Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

FILSAFAT ISLAM
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studi keislaman
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M.Ag

Disusun oleh:
Kelompok 9

1. Arvela Dwi Rahmawati (126201213233)


2. Annisa Fauziah (126201213230)
3. Ilmi Hafidhoh (126201213221)
4. Kharisma Hana Syajida (126201212208)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2021
PRAKATA
Alhamdulilllahirobbil alamin. Segala puji syukur penulis panjatkan Allah SWT,
yang telah melimpahkan Rahmad dan Hidayah-Nya. Tidak lupa sholawat tetap
terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah mewariskan ilmu
serta penuntun hidup yang mencerahkan umat manusia.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis sedikit mengalami hambatan. Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan
penyusunan makalah ini maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Tulungagung, yang telah memberikan sarana-prasarana untuk penulis
menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini.
2. Bapak Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd.I selaku Wakil Rektor Universitas Islam Negeri
Tulungagung, yang telah memberikan pelayanan akademik kepada seluruh
mahasiswa
3. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Ma‟unah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
4. Prof. Dr. H. Imam Fuadi, M.Ag selaku Dosen Pengampu yang memberi tugas dan
memberi bimbingan mengerjakan makalah
5. Teman – teman kelas IE program Studi Pendidikan Agama Islam
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan
tercatat sebagai amal shaleh. Akhirnya, karya ini penulis suguhkan kepada segenap
pembaca, dengan harapan adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
perbaikan. Semoga karya ini bermanfaat dan mendapat Ridho Allah SWT.

Tulungagung, 20 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam .................................................................................... 4

