KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
DI SUSUN OLEH :
IAIN LANGSA
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Pengertian Kemu’jizatan dalam Al-Qur’an...........................................6
B. Aspek-Aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an.................................................7
C. Contoh-contoh Kemu’jizatan Al-Qur’an.............................................12
BAB III PENUTUP.............................................................................................16
1. KESIMPULAN.........................................................................................16
2. SARAN......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah
perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an ,
sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama
antara teolog dari kalangan Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah
mengenai konsep shirfah.
Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu
merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang
telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan
perananya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa
kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya tidak
wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula sebaliknya.
Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus berkaitan dengan
pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal
yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah
bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah diberikan kepada para Nabi.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Makalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an adalah mukjizat
abadi yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW.
Al-Qur’an menantang siapa saja, baik manusia maupun jin, untuk membuat
kitab suci seperti Al-Qur’an. Tantangan Al-Qur’an tersebut disampaikan dalam tiga
tahapan :
Pertama, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-Qur’an secara utuh.
(QS. Al-Isra:88). Kedua, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al-
Qur’an 10 surat saja. (QS. Hud: 13-14). Ketiga, Allah menantang siapa saja untuk
membuat seperti Al-Qur’an satu surat saja.
Tantangan tersebut tidak ada yang bisa menjawabnya pada masa Nabi masih
hidup, setelah Nabi meninggal, sampai saat sekarang ini pun, dan , menurut Al-
Qur’an sebagaimana dinyatakan didalam surat Al Baqarah:24, bahwa sampai
kapanpun tidak akan ada yang sanggup menandinginya.
6
Jika tidak ada seorang pun yang mampu membuat satu surat saja seperti Al-
Qur’an, bagaimana mungkin Nabi Muhammad dapat membuatnya? Bukankah beliau
seorang yang ummiy (tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis).
7
Kedua: Kemu’jizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan informasi masa
lampau yang teramat jauh. al-Qur’an mengabarkan sejumlah informasi masa lalu
yang teramat panjang perjalanannya. Yakni, sejak zaman kejadian manusia pertama
Adam a.s. hingga Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah diketahui oleh siapapun
dan dari kalangan mana pun kecuali melalui kitab-kitab samawi yang terdahulu.
Padahal, Nabi Muhammad SAW sendiri adalah seorang Nabi yang ummi (tidak
pandai baca tulis), lebih-lebih sebelum masa-masa kenabian dan kersulannya. Semua
informasi ini jelas-jelas termaktub dalam al-Qur'an.
3
Dr. Naqiyah Mukhtar, M.Ag.,Ulumul Qur’an,(Purwokerto:STAIN Press,2003),hlm. 180.
8
maqtha’-nya, sehingga telinga tidak pernah merasa bosan, bahkan ingin
senantiasa terus mendengarnya.
Lafazh-lafazhnya yang memenuhi setiap makna pada tempatnya. Tidak satu pun
di antara lafazh-lafazh itu yang dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada
seorang peneliti terhadap suatu tempat (dalam Al-Qur’an) menyatakan bahwa
pada tempat itu perlu tambahkan sesuatu lafazh karena ada kekurangan.
Dalam macam-macam khithab di mana berbagai golongan manusia yang berbeda
tingkat intelektualitasnya dapat memahami khithab itu sesuai dengan tingkatan
akalnya, sehingga masing-masing dari mereka memandangnya cocok dengan
tingkatan akalnya dan sesuai dengan keperluannya, baik mereka orang awam
maupun kalangan ahli.
Sifatnya yang dapat memuaskan akal dan menyenangkan perasaan. Al-Qur’an
dapat memenuhi jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan, secara sama dan
imbang.
9
Al-Qur’an menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap
alam dan segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman
kepada Allah. Ia mendorong kaum muslimin agar memikirkan makhluk-makhluk
Allah yang ada di langit dan di bumi : dirinya sendiri, bumi yang ditempatinya
dan alam yang mengitarinya.
Kekurangan aspek :
Pertama, kekalahan internal yang menyebabkan sebagian orang memandang ilmu
pengetahuan sebagai batu uji panutan, dan Al-Qur’an harus mengikuti. Oleh karena
itu mereka berusaha memantapkan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan atau
membuktikan kebenarannya berdasarkan ilmu pengetahuan, padahal Al-Qur’an
adalah Kitab Suci yang sempurna isinya dan final hakikat-hakikatnya. Sedang ilmu
pengetahuan yang sekarang selalu membatalkan apa yang telah ditetapkan kemarin.
Segala apa yang dicapainya tidak mutlak dan tidak final, karena ia terikat dengan
sarana yang berupa manusia, akal dan alatnya yang kesemuanya itu pada hakikatnya
tidak memberikan hakikat yang satu, final dan mutlak.
