Anda di halaman 1dari 21

H.

MAS’OED ABIDIN

MEMPERINGATI MAULID NABI SAW


Oleh: H.Mas’oed Abidin*

َ َ ّ َ َّ َ ْ َ
‫شيًرا‬ ‫ب‬
ِ َ ِ ّ‫س‬ ‫ا‬ ‫لن‬ِ ‫ل‬ ‫ة‬
ً ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ل‬ ‫سلنَاك ِإ‬ َ ‫ما أْر‬َ َ‫و‬
‫ن‬
َ ‫مو‬ َُ ‫ن أَكْثََر النَّاس َل يَعْل‬ َّ ِ ‫وَنَذِيًرا وَلَك‬
ِ
“Dan kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan
kepada segenap ummat manusia, sebagai pembawa berita
dan pemberi peringatan. Tetapi kebanyakan manusia tidak
rnengetahui.” (Q.S. Saba’: 28)
NAPAK TILAS KEHIDUPAN RASULULLAH ATAU SIRAH
NABAWIYAH.
“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaum-mu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang
terhadap orang-orang mukmin.” (Q.S. At Taubah: 128)
Muhammad Rasulullah saw. dilahirkan di tengah-
tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah el Mukarramah
di bulan Rabi’ul Awwal (musim bunga), pada hari
Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal permulaan tahun
dalam peristiwa gajah (al fiil); bertepatan dengan
tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M, dan empat puluh
tahun setelah berkuasanya Kisra Anusyirwan di Parsi.
Walaupun ada juga sebagian ulama tarikh yang
berpendapat bahwa beliau lahir pada subuh pagi Senin
tanggal 9 Rabi’ul Awwal tahun Fil pertama. 1
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

Beliau lahir diberi nama Muhammad (yang


terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), ibunya
Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya
dipanggil Abdul Muthallib yang namanya adalah
Syaibah (orang tua yang bijaksana).
Sementara bidan yang membantu ibunya
melahirkan bernama Asy-Syifa’ (yang sempurna dan
sehat) yang adalah ibu dari sahabat Abdurrahman bin
‘Auf R.Anhu.
Perempuan yang menyusukan Muhammad adalah
Halimah As-Sa’diyah (yang lapang dada dan mujur).
Semua nama-nama itu, sungguh telah
mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan Nabi
Muhammad SAW yang dipilihkan oleh Allah Azza wa
Jalla. Makna nama-nama tersebut menurut para Ulama
memiliki kaitan yang erat dengan keperibadian Nabi
Muhammad SAW.
NASAB MUHAMMAD SAW
Keluarga Muhammad lazim disebut Bani Hasyim,
yang dinisbatkan kepada Hasyim bin Abdi Manaf.. Di
dalam tarikh (family tree), nasabnya amat jelas.
MUHAMMAD bin Abdullah bin Abdul Muthalib
(Syaibah) bin HASYIM (al Amru) bin Abdi Manaf
(Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah
bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin FIHR (yang
berlaqab Quraisy) bin Malik bin Nadhar bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mu’id bin Adnan.2
Dari Adnan juga dicatatkan oleh tarikh sebagai
berikut, Adnan bin Ibnu Ad bin Humaisa’ bin
H. MAS’OED ABIDIN

Salaman bin Aush bin Basuz bin Qumwal bin Ubay


bin Awwam bin Nasyid bin Haza bin Baldaz bin
Yadlaf bin Thabikh bin Jahim bin Naisy bin Makhi
bin Iyadl bin Abqar bin Ubaid bin Ad Da’a bin
Hamdan bin Sunbur bin Yatsribi bin Yahzam bin
Yalhan bin Ar’awa bin Iyadh bin Disyan bin Aishir
bin Afnad bin Aiham bin Maqshar bin Nahits bin
Zarah bin Sama bin Maza bin Audhah bin Iram bin
Qidar bin ISMAIL bin IBRAHIM Khalilullah AS.3
MASA REMAJA DAN DEWASA
Pada awal masa remajanya, Rasulullah SAW biasa
mengembala kambing di kalangan Bani Sa’ad. Pada
usia dua puluh lima tahun, seorang saudagar kaya
bernama Khadijah binti Khuwaylid al As’ad telah
mendengar tentang kejujuran, kredibilitas dan
kemuliaan akhlaq Muhammad. Siti Khadijah telah
mengirim utusannya kepada pemuda Muhammad bin
Abdullah, menawarkan kepadanya berkenan berangkat
ke Syam (Syria) untuk menjalankan barang
dagangannya.
Beliau menerima tawaran itu, dan kemudian
berangkat ke Syam membawa barang dagangan milik
pengusaha perempuan Khadijah binti Khuwaylid
dengan disertai Maisarah.
Dua bulan sepulang beliau dari negeri Syam,
Khadijah meminang Muhammad SAW melalui
sahabatnya Nafisah binti Munyah. Muhammad SAW
menerima tawaran ini dan menikah dengan Siti
Khadijah, dengan maharnya menurut riwayat dua
puluh ekor onta muda.
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

