Anda di halaman 1dari 5

SIRAH NABAWIYAH EPISODE PERANG UHUD

Kekalahan di Badar meninggalkan kesan yang mendalam bagi kaum kafir Quraisy di
Mekkah. Para perempuan mereka setiap hari berduka, teringat para suami, anak, bapak, dan kawan
yang menjadi korban pada peperangan itu. Sehingga para tokoh Quraisy yang selamat pada
peperangan Badar bersepakat untuk melanarkan balasa dendam. 1
Ibnu Ishaq berkata: cerita tentang perang uhud adalah sebagaimana dituturkan kepadaku oleh
Muhammad bin Muslim az-Zuhri, Muhammad bin Yahya bin Hibban, Ashim bin Umar bin Qatadah,
Al Husain bin Sa’ad bin Muadz, dan ulama-ulama lainnya. Semua dari mereka menceritakan
sebagian cerita tentang perang uhud dan cerita mereka terkumpul menjadi satu dalam kisah perang
uhud yang saya akan sampaikan pada bahasan berikut ini. 2
Para ulama tadi atau salah seorang dari mereka berkata: setelah orang- orang kafir Quraisy
mengalami kekalahan telak di sumur perang Badar, tokoh- tokoh mereka yang masih hidup pulang ke
Makkah. Abu Sufyan bin Harb tiba di Makkah dengan kafilah dagangnya. Maka Abdullah bin Abu
Rabi’ah, Ikrimah Bin Abu Jahal dan Shafwan bin Umaiyyah berangkat bersama dengan orang-orang
Quraisy yang kehilangan ayah, anak dan saudara di Perang Badar mendatangi Abu Sufyan bin Harb
berkata kepadanya dan lepada para saudagar Quraisy yang ikut bersamanya: “Wahai orang-orang
Quraisy, sesungguhnya Muhammad telah melakukan kekeliruan besar pada kalian dan
membinasakan orang-orang pilihan kalian. Oleh sebab itulah, bantulah kami dengan harta
kalian untuk memeranginya. Mudah-mudahn dengan itu kita bisa melakukan balas dendam atas
kematian orang-orang kita!” Abu Sufyan bin Harb dan para saudagar Quraisy mengabulkan
permintaan mereka.
Oleh sebab itu, mereka berusaha sekuat tenaga untuk membershkan noda dan kehinaan yang
melekat pada diri mereka. Mereka bertekad mengumpulkan harta benda untuk memerangi Rasulullah
SAW ketika mereka kembali dari perang badar.3
Ibnu Ishaq berkata: sebagian ulama berkata kepadaku bahwa tentang
Abu Sufyan bin Harb dan kawak-kawan Allah menurunkan firman-Nya:

Ibnu Ishaq berkata: orang-orang Quraisy sepakat untuk memerangi Rasulullah ketika Abu Sufyan bin
Harb melakukan itu dan diikuti oleh pedagang-pedagang Quraisy dan kabilah lain yang bergabung
dengan Quraisy dan kabilah-kabilah yang loyal kepada mereka seperti Kinanah dan orang-orang
Tihamah. Orang Quraish juga meminta Abu Azzah, seorang penyair ternama pada masa itu, untuk
menggugah banyak kabilah agar mau memerangi kaum Muslimin. Mereka berjanji kepadanya akan
memberikan banyak uang setelah perang. Selain kepada Abu Azzah, mereka juga meminta hal yang
sama kepada Musafi bin Abdi Manaf Al-Jumahi, penyair lainnya.4
Ibnu Ishaq berkata: Abu Izzah Amr bin Abdullah Al-Jumahi adalah seorang tawanan yang
dibebaskan secara gratis oleh Rasulullah SAW di perang Badar, ia berkata: “Wahai Rasulullah, aku
seorang yang miskin dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak, maka bebaskanlah aku
mudah-mudahn Allah

