Anda di halaman 1dari 16

SIRAH NABI

“PEMBEBASAN KOTA MAKKAH & PERISTIWA HAJI WADA”

Ivo Kurniawa (2111420016)


Ade Nugraha Saputra (21114200
Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab Dan
Dakwah
UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan latar belakang terjadinya


peristiwa Fathu Makkah, kemudian Proses terjadinya Peristiwa Fathu Makkah,
dan menjelaskan tentang pengertian haji wada. Penelitian ini menggunakan
metode historis. Sumber data-data yang digunakan untuk menulis ini ialah buku-
buku dan juga jurnal yang ada di internet, tekhnik yang digunakan pada penulisan
ini ialah Library Research atau kita kenal dengan studi pustakaan. Setelah
mengumpulkan data-data maka akan dilakukan pemahaman dan juga menulis
kembali dengan menggunakan bahasa sendiri dan kemudian di tuangkan dalam
tulisan ini. Kemudian dengan membaca serta memahami tulisan ini maka akan
didapati kita bertambah keilmuan khazanah kita dan mengetahui tentang
pembebasan kota Makkah serta alasan dan juga peristiwa tersebut dan juga
mengetahui ap aitu haji wada serta pembahasan yang berkaitan dengan hal
tersebut.

Kata Kunci : Pembebasan Kota Makkah & Haji Wada

PENDAHULUAN

Salah satu karakteristik masyarakat Arab pra Islam adalah mereka


terpecahpecah satu dengan yang lainnya dan mereka sangat sangat fanatik akan
keangungan kabilahnya. nya antara satu kabilah dengan kabilah yang lainnya

1
sering terjadi konflik atau peperangan di antara mereka. Hal tersebut masih
berlanjut sampai kedatangan agama Islam di tengah-tengah mereka. Di antara
suku yang terlibat permusuhan sejak masa pra Islam dan berlangsung sampai
kedatangan Islam adalah Bani Bakr dan Bani Khuza’ah. Pada masa pra Islam,
Qabilah Khuza’ah pernah menyerang dan membunuh tokoh-tokoh Bani Bakr.

Di antara tokoh-tokoh bani Bakr yang terbunuh yaitu: Salma, Kultsum


dan Dhuaib. Mereka dibunuh oleh Kabilah Khuza’ah di Araf perbatasan Tanah
Haram.Tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan pembunuhan
tokohtokoh Bani Bakr tersebut. Padahal, Qabilah Khuza’ah dan Qabilah Bani
Bakr merupakan dua suku yang bersekutu mengusir Qabilah Jurhum dari Makkah
dan merebut pengelolaan Baitullah dari Qabilah Jurhum. Namun, apapun alasan
Qabilah Khuza’ah atas pembunuhan tersebut, persitiwa tersebut melahirkan
dendam yang luar biasa dari Qabilah Bani Bakr. Dendam Bani Bakr tersebut
berlipat ganda setelah seorang pedagang bernama Malik bin Abbad dari Bani al-
Hadhrami (sekutu Bani al-Aswad bin Razn dari Qabilah Bani Bakr) berada di
perkampungan Qabilah Khuza’ah. Orang-orang Khuza’ah menyerangnya hingga
tewas dan mengambil hartanya. Sebagai respon atas tindakan tersebut Bani Bakr
juga menyerang salah seorang dari Kabilah Khuza’ah hingga tewas. Peristiwa
serang-menyerang antara kedua kabilah Arab tersebut adalah perkara yang tidak
mudah diselesaikan karena mereka sangat fanatik terhadap kabilah masing-masing
sehingga pada umumnya mereka menganggap darah harus dibayar dengan darah.

Pada tahun ke-8 Hijriyah, terjadi perjanjian antara kaum muslimin dengan
Quraisy Makkah di Hudaibiyah. Salah satu poin dari perjanjian tersebut,
disepakati bahwa: barang siapa yang ingin masuk dalam perjanjian Muhammad
(bersekutu dengan kaum muslimin) maka ia masuk ke dalamnya dan barang siapa
yang ingin masuk ke dalam perjanjian Quraisy maka ia masuk ke dalamnya. Pada
saat itu, Kabilah Khuza’ah memilih bersekutu dengan kaum muslimin dan
Kabilah Bani Bakr memilih bersekutu dengan Quraisy Makkah. Dalam
pernjanjian tersebut disepakati genjatan senjata antara kaum muslimin dengan
Quarsiy Makkah selama sepuluh tahun.