Putra-putri Muhammad SAW, dilahirkan dari rahim


Siti Khadijah r.a., adalah Al-Qasim, kemudian Zainab,
Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah
yang bergelar Ath-Thayyib dan Ath-Thair. Semua putra
beliau meninggal selagi masih kecil.
Semua putri beliau sempat menjumpai Islam, dan
masuk Islam serta ikut berhijrah ke Madinah. Mereka
semua meninggal dunia selagi Rasulullah SAW masih
hidup, kecuali Fathimah. Fathimah meninggal dunia
selang enam bulan sepeninggalan beliau.
Ada juga anak Muhammad SAW bernama Ibrahim
yang lahir dari isteri beliau Maria Al Qibthiyah,
seorang isteri yang beliau nikahi sebagai tanda
persahabatan dengan Muqauqis dari Mesir, ketika
Muhammad telah diangkat menjadi Rasulullah SAW.
NUBUWWAH DAN RISALAH SERTA PERINTAH DAKWAH
Di saat Umur Rasulullah SAW genap empat puluh
tahun, suatu awal kematangan, mulailah tampak-
tampak tanda-tanda nubuwwah pada diri beliau. Di
antara tanda-tanda itu adalah mimpi hakiki. Selama
enam bulan mimpi yang beliau alami itu hanya
menyerupai fajar subuh yang menyingsing. Mimpi
ini termasuk salah satu bagian dari empat puluh enam
bagian dari nubuwwah. Akhimya pada bulan
Ramadhan pada tahun ketiga dari masa pengasingan
di gua Hira, Allah berkehendak untuk melimpahkan
rahmat-Nya kepada penghuni bumi, memuliakan beliau
dengan nubuwwah dan menurunkan Malaikat Jibril
kepada beliau sambil membawa ayat-ayat Al Qur’an (Al
‘Alaq: 1- 5). Hal ini juga disebutkan oleh Imam Ibnu
H. MAS’OED ABIDIN

Hajar Al Asqalani dalam kitabnya Fathul Bary.


Kemudian turunlah wahyu Ilahi yang memuat
pesan-pesan untuk melaksanakan Dakwah kepada
Allah SWT, seperti dalam surat Al Muddatstsir ayat 1-7.
Sungguh dalam makna terkandung dalam ayat ini.
Di antaranya berisi peringatan agar tidak
melanggar apa yang telah diperintahkan atau telah
dilarang oleh Allah SWT, sebab akan berakibat ditimpa
azab yang sangat pedih dan dahsyat. Di dalamnya juga
terdapat perintah untuk mengagungkan Rabb, Allah
SWT Yang Maha Agung. Juga mengingatkan agar
menjauhi sikap sombong, yang dapat menyeretnya ke
dalam kehancuran dan murka Allah.
Wahyu Allah SWT dimaksud juga mengandung
perintah untuk membersihkan pakaian dan
meninggalkan perbuatan dosa, agar kesucian lahir
batin benar-benar tercapai, sehingga mendapatkan
pancaran cahaya Ilahi yang penuh dengan hidayah
Allah SWT. Muhammad SAW diperintahkan untuk
menggerakkan Dakwah dan amal Islamiyah dengan
selalu sabar dan tabah, memulainya dari keluarganya
terdekat (wa andzir ‘asyiratakal aqrabiin), dengan
terus meminta pertolongan dan perlindungan serta
memohon hidayah, taufiq dan ridho-Nya.
Setelah mendapatkan perintah ini, Muhammad
Rasulullah SAW bangkit mendakwahkan tauhid, dan
selama dua puluh lima tahun beliau tidak pernah
istirahat dan berdiam diri. Beliau tidak pernah
mengeluh apalagi berputus asa dalam melaksanakan
misi dakwah ini. Diajaknya umat dengan lembut dan
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

