Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SEJARAH

“PERISTIWA PERANG UHUD YANG TERJADI PADA ZAMAN


ROSULULLAH”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Pelajaran sejarah

Disusun oleh:

1. Amanda Sahara
2. Bima Setia Wijaksana
3. Intan Khoerunisa
4. Neng Ika Siamanah
5. Dela Indriani
6. Resa Agnia Tiana

X MPLB 1- E

Manajemen Perkantoran dan Layanan Bisnis

SMKS DHARMA PERTIWI

2023
BAB 1

LATAR BELAKANG PERANG UHUD

1.1 Latar belakang

Salah satu peristiwa bersejarah yang tidak dapat dilupakan umat Islam adalah
Perang Uhud. Dinamakan Perang Uhud karena tempat terjadinya pertempuran ini
berlokasi di Bukit Uhud yang memiliki ketinggian 1.000 kaki dari permukaan tanah.
Perang Uhud adalah perang kedua yang terjadi antara kaum Muslim di Madinah
dengan kaum kafir Quraisy. Perang Uhud berlangsung pada tahun 3 Hijriah atau 625
Masehi. Kaum Muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, sedangkan kaum
kafir Quraisy dipimpin Abu Sufyan. Latar belakang terjadinya Perang Uhud tidak
terlepas dari faktor kekalahan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar yang terjadi
pada tahun 2 Hijriah atau 624 Masehi. Sang pemimpin, Abu Sufyan ingin
membalaskan dendamnya atas kekalahan mereka dalam Perang Badar.

Sebelumnya, Nabi Muhammad SAW dan pasukannya mengadakan musyawarah


untuk membahas strategi Perang Uhud. Hasil musyawarah menetapkan bahwa kaum
Muslimin akan melakukan perang di luar kota Madinah demi keamanan masyarakat.
Kaum kafir Quraisy membawa lebih dari 3.000 pasukan. Mereka terdiri dari 200
pasukan berkuda, 700 pasukan kendaraan unta, dan sisanya adalah pasukan pejalan
serta pasukan pemanah. Sementara kaum Muslimin membawa kurang lebih 1.000
pasukan yang berasal dari Madinah. Dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin
Ubay berkhianat kepada kaum Muslimin. Ia keluar dari pasukan kaum Muslimin dan
membawa 300 pasukan. Alhasil pasukan gabungan yang semula berjumlah 1.000
berkurang menjadi 700 prajurit. Pasca penghianatan dari Abdullah bin Ubay,
Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum Muslimin untuk tetap fokus dan tidak
perlu memikirkan masalah tersebut.

Perang Uhud berlangsung selama kurang lebih tujuh hari. Awalnya, kaum
Muslimin mampu membuat kaum kafir Quraisy tersudut dan mundur. Ternyata
kemunduran tersebut hanya sebagai strategi tipu muslihat mereka. Kaum kafir
Quraisy kembali melakukan serangan secara mendadak sehingga kaum Muslimin
terkepung dari segala penjuru. Kaum Muslimin berusaha mempertahankan posisi dan
melindungi Nabi Muhammad SAW. Akibatnya, perang ini menimbulkan banyak
korban jiwa termasuk sahabat dan keluarga Nabi Muhammad SAW. Salah satu
pasukan yang meninggal adalah Hamzah, paman Nabi Muhammad SAW sekaligus
orang yang nyaris selalu berada di sampingnya selama perang.
BAB 2

