Anda di halaman 1dari 119

UNIVERSITAS INDONESIA

PENYAJIAN MAKANAN YANG MENARIK SEBAGAI


INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ANAK P DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
DI KELURAHAN S, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

EMI LISTIYANI
0906510804

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENYAJIAN MAKANAN YANG MENARIK SEBAGAI


INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ANAK P DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
DI KELURAHAN S, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

EMI LISTIYANI
0906510804

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JULI 2014
i

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk

telah saya nyatakan benar

Nam : Emi Listiyani, S.Kep


NPM : 0906510804
Tanda Tangan :

Tanggal :

ii

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:


Nama : Emi Listiyani, S.Kep
NPM : 0906510804
Program Studi : Ners
Judul Karya Ilmiah : Penyajian Makanan Yang Menarik sebagai
Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga Anak P
dengan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh di Kelurahan S, Depok

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing: Heny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom. ( )

Penguji : Hera Hastuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 14 Juli 2014

iii

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners yang berjudul
”Penyajian Makanan Yang Menarik sebagai Intervensi Asuhan Keperawatan
Keluarga Anak P dengan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
Tubuh di Kelurahan S, Kota Depok”. Penulisan karya ilmiah akhir ners ini
dilakukan dalam rangka memenuhi mata ajar Karya Ilmiah Akhir Ners pada
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan karya ilmiah akhir ners ini, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
2. Ibu Fajar Tri Waluyanti S.Kp., M.Kep selaku koordinator mata ajar Karya
Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) dan seluruh staf pengajar mata ajar Tugas Akhir.
3. Ibu Henny Permatasari, S.Kp,, M.Kep., Sp.Kom. selaku pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penulisan karya ilmiah akhir ners ini.
4. Ibu Poppy Fitriyani,S.Kp. M.Kep.,Sp.Kom. selaku koordinator PK-KKMP
program profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
5. Segenap tim dosen FIK UI, khususnya keilmuan Keperawatan Komunitas
yang telah membimbing dalam pelaksanaan praktik profesi ini.
6. dr. Anti selaku kepala Puskesmas Sukatani beserta staf puskesmas yang telah
bekerja sama dengan kami selama praktik Praktik Klinik Keperawatan
Masyarakat Perkotaan.
7. Ibu Kader RW 02 Kelurahan Sukatani yang telah membantu proses pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat berjalan dengan lancar

iv

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


8. Bapak Sohibun Hutabarat dan Ibu Kasmi selaku orang tua, Kakak saya Eko
Purwanto yang penulis sayangi dan selalu mendoakan saya dan mendukung
keberhasilan laporan penulisan baik secara moril maupun materil.
9. Teman-teman FIK angkatan 2009, terutama sahabat-sahabat saya Dila,
Chandri, Lulu, Titin, Nindi, Yuli, Arif, Sinta, Fafa, Awi, Sule, Naila, Fura dan
teman-teman FIK PKKMP peminatan Komunitas.
10. Keluarga Anak P, khususnya Bapak S dan Ibu N yang telah menerima
mahasiswa dengan baik selama melakukan kunjungan keluarga dalam Praktik
Klinik Keperawatan Masyarakat Perkotaan.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan kalian semua selama penulisan KIA-N ini.

Semoga segala kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan karya ilmiah akhir ners ini. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan penyusunan penulisan di masa yang akan
datang.

Depok, Juli 2014

Emi Listiyani, S.Kep

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan


dibawah ini:
Nama : Emi Listiyani, S.Kep
NPM : 0906510804
Program Studi : Ners
Fakultas : Ilmu Keperawatan
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: ”Penyajian Makanan Yang
Menarik sebagai Intervensi Asuhan Keperawatan Keluarga Anak P dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh di Kelurahan S,
Depok” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal :

Yang Menyatakan

(Emi Listiyani, S.Kep )

vi

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Emi Listiyani, S.Kep


Program Studi : Ners
Judul : Penyajian Makanan yang Menarik sebagai Intervensi
Asuhan Keperawatan Keluarga Anak P dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
di Kelurahan S, Depok .

Pola pengasuhan anak berpengaruh terhadap timbulnya gizi kurang pada


masyarakat perkotaan. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan pada keluarga Anak P dengan
masalah ketidakseimbangan nutrisi pada anak balita. Implementasi yang telah
dilakukan terdiri dari implementasi yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor
dengan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi unggulan ialah
penyajian makan yang menarik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan nafsu makan dan berat badan pada balita kelolaan. Sehingga
intervensi penyajian makanan yang menarik ini dapat digunakan oleh perawat
komunitas/keluarga sebagai salah satu upaya menangani masalah gizi kurang pada
masyarakat.

Kata kunci: Balita, Gizi Kurang, Penyajian Makanan

vii

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Emi Listiyani, S.Kep


Study Program : Ners
Title : Interested Food Serving as A Family Nursing
Intervention to Ch. P with Imbalanced: Less than Body
Requirments at Kelurahan S Depok

Parenting effect could give incidence of malnutrition in urban communities. This


final assignment described the family nursing care process to Ch. P with nutrition
imbalanced problem on toodler children. Implementation to the family was
consisting of the cognitive, affective, and psychomotor that uses the five family
health tasks. Nursing interventions that become the main intervention was
interested food serving. The evaluation results of nursing care plan effective to
made toddler gain weight. So the interested food serving could be used by the
Community nurses as one of efforts in overcome less nutrion in society.

Keywords: Toddlers, Malnutrition, Food Serving

viii

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………… ... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
ABSTRACT ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 6
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 7
1.4.1 Pendidikan Keperawatan .............................................. 7
1.4.2 Pelayanan Keperawatan ............................................... 7
1.4.3 Penelitian Selanjutnya .................................................. 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan .............................................. 8
2.1.1 Karakteristik Perkotaan .................................................. 8
2.1.2 Dampak Perkotaan Terhadap Kesehatan Masyarakat ... 9
2.1.3 Teori dan Konsep Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Masyarakat Perkotaan……… ......................................... 10
2.1.4 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan 11
2.1.5 Masalah Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan ........... 12
2.2 Konsep Balita ........................................................................... 13
2.2.1 Balita sbagai Agregat at Risk ....................................... 13
2.2.2 Keluarga dengan Balita ................................................ 16
2.2.3 Peran Perawat Keluarga ……………………………… 17
2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang .... 18
2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 18
2.3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................ 20
2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan .......................... 20
2.3.4 Implementasi Keperawatan .......................................... 22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan .................................................. 22

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA


3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga........................................... 24
3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 26
3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan ....................................... 27
ix

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


3.4 Implementasi Keperawatan ...................................................... 28
3.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 29

BAB 4 ANALISIS SITUASI


4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 34
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan
Konsep kasus terkait ................................................................. 36
4.3 Analisis Intervensi Penyusunan Menu Makanan Seimbang
berdasarkan Triguna Makanan sebagai Intervesi Unggulan dengan
Konsep dan Penelitian terkait ................................................... 37
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan ........................... 40

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................... 42
5.2 Saran .......................................................................................... 43
5.2.1 Untuk Puskesmas ........................................................... 43
5.2.2 Untuk Institusi Pendidikan ............................................ 43
5.2.3 Untuk Perawat ............................................................... 43
5.2.4 Untuk Keluarga.............................................................. 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keluarga


Lampiran 2 Skoring Masalah
Lampiran 3 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 4 Catatan Perkembangan
Lampiran 5 Evaluasi Sumatif
Lampiran 6 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga
Lampiran 7 Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)

xi

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hasil kesepakatan global tahun 2000 berupa Millenium Development Goals
(MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator berisi komitmen
untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Salah
satu tujuan MDGs yang pertama adalah menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan. Adapun target yang harus dicapai untuk mencapai tujuan tersebut yaitu
menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan
dalam kurun waktu 1990-2015. Indonesia menggunakan dua indikator untuk
mencapai target tersebut yaitu melalui persentase anak berusia di bawah 5 tahun
(balita) yang mengalami gizi buruk dan persentase anak-anak berusia 5 tahun
(balita) yang mengalami gizi kurang. Kedua indikator tersebut memiliki angka
prevalensi yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu penurunan prevalensi balita
gizi buruk menjadi 3,6% dan gizi kurang menjadi 11,9%. Namun, prevalensi
nasional balita gizi buruk hingga tahun 2010 adalah 4,9% dan gizi kurang adalah
13% (Bappenas, 2011). Pencapaian tersebut bila dibandingkan dengan target
pencapaian masih belum tercapai.

Banyak faktor yang menjadi kendala sehingga target MDGs tersebut belum
tercapai. Hasil dari Rapat Kerja Kesehatan Nasional Regional Barat tahun 2013
menyampaikan bahwa yang menjadi hambatan dalam pencapain target MDGs
tujuan yang pertama tersebut antara lain keterampilan kader Posyandu kurang,
belum terintegrasinya kegiatan yang fokus pada balita (BKB, PAUD, Posyandu),
alat antropometri Posyandu belum standar, sistem informasi Posyandu kurang
berjalan, kelembagaan Pokjanal Posyandu kurang berjalan, dan belum semua
rumah sakit menerapkan Tata Laksana Gizi Buruk.

Pada tahun 2010, Indonesia masih memiliki banyak wilayah yang belum
mencapai MDGs 2015 sebanyak 24 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Jawa

1 Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


2

barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang target angka prevalensi
balita gizi buruk dan gizi kurang sudah tercapai yakni sebesar 13% dari target
MDGs yaitu 15,5% pada tahun 2015 (Depkes RI, 2011). Dinas kesehatan Kota
Depok (2010) mencatat 959 orang balita penderita gizi buruk pada tahun 2007.
Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah
Depok. Berdasarkan hasil perhitungan kepada 111 keluarga dengan balita yang
tercatat di posyandu wilayah RW 02 Sukatani, didapatkan data bahwa 13 balita
(11,7%) status gizinya berada pada rentang garis merah (gizi buruk), 25 balita
(22,5%) status gizi berada pada rentang garis kuning (gizi kurang), 65 balita
(58,6%) status gizi berada pada rentang hijau (gizi normal) dan 8 balita (7,2%)
status gizi berada pada rentang garis kuning (obesitas). Hasil wawancara dengan
kader kesehatan RW 02 didapatkan informasi bahwa sebelumnya di RW 02 belum
pernah dilakukan penyuluhan mengenai gizi seimbang atau gizi kurang.

Masalah gizi buruk dan gizi kurang menjadi hal yang harus diperhatikan karena
keadaan gizi kurang dan buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, mental dan jaringan otak yang akan mengurangi kualitas
sumber daya manusia Indonesia (Sihadi, 2000). Populasi yang rentan mengalami
masalah gizi dan rawan penyakit adalah balita. Prevalensi jenis penyakit yang
dialami oleh balita dan kondisi tubuh balita yang memiliki keterbatasan dalam
sistem imun menyebabkan balita berada pada label populasi rentan (Fitriyani,
2009). Masalah gizi semakin lama semakin disadari sebagai salah satu faktor
penghambat proses pembangunan nasional (Neldawati, 2006). Oleh karena itu
perlu upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Negara-negara yang tergabung dalam PBB dalam sidang tahun 2010 telah sepakat
bahwa untuk mencapai tujuan MDGs yaitu menanggulangi kemiskinan dan
kelaparan perlu difokuskan pada upaya-upaya sebagai berikut: (1) Peningkatan
produktivitas dan kualitas hasil pertanian secara simultan akan berdampak tidak
saja pada penurunan kelaparan tetapi juga pada penurunan kematian ibu dan anak

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


3

melalui perbaikan gizi, serta peningkatan pendapatan keluarga dan pertumbuhan


ekonomi. Terkait dengan upaya ini petani penggarap perlu akses langsung pada
pupuk, bibit unggul, peralatan pertanian, irigasi air setempat, dan lumbung pasca
panen; (2) Ketahanan pangan diarahkan pada pemerataan akses pangan yang
beragam mengacu pada konsumsi makanan berbahan baku lokal dan kebutuhan
gizi yang berbeda pada setiap kelompok masyarakat. Wilayah sangat rawan dan
rawan pangan mendapat prioritas utama untuk distribusi pangan termasuk
makanan pendamping ASI bagi keluarga miskin dan distribusi makanan
berfortifikasi; (3) Paket intervensi dengan pendekatan pelayanan berkelanjutan
difokuskan pada ibu pra-hamil, ibu hamil, bayi dan anak baduta (bawah dua
tahun); (4) Implementasi program standar emas makanan bayi dengan inisiasi
menyusu dini, pemberian ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan, pemberian
makanan pendamping ASI sejak anak berusia 6-24 bulan, baik pada kondisi stabil
maupun dalam keadaan darurat akibat bencana (Bappenas, 2011).

Hasil pertemuan Surveilans Gizi mendapatkan kesepakatan dan rekomendasi


dalam mempercepat capaian MDGs dalam hal tenaga pelaksana gizi, wawasan,
sarana, pelayanan, pemberdayaan masyarakat, aspek legalitas, dan sistem
informasi terkait kesehatan dan gizi (Depkes, 2014). Penanggulangan masalah gizi
kurang pada balita memerlukan adanya program peningkatan kesehatan
masyarakat, pendidikan (penyuluhan) kesehatan, dan perbaikan pada konsumsi.
Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan
melakukan praktik keperawatan komunitas yang ditujukan kepada individu,
keluarga, juga kelompok berisiko tinggi dengan cara melakukan pendekatan
terhadap keluarga sebagai entry point kegiatan keperawatan komunitas.
Pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas di Indonesia selama ini menjadi
tanggung jawab Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), sedangkan fokus
pengembangan keperawatan masih berpusat pada rumah sakit sehingga sumber
perawat di Puskesmas masih sangat minim (Huriah, 2006).

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


4

Keluarga merupakan salah satu faktor penentu status gizi balita karena memiliki
peranan yang penting bagi peningkatan dan pengawasan status gizi balita.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga sangat
diperlukan agar keluarga dapat menungkatkan status gizi balita di rumah.
Kontribusi asuhan keperawatan keluarga akan mendukung terciptanya
kemandirian keluarga dalam meningkatkan status gizi balita (Hidayati, 2011).
Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan keputusan dan proses terapeutik
pada setiap tahap sehat dan sakit pada setiap anggota keluarganya, sepeti mulai
dari keadaan sehat hingga diagnosis, tindakan hingga penyembuhan. Keluarga
mempunyai peranan dalam memenuhi nutrisi pada balita karena keluarga yang
melakukan pemulihan sampai konsumsi pada anak (Widyatuti, 2001).
Pemahaman keluarga tentang tugas kesehatan keluarga sangat diperlukan agar
keluarga bisa memenuhi kebutuhan balita secara tepat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga pada


masyarakat perkotaan dalam mengelola keluarga dengan masalah gizi pada balita.
Praktik penulis diawali dengan mengumpulkan data balita di posyandu RW 02
Sukatani. Penulis mulai menilai status gizi dari setiap balita dan menentukan
keluarga yang akan menjadi kelolaan yaitu keluarga dengan balita yang memiliki
masalah gizi.

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pada keluarga Anak P selama tujuh


minggu bertempat di RT 2 RW 02 Kelurahan Tapos, Depok. Keluarga Bapak S
(39 tahun) dan Ibu N (37 tahun) memilki tiga orang anak yaitu An A (13 tahun),
An Au (9 tahun) dan An P (21 bulan). Keluarga Bapak S merupakan keluarga
nuclear family dan memiliki masalah kesehatan gizi kurang pada balita. An P
merupakan entry point dalam asuhan keperawatan memiliki berat badan 7 kg, dan
tinggi badan 77 cm. Status gizi An P berdasarkan tabel WHO-NCHS termasuk
dalam kategori gizi kurang. Dilihat dari kartu menuju sehat, status gizi An P
berada pada bawah garis merah (BGM) dimana termasuk dalam kategori
peringatan gizi buruk. An P memiliki ciri-ciri fisik berbadan kurus, terlihat sering

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


5

menangis dan rewel. An P memiliki kesulitan untuk makan dan sejak kecil berat
badannya susah untuk naik.

Implementasi yang telah dilakukan pada keluarga Anak P melalui pendidikan


kesehatan dan pemberian informasi berpedoman pada tugas kesehatan keluarga
terkait masalah kurang gizi pada balita dengan menjelaskan kepada keluarga
tentang pengertian gizi seimbang, triguna makanan dan manfaatnya, penyebab,
tanda-tanda masalah gizi, serta akibat gizi kurang. Mendiskusikan dengan
keluarga mengenai perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah gizi,
upaya yang dilakukan untuk mencegah masalah gizi, informasi mengenai triguna
makanan dan demonstrasi pengelompokkan makanan sesuai triguna makanan,
cara memilih dan mengolah makanan, berapa porsi makanan yang dibutuhkan,
cara penyusunan menu dengan gizi seimbang berdasarkan triguna makanan,
penyusunan jadwal makan, cemilan sehat dan cara menyajikan makanan yang
menarik untuk balita.

Penulis memiliki intervensi unggulan dalam pemberian asuhan keperawatan


keluarga dari beberapa implementasi yang telah dilakukan. Intervensi unggulan
yang dipilih adalah penyajian makanan yang menarik. Implementasi mengenai
prinsip penyajian makanan dipilih karena setelah dilakukan evaluasi terjadi
peningkatan nafsu makan pada anak. Keluarga Anak P, khusunya Ibu N pun
terlihat mulai menyajikan makanan dengan bentuk dan tempat yang menarik yang
terdiri dari menu gizi seimbang berdasarkan triguna makanan. Tingkat
kemandirian keluarga An. P saat ini berada pada tingkat kemandirian III.

1.2 Perumusan Masalah


Asupan nutrisi yang cukup sangat dibutuhkan anak usia balita karena sedang
dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Namun, makanan yang
bergizi kurang dikonsumsi balita sehingga timbul masalah terutama dalam
pemberian makan karena terjadinya kesulitan makan pada anak. Gizi buruk pada
balita tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat badan

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


6

balita yang tidak cukup. Perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu
merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Keadaan ini dapat
berakibat pada terganggunya atau pun terjadinya keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan anak, bahkan dapat mempengaruhi tingkat
kecerdasan anak. Hasil screening yang dilakukan melalui data posyandu pada 111
balita yang ada di RW 02 Sukatani, ditemukan balita dimana status gizinya berada
pada rentang dibawah garis merah sebanyak 13 orang. Hal ini perlu diperhatikan
oleh perawat komunitas terkait angka gizi kurang yang masih cukup tinggi dan
pola asuh pemenuhan nutrisi pada balita dalam keluarga yang kurang baik.

Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa melakukan asuhan keperawatan keluarga


untuk meningkatkan pengetahuan ibu terkait penyusunan dan penyajian menu
makanan dengan gizi seimbang sebagai upaya meningkatkan status kesehatan
keluarga, terutama status gizi pada balita. Intervensi mengenai penyajian makanan
merupakan salah satu upaya dalam asuhan keperawatan keluarga yang bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada keluarga tentang pentingnya tampilan
makanan pada balita. Penyajian makanan yang menarik bertujuan agar keluarga
bisa memenuhi asupan nutrisi dan kebutuhan gizi balita secara tepat.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Menggambarkan laporan hasil kegiatan praktek klinik keperawatan
kesehatan masyarakat perkotaan pada keluarga oleh mahasiswa Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia di RW 02 kelurahan Sukatani,
Tapos, Depok.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada keluarga Anak P di
RW 02 kelurahan Sukatani, Tapos, Depok.
1.3.2.2 Menggambarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga Anak
P di RW 02 kelurahan Sukatani, Tapos, Depok.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


7

1.3.2.3 Menggambarkan perencanaan/intervensi keperawatan berupa inovasi


unggulan terkait penyajian makanan yang menarik pada keluarga Anak P
di RW 02 kelurahan Sukatani, Tapos, Depok.
1.3.2.4 Menggambarkan implementasi keperawatan pada keluarga Ank P di RW
02 kelurahan Sukatani, Tapos, Depok.
1.3.2.5 Menggambarkan evaluasi keperawatan pada keluarga Anak P di RW 02
kelurahan Sukatani, Tapos, Depok.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Pendidikan Keperawatan
Menambah informasi dan pengembangan ilmu keperawatan di Fakultas Ilmu
Keperawatan, khususnya mata ajar keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan
dalam lingkup keluarga mengenai pentingnya pemenuhan asupan nutrisi dengan
gizi yang seimbang pada balita selain melalui penyusunan menu makanan dengan
gizi yang seimbang berdasarkan triguna makanan, juga bagaimana menyajikan
makanan sehingga balita tertarik untuk makan.

1.4.2 Pelayanan Keperawatan


Penulisan ini dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran bagi
program perawat kesehatan masyarakat, khususnya pada program gizi balita di
Puskesmas Kecamatan Sukatani dalam mengembangkan media promosi kesehatan
tentang gizi pada balita dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya


Menjadikan hasil penulisan ini sebagai data dasar dalam mengembangkan
penelitian keperawatan selanjutnya dalam meningkatkan kesadaran akan
pentingnya asupan nutrisi yang adekuat selain pengetahuan tentang triguna
makanan sebagai dasar dalam penyusunan menu gizi seimbang, juga prinsip
penyajian yang menarik pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi pembahasan mengenai kajian literatur meliputi konsep keperawatan
kesehatan masyarakat perkotaan, konsep balita, asuhan keperawatan keluarga
dengan balita gizi kurang dan prinsip penyajian makanan pada balita.

2.1 Konsep Keperawatan Perkotaan


2.1.1 Karakteristik Perkotaan
Permukiman penduduk dengan jumlah kepadatan yang relatif tinggi dan
bertempat tinggal dalam suatu wilayah geografis tertentu sering disebut kota. Kota
dapat diartikan yang lain sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan
penduduk yang merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis sosial, ekonomi, kultur, yang terdapat di daerah tersebut
dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya (Bintarto,
2000).

