Anda di halaman 1dari 13

[19:44, 2/18/2020] Ubaidillah: Al-Baqarah 198

Asbabun Nuzul

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas. pada zaman Jahiliyyah

terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum

Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu.

Mereka bertanya kepada Rasulullah SAW tentang hal itu. Maka turunlah

ayat ini.

Diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir, al-Hakim dan

lainnya dari Abi Umamah at-Taimi. Dia bertanya kepada Ibnu Umar

tentang menyewakan kendaraan sambil naik haji. Ibnu Umar

menjawab: "Pernah seorang laki-laki bertanya seperti itu kepada

Rasulullah SAW yang seketika itu juga turun "Laisa 'alaikum junahun an

tabtaghu fadl-lan min rabbikum". Rasulullah SAW memanggil orang itu

dan bersabda: "Kamu termasuk orang yang menunaikan ibadah haji."

[19:45, 2/18/2020] Ubaidillah: Al-Baqarah : 187

Imam Bukhari meriwayatkan dari al-Barra. Seorang shahabat Nabi SAW

tidak makan dan minum pada malam bulan Ramadhan, karena tertidur

setelah tibanya waktu berbuka puasa. Pada malam itu ia tidak makan

sama sekali, dan keesokan harinya ia berpuasa lagi. Seorang shahabat

lainnya bernama Qais bin Shirmah (dari golongan Anshar), ketika tiba
waktu berbuka puasa, meminta makanan kepada istrinya yang

kebetulan belum tersedia. Ketika istrinya menyediakan makanan,

karena lelahnya bekerja pada siang harinya, Qais bin Shirmah tertidur.

Setelah

makanan tersedia, istrinya mendapatkan suaminya tertidur. Berkatalah

ia: "Wahai, celakalah engkau." (Pada waktu itu ada anggapan bahwa

apabila seseorang sudah tidur pada malam hari bulan puasa, tidak

dibolehkan makan). Pada tengah hari keesokan harinya, Qais bin

Shirmah pingsan. Kejadian ini disampaikan kepada Nabi SAW. Maka

turunlah ayat tersebut ini. sehingga gembiralah kaum Muslimin.

imam Bukhari meriwayatkan juga dari al-Barra. Para shahabat Nabi

SAW apabila tiba bulan Ramadhan tidak mendekati istrinya sebulan

penuh. Akan tetapi terdapat di antaranya yang tidak dapat menahan

nafsunya. Maka turunlah ayat ini Imam Ahmad, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abi

Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Ka'b bin Malik, dari bapaknya.

Pada waktu itu para sahabat beranggapan bahwa pada bulan

Ramadhan haram bagi yang shaum untuk makan, minum dan

menggauli istrinya setelah tertidur malam hari sampai ia berbuka

puasa keesokan harinya. Pada suatu ketika 'umar bin Khaththab pulang

dari rumah Nabi SAW setelah larut malam. Ia menginginkan menggauli

istrinya, tapi istrinya berkata: "Saya sudah tidur." 'Umar berkata: "Kau

tidak tidur", dan ia pun menggaulinya. Demikian juga Ka'b berbuat


seperti itu. Keesokan harinya 'umar menceritakan hal dirinya kepada

Nabi SAW. Maka turunlah ayat ini.

Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa'id. Diturunkan ayat

...dan makan minumlah hingga terang bagimu benar putih dari benang

hitam...' tanpa Kata "minal fajri". Ketika itu, jika orang-orang ingin

berpuasa mereka mengikat kaki dengan tali putih dan tali hitam.

Mereka makan dan minum sampai jelas terlihat perbedaan antara ke

dua tali itu, Maka turunlah ayat "minal fajri". Kemudian mereka mengerti

bahwa khaithul abydlu minal khaitil aswadi itu tiada lain adalah siang

dan malam.

ibnu Jarir meriwayatkan dari Qatadah. Apabila seseorang sedang

beritikaf, lalu ia keluar dari masjid dan pulang ke rumah jika dia mau

menggauli istrinya. Maka turunlah ayat....dan janganlah kalian campuri

mereka (istri) ketika kamu sedang beritikaf di masjid.

[19:47, 2/18/2020] Ubaidillah: Al-Baqarah 207

Asbabun Nuzul

Al-harit bin abi usamah dalam musnadnya dan ibnu abi hatim

meriwayatkan dari said bin al-Musayyab, dia berkata " ketika suhaib

hijrah ke madinah, dia diikuti beberapa orang quraisy. Kemudian


shuhaib turun dari tunggangannya dan mengambil anak panah dari

tempatnya. Kemudian dia berkata, wahai orang quraisy, kalian tahu

bahwa aku paling pandai memanah, demi Allah kalian tidak akan

sampai padaku hingga aku menggunakan seluruh anak panahku untuk

membunuh kalian, kemudian aku akan menggunakan pedangku selama

masih ada di tanganku. Setelah itu lakukan apa yang ingin lakukan

terhadapku. Jika kalian mau, maka kau serahkan hartaku yang ada di

mekah dan biarkan aku melanjutkan perjalanan. Maka orang quraisy

itu setuju. Ketika sampai di madinah, Rasulullah berkata kepada

shuhaib, 'beruntunglah jual belimu hai abu yahya, abu yahya telah

beruntung dalam jual belinya' Maka allah turunkan ayat ini.