2
METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam tulisan Ini menggunakan metode kepustakaan


(library research) yaitu dengan meneliti dan menelaah serta menulis kembali isi
yang penting dan juga yang terdapat pada sub bab yang akan kita cari berdasarkan
sumber-sumber kepustakaan yang berpedoman pada buku Sirah Nabi dan juga
jurnal beserta website sebagai buku rujukan

PEMBAHASAN

PEMBEBASAN KOTA MAKKAH

Awal dari sejarah Fathu Makkah adalah dilanggarnya perjanjian


Hudaibiyah yang diteken oleh Nabi Muhammad (mewakili Islam) dengan Suhail
bin Amr (mewakili kaum Quraisy) di tahun ke-6 H. Salah satu poin pentingnya
adalah kesepakatan untuk melakukan genjatan senjata selama sepuluh tahun.
Namun, perjanjian itu dilanggar kaum Quraisy yang membantu Bani Bakr
menyerang dan membantai Bani Khuza’ah, sekutu umat Islam. Setelah tragedi itu,
perwakilan Bani Khuza’ah menghadap Nabi Muhammad di Madinah dan
menceritakan pengkhianatan kaum Quraisy di Makkah. Akibat pengingkaran
kaum Quraisy itu, Nabi Muhammad segera menyiapkan 10.000 pasukan untuk
menaklukkan Mekkah. Meski menyiapkan pasukan dengan jumlah besar, Nabi
tidak menghendaki adanya peperangan. Ia bahkan berpesan agar pasukannya tidak
menyerang kecuali dalam keadaan terpaksa. Pasukan Muslim dapat menaklukkan
Makkah tanpa perlawanan berarti dari kaum Quraisy yang kalah jumlah pasukan.

Nabi Muhammad saw memulai persiapan suatu kampanye yang


sasarannya dirahasiakan. Ia memerintahkan kaum muslimin bersiap-siap dan
memerintahkan keluarnya menyiapkan keperluannya. Abu Bakar bertanya kepada
Nabi saw. tentang hal tersebut, Nabi saw. berkata bahwa mereka harus keluar
melawan Quraisy. Abu Bakar berkata bahwa: apakah kita tidak
menungguhabisnya gencatan senjata? Nabi saw. menjawab bahwa: mereka telah
melanggar perjanjian dan telah mengkhianati kita dan aku harus menyerang

3
mereka, namun rahasiakan apa yang kukatakan kepadamu, biarlah mereka
mengira bahwa Rasulullah akan memerangi Suriah atau Tsqif atau Hawazim. 1

Setelah itu Nabi Muhammad saw. berdo’a: ya Allah rahasiakanlah


informasi ini dari orang-orang Quraisy agar kami bisa menyerang mereka secara
tiba-tiba di negeri mereka sendiri. Do’a Nabi saw. tersebut merupakan indikasi
bahwa ia tidak menginginkan ada pertumpahan darah dalam penaklukan kota
Makkah, karena bila pihak Quraisy tidak mengetahui informasi tentang akan
adanya serangan dari kaum muslimin maka mereka tidak akan membuat persiapan
perang yang memadai dan nila mereka diserang secara tiba-tiba maka tidak akan
ada pertempuran yang berarti. Hal-hal tersebut tidak akan menimbulkan banyak
pertumpahan darah.Sebagai jawaban atas do’a Nabi Muhammad saw. tersebut
datanglah wahyu yang menyampaikan bahwa salah seorang Muhajirin yang
bernama Hathib bin Abu Balta’ah menulis surat kepada pihak Quraisy
menyampaikan tentang rancana Nabi saw. Ia menulis menitipkan surat tersbut
kepada seorang perempuan bernama Muzaynah. Akhirnya diutuslah Ali bin Abi
Thalib dan Zubair bin al- Awwam menyusul perempuan tersebut. Ali dan Zubair
bertemu dengan pembawa surat tersebut di Dataran Tinggi Bani Abu Ahmad dan
menggeledahnya dan perempuan tersebut menyerahkan surat itu kepada kedua
utusan itu.

Nabi Muhammad saw. mengirim utusan kepada kabilah-kabilah yang


dapat dimintai pasukan untuk datang ke Madinah pada awal bulan ramadhan
depan (tahun ke-8 Hijriyah). Masyarakat Badui memenuhi undangan Nabi saw.
Sehingga sampai pada hari yang telah ditentukan terkumpul pasukan besar yang
tangguh. Dari pihak Muhajirin tujuh ratus orang dengan tiga ratus kuda, kaum
Anshar empat ribu orang dengan lima ratus kuda, dari Bani Sulaim dan Bani
Muzainah masing-masing seribu personel hingga total pasukan yang terkumpul
mencapai sepuluh ribu personel. Dari Madinah Nabi Muhammad saw. dan
pasukannya berhenti di Mar al- Zharan. Pada saat itu bulan puasa, ia
mengumumkan kepada kamu muslimin bahwa: siapa yang ingin berpuasa,

1
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri. As-Sirah An-Nabawiyah Li Ibni
Hisyam, terj. Fadhli Bahri; Shirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2, h. 360.