penuh perhatian. Disampaikannya wahyu Allah penuh


hikmah, bil mau’dzatil hasanah. Dihadapinya persoalan
keumatan dengan bersama menghidupkan « alika bil
jamaah », kebersamaan dan sinerji (silaturahim).
WAFATNYA RASULULLAH SAW.
Pada detik-detik terakhir dari hidup Rasulullah
SAW, beliau masih sempat bersiwak yang dilakukan
oleh Abdurrahman bin Abu Bakar. Di dekat
pembaringan beliau tersedia bejana berisi air. Beliau
celupkan kedua tangan kedalam bejana berisi air lalu
mengusapkan ke wajah sambil bersabda, “Tiada
Tuhan selain Allah. Sungguh kematian itu ada
sekaratnya.”
Seusai bersiwak, beliau mengangkat tangan dan
mengarahkan pandangan ke langit-langit rumah dan
bibir beliau bergerak-gerak. Sayyidah Aisyah masih
sempat mendengar sabda beliau saat itu. Beliau
bersabda, “bersama orang yang Engkau beri
nikmat atas mereka para Nabi, Shiddiqin,
Syuhada dan Sholihin. Ya Allah, ampunilah
dosaku, dan rahmatilah aku. Pertemukan aku
dengan kekasih Yang Maha Tinggi, Ya Allah,
kekasih Yang Maha Tinggi.”
Kalimat yang terakhir ini diulangi hingga tiga kali
yang disusul dengan tangan beliau yang melemah.
“Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’uun.” Beliau telah
berpulang kepada kekasih Yang Maha Tinggi. Hal ini
terjadi selagi waktu dhuha sudah terasa panas, pada
hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal 11 H, dalam usia
enam puluh tiga tahun lebih empat hari.
H. MAS’OED ABIDIN

TRADISI PERINGATAN MAULID NABI SAW


Tradisi perayaan Mulid yang diselenggarakan di
hampir semua masyarakat muslim sekarang ini bukan
satu warisan dari Nabi Muhammad SAW sejak masa
hayatnya. Peringatan ini, keputusan bijak ditetapkan
Sultan Shalahuddin al Ayyubi yang memerintah Mesir
dan Syiria pada tahun-tahun 564 – 589 M/1169-1193 H.
Berbagai pendapat telah berkembang tentang
kebolehan, keutamaan, dan hikmah, bahkan
penolakan, terhadap diadakannya peringatan Maulid
Nabi SAW ini.4
Ada hal terpenting dalam peringatan Maulid Nabi,
di antaranya memperkokoh keimanan kepada Allah
dan Rasul SAW, melalui menanamkan pada diri
generasi kecintaan kepada Nabi SAW, yang
melahirkan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah
dengan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. Sehingga
suri tauladan kehidupan (uswah hasanah)
Muhammad SAW dapat diserap dalam pikiran dan
perilaku mereka.
Untuk mengetahui lebih dalam sejarah tauladan
Rasulullah dan para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum,
tentulah diperlukan bahan referensi dalam
mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah
dan Sunnah Rasulullah SAW ini. Rasulullah SAW pernah
berpesan bahwa dua pusaka abadi yang beliau
wariskan kepada ummatnya adalah Al Qur’an dan
Sunnah Rasulullah SAW.
Tradisi memperingati Maulid Nabi semestinya
dirakit menjadi sebuah tradisi Islami yang sangat
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

bermanfaat bagi kaum muslimin. Dalam acara-acara


peringatan Maulid Nabi dapat didengarkan dan
dihayati suri tauladan kehidupan Rasulullah.
Memperingati Maulid (kelahiran) Nabi
Muhammad SAW, bermakna secara sadar
menelusuri pekerti agung seorang terpilih. Jelas
nasabnya, jujur, amanah, baik pekertinya,
penyantun dan pemaaf (pengakuan Ja’far bin Abi
Thalib dihadapan Raja Najasyi), sebagai uswah
hasanah (suri teladan baik), bagi setiap mukmin
yang percaya kepada Allah dan hari akhir
(QS.33,al-Ahzab:21), karena beliau diutus
menjadi rahmat bagi seluruh alam (QS.21,al-
Anbiya’:107).
Muhammad SAW, adalah seorang yang istimewa.
Dia adalah Rasul Allah, pilihan diantara banyak rasul
sebelumnya (QS.3,Ali Imran:144). Bahkan, menjadi
penutup Nabi-Nabi (QS.33,al-Ahzab:40).