B. Perbedaan Filsafat Islam dengan Filsafat Barat ................................................. 5

C. Latar belakang lahirnya Filsafat Islam beserta tokoh ........................................ 8

D. Pokok masalah yang dibahas dalam Filsafat Islam ............................................ 9

E. Cara menyikapi perbedaan para filosof Islam, dan apa saja manfaatnya .......... 11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .................................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat Islam merupakan filsafat dalam perspektif pemikiran orang Islam. Seperti
juga pendidikan Islam dimaksudkan pendidikan dalam perspektif orang Islam. Karena
berdasarkan perspektif pemikiran orang, maka kemungkinan keliru dan bertentangan
satu sama lain adalah hal yang wajar. Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philo, dan
sophia. Philo berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan atau kebenaran. Sedang
menurut istilah, filsafat diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal
dan integral serta sistematik mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia, sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan tersebut.
Secara historis, perkembangan filsafat dalam Islam dapat dikatakan dimulai oleh
pengaruh kebudayaan Hellenis, yang terjadi akibat bertemunya kebudayaan Timur
(Persia) dan kebudayaan Barat (Yunani). Pengaruh ini dimulai ketika Iskandar Agung
(Alexander the Great) yang merupakan salah satu murid dari Aristoteles berhasil
menduduki wilayah Persia pada 331 SM. Alkulturasi kebudayaan ini mengakibatkan
munculnya benih-benih kajian filsafat dalam masyarakat Muslim di kemudian hari.
Penerjemahan literatur-literatur keilmuan dari Yunani dan budaya lainnya ke dalam
bahasa Arab secara besar-besaran di era Bani Abbasiyah (750-1250an M) dapat
dikatakan memberi pengaruh terbesar terhadap kemunculan dan perkembangan kajian
filsafat Islam klasik. Peristiwa tersebut kemudian menjadikan periode ini sebagai zaman
keemasan dalam peradaban Islam. Ini sekaligus menunjukan keterbukaan umat Muslim
terhadap berbagai pandangan yang berkembang saat itu, baik dari para penganut
keyakinan monoteis lainnya, seperti kaum Yahudi yang mendapat posisi penting saat itu
di negeri-negeri Islam (Ravertz, 2004: 20), hingga kaum Pagan, yang terlihat dari
ketertarikan umat Muslim terhadap literatur bangsa Yunani Kuno yang mana sering
diidentikan dengan ritual-ritual Paganisme.
Keterbukaan dan ketertarikan umat Islam terhadap literatur-literatur ilmu
pengetahuan dari budaya lain diyakini telah membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan, terutama terhadap perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan yang di kemudian hari berkembang lebih lanjut pada Abad
Pencerahan di Eropa. Dunia pemikiran Islam kemudian semakin terfokus pada
1
pendamaian antara filsafat dan agama ataupun akal dan wahyu, yang kemudian
mempengaruhi semakin diusungnya integrasi antara akal dan wahyu sebagai landasan
epistemologis yang berpengaruh pada karakter perkembangan ilmu pengetahuan dalam
dunia Islam. Kondisi tersebut memunculkan semakin banyaknya cabang-cabang
keilmuan dalam dunia Islam, yang tidak hanya bersifat teosentris dengan merujuk pada
dalil-dalil Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagai sumber kebenarannya oleh para Mutakalim
(ahli kalam), tetapi juga bersifat antroposentris dengan rasio dan pengalaman empiris
manusia sebagai landasannya tanpa menegasikan dalil dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh untuk
memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis
dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia
membuahkan prinsip-prinsip yang melewati penalaran rasional, kejadian-kejadian yang
berlaku di alam itu dapat dimengerti.Ilmu pengetahuan harus dibedakan dari fenomena
alam.Fenomena alam adalah fakta, kenyataan yang tunduk pada hukum-hukum yang
menyebabkan fenomena itu muncul.Ilmu pengetahuan adalah formulasi hasil
aproksimasi atas fenomena alam atau simplifikasi atas fenomena tersebut.
Struktur pengetahuan manusia menunjukkan tingkatan-tingkatan dalam hal
menangkap kebenaran.Setiap tingkat pengetahuan dalam struktur tersebut menunjukkan
tingkat kebenaran yang berbeda.Pengetahuan indrawi merupakan struktur terendah
dalam struktur tersebut.Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan
rasional dan intuitif yang biasa disebut dengan filsafat.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian filsafat Islam?
2. Bagaimanakah perbedaan filsafat Islam dengan filsafat Barat?
3. Apakah latar belakang lahirnya filsafat Islam dan tokoh-tokohnya?
4. Apa saja pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam?
5. Bagaimanakah cara menyikapi perbedaan para filosof Islam, dan apa saja
manfaatnya bagi kehidupan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari filsafat Islam
2. Mengetahui perbedaan filsafat Islam dengan filsafat Barat
3. Mengetahui latar belakang lahirnya filsafat Islam beserta tokoh-tokohnya
4. Mengetahui pokok-pokok masalah yang dibahas dalam filsafat Islam
5. Mengetahui cara menyikapi perbedaan para filosof Islam, beserta manfaatnya
bagi kehidupan

3
BAB II
Pembahasan

A. PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM


Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu yang terdiri atas dua
kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,). Jadi secara etimologi,
filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai
philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu
pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran
diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.1
Filsafat Islam merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat dan Islam. Jadi
filsafat Islam, Islamic philosophy, pada hakikatnya adalah filsafat yang bercorak islami.
Islam menempati posisi sebagai sifat, corak, dan karakter dari filsafat. Filsafat Islam
bukan filsafat tentang Islam, bukan the philosophy of Islam. Filsafat Islam artinya
berpikir dengan bebas dan radikal namun tetap berada pada makna, yang mempunyai
sifat, corak, serta karakter yang menyelamatkaan dan memberi kedamaian hati.2
Ilmu filsafat juga mempelajari hakikat kebenaran suatu ilmu dan berdasarkan pada
ajaran dan nilai-nilai agama islam disebut sebagai ilmu filsafat islam. Meskipun
diadaptasi dari nilai-bilai budaya barat atau yunani, ilmu filsafat islam tetap memiliki
kaidah tersendiri. Hal yang biasanya dipikirkan atau dibahas dalam filsafat islam adalah
mengenai ketauhidan atau ketuhanan, kerasulan, kitab, hubungan manusia dan
sesamanya, lingkungan dan juga ,mencakup ilmu tasawuf atau kebatinan.
Adapun defenisinya secara khusus menurut para ahli yaitu :
 Ibrahim Madkur, filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dalam dunia Islam
untuk menjawab tantangan zaman, yang meliputi Allah dan alam semesta,
wahyu dan akal, agama dan filsafat.