4
berpuasalah, dan siapa yang ingin berbuka maka berbukalah. Pada saat itu Nabi
saw. dan beberapa orang tetap berpuasa, meskipun dibolehkan untuk berbuka
dalam perjalanan dan diganti pada hari yang lain.

Pasukan yang berjumlah sepuluh ribu tersebut yang dipimpin sendiri oleh
Nabi Muhammad saw. menimbulkan rasa penasaran bagi anggota pasukan karena
mereka tidak diberitahu musuh yang dituju, dan sekaligus menimbulkan
kekhawatiran bagi musuh-musuh Islam. Namun, para musuh Islam diliputi pula
kebingungan apakah mereka yang dituju atau musuh yang lain? Sebagai respon
atas hal tersebut Kabilah Hawazim mengumpulkan sekutu- sekutunya untuk
bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk yang akan menimpa mereka.
Tentara mereka berkumpul di tempat-tempat strategis sebelah utara Thaif. Nabi
Muhammad saw. mengetahui kegelisahan kaum Quraisy Makkah dan untuk
membuat mereka tidak melakukan perlawanan bersenjata, ia memerintahkan
setiap orang menyalakan unggun api pada malam hari, sehingga di perbatasan
tanah Haram terlihat sepuluh ribu perapian, sehingga tersebar berita di Makkah
bahwa personel kaum muslimin lebih besar daripada yang mereka perkirakan.
Para tokoh Quraisy berkumpul membicarakan tindakan apa yang harus mereka
lakukan. Mereka menyepakati untuk mengutus beberapa tokoh mereka keluar
menemui Nabi Muhammad saw. dan kembali lagi ke Makkah.2

Abu Sufyan disertai dengan Hakim sepupu Hadijah dan Budayl dari
Khuza’ah keluar menemui Nabi saw. Mereka diantar oleh al-Abbas paman Nabi
saw. ke tenda Nabi saw. Abu Sufyan memulai pembicaraan: Muhammad, engkau
datang dengan berbagai orang asing untuk melawan kerabatmu sendiri? Nabi saw.
berkata: engkaulah yang melampaui batas dengan melanggar perjanjian dan
membantu Bani Bakr menyerang Kabilah Khuza’ah. Abu Sufyan mengalihkan
pembicaraan dengan mengatakan: alihkanlah strategimu untuk menyerang
Hawazim sebab hubungan kekerabatan mereka lebih jauh dan kebencian mereka
lebih besar terhadapmu. Nabi menjawab: Aku berharap Tuhanku akan menjamin
semua itu dengan kemenangan atas Makkah, kejayaan Islam dan penaklukan
2
Martin Lings. Muhammad His Life Based on the Earliest Source, terj. Qamaruddin SF,
Muhammad Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,
2014), h. 456.

5
Hawazim. Setelah berbincang dengan Nabi Muhammad saw. Abu Sufyan diseru
oleh Nabi saw. bahwa: apakah belum tiba waktu bagimi untuk mengetahui tiada
Tuhanberhak disembah selain Allah? Abu Sufyan menjawab bahwa: demi Allah
saya telah meyakini seandainya ada Tuhan selain Allah pasti ia telah menolongku.
Nabi saw. berkata: apakah belum tiba waktu bagimu untuk mengetahuai bahwa
saya utusan Allah. Abu Sufyan menjawab: adapun hal itu, demi Allah dalam
hatiku masih ada ganjalan hingga sekarang ini. Al-Abbas berkata: celaka engkau
Abu Sufyan! Bersaksilah bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah
dan Muhammad utusan Allah, atau lehermu akan saya pancung. Abu Sufyan pun
bersaksi dengan syahadat yang benar dan masuk Isalm. Setalah itu al-Abbas
mengusulkan kepada Nabi saw. untuk memberikan kebanggaan kepada Abu
Sufyan, maka Nabi saw. bersabda: barangsiapa yang masuk rumah Abu Sufyan ia
aman, barangsiapa yang menutup pintunya ia aman dan barangsiapa masuk
masjidil Haram ia aman.22 Abu Sufyan pun kembali ke Makkah dengan
membawa pesan Nabi saw. tersebut untuk diumumkan ke penduduk Makkah.3

Pada esok harinya pasukan kaum muslimin bergerak memasuki kota


Makkah. Abu Sufyan juga telah kembali ke Makkah dengan mengumumkan
kepada masyarakat umum bahwa: Muhammad telah berada di sini dengan
kekuatan yang tidak dapat kalian lawan dan ia berjanji kepadaku bahwa,
barangsiapa yang masuk rumah Abu Sufyan ia aman, barangsiapa yang menutup
pintunya ia aman dan barangsiapa masuk masjidil Haram ia aman. 4

Nabi Muhammad saw. memasuki kota Makkah melalui jalan Adzakhir di


dataran atas Makkah. Ketika ia memasuki pasar ia melihat kilatan pedang dan
Nabi saw. berkata bahwa: bukannya saya telah melarang kalian bertempur?
Setelah dijelaskan apa yang terjadi sebanarnya, maka ia berkata: Tuhan
menakdirkan yang terbaik. Selain perlawanan kecil-kecilan Ikrimah tersebut, tidak
ada lagi perlawanan dari pihak Quraisy karena memang tokoh-tokoh mereka
memutuskan untuk tidak berperang. Jadi, setelah mereka memusuhi Nabi

3
M. Quraish Shihab. Membaca Sirah Nabi Muhammad s.a.w. Dalam Sorotan al- Qur’an
dan Hadits-Hadits Shahih, h. 901.
4
Martin Lings. Muhammad His Life Based on the Earliest Source, terj. Qamaruddin SF,
Muhammad Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, h. 467.

6
Muhammad saw. dan para pengikutnya selama dua puluh satu tahun, kini
masyarakat Quraisy Makkah memutuskan untuk menyerah dan mengakui
keunggulan Nabi Muhammad saw. Nabi saw. memasuki Makkah dengan penuh
kesyukuran atas kemenangan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.

KEBIJAKAN NABI MUHAMMAD SAW PADA FATHUL MAKKAH

Ketika Nabi Muhammad saw., memasuki kota Makkah dengan


kemenangan tanpa ada perlawanan berarti dari kaum Quraisy Makkah, ia
menentukan beberapa kebijakan yang luar biasa yang memang mencerminkan
Islam sebagai agama yang rahmatan lil’alamin. Diantara kebijakan tersebut
sebagai berikut:

1. Sejak memasuki kota Makkah, Nabi Muhammad saw. mengumumkan


melalui juru bicaranya bahwa: barang siapa yang masuk rumah Abu
Sufyan ia aman, barang siapa masuk dan mengunci rumahnya ia aman dan
barang siapa masuk masjidil Haram ia aman. Selain itu, ia juga melarang
pasukannya melakukan pertumpahan darah. Bahkan, ia berkhutbah dan
mengumumkan keharaman melakukan pertumpahan darah di Makkah dan
mengingatkan Kabilah Khuza’ah untuk tidak melampiaskan lagi
dendamnya kepada Bani Bakr yang telah kalah.28 Selain itu, Nabi juga
berkhutbah mengumumkan pengampunannya secara umum kepada
penduduk Makkah, mesklipun mereka pernah memusuhi dan berusaha
membunuh Nabi saw.
2. Nabi Muhammad saw. menetapkan pengelolaan Ka’bah sesuai dengan
kebiasaan tradisional yang berlaku sebelum penaklukan Makkah. Ia, tidak
mengubahnya sedikit pun, ia menetapkan pembagian tugas pengelolaan
Ka’bah kepada yang berhak. Ia menetapkan kebiasaan tradisinal
pengelolaan air Zamzam kepada keturunan Bani Hasyim. Ketika, Ali bin
Abi Thalib menyerahkan kunci Ka’bah kepadanya, lalu al-Abbas
pamannya meminta kunci tersebut lantas ia bersabda: aku hanya
memberikan sesuatu yang telah hilang darimu bukan yang menjadi hak
orag lain. Kemudian , ia memanggil anggota suku Abdud Dar bernama

7
Utsman bin Thalhah dan memberinya kunci Ka’bah sekaligus menetapkan
bahwa sukunyalah yang berhak menjaga Ka’bah selamanya.
3. Nabi saw. mengumumkan kepada penduduk Makkah dan memperingatkan
mereka untuk menghilangkan semangat jahiliyah dan mengagungkan
nenek moyang karena semua manusia berasal dari Adam as. Pada saat itu
nabi membacakan QS. Al-Hujurat: 13.30 Kebijakan Nabi saw. tersebut
sangat solusioner karena pada saat itu secara umum sering terjadi konflik
kabilah karena fanatisme nenek moyang. Mereka saling meninggikan diri
diantara yang lain. Namun, Nabi saw. Mempersaudarakan mereka dalam
satu ikatan kekeluargaan, Islam.5

HAJI WADA’
PENAMAAN HAJI WADA’
Menurut An-Nadwi, Haji Wada ini memiliki nilai yang sama dengan
seribu khutbah dan seribu pelajaran. Haji Wada merupakan representasi dari
sekolah yang berpindah. masjid yang berjalan, dan asrama tantara yang bergerak.
Haji Wada' merupakan menjadi sejarah pendidikan penting bagi orang-orang yang
tadinya malas agar menjadi lebih baik. Haji Wada disebut juga dengan Haji
Balagh atau Haji Tamam serta masih banyak nama lainnya. Pada peristiwa Haji
Wada' tercatat para pengikut lebih dari 100 000 jamaah. 6 Haji Wada ini juga bagi
kalangan umat Islam juga dapat disebut sebagai haji pamitan. Sebab, setelah
peristiwa ini. Rasulullah SAW tahun depan tidak akan lagi melaksanakan ibadah
haji. Pada tahun berikutnya, Rasulullah SAW telah wafat?7

