EMI LISTIYANI
0906510804
EMI LISTIYANI
0906510804
Tanggal :
ii
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Juli 2014
iii
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul
”Penyajian Makanan Yang Menarik sebagai Intervensi Asuhan Keperawatan
Keluarga Anak P dengan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
Tubuh di Kelurahan S, Kota Depok”. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini
dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep selaku koordinator mata ajar Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir.
3. Ibu Henny Permatasari, S.Kp,, M.Kep., Sp.Kom. selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Poppy Fitriyani,S.Kp. M.Kep.,Sp.Kom. selaku koordinator PK-KKMP
program profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
6. dr. Anti selaku kepala Puskesmas Sukatani beserta staf puskesmas yang telah
bekerja sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan
Masyarakat Perkotaan.
7. Ibu Kader RW 02 Kelurahan Sukatani yang telah membantu proses pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat berjalan dengan lancar
iv
Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan penyusunan penulisan di masa yang akan
datang.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal :
Yang Menyatakan
vi
vii
viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.4.1 Pendidikan Keperawatan .............................................. 7
1.4.2 Pelayanan Keperawatan ............................................... 7
1.4.3 Penelitian Selanjutnya .................................................. 7
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 42
5.2 Saran .......................................................................................... 43
5.2.1 Untuk Puskesmas ........................................................... 43
5.2.2 Untuk Institusi Pendidikan ............................................ 43
5.2.3 Untuk Perawat ............................................................... 43
5.2.4 Untuk Keluarga.............................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
Banyak faktor yang menjadi kendala sehingga target MDGs tersebut belum
tercapai. Hasil dari Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Barat tahun 2013
menyampaikan bahwa yang menjadi hambatan dalam pencapain target MDGs
tujuan yang pertama tersebut antara lain keterampilan kader Posyandu kurang,
belum terintegrasinya kegiatan yang fokus pada balita (BKB, PAUD, Posyandu),
alat antropometri Posyandu belum standar, sistem informasi Posyandu kurang
berjalan, kelembagaan Pokjanal Posyandu kurang berjalan, dan belum semua
rumah sakit menerapkan Tata Laksana Gizi Buruk.
Pada tahun 2010, Indonesia masih memiliki banyak wilayah yang belum
mencapai MDGs 2015 sebanyak 24 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Jawa
1 Universitas Indonesia
barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang target angka prevalensi
balita gizi buruk dan gizi kurang sudah tercapai yakni sebesar 13% dari target
MDGs yaitu 15,5% pada tahun 2015 (Depkes RI, 2011). Dinas kesehatan Kota
Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007.
Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah
Depok. Berdasarkan hasil perhitungan kepada 111 keluarga dengan balita yang
tercatat di posyandu wilayah RW 02 Sukatani, didapatkan data bahwa 13 balita
(11,7%) status gizinya berada pada rentang garis merah (gizi buruk), 25 balita
(22,5%) status gizi berada pada rentang garis kuning (gizi kurang), 65 balita
(58,6%) status gizi berada pada rentang hijau (gizi normal) dan 8 balita (7,2%)
status gizi berada pada rentang garis kuning (obesitas). Hasil wawancara dengan
kader kesehatan RW 02 didapatkan informasi bahwa sebelumnya di RW 02 belum
pernah dilakukan penyuluhan mengenai gizi seimbang atau gizi kurang.
Masalah gizi buruk dan gizi kurang menjadi hal yang harus diperhatikan karena
keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia Indonesia (Sihadi, 2000). Populasi yang rentan mengalami
masalah gizi dan rawan penyakit adalah balita. Prevalensi jenis penyakit yang
dialami oleh balita dan kondisi tubuh balita yang memiliki keterbatasan dalam
sistem imun menyebabkan balita berada pada label populasi rentan (Fitriyani,
2009). Masalah gizi semakin lama semakin disadari sebagai salah satu faktor
penghambat proses pembangunan nasional (Neldawati, 2006). Oleh karena itu
perlu upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Negara-negara yang tergabung dalam PBB dalam sidang tahun 2010 telah sepakat
bahwa untuk mencapai tujuan MDGs yaitu menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan perlu difokuskan pada upaya-upaya sebagai berikut: (1) Peningkatan
produktivitas dan kualitas hasil pertanian secara simultan akan berdampak tidak
saja pada penurunan kelaparan tetapi juga pada penurunan kematian ibu dan anak
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status gizi balita karena memiliki
peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status gizi balita.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat
diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status gizi balita di rumah.
Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya
kemandirian keluarga dalam meningkatkan status gizi balita (Hidayati, 2011).
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai
dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga
mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang
melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).
Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar
keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.
Universitas Indonesia
menangis dan rewel. An P memiliki kesulitan untuk makan dan sejak kecil berat
badannya susah untuk naik.
Universitas Indonesia
balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu
merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Keadaan ini dapat
berakibat pada terganggunya atau pun terjadinya keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak. Hasil screening yang dilakukan melalui data posyandu pada 111
balita yang ada di RW 02 Sukatani, ditemukan balita dimana status gizinya berada
pada rentang dibawah garis merah sebanyak 13 orang. Hal ini perlu diperhatikan
oleh perawat komunitas terkait angka gizi kurang yang masih cukup tinggi dan
pola asuh pemenuhan nutrisi pada balita dalam keluarga yang kurang baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini berisi pembahasan mengenai kajian literatur meliputi konsep keperawatan
kesehatan masyarakat perkotaan, konsep balita, asuhan keperawatan keluarga
dengan balita gizi kurang dan prinsip penyajian makanan pada balita.
8 Universitas Indonesia
Selain itu, udara perkotaan banyak dipenuhi asap kendaraan bermotor, banyaknya
pemukiman kumuh yang tidak sehat, minimnya sanitasi dan ketersediaan air
bersih, dan lain-lain. Kondisi pemukiman yang tidak layak huni menyebabkan
masyarakat perkotaan juga mudah terkena penyakit dan menularkan pada
lingkungan sekitar. Selanjutnya masalah psikologis juga timbul dari masalah
tersebut, yaitu kemungkinan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masyarakat perkotaan tidak berkembang dengan semestinya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
maupun ketiga; (4) Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas
kepada klien (individu, keluarga, kelompok masyarakat) sehingga terjadi
kemandirian; (5) Adanya kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan
masyarakat dalam upaya kemandirian klien, serta (6) Memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sebuah studi positive deviance tahun 1990 diketahui bahwa pola pengasuhan anak
berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk. Seperti yang kita ketahui, masyarakat
perkotaan cenderung sibuk dengan aktivitasnya sehari-hari sehingga secara tidak
langsung dapat mempengaruhi pola asuh mereka. Pola pengasuhan ini berupa
sikap dan perilaku ibu dalam hal kedekatannya dengan anak, terkait hal
memberikan makan pada anak, merawat anak, kebersihan, memberi kasih sayang,
dan sebagainya. Pola asuh ini juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM
dimana berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya
informasi keluarga tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi
seimbang dapat menyebabkan kebiasaan makan anak menjadi tidak sehat.
Universitas Indonesia
Ditinjau dari aspek fisik, perubahan pada balita ditandai dengan pertumbuhan
yang relative lambat dibarengi dengan perkembangan motorik yang pesat.
Perkembangan motorik tampak pada peningkatan koordinasi otot besar dan halus
sehingga keterampilan balita berjalan, berlari dan melompat semakin baik. Pada
usia ini anak senang memasukkan segala seuatu ke mulutnya sehingga terjadi
peningkatan resiko keracunan dan masuknya mikroorganisme seperti virus dan
bakteri yang mengakibatkan anak memiliki resiko besar untuk mengalami
masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2003) keluarga dengan
balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir dan
keluarga dengan anak pra sekolah. Tugas perkembangan keluarga tahapan
keluarga dengan anak bayi baru lahir adalah (1) Memulai keluarga menjadi
keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru lahir sebagai
bagian dari keluarga). (2) Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan
kebutuhan yang beragam dari setiap anggota keluarga. (3) Membantu
kenyamanan hubungan pernikahan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga
besar dengan peran orang tua dan kakek nenek.
Menurut Duvall (1985 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003) tugas
perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah (1) Pencapaian
Universitas Indonesia
kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan, privasi, dan
keamanan. (2) Mensosialisasikan anak-anak. (3) Mengintegrasikan keanggotaan
anak baru dengan juga memenuhi kebutuhan anak lainnya. (4) Memelihara
kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang tua anak),
keluarga besar, serta lingkungan. Berdasarkan tugas perkembangan tersebut
tanggung jawab yang harus dilakukan keluarga adalah membentuk individu dalam
keluarga menjadi lebih berpotensi.
Keluarga dengan balita merupakan kelompok yang kompleks yang terdiri dari
orang tua dan anak-anak. Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan
pertumbuhan individu anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan
perkembangannya (Fitriyani, 2009). Keluarga harus menciptakan pola
pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
optimal. Balita merupakan masa dimana gizi yang adekuat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara pesat dan tidak dapat terulang
(Potter & Perry, 2005).
Universitas Indonesia
kurang pada balita. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang
berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi
terkait temuan masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Tujuan pendidikan
adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan
perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
Universitas Indonesia
Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang
ditemukan pada balita dengan masalah gizi kurang. Menurut Arisman (2003),
penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang yang
diperoleh dari pemeriksaan klinis, penilaian antropometri, uji biokimiawi, dan
pengkajian makanan. Penilaian klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu penyajian makanan yang menarik
untuk balita. Menurut Maharani (2009), menyatakan bahwa seorang ibu harus
mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya meliputi mengetahui
makanan bergizi, jadwal makanan, cara mempersiapkan, cara menyajikan serta
dalam mempersiapkan perlengkapan makannya. Seorang ibu harus mampu
melatih makan pada anaknya dan sanggup mengantisipasi sewaktu anak susah
makan. Penyajian makanan yang menarik bisa dilakukan dengan banyak cara
diantaranya perhatikan dalam menyajikan makanan. Penyajian makanan yang
menarik dapat merangsang keinginan anak untuk makan. Penyajian makanan yang
menarik dapat dengan menggunakan perangkat makan yang menarik misalnya
bergambar karakter kartun yang lucu dengan warna-warna yang menarik, variasi
menu dan berikan perubahan rasa.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga Bapak S menganut agama Islam. Baik Bapak S maupun Ibu N berasal
dari suku Jawa, Bapak S dan Ibu N berasal dari Tegal. Bapak S dan Ibu N
merantau ke Jakarta sejak menikah. Hasil pengkajian didapatkan bahwa
pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu N adalah di Tegal. Keduanya
kemudian berpacaran lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 2000. Bapak S
bekerja sebagai wiraswasta, yang sedang merintis usaha kacamata di pinggir jalan
Jatinegara. Sedangkan Ibu N bekerja sebagai ibu rumah tangga sehari-harinya.
Penghasilan keluarga Bapak S tidak menentu, namun menurut Ibu N rata-rata
dibawah Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu N mengatakan membantu keuangan
keluarga dengan menjahit namun penghasilannya tidak menentu.
Hasil pengukuran BB An. P yang berjenis kelamin laki-laki pada tanggal 12 Mei
2014 adalah 7 kg dengan usianya 21 bulan, melalui kartu KMS An P berada di
bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran
TB yaitu 77 cm dan melihat melalui tabel antropometri An. P berada di bawah
pecentil -3 SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An P adalah 77 cm,
dan dalam kategori normal untuk PB/U.
24 Universitas Indonesia
An. P lahir prematur dengan BB lahir 2750 gr, dan usia kehamilan 40 minggu.
Menurut Ibu N, sejak An. P sakit ISPA berat, BB An. P susah untuk naik karena
males makan. Saat ini pun, BB An. S susah untuk naik, dari bulan sebelumnya BB
tidak naik. Ibu N mengatakan An. P memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih
sering mengemil makanan cemilan. An. P memiliki nafsu makan yang kurang
apabila makan nasi dan susu formula, namun bila makan biskuit cepat. Ibu N
mengatakan An. P tidak menyukai makanan yang keras, sehingga setiap
menyajikan makanan untuk An. P harus berkuah.
Ibu N mengatakan makanan yang dimakan An. P sama dengan menu makanan
yang disajikan untuk keluarga lain. An. P memiliki porsi makan yang tidak
menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu
N biasanya memasak nasi, sayur, tempe. An. P dapat menghabiskan makan nasi
dan lauk pauk 3 kali sehari, dengan porsi sekitar 10 suap takaran sendok teh dan
memakan makanan selingan seperti biskuit yang selalu disiapkan Ibu N untuk An.
P. Ibu N mengaku An. P tidak menyukai minum susu formula namun An P masih
minum ASI hingga saat ini.
Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu N mengatakan sudah menyadari akan
kondisi An. P yang kurus. Menurut Ibu N, gangguan sulit makan pada An. P yang
masih balita merupakan hal yang wajar. Hasil pengkajian inspeksi, An. P tampak
kurus, rambut tipis dan pendek, serta kulit agak kusam. Ibu mengeluhkan An. P
yang rewel. Saat kunjungan nampak An. P sedang pilek dan terlihat beberapa kali
rewel.
Saat ditanya mengenai gizi kurang, keluarga Bapak S belum dapat menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak dengan gizi
kurang. Keluarga Bapak S juga belum menyadari keadaan An. P sebagai suatu
masalah pada awalnya sehingga belum melakukan apa-apa. Ibu N telah
mendapatkan penjelasan terkait gizi kurang dan mengikuti kegiatan implementasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
contoh cemilan tidak sehat (4) Tujuan khusus 4 setelah dilakukan kunjungan
selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengatasi gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
menyajikan makanan yang menarik, menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi
anak yang tidak bersedia makan, menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang
mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. (5) Tujuan khusus 5 keluarga
mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi balita
dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.
Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas
keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga
yang mempunyai masalah kurang gizi pada balita, keluarga diberikan informasi
mengenai cara merawat balita dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait
triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi
makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang,
penyusunan jadwal makan anak serta cemilan sehat untuk balita.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan
evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.
Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu N mengatakan gizi ialah zat makanan yang
dibutuhkan tubuh. Ibu N mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga,
pembangun dan pengatur. Ibu N mengatakan definisi gizi kurang ialah zat gizi
yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Ibu N mengatakan penyebab
gizi kurang ialah susah makan, makan tidak teratur, dan penyakit. Ibu N
mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak
tidak ceria, dan lemas. Ibu N mengatakan An. P terlihat kurus, berambut tipis dan
kemerahan, sering menangis dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu N
mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan pertumbuhan,
dan perkembangan.
Ibu N mengatakan ingin merawat An. P dengan masalah gizi kurang dengan mau
mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu N mengatakan cara mengatasi
kurang gizi yaitu dengan makan makanan seimbang, makan teratur, dan sesuai
porsi. Ibu N mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang
mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan jagung, zat
pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh telur dan tempe, serta zat
pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan
sayuran. Ibu N mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An. P sesuai
kebutuhan. Ibu N mengatakan cara mengolah bahan makanan yang baik ialah cuci
tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru
dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, dan beras dicuci hanya dua kali saja.
Ibu N mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang harganya
terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu N mengatakan
manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan
nutrisi anak, dan bahan mudah diperoleh. Ibu N mengatakan cemilan sehat adalah
makanan selingan yang mengandung nilai gizi. Ibu N menyebutkan tujuan
cemilan sehat yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama
Universitas Indonesia
bagi anak yang sulit makan. Ibu N menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur
kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai kacang, buah dan sayur
potong serta, puding. Ibu N menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu chiki,
minuman bersoda, makanan berpengawet dan makanan ber-MSG.
Ibu N mengatakan tips menyajikan makanan untuk anak yaitu jumlah makan
sesuai dengan porsi, sesuai jadwal, makanan disajikan bervariasi, harus ada lauk
hewani dan nabati. Ibu N mengatakan prinsip mengatasi anak yang tidak mau
makan ialah jangan dipaksa, beri makan sesuai selera anak dan tampilan yang
menarik, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu N mengatakan fasilitas terdekat
ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu N mengatakan manfaat ke pelayanan
kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat penyuluhan dan
informasi kesehatan. Ibu N mengatakan ingin mengetahui lebih lanjut penyebab
masalah gizi kurang yang ada pada An. P.
Universitas Indonesia
Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat
menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5
telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An. P telah teratasi ditunjukkan dengan
peningkatan berat badan dan nafsu makan, meskipun masih berada dalam masalah
gizi. Perawat memotivasi Ibu N untuk terus menyediakan makanan dengan gizi
seimbang dan melakukan penyusunan menu makan anak sesuai dengan triguna
makanan sebagai upaya tindak lanjut. Perawat juga memberikan penghargaan
positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga
meminta kader untuk terus memantau perkembangan status gizi An. P.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini berisikan analisa pembahasan dari proses asuhan keperawatan pada
keluarga bapak S. khususnya An. P dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh di RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani, Tapos meliputi profil
lahan praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan
konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian
terkait, dan alternatif pemecahan yang dapat dilakukan
Luas wilayah Kelurahan Sukatani 4,74 km2 dengan dengan batas wilayah sebelah
utara merupakan Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok, sebelah
timur merupakan Desa Cimatis Kab. Bekasi dan Kelurahan Tapos Kecamatan
Tapos Depok, sebelah selatan merupakan Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan
Tapos Depok dan sebelah barat merupakan Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Depok. Wilayah ini terdiri dari 16.840 Kepala Keluarga yang tersebar
dalam 182 RT di 26 RW.
Jumlah total penduduk di Kecamatan Sukatani per April 2012 adalah 57.941
jiwa, dengan pembagian usia jumlah laki-laki 28.789 jiwa dan jumlah perempuan
29.152 jiwa. Kepadatan penduduk dalam wilayah ini sebesar 12.125 jiwa/km2.
Hal ini menunjukan tingkat kepadatan yang cukup tinggi dimana sesuai dengan
34 Universitas Indonesia
konsep perkotaan yang dinyatakan Stanhope (2004) bahwa kota secara geograpi
memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per mil2, kota dengan populasi kurang
lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000 jiwa.
Universitas Indonesia
Masalah gizi kurang pada balita terjadi karena tubuh kekurangan satu atau
beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi
karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Kekurangan
gizi berakibat pada peningkatan angka kesakitan, menurunnya tingkat kecerdasan
sehingga menurunkan prestasi dan diperparah dengan ancaman kematian.
Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi.
Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat
komplek. Masalah gizi akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang
akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan gizi yang tepat terhadapa
anak-anak akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan
masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa masalah gizi tidak
hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelososk Indonesia, namun dapat
juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat perkotaan.
Universitas Indonesia
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi pada
populasi balita di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah gizi pada
balita sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko kesehatan dan
meningkatkan kesehatan balita. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar
terhadap status gizi balita. Keluarga mempumyai peranan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi pada balita karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai
konsumsi pada anak.
Universitas Indonesia
Intervensi terkait prinsip penyajian makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi
yang mengandung gizi seimbang pada balita dengan gangguan sulit makan dapat
terpenuhi. Menghidangkan makanan harus menarik, sehingga anak yang
menyantapnya akan merasa senang, bahkan puas, sehingga meningkatkan selera
dan gairah untuk makan. Hidangan harus dapat merangsang secara menarik
sebanyak mungkin panca indera agar timbul selera dan nafsu makan
(Sediaoetama, 2008). Senada dengan hal tersebut menurut Febry dan Marendra
(2008) dalam Kodariah (2010) penyajian makanan pada anak harus diperhatikan,
karena dapat mempengaruhi selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna,
aroma, besar porsi dan pemilihan alat makan yang menarik. Bentuk potongan atau
warna makanan sering dapat membangkitkan sikap anak untuk menyenangi suatu
makanan yang sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika makanan
anak diberi warna atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak sehingga anak
mau memakannya.
Universitas Indonesia
Namun, An. P kurang nafsu memakannya karena hanya 3-4 suapan saja yang ia
makan dan terlihat lama menyimpan makanan di mulut. Kebiasaan makan anak
yang tidak sehat dapat terjadi selain karena kurangnya variasi dalam makanan
juga bentuk penyajian yang tidak menarik. Prinsip penyajian makanan ini dapat
meningkatkan informasi pada keluarga tentang nutrisi serta cara penyajian
makanan dengan gizi seimbang untuk balita.
Asupan makanan balita yang kurang dan kebiasaan keluarga yang kurang sehat
dalam memberi asupan makanan pada balita dapat mempengaruhi pemenuhan gizi
balita (Hidayati, 2011). Pengetahuan gizi orang tua mengenai bahan makanan
akan berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan oleh keluarga, dengan
pengetahuan yang memadai seorang ibu akan menyediakan makanan yang baik
untuk keluarganya terutama anak balita. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali
mempunyai anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan ibu yang
pengetahuannya kurang baik. Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003)
dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam menyebabkan meluasnya
keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan
masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota
keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung oleh Basuki (2008) yang
mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya
pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan
akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi
seimbang pada balita sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan
mengenai triguna makanan.
Penulis pun melakukan analisa untuk menilai kelebihan, kekurangan, peluang, dan
ancaman dari penetapan intervensi yang telah diterapkan kepada keluarga. Hal ini
dimaksudkan agar intervensi tersebut dapat dilaksanakan oleh keluarga secara
berkelanjutan dengan penetapan alternatif penyelesaian masalah. Penilaian
hambatan proses implementasi penyajian makanan yang menarik yaitu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Simpulan
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Sukatani, khususnya di RW 02
bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga
yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang. Pada awal praktik dilakukan
upaya screening pada data posyandu yang dilakukan di RW 02 untuk menemukan
balita dengan masalah gizi kurang dan dapat dilakukan upaya tindak lanjut.
42 Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.3.1 Untuk Puskesmas
Puskesmas perlu meningkatkan pelaksanaan program Perkesmas dan dijadikan
evaluasi kinerja puskesmas setempat dalam memberikan pendidikan kesehatan
khususnya dalam keluarga. Pengembangkan media promosi kesehatan terkait gizi
balita dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita agar
disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan dan materi harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampaian
informasi dapat berjalan optimal misalnya lembar balik dengan pemilihan kata
yang mudah dimengerti. Selain itu, perlunya penyegaran untuk kader dalam
pemberian penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada balita dalam
kegiatan posyandu.
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
44
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori
dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta
Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi
2006-2010. Bappenas.
Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta (6-23
bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota Bandar
Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011).
Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan dan
Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010).
Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta.
http://www.yanmedik.depkes.go.id.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi
kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.
Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga
dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan
Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan
Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok.
45 Universitas Indonesia
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: caring
in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company.
Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan
status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca
Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok.
Indriyani. (2011). Hubungan antara pola asuh gizi dan faktor lain dengan status gizi
balita (12-59) di Kelurahan Sindangrasa Bogor. Skripsi. Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Indrizal, E. et.al. 2006. Penyusunan Rekomendasi Teknis Pembangunan Sosial
Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tesso Nilo. Pekanbaru: WWF
AREAS Riau Conservation Program.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian makanan
tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antopometri penilaian status gizi anak.
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Mulyaningsih, Endah Sriyani. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein, dan
faktor lain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC
Neldawati. (2006). Hubungan pola pemberian makan pada anak dan karakteristik
lain dengan status gizi balita 60-59 bulan di laboratorium gizi masyarakat
puslitbang gizi dan makanan (P3GM). Skripsi. Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
47
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th ed). St Louis United
States: Mosby Inc.
Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact
among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2013.
http://mdgs.un.org.
Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan
keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
48
Lampiran 1
PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Bapak S
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Alamat : Jln. Kemang RT 004 RW 02 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos, Depok
4. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK Terakhir
1. Bapak S L Kepala keluarga 39 tahun STM Wiraswasta
2. Ibu N P Istri 37 tahun SMP Ibu rumah tangga
3. An A P Anak kandung 13 tahun SD Pelajar
4. An Au P Anak kandung 9 tahun - Pelajar
5. An. P L Anak kandung 2 tahun - -
Genogram:
39
37
13 9 2
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
49
Bapak S merupakan anak ketiga dari dua belas bersaudara. Bapak S tidak memiliki
riwayat sakit tertentu. Ibu N merupakan pertama dari lima bersaudara. Ibu N tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. An A merupakan anak pertama dari keluarga
Bapak S. An. A memiliki riwayat penyakit cacar belum lama ini. An. Au merupakan
anak kedua dari keluarga Bapak S memiliki riwayat flek TB dan sudah menjalani
pengobatan 6 bulan secara rutin. An P merupakan anak ketiga dari keluarga Bapak S,
dan menjadi entry point dalam asuhan keperawatan keluarga. An P memiliki riwayat
kesehatan ISPA berat, kelahiran normal. Sejak bayi berat badan An. P susah untuk
naik. Saat ini An P mengalami masalah gizi kurang.
5. Tipe keluarga
Keluarga Anak P merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah
hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu N, An. A, An. Au dan An. P.
7. Agama
Keluarga Anak P menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat,
puasa, dan ibadah lainnya. Baik Bapak S maupun Ibu N tidak aktif mengikuti kegiatan
pengajian di wilayah RT nya dikarenakan pekerjaan Bapak S yang membuat Bapak S
hanya pulang sebulan sekali dan Ibu N yang harus menjaga serta mengurus ketiga
anaknya.
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
50
yang dimiliki belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari sehingga Ibu
N berinisiatif untuk menambah penghasilan dengan kerja paruh waktu dengan memasang
hiasan baju.
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
51
berpacaran dan kemudian menikah pada tahun 2000. Pada tahun 2001 lahir anak An. A,
kemudian tahun 2005 lahir An. Au dan terakhir tahun 2012 lahir An. P .
Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini hanya saja
beliau merasa perutnya sensitif dengan makanan pedas, sehingga ketika makan makanan
terlalu pedas, perut terasa panas dan BAB berdarah. Namun, Bapak S sudah mengetahui
penyebabnya dan bagaimana mencegahnya dengan membatasi memakan makanan pedas.
Selain itu, Terkadang Bapak S merasa badannya pegal-pegal karena keletihan usai
bekerja, namun menurut beliau dengan istirahat, badannya kembali segar. Bapak S
mengaku tidak merokok dan mengkonsumsi kopi. Bapak S menyadari pentingnya
menjaga kesehatan karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk
mencari nafkah.