Perkotaan memiliki karakteristik yaitu besarnya peranan kelompok sekunder,


anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya, heterogen, mobilitas sosial
tinggi, tergantung pada spesialisasi, hubungan antara orang satu dengan yang lain
lebih didasarkan atas kepentingan daripada kedaerahan, lebih banyak tersedia
lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan, serta lebih
banyak mengubah lingkungan (Indrizal, 2006). Hal ini lah yang pada akhirnya
menyebabkan banyak penduduk dari suatu negara berlomba untuk dapat
bermukim di daerah perkotaan. Selain karena tersedianya fasilitas di daerah
perkotaan lebih banyak, pendapatan perbulan yang jauh lebih besar juga menjadi
daya tarik bagi banyak orang untuk melakukan perpindahan ke daerah perkotaan
atau lebih dikenal dengan istilah urbanisasi.

8 Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


9

2.1.2 Dampak Perkotaan Terhadap Kesehatan Masyarakat


Fenomena pertambahan jumlah penduduk yang terjadi di daerah perkotaan ini
tentunya dapat menyebabkan permasalahan baru bagi setiap penduduk yang
bermukim di dalamnya. Masalah-masalah yang mungkin timbul antara lain adalah
bertambahnya jumlah pengangguran, degradasi lingkungan, kesenjangan
ekonomi, sampai pada masalah-masalah kesehatan yang dapat menyerang setiap
penduduknya. Dari banyaknya permasalahan yang timbul akibat fenomena
pertambahan jumlah penduduk di daerah perkotaan ini, masalah kesehatan
menjadi isu yang perlu mendapat perhatian khusus, sebab dapat mempengaruhi
kualitas penduduk yang bermukim di daerah perkotaan tersebut.

Adapun permasalahan-permasalahan kesehatan yang sering timbul di daerah


perkotaan baik akibat pertambahan jumlah penduduk yang cepat, budaya yang ada
di daerah perkotaan, maupun faktor lainnya adalah seperti mewabahnya penyakit-
penyakit menular (communicable diseases) dan penyakit tidak menular
(noncommunicable disease). Sama halnya yang dikemukakan Hidayati (2009)
bahwa dampak urbanisasi terhadap kesehatan dan lingkungan kota antara lain
masih tingginya penyakit menular seperti malaria, diare, demam berdarah, Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dermatitis, Tuberkulosis (TB) diiringi
meningkatnya penyakit tidak menular seperti jantung, hipertensi, stroke dan
diabetes, dan diikuti munculnya New Emerging Infectious Diseases, seperti Flu
Burung dan juga pada masalah air bersih dan sanitasi lingkungan.

Selain itu, udara perkotaan banyak dipenuhi asap kendaraan bermotor, banyaknya
pemukiman kumuh yang tidak sehat, minimnya sanitasi dan ketersediaan air
bersih, dan lain-lain. Kondisi pemukiman yang tidak layak huni menyebabkan
masyarakat perkotaan juga mudah terkena penyakit dan menularkan pada
lingkungan sekitar. Selanjutnya masalah psikologis juga timbul dari masalah
tersebut, yaitu kemungkinan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
anak pada masyarakat perkotaan tidak berkembang dengan semestinya.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


10

2.1.3 Teori dan Konsep Keperawatan Komunitas pada Kesehatan


Masyarakat Perkotaan
Komunitas sebagai sistem sosial yang terbuka yang dikarakteristikkan oleh
manusia yang berada pada satu tempat tiap waktunya yang memiliki beragam
tujuan (Maurer, 2005). Sumber lain menyebutkan, komunitas merupakan
sekelompok orang di suatu daerah tertentu dengan sistem sosial yang terorganisasi
(Nies & McEwen, 2007). Dengan demikian komunitas merupakan kumpulan dari
berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan sintesis dari praktik keperawatan


dan konsep kesehatan masyarakat yang diaplikasikan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesehatan populasi. Keperawatan kesehatan komunitas tidak
terbatas hanya pada individu atau kelompok tertentu. Fokus perhatian
keperawatan komunitas antara lain respon komunitas terhadap masalah-masalah
kesehatan yang ada dan potensial. Perawat dapat membekali komunitas yang
berisiko dengan kebutuhan pendidikan untuk menginformasikan dan membantu
mengembangkan keterampilan, perilaku sehat, dan perubahan perilaku yang
berhubungan dan berorientasi pada kesehatan.

Asuhan keperawatan komunitas berorientasi pada pemecahan masalah kesehatan


dengan memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan respon kelompok
orang tersebut. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada komunitas bersifat
dinamis dan dilakukan secara bertahap, serta berkelanjutan untuk mencapai
kemandirian kelompok tersebut dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
Ciri-ciri yang mendasari pelayanan kesehatan komunitas adalah (Efendi, 2009):
(1) Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan
komunitas; (2) Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care);
(3) Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama, kedua,

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


11

maupun ketiga; (4) Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas
kepada klien (individu, keluarga, kelompok masyarakat) sehingga terjadi
kemandirian; (5) Adanya kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan
masyarakat dalam upaya kemandirian klien, serta (6) Memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat.

Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada kelompok orang yang berada di


komunitas bergantung kepada jumlah orang dalam kelompok tersebut. Pemberian
pelayanan kepada keluarga berfokus pada kebutuhan perawatan yang saat itu
dibutuhkan. Dalam suatu kelompok orang, fokusnya adalah pendidikan kesehatan.
Jika sudah dalam lingkup yang lebih besar lagi, pemberian pelayanan
keperawatan berfokus pada pencegahan penyebaran penyakit dan pengontrolan
bahaya pada lingkungan (Nies & McEwen, 2007). Dalam hal ini perawat berperan
sebagai pemimpin dalam komunitas, partisipan, dan juga penyedia pelayanan
kesehatan.

Pelayanan keperawatan memberikan asuhan keperawatan dan juga melakukan


pengaturan dan organisasi terkait kebutuhan untuk pemberian asuhan keperawatan
yang berkualitas dan optimal pada masyarakat. Hal tersebut juga melihat pada
kebutuhan kesehatan yang harus dipenuhi komunitas, baik biologis, psikologis,
dan sosial. Masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang secara langsung
atau tidak langsung saling berhubungan, memiliki kebudayaan atau sistem norma
yang membedakannya dengan kumpulan individu yang lain memenuhi berbagai
kebutuhannya dari lingkungan sekitar, serta secara biologis tumbuh dan
berkembang dalam wilayah yang sama. Masyarakat perkotaan merupakan
komunitas yang tinggal di daerah perkotaan yang memiliki sistem norma dan
saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari lingkungan.

2.1.4 Peran Perawat dalam Keperawatan Kesehatan Perkotaan


Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


12

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan


mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Kegiatan
praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat sebagai berikut (1)
Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok
khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat;
(2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; (3) Konsultasi dan pemecahan
masalah kesehatan yang dihadapi (4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan
masalah yang mereka hadapi; (5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus
yang memerlukan penanganan lebih lanjut; (6) Penemuan kasus pada tingkat
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat; (7) Perawat sebagai penghubung
antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan; (8) Perawat melaksanakan
asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan masyarakat,
perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan menggunakan
proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah keperawatan; (9)
Perawat mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan
komuniti; serta (10) Perawat mengadakan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral dengan instansi terkait dan terakhir memberikan ketauladanan yang dapat
dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

2.1.5 Masalah Gizi Kurang yang Terjadi di Perkotaan


Risiko tinggi gizi kurang pada balita dapat disebabkan karena faktor risiko sosial
ekonomi khususnya kemiskinan. Peningkatan kemiskinan dapat dilihat dari sudut
pandang geografis dan ekonomi yang terjadi di wilayah perkotaan. Tingkat
pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh
berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai
keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit (United

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


13

Nations Declaration, 2000). Oleh karena itu, kemiskinan sangat berhubungan


dengan tingginya angka kesakitan dan kematian.

Sebuah studi positive deviance tahun 1990 diketahui bahwa pola pengasuhan anak
berpengaruh terhadap timbulnya gizi buruk. Seperti yang kita ketahui, masyarakat
perkotaan cenderung sibuk dengan aktivitasnya sehari-hari sehingga secara tidak
langsung dapat mempengaruhi pola asuh mereka. Pola pengasuhan ini berupa
sikap dan perilaku ibu dalam hal kedekatannya dengan anak, terkait hal
memberikan makan pada anak, merawat anak, kebersihan, memberi kasih sayang,
dan sebagainya. Pola asuh ini juga berkaitan dengan kualitas dan kuantitas SDM
dimana berkaitan dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Kurangnya
informasi keluarga tentang nutrisi dan bagaimana mengatur nutrisi dengan gizi
seimbang dapat menyebabkan kebiasaan makan anak menjadi tidak sehat.

2.2 Konsep Balita


2.2.1 Balita sebagai Agregat At Risk
Kelompok resiko adalah kumpulan orang yang lebih beresiko menderita suatu
penyakit daripada yang lain (Stanhope & Lancaster, 2004). Allender dan Spradley
(2005) mendefinisikan populasi resiko sebagai kumpulan orang yang berpeluang
mengalami peningkatan masalah kesehatan karena beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Stanhope dan Lancaster (2004) menyebutkan bahwa faktor
biologi, sosial ekonomi, gaya hidup dan peristiwa dalam kehidupan menempatkan
balita sebagai kelompok beresiko. Adapun kotribusi faktor resiko tersebut
terhadap munculnya masalah kesehatan adalah sebagai berikut:
2.2.2.1 Faktor Biologi dan Usia
Faktor biologi merupakan faktor genetik atau fisik yang berkontribusi terhadap
timbulnya resiko tertentu yang mengancam kesehatan (Stanhope & Lancaster,
2004). Faktor genetic merupakan faktor gen yang diturunkan orangtua pada
anaknya. Beberapa masalah kesehatan yang diturunkan secara genetic adalah
diabetes melittus, penyakit jantung bawaan, kejiwaan dan sebagainya. Anak tidak
dapat menghindari masalah kesehatan yang diturunkan secara genetic, namun

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


14

resiko masalah kesehatan akibat faktor genetic dapat diminimalisir dengan


perilaku hidup sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Berdasarkan periode usia perkembangan, masa kanak-kanak awal (satu sampai
enam tahun) terbagi menjadi dua periode yaitu toddler (1 - 3 tahun) dan pra
sekolah (3 - 6 tahun) (Potter & Perry, 2005). Namun, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia (2009) menjelaskan bahwa balita kependekan dari anak di
bawah lima tahun yaitu dari usia 12 sampai 59 bulan. Usia balita terjadi
perkembangan yang dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya maslah
kesehatan. Menurut Potter dan Perry (2003), pertunbuhan dan perkembangan pada
balita dapat dilihat dari aspek fisik, kognitif dan psikososial.

Ditinjau dari aspek fisik, perubahan pada balita ditandai dengan pertumbuhan
yang relative lambat dibarengi dengan perkembangan motorik yang pesat.
Perkembangan motorik tampak pada peningkatan koordinasi otot besar dan halus
sehingga keterampilan balita berjalan, berlari dan melompat semakin baik. Pada
usia ini anak senang memasukkan segala seuatu ke mulutnya sehingga terjadi
peningkatan resiko keracunan dan masuknya mikroorganisme seperti virus dan
bakteri yang mengakibatkan anak memiliki resiko besar untuk mengalami
masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004).

Ditinjau dari aspek kognitif, perkembangan balita tidak terlepas dari


perkembangan moral. Balita belum memahami konsep salah dan benar. Perilaku
yang ditampilkan berdasarkan apa yang disukai dan yang tidak disukai sehingga
balita belum dapat menentukan apa saja kebutuhan yang penting untuk dipenuhi
guna optimalisasi pertumbuhan dan perkembangannya (Potter & Perry, 2003).
Perkembangan aspek psikososial ditandai dengan peningkatan kemandirian. Balita
senang mengatakan tidak pada segala sesuatu yang ditawarkan padanya.
Egosentris sangat menonjol menunjukkan perasaan otonomi berkembang pada
usia ini.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


15

2.2.2.2 Faktor Lingkungan


Lingkungan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya masalah kesehtan
Stanhope dan Lancaster (2004) mendefinisikan lingkungan sebagai karakteristik
orang-orang disekitar tempat tinggal beerta sumber dan fasilitas yang tersedia.
Lingkungan internal keluarga yang sehat merupakan system pendukung
tercapainya kesehatan fisik dan psikologis bagi seluruh anggota keluarga
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Kondisi lingkungan ekstrenal yang tidak
sehat seperti tingkat kriminalitas tinggi, polusi udara, kimia, suara, dan minimnya
fasilitas kesehatan merupakan penyebab terjadinya masalah kesehatan pada
keluarga (Stanhope & Lancaster, 2004). Pada usia balita terjadi peningkatan
kemampuan sosialisasi dan ketertarikan dalam mengeksplorasi lingkungan,
sehingga pada usia ini anak sudah memiliki teman dan aktivitas bermain (Whaley
& Wong, 1995). Paparan virus dan bakteri di lingkungan yang tidak sehat pada
saat anak bermain dapat meningkatkan resiko anak mengalami masalah kesehatan
(Stanhope & Lancaster, 2004).

2.2.2.3 Faktor Ekonomi


Faktor ekonomi merupakan faktor finansial yang memiliki keterkaitan secara
langsung terhadap kemampuan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan. Anak usia
balita memiliki ketergantungan penuh pada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Anak yang tumbuh dalam keluarga yang menghadapi masalah ekonomi
lebih beresiko mengalami masalah kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004)..

2.2.2.4 Faktor Gaya Hidup


Gaya hidup/ perilaku merupakan kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Gaya hidup yang bersiko akan berdampak pada terjadinya ancaman
terhadap kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2004). Apabila keluarga tidak
emnerapkan dan memperkenalkan perilaku/ gaya hidup sehat sejak dini kan
mengakibatkan resiko masalah kesehatan lebih besar bagi anak (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003).

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


16

2.2.2.5 Faktor Peristiwa dalam Kehidupan


Kejadian dalam kehidupan merupakan suatu periode transisi yang dapat
menimbulkan reaksi emosional. Kejadian dalam kehidpan yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan seperti pindah rumah tinggal, anggota keluarga
meninggalkan rumah, kehilangan anggota keluarga dan ada anggota keluarga baru
(Stanhope & Lancaster, 2004). Anak seringkali merasa terancam dan dapat lebih
temperamen ketika terjadi peristiwa-peritiwa tersebut.

2.2.2 Keluarga dengan Balita


Keluarga adalah kumpulan orang-orang yang bergabung bersama diikat oleh
perkawinan, darah, atau adopsi, dan lainnya yang berada dalam satu rumah
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Status sehat dan sakit para anggota keluarga
saling mempengaruhi satu sama lain. Keluarga cenderung menjadi seorang reaktor
terhadap masalah-masalah kesehatan dan menjadi aktor dalam menentukan
masalah-masalah anggota keluarga. Keluarga cenderung terlibat dalam pembuatan
keputusan dan proses terapeutik pada setiap tahap sehat sakit setiap anggota
keluarga, seperti mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa, tindakan
penyembuhan (Hidayati, 2011).

Berdasarkan teori Duvall (1985 dalam Firedman et all, 2003) keluarga dengan
balita termasuk dalam tahap perkembangan keluarga dengan anak baru lahir dan
keluarga dengan anak pra sekolah. Tugas perkembangan keluarga tahapan
keluarga dengan anak bayi baru lahir adalah (1) Memulai keluarga menjadi
keluarga muda sebagai unit yang stabil (integrasikan bayi baru lahir sebagai
bagian dari keluarga). (2) Rekonsiliasi konflik tugas perkembangan dan
kebutuhan yang beragam dari setiap anggota keluarga. (3) Membantu
kenyamanan hubungan pernikahan. (4) Memperluas hubungan dengan keluarga
besar dengan peran orang tua dan kakek nenek.

Menurut Duvall (1985 dalam Friedman, Bowden, & Jones, 2003) tugas
perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah adalah (1) Pencapaian

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


17

kebutuhan anggota keluarga untuk rumah yang adekuat, ruangan, privasi, dan
keamanan. (2) Mensosialisasikan anak-anak. (3) Mengintegrasikan keanggotaan
anak baru dengan juga memenuhi kebutuhan anak lainnya. (4) Memelihara
kesehatan dihubungkan dengan keluarga (perkawinan dan orang tua anak),
keluarga besar, serta lingkungan. Berdasarkan tugas perkembangan tersebut
tanggung jawab yang harus dilakukan keluarga adalah membentuk individu dalam
keluarga menjadi lebih berpotensi.

Keluarga dengan balita merupakan kelompok yang kompleks yang terdiri dari
orang tua dan anak-anak. Tahapan perkembangan keluarga berhubungan dengan
pertumbuhan individu anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan
perkembangannya (Fitriyani, 2009). Keluarga harus menciptakan pola
pemeliharaan kesehatan untuk mencapai kesehatan fisik, mental, dan sosial yang
optimal. Balita merupakan masa dimana gizi yang adekuat diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi secara pesat dan tidak dapat terulang
(Potter & Perry, 2005).

2.2.3 Peran Perawat Keluarga


Perawat keluarga memiliki beberapa peran dalam membantu mengatasi masalah
kesehatan yang ada di dalam keluarga. Asuhan keperawatan keluarga yang
dilakukan bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan menangani persoalan yang penting untuk kesehatan atau
kesejahteraan di dalam keluarga. Perawat keluarga perlu melakukan tahapan-
tahapan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
tindakan dalam proses penyelesaian masalah (Anderson & McFarlane, 2007).

Asuhan keperawatan keluarga yang diberikan dapat berupa upaya-upaya preventif


dan promotif yang berupa pendidikan kesehatan mengenai masalah kesehatan
yang ada dalam keluarga, dalam hal ini terkait masalah gizi kurang pada balita.
Perawat keluarga berperan sebagai edukator dalam memberikan pendidikan dan
promosi kesehatan pada keluarga sebagai upaya menyelesaikan masalah gizi

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


18

kurang pada balita. Perawat keluarga dapat memberikan informasi kesehatan yang
berkelanjutan dan memberikan saran kepada keluarga mencakup komunikasi
terkait temuan masalah kesehatan dan cara mengatasinya. Tujuan pendidikan
adalah mendukung dan mengubah perilaku tidak sehat, meskipun perubahan
perilaku tidak secara langsung terlihat (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Perawat keluarga dapat memberikan bimbingan antisipatif pada keluarga


mengenai masalah kesehatan yang bersifat potensial atau fase pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Perawat keluarga dapat berperan sebagai
konsultan. Konseling adalah suatu proses untuk membantu keluarga dan anggota
keluarganya dalam memperhatikan, menyelesaikan, dan mengatasi masalah dalam
keluarga secara benar. Peran perawat sebagai konsultan sering kali memberikan
bantuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan dalam keluarga. Perawat
keluarga juga dapat berperan sebagai koordinator, perawat memastikan bahwa
keluarga dapat melakukan duplikasi dari asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita Gizi Kurang


Keluarga perlu dilibatkan perawat dalam pelaksanaan intervensi keperawatan
keluarga pada balita dengan gizi kurang. Asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan keluarga dapat menurunkan risiko kesehatan dan meningkatkan
kesehatan balita dengan gizi kurang. Menurut Hitchcock, Schubert dan Thomas
(1999), intervensi keperawatan dapat dilakukan untuk mencegah masalah gizi
kurang balita pada level pencegahan primer, dengan cara memberikan edukasi
pada orang tua tentang nutrisi anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu
keluarga dalam penyediaan makanan.

2.3.1 Pengkajian Keluarga


Sama halnya dengan asuhan keperawatan individu, asuhan keperawatan keluarga
pun dimulai dengan tahap pengkajian. Pengkajian bertujuan untuk mengumpulkan
data-data yang ada pada keluarga. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


19

melalui metode wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Menurut


teori/model Family Centre Nursing Friedman (Friedman, Bowden, & Jones,
2003), pengkajian asuhan keperawatan keluarga meliputi 8 komponen pengkajian
yaitu (1) Data umum : identitas kepala keluarga, komposisi anggota keluarga,
genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga, (2)
Aktifitas rekreasi keluarga: riwayat dan tahap perkembangan keluarga, tahap
perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga yang belum
terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga sebelumnya, (3) Lingkungan:
karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal,
mobilitas geografis keluarga, perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat, sistem pendukung keluarga, (4) Struktur keluarga: pola komunikasi
keluarga, struktur kekuatan keluarga, struktur peran (formal dan informal), nilai
dan norma keluarga, (5) Fungsi keluarga: fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi
perawatan kesehatan, (6) Stres dan koping keluarga: stresor jangka panjang dan
stresor jangka pendek serta kekuatan keluarga, respon keluarga terhadap stres,
strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi yang disfungsional, (7)
Pemeriksaan fisik: tanggal pemeriksaan fisik dilakukan, pemeriksaan kesehatan
dilakukan pada seluruh anggota keluarga, aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital
sign, rambut, kepala, mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas
dan bawah, sistem genetalia, kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik, (8) Harapan
keluarga: terhadap masalah kesehatan keluarga, terhadap petugas kesehatan yang
ada.

Pemeriksaan yang dilakukan berfokus pada pemeriksaan tanda dan gejala yang
ditemukan pada balita dengan masalah gizi kurang. Menurut Arisman (2003),
penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi seseorang yang
diperoleh dari pemeriksaan klinis, penilaian antropometri, uji biokimiawi, dan
pengkajian makanan. Penilaian klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada
jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ
yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


20

Pengukuran status gizi dengan antropometri merupakan penilaian untuk


mengidentifikasi status gizi yang paling sering digunakan. Pengukuran
antropometri yang sering digunakan antara lain umur, berat badan, tinggi badan,
massa tubuh, lingkar/sirkumferensi (lingkar lengan atas, kepala, pinggang/perut,
panggul, dan dada) dan tebal lipatan kulit. Antropometri sebagai indikator status
gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu Berat badan
dibanding umur (BB/U), panjang atau tinggi badan berbanding umur (PB/U), dan
berat badan berbanding panjang atau berat badan (BB/PB) menurut tabel NCHS
(Kemenkes, 2011).

2.3.2 Diagnosis Keperawatan


Data-data hasil pengkajian kemudian dirumuskan melalui analisa data dan
diangkat menjadi diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan adalah
pernyataan yang menggunakan dan menggambarkan respon manusia (Potter &
Perry, 2005). Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapat pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan
berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan
keluarga. NANDA (2012) menyebutkan bahwa perumusan diagnosa keluarga
menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada etiologi.

2.3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan


Perencanaan merupakan lanjutan proses keperawatan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah keperawatan yang muncul melalui intervensi keperawatan
pada keluarga. Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
telah diidentifikasi (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Penyusunan perencanaan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari


asuhan keperawatan, tujuan yang dibuat terdiri tujuan umum dan tujuan khusus.
Perencanaan juga memuat kriteria hasil. Pembuatan kriteria hasil harus didasari

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


21

dengan prinsip SMART (Spesific, Measurable, Achievable, Realistic,dan Time-


oriented) (Carpenito, 2000). Perencanaan asuhan keperawatan juga memuat
tindakan yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat.

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan yaitu penyajian makanan yang menarik
untuk balita. Menurut Maharani (2009), menyatakan bahwa seorang ibu harus
mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya meliputi mengetahui
makanan bergizi, jadwal makanan, cara mempersiapkan, cara menyajikan serta
dalam mempersiapkan perlengkapan makannya. Seorang ibu harus mampu
melatih makan pada anaknya dan sanggup mengantisipasi sewaktu anak susah
makan. Penyajian makanan yang menarik bisa dilakukan dengan banyak cara
diantaranya perhatikan dalam menyajikan makanan. Penyajian makanan yang
menarik dapat merangsang keinginan anak untuk makan. Penyajian makanan yang
menarik dapat dengan menggunakan perangkat makan yang menarik misalnya
bergambar karakter kartun yang lucu dengan warna-warna yang menarik, variasi
menu dan berikan perubahan rasa.

Menghidangkan makanan harus menarik, sehingga anak yang menyantapnya akan


merasa senang, bahkan puas, sehingga meningkatkan selera dan gairah untuk
makan. Hidangan harus dapat merangsang secara menarik sebanyak mungkin
panca indera agar timbul selera dan nafsu makan (Sediaoetama, 2008). Senada
dengan hal tersebut menurut Febry dan Marendra (2008) dalam Kodariah (2010)
penyajian makanan pada anak harus diperhatikan, karena dapat mempengaruhi
selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna, aroma, besar porsi dan
pemilihan alat makan yang menarik. Bentuk potongan atau warna makanan sering
dapat membangkitkan sikap anak untuk menyenangi suatu makanan yang
sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika makanan anak diberi
warna atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak sehingga anak mau
memakannya.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


22

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Tahap lanjutan dari asuhan keperawatan keluarga adalah proses implementasi,
yaitu melaksanakan tahapan-tahapan intervesi yang telah dibuat. Implementasi
yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah gizi kurang pada
balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga menurut Maglaya
(2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan keluarga terdiri dari
mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah, merawat keluarga dengan
masalah, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga dilakukan


dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada anak, melakukan
kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan makanan.
Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi seimbang, gizi
kurang, dan prinsip penyajian makanan. Pemberian edukasi kepada orang tua
merupakan hal yang penting yang dapat dilakukan perawat pada keluarga guna
meningkatkan pengetahuan orangtua khususnya ibu mengenai gizi balita.
Pengetahuan orang tua khususnya ibu merupakan satu hal yang penting guna
memperbaiki gizi balita. Peningkatkan pengetahuan ibu mengenai prinsip
penyajian makanan merupakan salah satu cara edukasi yang dapat dilakukan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat
istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana
yang ada pada keluarga.

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi, bukan untuk
melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan (Potter & Perry, 2005).
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi dengan
kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya keberhasilan.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


23

Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif, analisis dan


perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian keluarga.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) mengemukakan kemandirian


keluarga yang beorientasi pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya. Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya dinilai dengan tingkat kemandirian keluarga. Tingkat kemandirian
keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria evaluasi yakni (a) keluarga menerima
petugas kesehatan, (b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, (c)
keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar, (d) keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran, (e) keluarga melaksanakan perawatan
sederhana sesuai anjuran, (f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara
aktif, (g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada
di tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II
apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila
keluarga memenuhi kriteria 1 sampai dengan 7.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga


Keluarga kelolaan utama mahasiswa adalah keluarga dari Bapak S (39 tahun) dan
Ibu N (37 tahun) dengan tahap perkembangan keluarga dengan remaja. Keluarga
Bapak S memiliki tiga orang anak yaitu An. A (13 tahun), An. Au (9 tahun) dan
An. P (21 bulan). Keluarga Bapak S merupakan tipe keluarga nuclear family
dimana di dalam satu rumah hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu
N, An. A, An. Au dan An. P. Keluarga Bapak S merupakan penduduk lama di RT
04 RW 02 Sukatani, Tapos, sebelumnya keluarga tinggal di daerah Jatinegara,
Jakarta Timur.

Keluarga Bapak S menganut agama Islam. Baik Bapak S maupun Ibu N berasal
dari suku Jawa, Bapak S dan Ibu N berasal dari Tegal. Bapak S dan Ibu N
merantau ke Jakarta sejak menikah. Hasil pengkajian didapatkan bahwa
pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu N adalah di Tegal. Keduanya
kemudian berpacaran lalu memutuskan untuk menikah pada tahun 2000. Bapak S
bekerja sebagai wiraswasta, yang sedang merintis usaha kacamata di pinggir jalan
Jatinegara. Sedangkan Ibu N bekerja sebagai ibu rumah tangga sehari-harinya.
Penghasilan keluarga Bapak S tidak menentu, namun menurut Ibu N rata-rata
dibawah Rp. 1.000.000,- per bulan. Ibu N mengatakan membantu keuangan
keluarga dengan menjahit namun penghasilannya tidak menentu.

Hasil pengukuran BB An. P yang berjenis kelamin laki-laki pada tanggal 12 Mei
2014 adalah 7 kg dengan usianya 21 bulan, melalui kartu KMS An P berada di
bawah garis merah dan termasuk dalam kategori gizi buruk. Setelah pengukuran
TB yaitu 77 cm dan melihat melalui tabel antropometri An. P berada di bawah
pecentil -3 SD dan termasuk dalam kategori gizi buruk. TB An P adalah 77 cm,
dan dalam kategori normal untuk PB/U.

24 Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


25

An. P lahir prematur dengan BB lahir 2750 gr, dan usia kehamilan 40 minggu.
Menurut Ibu N, sejak An. P sakit ISPA berat, BB An. P susah untuk naik karena
males makan. Saat ini pun, BB An. S susah untuk naik, dari bulan sebelumnya BB
tidak naik. Ibu N mengatakan An. P memiliki kesulitan untuk makan, dan lebih
sering mengemil makanan cemilan. An. P memiliki nafsu makan yang kurang
apabila makan nasi dan susu formula, namun bila makan biskuit cepat. Ibu N
mengatakan An. P tidak menyukai makanan yang keras, sehingga setiap
menyajikan makanan untuk An. P harus berkuah.

Ibu N mengatakan makanan yang dimakan An. P sama dengan menu makanan
yang disajikan untuk keluarga lain. An. P memiliki porsi makan yang tidak
menentu, terkadang banyak namun lebih sering sedikit dan sulit untuk makan. Ibu
N biasanya memasak nasi, sayur, tempe. An. P dapat menghabiskan makan nasi
dan lauk pauk 3 kali sehari, dengan porsi sekitar 10 suap takaran sendok teh dan
memakan makanan selingan seperti biskuit yang selalu disiapkan Ibu N untuk An.
P. Ibu N mengaku An. P tidak menyukai minum susu formula namun An P masih
minum ASI hingga saat ini.

Saat pertemuan pertama dan kedua, Ibu N mengatakan sudah menyadari akan
kondisi An. P yang kurus. Menurut Ibu N, gangguan sulit makan pada An. P yang
masih balita merupakan hal yang wajar. Hasil pengkajian inspeksi, An. P tampak
kurus, rambut tipis dan pendek, serta kulit agak kusam. Ibu mengeluhkan An. P
yang rewel. Saat kunjungan nampak An. P sedang pilek dan terlihat beberapa kali
rewel.

Saat ditanya mengenai gizi kurang, keluarga Bapak S belum dapat menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, akibat, serta perawatan anak dengan gizi
kurang. Keluarga Bapak S juga belum menyadari keadaan An. P sebagai suatu
masalah pada awalnya sehingga belum melakukan apa-apa. Ibu N telah
mendapatkan penjelasan terkait gizi kurang dan mengikuti kegiatan implementasi

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


26

yaitu penyuluhan terkait gizi seimbang, Keluarga Bapak S memutuskan untuk


mengatasi masalah gizi kurang yang ada pada An. P.

Pada saat mahasiswa melakukan implementasi terkait menu gizi seimbang di


Posyandu, Ibu N tidak datang karena mengatakan An. P sedang rewel sehingga ia
males untuk membawa An. P pergi ke posyandu. Ibu N mengatakan memutuskan
untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang ada pada An. P. Secara umum, keadaan rumah cukup tidak tertata rapih
terutama pada bagian kamar tidur, tidak ada sirkulasi dan ventilasi pada kamar.
Jendela hanya ada di bagian depan rumah dan jarang dibuka. Bila hal ini terus
dibiarkan tentu saja akan memudahkan terjadinya penyakit infeksi di rumah.

Pada saat kunjungan selanjutnya, mahasiswa menjelaskan terkait gizi seimbang


dan triguna makanan kepada Ibu N. Saat evaluasi Ibu N dapat menyebutkan
kembali penjelasan yang telah diberikan. Keluarga Bapak S selalu mendiskusikan
setiap masalah yang ada si dalam keluarga secara bersama-sama. Komunikasi
antara Bapak S dan Ibu N terlihat berjalan dengan baik ketika mahasiswa
berkunjung. Stresor jangka pendek di dalam keluarga adalah masalah gizi kurang
yang terjadi pada An. P. Stresor jangka panjang adalah masalah finansial.

3.2 Diagnosis Keperawatan


Hasil pengkajian keluarga yang dilakukan melalui metode wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosis keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. P,
ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An P, dan gangguan integritas kulit
pada An. P. Hasil skoring terhadap diagnosis tersebut, didapatkan bahwa
diagnosis utama pada keluarga Bapak S ialah diagnosis ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada An. P.

Definisi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan


nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA, 2012).

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


27

Batasan karakteristik dalam penggunaan diagnosis ini diantara terdapat satu


diantara tanda NANDA berikut, yaitu (a) berat badan kurang dari 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan rangka tubuh, (b) asupan
makanan kurang dari kebutuhan metabolik, baik kalori total maupun zat gizi
tertentu, (c) kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat, dan
(d) melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari recommended
daily allowed (RDA).

3.3 Perencanaan Intervensi Keperawatan


Rencana keperawatan yang akan dilakukan mahasiswa berpedoman pada lima
tugas keluarga. Tujuan umum dari rencana keperawatan adalah setelah dilakukan
pertemuan sebanyak 6 kali kunjungan, keluarga mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi An P ditandai dengan peningkatan BB dan nafsu makan. (1) Tujuan khusus
1 setelah dilakukan kunjungan selama 1x45 menit keluarga mampu mengenal
masalah gizi kurang dengan mampu menyebutkan definisi gizi seimbang,
menyebutkan definisi gizi kurang, menyebutkan 4 dari 5 tanda gejala kurang gizi,
menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi, dan mengidentifikasi anggota
keluarga dengan masalah kurang gizi. (2) Tujuan khusus 2 keluarga mampu
memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah kurang gizi;
keluarga mampu menyebutkan 2 dari 3 akibat kurang gizi, memutuskan untuk
merawat anggota keluarga dengan masalah gizi dengan mengatakan mau merawat
anggota keluarga dengan masalah gizi kurang. (3) Tujuan khusus 3 setelah
dilakukan kunjungan selama 4x45 menit keluarga mampu merawat anggota
keluarga dengan masalah gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
mengatasi masalah gizi kurang, menyebutkan kembali definisi triguna makanan
dan memberikan 2 contoh dari tiap komponen triguna makanan, menyusun jadwal
menu seimbang dan mau menyediakan menu seimbang yang telah dijadwalkan,
menyebutkan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan, menyebutkan 3 dari 4 cara
mengolah bahan makanan dengan baik, me-redemonstrasikan cara memilih dan
mengolah bahan makanan, menyebutkan definisi cemilan sehat, tujuan cemilan
sehat, 2 dari 3 manfaat cemilan sehat, 4 dari 7 contoh cemilan sehat dan 3 dari 4

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


28

contoh cemilan tidak sehat (4) Tujuan khusus 4 setelah dilakukan kunjungan
selama 1x45 menit keluarga mampu memodifikasi dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengatasi gizi kurang dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 cara
menyajikan makanan yang menarik, menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara mengatasi
anak yang tidak bersedia makan, menyebutkan 3 dari 4 lingkungan yang
mendukung untuk meningkatkan status gizi balita. (5) Tujuan khusus 5 keluarga
mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk meningkatkan gizi balita
dengan mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas kesehatan yang ada disekitar
tempat tinggal, menyebutkan 1 dari 2 manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan, dan mengunjungi fasilitas kesehatan secara rutin.

3.4 Implementasi Keperawatan


Asuhan keperawatan keluarga dapat dikembangkan untuk mengatasi masalah
kurang gizi pada balita. Keluarga memiliki peran penting dalam mengatasi
masalah gizi kurang pada balita. Keluarga seharusnya dapat menyadari
pentingnya pengetahuan tentang gizi, bagaimana mengelola makanan dengan
baik, mengatur keuangan, menyediakan menu dengan gizi seimbang,
menyediakan lingkungan yang mendukung, dan memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada di masyarakat (Widyatuti, 2011).

Intervensi yang berpedoman pada tugas kesehatan keluarga meliputi lima tugas
keluarga, dimana dalam kemampuan memberikan perawatan anggota keluarga
yang mempunyai masalah kurang gizi pada balita, keluarga diberikan informasi
mengenai cara merawat balita dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait
triguna makanan, cara memilih dan mengolah makanan, berapa banyak porsi
makanan yang dibutuhkan, cara penyusunan menu dengan gizi seimbang,
penyusunan jadwal makan anak serta cemilan sehat untuk balita.

Implementasi keperawatan terdiri dari menjelaskan kepada keluarga mengenai


pengertian gizi seimbang, pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan
gejala gizi kurang, serta akibat dari gizi kurang. Membantu keluarga untuk

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


29

mengidentifikasi anggota keluarga dengan gizi kurang. Memotivasi keluarga


untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang.
Mendiskusikan bersama keluarga cara mengatasi masalah gizi kurang, yaitu
dengan memberikan informasi terkai triguna makanan, dan cara pemilihan bahan
makanan berdasarkan triguna makanan, cara mengolah makanan yang benar,
jumlah porsi makan sesuai dengan kebutuhan anak, penyusunan menu dengan gizi
seimbang berdasarkan triguna makanan, penyusunan jadwal makan anak, dan
cemilan sehat untuk anak. Memotivasi keluarga untuk menyediakan makanan
dengan gizi seimbang dengan melakukan pengolahan makanan secara benar.
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai modifikasi lingkungan yang dapat
dilakukan keluarga, yaitu dengan memberikan tips mengatasi anak yang susah
makan dan cara penyajian makanan untuk anak yang susah makan.
Mendiskusikan bersama keluarga mengenai manfaat fasilitas pelayanan kesehatan
yang ada di sekitar tempat tinggal, serta memotivasi keluarga untuk mengunjungi
fasilitas pelayanan kesehatan terutama posyandu secara rutin setiap bulan.

Implementasi yang merupakan intervensi unggulan adalah penjelasan tentang


salah satu modifikasi lingkungan yaitu penyajian makanan yang menarik untuk
balita. Menurut Maharani (2009), menyatakan bahwa seorang ibu harus
mengetahui berbagai hal yang terkait dengan perannya meliputi mengetahui
makanan bergizi, jadwal makanan, cara mempersiapkan, cara menyajikan serta
dalam mempersiapkan perlengkapan makannya. Penyajian makanan yang menarik
dapat merangsang keinginan anak untuk makan. Penyajian makanan yang menarik
bisa dilakukan dengan banyak cara diantaranya dengan menggunakan perangkat
makan yang menarik misalnya bergambar karakter kartun yang lucu dengan
warna-warna yang menarik, variasi menu dan berikan perubahan rasa.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Intervensi keperawatan terkait intervensi unggulan yang telah dilakukan,
kemudian dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dari intervensi

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


30

dapat tercapai. Evaluasi dilakukan melalui beberapa cara, yaitu dengan melakukan
evaluasi SOAP, evaluasi sumatif, dan menilai tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi SOAP didapatkan data Ibu N mengatakan gizi ialah zat makanan yang
dibutuhkan tubuh. Ibu N mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga,
pembangun dan pengatur. Ibu N mengatakan definisi gizi kurang ialah zat gizi
yang masuk ke dalam tubuh kurang dari kebutuhan. Ibu N mengatakan penyebab
gizi kurang ialah susah makan, makan tidak teratur, dan penyakit. Ibu N
mengatakan tanda gejala gizi kurang ialah kurus, rambut tipis kemerahan, anak
tidak ceria, dan lemas. Ibu N mengatakan An. P terlihat kurus, berambut tipis dan
kemerahan, sering menangis dan terlihat seperti anak dengan gizi kurang. Ibu N
mengatakan akibat dari gizi kurang ialah mudah sakit, gangguan pertumbuhan,
dan perkembangan.

Ibu N mengatakan ingin merawat An. P dengan masalah gizi kurang dengan mau
mendengarkan informasi dari mahasiswa. Ibu N mengatakan cara mengatasi
kurang gizi yaitu dengan makan makanan seimbang, makan teratur, dan sesuai
porsi. Ibu N mengatakan triguna makanan terdiri dari zat tenaga yang
mengandung karbohidrat dan lemak dengan contoh nasi dan jagung, zat
pembangun yang terdiri dari protein dengan contoh telur dan tempe, serta zat
pengatur yang mengandung vitamin dan mineral dengan contoh buah-buahan dan
sayuran. Ibu N mengatakan mau menyediakan menu seimbang untuk An. P sesuai
kebutuhan. Ibu N mengatakan cara mengolah bahan makanan yang baik ialah cuci
tangan sebelum masak, alat masak harus bersih, sayur dicuci dahulu baru
dipotong, sayur jangan dimasak terlalu lama, dan beras dicuci hanya dua kali saja.
Ibu N mengatakan cara memilih makanan yang baik ialah yang harganya
terjangkau, bergizi, masih segar, tidak layu dan berbau busuk. Ibu N mengatakan
manfaat cemilan sehat yakni aman bagi balita, bergizi, memenuhi kebutuhan
nutrisi anak, dan bahan mudah diperoleh. Ibu N mengatakan cemilan sehat adalah
makanan selingan yang mengandung nilai gizi. Ibu N menyebutkan tujuan
cemilan sehat yakni untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anak terutama

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


31

bagi anak yang sulit makan. Ibu N menyebutkan contoh cemilan sehat ialah bubur
kacang hijau, susu kemasan, roti selai buah dan selai kacang, buah dan sayur
potong serta, puding. Ibu N menyebutkan contoh makanan tidak sehat yaitu chiki,
minuman bersoda, makanan berpengawet dan makanan ber-MSG.

Ibu N mengatakan tips menyajikan makanan untuk anak yaitu jumlah makan
sesuai dengan porsi, sesuai jadwal, makanan disajikan bervariasi, harus ada lauk
hewani dan nabati. Ibu N mengatakan prinsip mengatasi anak yang tidak mau
makan ialah jangan dipaksa, beri makan sesuai selera anak dan tampilan yang
menarik, makan dalam porsi kecil tapi sering. Ibu N mengatakan fasilitas terdekat
ialah puskesmas, klinik, praktik bidan. Ibu N mengatakan manfaat ke pelayanan
kesehatan ialah mendapat pemeriksaan kesehatan anak, mendapat penyuluhan dan
informasi kesehatan. Ibu N mengatakan ingin mengetahui lebih lanjut penyebab
masalah gizi kurang yang ada pada An. P.

Pemberian setiap implementasi yang dilakukan oleh perawat dapat diterima


keluarga secara kooperatif dan antusias, baik dalam penyampaian informasi
maupun melakukan demostrasi. Keluarga teerlibat aktif dalam diskusi. Keluarga
Anak P, terutama Ibu N dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab tanda
gejala, dan akibat gizi kurang. Keluarga Anak P dapat menyebutkan kembali
komponen triguna makanan beserta contohnya. Keluarga dapat memilihi bahan
makanan sesuai triguna makanan yang tepat. Pada kunjungan mendadak yang
dilakukan, Ibu N sedang menyuapi An. P dengan makanan yang terdiri dari nasi,
telur dan sayur sop yang mencakup kentang dan wortel menggunakan tempat
makan yang berbentuk wajah boneka dan berwarna merah. Pada kunjungan
mendadak selanjutnya, Ibu N juga terlihat mengolah makanan dengan tampilan
yang menarik, memasak telur dadar dicampur sayur bayam. Ibu N melaporkan
nafsu makan An. P semakin membaik dan beberapa kali menghabiskan makanan
yang diberikan. Ibu N mengatakan saat ini sudah sering berusaha menyediakan
sayur dan lauk dalam setiap kali makan.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


32

Hasil observasi yang dilakukan atau yang dilaporkan oleh keluarga maka perawat
menganalisa tujuan yang telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5
telah tercapai. Masalah gizi kurang pada An. P telah teratasi ditunjukkan dengan
peningkatan berat badan dan nafsu makan, meskipun masih berada dalam masalah
gizi. Perawat memotivasi Ibu N untuk terus menyediakan makanan dengan gizi
seimbang dan melakukan penyusunan menu makan anak sesuai dengan triguna
makanan sebagai upaya tindak lanjut. Perawat juga memberikan penghargaan
positif atas usaha dan hasil yang telah diperoleh keluarga. Selain itu, perawat juga
meminta kader untuk terus memantau perkembangan status gizi An. P.

Kunjungan berikutnya Ibu N mengatakan melakukan modifikasi dalam makanan


yaitu mencampurkan sayuran ke dalam telur yang akan dimasak dan
membentuknya menjadi bentuk hati. Ibu N mampu menerapkan pemenuhan
asupan makanan yang mengandung triguna makanan lalu menyajikannya dalam
bentuk yang menarik. Saat dilakukan evaluasi, Ibu N dapat menjelaskan kembali
mengenai triguna makanan dan contoh makanannya. Keluarga Bapak S terlihat
melakukan penyajian menu makan dengan gizi seimbang. Secara kognitif Ibu N
dapat memahami setiap penjelasan dengan mudah dan memiliki kemampuan
untuk menyebutkan kembali penjelasan tersebut dengan cukup baik.

Evaluasi sumatif dilakukan dengan memberikan pertanyaan terkait lima tugas


kesehatan keluarga pada masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Keluarga Anak P dapat menyebutkan kembali definisi dari gizi
seimbang dan gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 4 dari 6 faktor yang
memicu gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 tanda dan gejala dari
gizi kurang. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 6 akibat gizi kurang bila tidak
diatasi. Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara perawatan masalah gizi kurang.
Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali mengenai triguna makanan dan
contoh makanan melalui food model. Keluarga dapat melakukan cara pengolahan
makanan yang benar. Keluarga dapat menyebutkan porsi makan yang sesuai untuk
anak. Keluarga mampu mendemonstrasikan pengaturan jadwal makan pada anak.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


33

Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 cara memodifikasi lingkungan yang sesuai


untuk anak gizi kurang. Keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan untuk penanganan gizi kurang. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk penanganan gizi kurang.

Evaluasi tingkat kemandirian keluarga ditentukan oleh kemampuan keluarga


dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga. Menurut Maglaya (2009) 5 tugas
kesehatan keluarga meliputi mengenal masalah gizi, mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga dengan gizi kurang, merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang, melakukan modifikasi lingkungan, dan menggunakan
fasilitas pelayanan untuk perawatan gizi kurang. Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 6x45 menit, tingkat kemandirian keluarga Anak P berada
pada tingkat kemandirian III. Hal ini ditunjukkan oleh data bahwa keluarga
menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat, keluarga menerima
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan,
keluarga tahu dan mengungkapkan masalah kesehatan secara benar, keluarga
melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan, keluarga memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif, dan keluarga melaksanakan tindakan
pencegahan secara aktif.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


BAB 4
ANALISIS SITUASI

Bab ini berisikan analisa pembahasan dari proses asuhan keperawatan pada
keluarga bapak S. khususnya An. P dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh di RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani, Tapos meliputi profil
lahan praktik, analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan
konsep kasus terkait, analisis salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian
terkait, dan alternatif pemecahan yang dapat dilakukan

4.1 Profil Lahan Praktek


Wilayah Kecamatan Tapos merupakan hasil pemekaran Kecamatan Cimanggis
pada tahun 2007 dimana wilayah tersebut memiliki tujuh kelurahan antara lain
Kelurahan Tapos, Kelurahan Leuwinanggung, Kelurahan Cimpaeun, Kelurahan
Cilangkap, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru dan Kelurahan
Jatijajar. Puskesmas Kelurahan Sukatani digunakan sebagai lahan praktek
mahasiswa, dengan wilayah kelolaan berada pada kelurahan yang sama.

Luas wilayah Kelurahan Sukatani 4,74 km2 dengan dengan batas wilayah sebelah
utara merupakan Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok, sebelah
timur merupakan Desa Cimatis Kab. Bekasi dan Kelurahan Tapos Kecamatan
Tapos Depok, sebelah selatan merupakan Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan
Tapos Depok dan sebelah barat merupakan Kelurahan Curug Kecamatan
Cimanggis Depok. Wilayah ini terdiri dari 16.840 Kepala Keluarga yang tersebar
dalam 182 RT di 26 RW.

Jumlah total penduduk di Kecamatan Sukatani per April 2012 adalah 57.941
jiwa, dengan pembagian usia jumlah laki-laki 28.789 jiwa dan jumlah perempuan
29.152 jiwa. Kepadatan penduduk dalam wilayah ini sebesar 12.125 jiwa/km2.
Hal ini menunjukan tingkat kepadatan yang cukup tinggi dimana sesuai dengan

34 Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


35

konsep perkotaan yang dinyatakan Stanhope (2004) bahwa kota secara geograpi
memiliki populasi tinggi lebih dari 99 jiwa per mil2, kota dengan populasi kurang
lebih 20.000 jiwa tetapi kuang dari 50.000 jiwa.

Tingkat pendidikan masyarakat yang bertempat tinggal di kelurahan Sukatani


adalah sebagai berikut 7409 orang belum sekolah, 6310 orang tidak tamat sekolah,
5176 orang tamat sekolah dasar, 8161 orang tamat SLTP, 21.437 orang tamat
SLTA, 3469 orang tamat akademik dan 6495 orang tamat perguruan tinggi.
Mayoritas penduduk beragama Islam. Kelurahan Sukatani memiliki 26 rukun
warga (RW). RW 02 merupakan salah bagian wilayah dari Kelurahan Sukatani.
Wilayah RW 02 terbagi menjadi lima rukun tetangga (RT), yaitu RT 01, RT 02,
RT 03, RT 04, dan RT 05. Jumlah balita yang ada di RW 02 adalah sebanyak 111
orang. Jumlah kader yang aktif sebanyak 11 orang. Mayoritas penduduk di RW 02
beragama Islam dan berasal dari suku Jawa.

Keadaan pemukiman di RW 02 cukup padat, dengan mayoritas perumahan


merupakan rumah pribadi dan bangunan permanen, dan sebagian kecil terdiri dari
rumah kontrakan satu pintu. Letak rumah berdekatan satu dengan yang lain
sehingga sirkulasi udara dan pencahayaan sinar matahari kurang baik pada
sebagian rumah. Tidak ada tempat pembuangan sampah umum, dan sebagian
warga tidak memiliki tempat pembuangan sampah di depan rumahnya.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di RW 02 adalah praktik Bidan,


posyandu, dan posbindu. RW 02 memiliki satu posyandu yaitu posyandu matahari
di RT 06. Pelaksanaan posyandu dan posbindu dilakukan setiap satu kali dalam
sebulan. Posyandu Matahari dilakukan setiap tanggal 20, kecuali jika tanggal
tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke hari
berikutnya. Posyandu meliputi balita yang berada di lima RT tersebut. Biasanya
yang datang ke posyandu kurang lebih 60 balita.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


36

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian terkait


KKMP
Hasil pengkajian yang dilakukan pada keluarga Bapak S (39 tahun) yang
merupakan bagian dari warga RW 02 dan bertempat tinggal di RT 04. Keluarga
Bapak S merupakan warga pendatang. Keluarga Bapak S termasuk tipe keluarga
nuclear family, dimana Bapak S tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Keluaga
bapak S masuk dalam keluarga dengan tahap perkembangan remaja. Anak
pertama keluarga bapak S berumur 13 tahun. Hal ini sesuai dengan kajian literatur
terkait tahap perkembangan keluarga remaja merupakan usia 13 tahun hingga 21
tahun (Edelman dan Mandle,2002)

Berdasarkan informasi Posyandu Matahari didapatkan bahwa anak ketiga dari


keluarga Bapak S yaitu an. P memiliki masalah gizi dimana status gizi berada
GBM (Garis Bawah Merah) pada bulan April 2014. Menurut Ibu N (37 tahun)
berat badan An. P memang susah untuk naik karena ia susah makan. Balita
merupakan umur yang rentan terhadap masalah gizi terutama sulit makan.

Masalah gizi kurang pada balita terjadi karena tubuh kekurangan satu atau
beberapa jenis zat gizi yang dibutuhkan. Kekurangan gizi pada umumnya terjadi
karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Kekurangan
gizi berakibat pada peningkatan angka kesakitan, menurunnya tingkat kecerdasan
sehingga menurunkan prestasi dan diperparah dengan ancaman kematian.

Masalah gizi kurang di kota Depok memiliki prevalensi yang cukup tinggi.
Apabila tidak ditangani dapat mejadi permasalahan kesehatan yang sangat
komplek. Masalah gizi akan menimbulkan masalah pembangunan di masa yang
akan datang. Keterlambatan dalam pemberian pelayanan gizi yang tepat terhadapa
anak-anak akan menurunkan potensi mereka sebagai sumber daya pembangunan
masyarakat ekonomi nasional. Hal ini menegaskan bahwa masalah gizi tidak
hanya menjadi masalah bagi wilayah di pelosok-pelososk Indonesia, namun dapat
juga menjadi ancaman masalah kesehatan masyarakat perkotaan.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


37

Masalah gizi kurang yang terjadi di RW 02 Kelurahan Sukatani teridentifikasi dari


jumlah balita yang memiliki masalah gizi buruk dan gizi kurang, yaitu sebanyak
13 balita. Wilayah RW 02 termasuk dalam wilayah perkotaan/ urban ditandai
dengan adanya banyaknya penduduk pendatang.

Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi pada
populasi balita di masyarakat perkotaan. Asuhan keperawatan komunitas dengan
pendekatan keluarga dilakukan pada keluarga yang memiliki masalah gizi pada
balita sebagai entry point bertujuan untuk menurunkan risiko kesehatan dan
meningkatkan kesehatan balita. Keluarga memiliki peranan yang sangat besar
terhadap status gizi balita. Keluarga mempumyai peranan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi pada balita karena keluarga yang melakukan pemulihan sampai
konsumsi pada anak.

4.3 Analisis Intervensi Penyajian Makanan yang Menarik sebagai Intervensi


Unggulan dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Balita memerlukan asupan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Penjelasan
terkait gizi seimbang di dalam keluarga dilakukan melaui peningkatan
pengetahuan terkait triguna makanan. Variasi makanan merupakan prinsip
pertama gizi seimbang. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan
sumber-sumber zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) dan air, tetapi juga
sumber-sumber zat gizi mikro meliputi vitamin dan mineral. Kebutuhan makan
anak dalam sehari harus diperhatikan keluarga karena pola makan bisa
mempengaruhi status gizi balita (Depkes RI, 2010).

Hasil penelitian dari Hidayati (2011) mengatakan bahwa pendidikan keluarga


merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah gizi pada balita karena
pendidikan formal mempengaruhi pengetahuan keluarga dalam memberikan
asupan makanan dengan gizi seimbang pada balita. Depkes RI (2005)
mengemukanan bahwa unsur pendidikan berpengaruh pada kualitas pengasuhan

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


38

anak. Pendapat hampir sama dinyatakan oleh Soekirman (2006) yang


mengemukakan unsur pendidikan erat hubungannnya dengan pengetahuan
kesehatan dan praktik gizi.

Prinsip penyajian makanan merupakan intervensi unggulan yang dipilih oleh


mahasiswa terkait peningkatan pengetahuan keluarga, terutama ibu terkait cara
menyajikan menu makanan yang sesuai dan menarik bagi balita. Mahasiswa
melakukan intervensi keperawatan selama 7 minggu dan berdasarkan
penimbangan berat badan, Anak P mengalami peningkatan nafsu makan dan berat
badan. Saat ini Anak P masih berada pada status nutrisi gizi kurang.

Intervensi terkait prinsip penyajian makanan ini bertujuan agar asupan nutrisi
yang mengandung gizi seimbang pada balita dengan gangguan sulit makan dapat
terpenuhi. Menghidangkan makanan harus menarik, sehingga anak yang
menyantapnya akan merasa senang, bahkan puas, sehingga meningkatkan selera
dan gairah untuk makan. Hidangan harus dapat merangsang secara menarik
sebanyak mungkin panca indera agar timbul selera dan nafsu makan
(Sediaoetama, 2008). Senada dengan hal tersebut menurut Febry dan Marendra
(2008) dalam Kodariah (2010) penyajian makanan pada anak harus diperhatikan,
karena dapat mempengaruhi selera makan anak, baik penampilan, tekstur, warna,
aroma, besar porsi dan pemilihan alat makan yang menarik. Bentuk potongan atau
warna makanan sering dapat membangkitkan sikap anak untuk menyenangi suatu
makanan yang sebelumnya tidak disenangi. Karena itu, tidak salah jika makanan
anak diberi warna atau bentuk khusus yang menarik perhatian anak sehingga anak
mau memakannya.

Prinsip penyajian makanan dimaksudkan agar keluarga Anak P dapat memberikan


makanan dengan menu gizi seimbang. Hal ini merupakan salah satu cara
perawatan anak yang mengalami gizi kurang. Pemilihan intevensi ini dikarenakan
pada saat pengkajian, dan pada saat kunjungan, keluarga Anak P sudah cukup
baik menyajikan makanan nasi dan dua jenis lauk yaitu sayur sop dan tempe.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


39

Namun, An. P kurang nafsu memakannya karena hanya 3-4 suapan saja yang ia
makan dan terlihat lama menyimpan makanan di mulut. Kebiasaan makan anak
yang tidak sehat dapat terjadi selain karena kurangnya variasi dalam makanan
juga bentuk penyajian yang tidak menarik. Prinsip penyajian makanan ini dapat
meningkatkan informasi pada keluarga tentang nutrisi serta cara penyajian
makanan dengan gizi seimbang untuk balita.

Asupan makanan balita yang kurang dan kebiasaan keluarga yang kurang sehat
dalam memberi asupan makanan pada balita dapat mempengaruhi pemenuhan gizi
balita (Hidayati, 2011). Pengetahuan gizi orang tua mengenai bahan makanan
akan berpengaruh terhadap hidangan yang disajikan oleh keluarga, dengan
pengetahuan yang memadai seorang ibu akan menyediakan makanan yang baik
untuk keluarganya terutama anak balita. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Huriah (2006) bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 3.08 kali
mempunyai anak dengan status gizi normal dibandingkan dengan ibu yang
pengetahuannya kurang baik. Menurut Satoto (1990, dalam Harsiki, 2003)
dikemukakan bahwa faktor yang paling dominan dalam menyebabkan meluasnya
keadaan gizi kurang adalah faktor perilaku yang kurang benar di kalangan
masyarakat dalam memilih dan memberikan makanan kepada anggota
keluarganya, terutama anak-anak. Hal ini didukung oleh Basuki (2008) yang
mengatakan bahwa penyebab gizi kurang salah satunya adalah rendahnya
pengetahuan ibu tentang gizi sehingga balita menjadi kurang diperhatikan
akhirnya berat badan pun di bawah standar. Peran keluarga dalam memenuhi gizi
seimbang pada balita sangat diperlukan melalui upaya pendidikan kesehatan
mengenai triguna makanan.

Penulis pun melakukan analisa untuk menilai kelebihan, kekurangan, peluang, dan
ancaman dari penetapan intervensi yang telah diterapkan kepada keluarga. Hal ini
dimaksudkan agar intervensi tersebut dapat dilaksanakan oleh keluarga secara
berkelanjutan dengan penetapan alternatif penyelesaian masalah. Penilaian
hambatan proses implementasi penyajian makanan yang menarik yaitu

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


40

keterbatasan finansial keluarga untuk menyediakan peralatan makan yang menarik


untuk balita dan kreativitas dalam menyusun warna dan membentuk makanan
sesuai dengan kesenangan anak diperlukan untuk meningkatkan nafsu makan
anak. Kelebihan implementasi penyajian makanan yang menarik yaitu cara ini
efektif untuk mengatasi anak dengan gangguan sulit makan, anak dapat terlibat
dalam pemilihan dan penyajian makanan. Ancaman dari kelangsungan penyajian
makanan yang menarik sifat malas muncul pada orangtua untuk selalu menyajikan
makanan dalam bentuk menarik ke balita setiap kali makan. Adapun peluang
implementasi penyajian makanan yang menarik adalah dukungan anggota
keluarga lainnya dan teman sebaya untuk menemani makan anak dan pengetahuan
ibu mengenai gizi kurang sehingga dapat memotivasi ibu untuk melakukan
perawatan kepada anak.

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan


Upaya mengatasi permasalahan gizi kurang pada balita secara multidisiplin dan
komprehensif membutuhkan kerja sama yang baik antar setiap komponen dalam
masyarakat. UNICEF (2009) mengungkapkan penyebab masalah gizi kurang atau
gizi lebih adalah multisektor. Masalah gizi pada balita terjadi disebabkan banyak
faktor yang saling berkaitan dan tidak berdiri sendiri meliputi makanan,
kesehatan, dan praktik perawatan.

Intervensi dalam pembinaan keluarga yang seharusnya dilakukan secara


berkelanjutan oleh petugas kesehatan dari puskesmas untuk mengatasi masalah
gizi kurang yang terdapat di masyarakat. Intervensi dapat diberikan melalui
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan terkait gizi seimbang pada balita.
Peran perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan setiap program terutama
terkait masalah gizi pada balita diperlukan agar hasilnya dapat dilihat secara
nyata.

Pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga dalam pelaksanaan tugas


kesehatan keluarga dibutuhkan pengawasan dan bimbingan yang berkelanjutan

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


41

dari petugas kesehatan, maupun kader RT dan RW setempat agar pelaksanaan


tugas kesehatan keluarga dapat berjalan dengan baik. Perlu adanya pemberdayaan
masyarakat dengan melatih kader setempat terkait gizi seimbang dan pengaktivan
kegiatan posyandu lima langkah sehingga kader dapat memberikan penyuluhan
terkait gizi di posyandu.

Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilakukan dalam membina keluarga,


mahasiswa harus membuat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada
keluarga. Rencana ini dibuat agar tindakan yang telah dilakukan sebelumnya
bersama mahasiswa dapat terus dilakukan dan berkesinambungan. Mahasiswa
melaporkan kepada kader tentang evaluasi kemandirian keluarga, dan meminta
kader untuk melanjutkan pemantauan terkait masalah gizi yang dapat dilakukan
dalam kegiatan posyandu setiap bulan.

Keluarga perlu dimotivasi secara berkelanjutan agar dapat mempertahankan dan


meningkatkan status kesehatan yang telah tercapai. Mahasiswa perlu melakukan
advokasi dan menekankan pentingnya mengunjungi fasilitas kesehatan secara
rutin dan berkala, terutama posyandu untuk memantau berat badan anak sampai
anak menginjak usia lima tahun.

Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Praktik keperawatan mahasiswa di Kelurahan Sukatani, khususnya di RW 02
bertujuan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga terutama pada keluarga
yang memiliki balita dengan masalah gizi kurang. Pada awal praktik dilakukan
upaya screening pada data posyandu yang dilakukan di RW 02 untuk menemukan
balita dengan masalah gizi kurang dan dapat dilakukan upaya tindak lanjut.

Asuhan keperawatan komunitas dengan melakukan pembinaan pada keluarga


bertujuan untuk melakukan intervensi yang dapat dipraktikkan keluarga dengan
masalah gizi pada balita sebagai upaya untuk dapat meningkatkan status gizi
balita. Asuhan keperawatan keluarga yang dilaksanakan oleh mahasiswa pada
keluarga Bapak S, khususnya An P. Tanda-tanda kurang gizi yang terdapat pada
An P seperti tampak kurus, sering menangis, serta IMT berada di persentil -3SD
dimana termasuk dalam kategori kurang (Kemenkes, 2011).

Peran perawat komunitas bertujuan untuk memberikan intervensi keperawatan


dengan menggunakan pendekatan keluarga. Intervensi utama yang dilakukan
terkait gizi kurang pada balita adalah dengan penyajian makanan yang menarik.
Pemilihan intervensi tersebut dilakukan agar keluarga dapat memahami akan
pentingnya bentuk penyajian makanan pada balita. Keluarga diharapkan dapat
menyadari akan manfaat dari penyajian makanan yang menarik sebagai salah satu
upaya untuk memperbaiki status gizi balita.

Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan kepada keluarga An. P dilakukan


selama 7 minggu. Evaluasi dilakukan melalui penimbangan berat badan An P, dan
didapatkan hasil penimbangan berat badan An P meningkat 1 ons, yaitu dari 7 kg
menjadi 7,1 kg. Tingkat kemandirian keluarga An. P saat ini berada pada tingkat
kemandirian III.

