Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM DAN


KEPULAUAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum

Dosen Pengampu :

Rabu, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

‘AZZAH SALSABILLA MULYAWANDIRA

231150016

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayan
g, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan r
ahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan m
akalah yang saya beri judul “Wawasan Sosial Budaya Maritim Dan Kepulauan”
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi penilaian tugas mata
kuliah hukum administrasi negara dari dosen pengampu. Selain itu, makalah ini juga
dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada saya selaku penulis dan bagi para
pembaca. Khususnya untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hukum
administrasi negara, mengingat hukum administrasi negara memiliki peran yang
sangat penting dalam mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas di Indonesia.
Saya selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Rabu, S.H., M.H. selaku dosen pengampu. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada mahasiswa lain yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya sangat terbuka terhadap kritik dan saran untuk memperkuat
kemampuan, sehingga pada tugas berikutnya dapat menulis makalah yang lebih baik
lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi saya dan pembaca.

Batam, 20 Maret 2024

Penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3

1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................3

1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................4

1.3 TUJUAN...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................5

2.1 KONSEP NEGARA MARITIM.......................................................................3

2.2 SYARAT-SYARAT MENJADI NEGARA MARITIM.....................................4

2.3 PERATURAN NEGARA MARITIM...............................................................3

2.4 KEBUDAYAAN MARITIM KHAS INDONESIA..........................................4

2.5 JENIS-JENIS TRADISI MARITIM DI INDONESIA....................................3

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan Negara Kepulauan terluas di dunia yang terdiri atas leb
ih dari 17.504 pulau dengan 13.466 pulau telah diberi nama. Sebanyak 92 pulau terlu
ar sebagai garis pangkal wilayah perairan Indonesia ke arah laut lepas telah didaftar
kan ke Perserikatan Bangsa Bangsa. Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 95.181
km dan terletak pada posisi sangat strategis antara Benua Asia dan Australia serta Sa
mudera Hindia dan Pasifik. Luas daratan mencapai sekitar 2.012.402 km 2 dan laut s
ekitar 5,8 juta km2 (75,7%), yang terdiri 2.012.392 km2 Perairan Pedalaman, 0,3 jut
a km2 Laut Teritorial, dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE).
Di negara Indonesia berdiam sebuah bangsa besar yang mendiami wilayah dan
negara kepulauan, bangsa yang multikultur yang di dalamnya ada dua kelompok kehi
dupan, yaitu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah pesisir dan kelompok mas
yarakat yang mendiami wilayah pedalaman. Secara sadar atau tidak, kedua kelompok
masyarakat ini hidup dalam sebuah ketergantungan akan laut. Semuanya itu kembali p
ada konsep hidup dan kesadaran ruang hidup yang berasal dari heterogenitas tadi. Ke
mudian dalam sejarahnya, juga tercatat antagonis hasrat untuk saling mengendalikan
dari kedua kelompok besar itu sendiri. Kelompok yang tinggal di darat berusaha untu
k mengendalikan pesisir dengan segala upaya untuk mendapatkan hasil dari laut, dan j
uga sebaliknya.
Laut adalah ajang untuk mencari kehidupan bagi kedua kelompok masyarakat.
Dari laut dapat dieksploitasi sumber daya biota dan abiota, serta banyak kegiatan kem
aritiman yang menjanjikan dan memesona. Inilah yang mendorong kedua kelompok
masyarakat itu menuju laut. Pada mulanya bertujuan mencari hidup dan mempertahan
kan hidup, pada akhirnya bertujuan mengembangkan kesejahteraan, atau dengan kata
lain membangun kejayaan dan kekayaan dari kegiatan kemaritiman.
Oleh karena itu, penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu perkemba
ngan dan kemajuan bangsa Indonesia dalam mewujudkan Indonesia sebagai Negara
Maritim yang maju.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep Negara maritim?
2. Bagaimana syarat-syarat menjadi Negara maritim?
3. Bagaimana peraturan Negara maritim?
4. Bagaimana Kebudayaan Maritim khas Indonesia?
5. Apa saja jenis-jenis tradisi maritim di Indonesia?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini, sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan konsep Negara maritim.
2. Dapat mengetahui syarat-syarat untuk menjadi Negara maritim.
3. Dapat mengetahui peraturan Negara maritim.
4. Dapat mengetahui Kebudayaan Maritim khas Indonesia.
5. Dapat mengetahui jenis-jenis tradisi maritim di Indonesia.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP NEGARA MARITIM