Al-hakim meriwayatkan dalam al-mustadrak riwayat yang sejenis

dengan riwayat diatas dari ibnu al-musayyab dari shuhaib dengan

sanad yang mausul. Alhakim juga meriwayatkan hadis yang serupa

dengannya dari mursal ikrimah. Al-Hakim juga meriwayatkan dari

hamad bin salmah dari tsabit dari anas. Di dalam riwayat ini terdapat

penjelasan tentang turunnya ayat di atas. Dan al-Hakim berkata

riwayat ini shahih sesuai syarat muslim.

Ibnu jarir meriwayatkan dari ikrimah, dia berkata, " ayat diatas turun pad

shuhaib, abu dzar dan jundub ibnus-sakan, kerabat abu dzar.

[19:48, 2/18/2020] Ubaidillah: Al-Baqarah 272

Asbabun Nuzul
An-Nasai,al-hakim,al-Bazzar, at-Thabrani dan lainya meriwayatkan dari

ibnu abbas. Dulu orang-orang tidak rela dinasab mereka terdapat orang

musyrik. Mereka bertanya kepada Rasulullah tentang hal itu. Maka

Rasul saw memberi kemudahan tentang hal itu. lalu turunlah ayat ini.

[20:05, 2/18/2020] Ubaidillah: Al-maidah 2

Asbabun Nuzul

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ikrimah, dia berkata, "Al-Hutham bin

Hinduwal Bakri datang ke Madinah dengan beberapa untanya yang

membawa bahan makanan untuk dijual. Kemudian dia mendatangi

Rasulullah, dan menawarkan barang dagangannya, setelah itu dia

masuk Islam. Ketika dia keluar dari tempat Rasulullah, beliau bersabda

kepada orang-orang yang ada di dekat beliau, 'Dia datang kepadaku

dengan wajah orang yang jahat. Lain dia pergi dengan punggung

seorang penghianat. Ketika al-Hatham sampai ke Yamamah, dia

keluar dari Islam (murtad). Ketika bulan Dzulhijjah, dia pergi ke Mekah

dengan rombongan untanya yang membawa bahan makanan. Ketika

orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar mendengar berita

kepergian al-Hatham ke Mekah, mereka pun bersiap-siap untuk

menyerang kafilah untanya. Maka Allah menurunkan firman-Nya, 'Wahai

orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syiar-syiar kesucian Allah,..." (al
Maidah: 2) Akhirnya, mereka tidak jadi melakukan hal itu."
Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari as-Suddi hadits yang serupa

dengannya. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dia

berkata, "Rasulullah dan para sahabat berada di Hudaibiyah ketika

orang-orang musyrik menghalangi mereka pergi ke Baitullah. Hal itu

membuat marah para sahabat. Ketika dalam keadaan demikian,

beberapa orang musyrik dari daerah timur melintasi mereka menuju

Baitullah untuk melakukan umrah. Para sahabat berkata, 'Kita halangi

tidak pergi ke Baitullah, sebagaimana mereka

menghalangi kita. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, '.Jangan

sampai kebencian(mu) kepada

menghalang-halangimu

dari Masjidil haram...."

[20:08, 2/18/2020] Ubaidillah: Ali-imran 99

Asbabun Nuzul

Al-Farabi dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia

berkata, "Pada masa jahiliah orang-orang Aus dan al-Khazraj saling

bermusuhan. Pada suatu ketika, setelah kedatangan Islam, mereka

berkumpul dan berbincang-bincang tentang apa yang pemah terjadi di

antara mereka sebelum kedatangan Islam. Hingga akhirnya mereka

sama-sama naik pitam dan sebagian mereka saling menghunus

senjata. Lalu turunlah firman Allah ta'ala, Dan bagaimana kamu

(sampai) menjadi kafir.." (Ali Imran: 101) Dan dua ayat setelahnya.
Ibnu Ishaq dan Abusy Syekh meriwayatkan dari Zaid bin Aslam, dia

berkata, "suatu hari Syas bin Qais, seorang Yahudi, melintasi orang

orang dari kabilah Aus dan Khazraj yang sedang berbincang-bincang.