1
Paham Ginting, Syafrizal Helmi, “Filsafat Ilmu Dan Metode Riset”, (Medan : USU Press, 2008),
hlm. 1
2
Zaprulkhan.2014. “Filsafat Islam Sebuah KajianTematik”. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,
hlm. 5

4
 Muhammad „Athif Al-Iraqy, filsafat Islam secara umum di dalamnya tercakup
ilmu kalam, ilmu ushul fiqih, ilmu tasawuf, dan ilmu pengetahuan lainnya
yang diciptakan oleh intelektual Islam.
Jelaslah bahwa filsafat Islam merupakan hasil pemikiran umat Islam secara
keseluruhan. Pemikiran umat Islam ini, merupakan buah dari dorongan ajaran Al Qur‟an
dan hadis. Kedududkan akal yang tinggi dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut,
bertemu dengan peranan akal yang besar dan ilmu pengetahuan yang berkembang
maju dalam peradaban umat lain, terutama peradaban Yunani, Persia, dan India.
Orang-orang yang mendalami ilmu filsafat biasanya sering berpikir dan disebut
sebagai filsuf. Banyak tokoh filosofi Yunani yang sangat terkenal hingga hari ini dan
nama mereka disebutkan dalam buku-buku fiksafat dunia. Meskipun demikian tidak
berarti bahwa umat islam tidaklah memiliki dasar ilmu filsafat sendiri. Umat islam atau
para cendekiawan muslim dulu banyak yang merupakan tokoh filosofi dan mereka
menuangkan pemikiran mereka sendiri kedalam ilmu filsafat tersebut.

B. PERBEDAAN FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT BARAT


a) Filsafat Barat
Filsafat barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof barat sejak abad
pertengahan sampai abad modern. Sedangkan filsafat islam adalah berpikir bebas,
radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat dan karakter yang
menyelamatkan dan kedamaian hati.Perjalanan filsafat barat dimulai dari masa Yunani
kuno, yang terfokus pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu
harus berdasarkan logika.
Secara histories, yaitu kajian yang ditinjau dari sejarah. Ini dapat dilakukan dengan
cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya, maupun pokok-pokok
pikiran dan ajarannya. Mempelajari filsafat barat dapat pula dengan membagi periode
sejarah filsafat menjadi tiga bagian yaitu, filsafat kuno (ancient philosophy), filsafat abad
pertengahan (middle philosophy) dan filsafat abad modern (modern philosophy).
Ada tiga hal penting dalam kajian manusia sebagai bagian dari peradaban filsafat
yaitu, indera, akal, dan hati. Yang dimaksud akal di sini adalah akal yang logis dan
rasional, sedangkan hati adalah rasa. Akal itulah yang menghasilkan filsafat, sedangkan
hati menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik; iman
termasuk di sini. Perseteruan antara akal dan hati, rasio dan iman antara filsafat dan
agama selalu melatarbelakangi perkembangan budaya manusia hingga sekarang.