Pemahaman Negara Maritim, Diawali dengan Deklarasi Djoeanda pada tangg


al 13 Desember 1957, yang kemudian ditindak lanjuti dengan adanya konsep wawasa
n nusantara, UU No 4/60 tentang Perairan dan UNCLOS 1982. Isi Deklarasi "Bahwa
segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang term
asuk dalam daratan Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas dan lebarnya,
adalah bagian yang wajar dari wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan denga
n demikian merupakan bagian daripada perairan pedalaman atau perairan nasional ya
ng berada di bawah kedaulatan Negara Republik Indonesia. Penentuan batas laut 12
mil yang diukur dari garis- garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau
Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan Undang-Undang". Pada tanggal
18 Desember 1996 di Makassar dicanangkan Deklarasi Negara Maritim Indonesia, de
ngan tindak lanjut Konsep Pembangunan Negara Maritim Indonesia, Dewan Kelauta
n Nasional. Substansinya adalah menyebut Negara Kesatuan RI beserta perairan nusa
ntara, laut wilayah, zona tambahan, ZEE, dan landas kontinennya sebagai Negara Mar
itim Indonesia.

Gagasan Negara Maritim Indonesia sebagai aktualisasi wawasan nusantara untu


k memberi gerak pada pola pikir, pola sikap dan pola tindak bangsa Indonesia secara
bulat dalam aktualisasi wawasan nusantara. Pengembangan konsepsi negara maritim
Indoensia sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan bangsa kita menjadi bangsa
yang modern dan mandiri dalam teknologi kelautan dan kedirgantaraan bagi kesejaht
eraan bangsa dan negara. Bumi maritim Indonesia adalah bagian dari sistem planet bu
mi yang merupakan satu kesatuan alami antara darat dan laut di atasnya tertata secara
unik, menampilkan ciri-ciri negara dengan karakteristik sendiri yang menjadi wilayah
yurisdiksi Negara Republik Indonesia.

Pengembangan negara maritim Indonesia berlandaskan Pancasila dan UUD 194


5 karena dalam prikehidupan kebangsaan Indonesia Pancasila pada hakekatnya disus
un secara serasi dan seimbang untuk mewadahi seluruh aspirasi bangsa Indonesia. La
ndasan konsepsionalnya adalah wawasan nusantara dan ketahanan nasonal. Dengan w
awasan nusantara bangsa Indonesia memandang wilayah nusantara sebagai satu kesat
uan politik, ekonomi, social budaya dan keamanan. Pada hakekatnya negara maritim
Indonesia merupakan pengembangan dari konsepsi ketahahan nasional, maka konsep
si negara maritim Indonesia perlu dijadikan pedoman dan rangsangan serta dorongan
bagi bangsa kita dan upaya pemanfaatan dan pendayagunaan secara terpadu, terintegr
asi dan berkelanjutan.