Kedua, kesalahpahaman terhadap watak dan fungsi Al-Qur’an. Yaitu bahwa Al-
Qur’an adalah sebuah kebenaran yang final dan mutlak, menangani pembangunan
manusia dengan cara yang sesuai, menurut kadar tabiat manusia yang nisbi, dengan
tabiat alam dan hukum ilahinya, sehingga manusia tidak akan berbenturan dengan
alam sekelilingnya. Tetapi agar ia sejalan dengan alam dan mengenali sebagian
misterinya serta dapat memanfaatkan beberapa hukumnya untuk kekhalifahannya.
10
Hukum-hukum yang disingkapnya melalui pengamatan, penyelidikan, percobaan dan
penerapan, sesuai dengan petunjuk akal yang dikaruniakan kepadanya untuk bekerja,
bukan hanya untuk menerima pengetahuan-pengetahuan material yang telah siap.
Ketiga, penakwilan terus-menerus, dengan pemaksaan, terhadap nash-nash Al-
Qur’an agar dapat digiring dan diselaraskan dengan asumsi-asumsi, teori-teori yang
tidak tetap dan labil, padahal setiap hari selalu muncul teori baru.4
Jadi menurut uraian tersebut kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran final, pasti
dan mutlak. Sedang apa yang dicapai dalam penyelidikan manusia, betapa pun
canggih alat-alat yang dipergunakannya, adalah tetap saja kebenarannya tidak final
dan tidak pasti.
4
Ibid.,hlm. 183.
11
Al-Qur’an menganjurkan untuk memiliki sifat-sifat mitsali (ideal) yang dapat
melatih jiwa dan keberagaman, seperti sabar, jujur, adil, ihsan (kebajikan), santun,
pemaaf dan tawadhu’.
Al-Qur’an menetapkan prinsip-prinsip dasar pemerintahan Islam dalam bentuk
yang paling baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada musyawarah,
persamaan, dan larangan berbuat diktator.
Al-Qur’an juga telah menetapkan perlindungan terhadap adh-dharuriyah al-
khamsah (lima macam kebutuhan primer) bagi kehidupan manusia yaitu: jiwa,
agama, kehormatan, harta benda dan akal.
Al-Qur’an juga menetapkan hukum tentang hubungan internasional,perang dan
damai, antara kaum Muslimin dengan negara tetangga atau dengan mereka yang
mengadakan perjanjian damai (mu’ahad).
1. Terpelihara Keasliannya
5
Ibid.,hlm.184-185
12
2. Dihafalkan Banyak Manusia
Al-Qur’an mampu dihafalkan oleh anak-anak yang masih sangat belia, Ibnu
Sina Hafal Al-Quran umur 5 tahun, Ibnu Khaldun Hafal Al-Quran usia 7 tahun, Imam
Syafi’I Hafal Al-Quran ketika usia 7 tahun, Imam Ath-Thabari hafal Al-Quran pada
usia 7 tahun, As-Suyuthi hafal al-Qur’an sebelum umur 8 tahun, Ibnu Hajar al-
Atsqalani hafal al-Qur’an usia 9 tahun, Ibnu Qudamah Hafal Al-Quran usia 10 tahun.
3. Keseimbangan Redaksinya
13
Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak jumlah
hari dalam setahun. Sedangkan kata hari dalam bentuk jamak (ayyam) dan
mutsanna (yaumain) hanya 30 kali sama dengan jumlah hari dalam sebulan.
Sementara itu kata yang berarti bulan (syahrun-asyhurun) hanya terdapat 12
kali, sama dengan jumlah bulan dalam setahun. 6
Observasi Edwin P. Huble melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929
menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta
berekspansi, ekspansi itu melahirkan sekitar 100 milyar galaksi yang masing-masing
rata-rata memiliki 100 bintang. Tetapi sebelumnya, bila ditarik ke belakang
kesemuanya merupakan satu gumpalan yang terdiri dari neutron. Gumpulan itulah
yang meledak dan yang dikenal dengan istilah Big Bang. Inilah agaknya yang
diisyaratkan oleh Al-Qur’an pada ayat diatas. 7
b. Tentang gunung
6
M. Quraish Shihab, mukjizat Al-Qur’an,(Bandung:Mizan,1997),hlm.140-142
7
Ibid.,hlm.171-172
14
“ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (begitulah) perbuatan Allah yang
membuat denga kokoh tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Naml:88)
Dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arabia beserta
gunung-gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya.
Sebelumnya sekitar 5 juta tahun yang lalu Jazirah Arabia bergerak memeisahkan diri
dari Afrika dan membentuk Lembah Belah yang membujur keselaan melalui deretan
danau Afrika. Itulah agaknya yang dimaksud oleh ayat-ayat diatas dengan
berjalannya gunung-gunung sebagaimana berjalannya awan.8
8
Ibid.,hlm.187-188
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
Al-Qur’an merupakan dustur tasyr’i (sistem, aturan perundang-undangan)
paripurna yang membangun kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling
tinggi dan mulia.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap para pembaca sudi
memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya
makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis, khususnya juga bagi para
pembaca. Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini mohon dimaafkan
17
DAFTAR PUSTAKA
18