5
filsafat barat memang lebih menekankan pada rasional, misalnya pada zaman
Yunani Kuno, filusuf yang terkenal Plato, Aristoteles, Socrates dalam pemikirannya
masih spekulatif tetapi pada dasarnya mereka berspekulasi dengan keadaan yang dilihat
tanpa mencampurkan unsur religiusnya secara mendalam. Filsafat barat lebih
menekankan pada pola pikir yang rasional dan manusia sebagai pusatnya.
 Socrates (470-399 SM). menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne)
dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang
diajak Socrates (sebagai sang bidan) untuk “melahirkan” pengetahuan akan
kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu.
 Plato (428-348 SM). Bagi Plato, filsafat adalah semacam visi, yakni visi tentang
kebenaran. Visi ini tidak semata-mata bersifat intelektual, tidak juga bersifat
kebijaksanaan. Menurut Plato, sebagian besar karya kreatif yang terbaik dalam
bidang seni, ilmu pengetahuan, sastra & filsafat adalah hasil pengalaman
demikian.3 Plato menyumbangkan ajaran tentang “idea”. Menurut Plato, hanya
idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari
bentuknya (idea) yang kekal.
 Aristoteles (384-322 SM). ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di
dunia ini terdiri atas dua unsur utama, yakni materi dan bentuk . Wujud dan materi
tidak dapat dipisahkan.
b) Filsafat Islam
Filsafat Islam terdiri dari dua kata. Filsafat diartikan sebagai berpikir bebas, radikal
dan dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada pikiran yang menghalangi bekerja.
Sedangkan kata Islam, secara semantik berasal dari kata salima artinya menyerah,
tunduk dan selamat. Jadi pada hakikatnya adalah berpikir yang bebas, radikal dan berada
pada taraf makna yang memiliki sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan
memberikan kedamaian hati.
Filsafat Islam tumbuh oleh dua lingkungan yang hidup sezaman yang sama-sama
meletakkan sendi-sendi kajian rasional Islam. Filsafat islam segala bentuk pemikiran
ilmuwan muslim yang mendalam secara teoritis maupun empiris, bersifat universal yang
berlandaskan wahyu.4 Filsafat islam merupakan pengembangan filsafat plato dan
Aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran islam dan memadukan antara filsafat
dan agama, filsafat yang berciri religius dan berusaha sekuat tenaga memasukkan teks
agama dengan akal.

3
Russel, Bertrand. 2015. Sejarah Filsafat Barat. Surakarta: CV. Pustaka Pelajar (hlm.1085)
4
Drajat, amroni. 2015. “Filsafat Islam Dimensi Teoritis dan Praktis”. Medan : Perdana Publishing
6
Adapun tujuan filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya mempunyai kesamaan,
akan tetapi, karena terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada batasan-
batasan, yaitu menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
menggunakan akal sampai pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak
membatasi diri.
Berbagai perbedaan yang timbul antara pemikiran yang rasional (filsafat) dengan
rasa (tasauf) tidak menyebabkan ada orang Islam yang didominasi oleh pemikiran akal
secara total, demikian sebaliknya tidak ada yang didominasi sepenuhnya oleh rasa (hati)
seratus persen. Buktinya adalah tidak ada filosuf Islam maupun sufi yang meninggalkan
iman, apalagi yang mengambil faham materialisme atau atheisme.
Mengapa demikian, karena Al Quran menghargai akal dan hati. Pertentangan akal
dan hati (iman) dalam Islam pun ada tetapi tidak sehebat di Barat. Di Timur (Islam)
filosof dan sufi sama-sama beriman, perbedaan mereka hanya pada visi dalam
menafsirkan Kitab Suci, orang filsafat biasanya menggunakan ta‟wil ke arah rasio,
sementara orang-orang tashawuf juga menggunakan takwil tetapi ke arah rasa.
Perkembangan ini tidak menimbulkan gejolak yang berarti di dalam Islam.
Cukup banyak ayat Quran yang menunjukkan manusia agar mempergunakan akal
sebagai landasan dalam berpikir, berbuat dan berperilaku seperti kata nazara dalam S.
Qaf ayat 6-7, at-Thariq ayat 6-7, al-Ghasiyah ayat 17-20, tadabbaru pada S. Shad ayat
68-69, Muhammad ayat 24, tafakkru pada S. An-Nahl 68-69, al-Jatsiyah 12-13, juga
kata faqiha, tazakkara, fahima dan aqala pada surat al-Isra‟ 44, al-An‟am 97-98 dan at-
Taubah 122. Ayat-ayat itu lebih dari 140 banyaknya. Selain itu hadis juga banyak
menjelaskan perlunya akal digunakan dan dikembangkan. Di dalam hadis kata akal
biasanya diungkapkan dalam kata al-Ilmu.
Dari ajaran yang memuliakan akal itu maka sekitar tahun 600-700 M obor
kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Dalam ilmu kedokteran
muncul nama-nama terkenal seperti Al-Razy (850-923) dan Ibnu Sina (980-1037),
kemudian Ibnu Rushd (1126-1198) dan Al-Idrisi (1100-1166).
Filsafat Islam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Topik-topik filsafat Islam bersifat religius, dimulai dengan meng-esakan
Tuhan dan menganalisa secara universal dan menukik keteori keTuhanan yang tak
terdahului sebelumya.
 Akal manusia juga merupakan salah satu potensi jiwa dan disebut rasional
soul. Walaupun berciri khas religius-spiritual, tetapi tetap bertumpu pada akal dalam