2.2 SYARAT-SYARAT NEGARA MARITIM

Menurut Mahan, terdapat 6 syarat sebuah negara menjadi negara maritim yaitu,
lokasi geografis, karakteristik dari tanah danpantai, luas wilayah, jumlah penduduk, k
arakter penduduk, dan lembaga pemerintahan. Sedangkan, menurut Edib ada tiga syar
at untuk menjadi negara maritim sebagai berikut:
1. Kemampuan mengelola aset yang ada di wilayah perairan. Potensi sumber da
ya ikan Indonesia sangat besar.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengung
kapkan, besaran potensi hasil laut dan perikanan di Indonesia mencapai Rp3.0
00 triliun per tahun, sedangkan yang sudah dimanfaatkan Rp225 triliun atau se
kitar 7,5% saja.
2. Kemampuan mengelola akses
Indonesia memiliki letak geografis yang sangat strategis karena memilik
i akses langsung ke pasar terbesar di dunia yaitu Selat Malaka, di mana jalur in
i menempati peringkat pertama dalam jalur pelayaran kontainer global. Sekitar
45% komoditi yang diperdagangkan di dunia melewati selat tersebut.
3. Negara maritim adalah membentuk rezim maritim yang mengatur mengenai ta
ta kelola sumber daya manusia, ilmu dan teknologi serta regulasi.
Tata kelola SDM kelautan Indonesia masih lemah. Fakultas Perikanan di
Universitas Manado mencontoh kampus di Surabaya. Harusnya, di Manado bi
sa dibentuk Fakultas Sushi,ΓÇ¥ jelasnya. Dengan demikian, masyarakat akan
mendapatkan nilai lebih dari pengembangan ilmu dan tenologi di bidang kelau
tan.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan Institut Pertani
an Bogor (IPB) Rokhmin Dahuri menjelaskan, setidaknya ada empat hal yang harus d
ilakukan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan sejahter
a.
1. Melakukan penguatan dan pengembangan sektor-sektor ekonomi kelautan mel
alui aplikasi inovasi teknologi dan manajeman modern yang ramah lingkungan
untuk menghasilkan produk dan jasa kelautan yang berdaya saing secara kelan
jutan.
2. Kita harus mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru berbasis i
novasi di kawasan-kawasan sepanjang Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI),
pulau-pulau kecil, dan wilayah perbatasan guna meningkatkan peran Indonesi
a sebagai negara produsen dan pemasok produk dalam rantai suplai global,ΓÇ
¥ kata Rokhmin di Jakarta, Kamis (14/8/2014)
3. Membangun konektivitas maritim atau lebih dikenal dengan tol laut, yang terd
iridari pengembangan armada kapal penumpang dan barang, pelabuhan, indust
ry galangan dan reparasi kapal dan logistik.
4. Mengembangkan Indonesia sebagai negara pusat riset dan teknologi kelautan t
ropis, serta perubahan iklim global.
Terlepas dari pendapat para Tokoh tersebut, Indonesia harus melakukan revitalisa
si dan mengembangkan sektor perikanan tangkap, perikanan, budi daya, industri peng
olahan hasil perikanan laut, industry bioteknologi kelautan, pariwisata bahari, dan ind
ustri jasa maritim. Selain itu kita juga harus melakukan perubahan paradigma pemban
gunan nasional, dari yang /land based development /menjadi /ocean based developme
nt/. Dengan begitu seluruh kebijakan publik, infrastruktur, dan sumber daya finansial
secara terintegrasi diarahkan untuk menunjang pembangunan kelautan. Sehingga seca
ra sinergis dan proporsional dapat mengintegrasikan pembangunan sosial-ekonomi di
darat dan lautan. Dengan perubahan paradigma tersebut, maka pelabuhan dan armada
pelayaran akan semakin maju dan efisien, sehingga semua produk ekonomi dari darat
an akan lebih memiliki daya saing. Karena biaya logistik menjadi ebih murah dan keg
iatan distribusi barang menjadi semakin cepat.

