Anda di halaman 1dari 1

Nama : Windy Setyawan

NIM : 2103403031097

Tugas Pengantar Hukum Indonesia

Keberlakuan Peraturan Perundangan Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari beberapa sistem hukum yaitu hukum Eropa,
hukum Agama dan hukum Adat. Terjadinya percampuran tersebut adalah akibat tertemunya antara
sistem hukum eropa kontinental yang dibawa oleh Belanda selama masa penjajahan di nusantara
dengan hukum agama dan hukum adat yang memang sudah dianut oleh penduduk nusantara yang multi
religi, etnis dan kultur.
Pengaruh hukum agama di Indonesia – karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
agama islam – didominasi oleh hukum syari’at Islam terutama hukum perkawinan, kekeluargaan dan
warisan. Sedangkan hukum adat banyak diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi yang
merupakan adopsi dan implementasi aturan-aturan adat setempat dari masyarakat berbudaya yang ada
di wilayah nusantara.
Sebelum kemerdekaan (masa kolonialisme), Indonesia mengalami 3 periode besar yaitu periode
VOC, periode liberal, dan periode penjajahan Jepang. Pada periode VOC, hukum yang diterapkan dengan
tujuan untuk kepentingan eksploitasi, mendisiplinkan rakyat pribumi dengan cara yang otoriter dan
perlindungan terhadap VOC. Pada periode ini ada pembedaan pemberlakuan hukum. Terhadap orang-
orang Belanda atau eropa berlaku hukum Belanda, sedangkan bagi pribumi berlaku hukum yang
dibentuk oleh masing-masing komunitas secara mandiri.
Sejak tahun 1847 sampai 1942 tercatat 3 (tiga) peraturan pokok yang pernah berlaku secara
bergantian, yaitu:
 Algemene Bepaling van Wetgeving voor Indonesia atau disingkat “AB”, Stb. 1847/23 (1848-1854);
 Regeringsreglement (RR), Stb. 1854/2. (1855-1926);
 Indische Staatsregeling (IS), Stb. 1925/415, mulai berlaku 1 Januari 1926 sampai 1942.
Pada periode liberal sekitar tahun 1854 pemerintah kolonial Belanda menerbitkan
Regeringsreglement (RR 1854) atau peraturan tentang Tata pemerintahan di Hindia Belanda. Penerbitan
RR 1854 bertujuan untuk melindungi kepentingan usaha-usaha swasta serta untuk pertama kalinya
mengatur tentang pembatasan terhadap eksekutif dan kepolisian dan adanya jaminan terhadap proses
peradilan yang bebas. RR 1854 yang dilandasi oleh politik liberalisasi ekonomi ini tidak meningkatkan
kesejahteraan pribumi, karena eksploitasi masih terjadi. RR 1854 hanya mengubah pelaku eksploitasi
dari yang awalnya dilakujan oleh negara menjadi eksploitasi oleh modal usaha.
Sedangkan pada periode penjajahan Jepang kebijakan politik etis dimulai awal abad 20, ditandai
dengan adanya pembaharuan hukum sebagai berikut :
 Pendidikan untuk anak-anak pribumi, termasuk pendidikan lanjutan hukum;
 Pembentukan Volksraad, lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
 Penataan organisasi pemerintahan, khususnya dari segi efisiensi;
 Penataan lembaga peradilan, khususnya dalam hal profesionalisme;
 Pembentukan peraturan perundang-undangan yang berorientasi pada kepastian hukum;

Anda mungkin juga menyukai