Menurut Ibu N, An. P diketahui memiliki berat badan yang susah naik. Ibu N
mengatakan An P memiliki kesulitan makan nasi dan lauk pauk, lebih menyukai
memakan cemilan. An P lebih sering tidak menghabiskan makanan pokok yang
diberikan. Saat ini An P juga semakin rewel dan sering menangis. An P juga tidak
menyukai susu formula, dan biasanya hanya menghabiskan setengah dari jumlah yang
diberikan yaitu 50 cc. Selain itu, An. P sedang mengalami pilek sejak 3 hari yang lalu.
Ibu N mengatakan, An. P memang sering batuk pilek. An. P juga mudah mengalami
biang keringat. Baik sedang batuk pilek maupun biang keringat, An. P menjadi semakin
rewel.
C. Lingkungan
14. Karakteristik rumah
Tipe rumah Bapak S adalah bangunan permanen dengan status rumah sendiri. Rumah
Bapak S memiliki 4 bagian, yaitu 2 bagian untuk kamar tidur, ruang tamu yang juga
berfungsi sebagai ruang keluarga, dan dapur serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
52
menggunakan model toilet jongkok. Ibu N mengatakan jarak septic tank dengan sumber
air sekitar 15 meter. Rumah Bapak S juga memiliki teras di bagian depan yang biasanya
digunakan untuk melakukan aktivitas menghias baju Ibu N. Lantai rumah terbuat dari
ubin. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, tidak
ada jendela di kamar maupun belakang rumah. Sumber air yang digunakan sehari-hari
adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air adalah selokan yang
mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah yang
sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann rumah
cukup tidak tertata rapih. Sirkulasi udara juga kurang baik karena jendela jarang dibuka.
: jendela
Kamar
mandi Dapur
: pintu
Kamar tidur
Ruang tamu
Teras depan
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
53
lain-lain. Komunitas RW memiliki jumlah kader yang cukup banyak, yaitu 11 orang
sehingga setiap dapat kegiatan berjalan dengan baik.
D. Struktur Keluarga
19. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Bila ada
masalah maka akan diselesaikan bersama. Ibu N mengatakan selalu mendiskusikan
masalah yang ada, dan menanyakan pendapat Bapak S terkait keputusan yang akan
diambil ketika menghadapi permasalahan. Baik Bapak S maupun Ibu N sama-sama dekat
dengan ketiga anaknya, dan sering berkomunikasi ketika waktu senggang.
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
54
E. Fungsi Keluarga
23. Fungsi afektif
Ibu N mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak S dan
Ibu N saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas
satu sama lain. Ibu N terlihat memberikan perhatian kepada Bapak S, dan begitu pula
sebaliknya. Menurut Ibu N, yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena
Ibu N lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Bukti bahwa anggota
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
55
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
56
H. Pemeriksaan Fisik
Jenis Bapak S Ibu N An A An. Au An P
pemeriksaan
Suhu 36,5 oC 36 oC 36,4 o C 36 o C 36 o C
Nadi 76 x/menit 72 x/menit 80 x/menit 80 x/menit 84 x/menit
RR 20 x/menit 20 x/menit 22 x/menit 20 x/menit 24 x/menit
TD 120/80 110/80 100/70 100/70 90/60
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
BB 60 kg 47 kg 40 kg 28 kg 7 kg
TB 168 cm 150 cm 146 cm 132 cm 77 cm
Kepala tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
57
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
58
ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Ketidakseimbangan
Ibu N mengatakan An P masih menyusui namun nutrisi kurang dari
tidak tahu pasti apakah ASI masih produksi atau kebutuhan tubuh pada An
tidak P
Ibu N mengatakan An P rutin memakan cemilan
berupa biskuit
Ibu N mengatakan An P lebih menyukai
memakan makanan cemilan dibandingkan
dengan makan nasi
Ibu N mengatakan An P cukup menyukai
sayuran
Ibu N merasa An P semakin rewel dan sering
menangis saat ini
Ibu N mengatakan berat badan An P susah untuk
naik
Ibu N mengatakan belum melakukan apa-apa
untuk mengatasi berat badan An P yang susah
naik
Ibu N mengatakan wajar jika anak seumuran An
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
59
P susah makan
DO:
BB An P 7 kg Usia :21 bulan
BB/U direntang – 3SD kategori gizi kurang
TB : 77 cm TB/U kurang
BB/TB -3SD
Hasil dari BB dan usia An P pada kartu KMS
berada di bawah garis merah dan termasuk
dalam kategori gizi buruk.
An P nampak kurus, persebaran rambut merata,
namun tipis
An P terlihat kurang bersemangat, sering
menangis
Kulit An P agak kusam dan kering
2. DS: Ketidakefektifan bersihan
Ibu N mengatakan An P cukup sering jalan nafas pada An P
mengalami batuk dan pilek
Ibu N mengaku belum memberikan apa-apa dan
An P telah pilek selama 3 hari
Ibu N mengaku An. Au malah tertular pilek dari
An P
Ibu N mengatakan karena tidak enak badan, An
P menjadi makin susah makan
DO:
RR 24x/menit
An P terlihat pengeluaran cairan dari hidung (+)
An P terlihat semakin rewel
Terdapat ronkhi di kedua lapang paru
Retraksi dinding dada (-)
3. DS: Gangguan integritas kulit
Ibu N mengatakan An P cukup sering pada An P
mengalami biang keringat
Ibu N mengaku memberikan bedak gatal ketika
biang keringat muncul
Ibu N mengatakan jika An P sedang mengalami
biang keringat, An P semakin rewel
DO:
Kulit agak kering
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
60
Lampiran 2
SKORING MASALAH
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
61
PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An P
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An P
3. Gangguan integritas kulit pada An P
Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
Lampiran 3
1.2 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
tanda dan verbal mampu menyebutkan yang diketahui keluarga tentang
gejala masalah 3 dari 6 tanda dan tanda dan gejala gizi kurang
gizi kurang gejala gizi kurang, 1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
yaitu: tentang pemahaman keluarga
1. BB kurang dari 1.2.3 Berikan informasi kepada
20% dari BB ideal keluarga mengenai tanda dan
2. Badan kurus gejala gizi kurang dengan
3. Rambut merah menggunakan media lembar balik
(pirang), tipis dan 1.2.4 Berikan kesempatan kepada
mudah dicabut keluarga untuk bertanya tentang
4. Lemah dan pucat materi yang disampaikan
5. Kulit kering dan 1.2.5 Berikan penjelasan ulang
kusam terhadap materi yang belum
6. Kaki, tangan, dan dimengerti
sekitar mata 1.2.6 Motivasi keluarga untuk
bengkak mengulang materi
1.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga
1.3 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa
penyebab verbal mampu menyebutkan yang diketahui keluarga tentang
timbulnya 3 dari 5 penyebab gizi penyebab gizi kurang
masalah gizi kurang, yaitu: 1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
kurang. 1. Makanan yang tentang pemahaman keluarga
masuk ke dalam mengenai penyebab gizi kurang
tubuh kurang dari yang benar
2.2 Pengambilan Respon Keluarga memutuskan 2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal
keputusan afektif untuk merawat An P dan menyadari adanya masalah
untuk yang mengalami gizi gizi kurang sesuai dengan materi
mengatasi ang kurang. yang telah diberikan
3. Setelah 1 x 40
menit pertemuan,
keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
mengalami gizi
kurang, dengan
mampu:
3.1 Menyebutkan Respon Keluarga 3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
Triguna verbal menyebutkan yang diketahui keluarga
makanan komponen Triguna mengenai Triguna makanan
makanan beserta 2 3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
contohnya: tentang pemahaman keluarga
1. Zat tenaga, sebagai mengenai Triguna makanan yang
sumber tenaga benar
untuk beraktivitas 3.1.3 Berikan informasi kepada
dan sumber keluarga mengenai Triguna
makanan pokok makanan dengan menggunakan
(karbohidrat), media lembar balik dan leaflet
seperti: nasi, roti, 3.1.4 Berikan kesempatan kepada
singkong, ubi, dll keluarga untuk bertanya tentang
2. Zat pembangun, materi yang disampaikan
4. Setelah 1 x 45
menit pertemuan,
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
merawat anggota
keluarga dengan
gizi kurang,
dengan mampu:
4.1 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
cara penyajian verbal mampu menyebutkan bagaimana cara menyajikan
makanan dan 3 dari 4 cara makanan
afektif menyajikan makanan, 4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
yaitu: tentang pemahaman keluarga
1. Jenis makanan yang benar
bervariasi setiap 4.1.3 Berikan informasi kepada
harinya keluarga mengenai cara
2. Mengkombinasikan menyajikan makanan dengan
jenis makanan menggunakan media lembar balik
5.2 Menjelaskan Respon Keluarga dapat 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
manfaat verbal menyebutkan manfaat yang diketahui keluarga
mengunjungi kunjungan, yaitu: mengenai manfaat mengunjungi
fasilitas 1. Mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan
pelayanan pemeriksaan 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
kesehatan kesehatan anak tentang pemahaman keluarga
sesuai jadwal 2. Mendapatkan mengenai manfaat tersebut
penyuluhan atau 5.2.3 Berikan informasi kepada
1.2 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab verbal mampu menyebutkan penyebab ISPA dengan
ISPA 3 dari 4 penyebab menggunakan lembar balik,
ISPA, yaitu: yaitu virus/bakteri, tertular ISPA
1. Virus/bakteri. dengan orang lain, lingkungan
2. Tertular ISPA rumah yang kurang sehat,
dengen orang lain. kurang gizi,
3. Lingkungan rumah 1.2.2 Evaluasi penjelasan yang telah
yang kurang sehat. diberikan.
4. Kurang gizi. 1.2.3 Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.
5. Mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada
dimasyarakat,
dengan:
1.2 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 1.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab verbal menyebabkan penyebab biang keringat dengan
biang keringat penyebab baing menggunakan lembar balik
keringat yaitu 1.2.2 Evaluasi penjelasan yang telah
penyumbatan pada diberikan.
pori-pori yang berasal 1.2.3 Beri reinforcement positif atas
dari kelenjar keringat jawaban yang tepat.
2. Mengambil
keputusan untuk
mengatasi biang
keringat dengan:
2.1 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 2.1.1 Jelaskan dengan lembar balik
akibat biang verbal menyebutkan 2 dan gambar tentang akibat lanjut
keringat dampak biang biang keringat.
keringat yaitu: 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal
1. Tidak nyaman yang belum di mengerti.
beraktivitas 2.1.3 Beri reinforcement positif atas
2. Kerusakan kulit jawaban yang tepat
4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
mencegah biang
keringat dengan:
4.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 4.1.1 Motivasi keluarga untuk
cara verbal menyebutkan 3 dari 5 melakukan modifikasi
memodifikasi modifikasi lingkungan lingkungan untuk mengatasi
lingkungan yaitu: biang keringat.
mencegah 1. Tempatkan anak 4.1.2 Lakukan kunjungan rumah tiba-
biang keringat di kamar yang tiba untuk mengevaluasi apakah
pertukaran keluarga memodifikasi
udaranya bagus lingkungan rumah.
2. Perbaiki sirkulasi 4.1.3 Berikan reinforcement positif
udara pada bila jawaban keluarga sesuai
ruangan, mis. dengan standar.
Berikan AC atau
kipas angin
3. Ciptakan
lingkungan yang
5. Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk menjaga
integritas kulit
dengan:
5.1 Menyebutkan Respon Keluarga dapat 5.1.1 Jelaskan tanda bahaya yang
tanda bahaya verbal menyebutkan tanda harus diperhatikan keluarga
biang keringat bahaya biang keringat: 5.1.2 Evaluasi kembali hasil
1. Tidak juga hilang penjelasan yang diberikan.
setelah 5.1.3 Beri reinforcement positif bila
menggunakan jawaban sesuai dengan standar.
bedak dan sabun
2. Ruam semakin
parah, atau bintik-
bintik membesar
dan berair
3. Ruam tidak
sembuh juga dalam
3 hari, atau anak
menderita demam.
Nama KK : Bapak S
Nama Klien : An P
P:
- Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
Ketidak Jumat, 30 Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Mei 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu N mengatakan keadaan dirinya dan An P
nutrisi kurang Pukul
Membuat kontrak sehat
dari 10:00- Ibu N mengatakan belum mencoba membuat
kebutuhan 10:45 Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
tubuh pada WIB TUK 3: cemilan sehat, puding TKTP
An P Dengan menggunakan lembar balik : Ibu N mengatakan An P biasanya suka puding,
Menjelaskan cara perawatan gizi kurang namun kemarin tidak menghabiskan
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan Ibu N mengatakan biasanya menyajikan makanan
kembali cara perawatan gizi kurang yang ada pada An P, hanya nasinya saja yang
Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan hangat
yang benar Ibu N mengatakan An P selalu makan sambil
Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan disuapi olehnya dan saat ini nafsu makannya
manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang semakin membaik
tepat untuk anak Ibu N mengatakan sepertinya BB An P naik
Mengajarkan penyususnan menu dengan gizi karena semakin berat bila digendong
seimbang yang tepat untuk anak Ibu N mengatakan ingin melakukan berbagai cara
Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai agar BB An P naik dan mau makan banyak
usia untuk An P
A:
- TUK 3 tercapai
P:
- Mengevaluasi TUK 4 dan 5
Ketidak Senin, 2 Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Juni 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu N mengatakan baik dirinya dan An P tidak
nutrisi kurang Pukul memiliki keluhan
Membuat kontrak
dari 10:30-
Melakukan TUK 4 dan 5 gizi kurang Ibu N mengatakan akan menyediakan makanan
kebutuhan 11:15
tubuh pada WIB TUK 4: yang hangat untuk An P
An P Dengan menggunakan lembar balik : Ibu Nmengatakan An P sejak kemarin makannya
Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat selalu habis setiap disuapi
memodifikasi lingkungan untuk merawat
anggota keluarga dengan gizi kurang O:
Memotivasi keluarga untuk menyebutkan Ibu N memutuskan untuk memodifikasi
O:
Ibu N memutuskan untuk memodifikasi
lingkungan yang mendukung An P
Ibu N dapat menyebutkan menyebutkan kembali
3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An P
Ibu N dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara
mengatasi anak yang tidak bersedia makan
Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan
yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
An P
A: TUK 4 tercapai
P:
- Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5
Menilai tingkat kemandirian keluarga
Ketidak Senin, 16 Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Juni 2014 Menjelaskan tujuan kunjungan Ibu N mengatakan mulai mengajak An P makan
nutrisi kurang Pukul
Menjelaskan bahwa pada seminggu terakhir bersama dengan An Au
dari 10:30-
mahasiswa bertugas di puskesmas Ibu N mengatakan An P menghabiskan semua
kebutuhan 11:15
makanan ketika makan kemarin
A:
Masalah Gizi kurang belum teratasi
Masalah ISPA tidak terjadi
P:
- Melaporkan hasil kunjungan kepada kader
- Meminta kader untuk tetap melakukan
pengawasan terhadap status gizi An P
Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. P
Diagnosa 2:
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. P
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan
pengertian ISPA yaitu penyakit
infeksi saluran pernafasan akut yang √
ditandai dengan batuk pilek yang
datangnya tiba-tiba
2 Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5
penyebab ISPA
Penyebab utama: Virus
Penyebab lain :
1. Tertular penderita lain √
2. Kurang gizi
3. Tinggal dilingkungan yang
kurang sehat
4. Imunisasi tidak lengkap
3 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari
4 tanda/gejala ISPA:
1. Batuk pilek
2. Demam/panas
3. Nafas sesak/ada tarikan dinding √
dada saat bernapas
KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan
selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam
mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan
kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari
keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh
minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan
menemukan dua masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga
termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:
Tinggi >2SD
Gemuk >2SD