2.3 PERATURAN NEGARA MARITIM

Selama ini, Indonesia pernah memiliki beberapa peraturan perundang-undangan


yang berkaitan dengan laut. Peraturan tersebut antara lain Kitab Undang-undang Huk
um Dagang/KUHD (/Wet Bock Van Koophandel/), UU No. 4 Prp Tahun 1960 tentang
Perairan Indonesia, dan UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pe
ngelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu terdapat juga UU No. 5 Tahun 1983 tentang
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, UU No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan /Unit
ed Nations Convention on the Law of the Sea /(Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa
tentang Hukum Laut), UUNo. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, serta Ordonansi Laut
Teritorial dan Lingkungan Maritim Tahun 1939.
Upaya penyusunan peraturan baru di bidang kemaritiman sebenarnya sudah pern
ah pula dilakukan oleh pemerintah. Melalui program yang dibiayai oleh Bank Dunia,
pemerintah bekerja sama dengan Universitas Indonesia pernah menyusun semacam pa
nduan terhadap pembentukan UU tentang Kemaritiman pada 1983. Program yang dise
but dengan /Maritime Legislation Project/ (MLP) ini dilaksanakan oleh ahli-ahli dari
Universitas Indonesia, dibantu oleh 8 ahli hukum maritim dari luar negeri. Laporan ak
hirnya berupa empat jilid buku yang merupakan kumpulan konsep RUU dan Keppres
di bidang maritim. Buku I tentang Pengaturan Ekonomi terdiri dari 4 RUU. Buku II t
entang Pengawakan Keselamatan terdiri atas 4 RUU. Buku III tentang Navigasi dan P
olusi terdiri dari 5 RUU. Buku IV tentang Hukum Privat Maritim berupa saran peruba
han dua kitab KUHD.
Urgensi disusunnya RUU Maritim ini semakin dirasakan dengan dikeluarkannya
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Pada Pasal 3 UU tersebut dinyataka
n bahwa otonomi daerah wilayah daerah propinsi, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1), terdiri atas wilayah darat dan wilayah laut sejauh dua belas mil laut yang di
ukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan. Dampak
nya, kewenangan daerah pun berlaku pada wilayah laut seperti disebutkan dalam pasa
l tersebut. Sayangnya, kewenangan ditanggapi berbeda oleh beberapa daerah. Sebagia
n daerah akhirnya mengklaim wilayah laut tertentu menjadi daerah kewenangannya.
Akibatnya, laut Indonesia seakan terpecah-pecah menjadi wilayah yang terpisah. Seba
gai salah satu negara dengan wilayah laut terluas di dunia, Indonesia mempunyai pote
nsi besar untuk mengolah sumber daya alam di dalamnya. Dengan aturan yang jelas d
an tegas, pemanfaatan tersebut dapat semakin optimal demi sebesar-besarnya kemakm
uran rakyat Indonesia.

2.4 KEBUDAYAAN MARITIM KHAS INDONESIA

Negara Indonesia dengan perairan lebih luas dari daratannya. Ya, inilah negara
kita, negara Indonesia yang disebut juga sebagai negara maritim. Selain disebut
sebagai negara maritim, Indonesia juga dinyatakan sebagai negara kepulauan terbesar
di dunia. Susunan-susunan pulau yang ada di Indonesia sendiri sangat unik dan
berbeda dari negara lainnya. Semua bisa terlihat ketika kita melihat dari peta negara.