‫ة‬
ٌ َ ‫سن‬ ‫ح‬ ٌ ‫ة‬ ‫سو‬ُ ‫لََقد كَان لَك ُم في رسول اللَّه أ‬
َ َ َ ْ ِ ِ ُ َ ِ ْ َ ْ
َ َ
َ ّ ‫خَر وَذ َكََر الل‬
‫ه‬ ِ ‫م اْل‬ َ ْ‫ه وَالْيَو‬
َ ّ ‫جو الل‬ َ ‫ن كَا‬
ُ ‫ن يَْر‬ ْ ‫م‬َ ِ‫ل‬
‫كَثِيًرا‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW itu
suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allalt (zikrullah). (Q.S. Al
Ahzab: 21)
H. MAS’OED ABIDIN

Makna hakiki dari memperingati Maulid Nabi SAW


haruslah diinsyafi bukan sekedar seremonial
keagamaan semata, namun hendaklah ditujukan
kearah intropeksi total diri sendiri, guna meningkatkan
kualitas hidup beragama, beribadah, dan
bermasyarakat.
REFLEKSI PERINGATAN MAULID, MENELADANI RASULULLAH
SAW
Salah satu refleksi peringatan maulid adalah
mengambil keteladanan Nabi Muhammad SAW yang
telah mengeluarkan ummat manusia dan lembah
kemiskinan harta, kemiskinan ilmu, kemelaratan
mental (akhlak) maupun spritual (hakekat uluhiyah
dan rububiyah), serta kemiskinan komunikasi
(ukhuwwah).
Muhammad SAW mengentaskan ummat dari
kemiskinan harta dengan memacu kepada usaha
individu dengan memberi bibit untuk ditanam bukan
menyediakan nasi untuk dimakan.
Petunjuk yang tersirat dalam beberapa sabda
Rasulullah SAW. Di antaranya: Bekerjalah kamu untuk
duniamu seakan-akan-akan hidup selamanya dan
berusahalah kamu untuk akhiratmu seakan-akan
kamu akan mati esok hari. (H.R. Ibnu ‘Asakir)
Dalam kehidupannya Rasulullah telah memberi
contoh, tidak pernah menolak pengemis yang datang
ke rumahnya. Bahkan sering para pengemis diberi bibit
kurma untuk ditanam sehingga sang pengemis dapat
memberi makan anak cucunya. Rasulullah SAW sangat
menghargai makna sebuah kerja. Etos kerja Islam
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

merupakan manifestasi kepercayaan muslim yang


memiliki kaitan dengan tujuan hidup yang hakiki, yaitu
ridha Allah SWT dalam meraih prestasi di Dunia dan
Akhirat.
Nabi Muhammad SAW mendorong ummat
agar tidak miskin ilmu. Beberapa pesan Rasulullah
SAW mengingatkan, "Barangsiapa yang menginginkan
dunia haruslah dengan ilmu, dan barang siapa yajig
menginginkan akhirat haruslah dengan ilmu, dan
barang siapa yang menginginkan kedua-keduanya
haruslah dengan ilmu". (H.R. Muttafaqun ‘Alaih). Di
atas semua itu, dengan ilmu yang diredhai Allah maka
seseorang dianggap sebagai pewaris Nabi, dan dengan
ilmu kebahagiaan di dunia akhirat dapat di raih.
Nabi Muhammad Saw mendorong agar
manusia tidak menjadi miskin mental. Apabila jiwa
atau mental sehat, memancar bayangan kesehatan itu
pada perilaku kehidupan sehari-hari. Risalah Islamiyah
adalah suatu anugerah bagi ummat manusia. Nabi
Muhammad SAW telah berhasil membawa masyarakat
jahiliyah yang miskin mental menjadi masyarakat yang
luhur, berakhlak. memiliki sopan santun dan tata
krama dalam pergaulan dan penuh peradaban, dengan
menghidupkan empat sikap utama.
Pertama, Syaja‘ah artinya berani pada kebenaran
dan takut pada kesalahan dan dosa. Selanjutnya, Iffah
artinya pandai menjaga kehormatan diri lahiriah dan
batiniyah. Kemudian, Hikmah artinya tahu rahasia diri
dan pengalaman hidup, dan terakhir adalah ‘Adalah
artinya adil walaupun pada diri sendiri.
Muhammad SAW adalah figur teladan yang mesti
H. MAS’OED ABIDIN