Penanaman nama Haji di atas juga dijelaskan oleh M. Qurasih Shibab


dengan terminologi yang lebih kontemporer. Haji Balaghah dengan alasan bahwa
Nabi Muhammad membuat pertanyaan apakah dirinya telah menyampaikan

5
As-Sirah An- Nabawiyah Li Ibni Hisyam, terj. Fadhli Bahri; Shirah Nabawiyah Ibnu
Hisyam Jilid 2, h. 386.
6
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, ed. Kathur Suhardi, 12 ed.
(Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2002), hal. 605
7
Abul Hasan Ali al-Hasani An-Nadwi Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad SAW, ed. Muhammad Halabı Hamdi et al., 3 ed. (Yogyakarta Mardhiyah Press, 2007),
hal. 474-47

8
risalah Islam. Haji Tamam karena waktu yang itu adalah saat Nabi Muhammad
SAW melakukan wukuf di Arafah. Saat itu juga Allah SWT telah sempurannya
risalah Islam sebagai agama dan semua itu diberikan sebagai nikmat dari Allah
SWT kepada seluruh umat Islam (Al-Qur'an Surat Al Maidah ayat 3). Nama yang
terakhir adalah Haji Islam atau Hajjat al-Islam karena peristiwa haji ini
merupakan awal dan akhir sebagai risalah tuntutan Islam. Setelah tahun ini tidak
akan ada lagi haji yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Haji ini
merupakan sebuah isyarat berakhirnya risalah kenabian Muhammad SAW.8

4. Waktu pelaksanaan haji wada’

Menurut Ibnu Hisyam. Haji Wada diperintahkan oleh Muhammad SAW


pada tanggal 25 (dua puluh lima) bulan Dzulqa dah. Ibu Hisyam mengutip
pendapat Ibnu Ishaq "Abdurrahman bin Al-Qasim berkata kepadaku, dari
ayahnya. Al-Qasim bin Muhammad. dadir Aisyah Radhiyallahu anha, yang
berkata "Rasulullah Shallahu Alaihi wa sallam berangkat untuk melaksanakan
ibadah haji pada tanggal dua puluh lima bulan Dzulqa'dah” 9Haji Wada dimulai
oleh Muhammad SAW dari Madinah pada hari Sabtu siang setelah Dzuhur, lima
hari terakhir dari bulan Dzulqa'dah. Sebelum berangkat diawali dengan shalat
dzhuhur 4 (empat) rakaat dan khutbah sebelumnya. Saat khutbah ini Muhammad
SAW memberikan pengajaran tentang ihram, kewajiban- kewajiban dan sunnah-
sunnahnya.

5. Khutbah Wada’

Ibnu Hisyam mengutip pendapat Ibnu Ishaq mengatakan "Rasulullah SAW


meneruskan melaksanakan ibadah haji memperlihatkan manasik haji kepada kaum
Muslimin, menjelaskan sunnah-sunnah haji kepada mereka, dan berkhutbah
kepada mereka dalam khutbahnya yang di dalamnya beliau menjelaskan berbagai
permasalahan. Nabi Muhammad SAW kemudian menganggungkan Allah SWT
kemudian bersabda:

8
M. Quraisy Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur'an
dan Hadits-Hadits Shohih (Tangerang: Lentera Hati, 2012) hal 1043.
9
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Jilid 2, ed. Fadli Bahri, 5 ed. (Jakarta: FT. Darul Falah, 2006), hal, 584

9
"Hai manusia dengarkan ucapkanku, karena aku tidak tahu apakah aku
dapat kembali bertemu kalian setelah tahun ini atau tidak di tempat ini. Hai
manusia, sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram bagai kalian
hingga kalian berjumpa dengan Allah sebagaimana haramnya hari dan bulan
kalian ini. Sesungguhnya kalian semua akan berjumpa dengan Tuhan kalian
kemudian Dia akan menanyakan tentang amal perbuatan kalian. Sungguh hal ini
telah aku sampaikan. Barangsiapa pada dirinya terdapat amanah, hendaklah ia
menunaikannya kepada pihak yang memberikan amanah. Sesungguhnya, semua
riba dihapus terkecuali modal harta kalian, kalian tidak berlaku dhalim dan tidak
pula didhalimi. karena Allah telah menentukan bahwa hal tersebut termasuk riba.
Sesungguhnya riba Al-Abbas bin Abdul Muthalib semuanya adalah terhapus.
Sesungguhnya seluruh darah pada masa jahiliyah itu terhapus dan darah yang
pertama kali aku hapus ialah darah Ibnu Rab'tah bin Al- Harits bin Abdul
Muthalib. Ia mencari wanita yang menyusui di Bani Laits kemudian dibunuh
orang-orang Hudzail. 10

Pada khutbah selanjutnya Nabi Muhammad SAW juga menambahkan


khutbah yang sangat penting. Khutbah ini menjadi landasan fundamental atas
kesempurnaan Islam sebagai agama terakhir. Berikut adalah teks khutbah yang
penting tersebut:

"Hai manusia, sesungguhnya kalian mempunya hak-hak atas istri-istri


kalian dan istri-istri kalian juga mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas
istri-istri kalian adalah hendaknya istri-istri kalian tidak membolehkan siapa pun
dari orang-orang yang kalian benci untuk mendatangi ranjang-ranjang kalian
dan istri-istri kalian wajib tidak mengerjakan perbuatan keji yang terang-
terangan. Jika istri-istri kalian mengerjakan hal-hal tersebut. Allah mengijinkan
kalian untuk mendiamkan mereka di tempat tidur dan memukul mereka dengan
pukulan yang tidak melukai. Jika mereka berhenti dari perbuatan tersebut,
mereka berhak atas nafkah dan pakaian-pakaian mereka dengan cara yang baik.
Berbuat baiklah kepada para wanita. karena keadaan mereka di tempat kalian
adalah seperti keadaan tawanan yang tidak memiliki sesuatu apapun tentang diri
10
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirali Nabawiyah Ibnu Hisyam
Jilid 2, ed. Fadli Bahrt, 5 ed. (Jakarta PT. Darul Falah, 2006), hal, 587-588.

10
mereka. Sesungguhnya kalian mengambil istri-istri kalian dengan amanah Allah
dan menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat-kalimat Allah, oleh karena
itu, pahamilah ucapkanku ini hai manusia, karena aku telah menyampaikannya.
Aku tinggalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang teguh kepadanya,
kalian tidak akan tersesat selama-selamanya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu
yang jelas yaitu Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rosullnya (Al-Hadits)11

Ibnu Ishaq berkata, Yahya bin Abbad bin Abdullah bin Az-Zubair berkata
kepadaku, dari ayahnya Abbad, yang berkata bahwa orang yang meneriakkan
sabda Rasulullah SAW di atas ketika beliau berada di Arafah adalah Rabi'ah bin
Umaiyah bin Khalaf Rasulullah SAW bersabda kepada Rabi ah bin Umaiyah bin
Khalaf, "Apakah kalian tahu sekarang bulan apa? Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf
meneriakkan sabda Rasulullah SAW tersebut kepada kaum muslimin, kemudian
mereka berkata kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf, Sekarang kita berada di
bulan Haram Rasulullah SAW bersabda kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf,
"Katakan kepada mereka bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian
hingga kalian berjumpa dengan Allah seperti haramnya hari kalian ini".
Rasulullah SAW bersabda lagi kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf, "Katakan
kepada mereka, hai manusia sesungguhnya Rasulullah SAW tahukah kalian di
negeri mana kalian sekarang berada? Rabi ah bin Umaiyah bin Khalaf
meneriakkan sabda Rasulullah SAW tersebut, kemudian kaum muslimin berkata,
"Kami sedang berada di negeri haram" Rasulullah SAW bersabda lagi kepada
Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf. "Katakan kepada mereka bahwa Allah
mengharamkan darah dan harta kalian hingga kalian berjumpa dengan Tuhan
kalian seperti haramanya negeri kalian ini Rasulullah SAW bersabda lagi kepada
Rabi ah bin Umaiyah bin Khalaf, "Katakan kepada mereka. Tahukah kalian
sekarang hari apa? Rabi ah bin Umaiyah bin Khalaf menerikkan sabda Rasulullah
SAW tersebut, kemudian kaum muslimin menjawab, "Sekarang adalah hari haji
terbesar." Rasulullah SAW bersabda kepada Rabi'ah bin Umaiyah bin Khalaf,
"Katakan kepada mereka bahwa Allah mengharamkan darah dan harta kalian
hingga kalian berjumpa dengan Tuhan kalian seperti haramanya hari kalian ini"!?

11
Abu Muhammad Abdul Malik hin Hisyam Al-Muafiri, As-Sirah An-Nabawiyah & Ibni
Hisyam (Beirut: Darul Fikr, 1994).

11
Ibnu Ishaq berkata, Laits bin Abu Sulaim berkata kepadaku, dari Syahr bin
Hausyah Al-Asya'n, dari Amir bin Kharijah, yang berkata "Attab bin Usaid
mengutusku bertemu Rasulullah SAW untuk satu keperluan dan ketika itu beliau
berdiri di Arafah kemudian aku sampaikan keperluan tersebut kepada beliau.
Setelah itu, aku berdiri di bawah unta Rasulullah SAW dan sungguh air liur unta
Beliau mengenai kepalaku. Ketika itu, aku dengar Rasulullah SAW bersabda "Hai
manusia, sesungguhnya Allah telah menunaikan setiap hak kepada pemiliknya.
Sesungguhnya wasiat kepada ahli waris itu tidak diperbolehkan, anak itu milik
suami dan pezina berhak atas hukuman. Berangsiapa mengaku anak selain
ayahnya atau berwalikan kepada selain walinya, ia mendapatkan laknat Allah,
Rasul-Nya, para malaikat, dan seluruh manusia. Allah tidak menerima ganti dan
tebusan darinya"

Ibnu Ishaq berkata, Abdullah bin Abu Najih berkata kepadaku bahwa
ketika berdiri di Arafah, Rasulullah SAW bersabda. Tempat ini (gunung tempat
beliau berada) dan seluruh Arafah adalah tempat wuquf Ketika berdiri diQuzah
pada pagi hari muzdalifah Rasulullah SAW bersabda, Tempat ini dan seluruh
Muzdalifah adalah tempat wuqur, ketika menyembelih hewan sembelihan di
tempat penyembelihan di Mina, Rasulullah SAW bersabda, "Tempat
penyembelihan ini dan seluruh Mina adalah tempat penyembelihan 12

Rasulullah SAW menyelesaikan haji, memperlihatkan manasık haji


kepada kaum Muslimin, menerangkan kepada mereka apa saja yang diwajibkan
Allah kepada mereka di haji mereka, tempat wuquf, melempar jumrah, thawaf dan
menjelaskan apa saja yang dihalalkan oleh Allah dan apa saja yang Dia haramkan
untuk mereka di haji mereka. Jadi haji kali ini adalah haji penyampaian pesan-
pesan dan haji Wada (terakhir) karena Rasuullah SAW tidak berhaji lagi setelah
tahun tersebut. Khutbah Wada Haji merupakan pesan yang mengandung nilai-
nilai dan prinsip-prinsip kehidupan jika isi dakwah tersebut diterapkan secara
universal maka akan tercipta keadilan, keadilan dan kesetaraan semua golongan
baik warna kulit maupun etnis sekalipun."13

12
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Jild 2, ed. Fadli Bahri, 5 ed (Jakarta FT Darul Falah, 2006), hal 589-590

12
Khutbah yang dilakukan di Jabal Arafa ini merupakan kisah yang
monumental di hadapan lebih dan 100 ribu jamaah. Khutbah ini merupakan
bagian terpenting dari Haji Wada'a yang menjadi ajaran Islam yang sangat
fundamental. Khutbah Wada ini dapat dikatakan sebagai pondasi penting
mengenai undang-undang dasar dalam Islam. Isi penting dari khutbah ini adalah
adanya asas persamaan bagi seluruh umat manusia. Tidak ada lagi perbedaan
mana yang memiliki darah Habsyi maupun yang memiliki darah tuan Quraisy.
Kesempurnaan Islam ditutup dengan turunnya Al-Quran Sure Al-Maidah ayat 314

Mendengar turunnya ayat tersebut Umar bin Khatab RA datang perasaan


gembira sebab ayat ini merupakan kabar gemberia mengenani sempurnya risalah
Islam. Tetapi tidak dengan Abu Bakar RA yang justru menangis karena
mengetahui makna lain tentang surat ini. Orang-orang kemudian bertanya
kepadanya "Mengapa engkau menangis?" Kemudian Dia menjawab, "Ini adalah
kabar wafatnya Rasulullah." Pada Haji Wada ini Nabi Muhammad SAW berdiri di
hadapan kaum Muslimin dan bersabda Wahai manusia, kerjakanlah manasik haji
kalian dengan mengikutiku! Barangkali aku tidak lagi berjumpa dengan kalian
setelah tahun ini15

Pendapat lain menyebutkan, setelah turun Al-Quran Surat Al-Maidah ayat


3, Rasulullah SAW membacakan ayat tersebut dengan tidak memberikan
komentar apapun. Setelah itu, Abu Bakar RA menangis karena ia merasa dengan
turunnya ayat tersebut tugas kerasulan Muhammad SAW telah berakhir. Maka,
sudah saatnya Muhammad SAW harus Kembali kepada Allah SWT. Pada petang
hari Nabi Muhammad SAW bersama dengan kaum Muslimin dari Padang Arafah
menuju Muzdalifah dan bermalam di sana. Pagi harinya sesudah beliau
mengerjakan shalat subuh, beliau berangkat ke Masjidil Haram kemudian
berlanjut ke Mina untuk menyelesaikan manasik haji

13
Khatibah. Nawit Yuslem, dan Abdullah, "Prophet Muhammad 'S Rhetoric: An Analysis
of Prophet Muhammad Speech on Wada Pilgrim in Sahih Al-Bukhari International Journal on
Language, Research and Education Studies Vol 2 no. 2 (2018) hal. 282
14
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam 1,3 ed Jakarta; Kalam Malia, 2009),
hal 282.
15
Amru Muhammad Khalid, Inni Jo on F1-Ardhi Khalifah (Beirut: Dar Al-Ma rifah
2006).

