Anda di halaman 1dari 6

Mengenang Sejarah Perjuangan Umat

Islam di Bulan Syawal

Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wabarakatuh

Innalhamdalillahi nahmaduhu wa nasta'inuhu wa nastagfiruhu wa


na'udzu billahi min suruuri anfusinaa wa min sayyiaati a'malina,
mayyahdillahu fala mudhillalah wa man yudhlilhu falaa hadiyalah.
Ashhadu alla ilaha illallah wahdahula syarikalah wa ashhadu anna
Muhammadan Abduhu wa rasuluhu.

Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wa


shohbihi wa man tabiahum bi ihsaani ila yaomiddin. Amma ba'du.

Qoolallahu ta'ala: Audzubillahimina syaithoonirrajiim. Yaa


ayyuhalladzina aamanuttaqullaha haqqo tuqootihi wa laa
tamuutunna illa wa antum muslimuun.

Yaa ayyuhalladzina aamanuutaqullaha wa quuluu qaulan sadiidaa.


Yuslih lakum wa 'amaalukum wa yaghfirlakum dzunubakum wa man
yuthi'illaha wa rasuulahu faqod faaza fauzan 'adziimaa.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah


Puji syukur alhamdulillah merupakan kata kunci pertama yang harus
kita tanamkan dalam lubuk hati dan lisan kita semua atas segala
nikmat dan karunia yang Allah berikan, khususnya nikmat iman dan
nikmat sehat, sehingga kita bisa terus istiqamah dalam mengerjakan
ibadah wajib satu pekan satu kali ini, yaitu shalat Jumat. Semoga
ibadah yang kita lakukan menjadi ibadah yang diterima oleh-Nya.
Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad saw beserta para sahabat dan pengikutnya. Selanjutnya,
melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib
sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada
pelaksanaan shalat Jumat ini, untuk terus berusaha dan berupaya
dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.
Karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba
yang selamat di dunia dengan karunia-Nya, dan selamat di akhirat
dengan rahmat-Nya. Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang
dirahmati Allah Bulan Syawal menjadi saksi sejarah yang sangat
fenomenal bagi kaum muslimin pada masa-masa awal kedatangan
Islam. Pada saat itu, Islam sebagai agama yang asing bagi masyarakat
Arab tentu mendapatkan banyak ancaman, hinaan, dan cemooh dari
orang-orang yang tidak senang dengan ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah tersebut. Orang-orang kafir Quraisy terus mengancam
orang-orang yang mengikuti nabi. Mereka dimusuhi, dikhianati, dan
dianggap asing keberadaannya, bahkan terkadang orang-orang
Quraisy tidak segan-segan untuk membunuh kaum muslimin. Namun
dengan kesabaran, ketabahan, dan keimanan yang kuat, umat Islam
bisa menjalani semua itu dengan ikhlas. Berkaitan dengan hal ini,
Allah swt menegaskan dalam firman-Nya, yaitu:
Wallażīna jāhadụ fīnā lanahdiyannahum subulanā, wa innallāha
lama'al-muḥsinīn Artinya, “Dan orang-orang yang berjihad untuk
(mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang
berbuat baik.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 69).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Berikut ini merupakan sejarah-sejarah perjuangan kaum muslimin
dalam mempertahankan ajaran Islam yang patut kita renungi
bersama, untuk bisa menjadi hamba yang terus berusaha
meningkatkan takwa dan iman kepada Allah swt. Pertama, Perang
Uhud. Imam Ibnu Katsir dalam salah satu karyanya, Sirah Nabawiyah
li Ibn Katsir, mengatakan bahwa setelah umat Islam menunaikan
puasa Ramadhan, mereka mendapati tantangan perang dari orang-
orang Quraisy disebabkan rasa dendam mereka karena terbunuhnya
saudara mereka dalam perang Badar. Pimpinan Quraisy mengajak
rakyatnya untuk menuntut balas kekalahannya. Ini terjadi tepat pada
bulan Syawal tahun ketiga Hijriyah. Dalam perang ini, pasukan umat
Islam terdiri dari 1.000 orang yang dipimpin oleh Rasulullah dengan
disertai dua tentara kavaleri, dan 100 pasukan mengenakan baju
besi. Nabi juga mengutus tiga panglimanya, yaitu Mush’ab bin Umair,
Usaid bin Hudhair, dan Hubab bin Munzir. Sementara pasukan orang
Quraisy terdiri dari 3.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan,
dengan disertai 100 tentara kavaleri dan 700 pasukan mengenakan
baju besi. Alhasil, dalam perang ini mereka benar-benar membalas
kekalahan mereka. Umat Islam dipukul mundur dan akhirnya kalah.
Kedua, Perang Khandaq (Parit). Tepat pada tahun kelima Hijriyah di
bulan Syawal, umat Islam kembali mendapatkan tantangan perang,
yaitu Perang Khandaq. Perang ini diikuti oleh 3.000 personel umat
Islam melawan koalisi kaum kafir dengan kekuatan 10.000 personel,
yang terdiri dari koalisi orang kafir Makkah, kaum Yahudi, orang-
orang Quraisy, dan beberapa kelompok konspirasi. Terjadinya perang
Khandaq disebabkan seruan orang-orang Yahudi kepada beberapa
kelompok dan pembesar suatu suku. Mereka sangat emosi dan
merasa sangat terhina ketika melihat kaum Muslimin semakin luar
biasa dan semakin luas dalam menyebarkan agama Islam, mereka
juga iri ketika melihat keuntungan yang selalu diraih kaum muslimin.
Kaum Yahudi mulai membangun strategi, dengan cara melakukan
konspirasi baru untuk mengumpulkan pasukan yang banyak, guna
menyerang kaum Muslimin. Rencana jahat itu terdengar oleh kaum
Muslimin, dan disampaikan kepada Rasulullah, kemudian ia
mengajak para sahabat untuk bermusyawarah. Dalam musyawarah
itu, Salman al-Farisi menawarkan sebuah gagasan cemerlang. Ia
mengusulkan agar umat Islam menggali parit di wilayah utara Kota
Madinah, yaitu daerah yang bisa menghubungkan antara kedua
ujung daerah Harran Waqim dan Harrah al-Wabrah, daerah ini juga
merupakan satu-satunya jalan terbuka di hadapan pasukan musuh.
Sementara sisi lainnya sudah menjadi benteng, karena terdapat
gunung-gunung tinggi, yang dipenuhi pohon kecil, dan dikelilingi
pohon-pohon kurma, sehingga bisa menyulitkan unta dan pejalan
kaki untuk melewatinya. Strategi ini diterima Rasulullah beserta para
sahabat yang lain, mengingat jumlah pasukan tentara musuh yang
begitu besar. Dengan strategi cemerlang seorang Salman al-Farisi,
persatuan dan kekompakan umat Islam, akhirnya mereka menuai
kemenangan. Ketiga, Perang Hunain. Tidak berselang lama dari
terjadinya perang Khandaq, umat Islam kembali mendapatkan
tantangan untuk kembali berperang, yaitu perang Hunain, tepatnya
pada bulan Syawal tahun 8 Hijriah. Perang ini diikuti oleh 12.000
personel, terdiri dari 10.000 penduduk kota Madinah, dan 2.000 dari
kota Makkah. Sementara pasukan musuh terdiri dari 20.000 personel.
Pada awal peperangan, umat Islam berhasil dipukul mundur oleh
pasukan kafir. Strategi musuh yang diprakarsai oleh Malik bin ‘Auf
cukup ampuh untuk membuat pasukan Islam lari tunggang-langgang
dan terpecah di lembah Hunain. Namun akhirnya, Rasulullah
memanggil pasukan umat Islam untuk mundur, dan menyampaikan
kabar gembira bahwa Allah akan memberikan kemenangan pada
umat Islam dalam perang ini. Perang kembali meledak, semangat
pasukan umat Islam kembali memuncak, tak ada yang bisa
menghalangi mereka untuk meraih kemenangan, hingga pada
akhirnya kemenangan bisa mereka dapatkan. Ma’asyiral Muslimin
jamaah Jumat yang dirahmati Allah Itulah beberapa sejarah
perjuangan umat Islam yang terjadi pada bulan Syawal yang harus
kita renungi bersama. Jika pada bulan Ramadhan umat Islam
terdahulu berupaya untuk menunaikan ibadah wajib berupa puasa,
maka di bulan Syawal mereka harus siap mempertahankan
aqidahnya. Upaya mereka dalam mempertahankan Islam tidak
semudah mempertahankan Islam seperti kita saat ini. Karenanya,
mari kita semua bersyukur kepada Allah swt atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Kemenangan
umat Islam dalam beberapa peperangan di atas merupakan salah
satu konsekuensi dari janji Allah, bahwa siapa saja yang menolong
agama-Nya akan Allah berikan pertolongan, sebagaimana ditegaskan
dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 7, Dia berfirman:
Yā ayyuhallażīna āmanū in tanṣurullāha yanṣurkum wa yuṡabbit
aqdāmakum
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.”
Demikian khutbah Jumat perihal mengenang sejarah perjuangan
umat Islam di bulan Syawal. Semoga bisa membawa manfaat dan
keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang
istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

KHUTBAH 2
ʾalḥamdu lilhi ḥamdáʾ kamaʾ ʾˈaamara. ʾˈaašhadu ʾˈaan laʾʾilaha ʾillaʾ
ʾallh waḥdahu laʾ šariyka lahu، ʾilahú lam yazal ʿalaỳ kulii šay'í
wakiyláʾ. waʾˈaašhadu ʾˈaanna muḥammadáʾ ʿabduhu warasuwluhu
waḥabiybuhu waẖaliyluhu، ʾˈaakrami ʾalʾˈaawwaliyna waʾalʾ
ˈaaẖiriyna، ʾalmabʿuwṯi raḥmaẗá lilʿaʾalamiyna. ʾallhm ṣalii wasaliim
ʿalaỳ sayiidinaʾ muḥammadí waʿalỳa ʾˈaalihi waʾˈaaṣḥaʾbihi waman
kaʾna lahum mina ʾalttaʾbiʿiyna، ṣalaʾẗá daʾʾimaẗá bidawaʾmi
ʾalssamawaʾti waʾalʾˈaarḍiyna. ʾˈaammaʾ baʿdu: fayaʾ ʾˈaayyuhaʾ
ʾalḥaʾḍiruwna ʾttaquwʾ ʾalllaha ḥaqqa tuqaʾtihi waḏaruwʾ ʾalfawaʾḥiša
maʾ ẓahara minhaʾ wamaʾ baṭana. waḥaʾfiẓuwʾ ʿalaỳ ʾalṭṭaʾʿaẗi
waḥuḍuwri ʾalǧumʿaẗi waʾalǧamaʾʿaẗi waʾalṣṣawmi waǧamiyʿi ʾalmaʾ
ˈamuwraʾti waʾalwaʾǧibaʾti. waʾʿlamuwʾ ʾˈaanna ʾallha ʾˈaamarakum biʾ
ˈaamrí badaʾˈaa binafsihi. waṯanaỳ bimalaʾʾikaẗi ʾalmusabiiḥaẗi
biqudsihi. ʾiinna ʾalllaha wamalʾʾikatahu yuṣalluwna ʿalaỳ ʾalnnabiyyi
yaʾ ʾˈaayyuhaʾ ʾallaḏiyna ʾâmanuwʾ ṣalluwʾ ʿalayhi wasallimuwʾ
tasliymʾá ʾallhm ṣalii ʿalaỳ sayiidinaʾ muḥammadí waʿalaỳ ʾˈaali
sayiidinaʾ muḥammadí kamaʾ ṣallayta ʿalaỳ sayiidinaʾ ʾibraʾhiyma
waʿalaỳ ʾˈaali sayiidinaʾ ʾibraʾhiyma wabaʾrik ʿalaỳ ʾibraʾhiyma waʿalaỳ ʾ
ˈaali sayiidinaʾ muḥammadí kamaʾ baʾrakta ʿalaỳ sayiidinaʾ ʾibraʾhiyma
waʿalaỳ ʾˈaali sayiidinaʾ ʾibraʾhiyma fiy ʾalʿaʾalamiyna ʾinnaka ḥamiydú
maǧiydú. ʾallhm ʾġfir lilmuslimiyna waʾalmuslimaʾti waʾalmuʾminiyna
waʾalmuʾminaʾti ʾalʾˈaaḥyaʾ'i minhum wiʾalʾˈaamwaʾti. ʾallhm ʾdfaʿ
ʿannaʾ ʾalbalaʾ'a waʾalġalaʾ'a waʾalwabaʾ'a waʾalfaḥšaʾ'a waʾalmunkara
waʾalbaġya waʾalssuyuwfa ʾalmuẖtalifaẗa waʾalššadaʾʾida
waʾalmiḥana، maʾ ẓahara minhaʾ wamaʾ baṭana، min baladinaʾ haḏaʾ
ẖaʾṣaẗá wamin buldaʾni ʾalmuslimiyna ʿaʾmaẗá، ʾinnaka ʿalaỳ kulii šay'í
qadiyrú. ʿibaʾda ʾallhi، ʾinna ʾallha yaʾˈamurukum biʾalʿadli
waʾalʾiḥsaʾni waʾiytaʾ'i ḏiy ʾalqurbaỳ wayanhaỳ ʿani ʾalfaḥšaʾ'i
waʾalmunkari waʾalbaġyi، yaʿiẓukum laʿallakum taḏakkaruwna.
faʾḏkuruwʾ ʾallha ʾalʿaẓiyma yaḏkurukum walaḏikru ʾallhi ʾˈaakbaru

Anda mungkin juga menyukai