Syas sangat tidak suka dengan keakraban kedua kabilah tersebut

setelah perpisahan yang sekian lama terjadi antar mereka. Maka dia

menyuruh seorang pemuda Yahudi yang bersamanya untuk ikut

bergabung bersama orang-orang Aus dan Khazraj tersebut, lalu

mengingatkan mereka tentang Hari Bi'ats. Pemuda itu pun melakukan

perintah Syas. Akibatnya orang-orang Aus dan Khazraj pun saling

berselisih dan saling membanggabanggakan kabilah mereka. Hingga

seorang dari Aus yang bemama Aus bin Qaizhi dan seorang dari

Khazraj yang bemama Jabbar bin Shakar melompat berdiri dan

keduanya saling mencela. Amarah kedua kabilah tersebut pun

memuncak dan mereka sudah bersiap-siap untuk berperang. Lalu

kejadian itu sampai kepada Rasulullah. Maka beliau mendatangi

mereka, lalu menyampaikan nasihat kepada mereka dan memperbaiki

kembali hubungan mereka. Mereka pun mendengarkan dan menaati

nasihat Rasulullah tersebut. Lalu Allah menurunkan firman-Nya pada

Aus dan Jabbar serta orang-orang yang bersama mereka, 'Wahai orang

orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang

diberi Kitab." (Ali Imran: 100) Dan Allah menurunkan kepada Syas bin

Qais firman-Nya, 'Katakanlah Muhammad), 'Wahai Ahli Kitab! Mengapa

kamu menghalang-halangi."(Ali Imran: 99)

[20:10, 2/18/2020] Ubaidillah: Al-Hujurat : 9


Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas bahwa suatu ketika

Rasulullah mengendarai keledainya menemui Abdullah bin Ubay.

Abdullah bin Ubay lantas berkata, "Menjauhlah dari saya karena bau

busuk keledaimu telah membuat saya tidak nyaman." Seorang laki-laki

dari kalangan Anshar dengan cepat menjawab, "Demi Allah, sungguh

bau keledai Rasulullah ini lebih wangi darimu." Mendengar ucapan laki

laki itu, seseorang yang berasal dari suku yang sama dengan Abdullah

marah. Akibatnya, pertengkaran antara dua kelompok tersebut tidak

terhindari sehingga mereka saling pukul dengan menggunakan pelapah

kurma, tangan dan terompah. Tidak lama berselang, turunlah ayat ini.

Sa'id bin Manshur dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abu Malik yang

berkata, "Suatu hari, terjadi pertengkaran antara dua orang laki-laki

Muslim. Hal itu mengakibatkan kabilah yang satu ikut marah pada yang

lain, demikian pula sebaliknya. Kedua kelompok itu pun lantas terlibat

perkelahian masal dengan menggunakan tangan dan terompah. Allah

menurunkan ayat, 'Dan apabila ada dua golongan orang mukmin

berperang, maka damaikanlah antara keduanya."

Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata,

"Ada seorang laki-laki Anshar bernama Imran, la memiliki seorang istri

yang biasa dipanggil Ummu Zaid. Suatu hari, istrinya itu bermaksud
mengunjungi salah seorang keluarganya, tetapi sang suami

melarangnya dan mengurungnya di loteng rumah. Wanita itu lantas

menginformasikan hal tersebut kepada kaumnya sehingga mereka

langsung berdatangan untuk mengeluarkannya dari tempat itu dan

membawanya pergi. Sang suami yang mengetahui hal itu lalu juga

meminta bantuan kepada kaumnya. Keluarga dari pihak paman laki-laki

itu pun lalu berdatangan dan mencoba untuk menghalangi wanita itu

dari keluarganya. Akhirnya, kedua kelompok terlibat perkelahian

menggunakan pelapah kurma dan terompah. Berkenaan dengan

mereka inilah turun ayat, 'Dan apabila ada dua golongan orang mukmin

berperang, maka damaikanlah antara keduanya." Rasulullah mantas

mengirim utusan untuk mendamaikan kedua kelompok tersebut.

Mereka akhirnya menyerahkan penyelesaiannya pada keputusan Allah."

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan yang berkata, "Suatu ketika,

terjadi pertikaian antara dua kelompok. Ketika mereka diseur kepada

penyelesaian, mereka pun menolak. Sebagai responsnya, turunlah ayat

kesembilan ini." Dari Qatadah diriwayatkan, "Diinformasikan kepada

kami bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua orang laki-laki

Anshar diantara keduanya terjadi persengketaan dalam hak tertentu.