13
Sesampainya di Mina, Nabi Muhammad SAW melempar jumrah (batu-
batu) pada beberapa tempat yang telah ditentukan. Kaum Muslimin mendirikan
kemah Nabi Muhammad SAW dan beliau beristirhat sebentar dalam kemah
tersebut. Tidak lama kemudian, beliau bangun dan menyembelih 63 ekor unta
sebagai qurban dengan perhitungan seekor unta dalam setahunnya seumur beliau.
Saat Nabi Muhammad akan berangkat ke Madinah dengan membawa seratus ekor
unta untuk diqurbankan, sisa unta yang beliau sembelih 37 ekor unta diserahkan
kepada Ali RA agar menyembelihnya juga sebagai qurban. Setelah Nabi
Muhammad SAW mencukur rambut, maka selesai sudah ibadah haji beliau yang
populer dengan Hajjatul Wada atu Hajjatul Balagh dan terkenal juga dengan nama
Hajjatul Islam."16

PENUTUP

Penyebab langsung fathul Makkah adalah pelanggaran yang dilakukan


kaum Quraisy Makkah atas perjanjian Hudaibiyah. Mereka melanggar salah satu
poin perjanjian tersebut yaitu gencatan senjata selama sepuluh tahun. Kabilah

16
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 3 (Jakarta: Gema Insant
Press, 2015), hal 237.

14
Bani Bakr merupakan sekutu Quraisy Makkah melakukan penyerangan ke
Kabilah Khuza’ah yang merupakan sekutu kaum muslimin dan Kaum Quraisy
Makkah terlibat dalam penyerangan tersebut. Kaum Quraisy membantu Kabilah
Bani Bakr dengan senjata dan personel dalam menyerang Kabilah Khuza’ah.
Penyerangan tersebut memaksa Kabilah Khuza’ah menyelamatkan diri ke tanah
Haram dan penyerangan itu juga menimbulkan korban dari kabilah Khuza’ah.
Atas dasar pelanggaran tersebut Nabi Muhammad saw. menghimpun pasukan
yang berjumlah sepuluh ribu menuju Makkah untuk membebaskannya.

Pada penulisan sejarah Haji Wada’dari referensi yang telah dipaparkan di


atas, perbedaan hanya pada masalah struktur penulisan. Penulisan sumber yang
digunakan hampir seluruhnya menggunakan kutipan beberapa hadits sebagai
penguat sumber. Meskipun dalam beberapa hal ada penulis yang hanya sederhana
menuliskan mengenai peristiwa haji wada’. Pembahasan haji wada’ misalnya pada
Ibnu Katsir lebih menggunakan pendekatan karakteristik nabi Muhammad SAW
itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Muhammad Abdul Malik hin Hisyam Al-Muafiri, As-Sirah An-Nabawiyah &
Ibni Hisyam (Beirut: Darul Fikr, 1994).

15
Abul Hasan Ali al-Hasani An-Nadwi Sirah Nabawiyah Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad SAW, ed. Muhammad Halabı Hamdi et al., 3 ed. (Yogyakarta
Mardhiyah Press, 2007).
Amru Muhammad Khalid, Inni Jo on F1-Ardhi Khalifah (Beirut: Dar Al-Ma rifah
2006).
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Kebudayaan Islam 1,3 ed Jakarta; Kalam Malia,
2009).
Khatibah. Nawit Yuslem, dan Abdullah, "Prophet Muhammad 'S Rhetoric: An
Analysis of Prophet Muhammad Speech on Wada Pilgrim in Sahih Al-
Bukhari International Journal on Language, Research and Education
Studies Vol 2 no. 2 (2018).
M. Quraish Shihab. Membaca Sirah Nabi Muhammad s.a.w. Dalam Sorotan al-
Qur’an dan Hadits-Hadits Shahih,. Tangerang : Lentera Hati 2012.
Martin Lings. Muhammad His Life Based on the Earliest Source, terj.
Qamaruddin SF, Muhammad Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber
Klasik, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2014).
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 3 (Jakarta: Gema
Insant Press, 2015).
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, ed. Kathur Suhardi,
12 ed. (Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 2002).

16

Anda mungkin juga menyukai