Anda di halaman 1dari 4

Abu Ubaidah Al jarrah

A. Pendahuluan Singkat Tentang Beliau

Nama beliau adalah Abu Ubaidah (Amir) bin ‘Abdillah bin Jarrah bin Hilal, Al-Fihri Al-
Qurasyi Al-Makki.
Ibunya adalah Umamah binti Ghanm bin Jabir bin ‘Abdul ‘Uzza bin Amirah bin Umairah,
ia sempat menjumpai Islam dan masuk Islam. Ayahnya adalah Abdullah bin Jarrah bin Hilal
Al-Fihri, ia tetap dengan kemusyrikannya dan tidak beriman kepada Rasulullah, hingga wafat
sebagai orang musyrik setelah dibunuh oleh putranya sendiri saat perang Badar.
Abu Ubaidah lahir tiga belas tahun setelah peristiwa Gajah. Ia lebih muda 13 tahun dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

B. Kisah Singkat Tentang Kehidupan Beliau.

Abdullah bin Umar pernah berkata tentang orang-orang yang mulia. "Ada tiga orang
Quraiys yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlaknya dan sangat pemalu. Bila berbicara
mereka tidak pernah dusta. Dan apabila orang berbicara, mereka tidak cepat-cepat
mendustakan. Mereka itu adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu
Ubaidah bin Jarrah."
Abu Ubaidah termasuk kelompok pertama sahabat yang masuk Islam. Dia masuk Islam
atas ajakan Abu Bakar Ash-Shiddiq, sehari setelah Abu Bakar masuk Islam. Waktu menemui
Rasulullah SAW, dia bersama-sama dengan Abdurrahman bin Auf, Utsman bin Mazh'un dan
Arqam bin Abi Arqam untuk mengucapkan syahadat di hadapan beliau. Oleh sebab itu,
mereka tercatat sebagai pilar pertama dalam pembangunan mahligai Islam yang agung dan
indah.
Dalam kehidupannya sebagai Muslim, Abu Ubaidah mengalami masa penindasan yang
kejam dari kaum Quraiys di Makkah sejak permulaan sampai akhir. Dia turut menderita
bersama kaum Muslimin lainnya. Walau demikian, ia tetap teguh menerima segala macam
cobaan, tetap setia membela Rasulullah SAW dalam tiap situasi dan kondisi apapun.

Dalam Perang Badar, Abu Ubaidah berhasil menyusup ke barisan musuh tanpa takut
mati. Namun tentara berkuda kaum musyrikin menghadang dan mengejarnya. Kemana pun ia
lari, tentara itu terus mengejarnya dengan beringas. Abu Ubaidah menghindar dan
menjauhkan diri untuk bertarung dengan pengejarnya. Ketika si pengejar bertambah dekat,
dan merasa posisinya strategis, Abu Ubaidah mengayunkan pedang ke arah kepala lawan.
Sang lawan tewas seketika dengan kepala terbelah.
Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Tak lain adalah Abdullah bin
Jarrah, ayah kandungnya sendiri! Abu Ubaidah tidak membunuh ayahnya, tapi membunuh
kemusyrikan yang bersarang dalam pribadi ayahnya.
Berkenaan dengan kasus Abu Ubaidah ini, Allah SWT berfirman: "Kamu tak akan
mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan
orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak,
atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang
yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap
mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah
golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang
beruntung." (QS Al-Mujaadalah: 23)
Ayat di atas tidak membuat Abu Ubaidah besar kepala dan membusungkan dada.
Bahkan menambah kokoh imannya kepada Allah dan ketulusannya terhadap agama-Nya.
Orang yang mendapatkan gelar "kepercayaan umat Muhammad" ini ternyata menarik
perhatian orang-orang besar, bagaikan magnet yang menarik logam di sekitarnya.
Pada suatu ketika, utusan kaum Nasrani datang menghadap Rasulullah seraya berkata,
"Wahai Abu Qasim, kirimlah kepada kami seorang sahabat anda yang pintar menjadi hakim
tentang harta yang menyebabkan kami berselisih sesama kami. Kami senang menerima
putusan yang ditetapkan kaum Muslimin."
"Datanglah sore nanti, saya akan mengirimkan kepada kalian 'orang kuat yang terpercaya',"
kata Rasulullah SAW.
Umar bin Al-Khathab berujar, "Aku ingin tugas itu tidak diserahkan kepada orang lain,
karena aku ingin mendapatkan gelar 'orang kuat yang terpercaya'."
Selesai shalat, Rasulullah menengok ke kanan dan ke kiri. Umar sengaja menonjolkan
diri agar dilihat Rasulullah. Namun beliau tidak menunjuknya. Ketika melihat Abu Ubaidah,
beliau memanggilnya dan berkata, "Pergilah kau bersama mereka. Adili dengan baik perkara
yang mereka perselisihkan!"
Abu Ubaidah berangkat bersama para utusan tersebut dengan menyandang gelar "orang
kuat yang terpercaya".
Abu Ubaidah selalu mengikuti Rasulullah berperang dalam tiap peperangan yang beliau
pimpin, hingga beliau wafat.
Dalam musyawarah pemilihan khalifah yang pertama (Al-Yaum Ats-Tsaqifah), Umar
bin Al-Khathab mengulurkan tangannya kepada Abu Ubaidah seraya berkata, "Aku
memilihmu dan bersumpah setia, karena aku pernah mendengar Rasulullah bersabda,
'Sesungguhnya tiap-tiap umat mempunyai orang kepercayaan. Dan orang paling dipercaya
dari umat ini adalah engkau."
Abu Ubaidah menjawab, "Aku tidak mau mendahului orang yang pernah disuruh
Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup—Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah kita imamkan juga dia."
Akhirnya mereka sepakat untuk memilih Abu Bakar menjadi khalifah pertama, sedangkan
Abu Ubaidah diangkat menjadi penasihat dan pembantu utama khalifah.
Setelah Abu Bakar wafat, jabatan khalifah pindah ke tangan Umar bin Al-Khathab. Abu
Ubaidah selalu dekat dengan Umar dan tidak pernah menolak perintahnya. Pada masa
pemerintahan Umar, Abu Ubaidah memimpin tentara Muslimin menaklukkan wilayah Syam
(Suriah). Dia berhasil memperoleh kemenangan berturut-turut, sehingga seluruh wilayah
Syam takluk di bawah kekuasaan Islam, dari tepi sungai Furat di sebelah timur hingga Asia
kecil di sebelah utara.
Abu Ubaidah meninggal dunia karena terkena penyakit menular yang mewabah di
Syam. Menjelang wafatnya, ia berwasiat kepada seluruh prajuritnya, "Aku berwasiat kepada
kalian. Jika wasiat ini kalian terima dan laksanakan, kalian tidak akan sesat dari jalan yang
baik, dan senantiasa dalam keadaan bahagia. Tetaplah kalian menegakkan shalat, berpuasa
Ramadhan, membayar zakat, dan menunaikan haji dan umrah. Hendaklah kalian saling
menasihati sesama kalian, nasihati pemerintah kalian, dan jangan biarkan mereka tersesat.
Dan janganlah kalian tergoda oleh dunia. Walaupun seseorang berusia panjang hingga seribu
tahun, dia pasti akan menjumpai kematian seperti yang kalian saksikan ini."
Kemudian dia menoleh kepada Mu'adz bin Jabal, "Wahai Muadz, sekarang kau yang
menjadi imam (panglima)!"
Tak lama kemudian, ruhnya meninggalkan jasad untuk menjumpai Tuhannya.
Abu Ubaidah wafat pada tahun 18 Hijriyah, pada usia 58 tahun.
Abu Ubaidah hanya menikah dengan satu istri sepanjang hidupnya yaitu Hindun binti
Jabir bin Wahab bin Dhibab bin Hujair bin Abd bin Ma’ish bin Amir bin Lu’ai. Ia memiliki
dua anak yaitu Yazid dan Umair. Kedua anaknya meninggal dunia, sehingga Abu Ubaidah
tidak memiliki keturunan.

C. Keutamaan-keutamaan Beliau.

1. Ia termasuk generasi pertama yang masuk Islam. Ia masuk Islam sebelum pertemuan
di Darul Arqam.
2. Abu Ubaidah turut berhijrah ke Habasyah, tetapi ia tidak lama tinggal di sana.
3. Saat di Madinah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan Abu
Ubaidah dengan Sa’ad bin Muadz, menurut versi lain dengan Muhammad bin
Maslamah.
4. Saat berusia 41 tahun, Abu Ubaidah terlibat dalam perang Badar. Ia juga mengikuti
perang Uhud. Ketika perang Uhud, dua gigi depannya copot, malah tampilan dirinya
menjadi bagus. Giginya ompong dikarenakan ia mencabut dua rantai yang masuk
melalui lubang kancing topi besi di wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
karena terkena tebasan.
5. Abu Ubaidah tidak pernah absen dalam peperangan penting lainnya bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Abu Ubaidah juga termasuk kalangan
yang menghimpun (hafal) Al-Qur’an Al-‘Azhim.
6. Abu Ubaidah sangat rendah hati dan berakhlak baik.
7. Abu Ubaidah adalah utusan yang terpercaya.
8. Abu Ubaidah wafat lantaran penyakit tha’un yang mewabah di Syam, dikenal dengan
wabah amwas. Penyakitnya dikenal dengan penyakit pes, menyebar pada tahun 17 H.

Sumber
https://rumaysho.com/27167-abu-ubaidah-bin-al-jarrah-utusan-yang-terpercaya.html
https://khazanah.republika.co.id/berita/ln8ls6/kisah-sahabat-nabi-abu-ubaidah-bin-jarrah-
orang-kuat-yang-terpercaya

Anda mungkin juga menyukai