Salah seorang dari mereka lalu berkata, Sungguh saya akan

merebutnya darimu, walaupun dengan kekerasan. Laki-laki ini berkata

seperti itu karena banyaknya jumlah kaumnya. Laki-laki yang kedua


mencoba untuk mengajaknya meminta keputusan kepada Rasulullah,

tetapi ia menolaknya. Persengketaan itu terus berlangsung sehingga

akhirnya terjadi perkelahian diantara kedua pihak. Mereka pun saling

memukul dengan tangan dan terompah. Untung saja perkelahian

tersebut tidak berlanjut dengan menggunakan pedang."

[20:11, 2/18/2020] Ubaidillah: Tahrim 1

Asbabun Nuzul

Imam Al-Hakim dan An-Nasai meriwayatkan dengan sanad yang shahih

dari Anas bahwa suatu hari Rasulullah menggauli seorang budak wanita miliknya. Aisyah dan
Hafshah lantas terus menerus

memperbincangkan kejadian tersebut sampai akhirnya Rasulullah menjadikan budak itu bagi
diri beliau tidak akan digauli lagi). Allah lalu menurunkan ayat ini.

Annur 33

Asbabun Nuzul

Firman-Nya, "Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan
pelacuran."

Muslim meriwayatkan dari Abu Sufyan dari Jabir bin Abdillah bahwa Abdullah bin Ubay pernah
mengatakan kepada seorang budak wanitanya, "Pergilah dan melacurlah untuk kami!"
Maka Allah menurunkan ayat ini. Muslim juga meriwayatkan dari ini bahwa seorang budak
wanita milik Abdullah bin Ubay, yang benama Masikah, dan seorang budak wanita yang
lain yang benama Umaimah, dipaksa oleh Abdullah untuk berzina, lalu keduanya
mengadukan hal itu kepada Nabi saw., Maka Allah menurunkan ayat ini
Al-Hakim meriwayatkan dari Abuz Zubair dari Jabir bahwa Masikah datang kepada sebagian
orang Anshar, lalu mengatakan, "Majikan aku memaksa aku melacur." Maka turunlah ayat
ini.

Al-Bazzar dan ath-Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas bahwa
dahulu Abdullah bin Ubay punya Seorang budak wanita yang pada masa jahiliah
melakukan pelacuran. Ketika zina diharamkan, budak ini berkata, "Demi Allah, aku tidak
akan berzina untuk selamanya. Maka turunlah ayat ini.

Al-Bazzar meriwayatkan hal senada dengan sanad yang lemah dari Anas, dan ia menyebut
nama budak wanita itu Mu'adzah.

Sa'id bin Manshur meriwayatkan dari Sya'ban dari Amr bin Dinar dari "Ikrimah bahwa
Abdullah bin Ubay dahulu punya dua orang budak wanita: Masikah dan Mu'adzah.
Abdullah memaksa mereka berzina. Maka salah seorang budak itu berkata, "Kalau zina
memang bagus, aku sudah terlalu sering melakukannya. Tapi kalau tidak bagus, sudah
sepatutnya aku meninggalkannya." Maka Allah menurunkan ayat ini.

al-ahzab 51

Asbabun Nuzul

Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani yang bersumber dari 'Aisyah, bahwa

'Aisyah berkata: "Apakah wanita tidak malu bila menyerahakn dirinya

(untuk dikawin)?". Allah mewahyukan firman-Nya "turji man tasya'u"

sampai akhir ayat (surat Al-Ahzab: 51) yang memberikan kebebasan

kepada Rasulullah untuk menetapkan giliran tinggal bersama istrinya.


Kemudian 'Aisyah berkata: "Aku melihat Tuhanmu mempercepat

mengabulkan keinginanmu".

Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Abi Razin, bahwa Rasulullah Saw.

Pernah bermaksud mentalak beberapa istrinya. Ketika mereka

mengetahuinya, menyerahakn perusahaannya kepada Rasulullah Saw.

Ayat ini (Surat Al-Ahzab: 50-51) turun berkenaan dengan peristiwa

tersebut yang memberikan kebebasan kepada Rasulullah saw. Untuk

menetapkan kebijaksanaan mengenai istri-istrinya itu.

al-hajj 69

Asbabun Nuzul

Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari muqatil bahwa ayt ini turun tentang

pasukan yang dikirim Nabi saw dan mereka berjumpa dengan orang

orang musyrik pada dua malam terakhir di bulan muharram. Orang

orang musyrik berkata, "serang saja para sahabat Muhammad, mereka

mengharamkan perang di bulan haram." Sementara itu para sahabat

menyeru mereka, mengingatkan mereka pada Allah, agar mereka tidak

menyerang, sebab mereka tidak membolehkan perang dalam bulan

haram, kecuali terhadap orang yang menyerang mereka. Orang-orang

musyrik menyerang lebih dahulu, maka para sahabat pun melawan.


Mereka bertempur dan Allah memberikan kemenangan kepada kaum

Muslimin. Maka turunlah ayat ini.

Anda mungkin juga menyukai