2.5 JENIS-JENIS TRADISI MARITIM DI INDONESIA

Secara garis besar, Indonesia di bagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian barat,
tengah, dan timur. Dalam pembagian ini, ada beberapa wilayah yang hanya
melakukan tradisi khusus. Tradisi ini bisa disebut juga sebagai kebudayaan maritim.
Mari kita simak berikut:
1. Sasi Laut
Hukum adat yang melarang untuk mengambil ikan pada saat tertentu.
Tujuannya agar populasi dan kualitas ikan di laut mereka tetap terjaga.
Ekosistem lain di lautpun juga ikut terjaga dengan adanya jeda waktu. Tradisi
khusus ini berlaku hampir di seluruh provinsi Maluku dan Papua.
2. Petik Laut Muncar
Sebuah upacara adat yang menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan dan
memohon berkah rezeki serta keselamatan para nelayan. Kegiatan ini dilakukan
dengan cara menyiapkan perahu kecil berukuran perahu nelayan yang dibuat
seindah mungkin dan diisi berbagai macam bahan. Setelah siap, perahu ini
dihanyutkan lalu beberapa saat kemudian para nelayan mengikutinya. Upacara
adat ini akan ditemukan di Banyuwangi, Jawa Timur.
3. Pesta Sedekah Laut
Serangkaian acara adat yang digelar di daerah Jawa Tengah seperti Demak,
Yogyakarta, Cilacap, dan Tegal. Pesta Sedekah Laut atau disebut juga Larung
Laut ini diadakan setiap tahun. Kurang lebih, bentuk acara adat ini seperti hal-
nya pesta atau festival kebudayaan.
4. Pesta Laut Dadap
Acara adat yang hampir mirip dengan Pesta Sedekah Laut. Perbedaanya
terletak pada susunan acara dan kegiatan budaya yang disajikan. Budaya maritim
ini digelar di Tangerang, Provinsi Banten. Meski mirip dengan Pesta Sedekah
Laut, nuansanya sangat berbeda karena kegiatan budaya yang diadakan.
5. Nadran
Tergolong upacara adat yang juga memiliki tujuan untuk mensyukuri hasil
tangkapan ikan, mengharap peningkatan hasil laut, dan diberi keselamatan dalam
mencari nafkah dilaut. Meski memiliki tujuan yang sama dengan Petik Laut
Muncar di Banyuwangi, Jawa Timur, upacara adat ini memiliki beberapa
perbedaan. Acara adat ini digelar di daerah pesisir pantai utara jawa seperti
Subang, Indramayu, dan Cirebon.
6. Mappanretasi
sebuah festival adat suku Bugis yang selalu dilaksanakan setiap bulan April
di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Mappanretasi yang artinya memberi
makan laut ini dipimpin oleh seorang Sanro, yaitu tokoh suku Bugis yang
gelarnya diperoleh secara turun temurun dari leluhurnya. Acara ini juga
menggunakan sesaji yang cukup berbeda dengan acara budaya maritim lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
Negara maritim Indonesia pada hakekatnya merupakan pengembangan dari ko
nsepsi ketahahan nasional, maka konsepsi negara maritim Indonesia perlu dijadikan p
edoman dan rangsangan serta dorongan bagi bangsa kita dan upaya pemanfaatan dan
pendayagunaan secara terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. Dimana, Pengembanga
nnya berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Sebab, dalam prikehidupan kebangsaan
Indonesia Pancasila pada hakekatnya disusun secara serasi dan seimbang untuk mew
adahi seluruh aspirasi bangsa Indonesia. Dan yang paling penting Landasan konsepsi
onalnya adalah wawasan nusantara dan ketahanan nasonal. Dengan wawasan nusantar
a bangsa Indonesia memandang wilayah nusantara sebagai satu kesatuan politik, ekon
omi, social budaya dan keamanan.
Untuk memenuhi syarat sebagai Negara Maritim, Indonesia harus melakukan re
vitalisasi dan mengembangkan sektor perikanan tangkap, perikanan, budi daya, indust
ri pengolahan hasil perikanan laut, industry bioteknologi kelautan, pariwisata bahari,
dan industri jasa maritim. Selain itu kita juga harus melakukan perubahan paradigma
pembangunan nasional, dari yang /land based development/menjadi /ocean based dev
elopment/.
Sementara itu, konsekuensi pengakuan atas Indonesia sebagai Negara Maritim
membawa peran Indonesia sebagai negara pantai yang harus mampu mengelola wilay
ahnya bagi kelancaran navigasi internasional. Dimana, Salah satu prinsip dalam huku
m laut Internasional adalah jaminan kebebasan bemavigasi. Maka Indonesia wajib me
nentukan alur-alur tertentu bagi kelancaran navigasi tersebut, yaitu apa yang disebut s
ebagai archipelagic sea lane passage atau Alur Laut Kepulauan Indonesia.
Adapun, Peraturan Negara Maritim Indonesia antara lain Kitab Undang-undang
Hukum Dagang/KUHD (/Wet Bock Van Koophandel/), UU No. 4 Prp Tahun 1960 ten
tang Perairan Indonesia, dan UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Poko
k Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu terdapat juga UU No. 5 Tahun 1983 tenta
ng Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, UU No. 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan/U
nited Nations Convention on the Law of the Sea/(Konvensi Perserikatan Bangsa Bang
sa tentang Hukum Laut), UUNo. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, serta Ordonansi L
aut Teritorial dan Lingkungan Maritim Tahun 1939.

3.2 SARAN
Saran yang dapat diambil dengan terselesainya makalah ini yaitu agar kedepann
ya potensi laut Indonesia betul-betul dapat dimanfaatkan dengan baik. Sehingga, apa
yang menjadi cita-cita bangsa dalam mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim D
unia dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2015. Naskah Akademik. Jakarta: Forum Rektor Indonesia
2. Rustam Ismah. 2015. Tantangan ALKI dalam Mewujudkan Cita-cita Indonesia se
bagai Poros Maritim Dunia. Jurnal Indonesia Perspective. Vol 1 (1). Universitas
Mataram. Mataram
3. Pengertian Maritim Adalah,,,,Penjelasan Lengkapnya Ada di Sini - Ikan Hias Air
Tawar Laut dan Aquarium (majalahikan.com)
4. Budaya Maritim: Konsep, 7 Unsur, Hingga Contoh (beritaku.id)
5. Lampiran 1-b5.cdr (maritim.go.id)
6. Microsoft Word - 10pp021 (bphn.go.id)

Anda mungkin juga menyukai