7
menafsirkan problematika ketuhanan, manusia dan alam, karena wajib al-wujud adalah
akal murni. Ia adalah objek berpikir sekaligus obyek pemikiran.
 Filsafat Islam memadukan antara sesama filosof. Memadukan berarti
mendekatkan dan mengumpulkan dua sudut, dalam filsafat ada aspek-aspek yang tidak
sesuai dengan agama. Sebaliknya sebagian dari teks agama ada yang tidak sejalan
dengan sudut pandang filsafat. Para Filosuf Islam secara khusus konsentrasi mempelajari
Plato dan Aristoteles. Untuk itu mereka menerjemahkan dialog-dialog penting Plato.

C. LATAR BELAKANG LAHIRNYA FILSAFAT ISLAM BESERTA TOKOH-


TOKOHNYA
Sejarah filsafat Islam tidak dapat dilepaskan dari filsafat Yunani. Filsafat Yunani
dikembangkan oleh Alexander Agung yang sering juga dikenal Iskandar Zulkarnain.
Alexander Agung adalah Raja Macedonia yang juga merupakan murid dari Aristoteles.
Cita-cita Alexander ingin menguasai Mesir karena Mesir dianggap tempat yang strategis
untuk mengembangkan kekuasaan dan peradaban. Ternyata keinginannya terwujud,
sehingga dia tidak hanya menguasai Mesir, tetapi juga Syiria dan sebagian India.
Alexander mencoba memperkenalkan filsafat dan budaya Yunani di daerah
jajahannya dengan cara menganjurkan para prajurit dan intelektual Yunani untuk
mengawini penduduk setempat sehingga mereka betah hidup di tempat yang dikuasai.
Transformasi inilah yang menjadi cikal bakal perkembangan filsafat dan peradaban
Yunani di luar wilayah Yunani. Karena itu, tidak heran wilayah yang dikuasainya lebih
maju dibandingkan dengan Yunani sendiri. Peradaban Yunani lebih berkembang di
Mesir, Syiria dan Yudinsapur. Perkembangan peradaban filsafat Yunani di luar Yunani
disebut Hellenisme.5
Hellenisme memiliki pengaruh masuknya filsafat dalam Islam. Sebab, ketika Islam
berhasil menaklukan Mesir, Syiria dan Baghdad, wilayah tersebut sudah maju oleh
peradaban Yunani. Pada masa al-Ma‟mun, Harun al-Rasyid dan al-Amin berusaha
mengembangkan tradisi tersebut dengan memberikan dorongan dan intensif yang cukup
besar bagi perkembangan filsafat dan ilmu. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian
khalifah yang begitu besar bagi perkembangan ilmu dan filsafat merupakan salah satu
faktor peradaban Islam maju dan dapat dibanggakan. Disamping itu, ayat-ayat Al-Qur‟an
mendorong umat Islam untuk selalu memaksimalkan daya akalnya. Perjumpaan tradisi
Islam dengan tradisi-tradisi yang sudah maju merupakan faktor lain yang cukup dominan
dalam memberikan kontribusi positif bagi kemajuan ilmu dan filsafat di dunia Islam.