42 Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


43

5.2 Saran
5.3.1 Untuk Puskesmas
Puskesmas perlu meningkatkan pelaksanaan program Perkesmas dan dijadikan
evaluasi kinerja puskesmas setempat dalam memberikan pendidikan kesehatan
khususnya dalam keluarga. Pengembangkan media promosi kesehatan terkait gizi
balita dan penyuluhan pada keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita agar
disesuaikan dengan karakteristik keluarga. Media penyuluhan dan materi harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan keluarga sehingga efektifitas penyampaian
informasi dapat berjalan optimal misalnya lembar balik dengan pemilihan kata
yang mudah dimengerti. Selain itu, perlunya penyegaran untuk kader dalam
pemberian penyuluhan kesehatan, khususnya terkait gizi pada balita dalam
kegiatan posyandu.

5.3.2 Untuk Institusi Pendidikan


Mengembangkan intervensi-intervensi untuk balita dengan gangguan sulit makan
menjadi kajian khusus pada keilmuan komunitas dalam pemberian asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan gizi kurang.

5.3.3 Untuk Perawat


Perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas perlu mengoptimalkan pembinaan
keluarga dengan balita yang berisiko tinggi memiliki masalah gizi melalui asuhan
keperawatan keluarga secara rutin dan berkelanjutan, serta dapat melibatkan
institusi pendidikan keperawatan dalam penemuan kasus masalah gizi kurang
pada balita. Selain itu, perawat juga mampu mengajarkan prinsip penyajian
makanan yang menarik bagi keluarga dengan balita yang mengalami gangguan
sulit makan.

5.3.4 Untuk Keluarga


Keluarga perlu meningkatkan pengetahuan tentang upaya meningkatkan status
gizi balita melalui aktif bertanya atau berkonsultasi pada petugas kesehatan,
memanfaatkan sarana media cetak dan elektronik sebagai media informasi.

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
44

Keluarga sebaiknya berkunjung ke posyandu setiap bulan untuk penimbangan


berat badan balita dan menanyakan kepada petugas kesehatan mengenai hal-hal
yang belum diketahui terkait tumbuh kembang dan pemenuhan gizi balita.

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., dan McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori
dan Praktik. Edisi ke 3. Alih bahasa: Agus Sutarna, dkk. EGC: Jakarta
Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Rencana aksi nasional pangan dan gizi
2006-2010. Bappenas.
Basuki, U. (2003). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi baduta (6-23
bulan) pada keluarga miskin dan keluarga tidak miskin di Kota Bandar
Lampung Tahun 2003. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2011).
Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. Badan Perencanaan dan
Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. (2010).
Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010 tentang
pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta.
http://www.yanmedik.depkes.go.id.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan kota Depok 2010. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhi
kebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.
Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok.
Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,
theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.
Hidayati, Nur. (2011). Hubungan tugas kesehatan keluarga, karakteristik keluarga
dan anak dengan status gizi balita di wilayah Puskesmas Kelurahan
Pancoran Mas, kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana. Kekhususan
Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia,
Depok.

45 Universitas Indonesia

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


46

Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing: caring
in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company.
Huriah, T. (2006). Hubungan perilaku ibu dalam memenuhi kebutuhan gizi dengan
status gizi balita di Puskesmas Beji, Kota Depok. Tesis. Program Studi Pasca
Sarjana. Kekhususan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia, Depok.
Indriyani. (2011). Hubungan antara pola asuh gizi dan faktor lain dengan status gizi
balita (12-59) di Kelurahan Sindangrasa Bogor. Skripsi. Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Indrizal, E. et.al. 2006. Penyusunan Rekomendasi Teknis Pembangunan Sosial
Ekonomi Masyarakat Desa Sekitar Hutan Tesso Nilo. Pekanbaru: WWF
AREAS Riau Conservation Program.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Panduan penyelenggaraan pemberian makanan
tambahan pemulihan bagi balita gizi kurang. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. (2011). Standar antopometri penilaian status gizi anak.
Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Maglaya, Araceli S., et al. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).
Philippine : Argonauta Corporation.
Mulyaningsih, Endah Sriyani. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein, dan
faktor lain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin
Kabupaten Bandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC
Neldawati. (2006). Hubungan pola pemberian makan pada anak dan karakteristik
lain dengan status gizi balita 60-59 bulan di laboratorium gizi masyarakat
puslitbang gizi dan makanan (P3GM). Skripsi. Program Sarjana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
47

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Stanhope & Lancaster. (2000). Community health nursing. (5th ed). St Louis United
States: Mosby Inc.
Soekirman, et al. (2006). Hidup sehat gizi seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
United Nations Declaration (UND). 2000. Millenium Development Goals: a Compact
among Nations to End Human Poverty in 2015. 1 Juli 2013.
http://mdgs.un.org.
Widyatuti. (2001). Meningkatkan status gizi balita melalui asuhan keperawayan
keluarga di wilayah Kelurahan Rawa Bunga Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur. Laporan penelitian. Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Depok.

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
48

Lampiran 1
PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Bapak S
2. Pekerjaan : Wiraswasta
3. Alamat : Jln. Kemang RT 004 RW 02 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos, Depok
4. Komposisi keluarga :
No Nama JK Hubungan Umur Pendidikan Pekerjaan
dengan KK Terakhir
1. Bapak S L Kepala keluarga 39 tahun STM Wiraswasta
2. Ibu N P Istri 37 tahun SMP Ibu rumah tangga
3. An A P Anak kandung 13 tahun SD Pelajar
4. An Au P Anak kandung 9 tahun - Pelajar
5. An. P L Anak kandung 2 tahun - -

Genogram:

39

37

13 9 2

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
49

Bapak S merupakan anak ketiga dari dua belas bersaudara. Bapak S tidak memiliki
riwayat sakit tertentu. Ibu N merupakan pertama dari lima bersaudara. Ibu N tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya. An A merupakan anak pertama dari keluarga
Bapak S. An. A memiliki riwayat penyakit cacar belum lama ini. An. Au merupakan
anak kedua dari keluarga Bapak S memiliki riwayat flek TB dan sudah menjalani
pengobatan 6 bulan secara rutin. An P merupakan anak ketiga dari keluarga Bapak S,
dan menjadi entry point dalam asuhan keperawatan keluarga. An P memiliki riwayat
kesehatan ISPA berat, kelahiran normal. Sejak bayi berat badan An. P susah untuk
naik. Saat ini An P mengalami masalah gizi kurang.

5. Tipe keluarga
Keluarga Anak P merupakan tipe keluarga nuclear family dimana di dalam satu rumah
hanya terdapat satu keluarga inti, yaitu Bapak S, Ibu N, An. A, An. Au dan An. P.

6. Latar belakang budaya


Keluarga Anak P mempunyai latar belakang budaya Jawa Tengah, Bapak S dan Ibu N
berasal dari Tegal. Ibu N mengatakan tidak ada mitos atau pantangan tertentu yang harus
dipegang dan dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatan dalam keluarga. Namun, Ibu
N mengatakan telah terbiasa melakukan terapi pemijatan tradisional pada ketiga anaknya
sejak masih bayi hingga saat ini. Ibu N merasa An P menjadi lebih sehat setelah dilakukan
pemijatan.

7. Agama
Keluarga Anak P menganut agama Islam, dan mengatakan selama ini menjalankan sholat,
puasa, dan ibadah lainnya. Baik Bapak S maupun Ibu N tidak aktif mengikuti kegiatan
pengajian di wilayah RT nya dikarenakan pekerjaan Bapak S yang membuat Bapak S
hanya pulang sebulan sekali dan Ibu N yang harus menjaga serta mengurus ketiga
anaknya.

8. Status sosial ekonomi


Bapak S memiliki pekerjaan yang tidak menetap. Ibu N mengatakan Bapak S mengatakan
saat ini bekerja sebagai pedagang yang menawarkan pembuatan kacamata di pinggir jalan
kramat jati, dan mulai bekerja pada pagi hingga malam hari. Ibu N mengatakan rata-rata
penghasilan Bapak S per bulan di bawah Rp. 1 000 000,-, Ibu N mengatakan penghasilan

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
50

yang dimiliki belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari sehingga Ibu
N berinisiatif untuk menambah penghasilan dengan kerja paruh waktu dengan memasang
hiasan baju.

9. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga Bapak S jarang pergi berekreasi bersama keluarga karena Bapak S yang jarang
pulang ke rumah dikarenakan lokasi pekerjaan. Aktivitas rekreasi keluarga yang biasa
dilakukan adalah berkunjung ke rumah saudara yang ada di Jakarta atau hanya berjalan-
jalan di sekitar rumah. Keluarga Bapak S lebih sering menghabiskan waktu makan dan
menonton televisi bersama di rumah.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


10. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Bapak S saat ini adalah keluarga dengan anggota keluarga
remaja, dimana anak pertama Bapak yaitu An A saat ini berumur 13 tahun.

11. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga dengan anggota keluarga remaja meliputi memberikan
kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mempertahankan hubungan yang
intim dengan keluarga, mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang
tua, menghindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan serta perubahan sistem peran
dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

Adapun tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah menghindari


perdebatan, kecurigaan dan permusuhan. Hal ini terlihat dari An A dan An. Au yang
sering bertengkar karena masalah-masalah kecil seperti rebutan remote televisi, makanan
dan lain-lain. Ibu N juga mengatakan sering memarahi mereka secara lisan ketika sedang
bertengkar.

12. Riwayat kesehatan keluarga inti


Keluarga Bapak S mempunyai latar belakang budaya Jawa Tengah, Bapak S dan Ibu N
berasal dari Tegal. Pertemuan pertama antara Bapak S dan Ibu N adalah di Tegal.
Mereka kemudian berkenalan dan sering bertemu. Keduanya memutuskan untuk

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
51

berpacaran dan kemudian menikah pada tahun 2000. Pada tahun 2001 lahir anak An. A,
kemudian tahun 2005 lahir An. Au dan terakhir tahun 2012 lahir An. P .

Bapak S mengatakan tidak memiliki keluhan masalah kesehatan saat ini hanya saja
beliau merasa perutnya sensitif dengan makanan pedas, sehingga ketika makan makanan
terlalu pedas, perut terasa panas dan BAB berdarah. Namun, Bapak S sudah mengetahui
penyebabnya dan bagaimana mencegahnya dengan membatasi memakan makanan pedas.
Selain itu, Terkadang Bapak S merasa badannya pegal-pegal karena keletihan usai
bekerja, namun menurut beliau dengan istirahat, badannya kembali segar. Bapak S
mengaku tidak merokok dan mengkonsumsi kopi. Bapak S menyadari pentingnya
menjaga kesehatan karena dirinya sebagai kepala keluarga memiliki kewajiban untuk
mencari nafkah.

Menurut Ibu N, An. P diketahui memiliki berat badan yang susah naik. Ibu N
mengatakan An P memiliki kesulitan makan nasi dan lauk pauk, lebih menyukai
memakan cemilan. An P lebih sering tidak menghabiskan makanan pokok yang
diberikan. Saat ini An P juga semakin rewel dan sering menangis. An P juga tidak
menyukai susu formula, dan biasanya hanya menghabiskan setengah dari jumlah yang
diberikan yaitu 50 cc. Selain itu, An. P sedang mengalami pilek sejak 3 hari yang lalu.
Ibu N mengatakan, An. P memang sering batuk pilek. An. P juga mudah mengalami
biang keringat. Baik sedang batuk pilek maupun biang keringat, An. P menjadi semakin
rewel.

13. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Baik orang tua dari Ibu N maupun Bapak S tidak memiliki riwayat dirawat di rumah
sakit karena penyakit-penyakit tertentu. Namun, Ibu N mengatakan ayahnya memiliki
riwayat hipertensi, sedangkan ibunya tidak memiliki keluhan kesehatan, dan masih sehat
hingga saat ini.

C. Lingkungan
14. Karakteristik rumah
Tipe rumah Bapak S adalah bangunan permanen dengan status rumah sendiri. Rumah
Bapak S memiliki 4 bagian, yaitu 2 bagian untuk kamar tidur, ruang tamu yang juga
berfungsi sebagai ruang keluarga, dan dapur serta kamar mandi. Kamar mandi keluarga

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
52

menggunakan model toilet jongkok. Ibu N mengatakan jarak septic tank dengan sumber
air sekitar 15 meter. Rumah Bapak S juga memiliki teras di bagian depan yang biasanya
digunakan untuk melakukan aktivitas menghias baju Ibu N. Lantai rumah terbuat dari
ubin. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan, jendela depan, tidak
ada jendela di kamar maupun belakang rumah. Sumber air yang digunakan sehari-hari
adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran pembuangan air adalah selokan yang
mengalir di belakang rumah. Tempat pembuangan sampah adalah tong sampah yang
sampahnya diambil oleh petugas kebersihan setiap dua hari sekali. Keadaann rumah
cukup tidak tertata rapih. Sirkulasi udara juga kurang baik karena jendela jarang dibuka.

Denah rumah: Keterangan:

: jendela
Kamar
mandi Dapur

: pintu

Kamar tidur

Ruang tamu

Teras depan

15. Karakteristik tetangga dan komunitas RW:


Keluarga Bapak S merupakan pendatang baru di lingkungan tempat mereka tinggal
sekarang. Sebagian besar tetangga merupakan perantau yang berasal dari suku Jawa
sehingga keluarga Bapak S mudah untuk menyesuaikan diri dengan tetangga. Para ibu
dari tetangga Ibu N tampak sering berkumpul saat waktu luang pagi maupun sore hari,
Lingkungan tetangga sekitar keluarga Bapak S tampak harmonis. Lingkungan RT tempat
tinggal keluarga Bapak S merupakan lingkungan yang cukup padat, memiliki kegiatan
RW yang cukup banyak mulai dari kegiatan posyandu, posbindu, pengajian, arisan dan

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
53

lain-lain. Komunitas RW memiliki jumlah kader yang cukup banyak, yaitu 11 orang
sehingga setiap dapat kegiatan berjalan dengan baik.

16. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Bapak S sebelumnya tinggal di Jatinegara selama 5 tahun dan menetap di
Sukatani tahun 2005 hingga sekarang. Bapak S beraktivitas di luar rumah cukup lama
sehingga beliau hanya pulang sebulan sekali. Kegiatan sehari-hari Ibu N adalah
mengurus anak-anak dan bekerja paruh waktu dengan menghias baju di rumah.

17. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Bapak S tidak pernah merencanakan untuk berkumpul. Karena anak-anak yang
usianya masih kecil mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk berkumpul di
rumah. Menurut Ibu N saat berkumpul bersama keluarga biasanya dihabiskan sambil
menonton televisi dan bermain bersama anak-anak di ruang tamu. Ibu N mengaku tidak
mengikuti pengajian dan arisan di lingkungan RT maupun RW dikarenakan sibuk
mengurus anak-anak. Namun demikian, Ibu N tetap menjalin silaturahmi dan menjaga
hubungan baik dengan tetangga di sekitar rumahnya dengan saling menyapa tetangga
satu sama lain.

18. Sistem pendukung sosial keluarga


Bapak S yang sedang merintis usaha kacamata, dibantu oleh Ibu N yang melakukan
usaha menjahit untuk membantu finansial keluarga. Selain itu, keluarga Bapak S yaitu
kakak-kakak Baapak S yang tinggal di Jakarta siap membantu bila dibutuhkan.

D. Struktur Keluarga
19. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang dimiliki keluarga Bapak S adalah komunikasi terbuka. Bila ada
masalah maka akan diselesaikan bersama. Ibu N mengatakan selalu mendiskusikan
masalah yang ada, dan menanyakan pendapat Bapak S terkait keputusan yang akan
diambil ketika menghadapi permasalahan. Baik Bapak S maupun Ibu N sama-sama dekat
dengan ketiga anaknya, dan sering berkomunikasi ketika waktu senggang.

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
54

20. Struktur kekuatan keluarga


Pengambil keputusan dalam keluarga merupakan Bapak S selaku kepala keluarga.
Namun terkadang bila ada hal yang kurang dapat diselesaikan oleh Bapak S maka Ibu N
yang mengambil keputusan terutama bila terkait urusan anak sehari-hari. Hal tersebut
terjadi bila Bapak S sedang tidak ada di rumah dan terkait keseharian anak-anak yang
lebih banyak dengan Ibu N.

21. Struktur peran


Bapak S adalah ayah, kepala keluarga dan pelindung keluarga. Peran ayah sebagai kepala
keluarga dan pelindung keluarga telah dilakukan, peran sebagai pencari nafkah utama
keluarga dapat dijalankan oleh Bapak S dengan pekerjaannya. Ibu N sebagai istri dan ibu
telah seoptimal mungkin menjalankan perannya yaitu mengurus rumah tangga dan
mengasuh anak-anaknya. Ibu N juga saat ini menjalankan peran sebagai pencari nafkah
untuk membantu keuangan keluarga dengan melakukan kerja paruh waktu di rumah.

22. Nilai, norma dan budaya


Keluarga Bapak S tidak menganut nilai dan budaya tertentu. Bapak S maupun Ibu L
berasal dari suku Jawa, secara tidak langsung budaya Jawa masih terlihat dari keseharian
keluarga. Bapak S mengatakan dirinya mengajarkan pada istri dan anak bahwa dalam
hidup harus saling melengkapi dan membantu terutama dalam keluarga. Keyakinan
agama yang dianut keluarga Bapak S adalah Islam. Nilai keluarga terkait pola
pengasuhan anak terutama oleh Bapak S mengaku mengikuti pola pengasuhan orang
tuanya dahulu. Sementara Ibu N menganggap pola berkomunikasi dan pola asuh untuk
anak zaman sekarang tidak bisa disamakan dengan zaman dulu, harus disesuaikan
dengan perkembangannya. Tidak ada nilai dan norma keluarga yang bertentangan
dengan kesehatan secara umum.

E. Fungsi Keluarga
23. Fungsi afektif
Ibu N mengatakan bahwa keluarganya saling menyayangi satu sama lain. Bapak S dan
Ibu N saling bahu membahu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan membagi tugas
satu sama lain. Ibu N terlihat memberikan perhatian kepada Bapak S, dan begitu pula
sebaliknya. Menurut Ibu N, yang paling dekat dengan anak-anak adalah dirinya, karena
Ibu N lebih banyak menghabiskan waktu dengan anak-anak. Bukti bahwa anggota

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
55

keluarga saling menyayangi adalah saling memperhatikan dan kepedulian terhadap


keadaan masing-masing.

24. Fungsi sosialisasi


Keluarga berinteraksi dengan baik dengan anggota keluarga yang lain. Sosialisasi
anggota keluarga dengan masyarakat juga cukup baik walaupun belum mengikuti
kegiatan yang ada di RW tetapi Ibu N mengenal dan saling menyapa bila bertemu. An.
Au tidak memiliki teman sebaya di lingkungan tempat tinggalnya sehingga lebih banyak
menghabiskan waktu bermain di rumah. Sedangkan An. P yang masih berusia 21 bulan
terlihat masih sering terdiam bila ditemui orang baru.

25. Fungsi perawatan kesehatan


Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An P,
Ibu N mengatakan berat badan An P sangat susah untuk naik sejak dulu karena nafsu
makan An P yang kurang. Ibu N menyebutkan bahwa penyebab An P kurus adalah
kesulitan makan, An P lebih menyukai memakan makanan selingan dibandingkan
dengan makanan pokok. Menurut Ibu N, An P juga tampak rewel dan sering menangis
dan kurang bersemangat.

Terkait masalah kesehatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An P,


Ibu N mengatakan telah berusaha menyediakan makanan yang sesuai. Ibu N mengatakan
selalu menyediakan makanan selingan seperti biskuit untuk An P. Saat ini, An P juga
masih aktif menyusui, namun jumlahnya tidak menentu. Ibu N mengaku An P memang
memiliki mood yang berubah-ubah pada waktu makan, terkadang habis namun lebih
sering tidak habis saat memakan makanan pokok. Ibu N merasa bingung bagaimana agar
berat badan An P bisa naik.

F. Stress dan Koping Keluarga


26. Stressor Jangka Panjang
Ibu N mengatakan penghasilan Bapak S tidak menentu sehingga memicu keadaan
emosional ibu N menjadi labil karena kondisi keuangan yang tidak menentu tersebut. Ibu
N mengatakan dengan kondisi keuangan yang tidak menentu tersebut dapat
menimbulkan masalah yang sangat mengganggu pikirannya yaitu biaya pendidikan
ketiga anaknya esok.

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
56

27. Stressor Jangka Pendek


Ibu N mengatakan masalah yang sangat mengganggu pikirannya saat ini adalah kondisi
kesehatan kedua anaknya. Baik An Au maupun An P memiliki berat badan yang susah
naik sehingga membuat Ibu N merasa bingung.

28. Koping yang Digunakan


koping yang dilakukan keluarga untuk stresor jangka panjang, adalah mencoba
membicarakan masalah yang dihadapi dan saling mengerti. Ibu N mengatakan dirinya
mencoba lebih bersabar dan mengerti keadaan suaminya yang mungkin juga tidak
diinginkan oleh Bapak S. Ibu N mengatakan sesekali mencoba berbicara mendiskusikan
masalah tersebut dengan Bapak S. Sedangkan untuk stresor jangka pendek, koping yang
digunakan keluarga adalah mencoba mengumpulkan uang, dan berusaha untuk merawat
ketiga anaknya dengan lebih baik lagi. Ibu N juga mau menerima masukan serta berbagi
ilmu terkait masalah yang dihadapinya saat ini. Begitu juga dengan Bapak S yang mau
membantu dan menasehati Ibu N agar lebih telaten lagi dalam memberikan makanan
kepada anak-anak.

G. Harapan keluarga terhadap perawat


Keluarga mengharapkan dengan adanya mahasiswa masalah kesehatan dalam keluarga
dapat terbantu. Keluarga juga berharap dapat terus dipantau kondisi kesehatan keluarga
sehingga keluarga dapat selalu dalam keadaan sehat.

H. Pemeriksaan Fisik
Jenis Bapak S Ibu N An A An. Au An P
pemeriksaan
Suhu 36,5 oC 36 oC 36,4 o C 36 o C 36 o C
Nadi 76 x/menit 72 x/menit 80 x/menit 80 x/menit 84 x/menit
RR 20 x/menit 20 x/menit 22 x/menit 20 x/menit 24 x/menit
TD 120/80 110/80 100/70 100/70 90/60
mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
BB 60 kg 47 kg 40 kg 28 kg 7 kg
TB 168 cm 150 cm 146 cm 132 cm 77 cm
Kepala tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
57

lesi, lesi, lesi, lesi, lesi,


penyebaran penyebaran penyebaran penyebaran rambut
rambut rambut rambut rambut tipis
merata, merata, merata, merata,
rambut lurus rambut rambut rambut lurus
hitam lurus hitam, lurus hitam hitam
agak rontok
Mata konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak tidak tidak tidak tidak
anemis, anemis, anemis, anemis, anemis,
pupil bulat pupil bulat pupil bulat pupil bulat pupil bulat
isokor isokor isokor isokor isokor
Telinga tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
keluhan, keluhan, keluhan, keluhan, keluhan,
bersih bersih bersih bersih bersih
Hidung tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
keluhan, keluhan, keluhan, keluhan, keluhan,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada sedikit
sekret sekret sekret sekret sekret
Mulut dan gigi masih gigi masih gigi utuh, gigi utuh, gigi
gigi utuh dan utuh dan lengkap terdapat berjmlah
lengkap lengkap sedikit 14, ada 2
karies gigi gigi yang
baru
tumbuh
Leher tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
getah bening getah getah getah getah
bening bening bening bening
Dada/thorax tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran, pembesaran,
ronkhi (-), ronkhi (-) ronkhi (-) ronkhi (-) ronkhi (+)

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
58

wheezhing dan dan dan dan


(-) S1 & S2 wheezhing wheezhing wheezhing wheezhing
normal (-) S1 & S2 (-) S1 & S2 (-) S1 & S2 (-) S1 & S2
normal normal normal normal
Abdomen tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
keluhan keluhan keluhan keluhan, BU keluhan,
(+) BU (+)
Ekstremitas tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
keluhan, keluhan, keluhan, keluhan, keluhan,
deformitas deformitas deformitas deformitas deformitas
(-) (-) (-) (-) (-)
Kulit tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada kulit agak
keluhan, keluhan, keluhan, keluhan, kering
turgor kulit turgor kulit turgor kulit turgor kulit
normal normal normal normal

ANALISA DATA
No. Data Diagnosa Keperawatan
1. DS: Ketidakseimbangan
 Ibu N mengatakan An P masih menyusui namun nutrisi kurang dari
tidak tahu pasti apakah ASI masih produksi atau kebutuhan tubuh pada An
tidak P
 Ibu N mengatakan An P rutin memakan cemilan
berupa biskuit
 Ibu N mengatakan An P lebih menyukai
memakan makanan cemilan dibandingkan
dengan makan nasi
 Ibu N mengatakan An P cukup menyukai
sayuran
 Ibu N merasa An P semakin rewel dan sering
menangis saat ini
 Ibu N mengatakan berat badan An P susah untuk
naik
 Ibu N mengatakan belum melakukan apa-apa
untuk mengatasi berat badan An P yang susah
naik
 Ibu N mengatakan wajar jika anak seumuran An

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
59

P susah makan

DO:
 BB An P 7 kg Usia :21 bulan
 BB/U  direntang – 3SD kategori gizi kurang
 TB : 77 cm TB/U  kurang
 BB/TB  -3SD
 Hasil dari BB dan usia An P pada kartu KMS
berada di bawah garis merah dan termasuk
dalam kategori gizi buruk.
 An P nampak kurus, persebaran rambut merata,
namun tipis
 An P terlihat kurang bersemangat, sering
menangis
 Kulit An P agak kusam dan kering
2. DS: Ketidakefektifan bersihan
 Ibu N mengatakan An P cukup sering jalan nafas pada An P
mengalami batuk dan pilek
 Ibu N mengaku belum memberikan apa-apa dan
An P telah pilek selama 3 hari
 Ibu N mengaku An. Au malah tertular pilek dari
An P
 Ibu N mengatakan karena tidak enak badan, An
P menjadi makin susah makan

DO:
 RR 24x/menit
 An P terlihat pengeluaran cairan dari hidung (+)
 An P terlihat semakin rewel
 Terdapat ronkhi di kedua lapang paru
 Retraksi dinding dada (-)
3. DS: Gangguan integritas kulit
 Ibu N mengatakan An P cukup sering pada An P
mengalami biang keringat
 Ibu N mengaku memberikan bedak gatal ketika
biang keringat muncul
 Ibu N mengatakan jika An P sedang mengalami
biang keringat, An P semakin rewel
DO:
 Kulit agak kering

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
60

Lampiran 2
SKORING MASALAH

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An P


Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
tertinggi
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi pada
aktual An P ditandai dengan badan
An P yang kurus, berat
badan An P 7 kg umur 21
bulan, dan susah naik sejak
dahulu.
Kemungkinan 2 2 2 2/2 x 2 = 2 Ibu N mengatakan nafsu
masalah untuk makan kurang. An P lebih
diubah: menyukai makanan selingan
mudah dibandingkan makanan
pokok.
Potensi 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sedang terjadi dan
masalah untuk telah berlangsung cukup
dicegah: lama. Namun usia An P
tinggi yang masih balita, dapat
diubah tergantung dari pola
asuh orang tua, terutama Ibu
N
Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
masalah : bahwa masalah pada An P
segera harus segera ditangani.
ditangani
Total 5

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An P


Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
tertinggi
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Ibu N mengatakan An P
Aktual cukup sering mengalami
batuk pilek, dan saat ini
sedang mengalami pilek,
An P menjadi semakin
rewel dan susah makan
Kemungkinan 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Baik Bapak S dan Ibu N
masalah untuk belum melakukan apa-apa
diubah: untuk mengatasi masalah.
sebagian

Potensi 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah sudah terjadi


masalah untuk berulang dan telah terjadi
dicegah: selama 3 hari
cukup

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
61

Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan


masalah : bahwa masalah pada An P
segera harus segera ditangani.
ditangani
Total 4

3. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan pada An S


Kriteria Skor Angka Bobot Perhitungan Pembenaran
tertinggi
Sifat masalah: 2 3 1 2/3 x 1 = Ibu N mengatakan An P
risiko 2/3 cukup sering mengalami
biang keringat.
Kemungkinan 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Baik Bapak S dan Ibu N
masalah untuk hanya meberikan bedak
diubah: gatal untuk mengatasi
sebagian masalah.
Potensi 1 3 1 1/3 x 1 = Masalah sudah terjadi
masalah untuk 1/3 berulang
dicegah:
cukup
Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan
masalah : bahwa masalah pada An P
segera harus segera ditangani.
ditangani
Total 3

PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An P
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An P
3. Gangguan integritas kulit pada An P

Universitas Indonesia
Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014
Lampiran 3

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi


Keperawatan Umum Khusus Kriteria Standar Intervensi
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1. Setelah 1 x 45
nutrisi kurang dari pertemuan menit pertemuan,
kebutuhan sebanyak 6 kali keluarga mampu
tubuh pada An P kunjungan, mengenal masalah
keluarga mampu gizi kurang,
memenuhi dengan mampu:
kebutuhan nutrisi 1.1 Menyebutkan Respon Keluarga 1.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
An P ditandai definisi gizi verbal menyebutkan gizi yang diketahui keluarga
dengan yaitu zat-zat yang ada mengenai pengertian gizi
peningkatan nafsu di dalam makanan 1.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
makan dan berat yang diperlukan tubuh tentang pemahaman keluarga
badan. untuk kelangsungan mengenai gizi
kehidupan. 1.1.3 Berikan informasi kepada
keluarga mengenai pengertian
gizi dengan menggunakan media
leaflet dan lembar balik
1.1.4 Berikan kesempatan kepada
keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
1.1.5 Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti
1.1.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
1.1.7 Berikan reinforcement positif atas

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


usaha keluarga

1.2 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
tanda dan verbal mampu menyebutkan yang diketahui keluarga tentang
gejala masalah 3 dari 6 tanda dan tanda dan gejala gizi kurang
gizi kurang gejala gizi kurang, 1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
yaitu: tentang pemahaman keluarga
1. BB kurang dari 1.2.3 Berikan informasi kepada
20% dari BB ideal keluarga mengenai tanda dan
2. Badan kurus gejala gizi kurang dengan
3. Rambut merah menggunakan media lembar balik
(pirang), tipis dan 1.2.4 Berikan kesempatan kepada
mudah dicabut keluarga untuk bertanya tentang
4. Lemah dan pucat materi yang disampaikan
5. Kulit kering dan 1.2.5 Berikan penjelasan ulang
kusam terhadap materi yang belum
6. Kaki, tangan, dan dimengerti
sekitar mata 1.2.6 Motivasi keluarga untuk
bengkak mengulang materi
1.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

1.3 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa
penyebab verbal mampu menyebutkan yang diketahui keluarga tentang
timbulnya 3 dari 5 penyebab gizi penyebab gizi kurang
masalah gizi kurang, yaitu: 1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
kurang. 1. Makanan yang tentang pemahaman keluarga
masuk ke dalam mengenai penyebab gizi kurang
tubuh kurang dari yang benar

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


kebutuhan tubuh 1.3.3 Berikan informasi kepada
2. Makanan yang keluarga mengenai penyebab
masuk ke dalam timbulnya gizi kurang dengan
tubuh tidak menggunakan media lembar balik
seimbang 1.3.4 Berikan kesempatan kepada
3. Pola asuh orang tua keluarga untuk bertanya tentang
4. Makan tidak teratur materi yang disampaikan
5. Adanya penyakit 1.3.5 Berikan penjelasan ulang
tertentu terhadap materi yang belum
dimengerti
1.3.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
1.3.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

1.4 Mengidentifia- Respon Keluarga mengatakan 1.4.1 Tanyakan kepada keluarga,


si anggota verbal An P mengalami gizi adakah anggota keluarga yang
keluarga yang kurang mempunyai tanda dan gejala
mengalami tubuh kekurangan gizi
gizi kurang. 1.4.2 Berikan reinforcement positif atas
apa yang telah dikemukan
keluarga yang tepat dan benar
2. Setelah 1 x 45
menit pertemuan,
keluarga mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


mengalami gizi
kurang, dengan
mampu:
2.1 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 2.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
akibat gizi verbal mampu menyebutkan yang diketahui keluarga
kurang 2 dari 4 akibat gizi mengenai akibat gizi kurang
kurang, yaitu: 2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
1. Gangguan tentang pemahaman keluarga
pertumbuhan dan mengenai akibat gizi kurang
perkembangan 2.1.3 Berikan informasi kepada
2. Mudah terserang keluarga mengenai gizi kurang
penyakit dengan menggunakan media
3. Menurunkan daya lembar balik dan leaflet
pikir/ kecerdasan 2.1.4 Berikan kesempatan kepada
4. Tonus otot buruk keluarga untuk bertanya tentang
materi yang disampaikan
2.1.5 Berikan penjelasan ulang
terhadap materi yang belum
dimengerti
2.1.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
2.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

2.2 Pengambilan Respon Keluarga memutuskan 2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal
keputusan afektif untuk merawat An P dan menyadari adanya masalah
untuk yang mengalami gizi gizi kurang sesuai dengan materi
mengatasi ang kurang. yang telah diberikan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


gota keluarga 2.2.2 Bantu keluarga untuk
yang memutuskan merawat anggota
mengalami keluarga yang mengalami gizi
gizi kurang kurang
2.2.3 Berikan reinforcement atas
keputusan yang telah diambil
keluarga

3. Setelah 1 x 40
menit pertemuan,
keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
mengalami gizi
kurang, dengan
mampu:
3.1 Menyebutkan Respon Keluarga 3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa
Triguna verbal menyebutkan yang diketahui keluarga
makanan komponen Triguna mengenai Triguna makanan
makanan beserta 2 3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
contohnya: tentang pemahaman keluarga
1. Zat tenaga, sebagai mengenai Triguna makanan yang
sumber tenaga benar
untuk beraktivitas 3.1.3 Berikan informasi kepada
dan sumber keluarga mengenai Triguna
makanan pokok makanan dengan menggunakan
(karbohidrat), media lembar balik dan leaflet
seperti: nasi, roti, 3.1.4 Berikan kesempatan kepada
singkong, ubi, dll keluarga untuk bertanya tentang
2. Zat pembangun, materi yang disampaikan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


sebagai pupuk 3.1.5 Berikan penjelasan ulang
untuk proses terhadap materi yang belum
berpikir, terdapat dimengerti
dalam lauk pauk 3.1.6 Motivasi keluarga untuk
(protein dan mengulang materi yang telah
lemak), seperti: dijelaskan
ikan, telur, tempe, 3.1.7 Berikan reinforcement positif atas
daging, susu, dll usaha keluarga
3. Zat pengatur,
sebagai pengatur
lalu lintas makanan
terdapat dalam
buah dan sayur
(vitamin dan
mineral), seperti:
wortel, jeruk,
nanas, bayam, dll

3.2 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 3.2.1 Dorong keluarga untuk


cara mengatasi verbal mampu menyebutkan menceritakan apa yang dilakukan
masalah gizi dan 3 dari 5 cara untuk meningkatkan berat badan
kurang psikomo- mengatasi gizi kurang, An P
tor yaitu: 3.2.2 Diskusikan cara mengatasi gizi
1. Makan makanan kurang atau cara untuk
yang seimbang meningkatkan berat badan An P
(Triguna makanan), 3.2.3 Berikan informasi kepada
menyusun menu keluarga mengenai cara
makanan dengan mengatasi gizi kurang atau cara
gizi seimbang untuk meningkatkan berat badan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


2. Makanan sesuai An P dengan menggunakan
dengan kebutuhan/ media lembar balik dan leaflet
porsi makan anak 3.2.4 Motivasi keluarga untuk
3. Cara mengolah menjelaskan kembali materi yang
makanan yang telah disampaikan
benar 3.2.5 Berikan reinforcement terhadap
4. Pengaturan jadwal kemampuan yang dicapai oleh
makan yang teratur keluarga
5. Cemilan/makanan
selingan sehat
untuk anak

3.3 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 3.3.1 Dorong keluarga untuk


cara memilih psikomo- mampu menyebutkan menceritakan bagaimana memilih
makanan tor 3 dari 4 cara memilih bahan makanan
makanan, yaitu: 3.3.2 Berikan informasi kepada
1. Harganya keluarga mengenai cara memilih
terjangkau bahan makanan dengan
2. Nilai gizinya baik menggunakan media lembar balik
atau seimbang dan leaflet
3. Masih segar, tidak 3.3.3 Motivasi keluarga untuk
layu, tidak berbau menjelaskan kembali materi yang
busuk telah disampaikan
4. Memasak dengan 3.3.4 Berikan reinforcement terhadap
tampilan yang kemampuan yang dicapai
menarik keluarga
5. Makan bersama
anak

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


3.4 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 3.4.1 Dorong keluarga untuk
cara mengolah verbal mampu menyebutkan menceritakan cara mengolah
makanan dan 3 dari 4 cara makanan
psikomo- mengolah makanan, 3.4.2 Berikan informasi kepada
tor yaitu: keluarga mengenai cara
1. Sayuran dan buah mengolah makanan dengan
dicuci di air yang menggunakan media lembar balik
mengalir terlebih dan leaflet
dahulu baru 3.4.3 Motivasi keluarga untuk
dipotong-potong menjelaskan kembali materi yang
2. Sayuran dimasak telah disampaikan
jangan terlalu lama 3.4.4 Berikan reinforcement terhadap
3. Alat-alat masak kemampuan yang dicapai oleh
dan makan dicuci keluarga
bersih
4. Cuci tangan
sebelum masak dan
makan

3.5 Mendemonstra Respon


si- kan cara psikomo- Mahasiswa dan 3.5.1 Demonstrasikan cara mengolah
mengolah tor keluarga mengolah makanan kepada keluarga
makanan makanan yang 3.5.2 Anjurkan keluarga untuk
sederhana, yaitu mendemonstrasikan mengolah
memasak sayur makanan bersama mahasiswa
bayam. Caranya 3.5.3 Berikan kesempatan kepada
sebagai berikut: keluarga untuk bertanya
Sayuran dicuci di air mengenai materi yang diberikan
mengalir kemudian 3.5.4 Motivasi keluarga
dipotong-potong dan mendemonstrasikan secara

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


dimasukkan saat air mandiri
mendidih. 3.5.5 Berikan reinforcement positif atas
Sebelumnya usaha keluarga
masukkan terlebih
dahulu bawang merah,
bawang putih, cabai,
garam secukupnya,
dan diangkat saat
sayuran tidak menjadi
layu.

4. Setelah 1 x 45
menit pertemuan,
keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
merawat anggota
keluarga dengan
gizi kurang,
dengan mampu:
4.1 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
cara penyajian verbal mampu menyebutkan bagaimana cara menyajikan
makanan dan 3 dari 4 cara makanan
afektif menyajikan makanan, 4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
yaitu: tentang pemahaman keluarga
1. Jenis makanan yang benar
bervariasi setiap 4.1.3 Berikan informasi kepada
harinya keluarga mengenai cara
2. Mengkombinasikan menyajikan makanan dengan
jenis makanan menggunakan media lembar balik

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


hewani dan nabati dan leaflet
3. Perhatikan jadwal 4.1.4 Berikan kesempatan kepada
menu makanan keluarga untuk bertanya tentang
4. Jumlah makanan materi yang disampaikan
sesuai dengan 4.1.5 Berikan penjelasan ulang
kebutuhan. terhadap materi yang belum
dimengerti
4.1.6 Motivasi keluarga untuk
mengulang materi yang telah
dijelaskan
4.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

4.2 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 4.2.1 Diskusikan bersama keluarga


cara mengatasi verbal mampu menyebutkan bagaimana cara mengatasi anak
anak yang dan 4 dari 5 prinsip cara yang tidak bersedia makan
tidak bersedia afektif mengatasi anak yang 4.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
makan tidak bersedia makan, tentang pemahaman keluarga
yaitu: yang benar
1. Jangan dipaksa, 4.2.3 Berikan informasi kepada
tapi ikuti keinginan keluarga mengenai cara
anak misalnya, mengatasi anak yang tidak
sambil bermain bersedia makan dengan
atau temani anak menggunakan media lembar balik
saat makan 4.2.4 Berikan kesempatan kepada
2. Beri makan sesuai keluarga untuk bertanya tentang
selera anak dan materi yang disampaikan
menu berbeda-beda 4.2.5 Berikan penjelasan ulang
3. Jangan memberi terhadap materi yang belum
makanan yang dimengerti

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


manis sebelum 4.2.6 Motivasi keluarga untuk
makan mengulang materi yang telah
4. Sajikan makanan dijelaskan
dalam bentuk 4.2.7 Berikan reinforcement positif atas
menarik usaha keluarga.
5. Berikan makanan
dalam porsi kecil
tapi sering

4.3 Memodifikasi Respon Anggota keluarga 4.3.1 Diskusikan bersama keluarga


lingkungan verbal mampu menyebutkan tentang modifikasi lingkungan
yang dan 3 dari 4 lingkungan untuk meningkatkan status gizi
mendukung afektif. yang mendukung anak
untuk untuk meningkatkan 4.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
meningkatkan status gizi anak, yaitu: tentang pemahaman keluarga
status gizi 1. Makan bersama 4.3.3 Berikan informasi kepada
balita. anggota keluarga keluarga mengenai modifikasi
yang lain lingkungan untuk meningkatkan
2. Menggunakan alat status gizi anak dengan
makan yang menggunakan media lembar balik
menarik 4.3.4 Berikan kesempatan kepada
3. Makan sambil keluarga untuk bertanya
bercerita mengenai materi yang dibahas
4. Jenis makanan 4.3.5 Motivasi keluarga untuk
bervariasi dan mengulang materi yang telah
menarik. dibahas
4.3.6 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


5. Setelah 1 x 45
menit pertemuan,
keluarga mampu
menggunakan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
meningkatkan gizi
anak, dengan
mampu:
5.1 Menyebutkan Respon Keluarga dapat 5.1.1 Diskusikan bersama keluarga
fasilitas verbal menyebutkan 3 dari 4 mengenai fasilitas kesehatan yang
pelayanan fasilitas kesehatan ada disekitar tempat tinggal
kesehatan yang dapat 5.1.2 Motivasi keluarga untuk
yang terdapat dikunjungi: mengulang fasilitas kesehatan
disekitar 1. Posyandu yang dapat dikunjungi
lingkungan 2. Puskesmas 5.1.3 Berikan reinforcement positif atas
tempat tinggal 3. Rumah Sakit usaha keluarga
terkait dengan 4. Klinik Dokter
peningkatan
status gizi
anak

5.2 Menjelaskan Respon Keluarga dapat 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa
manfaat verbal menyebutkan manfaat yang diketahui keluarga
mengunjungi kunjungan, yaitu: mengenai manfaat mengunjungi
fasilitas 1. Mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan
pelayanan pemeriksaan 5.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
kesehatan kesehatan anak tentang pemahaman keluarga
sesuai jadwal 2. Mendapatkan mengenai manfaat tersebut
penyuluhan atau 5.2.3 Berikan informasi kepada

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


pendidikan keluarga mengenai manfaat
kesehatan mengunjungi fasilitas pelayanan
kesehatan dengan menggunakan
media lembar balik dan leaflet

5.3 Mengunjungi Respon Keluarga rutin 5.3.1 Motivasi keluarga untuk


fasilitas afektif mengunjungi berkunjung ke fasilitas kesehatan
pelayanan pelayanan Berikan reinforcement positif atas
kesehatan kesehatan untuk usaha keluarga untuk
pemeriksaan menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan anak kesehatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi


. Keperawatan
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

2. Risiko Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan


ketidakefektifan pertemuan pertemuan I
bersihan jalan sebanyak 2 kali sebanyak 1x45
napas pada An. P kunjungan, risiko menit, keluarga
bersihan jalan mampu mengenal
napas tidak masalah ISPA,
efektif pada dengan:
keluarga Bapak S 1.1 Menyebutkan Respon Pengertian ISPA 1.1.1 Dengan menggunakan lembar
khususnya An P definisi ISPA verbal (Infeksi Saluran balik dan leaflet jelaskan pada
dapat dicegah Napas Akut) yaitu : keluarga tentang arti ISPA, yaitu
infeksi atau : infeksi atau peradangan pada
peradangan pada saluran nafas bagian atas
saluran nafas bagian ditandai dengan batuk dan pilek
atas yang ditandai kadang-kadang disertai demam.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


dengan batuk dan 1.1.2 Evaluasi penjelasan yang telah
pilek kadang-kadang diberikan.
disertai demam. 1.1.3 Beri reinforcement positif atas
dapat jawaban yang tepat.

1.2 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab verbal mampu menyebutkan penyebab ISPA dengan
ISPA 3 dari 4 penyebab menggunakan lembar balik,
ISPA, yaitu: yaitu virus/bakteri, tertular ISPA
1. Virus/bakteri. dengan orang lain, lingkungan
2. Tertular ISPA rumah yang kurang sehat,
dengen orang lain. kurang gizi,
3. Lingkungan rumah 1.2.2 Evaluasi penjelasan yang telah
yang kurang sehat. diberikan.
4. Kurang gizi. 1.2.3 Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.

1.3 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.3.1. Diskusikan dengan keluarga


tanda dan verbal mampu menyebutkan tentang tanda-tanda ISPA, yaitu
gejala ISPA 3 dari 5 tanda dan batuk, pilek, demam, nafas
gejala ISPA, yaitu : cepat, tarikan dinding dada.
1. Batuk. 1.3.2 Beri reinforcement positif atas
2. Pilek. jawaban yang tepat.
3. Demam.
4. Nafas cepat.
5. Tarikan dinding
dada.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


1.4 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 1.4.1 Jelaskan dengan menggunakan
jenis dan tanda verbal mampu menyebutkan lembar balik dan leaflet jenis
gejala ISPA. jenis ISPA dan tanda- dan tanda-tanda ISPA, yaitu
tandanya : bukan pneumonia (batuk,
1. Bukan pilek, demam); pneumonia
pneumonia : (batuk, pilek, demam, nafas
(batuk, pilek, cepat); pneumonia berat
demam) (batuk, pilek, demam, nafas
2. Pneumonia : cepat, tarikan dinding nafas).
(batuk, pilek., 1.4.2 Evaluasi penjelasan yang telah
demam, nafas diberikan
cepat) 1.4.3 Beri reinforcement positf atas
3. Pneumonia berat jawaban yang tepat.
: (batuk, pilek,
demam, nafas
cepat, tarikan
dinding nafas)

1.5 Mengidentifik Respon Anggota keluarga 1.5.1 Bantu keluarga mengenali


asi adanya verbal mampu adanya masalah resiko bersihan
ISPA pada mengidentifikasi jalan napas tidak efektif karena
anggota adanya ISPA pada ISPA dari tanda dan gejala.
keluarga. anggota keluarga 1.5.2 Bantu keluarga jika kesulitan
berdasarkan tanda- mengidentifikasi.
tanda dan gejala yang 1.5.3 Beri reinforcement positif atas
ada. usaha kelurga.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


2. Mampu
mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga dengan
masalah kesehatan
ISPA, dengan:
2.1 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 2.1.1 Jelaskan dengan lembar balik
akibat ISPA. verbal mampu menyebutkn 2 dan gambar tentang damapk
dari 4 akibat ISPA, lanjut ISPA.
yaitu: 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal
1. Daya tahan tubuh yang belum di mengerti.
menurun. 2.1.3 Beri reinforcement positif atas
2. Panas dapat jawaban yang tepat
menimbulkan
kejang bila parah
dapat berisiko
meninggal.
3. Biaya berobat
tinggi.
4. Menular ke orang
lain.

2.2 Memutuskan Respon Menyatakan perlu 2.2.1 Motivasi keluarga untuk


untuk merawat verbal. suatu perawatan dan memutuskan tentang tindakan
pengobatan untuk apa yang dilakukan untuk
mengatasi dan mengatasi ISPA.
mencegah ISPA 2.2.2 Berikan reinforcement positif
bila keluarga sudah
memutuskan untuk mengatasi

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


3. Mampu merawat masalah.
anggota keluarga
dengan masalah
kesehatan ISPA,
dengan:
3.1 Menjelaskan Respon Anggota keluarga 3.1.1 Jelaskan dan demonstrasikan
dan verbal mampu menyebutkan cara merawat ISPA yaitu
mendemonstra dan 4 dari 6 cara merawat dengan istirahat minimal 8 jam,
sikan cara psiko ISPA : tetap berikan makanan bergizi,
merawat motor. 1. Istirahat minimal 8 kompres dingin jika demam dan
anggota gelas. beri minum yang banyak,
keluarga 2. Tetap berikan bersihkan lubang hidung dengan
dengan ISPA. makanan bergizi. tissue atau kain yang lembut
3. Kompres dingin jika pilek, membuat larutan
jika demam dan pelega tenggorakan dari kecap
beri minum yang atau madu dicampur dengan air
banyak. jeruk nipis dengan kompisisi 1:1
4. Bersihkan lubang diberikan 3-4x/hari setelah
hidung dengan makan, latihan nafas dalam dan
tissue atau kain batuk efektif dengan cara ambil
yang lembut jika nafas dalam melalui hidung,
pilek. tahan 3-4 hitungan lalu
5. Membuat larutan kelaurkan leawat mulut
pelega sebanyak 3x, pada kali ketiga
tenggorakan dari saat hembusan langsung
kecap atau madu dibatukkan.
dicampur dengan 3.1.2 Minta keluarga menjelaskan
air jeruk nipis kembali.
dengan kompisisi 3.1.3 Beri reinforcement positif atas
1:1 diberikan 3- jawaban yang tepat.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


4x/hari setelah
makan.

4. Setelah dilakukan Respon Anggota keluarga 4.1 Motivasi keluarga untuk


pertemuan ke 2 verbal menyebutkan 3 dari 5 melakukan modifikasi
sebanyak 1x45 cara memodifikasi lingkungan untuk mengatasi
menit, keluarga lingkungan mengatasi ISPA.
mampu masalah ISPA 4.2 Lakukan kunjungan rumah tiba-
memodifikasi 1. Rumah dan tiba untuk mengevaluasi apakah
lingkungan untuk lingkungan bersih keluarga memodifikasi
mengatasi masalah 2. Pencahayaan lingkungan rumah.
dalam rumah 4.3 Berikan reinforcement positif
adekuat. bila jawaban keluarga sesuai
3. Hindari anak dengan standar.
menghirup
debu/asap
4. Membuka jendela
setiap hari agar
sirkualsi udara
dalam rumah baik.
5. Rumah tidak
lembab.

5. Mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada
dimasyarakat,
dengan:

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


5.1 Menyebutkan Respon Anggota keluarga 5.1.1 Jelaskan manfaat fasilitas
manfaat verbal mampu menyebutkan kesehatan terkait keluhan yang
fasilitas manfaat fasilitas ada.
kesehatan kesehatan bagi 5.1.2 Evaluasi kembali hasil
penderita ISPA, yaitu: penjelasan yang diberikan.
1. Mendapatkan 5.1.3 Beri reinforcement positif bila
perawatan secara jawaban sesuai dengan standar.
langsung.
2. Memperoleh
informasi tentang
cara perawatan
dirumah.
3. Mendapatkan
terapi pengobatan.

5.2 Menyebutkan Respon Fasilitas kesehatan 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga


fasilitas verbal yang dapat mengenai fasilitas kesehatan yang
kesehatan dikunjungi: ada disekitar tempat tinggal
terdekat. 1. Puskesmas 5.2.2 Motivasi keluarga untuk
2. Rumah sakit mengulang fasilitas kesehatan
3. Klinik dokter yang dapat dikunjungi
5.2.3 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

5.3 Memanfaatkan Respon Keluarga 5.3.1 Memotivasi keluarga untuk


fasilitas afektif mengunjungi mengunjungi pelayanan
kesehatan. pelayanan kesehatan kesehatan.
untuk pemeriksaan 5.3.2 Beri reinforcement positif setelah
dan pengobatan keluarga pergi ke pelayanan
penyakit ISPA kesehatan.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Intervensi
. Keperawatan
Jangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

3 Gangguan Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan


integritas kulit pertemuan tindakan
pada anak P sebanyak 2 kali keperawatan
kunjungan, selama 45 menit,
integritas kulit keluarga mampu
An. P tidak mengenal masalah
mengalami biang keringat
gangguan dengan:
1.1 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 1.1.1 Dengan menggunakan lembar
pengertian verbal menjelaskan kembali balik dan leaflet jelaskan pada
biang keringat mengenai: keluarga tentang arti biang
Biang keringat adalah keringat, yaitu : suatu ruam kulit
suatu ruam kulit yang yang menyebabkan gatal-gatal.
menyebabkan gatal- 1.1.2 Evaluasi penjelasan yang telah
gatal. diberikan.
1.1.3 Beri reinforcement positif atas
jawaban yang tepat.

1.2 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 1.2.1 Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab verbal menyebabkan penyebab biang keringat dengan
biang keringat penyebab baing menggunakan lembar balik
keringat yaitu 1.2.2 Evaluasi penjelasan yang telah
penyumbatan pada diberikan.
pori-pori yang berasal 1.2.3 Beri reinforcement positif atas
dari kelenjar keringat jawaban yang tepat.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


1.3 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 1.3.1. Diskusikan dengan keluarga
tanda dan verbal menyebutkan 2 dari 3 tentang tanda-tanda biang
gejala biang tanda biang keringat, keringat
keringat yaitu: 1.3.2 Beri reinforcement positif atas
1. Terdapat lepuhan jawaban yang tepat.
kecil
2. Bintik kemerahan
3. Gatal

1.4 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 1.4.1 Jelaskan dengan menggunakan


faktor yang verbal menyebutkan 3 dari 5 lembar balik dan leaflet faktor
mempengaruhi faktor yang yang mempengaruhi biang
biang keringat mempengaruhi keringat
terjadinya biang 1.4.2 Evaluasi penjelasan yang telah
keringat antara lain: diberikan
1. Kelembaban udara 1.4.3 Beri reinforcement positf atas
tinggi jawaban yang tepat.
memungkinkan
tubuh
mengeluarkan
keringat
2. Ventilasi udara
yang kurang baik
3. Pakaian terlalu
tebal dan ketat
4. Aktivitas fisik
5. Demam

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


1.5 Mengidentifik Respon Keluarga mampu 1.5.1 Bantu keluarga mengenali
asi anggota verbal mengidentifikasi adanya masalah gangguan
keluarga anggota keluarga integritas kulit dilihat dari tanda
dengan biang dengan masalah baing dan gejala.
keringat keringat 1.5.2 Bantu keluarga jika kesulitan
mengidentifikasi.
1.5.3 Beri reinforcement positif atas
usaha kelurga.

2. Mengambil
keputusan untuk
mengatasi biang
keringat dengan:
2.1 Menjelaskan Respon Keluarga mampu 2.1.1 Jelaskan dengan lembar balik
akibat biang verbal menyebutkan 2 dan gambar tentang akibat lanjut
keringat dampak biang biang keringat.
keringat yaitu: 2.1.2 Tanyakan pada keluarga hal
1. Tidak nyaman yang belum di mengerti.
beraktivitas 2.1.3 Beri reinforcement positif atas
2. Kerusakan kulit jawaban yang tepat

2.2 Memutuskan Respon Keluarga menyatakan 2.2.1 Motivasi keluarga untuk


akan merawat verbal akan berusaha memutuskan tentang tindakan
keluarga dan mengatasi masalah apa yang dilakukan untuk
dengan resiko afektif biang keringat pada mengatasi biang keringat.
akibat biang anak agar tidak 2.2.2 Berikan reinforcement positif
keringat terjadi akibat lebih bila keluarga sudah
lanjut. memutuskan untuk mengatasi
masalah.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang
mengalami biang
keringat
3.1 Keluarga Respon Keluarga mampu 3.1.1 Jelaskan dan demonstrasikan
mampu verbal menyebutkan 3 dari 5 cara merawat biang keringat
menyebutkan cara mencegah biang Minta keluarga menjelaskan
cara perawatan keringat: kembali.
biang keringat 3.1.2 Beri reinforcement positif atas
1. Kontrol pakaian jawaban yang tepat.
anak
2. Gunakan pakaian
longgar
3. Potong kuku anak,
sehingga tidak
melukai.
4. Hindari
penggunaan celana
& popok yang
terdapat bahan
lapisan plastiknya
5. Tepung jagung
atau maizena dapat
digunakan pada
lipatan tubuh sang
buah hati untuk
mencegah
timbulnya biang

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


keringat.

3.2 Keluarga Respon Keluarga mampu 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat


mampu psikomot mendemonstrasikan biang keringat Minta keluarga
mendemonstra or perawatan biang menjelaskan kembali.
sikan cara keringat dengan 3.2.2 Beri reinforcement positif atas
perawatan 1. Dinginkan anak jawaban yang tepat.
biang keringat dengan melepaskan
pakaian dan
menempatkannya
di ruang yang sejuk
2. Letakkan anak di
atas handuk katun,
sehingga keringat
dapat terserap.
Basuh bagian
tubuh sang buah
hati yang terkena
biang keringat
dengan handuk
basah yang lembut.
Mandikan.
3. Keringkan badan
sang buah hati
dengan cara
diangin-anginkan
daripada digosok
dengan handuk.
Hindari juga
penggunaan salep

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


atau krim pada
bagian yang
terkena biang
keringat, karena
biang keringat
dapat memburuk
akibat kelembapan
yang terperangkap
dalam kulit.

4. Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
mencegah biang
keringat dengan:
4.1 Menyebutkan Respon Keluarga mampu 4.1.1 Motivasi keluarga untuk
cara verbal menyebutkan 3 dari 5 melakukan modifikasi
memodifikasi modifikasi lingkungan lingkungan untuk mengatasi
lingkungan yaitu: biang keringat.
mencegah 1. Tempatkan anak 4.1.2 Lakukan kunjungan rumah tiba-
biang keringat di kamar yang tiba untuk mengevaluasi apakah
pertukaran keluarga memodifikasi
udaranya bagus lingkungan rumah.
2. Perbaiki sirkulasi 4.1.3 Berikan reinforcement positif
udara pada bila jawaban keluarga sesuai
ruangan, mis. dengan standar.
Berikan AC atau
kipas angin
3. Ciptakan
lingkungan yang

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


nyaman,
4. Berikan pakaian
yang nyaman,
yaitu menyerap
keringat, ringan
dan longgar.
5. Mandi 3-4 kali
sehari

5. Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk menjaga
integritas kulit
dengan:
5.1 Menyebutkan Respon Keluarga dapat 5.1.1 Jelaskan tanda bahaya yang
tanda bahaya verbal menyebutkan tanda harus diperhatikan keluarga
biang keringat bahaya biang keringat: 5.1.2 Evaluasi kembali hasil
1. Tidak juga hilang penjelasan yang diberikan.
setelah 5.1.3 Beri reinforcement positif bila
menggunakan jawaban sesuai dengan standar.
bedak dan sabun
2. Ruam semakin
parah, atau bintik-
bintik membesar
dan berair
3. Ruam tidak
sembuh juga dalam
3 hari, atau anak
menderita demam.

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


5.2 Memanfaatkan Respon Fasilitas kesehatan 5.2.1 Diskusikan bersama keluarga
fasilitas tidak yang dapat mengenai fasilitas kesehatan yang
kesehatan yang direncan dimanfaatkan oleh ada disekitar tempat tinggal
ada terutama akan keluarga yaitu: 5.2.2 Motivasi keluarga untuk
untuk 1. Posyandu, setiap mengulang fasilitas kesehatan
mengontrol bulannya yang dapat dikunjungi
kulit anak 2. Puskesmas, senin- 5.2.3 Berikan reinforcement positif atas
sabtu usaha keluarga

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


Lampiran 4
CATATAN KEPERAWATAN

Nama KK : Bapak S
Nama Klien : An P

DIAGNOSA WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI


Ketidak Senin, 26  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Mei 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Keluarga menjawab salam
nutrisi kurang jam 11:15-
 Membuat kontrak  Keluarga dan Ibu N menyetujui kunjungan saat
dari 12:00 ini selama 45 menit untuk membahas tentang
kebutuhan WIB  Menjelaskan TUK 1 sampai TUK 3 kepada Ibu gizi kurang
tubuh pada N  Ibu N mengatakan gizi seimbang merupakan
An P zat-zat yang ada di dalam makanan yang
TUK 1 diperlukan tubuh untuk hidup.
Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:  Ibu N mengatakan penyebab gizi kurang adalah
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang jumlah makanan yang berkurang, makanan tidak
pengertian dari gizi seimbang teratur dan penyakit.
 Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya  bu N mengatakan bahwa tanda dan gejala gizi
kurang adalah Badan kurus, Rambut merah
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang
(pirang), lemah dan pucat, kulit kering dan
penyebab dari gizi kurang kusam
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda  Ibu N mengatakan menjadi lebih tahu tentang
dan gejala balita dengan gizi kurang gizi kurang
 Memotivasi keluarga untuk mengulang materi
yang telah disampaikan. O:
 Ibu N dapat menyebutkan definisi dari gizi
 Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi
seimbang pada balita
penyebab gizi kurang pada An P
 Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi  Ibu N dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


tanda dan gejala gizi kurang pada An P gejala gizi kurang
 Membantu keluarga membandingkan apa yang  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi
telah dijelaskan dengan kondisi yang ada pada kurang
An P  Ibu N menyadari An P mengalami gizi kurang
 Membantu keluarga untuk mengidentifikasi dengan menyebutkan 3 dari 5 tanda dan gejala
masalah yang timbul pada An P tubuh yang kekurangan zat gizi
 Bersama keluarga menyimpulkan masalah yang  Ibu N dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi
dihadapi oleh keluarga kurang
TUK 2:  Ibu N memutuskan untuk merawat An P yang
 Menjelaskan kepada keluarga tentang akibat mengalami gizi kurang.
dari gizi kurang pada An P  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk gizi kurang
bertanya mengenai materi yang disampaikan  Ibu N dapat menyebutkan komponen Triguna
 Memotivasi keluarga untuk mengulang materi makanan beserta 3 contohnya dan
yang telah disampaikan mendemonstrasikan melalui food model
 Membantu keluarga untuk mengenal dan
menyadari adanya masalah gizi kurang pada A:
keluarganya - TUK 1, TUK 2 dan sebagian TUK 3 tercapai
 Membantu keluarga untuk memutuskan
merawat anggota keluarga yang mengalami gizi P:
kurang - Melanjutkan pengkajian
TUK 3: - Melakukan TUK 1-3 gizi kurang
 Menjelaskan cara perawatan gizi kurang - Melakukan dan mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali cara perawatan gizi kurang
 Dengan menggunakan food model, melakukan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


demonstrasi terkait triguna makanan
 Meminta keluarga untuk meredemonstrasi
pembagian triguna makanan
 Memberikan reinforcement positif atas
keputusan yang telah diambil oleh keluarga
Ketidak Kamis, 28  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Mei 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Ibu N mengatakan An P sudah mau makan lebih
nutrisi kurang Pukul
 Membuat kontrak banyak saat ini
dari 10:30-  Ibu N mengatakan An sarapan bubur ayam tadi
kebutuhan 11:15  Mengevaluasi TUK 3 gizi kurang
tubuh pada WIB TUK 3: pagi
An P Dengan menggunakan lembar balik :  Ibu N mengatakan belum sempat mencoba
 Menjelaskan cara perawatan gizi kurang membuat puding TKTP
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan  Ibu N mengatakan biasanya mengolah makanan
kembali cara perawatan gizi kurang dengan cara dicuci terlebih dahulu kemudian
 Mengevaluasi cara pembuatan cemilan sehat dipotong-potong
yang telah didapatkan Ibu N di penyuluhan gizi  Ibu N mengatakan mencoba membuat makanan
seimbang sebelumnya dengan mencampurkan sayuran di dalamnya,
 Menjelaskan tentang cara pengolahan makanan seperti telur ditambahkan dengan wortel
yang benar
 Mendemonstrasikan cara pengolahan sayur O:
bayam yang benar  Ibu N memutuskan untuk merawat An P yang
 Meminta keluarga untuk melakukan mengalami gizi kurang
redemonstrasi  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
 Membuat jadwal makan untuk An P gizi kurang
 Memberikan reinforcement positif atas  Ibu N memiliki pengetahuan baik tentang cara
keputusan yang telah diambil oleh keluarga yang benar dalam mengolah makanan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


 Ibu N dapat mendemostrasikan cara pengolahan
makanan (sayur bayam) yang benar
 Ibu N bersedia membuat jadwal makan anak