memberi shalawat dan salam kepadamu.” Rasulullah SAW lalu membebaskan Abu Izzah Al-Jumahi. 5
Beberapa hari sebelum perang uhud, Shafwan bin Umaiyyah berkata kepada Abu Izzah Al
Jumahi:” Wahai Abu Izzah, engkau adalah seorang penyair, maka bantulah kami dengan lidahmu dan
keluarlah bersama kami!” Avu Izzah Al-Jumahi menjawab: “Sesungguhnya Muhammad telah
membebaskanku dan aku tidak ingin membantu orang-orang yang hendak memeranginya.” Shafwab
bin Umaiyyah berkatalah: “Bantulah kami dengan kehadiran dirimu. Demi Allah jika aku kembali
maka aku akan berjanji akan membuatmu kaya dan jika engkau tidak terbunuh maka aku akan
berjanji akan membuatmu kaya namun jika engaku terbunuh maka kami akan jadikan anak- anak
perempuanmu mendapat jatah seperti anak –anak perempuanku yang pada saat sulit dan mudah.
Akhirnya Abu Izzah Al-Jumahi berangkat dalam rombongan orang-orang Tihamah dan mengajak
orang-orang Bani Kinan.
Al-Mubarakfuri meriwayatkan: pasukan ini diikuti pula oleh suku-suku yang bersekutu
dengan Quraisy, diantaranya suku Al-Habisy, Kinanah dan penduduk Tihamah. 6
Ibnu Ishaq berkata: Musafi’ bin Abdu Manf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumahi pergi ke
Bani Malik bin Kinanah untuk menghasut dan meyeru mereka memerangi Rasulullah SAW. Ibnu
Ishaq berkata; Jubair bin Al-Muth’im memanggil budak hitamnya, Wahsyi, seorang ahli melempar
tombak asal Habasyah dengan lemparan yang jarang sekali meleset dari sasaran. Jubair berkata
padanya,“ Berangkatlah jika engkau bersama-sama orang Quraisy. Jika berhasil membunuh Hamzah,
paman Muhammad, sebagai balasan atas kematian pamanku, Thu’aimah bin Adi, maka engkau
menjadi orang bebas merdeka.

Ibnu Ishaq Berkata: Orang-orang Quraisy berangkat dengan kekuatan penuh, tokoh-tokoh,
orang-orang yang pro mereka, dan para pengikutnya baik orang-orang dari Bani Kinanah dan orang-
orang Tihamah. Mereka juga mengikut sertakan istri-istri mereka sebagai oenjaga agar mereka tidak
melarikan dari medang perang. Abu Sufyan bin Harb sang komandan perang berangkat bersama
istrinua, Hindun binti Utbah. Ikrimah bin Abu Jahl berangkat bersama istrinya, ummu Hakim binti
Al-Harits bin Hisyam bin Al- Mughirah. Al-Harits bin Hisyam bin Al-Mughirah berangkat bersama
istrinya, Fathimah binti Al-Walid bin At-Mughirah. Shafwan bin Umaiyyah berangkat bersama
istrinya, Barzah binti Mas’ud bin Amr bin Umair Ats-Tsaqafi, ibu Abdullah bin Shafwan bin
Umaiyyah. Orang-orang Quraisy berjalan hingga sampai di dua mata air di gunung di lembah
Sabkhah dari saluran air di atas tepian lembah yang menghadap Madinah.

Ibnu Ishaq berkata: pada saat orang-orang Quraisy sampai ditempat tersebut, Rasulullah
SAW dan kaum Muslimin mendengar kedatangan mereka. Rasulullah SAW bersabda: “Demi Allah,
aku melihat dalam mimpiku sesuatu yang baik. Aku lihat sapi disembelih, salah satu sisi pedangku
retak, dan aku lihat diriku memasukkan tanganku ke dalah baju perang baja dan aku menafsirkannya
bahwa itu adalah Madinah.7
Ibnu Hisyam berkata: sebagian ulama berkata kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku bermimpi melihat sapiku disembeli.” Adapun tafsir sapi ialah b eberapaorang dari sahabt-
sahabatku terbunuh. Sedang keretakan yang aku lihat disalah satu sisi pedangku ialah bahwa salah
seorang dari keluargaku akan terbunuh”
Selanjutnya, dikeesokan harinya, Nabi SAW bermusyawarah dengan para sahabatnya dan
juga dihadiri kaum munafiq terkait tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi pasukan itu.
Diantara mereka yang memilih pendapat pertama adalah Abdullah bin Ubay bin Salul yang diikuti
oleh sebagian besar sahabat nabi SAW. Akan tetapi sebagaian besar diantara mereka yang pernah dan
yang tidak akan merasakan atmosfir peperangan Badar memilih untuk berangkat keluar. Mereka
berkata “Ya Rasulullah, bawalah kami keluar menghadapi musuh supaya mereka tidak memandang
kita takut dan tidak sanggup menghadapi mereka.8
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat: “Jika kalian mau,
tetaplah tinggal di Madinah dan biarkan mereka di tempat mereka kini berad. Jika mereka tetap di
tempat itu, maka ia menjadi tempat yang paling buruk bagi mereka. Jika masuk menyerbu kita, kita
akan serang balik mereka didalamnya” pendapat Abdullah bin Ubay bin Salul serupa dengan
pendapat Raulullah SAW, yaitu tidak usah keluar dari Madinah untuk berduel dengan mereka, namun
beberapa orang dari kaum Muslimin yang dimuliakan Allah untuk gugur sebagai Syuhada’ di perang
Uhud dan perang-perang lainnya yang tidak ikut berkesempatan hadir di Perang Badar berkata:
“Wahai Rasulullah, keluarlah bersama kami untuk berduel melawan mereka agar mereka tidak
menganggap kami sebagai pengecut yang tidak berani berhadapan dengan mereka.”
Abdullah bin Ubay bin Salul berkata:” Wahai Rasulullah, tetaplah tinggal di Madinah dan
jangalan engaku keluar menyerbu mereka, demi Allah jika kita menyongsong musuh-musuh kita
mereka pasti akan membunuh salah seorang diantara kita dan apabila mereka masuk ketempat kita,
kita pasti berhasil mengalahkan mereka. Wahai Rasulullah biarkanlah mereka di tempat kini mereka
berada. Apabila menetap ditempat tersebut, mereka menetap di tempat tahanan terburuk. Apabila
masuk ke Madinah, mereka akan diperangi orang laki-laki dan akan dilempari batu oleh kaum wanita
dan anak-anak.

Apabila pulang kembali ke negeri asalnya, mereka pulang dengan gagal seperti halnya saat mereka
datang.9
Para sahabat yang menginginkan berhadapan lansung dengan orang- orang Quraisy tetap
tidak beranjak dari tempat Rasulullah SAW sampai beliau masuk rumah dan mengenakan baju besi
perangnya. Pada saat itu merupakan hari jumat dan itu terjadi ketika beliau usai memunaikan shalat
jumat. Hari itu juga salah seorang dari kaum Anshar, yang bernama Malik bin Amr dari Bani An-
Najjar meninggal dunia. Rasulullah SAW Mensalatkannya. Barulah Rasulullah menemui sahabat-
sahabatnya dan mereka menyesal atas apa yang mereka lakukan. Mereka berkata: “Kita telah lancing
memaksa Rasulullah SAW untuk keluar dan itu tidak sepatutanya kita lakukan”. Rasulullah SAW
bersabda: “Apabila seorang Nabi telah memakai baju besi, tidak patut baginya mencopotnya kembali,
hingga ia berperang.” Kemudian Rasulullah SAW berangkat bersama seribu sahabatnya.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah SAW menugaskan Ibnu Ummi Maktum mejadi Imam
sementara di Masjid Nabawi. Ibnu Ishaq berkata: Pada saat Rasulullah SAW bersama para
sahabatnya sampai di Asy-Syauth, kawasan yang berada di antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin
Ubay bin Salul beserta sepertiga pasukan memisahkan diri dari Rasulullah SAW. Abdullah bin Ubay
bin Salul berkata: “Muhammad SAW mentaati usulan sahabt-sahabatnya dan tidak mau mengambil
oendapatku. Whai manusia, kamu tidak mau bunuh diri di tempat ini?” setekah itu, Abdullah bin
Ubay bin Salul pulang ke Madinah bersama para pengikutnya, yaitu orang-orang munafik dan orang-
orang yang di hinggapi penyakit keragu-raguan dalam hatinya. Mereka dikejar Abdullah bin Amr bin
Haram saudara Bani Salimah yang kemudian berkataa kepada mereka: “Wahai Kamumku, aku
ingatkan kalian tidak menelantarkan kaum dan Nabi kalian ketika akan berhadapan dengan musuh.”
Mereka berkata: “Andai kita tahu kalian akan diperangi, kita pasti tidak akan meninggalkan kalian,
namun kami memandang bahwa perang tidak mungkin terjadi.”
Ketika Abdullah bin Ubay bin Salul dan kawan-kawannya bersikukuh membangkang
dengan pulang ke Madinah, Abdullah bin Amr bin Haram berkata: wahai musuh-musuh Allah,
mudah-mudahan Allah mengutuk kalian dan dia jadikan Nabi-Nya tidak lagi membutuhkan kalian.
Ibnu Hisyam berkata: Beberapa orang selain Ziyad berkata: dari Muhammad bin Ishaq dari Az-Zuhri
bahwa orang-orang Anshar berkata kepada Rasulullah SAW sebelum perang uhud:”Wahai
Rasulullah, mengapa kita tidak meminta bantuan sekutu-sekutu dari orang-orang Yahudi? Rasulullah
SAW bersabda: kita tidak membutuhkan mereka. Ziyad berkata: Muhammad bin Ishaq berkata
kepadaku bahwa Rasulullah SAW terus berjalan hingga melewati Harrah Bani Haritsah. Di sana ada
seekor kuda mengibaskan ekornya hingga mengenai besi di gagang pedang salah seorang sahabat
hingga membuat pedang itu terhunus.10
Ibnu Hisyam mengatakan: Kilab al-Saif (paku di ujung pedang). Ibnu Ishaq berkata:
Rasulullah SAW yang terbiasa optimis dan tidak pesimis bersabda kepada sahabat pemilik pedang:
“Sarungkanlah pedangmu kembali, karena pada hari ini aku lihat semua pedang akan terhunus.”11
Ibnu Ishaq berkata: setelah itu, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat-sahabatnya:
“siapa diantara kalian yang bisa membawa kita dekat dengan musuh melalui jalan lain yang tidak bisa
dilalui mereka?”Abu Khaitsamah dari Bani Haritsah bin Al-Haritsah berkata: “Aku, wahai
Rasulullah.” Kemudian Abu Khaitsamah membawa Rasulullah SAW melewati antara tanah hitam
berbatu (harrah) Bani Haritsah dengan kebun-kebun mereka hingga melewati kebun milik Mirba’ bin
Qaidhi. Ia adalah seorang munafik bermata buta. Ketika mendengar gerak Rasulullah SAW bersama
para sahabatnya, ia berdiri untuk melemparkan tanah ke muka mereka, ia berkata: “Seandainya
engkau memang benar sebagai utusan Allah, tetap saja aku tidak akan mengizinkanmu memasuki
kebunku.”
Ibnu Ishaq berkata: ada yang menuturkan kepadaku bahwa Mirba’ bin Qaidhi memegang
segenggam tanah, seraya berkata: “demi Allah, hai Muhammad, jika aku tahu tanah ini tidak akan
mengenai orang selain dirimu, pastilah aku lemparkan semuanya kepadamu.” Kaum Muslimin
spontan bergerak ingin menghabisi Mirba bin Qaidhi, namun Rasulullah SAW bersabda: “Jangan!
Orang buta ini, buta hati dan matanya.” Namun, Sa’ad bin Zaid dari Bani Abdul Asyhal berhasil
mendekati Mirba sebelum Rasulullah SAW melarang membunuhnya, lalu menghantam kepalanya
dengan busur panah hingga bersimbah darah.
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW terus melanjutkan perjalanannya hingga sampai di jalan
menuju Gunung Uhud, di sebuah ngarai yang dekat dengan gunung Uhud, dan Rasulullah jadikan
ngara itu memunggunginya dan menghadapkan pasukannya ke gunung Uhud. Beliau berkata:
Janganlah salah seorangdari kalian berperang tanpa perintah dariku.” Orang-orang Quraisy melepas
unta dan kuda mereka di rerumputan Ash-Shamgah dekat dengan saluran kaum muslimin. Ketika
Rasulullah SAW melarang kaum muslimin berperang hingga beliau memerintahkannya, salah
seorang dari kaum Anshar berkata: “Pantaskah tanaman-tanaman Bani Qailah dijadikan padang
gembala sementara kami tidak mendapatkan bagian?”
Ibnu Ishaq berkata: Rasulullah SAW siaga perang bersama tujuh ratus sahabatnya dan
menunjuk Abdullah bin Jubair dari Bani Amr bin Auf sebagai komandan pasukan pemanah. Saat itu,
Abdullah bin Jubair diberi sandi pakaian putih dengan jumlah pasukan pemanah sebanyak lima puluh
orang. Rasulullah SAW bersabda kepada Abdullah bin Jubair: ”Cegah pasukan berkuda mereka dari
kami dengan anak panah kalian agar tidak akan menyerang ke tempat kita dari belakang kita. Baik
kita menang atau kalah, engkau harus tetap berada pada posisimu semula. Kita tidak akan diserbu
dari depanmu! Rasulullah SAW merapatkan kedua baju besinya dan menyerahkan panji perang
kepada Mush’ab bin Umair dari Bani Abduddar.
Ibnu Hisyam berkata: Rasulullah SAW mengijinkan Samurah bin Jundab al-Fazari dan Rafi
bin Khadij saudara Bani Haritsah ikut ikut dalam medang perang. Kedua sahabat tersebut baru
berusia lima belas tahun.
Saat peperangan berlansung, Ath-Thabari meriwayatkan: ditengah- tengah kami ada orang
asing yang tidak diketahui dari mana ia berasal. Dia berperang dengan sengit dan berhasil membunu
tujuh atau delapan orang musyrikin, lalu iapun bunuh diri dengannya. 12
Akan tetapi di perang uhud ini, kaum muslimin mengalami kekalahan yang sangat tragis,
Hamzah bin Abdul Muthalib terbunuh dengan sobekan di perutnya dan hatinya di cincang-cincang.
Hal ini membuat Nabi SAW sangat bersedih dan begitupun dengan kaum muslimin yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai