahui oleh siapapun
dan dari kalangan mana pun kecuali melalui kitab-kitab samawi yang terdahulu.
Padahal, Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang Nabi yang ummi (tidak
pandai baca tulis), lebih-lebih sebelum masa-masa kenabian dan kersulannya. Semua
informasi ini jelas-jelas termaktub dalam al-Qur'an.

Ketiga: Kemu’jizatan al-Qur’an dari segi pensyariatan hukum. Al-Qur’an


mengandung aturan-aturan hukum (syariat) yang sangat dalam, universal, dan
lengkap dalam mengatur urusan-urusan hidup dan kehidupan umat manusia. Baik
yang berlingkup spesifik (khusus) maupun yang berskala umum dan universal.3

Sebagai penyelidik yang obyektif, hendaknya Ia membenarkan segala aspek


Kemu’jizatan pada al-Qur’an. Berikut ini akan dibahas tiga macam aspek
Kemu’jizatan al-Qur’an seperti; aspek bahasa, aspek ilmiah, dan aspek
tasyri’(hukum).

1. Kemu’jizatan dalam aspek bahasa


Dalam susunan kata, al-Qur’an sungguh menakjubkan. Sekalipun tata
penyusunannya tidak dapat ditandingi oleh syair-syair arab yang dikarang oleh pakar
syair terbaikpun. Begitu rapi, indah, dan penuh dengan makna-makna yang tak ada
kontradiksi.
Rahasia-rahasia Kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi bahasa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika ia
mendengar harakat dan sukun-nya, madd dan ghunnah-nya, fasilah dan

3
Dr. Naqiyah Mukhtar, M.Ag.,Ulumul Qur’an,(Purwokerto:STAIN Press,2003),hlm. 180.

8
maqtha’-nya, sehingga telinga tidak pernah merasa bosan, bahkan ingin
senantiasa terus mendengarnya.
 Lafazh-lafazhnya yang memenuhi setiap makna pada tempatnya. Tidak satu pun
di antara lafazh-lafazh itu yang dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada
seorang peneliti terhadap suatu tempat (dalam Al-Qur’an) menyatakan bahwa
pada tempat itu perlu tambahkan sesuatu lafazh karena ada kekurangan.
 Dalam macam-macam khithab di mana berbagai golongan manusia yang berbeda
tingkat intelektualitasnya dapat memahami khithab itu sesuai dengan tingkatan
akalnya, sehingga masing-masing dari mereka memandangnya cocok dengan
tingkatan akalnya dan sesuai dengan keperluannya, baik mereka orang awam
maupun kalangan ahli.
 Sifatnya yang dapat memuaskan akal dan menyenangkan perasaan. Al-Qur’an
dapat memenuhi jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan, secara sama dan
imbang.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semua aspek yang


dikandungnya-seperti telah kita sebutkan, berada dalam satu batas keindahan sistem
dan keelokan susunan tanpa adanya perbedaan dan penurunan derajat. Maka semakin
kita mengerti bahwa Al-Qur’an adalah menjadi sesuatu yang berada di luar batas
kemampuan manusia.

2. Kemu’jizatan dalam aspek ilmiah


Kelebihan aspek :
Kemu’jizatan ilmiah Al-Qur’an terletak dalam konteks akidah, sebagai berikut :
 Semangatnya(Al-Qur’an) dalam mendorong manusia untuk berpikir dan
menggunakan akal.
 Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak pula masalah-masalahnya, namun
apa yang telah tetap dan mantap dari padanya tidak bertentangan sedikitpun
dengan salah satu ayat-ayat Al-Qur’an.

9
 Al-Qur’an menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap
alam dan segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman
kepada Allah. Ia mendorong kaum muslimin agar memikirkan makhluk-makhluk
Allah yang ada di langit dan di bumi : dirinya sendiri, bumi yang ditempatinya
dan alam yang mengitarinya.

Kemu’jizatan Al-Qur’an ilmiah dalam konteks hidayah :

 Perkawinan tumbuh-tumbuhan dzati ialah tumbuh-tumbuhan yang bunganya


telah mengandung organ jantan dan betina.
 Perkawinan tumbuh-tumbuhan khalti ialah tumbuh-tumbuhan yang organ
jantannya terpisah dari organ betina, seperti pohon kurma, sehingga
perkawinannya terjadi melalui perpindahan.

Kekurangan aspek :
Pertama, kekalahan internal yang menyebabkan sebagian orang memandang ilmu
pengetahuan sebagai batu uji panutan, dan Al-Qur’an harus mengikuti. Oleh karena
itu mereka berusaha memantapkan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan atau
membuktikan kebenarannya berdasarkan ilmu pengetahuan, padahal Al-Qur’an
adalah Kitab Suci yang sempurna isinya dan final hakikat-hakikatnya. Sedang ilmu
pengetahuan yang sekarang selalu membatalkan apa yang telah ditetapkan kemarin.
Segala apa yang dicapainya tidak mutlak dan tidak final, karena ia terikat dengan
sarana yang berupa manusia, akal dan alatnya yang kesemuanya itu pada hakikatnya
tidak memberikan hakikat yang satu, final dan mutlak.
Kedua, kesalahpahaman terhadap watak dan fungsi Al-Qur’an. Yaitu bahwa Al-
Qur’an adalah sebuah kebenaran yang final dan mutlak, menangani pembangunan
manusia dengan cara yang sesuai, menurut kadar tabiat manusia yang nisbi, dengan
tabiat alam dan hukum ilahinya, sehingga manusia tidak akan berbenturan dengan
alam sekelilingnya. Tetapi agar ia sejalan dengan alam dan mengenali sebagian
misterinya serta dapat memanfaatkan beberapa hukumnya untuk kekhalifahannya.

10
Hukum-hukum yang disingkapnya melalui pengamatan, penyelidikan, percobaan dan
penerapan, sesuai dengan petunjuk akal yang dikaruniakan kepadanya untuk bekerja,
bukan hanya untuk menerima pengetahuan-pengetahuan material yang telah siap.
Ketiga, penakwilan terus-menerus, dengan pemaksaan, terhadap nash-nash Al-
Qur’an agar dapat digiring dan diselaraskan dengan asumsi-asumsi, teori-teori yang
tidak tetap dan labil, padahal setiap hari selalu muncul teori baru.4

Jadi menurut uraian tersebut kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran final, pasti
dan mutlak. Sedang apa yang dicapai dalam penyelidikan manusia, betapa pun
canggih alat-alat yang dipergunakannya, adalah tetap saja kebenarannya tidak final
dan tidak pasti.

3. Kemu’jizatan dalam aspek hukum


Kemu’jizatan al-Qur’an ilmiah dalam konteks hukum dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
 Al-Qur’an memulai dengan pendidikan individu, karena individu merupakan batu-
bata sosial. Pendidikan individu itu ditegakkan di atas kemerdekaan jiwanya dan
rasa tanggung jawab.
 Al-Qur’an memerdekakan jiwa seorang Muslim dengan akidah tauhid. Dengan
akidah ini, ia dibebaskan dari kekuasaan khufarat dan kepalsuan, belenggu hawa
nafsu dan syahwat, agar ia menjadi hamba Allah yang ikhlas yang hanya tunduk
kepada-Nya, menanamkan rasa tinggi hati kepada selain Dia, sehingga tidak
membutuhkan makhluk. Yang ia butuhkan hanyalah Sang Khaliq yang Maha
Sempurna.
 Al-Qur’an Al-Karim memperkuat keesaan Allah dengan argumentasi pasti dan
tegas yang didasarkan pada logika akal sehat, sehingga tidak dapat dibantah atau
diragukan lagi.

4
Ibid.,hlm. 183.

11
 Al-Qur’an menganjurkan untuk memiliki sifat-sifat mitsali (ideal) yang dapat
melatih jiwa dan keberagaman, seperti sabar, jujur, adil, ihsan (kebajikan), santun,
pemaaf dan tawadhu’.
 Al-Qur’an menetapkan prinsip-prinsip dasar pemerintahan Islam dalam bentuk
yang paling baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada musyawarah,
persamaan, dan larangan berbuat diktator.
 Al-Qur’an juga telah menetapkan perlindungan terhadap adh-dharuriyah al-
khamsah (lima macam kebutuhan primer) bagi kehidupan manusia yaitu: jiwa,
agama, kehormatan, harta benda dan akal.
 Al-Qur’an juga menetapkan hukum tentang hubungan internasional,perang dan
damai, antara kaum Muslimin dengan negara tetangga atau dengan mereka yang
mengadakan perjanjian damai (mu’ahad).

Ringkasnya, al-Qur’an merupakan dustur tasyr’i (sistem, aturan perundang-


undangan) paripurna yang membangun kehidupan manusia di atas dasar konsep yang
paling tinggi dan mulia.5

C. Contoh-contoh Kemu’jizatan Al-Qur’an

1. Terpelihara Keasliannya

Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab di dunia yang sempurna dan terpelihara


keasliannya, karena sendirilah yang memeliharnya, sebagaimana firmanNya:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya”. (al-Hijr : 9)

Upaya-upaya untuk memalsukan Al-Qur’an ataupun membuat yang semisal


dengan Al-Qur’an telah dilakukan oleh orang-orang kafir sejak zaman dahulu, namun
usaha-usaha itu tak pernah berhasil.

5
Ibid.,hlm.184-185

12
2. Dihafalkan Banyak Manusia

Al-Qur’an satu-satunya kitab suci yang dihafalkan banyak manusia. Al-


Qur’an yang jumlah halamannya mencapai 600 halaman mampu dihafal dengan tepat
dan akurat, sampai huruf per huruf bahkan panjang pendeknya. Al-Qur’an bisa
dihafalkan oleh orang yang tidak mampu berbahasa arab sekalipun, sesuatu yang
tidak mungkin terjadi pada kitab-kitab lainnya.

Al-Qur’an mampu dihafalkan oleh anak-anak yang masih sangat belia, Ibnu
Sina Hafal Al-Quran umur 5 tahun, Ibnu Khaldun Hafal Al-Quran usia 7 tahun, Imam
Syafi’I Hafal Al-Quran ketika usia 7 tahun, Imam Ath-Thabari hafal Al-Quran pada
usia 7 tahun, As-Suyuthi hafal al-Qur’an sebelum umur 8 tahun, Ibnu Hajar al-
Atsqalani hafal al-Qur’an usia 9 tahun, Ibnu Qudamah Hafal Al-Quran usia 10 tahun.

3. Keseimbangan Redaksinya

Salah satu bentuk mukjizat Al-Qur’an adalah keseimbangan redaksi Al-


Qur’an, seperti pada contoh berikut :

a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya, diantaranya :


- Ash-shalihat (kebajikan) dan as-sayyiat (keburukan) masing-masing 167
kali
- Al- hayah (kehidupan) dan al-maut (kematian) masing-masing 145 kali
- An-naf’u (manfaat) dan al-fasadu (kerusakan) masing-masing 50 kali
b. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang
dikandungnya, antara lain:
- Al-hartsu (sawah) dan az-ziraah (bertani) masing-masing 14 kali
- Al-quran, al-wahyu, dan al-islam masing-masing 70 kali
- Al-jahru (nyata) dan al-alaniyah (nyata) masing-masing 60 kali
c. Keseimbangan khusus, contoh antara lain :

13
Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak jumlah
hari dalam setahun. Sedangkan kata hari dalam bentuk jamak (ayyam) dan
mutsanna (yaumain) hanya 30 kali sama dengan jumlah hari dalam sebulan.
Sementara itu kata yang berarti bulan (syahrun-asyhurun) hanya terdapat 12
kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun. 6