diidolakan kaum muslimin. Setiap langkahnya selalu


dibawah kontrol Ilahi. Tindakan dan ucapannya adalah
mutiara berharga, menjadi landasan pemebentukan
akhlak ummatnya dalam berbuat dan menjadi hukum
yang ditaati.
Tiada seorangpun yang dapat meragukan
keagungan peribadi Rasulullah SAW. Keperibadiannya
menjadi contoh teladan dalam segala hal. Rasulullah
sebagai seorang suami yang teladan, sebagai ayah
teladan, sebagai guru teladan, sebagai tokoh teladan,
sebagai abli strategi teladan, sebagai ahli ekonomi
teladan, sebagai pejuang hak-bak asasi manusia
teladan, dan sebagai kepala negara yang teladan.
Keteladanan Muhammad SAW mampu mereformasi
sistem dan tatanan yang ada, ke arah yang lebih baik
dan tujuan yang mulia, yakni baldatun thayyibatun
wa rabbun ghafuur (negeri yanq makmur dan penuh
ampunan Tuhan).
Nilai-nilai keteladanan tersebut hendaknya
menjadi warisan yang paling berharga bagi kita ummat
manusia, tanpa terkecuali. Setiap langkah yang kita
ayunkan, setiap nawaitu yang kita bulatkan, setiap
pernyataan yang kita ikrarkan dan setiap perbuatan
yang kita lakukan merupakan cerminan dan
keteladanan RasululIah saw. yang mesti diterapkan
dalam kehidupan.
Maka dalam upaya mengikuti ajaran beliau,
semestinya sifat beliau menjadi jatidiri seorang
muslim. Di antara sifat mulia yang beliau miliki adalah
sifat shiddiq, sehingga Rasulullah SAW. diberi gelar Al
Amin (orang yang dapat dipercaya).
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

Shidiq (as shidqu) artinya benar atau jujur, lawan


dan dusta atau bohong (al kidzbu). Seorang muslim
dituntut memiliki sifat shidiq; dalam keadaan benar
lahir maupun batin. Sifat shidiq yang utama adalah
Shidqul qalb, yaitu benar hati atau kejujuran hati
nurani, hanya dapat dicapai jika hati dihiasi dengan
iman kepada Allah SWT dan bersih dan segala macam
penyakit hati. Sifat ini akan mencapai kematangan bila
didukung dengan sifat ihsan.
Selanjutnya Shidqul hadits, yaitu benar atau
jujur dalam ucapan dan perkataan. Seseorang
dapat dikatakan jujur dalam perkataan apabila semua
yang diucapkannya adalah suatu kebenaran bukan
kebatilan. Di samping itu perlu ada Shidqul ‘amal,
yaitu benar perbuatan atau beramal shaleh sesuai
dengan syari’at Islam.
Sifat shidiq mengantarkan seseorang ke pintu
gerbang kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat,
sesuai firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 177.
Rasulullah saw bersabda: "Hendaklah kamu semua
bersikap jujur, karena kejujuran membawa kepada
kebaikan dan kebaikan membawa ke surga.
Seseorang sang telah jujur dan mencari kejujuran
akan ditulis oleh Allah sebaqai seorarig yang jujur
(shidiq). Dan jauhilah sifat bohong, karena
kebohongan membawa kepada kejahatan, dan
kejahatan membawa ke neraka. Oranq yang se1a1u
berbohonq dan mencari-cari kebohongan, akan
ditulis oleh Allah sebaqai pembohonq (kadzdzab)".
(HR. Bukhari)
Sifat shidiq adalah “tambang emas” dalam diri
seseorang yang sangat berharga. Dan sifat inilah yang
H. MAS’OED ABIDIN

dijadikan standar kepercayaan orang lain kepadanya.


Apabila seseorang telah kehilangan sifat shidiq, maka
hilanglah arti dirinya, karena tiada yang mau
mempercayainya. Sikap ini pula yang amat diperlukan
di dalam membangun bangsa dan negara Indonesia
tercinta ini. Allahu a‘lam bishawab.
NILAI ESENSIAL PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD
SAW
Memperingati “maulid-rasul” sebenarnya
menanamkan keinginan kuat mengikuti jejak langkah --
sunnah Rasul -- yang di wariskannya, sesuai Wahyu
Allah tentang keutusan Muhammad Rasulullah SAW 5
menjadi “Rahmat bagi seluruh alam”6, dan rela
menjadikannya “uswah hasanah”7, suri ketauladanan
yang teramat sempurna dari “nabi terakhir”8 yang
telah melakukan perubahan (ishlah) menyeluruh
terhadap berbagai prilaku kearah yang lebih baik
dalam kehidupan manusia, dari kondisi dzulummat
(kegelapan) kepada peradaban (civilisasi) yang terang
benderang, transparan, an-nur atau kehidupan yang
penuh cahaya.9
Bila disadari sungguh-sungguh kehadiran manusia
di permukaan bumi memikul dua beban utama untuk
melakukan ishlah (perubahan, perbaikan, reform) dan
untuk uswah (pencontohan) dalam peran
kekhalifahan. 10
Tanpa kedua sikap ini sebenarnya
tidak terdeteksi eksistensi manusia.
Perubahan yang di bawa Rasulullah SAW,
berdasar bimbingan Wahyu Allah SWT, menuntun
manusia kepada fithrahnya menjadi ummat bertuhan
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

(tauhidic weltanschaung) dan berakhlaq budi


pekerti.11
Perubahan tidak semata bertumpu kepada
keinginan pribadi, tetapi selalu dengan bimbingan
Khaliq Maha Pencipta. Dan prilaku manusia yang
terbimbing wahyu Allah dan sunnah Rasul ini, pasti
terjauh dari pertentangan dalam kehidupan manusia.
Inilah perbedaan mendasar dalam hal perubahan yang
di lakukan reformer lainnya yang sering melahirkan
pemaksaan kehendak, tindakan kekerasan bahkan
anarkis.
Perubahan berdasar Sunnah Rasulullah SAW,
bermuara kepada “syari’at Islam”, dan berintikan
proses perubahan dan perbaikan berbentuk tajdid
(pemurnian)12, Ishlah (penyempurnaan dan
penyelesaian) dan taghyir (perubahan sikap) .
13 14

Perubahan prilaku yang berperadaban kearah


perbaikan prilaku tanpa merusak. Ajaran Islam
memperingatkan ummat untuk menghindari tindakan
merusak (fasad=anarkis) dalam tatanan prilaku
maupun idea (pemikiran) dengan berupaya menjauhi
pemaksaan kehendak.
Agama Islam menghormati prinsip tidak ada
paksaan dalam agama 15. Kewajiban asasi
melembagakan musyawarah dalam setiap urusan.
16
Teguh identitas (shibghah) dalam ujud amar
ma’ruf (proaktif mengajak dan mengamalkan
kebaikan-kebaikan) dan nahyun ‘anil munkar (taat
asas menolak setiap kejahatan).
Gerakan amar makruf-nahiy munkar bertujuan
H. MAS’OED ABIDIN

melawan segala corak kemakshiyatan menyangkut


tatanan dan hubungan pribadi, keluarga, masyarakat,
lingkungan, bangsa dan negara. Tujuan utamanya
menciptakan ummat berkualitas “khaira ummah”
atas dasar “iman” kepada Allah.17
Intensitas tinggi berpacu dalam menggairahkan
perlombaan kepada kebaikan “fastabiqul-khairat”.18
Ajaran Islam terbukti dalam sejarah panjang
peradaban manusia berhasil menciptakan suatu
komunitas ummat yang kian hari bertambah jumlahnya
sampai akhir zaman19.
Risalah Rasulullah SAW, mencatat kegelapan
perilaku kehidupan jahiliyah masa lalu, antara lain
;“Kami adalah orang jahiliyah, penyembah berhala
(kepatuhan kepada selain Allah dengan pemberhalaan
kedudukan, kekuasaan, harta kekayaan), pemakan
bangkai (tidak mengenal halal-haram), memutus
silaturrahim (dengan penidasan, anarkis, intimidasi),
berbuat bencana terhadap jiran tetangga, dan
perbuatan keji (judi,rampok,korupsi,zina)20, sehingga
yang kuat menelan yang lemah (arogansi
kekuasaan, pemupukan kekuatan golongan dan
kelompok). Sampai Allah mengutus kepada kami
seorang Rasul dari kalangan kami sendiri, yakni
Muhammad SAW yang sangat kami kenal nasab,
kebenaran, kejujuran, amanah (tranparansi), dan
baik pekertinya. Karena itu kami mempercayainya,
dan kami benarkan risalahnya” (HR.Buchari, Abu
Daud).21
Hadist ini sebenarnya berisikan; Pertama, Risalah
Rasulullah SAW diterima karena kejujuran
HIKMAH MEMPERINGATI MAULID NABI SAW

pembawanya (pribadi Muhammad Al-Amin). Kedua,


keutamaan Wahyu Allah mampu merombak tata
prilaku kehidupan masyarakat secara kaffah
(menyeluruh). Ketiga, keteguhan ummat dengan
tingkat konsistensi (istiqamah) yang tinggi dalam
kerangka jihad fii sabilillah. Keempat, teguhnya
keyakinan kepada kehidupan ukhrawi, bahwa hidup
tidak semata materil fisik.
Kelima, kecerdasan ummat melihat cerdas
Agama Islam adalah konsep hidup terbaik. Kelima
faktor ini yang menjadi pembangkit utama harakah
Islam sebagai kekuatan alternatif masa datang.22
Ummat Islam hari ini di tuntut berperan aktif
sebagai pengisi konsep, pelaku penggerak kehidupan
duniawi berkeadilan. Agama Islam tidak hanya ibadah
dalam arti sempit (puasa, shalat, zikir dan do’a), tetapi
menata amalan nyata yang shalih dalam membentuk
kualitas hidup “hasanah” di dunia dan di akhirat.
Ummat Islam mesti sadar bahwa Dakwah Ilaa
Allah selalu berhadapan dengan kekuatan konsep
fikrah (ghazwul fikriy) Yahudi dan Salibi23, dalam
penguasaan ekonomi tersistim kearah pemelaratan
ummat yang kaya menjadi sangat tergantung kepada
belas kasihan para pemodal sehingga lahirlah
masyarakat yang miskin dari kekayaan.24
Keadaan ini, akhirnya diperparah oleh percaturan
politik dengan bungkus demokratisasi, humanisasi, dan
hak asasi yang pada dasarnya menjadi kemasan dari
phobia terhadap Islam yang berujung dengan
intimidasi terhadap ummatnya.
H. MAS’OED ABIDIN

Dalam rangka ini kita peringati Maulid Nabi.


Padang, Rabi’ul Awwal 1430 H/ Maret 2009 M.
* atatan :
* Makalah Buya pada Peringatan Maulid Nabi SAW., di
Padang, 12 Rabi’ul Awwal 1430 H /9 Maret 2009 M.di
Masjid Babussalam Wisma Warta dan Bunda, Ulak Karang
Padang. http://www.masoedabidin.multiply.com
1 Pentahkikan yang dilakukan para ahli astronomi dan
ulama falak, seperti Syeikh Mahmud Fasya al Falaky,
Muhammad Sulaiman Al Manshurfury dan Mahmud Basya.
Untuk lebih lanjut ada baiknya dilihat juga Kitab Ar Rahiq
Al Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury
dan buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, yang
ditulis oleh K.H. Moenawar Chalil.
2 Ibnu Hisyam, I :1,2Talqihu Fuhami Ahlil Atsar, 5 dan 6 :
Rahmatan lil ‘Alamien, II, 11,13,14,52.
3 Al ‘Allamah Muhammad Sulaiman al Manshurfury, di
dalam Rahmatan lil ‘Alamien, II, 14 – 17.
4 Di antara yang menolak, terdapat pada kitab Al-Bida’ Al-
Hauliyah wa Fatwa Tata’allaq bil Maulid an-Nabawi, Darul
Fadhilah, Riyadh, 1421H - 2000M, yang ditulis oleh
Abdullah bin Abdul Azis at-Tuwaijiry dan Dakhilullah bin
Bakhil Al-Mathrafi. Buku ini telah terbit dalam edisi
Indonesia berjudul, « Adakah Maulid Nabi SAW », Darul
Falah, Jakarta, Cet-1, Syawal 1426 H/Nopember 2005 M. Di
dalam buku kecil 172 halaman ini, dilengkapi dengan
Fatwa-fatwa Syaikh Muhammad bin Ibrahim Aalu-
Asysyaikh,Syakh Abdul Azis bin Abdullah bin Baaz, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman Al-Jibrin, Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan,
dan pendapat dari Al-Lajnah Ad-Daaimah Saudi Arabia
masa ini. Menurut buku kecil ini, peringatan Maulid SAW
dikategorikan suatu bid’ah. Mula sekali yang mengadakan
bid’ah ini, adalah Bani Ubaid Al-Qadah dari kelompok
Fathimiyah, sebagaimana juga ditulis di dalam kitab Ahsan
Al-Kalam hal.44, Al-Ittida’, hal.251, Taarkh Al-Ihtifal Al-
Maulid An-Nabi, hal.62, dan kitab lainnya. Wallahu’alamu
bis-shawaab.
5 Kerasulan Muhammad SAW, disebutkan di empat tempat,
yaitu QS. Ali Imran, 3:144 (wa maa Muhammadun illa
Rasulun), QS.al Ahzab, 33:40 (Maa kaana
Muhammadun abaa ahadun min rijalikum, walakin
Rasulal-lahi, wa Khataman Nabiyyina, Wa kaana
Allahu bi kulli syay-in ‘aliman), QS.Muhammad, 47:2
(wallazina amanuu wa ‘amilus-shalihaati, wa
amanuu bimaa un-zila ‘ala Muhammad, wa hual
haqqu min rabbihim, kaffara ‘anhum sayyiatihim,
wa ashlaha baa lahum) dan QS. Al Fath, 48:29
(Muhammadun Rasulullah, walladzina ma’ahuu
asyiddau ‘alal kuffari ruhamau bainahum, tarahum
rukka’an sujjadan ..)
6 QS.Al-Anbiya’, 21 : 107, “Fa in tawallau, fa qul
aazantukum ‘ala sawa-in, wa in adri aqaribun am
ba’idun maa tu ‘aduuna”.
7 QS. Al-ahzab, 33:21, “Laqad kaana lakum fii
Rasulillahi Uswatun Hasanah”.
8 QS.Al Ahzab, 33:40,
9 Wahyu QS. al-Baqarah, 2:257 (Allahu waliyyul-ladzina
amanuu yukhrijuhum minadzulu-mati ilan-nuuri),
QS.al-Maidah,5:16, (yahdii bihillahu manittaba’a
ridhwanahu subulas-salami yukhrijuhum
minadzulkumati ilan-nuuri bi iznihi, wa yahdihim
ilaa shiratim-mustaqim), QS. al-Ahzab, 33:43 (Huwal-
ladzi yushalli ‘alaikum wa malaikatahu, yukhriju-
hum minadzu -lumati ilan-nuri, wa kana
bilmukminina rahiman), QS. at-Thalaq, 65:11,
(Rasulan, yatlu ‘alaikum ayatil-lahi mubayyinatin,
liyukhrijal-ladzina amanu wa ‘amilus-shalihaati
minadzulu-mati ilan-nuuri, wa man yukmin billahi
wa ya’mal shalihan yudkhilhu jannatin.).
10 Wa idz qaala rabbuka lilmalaaikati, inni jaa ‘ilun fil
ardhi khalifah (QS. al Baqarah, 2 : 30).
11 Innama buist-tu li utammima makaruimul akhlaq
(al Hadist), artinya “Hanya aku di utus bagi
menyempurnakan akhlaq yang mulia”.
12 “Jaddiduu imanakum” (Al Hadist), yang mengarahkan
mukmin kepada pemurnian sikap, tindakan, kedisiplinan,
atas dasar “iman” kepada Allah, “Laa ilaaha illa Allah”.
13 QS.Al-A’raf, 7:55-56, (ud’uu rabbakum tadharru’an
wa khufyatan, innahu la yuhibbul mu’tadin, wa laa
tufsiduu fil-ardhi ba’da ishlahihaa, wad’uhu khaufan
wa thama’ an, inna rahmatallahi qaribun minal
muhsinina).
14 QS.Ar-Ra’d,13:11,(innallaha laa yughayyiru maa
biqaumin hatta yughayyiruu maa bi-anfusihim).
15 QS. 2:256, (laa ikraha fid-din)
16 QS. 3:159, (fabima rahmatin minallahi lintalahum,
walau kunta fadhan ghalidzal-qalbi lanfadhu min
hawlika, fa’fu ‘anhum waghfirlahum, wa syawirhum
fil amri...)
17 QS. 3:110,(kuntum khayra ummatin ukhrijat linnasi
..)
18 QS. al-Baqarah, 2:148 dan al-Maidah, 5:48.
19 Ummat Islam lk.1,5 milyar dari lk.6 milyar penduduk
dunia, di Eropah dan Amerika, pertambahan ummat
mencengangkan, di Roma telah berdiri Masjid, Cordove
(1974) tumbuh kembali peradaban Islam setelah pudur
lebih dari 8 abad, di Cina ummat Islam berjumlah lebih
dari 100 juta.
20 Di Minangkabau yang adatnya bersendi syarak, ada
sepuluh tindakan mesti di jauhi, sabuang-judi, arak-
tuak, rampok-rampeh, sia-baka, candu-madat.
21 Dialog Dja’far bin Abi Thalib dengan Raja Najasyi,
permulaan hijrah ke Habsyi karena tekanan Quraisy
berupa intimidasi, fitnah, penculikan, pengkucilan,
embargo ekonomi, pembunuhan, ( Al Islam Ruhul
Madaniyah tulisan Syeikh Mustafa Al Ghulayain, Beirut).
22 QS.Ali-’Imran 3 :19 (innad-dina ‘indallahil-Islam), dan QS.
3 : 85 (waman yabtaghi ghayral Islami dinan falan yuqbala
minhu..),
23 QS.Al Baqarah, 2 :120, (walan tardha ‘ankal-yahudu
walan nashara hatta tattabi’a millatahum),
24 Ingat adanya konsep pemikiran bahwa kemiskinan perlu
dilestarikan agar kelompok kaya tetap berkuasa dan agar
dengan kemiskinan itu negeri orang kaya mendapatkan
tenaga kerja yang murah

Anda mungkin juga menyukai