5
Amsal Bakhtiar, “Tema-tema Filsafat Islam”, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), Hal. 15.
8
Kemajuan Islam relatif mudah diraih karena bibit kemajuan sudah berkembang di
wilayah tersebut. Begitu juga filosof dan ilmuwan muslim bermunculan seiring dengan
kemajuannya.
TOKOH FILSUF MUSLIM :
 Al-Kindi. Atau Abu Yusuf Ya‟qub bin Ishak bin Ash-Shabah bin Imran bin Ismail
bin Al-Asy‟ats bin Qays Al-Kindi dikenal sebagai sosok muslim pertama yang
memunculkan gagasan tentang filsafat dan ia jugalah yang berpendapat bahwa
ajaran agama islam sebenarnya tidak berbeda jauh dengan ilmu filsafat atau falsafah
sehingga keduanya bukanlah dua hal yang bertentanganAl kindi juga menghasilkan
banyak karya dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya seperti aritmatika dan music
 Al-Farabi. Atau Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi„ adalah seorang
tokoh ilmuwan sekaligus filsuf muslim yang berusaha memadukan beberapa aliran
filsafat antara lain aliran falsafah al taufiqhiyah yang berkembang sebelumnya dari
hasil pemikiran filsuf Yunani seperti Plato, Aristoteles, Plotinus.
Al farabi juga berpandapat bahwa pada hakikatnya filsafat itu mmeiliki satu tujuan
yakni untuk mencari kebenaran dari suatu hal.
 Ibnu Rusyd. Atau Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang dikenal dengan
nama ibnu rusyid adalah salah satu tokoh ilmuwan muslim yang cukup dikenal. Ibnu
Rusyid menjunjung tinggi akal dan peranananya dalam kehidupan.
 Ibnu Sina. Ilmuwan dalam bidang kedokteran juga dikenal sebagai seorang sosok
filsuf muslim. Ia berpendapat bahwa semua intelenji atau akal berasal dari Tuhan
dan segala hal yang menyangkut dasar semua ilmu juga berasal dari Tuhan.

D. POKOK-POKOK MASALAH YANG DIBAHAS


Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu,
politik, penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf.6 Berbagai
masalah tersebut termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan
kehidupan manusia. Dalam hal ini akan dibahas masalah tentang akal dan wahyu,
timbulnya yang banyak dari yang Mahasatu (Tuhan) atau kejadian alam, soal roh, dan
kelanjutan hidup sesudah roh terlepas dari badan.
 Emanasi. Yaitu teori penjelasan tentang munculnya yang banyak dari yang satu
atau terjadinya alam dari sumber yang pertama. Dalam bahasa agama sering
dinamakan dengan penciptaan, yakni bagaimana Tuhan menciptakan alam ini.

6
Drajat, amroni. 2015. “Filsafat Islam Dimensi Teoritis dan Praktis”. Medan : Perdana Publishing
Hlm. 10
9
Proses ini merupakan proses otomatis tanpa kehendak, bagaikan munculnya
panas dari api dan cahaya dari matahari.
 Jiwa dalam bahasa arab disebut dengan nafs atau ruh, Jiwa tidak dapat
dipisahkan dari tubuh, begitu juga sebaliknya karena tanpa salah satu dari
keduanya, seseorang tidak dapat dikatakan manusia. Kendati jiwa adalah unsur
pokok dalam diri manusia, persoalan hakikat jiwa, hubungan jiwa dengan badan
dan keabadian jiwa tidak mudah dipecahkan.
 Akal merupakan bagian yang menjadi pembahasan tidak saja dalam filsafat
islam, tetapi juga dalam teologi dan bahkan hampir di semua aspek dalam
bidang keilmuan islam. Dalam fiqih umpamanya, akal merupakan bagian yang
amat pokok untuk berijtihad karena setelah Al-Qur‟an dan hadits, akal lah yang
berperan menentukan suatu hukum. Hadits nabi juga menegaskan bahwa jika
ditemukan penyelesaian suatu persoalan dalam Al-qur‟an dan hadits, maka
hendaklah berijtihad dengan akal. Karena itu, wajar kemudian akal merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembahasan bagian keilmuan dalam islam.
Menurut Al-Kindi, akal terbagi atas empat: pertama akal yang selalu bertindak;
kedua, akal yang secara potensial berada dalam ruh; ketiga, akal yang berubah
di dalam ruh dari daya menjadi aktual; dan keempat, akal yang kita sebut akal
kedua.7
 Teori kenabian merupakan salah satu pembahasan yang dibicarakan oleh para
filosof Islam karena persoalan ini terkait erat dengan pelimpahan dari Akal
Aktif (Jibril) kepada para nabi dan filosof. Jika para nabi mendapatkan wahyu
dari jibril, maka filosofpun dapat berhubungan dengan jibril yang dalam
istilahnya disebut Akal Aktif.8 Persoalan berikutnya adalah jika nabi dan filosof
sama-sama dapat berhubungan dengan Jibril, apa perbedaan nabi dan filosof.
 Eskatologi. Iman pada hari akhirat dalam Islam merupakan rukun iman setelah
iman kepada Tuhan.
 Kebaikan dan kejahatan. Adanya kejahatan di jagad raya merupakan masalah
yang tidak henti-hentinya diperdebatkan, terutama oleh agamawan dan
ilmuwan. Masalah yang mendasar, terutama bagi teisme, adalah kenapa
kejahatan itu ada, padahal Tuhan Pencipta, maha kuasa, dan sumber kebaikan.
Salah satu susunan argument ateisme menolak teisme adalah sebagai berikut :
a. Jika Tuhan maha baik, tentu Dia akan membasmi kejahatan

7
Hasyimsyah Nasution, “Filsafat Islam”, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 17.
8
Amsal Bakhtiar, “Tema-tema Filsafat Islam”, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), h. 9.
10
b. Jika Tuhan maha kuasa, tentu Dia mampu menghancurkan kejahatan
c. Tetapi Kejahatan belum terhapus
d. Karena itu, Tuhan tidak ada.
 Perbincangan mengenai penciptaan alam dan sifat alam merupakan salah satu
hal yang krusial, dalam teologi Islam maupun dalam filsafat Islam. Sebab jika
alam qadim sedangkan Tuhan juga qadim, maka tentu ada 2 yang qadim. Dua
yang qadim bertentangan dengan ajaran dasar Islam yang menegaskan bahwa
hanya Tuhan satu-satunya zat yang qadim, selain Tuhan adalah baharu dan
ciptaan-Nya. Perdebatan inilah yang muncul di kalangan filosof karena mereka
di tuduh memprakarsai alam qadim. Apakah benar alam qadim menurut filosof
atau tidak bahkan mereka yang menuduh filosof mengatakan alam qadim salah
memahami pandangan filosof.
 Pengetahuan Tuhan. Salah satu persoalan yang diperdebatkan kalangan teolog
da filosof adalah mengenai pengetahuan Tuhan apakah Tuhan mengetahui hal-
hal yang terperinci, seperti apakah Tuhan mengetahui semut hitam berjalan di
malam gelap diatas batu hitam. Persoalannya adalah jika Tuhan mengetahui
hal-hal yang terperinci, maka Tuhan amat sangat sibuk dan apa gunanya Tuhan
mengetahui semua itu. Jika Tuhan tidak mengetahui tentu di samping terkesan
Dia tidak mengetahui, juga tidak sesuai dengan ayat Al-Qur‟an yang
menjelaskan Tuhan Maha Mengetahui.
 Ruang dan waktu. Dalam sistem Aristoteles, alam terbatas oleh ruang, tetapi
tidak terbatas oleh waktu. Keabadian alam ini ditolak dalam pemikiran Islam,
karena alam adalah diciptakan. Untuk itu para filosof muslim mencari jalan
keluarnya yang sesuai dengan agama dan permasalahan tersebut. Tokoh filosof
Muslim yang dianggap ateis karena sependapat dengan Aristoteles bahwa alam
ini kekal adalah Ibn Sina dan Ibn Rusyd.
E. MENYIKAPI PERBEDAAN PARA FILOSOF ISLAM DAN MANFAATNYA
Sikap terbuka dan toleransi sangat diperlukan dalam menyikapi perbedaan
pendapat para ahli filsafat mengenai filsafat Islam agar masing-masing diantaranya
tidak merasa yang paling benar. Karena kebenaran itu hanya milik Allah. Para ulama
yang menyampaikan pendapatnya masih memposisikan pendapat mereka di bawah Al-
Qur‟an. Hal ini membuat perbedaan tidak menjadi suatu masalah untuk perpecahan.
Meskipun mereka memiliki pendapat yang berbeda, lantas tidak membuat kita tidak
memahami dan menyikapi perbedaan secara Islami. Bahkan pendapat mereka bersifat
relativitas atau fleksibel yang tergantung dengan situasi dan kondisi pada waktu itu.

11
Sikap ini perlu kita teladani dalam menjalani kehidupan agar perbedaan menjadikan
kita menjadi lebih dekat dan mawas diri.
 Manfaat :
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi.
Ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak
hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh
mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas.
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia
Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan
pertanyaan-pertanyaan mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang
berkembang. Hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu
tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran.
Penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan
maupun tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan
berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka. Kita akan semakin tahu
betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru. Ide-ide yang lebih kreatif
dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan
pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional. Membangun
cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan
sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis
8. Filsafat membantu menjadi diri sendiri
9. Filsafat dapat membangun semangat toleransi. Menjaga keharmonisan hidup di
tengah perbedaan pandangan atau pluralitas.

12
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosuf Barat sejak abad
pertengahan sampai abad modern, sedangkan Filsafat Islam adalah berpikir bebas,
radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang
menyelamatkan dan kedamaian hati. Perjalanan filsafat Barat dimulai dari masa Yunani
Kuno, yang terfokus pada pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu
harus atas dasar logika. Kemudian masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi
bersifat teosentrik, segala kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada Gereja, maka
mereka banyak berasal dari kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya
para pendeta dogmatis itu ditinggal para ilmuwan yang kemudian beralih pada pemikiran
yang bercorak bebas, radikal, dan rasional yang realis.
Filafat Islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam secara
teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan Wahyu. Filsafat Islam
merupakan pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah dilandasi dengan
ajaran Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama, filsafat yang berciri religius dan
berusaha sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.
Di antara persoalan yang dibahas oleh para filsuf Islam adalah soal akal, wahyu,
politik, penciptaan alam, akhlak, teologi, hukum islam, dan tasawuf. Berbagai masalah
tersebut termasuk hal-hal yang penting dalam kajian akademik dan kehidupan manusia.
Dalam hal ini akan dibahas masalah tentang akal dan wahyu, timbulnya yang banyak
dari yang Mahasatu (Tuhan) atau kejadian alam, soal roh, dan kelanjutan hidup sesudah
roh terlepas dari badan.
Menyikapi perbedaan para filosof Islam yaitu adanya sikap terbuka dan toleransi
sangat diperlukan dalam menyikapi perbedaan pendapat para ahli filsafat mengenai
filsafat Islam agar masing-masing diantaranya tidak merasa yang paling benar. Karena
kebenaran itu hanya milik Allah. Para ulama yang menyampaikan pendapatnya masih
memposisikan pendapat mereka di bawah Al-Qur‟an. Hal ini membuat perbedaan tidak
menjadi suatu masalah untuk perpecahan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Achmad, Gholib (2009). “Filsafat Islam”. Pamulang, Jakarta: Faza Media. \


ISBN 978-602-8033-28-2.
2. Susanto, Ahmad. 2013. “Filsafat Ilmu ” Cet. 3, Jakarta : Bumi Aksara.
3. Zaprulkhan. 2014. “Filsafat Islam Sebuah KajianTematik.” Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada
4. Amsal, Bakhtiar, “Tema-Tema Filsafat Islam”, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006,
cet.I
5. Ahmad Fuad Al-Bawain, 2008. “Filsafat Islam”, Jakarta: Pustaka Firdaus
6. Drajat, Amroni. 2015. “Filsafat Islam Dimensi Teoritis dan Praktis”. Medan :
Perdana Publishing
7. Rahmatullah, Taufik. 2013. “Perbedaan Mendasar Filsafat Islam dan Filsafat
barat”,
https://taufikrahmatullah.wordpress.com/2013/01/07/perbedaan-mendasar-filsafat-
islam-dan-barat__/, diakses pada 20 Oktober 2021
8. Sholihin, Firman. “Pengertian Filsafat & Perbedaan Filsafat Barat dan Islam”,
https://www.academia.edu/15943064/Pengertian_Filsafat_and_Perbedaan_Filsafat_B
arat_dan_Islam, diakses pada 20 Oktober 2021

14

Anda mungkin juga menyukai