4. Banyak Ayat-ayatnya yang Berisi Isyarat-isyarat Ilmiyah

Mukjizat Al-Qur’an dapat juga dilihat dari banyaknya ayat-ayat Al-Qur’an


berisi isyarat-isyarat ilmiyah, antara lain :

a. Tentang kejadian alam semesta


Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan
satu gumpalan melalui firmannya :
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya:30)

Observasi Edwin P. Huble melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929
menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta
berekspansi, ekspansi itu melahirkan sekitar 100 milyar galaksi yang masing-masing
rata-rata memiliki 100 bintang. Tetapi sebelumnya, bila ditarik ke belakang
kesemuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpulan itulah
yang meledak dan yang dikenal dengan istilah Big Bang. Inilah agaknya yang
diisyaratkan oleh Al-Qur’an pada ayat diatas. 7

b. Tentang gunung

6
M. Quraish Shihab, mukjizat Al-Qur’an,(Bandung:Mizan,1997),hlm.140-142
7
Ibid.,hlm.171-172

14
“ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (begitulah) perbuatan Allah yang
membuat denga kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Naml:88)

Dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arabia beserta
gunung-gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya.
Sebelumnya sekitar 5 juta tahun yang lalu Jazirah Arabia bergerak memeisahkan diri
dari Afrika dan membentuk Lembah Belah yang membujur keselaan melalui deretan
danau Afrika. Itulah agaknya yang dimaksud oleh ayat-ayat diatas dengan
berjalannya gunung-gunung sebagaimana berjalannya awan.8

8
Ibid.,hlm.187-188

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang berarti


melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fa’il (yang
melemahkan) disebut mu’jiz. tambahan ta’ marbuthoh diakhir kata sehingga menjadi
mu’jizah menunjukkan mubalaghah (superlatif) artinya yang sangat melemahkan.
Secara terminologi yang dimaksud mukjizat atau i’jaz Al-Qur’an adalah ketidak
mampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al-Qur’an sebagai bukti kebenaran
Risalah Nabi Muhammad SAW.

Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an, yaitu:

1. Kemu’jizatan dalam aspek bahasa

Dalam susunan kata, al-Qur’an sungguh menakjubkan. Sekalipun tata


penyusunannya tidak dapat ditandingi oleh syair-syair arab yang dikarang oleh pakar
syair terbaikpun. Begitu rapi, indah, dan penuh dengan makna-makna yang tak ada
kontradiksi.

2. Kemu’jizatan dalam aspek ilmiah

Kemu’jizatan ilmiah Al-Qur’an terletak dalam konteks akidah, contohnya


adalah Semangatnya (Al-Qur’an) dalam mendorong manusia untuk berpikir dan
menggunakan akal. Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak pula masalah-
masalahnya, namun apa yang telah tetap dan mantap dari padanya tidak bertentangan
sedikitpun dengan salah satu ayat-ayat Al-Qur’an.

3. Kemu’jizatan dalam aspek hukum

16
Al-Qur’an merupakan dustur tasyr’i (sistem, aturan perundang-undangan)
paripurna yang membangun kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling
tinggi dan mulia.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, kami berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis, khususnya juga bagi para
pembaca. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaafkan

17
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Naqiyah Mukhtar, M.Ag.,Ulumul Qur’an,(Purwokerto:STAIN


Press,2003),hlm. 180.

M. Quraish Shihab, mukjizat Al-Qur’an,(Bandung:Mizan,1997),hlm.140-


142

Mohammad Gufron, Ulumul Qur’an: Praktis dan Mudah, (Yogyakarta :


Teras, 2013), hlm.140-141

Yunahar ilyas,kuliah ulumul quran,(Yogyakarta: Itqan,2017),hlm. 239-240

18

Anda mungkin juga menyukai