KONDISI SEBELUM PEPERANGAN

2.2 Kondisi sebelum perang

Sebelum peperangan, pasukan muslimin telah menguasai seluruh jalur perdagangan


yang menghubungkan Makkah dengan Syam dan Irak. Mereka melakukan
pencegahan atas suku Quraisy sehingga tidak dapat melewati kedua jalur tersebut.
Jalur perdagangan yang tersisa bagi suku Quraisy adalah jalur perdagangan dari
Makkah ke Habasyah. Pada saat ini, pasukan muslimin juga menjadikan madinah
sebagai basis aman untuk kegiatan dakwah dan pangkalan militer.[4]
Di sisi lain, pasukan musyrikin dari suku Quraisy mengumpulkan laba hasil
perdagangan untuk dipakai membeli perbekalan dan senjata serta menyewa pasukan.
Pengelolaanya diserahkan kepada Abu Sufyan bin Harb. Sedangkan kaum musyrikin
di Madinah dan sekelilingnya sebagian besar mengadakan perjanjian damai dengan
pasukan muslimin di Madinah. Mereka tidak ikut dalam peperangan dan memilih
untuk menetap di pemukiman mereka.[5]
Di Madinah juga tidak ada lagi penduduk yang berasal dari kaum Yahudi. Ini
terjadi setelah pengusiran Bani Qaynuqa akibat melanggar perjanjian damai. Kaum
Yahudi di sekeliling kota Madinah memilih mengadakan perjanjian damai dengan
pasukan muslimin.[6]
Setelah genap setahun, persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tidak kurang
dari tiga ribu prajurit Quraisy bersatu dengan sekutu-sekutu mereka dan kabilah-
kabilah kecil. Para pemimpin Quraisy berpikir untuk membawa serta para wanita.
Karena hal ini dianggap bisa memompa semangat mereka. Adapun jumlah wanita
yang diikutsertakan ada lima belas orang.[7]
Hewan pengangkut dalam pasukan Makkah ini sejumlah tiga ribu unta. Penuggang
kudanya sebanyak dua ratus, yang disebar di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Pasukan yang dilengkapi dengan baju besi adalah tujuh ratus orang. Komando
tertinggi dipegang oleh Abu Sufyan bin Harb, kornandan pasukan penunggang kuda
dipimpin oleh Khalid bin Al-Walid, dengan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai
asistennya. Bendera perang sendiri diserahkan kepada Bani Abdud Dar. Setelah
persiapan dirasa cukup pasukan Mekkah bergerak menuju Madinah. Hati mereka
bergolak karena dendam kesumat dan kebencian yang ditahan sekian lama, siap
diledakkan.[7]
Al-Abbas bin Abdul Muththalib yang masih menetap di Mekkah terus memata-
mataisetiap gerak-gerik orang Quraisy dan persiapan militer mereka. Setelah pasukan
berangkat, Al-Abbas mengirim surat kilat kepada Nabi yang berisi kabar secara rinci
tentang pasukan Quraisy. Utusan Al-Abbas segera pergi untuk menyampaikan surat
tersebut dan mampu menempuh perjaıanan Mekkah dan Madinah hanya dalam waktu
tiga hari. Dia menyerahkan surat itu ketika Rasulullah SAW, saat beliau sedang
berada di Masjid Quba'.
Beliau menyuruh Ubay bin Ka'ab untuk membacakan surat itu dan memerintahkan
agar dirahasiakan. Sejurus kemudian, beliau kembali ke Madinah, lalu
memusyawarahkan permasalahannya dengan para pemuka Muhajirin dan Anshar.[7]
Madinah dalam keadaan siaga satu. Tak seorang pun lepas dari senjatanya.
Sekalipun sedang shalat, mereka tetap dalam keadaan siaga untuk menghadapi segala
kemungkinan yang bakal terjadi. Sejumlah orang Anshar, seperti Sa'ad bin
Mu'adz, Usaid bin Hudhair, dan Sa'ad bin Ubadah senantiasa menjaga Rasulullah.
Mereka selalu berada di dekat Pintu rumah beliau. Setiap Pintu gerbang Madinah
pasti dijaga oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan musuh akan menyerang
secara mendadak. Sejumlah orang muslim Iainnya bertugas memata-matai setiap
gerakan musuh. Mereka berkeliling di setiap jalur yang bisa dilalui orang-orang
musyrik untuk menyerang kaum Muslimin.[7]
Pasukan Mekkah meneruskan perjalanan dengan mengambil jalur utama ke arah
barat menuju Madinah. Ketika mereka tiba di Abwa', Hindun binti Utbah, istri Abu
Sufyan mengusulkan untuk menggali kuburan bagi Rasulullah. Namun, para
komandan pasukan Quraisy menolak usulan tersebut. Kali ini, mereka sangat hati-
hati terhadap akibat yang harus dihadapi bila mereka berbuat seperti itu. Pasukan
melanjutkan perjalanan hingga mendekati Madinah. Mereka melewati Wadi Al-Aqiq,
lalu membelok ke arah kanan hingga tiba di dekat bukit Uhud, tepatnya di lokasi
yang disebut Ainainy di sebelah utara Madinah. Pasukan Quraisy mengambil tempat
di sana pada Jumat, 6 Syawwal 3 H.[7]
BAB 3

JUMLAH PASUKAN PERANG

3.3 Jumlah pasukan perang

Pasukan muslimin berjumlah 700 orang yang terbagi menjadi


pasukan infanteri dan pasukan kavaleri. Jumlah pasukan infanteri sebanyak 650
orang. Jumlah pasukan kavaleri sebanyak 50 orang. Sedangkan pasukan musyrikin
berjumlah 3.000 orang. Sebanyak 2.900 orang berasal dari suku Quraisy dan para
sekutunya. Sedangkan 100 orang lainnya berasal dari Bani Tsaqif. Sebanyak 700
orang memakai baju besi. Pasukan musyrikin dilengkapi dengan 200 ekor kuda dan
3.000 ekor unta. Pemimpinnya adalah Abu Sufyan bin Harb. Para istri dari pemuka
suku Quraisy turut serta dalam pasukan ini. [8]

BAB 4

STRATEGI PERANG

4.4 Strategi perang


Pasukan musyrikin
Pasukan musyrikin berkumpul di perkampungan Ash-Shamghah yang berada
dekat dengan kota Madinah. Pasukan ini melepaskan unta dan kuda untuk
memakan rumput di ladang yanng dimiliki kaum Anshar. Setelahnya, perjalanan
mereka dilanjutkan ke Al-Aqiq. Mereka kemudian singgah di bagian bawah
dari gunung Uhud. Jaraknya hanya 5 mil dari kota Madinah.[9]
Pasukan musyrikin dibagi menjadi pasukan sayap kanan dan sayap kiri. Pasukan
sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sedangkan pasukan sayap kiri dipimpin
oleh Ikrimah bin Abu Jahal. Sementara panji perang dibawa oleh Thalhan bin Abi
Thalhah dari Bani Abdul Dar. Susunan pasukan dari pasukan musyrikin adalah
barisan. Keamanan barisan dilakukan oleh kavaleri dari pasukan sayap kiri dan sayap
kanan.[9]
Saat perang Uhud terjadi, pasukan Muslim berjumlah 700 orang yang dipimpin
Nabi Muhammad SAW berhasil memukul mundur 3.000 pasukan kaum kafir
Quraisy Mekkah. Nabi Muhammmad SAW menggunakan strategi perang yang
sangat jenius. Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Bukit Rumat yang dipimpin
Abdullah bin Jubair. Ibarat serangan dari udara, anak panah dari pasukan yang
dipimpin Abdullah bin Jubair berhasil memukul mundur pasukan Quraisy. "Di sini
kejeniusan Rasulullah, menempatkan 50 pemanah di Bukit Rumat, sehingga 700
orang bisa memukul 3.000 orang," kata Rusli. Padahal pada Perang Uhud, pasukan
Muslim tidak dibantu Malaikat seperti pada Perang Badar. Pasukan kafir Quraisy pun
mundur serta meninggalkan harta dan perbekalan mereka di medan perang. Nabi saat
itu memerintahkan para pemanah untuk tidak meninggalkan Bukit Rumat apapun
yang terjadi, baik dalam kondisi perang maupun kalah sampai Baginda Rasulullah
mengirimkan utusan dan menyampaikan kabar mereka boleh meninggalkan posnya.

Harta rampasan perang yang ditinggalkan kaum Quraisy mulai dari pedang, unta,
kuda, emas dan perak menjadi rebutan pasukan Muslim, melihat kondisi tersebut
juga dimanfaatkan oleh pemanah di Bukit Rumat. Sebanyak 40 pemanah turun dari
bukit hingga lupa pesan Nabi agar mereka tidak meninggalkan Bukit Rumat. Mereka
beralasan bahwa pesan tersebut berlaku saat perang, sedangkan saat ini menurut
mereka perang telah selesai karena pasukan musuh sudah dipukul mundur. Kecuali
sang komandan Abdullah bin Jubair dan 10 pemanah lainnya yang masih bertahan di
Bukit Rumat. Melihat situasi tersebut, komandan pasukan Quraisy saat itu, Khalid
bin Walid memanfaatkan keadaan membawa pasukannya berbelok dari arah
belakang pasukan Islam yang tersisa di Bukit Rumat kemudian menghunjam pasukan
Muslim dari depan dan dari belakang. Terjadi kekacauan dan pasukan Muslim kocar
kacir karena diserang dari dua arah, bahkan saling membunuh karena tidak diketahui
mana kawan mana lawan. Terjadilah kekalahan besar saat Perang Uhud. "Bahkan
kaum kafir Quraish Mekkah bikin psywar yang menyebut Muhammad sudah mati,
guna menjatuhkan mental pasukan Muslim ketika itu. Para sahabat kebingungan.
Pilihan perang adalah menang atau mati syahid," ujar Rusli. Namun, kabar wafatnya
Nabi Muhammad SAW dalam Perang Uhud dibantah para sahabat yang melihat
langsung Rasul masih hidup. Kabar ini membangkitkan kembali semangat pasukan
Islam, namun di satu sisi, Rasulullah menjadi incaran para kaum kafir Quraisy
Mekkah yang merasa saat itu mereka sudah memenangkan peperangan. Terjadilah
perang yang dahsyat, korban dari pasukan Islam pun berjatuhan.
Perang ini menggugurkan 70 sahabat Nabi Muhammad SAW termasuk tujuh
pahlawan Uhud. Salah satu dari golongan muhajirin yang wafat sekaligus merupakan
paman Nabi Muhammad SAW adalah Hamzah bin Abdul Muthalib. Bahkan, Nabi
Muhammad SAW pun terluka parah dari serangan musuh. Utbah bin Abi Waqqash
melemparkan potongan besi dan mengenai muka Nabi hingga, wajah beliau terluka
dan salah satu gigi beliau patah. Para sahabat bahkan srikandi melindungi Nabi
Muhammad SAW yang dilarikan di goa antara Jabal Uhud. Di sana, Nabi
Muhammad SAW dirawat usai Perang Uhud. Secara jumlah dan alat perang, pasukan
kaum Muslimin memang kalah dibandingkan dengan pasukan kaum kafir Quraisy.
Di samping itu, kekalahan juga disebabkan karena sebagian pasukan Muslim
menyalahi perintah Nabi Muhammad SAW sebagai panglima perang. "Kekalahan
Perang Uhud ini karena melanggar larangan Rasulullah. Perang Uhud menjadi kunci
kemenangan Muslim pada perang-perang selanjutnya, bahwa pasukan Muslim harus
mentaati larangan Rasul. Uhud juga menjadi saksi betapa gagah beraninya para
sahabat Nabi dalam berperang dan melindungi Rasul. Meski kondisinya tidak sama
lagi, Jabal Uhud, khususnya Bukit Rumat tetap menjadi magnet bagi jamaah haji
maupun kaum Muslim yang datang ke Tanah Suci, untuk menyusuri bukti kegigihan
pasukan Islam dalam menghadapi kaum kafir Quraisy. Di lokasi ini juga terdapat
Makam Syuhada Uhud tempat para sahabat Nabi yang gugur di perang Uhud
dimakamkan
BAB 5

KEKALAHAN PASUKAN MUSLIMIN

5.5 Kekalahan pasukan muslim

Kisah ini ditulis di surah Ali Imran ayat 140-179. Dalam ayat-ayat di surah Ali
Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat
141) – ujian bagi muslim mukmin dan munafik (ayat 166-167).
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang
sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus
berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145).
Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka
di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena
Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat
151)."—Ayat-ayat di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa
Muhammad dan Muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa
dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Buku 52, Nomor 276
Sebagaimana manusia biasa, wajar bila seseorang terlupa akan sesuatu. Begitu
juga pasukan yang berjaga di atas bukit Uhud. Mereka terlupa dan akhirnya turun ke
lembah untuk mengambil hak pemenang perang. Melihat banyak pasukan dari pihak
Islam yang meninggalkan pos di atas bukit, Khalid bin Walid memerintahkan
pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali dan menyerang pasukan Islam. Pos
di atas bukit direbut oleh kafirin dan pasukan Islam yang tersisa di sana dibunuh,
termasuk Hamzah paman Rasulullah.
HIKMAH DARI SEJARAH

Dalam Al-Qur`an surat ali-Imran ayat 53 fa atsābakum diterjemahkan sebagai


“mengganjar kamu” menandakan bahwa Allah masih mengasihi mereka yang
berbuat salah. Maka, kesalahan yang diperbuat kaum muslimin bisa dijadikan
pembelajaran dari Perang Uhud. Karena kemurahan hati Allah, terdengar kabar
bahwa Rasullullah tidak meninggal, melainkan hanya terluka.

Kita bisa mengambil pembelajaran dari Perang Uhud bahwa hal yang buruk
seringkali terjadi karena ketidaktaatan umat Islam kepada Allah dan perintah Rasul-
Nya.

Anda mungkin juga menyukai