A: TUK 3 tercapai sebagian

P:
- Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
Ketidak Jumat, 30  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Mei 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Ibu N mengatakan keadaan dirinya dan An P
nutrisi kurang Pukul
 Membuat kontrak sehat
dari 10:00-  Ibu N mengatakan belum mencoba membuat
kebutuhan 10:45  Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 3
tubuh pada WIB TUK 3: cemilan sehat, puding TKTP
An P Dengan menggunakan lembar balik :  Ibu N mengatakan An P biasanya suka puding,
 Menjelaskan cara perawatan gizi kurang namun kemarin tidak menghabiskan
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan  Ibu N mengatakan biasanya menyajikan makanan
kembali cara perawatan gizi kurang yang ada pada An P, hanya nasinya saja yang
 Mengevaluasi tentang cara pengolahan makanan hangat
yang benar  Ibu N mengatakan An P selalu makan sambil
 Melakukan penjelasan ulang terkait definisi dan disuapi olehnya dan saat ini nafsu makannya
manfaat serta pemilihan cemilan sehat yang semakin membaik
tepat untuk anak  Ibu N mengatakan sepertinya BB An P naik
 Mengajarkan penyususnan menu dengan gizi karena semakin berat bila digendong
seimbang yang tepat untuk anak  Ibu N mengatakan ingin melakukan berbagai cara
 Menjelaskan tentang porsi makan yang sesuai agar BB An P naik dan mau makan banyak
usia untuk An P

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


 Memberikan reinforcement positif atas O:
keputusan yang telah diambil oleh keluarga  Ibu N memutuskan untuk melakukan perawatan
masalah gizi kurang pada An P
 Ibu N dapat menyebutkan menyebutkan kembali
cara pengolahan makanan yang benar
 Ibu N dapat menyebutkan penyususnan menu
dengan gizi yang seimbang berdasarkan triguna
makanan
 Ibu N dapat menyebutkan kembali porsi makan
yang sesuai untuk An P

A:
- TUK 3 tercapai

P:
- Mengevaluasi TUK 4 dan 5
Ketidak Senin, 2  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Juni 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Ibu N mengatakan baik dirinya dan An P tidak
nutrisi kurang Pukul memiliki keluhan
Membuat kontrak
dari 10:30-
 Melakukan TUK 4 dan 5 gizi kurang  Ibu N mengatakan akan menyediakan makanan
kebutuhan 11:15
tubuh pada WIB TUK 4: yang hangat untuk An P
An P Dengan menggunakan lembar balik :  Ibu Nmengatakan An P sejak kemarin makannya
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat selalu habis setiap disuapi
memodifikasi lingkungan untuk merawat
anggota keluarga dengan gizi kurang O:
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan  Ibu N memutuskan untuk memodifikasi

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


kembali cara menyajikan makanan untuk anak lingkungan yang mendukung An P
dengan gizi kurang  Ibu N dapat menyebutkan menyebutkan kembali
 Menjelaskan dengan keluarga tentang prinsip 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An P
cara mengatasi anak yang tidak bersedia makan  Ibu N dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara
 Menjelaskan dengan keluarga tentang mengatasi anak yang tidak bersedia makan
lingkungan yang mendukung untuk  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan
meningkatkan status gizi anak yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
TUK 5: An P
 Menjelaskan kepada keluarga tentang manfaat  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas
fasilitas kesehatan, yaitu mendapatkan kesehatan yang dapat dikunjungi
pemeriksaan, perawatan, penyuluhan atau  Ibu N dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan
pendidikan kesehatan kesehatan
 Memotivasi keluarga untuk mnyebutkan  Ibu N rutin mengunjungi posyandu setiap bulan
kembali manfaat fasilitas kesehatan
A: TUK 4 dan 5 tercapai
 Menjelaskan kepada keluarga tentang jenis-jenis
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu P:
puskesmas, rumah sakit, dan klinik. - Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5
 Memotivasi keluarga untuk menyebutkan - Menilai tingkat kemandirian keluarga
kembali jenis-jenis fasilitas kesehatan yang
dapat digunakan
 Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan
Ketidak Rabu, 4  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Juni 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Ibu N mengatakan menyediakan makanan yang
nutrisi kurang Pukul
 Membuat kontrak hangat untuk An P
dari 10:30-  Ibu N menggunakan bentuk makanan dan tempat
kebutuhan 11:15  Melakukan kunjungan dadakan review TUK 4

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


tubuh pada WIB makan dengan warna yang menarik
An P  Ibu N membiarkan An P mencoba untuk
memakan makanannya dengan sendiri
 Ibu N mengatakan An P sejak kemarin makannya
selalu habis setiap disuapi

O:
 Ibu N memutuskan untuk memodifikasi
lingkungan yang mendukung An P
 Ibu N dapat menyebutkan menyebutkan kembali
3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An P
 Ibu N dapat menyebutkan 4 dari 5 prinsip cara
mengatasi anak yang tidak bersedia makan
 Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan
yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
An P

A: TUK 4 tercapai

P:
- Mengevaluasi TUK 1 sampai TUK 5
Menilai tingkat kemandirian keluarga
Ketidak Senin, 16  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Juni 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Ibu N mengatakan mulai mengajak An P makan
nutrisi kurang Pukul
 Menjelaskan bahwa pada seminggu terakhir bersama dengan An Au
dari 10:30-
mahasiswa bertugas di puskesmas  Ibu N mengatakan An P menghabiskan semua
kebutuhan 11:15
makanan ketika makan kemarin

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


tubuh pada WIB  Membuat kontrak  Ibu N mengatakan mulai menyediakan makanan
An P  Mengevaluasi dan melanjutkan TUK 1 sampai yang hangat dengan menu gizi seimbang
TUK 5  Ibu N mengatakan berharap berat badan An P
 Mengkaji tingkat kemandirian keluarga Bapak S dapat naik
 Persiapan terminasi  Ibu N mengatakan mulai memilih jajanan
TUK 1 cemilan yang sehat sesuai dengan anjuran
Dengan menggunakan lembar balik dan leaflet:
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang O:
pengertian gizi seimbang dan ISPA pada balita  Ibu N dapat menyebutkan definisi dari gizi
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang kurang dan ISPA
penyebab dari gizi kurang dan ISPA  Ibu N dapat menyebutkan 4 dari 5 tanda dan
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda
gejala gizi kurang dan ISPA
dan gejala balita dengan gizi kurang dan ISPA
TUK 2  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab gizi
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang akibat kurang dan ISPA
dari gizi kurang dan ISPA pada An P  Ibu N dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat gizi
 Membantu keluarga untuk memutuskan kurang dan ISPA
merawat anggota keluarga yang mengalami gizi  Ibu N memutuskan untuk merawat An P yang
kurang dan ISPA
mengalami gizi kurang dan ISPA
TUK 3:
 Mendiskusikan cara perawatan gizi kurang dan  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 5 cara mengatasi
ISPA gizi kurang dan ISPA
 Meminta keluarga untuk menjelaskan  Ibu N dapat menyebutkan komponen Triguna
pembagian triguna makanan beserta contohnya makanan beserta 3 contohnya
 Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi
porsi makan yang sesuai dengan An P gizi kurang
 Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang
 Ibu N belum dapat menyebutkan porsi makan
cara mengolah makanan yang benar
 Meminta keluarga untuk menjelaskan tentang yang sesuai untuk An P

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


cemilan sehat  Ibu L dapat menyebutkan cara pengolahan
 Meminta keluarga untuk menjelaskan perawatan makanan dengan benar
anak dengan ISPA  Ibu N memutuskan untuk memodifikasi
TUK 4:
lingkungan yang mendukung An P dengan gizi
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat
memodifikasi lingkungan untuk merawat kurang dan ISPA
anggota keluarga dengan gizi kurang dan ISPA  Ibu N dapat menyebutkan menyebutkan kembali
 Meminta keluarga untuk menyebutkan kembali 3 dari 4 cara menyajikan makanan untuk An P
cara menyajikan makanan untuk anak dengan  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 5 prinsip cara
gizi kurang mengatasi anak yang tidak bersedia makan
 Meminta keluarga untuk menjelaskan dengan  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 lingkungan
keluarga tentang prinsip cara mengatasi anak
yang mendukung untuk meningkatkan status gizi
yang tidak bersedia makan
 Meminta keluarga untuk menjelaskan An P
lingkungan rumah yang sesuai bagi anak ISPA  Ibu N dapat menyebutkan 3 dari 4 fasilitas
 Menjelaskan dengan keluarga tentang kesehatan yang dapat dikunjungi
lingkungan mendukung untuk meningkatkan  Ibu N dapat menyebutkan manfaat dari pelayanan
status gizi anak dan mencegah ISPA kesehatan
TUK 5:
 Meminta keluarga untuk menjelaskan kepada
A:
keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan
Tingkat kemandirian keluarga meningkat dari II
 Meminta keluarga untuk mnyebutkan kembali
menjadi III
manfaat fasilitas kesehatan
 Meminta keluarga untuk menjelaskan jenis-jenis P: Melakukan terminasi
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan yaitu
puskesmas, rumah sakit, dan klinik.
 Memotivasi keluarga untuk berkunjung ke
fasilitas kesehatan

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


Ketidak Jumat, 20  Memvalidasi keadaan keluarga S:
seimbangan Juni 2014  Menjelaskan tujuan kunjungan  Ibu N mengatakan dirinya dan An P merasa sehat
nutrisi kurang Pukul  Terminasi  Ibu N mengatakan berterima kasih atas
dari 15:30-  Memotivasi keluarga untuk mempertahankan kunjungan dan ilmu yang diberikan mahasiswa
kebutuhan 16:00 dan meningkatkan usaha perawatan yang telah  Ibu N mengatakan akan tetap melakukan hal-hal
tubuh pada WIB dilakukan yang telah diberitahukan
An P  Memotivasi keluarga untuk tetap rutin  Ibu N mengatakan berat badan An P naik 1 ons
mengunujungi posyandu sampai anak berusia 5 saat dilakukan penimbangan
tahun  Ibu N mengatakan senang atas kenaikan BB An P
 Memotivasi keluarga untuk tetap memanfaatkan berkat usaha bersama
fasilitas pelayanan kesehatan bila ada anggota  Ibu N berharap keluarganya dapat terus sehat
keluarga yang sakit
 Memberikan reinforcement positif terhadap O:
pencapaian yang telah diraih keluarga  Ibu N berespon baik terhadap masukan yang
diberikan

A:
Masalah Gizi kurang belum teratasi
Masalah ISPA tidak terjadi

P:
- Melaporkan hasil kunjungan kepada kader
- Meminta kader untuk tetap melakukan
pengawasan terhadap status gizi An P

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


Lampiran 5
EVALUASI SUMATIF
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA ANAK P

Diagnosa 1:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. P

No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi


Ya Tidak
1) Keluarga menyebutkan definisi dari
ketidakseimbangan nutrisi, yaitu √
asupan nutrisi yang tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
2) Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5
penyebab gizi kurang, yaitu:
1 Makanan yang kurang (Tidak
tersedia makanan yang adekuat)
2 Jenis makanan tidak seimbang
(tidak cukup mendapat makanan √
yang bergizi)
3 Pola asuh orang tua
4 Makan yang tidak teratur
(Kebiasaan makan yang kurang
tepat)
5 Adanya Penyakit
3) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari
6 tanda dan gejala gizi kurang, yaitu:
1 BB kurang dari 20% dari BB
ideal
2 IMT di bawah normal √
3 Badan kurus
4 Lemah dan pucat
5 Rambut tipis, berwarna merah
(pirang) dan mudah tercabut
6 Kaki dan tangan bengkak
4) Keluarga mampu menyebutkan 2 dari
4 akibat ketidakseimbangan nutrisi
jika tidak diatasi, yaitu:
1 Pertumbuhan dan perkembangan
anak terganggu √
2 Anak mudah sakit
3 Menurunkan daya pikir/
kecerdasan
4 Tonus otot buruk

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


5) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari
5 cara perawatan masalah gizi
kurang, yaitu:
1 memberikan makanan sesuai
dengan gizi seimbang (triguna
makanan) √
2 memberikan makanan sesuai
dengan kebutuhan/porsi makan
anak
3 cara mengolah makanan dengan
benar
4 mengatur jadwal makan pada
anak
5 tata makanan yang menarik
sesuai dengan makanan kesukaan
anak
6) Keluarga dapat menyebutkan
manfaat dari triguna makanan serta √
memberikan contohnya melalui food
model
7) Keluarga mampu mendemontrasikan
pemberian makan sesuai porsi
dengan gizi yang seimbang, dan √
sesuai dengan kebutuhan anak

8) Keluarga dapat mendemonstrasikan


cara pengolahan makanan dengan √
benar
9) Keluarga mampu mendemonstrasikan Memotivasi keluarga
pengaturan jadwal makan pada anak untuk mengatur jadwal
makan anak

10) Keluarga mampu mendemonstrasikan
makan bersama anak, dan
memotivasi anak untuk √
menghabiskan porsi makan anak
11) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari
5 cara memodifikasi lingkungan yang
sesuai untuk gizi kurang, yaitu
memodifikasi makanan dengan:
1 harga terjangkau √
2 nilai gizinya baik
3 memilih makanan yang masih
segar
4 memasak makanan dengan
tampilan yang menarik
5 makan bersama anak
12) Keluarga mampu melakukan Memotivasi keluarga

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


modifikasi lingkungan untuk √ untuk menyajikan
mengatasi gizi kurang makanan dalam bentuk
dan tempat yang
menarik
13) Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan yaitu
sebagai sarana untuk pemeriksaan,
perawatan gizi kurang, sebagai √
sarana untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan tepat untuk
mengatasi masalah gizi kurang
14) Keluarga mampu menyebutkan 3 dari
5 fasilitas pelayanan kes. yang dapat
digunakan dalam penanganan gizi √
kurang, yaitu:
puskesmas, posyandu, RS, Praktek
perawat, dan dokter praktek.
15) Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk penanganan √
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Diagnosa 2:
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada An. P
No RESPON KELUARGA HASIL Modifikasi intervensi
Ya Tidak
1 Keluarga mampu menyebutkan
pengertian ISPA yaitu penyakit
infeksi saluran pernafasan akut yang √
ditandai dengan batuk pilek yang
datangnya tiba-tiba
2 Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5
penyebab ISPA
Penyebab utama: Virus
Penyebab lain :
1. Tertular penderita lain √
2. Kurang gizi
3. Tinggal dilingkungan yang
kurang sehat
4. Imunisasi tidak lengkap
3 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari
4 tanda/gejala ISPA:
1. Batuk pilek
2. Demam/panas
3. Nafas sesak/ada tarikan dinding √
dada saat bernapas

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


4. Nafas cepat: yaitu: anak usia 2
bulan: 60 x/menit
4 Keluarga mampu menyebutkan 2 dari
4 akibat ISPA bila tidak diatasi
1. Daya tahan tubuh menurun.
2. Tumbuh kembang terhambat √
3. Biaya berobat mahal
4. Meninggal dunia
5 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari
5 cara pencegahan ISPA:
1. Jauhkan dari penderita batuk
2. Berikan tetap ASI √
3. Mintakan imunisasi lengkap
4. Berikan makanan bergizi setiap
hari
5. Jaga kebersihan tubuh, makanan
dan lingkungan
6 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari Menjelaskan ulang
6 cara perawatan ISPA: tentang cara-cara
1. Istirahat yang cukup perawatan anak ISPA
2. Jika hidung tersumbat karena pilek, dengan menggunakan
bersihkan dengan ujung sapu leaflet
tangan.
3. Jika anak demam:
- Berikan obat penurun panas.
- Berikan minum banyak
- Kompres dengan air biasa
- Jangan gunakan selimut tebal √
- Sirkulasi udara adekuat.
4. Berikan makanan bergizi.
5. Berikan inhalasi sederhana dengan
menggunakan air panas dalam
baskom dan minyak kayu putih.
Cara tradisional merawat ISPA:
Campuran setengah sendok perasan
air jeruk nipis dengan setengah
sendok makan madu atau kecap.
7 Keluarga mampu mendemontrasikan
kompres hangat √
8 Keluarga mampu mendemontrasikan
inhalasi sederhana √
9 Keluarga mampu mendemonstrasikan
cara membuat campuran kecap dan √
jeruk nipis
11 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari Memotivasi keluarga
5 cara memodifikasi lingkungan untuk memodifikasi
mengatasi masalah ISPA lingkungan dengan
6. Rumah dan lingkungan bersih. menjelaskan manfaat

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


7. Pencahayaan dalam rumah √
adekuat.
8. Hindari anak menghirup debu
9. Membuka jendela setiap hari agar
sirkualsi udara dalam rumah baik.
10. Rumah tidak lembab.
12 Keluarga mampu melakukan
modifikasi lingkungan untuk
mengatasi ISPA √
13 Keluarga mampu menyebutkan
manfaat fasilitas kesehatan yaitu
sebagai sarana untuk pemeriksaan,
perawatan/pengobatan ISPA, sebagai √
sarana untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan tepat untuk
mengatasi masalah ISPA
14 Keluarga mampu menyebutkan 3 dari
6 fasilitas pelayanan kes. yang dapat
digunakan dalam penanganan ISPA,
yaitu:
puskesmas, posyandu, RS, Praktek √
perawat, dokter praktek dan praktek
bidan.
15 Keluarga mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk penanganan √
ISPA

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


Lampiran 6
TINGKAT KEMANDIRIAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA ANAK P

Nama keluarga : Anak P


Alamat : RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani, Depok.

KESIMPULAN:
Dari hasil pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi yang dilakukan
selama tujuh minggu, keluarga dapat bekerjasama dengan mahasiswa dalam
mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan. Selama melakukan pembinaan dan
kunjungan rutin di keluarga, mahasiswa banyak memperoleh informasi dari
keluarga mengenai masalah kesehatan yang dialami keluarga. Selama tujuh
minggu mahasiswa melakukan pembinaan dan kunjungan rutin ke keluarga dan
menemukan dua masalah kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa keluarga
termasuk ke dalam “Keluarga mandiri tingkat III” dengan alasan:

Kriteria Ya Tidak Pembenaran


Keluarga √ Selama pelaksanaan 14 kali pertemuan keluarga,
menerima anggota keluarga selalu menerima kedatangan
petugas mahasiswa dengan ramah, terlibat dalam
perawatan menentukan kontrak waktu dan tempat interaksi.
kesehatan Anggota keluarga Anak P, terutama Ibu N selalu
masyarakat menghentikan sementara kegiatan paruh
waktunya saat mahasiswa datang, mengikuti
proses interaksi hingga selesai. Ibu N juga
memiliki rasa ingin tahu dan perhatian lebih
terhadap masalah kesehatan yang ada dalam
keluarga. Keluarga juga menerima masukan dari
mahasiswa dengan menerapkan cara perawatan
keluarga dengan masalah kesehatan dan
melaporkan hasilnya pada mahasiswa.
Keluarga √ Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa
menerima kepada keluarga selama 14 kali kunjungan,
pelayanan terdapat 3 masalah keperawatan yang ada, yaitu
kesehatan nutrisi kurang pada An. P, ketidakefektifan
yang bersihan jalan nafas pada An. P, dan AGngguan
diberikan integritas kulit pada An. P. Selama intervensi

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


sesuai dengan keluarga diberikan oleh mahasiswa terhadap 2
rencana masalah utama, keluarga menerima setiap jenis
keperawatan intervensi yang dilakukan. Setiap diskusi, Ibu N
tampak antusias untuk mendengarkan, bertanya,
dan melaporkan hasil tindakan mandiri yang telah
dilakukan oleh keluarga, misalnya saat Ibu N
memodifikasi menu makan anak, melakukan
inhalasi sederhana pada anak, dan memberikan
makanan yang bergizi. Dari tiga diagnosa
keperawatan yang ditemukan, dua diagnosa telah
diselesaikan.

Keluarga √ Selama diwawancara oleh mahasiswa tentang


mengungkap riwayat kesehatan dan keluhan saat ini, anggota
kan masalah keluarga menjawab pertanyaan dengan jujur,
kesehatan beberapa dibuktikan oleh bukti autentik, misalnya
yang dialami kartu KMS posyandu dari An P. Keluhan
secara benar kesehatan yang diungkapkan keluarga telah
diklarifikasi dengan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang lainnya.
Keluarga √ Keluarga sudah memanfaatkan fasilitas kesehatan
memanfaatka secara berkala ke posyandu tiap bulan
n fasilitas
kesehatan
sesuai
anjuran
Keluarga √ Keluarga sudah mampu melakukan perawatan
melaksanaka sederhana sesuai anjuran, diantaranya:
n perawatan  Menyusun menu seimbang
sederhana  Melakukan inhalasi sederhana
sesuai
anjuran

Keluarga √ Keluarga sudah mampu melakukan pencegahan


melakukan terhadap masalah kesehatan yang dialami,
tindakan diantaranya:
pencegahan  Memasak dan menyediakan makanan kesukaan
anak
 Menyajikan makanan yang menarik untuk anak
 Menemani anak saat makan
 Melakukan teknik inhalasi sederhana
Keluarga √ Keluarga belum mampu melakukan promosi
melakukan kesehatan secara aktif, karena :
promosi  Belum dapat menyediakan lingkungan yang
kesehatan sesuai untuk masalah ISPA
secara aktif
 Belum mengurangi jajan makanan yang kurang

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


memiliki nilai gizi

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014


Lampiran 7
Tabel NCHS (Kemenkes, 2011)

Indeks Kategori Status Ambang Batas (z-score)


Gizi
Berat Badan menurut Umur Gizi Buruk <-3SD
(BB/U)
Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 Bulan

Gizi Baik -2SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih >2SD

Panjang Badan menurut Umur Sangat Pendek <-3SD


(PB/U)
Pendek -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan

Normal -2SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2SD

Berat Badan menurut Panjang Sangat Kurus <-3SD


Badan (BB/PB)
Kurus -3SD sampai dengan <-2SD
Anak Umur 0-60 bulan

Normal -2SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2SD

Penyajian makanan ..., Emi Listiyani, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai