Anda di halaman 1dari 3

Orang yang kafir selama tujuh puluh tahun, pasti menjadi muslim

karena mengucapkan lailahaillallah. Ini adalah ijma' (kesepakatan)


semua ulama, karena tertulis di dalam al-Quran:

‫ا‬

“Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan


mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu." (QS.
Al-Anfal: 38).

Menurut Mbah Maemun Zuber bahwa politik tidak jelas adalah


bagian dari kejelasan. Misalnya adalah Khalid bin Walid, dia sangat
memusuhi Rasulullah, dia adalah panglima orang kafir untuk
mengalahkan Rasulullah di Perang Uhud, tapi pada akhirnya dia masuk
Islam. Ada juga Wahsy bin Harb, dia adalah pembunuh Hamzah bin Abi
Thalib sahabat Nabi di Perang Uhud, tapi pada akhirnya dia juga masuk
Islam. Begitu juga Abu Sufyan yang telah memimpin orang kafir untuk
memerangi orang Islam di Perang Badar dan Perang Khandak, tapi pada
akhirnya dia juga masuk islam dan menjadi mertua Rasulullah.

Dari fakta tersebut, banyak ulama menjadi tidak tegas dalam


mengambil sikap. Bukan tidak tegas tanpa alasan, tapi tidak tegas
berdasarkan rumusan ilmu yang rinci dan mendalam. Bisa saja, sekarang
seseorang kafir. besok menjadi muslim. Bisa saja, sekarang dia fasik.
besok menjadi shalih.

Ketika Rasulullah mengambil sikap tegas kepada Wahsy


pembunuh Hamzah bin Abi Thalib, atau kepada para pembunuh sahabat
beliau lainnya, maka Allah menurunkan ayat:

"Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau
Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena
sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim." (QS. Ali Imran:
128).

Allah menegur Rasulullah bahwa bukan kewenangan beliau untuk


mengatur kesudahan orang-orang kafir, karena hanya Allah saja yang
akan menentukannya, apakah mereka diampuni ataukah diazab. Maka
dari itu, Rasulullah tidak mengambil sikap yang mungkin dianggap tidak
tegas oleh orang lain. Tapi ini adalah kearifan dan ternyata pada
akhirnya, Wahsy, Khalid bin Walid dan Abu Sufyan malah bisa masuk
Islam.

Habib Umar Hafizh mengarang kitab berjudul Taujih an-Nabih


Limardhati Rabbih (Mengarahkan Orang Sadar kepada Ridha
Tuhannya). Beliau menulis:

"Kita harus memantapkan hati kita bahwa kita adalah pelayan alam ini.
Allah mengetahui hati kita bahwa kita meyakini kemungkinan seseorang
bisa memberi syafaat di Hari Kiamat, sedangkan dia sekarang masih
kafir, lalu dia masuk Islam dan Islamnya lebih meningkat dan menjadi
sebab kamu selamat di Hari Kiamat. Hal itu mungkin terjadi."

Kita jangan pernah menyepelekan syafaat dari siapapun! Karena


bisa jadi, sekarang dia masih kafir, tapi ternyata besok dia ditakdirkan
masuk Islam dan Islamnya lebih serius daripada kita, lalu dia bisa
memberi syafaat kepadamu dan kamu menjadi selamat di Hari Kiamat.

Ini ada pada Sayyidina Umar. Pada mulanya, Umar adalah orang
yang kafir, tapi kemudian Allah memberinya hidayah masuk Islam, dan
di hari itu juga kualitas keislaman Umar mengalahkan keislaman orang
lain.

Pada waktu itu, Islam sudah dipeluk oleh beberapa sahabat, di


antaranya adalah Abu Bakar, Bilal, Amar dan Shuhaib. Rasulullah
sering kali di bully orang-orang kafir, sedangkan para sahabat juga
dibully dan disiksa, tapi hati mereka tetap lembut dan sabar. Jika hal ini
dibiarkan terus, maka akan berbahaya. Rasulullah melihat Umar sebagai
petarung yang handal dan sering memenangkan hadiah di pasar-pasar,
maka beliau berdoa agar ada orang yang menguatkan Islam.
‫اللهم اعز االسالم بعمر‬

"Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar:"

Lalu, setelah berselang dua hari setelah Nabi berdoa, Umar masuk
Islam. Maka, selamatlah lslam dari bully-an dan siksaan. Ketika pertama
kali Umar masuk Islam, beliau langsung berkeliling ke tempat-tempat
orang kafir dan berkata:"Kalau kamu mengganggu umat Islam, kamu
akan kubunuh" Maka, orang kafir menjadi takut dan bersembunyi.

Islam menjadi jaya sejak Umar masuk Islam. Rasulullah pernah


berkata bahwa dalam sehari Umar masuk lslam, keimanan separuh umat
Islam di dunia masih kalah dibandingkan keimanan Umar.

Anda mungkin juga menyukai