Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

PENGASUHAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG

AMPANG KOTA PADANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG

NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

Oleh :

UMNI KHOIRUNNISA
1910113126

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA (PK I)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2023
PENGASUHAN ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG
AMPANG KOTA PADANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

ABSTRAK

Anak-anak merupakan harapan bagi masa depan negara dan bangsa sebagai
generasi penerus cita-cita nasional bangsa. Orang dewasa harus memberikan hak
kepada seorang anak dengan memenuhi, mendampingi, membimbing, dan
memperhatikan pertumbuhannya. Anak-anak yang diasuh di panti asuhan
memiliki hak yang sama seperti anak-anak lainnya dan mereka harus menerima
perawatan yang sesuai. Namun, beberapa anak tidak memiliki orang tua yang
lengkap, ada yang yatim atau piatu, yatim piatu, atau bahkan tidak memiliki
keluarga sama sekali. Jadi, menurut undang-undang Indonesia, peran pengasuh
sangat penting untuk melindungi anak-anak yang tidak memiliki keluarga yang
lengkap atau keluarga yang tidak mampu dalam menjamin kebutuhan anaknya.
Panti asuhan adalah lembaga yang menawarkan pengasuhan kepada anak-anak
yang yatim piatu, kurang mampu, atau terlantar. Dalam penelitian ini terdapat
beberapa rumusan masalah yaitu : (1) Bagaimana proses penerimaan anak asuh di
Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Kota Padang ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak? (2) Bagaimana
pelaksanaan pengasuhan anak asuh di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang
Kota Padang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak?. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
bagaimana proses penerimaan anak asuh Panti Asuhan Aisyiyah dan bagaimana
pelaksanaan pengasuhan anak asuh di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang
Kota Padang ini ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak. Penelitian ini menggunakan metode yuridis empiris. Data
yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan teknik
pengumpulan data menggunakan studi dokumen dan wawancara dengan Ketua
atau Sekretaris, Seksi Pendidikan di Panti Asuhan Aisyiyah, dan salah satu orang
tua dari anak asuh, serta studi kepustakaan yang relevan dengan permasalahan
yang diteliti. Dari hasil penelitian yang pertama, proses penerimaan anak asuh di
panti asuhan sudah melalui penetapan Dinas Sosial Provinsi dimana terdapat
persyaratan administratif yang sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan
Panti Asuhan UPT Dinas Sosial Provinsi dan terdapat utusan dari dinas sosial
tersebut yang akan ikut dalam tahapan asessemen penerimaan anak asuh untuk di
tempatkan di dalam panti. Kedua, pelaksanaan pengasuhan anak asuh oleh Panti
Asuhan Aisyiyah sudah cukup baik dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, tetapi masih terdapat beberapa hak anak
asuh yang belum terpenuhi secara maksimal.

Kata Kunci : Pengasuhan, Anak Asuh, Panti Asuhan

i
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia adalah makhluk sosial yang

membutuhkan manusia lainnya untuk bergaul, berorganisasi, hidup bersama,

serta berdampingan dengan manusia lainnya. Setiap manusia dalam

menjalankan aktivitasnya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tersebut meliputi kebutuhan

untuk mempertahankan diri, melanjutkan keturunan, dan kebutuhan pengakuan

akan keberadaannya. Terciptalah hubungan antara satu individu dengan

individu lainnya. Hubungan tersebut terjadi karena adanya interaksi sosial dan

hubungan timbal balik antar anggota masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan

melanjutkan keturunan, manusia melangsungkan suatu perkawinan.

Perkawinan merupakan perjanjian suci dan sakral antara seorang laki-laki dan

perempuan untuk membentuk keluarga yang kekal dan abadi guna

melangsungkan keturunan.

Dari segi kehidupan sosial dan masyarakat, anak merupakan manusia yang

belum cakap dalam menggunakan akal pikirannya serta dalam

mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, sehingga mereka harus

diperhatikan dan diperlakukan khusus oleh orang dewasa disekitarnya agar

dapat menjalankan kehidupan dengan baik.1 Pada kenyataannya pemeliharaan

terhadap seorang anak oleh orang tua atapun dengan pihak lainnya yang tidak

merupakan orang tuanya tidak serta merta berarti pengangkatan anak, dapat

saja hanya sepatas pengasuhan.

1
Soedharyo Soimin, 2004, Hukum Orang dan Keluarga, Perspektif Hukum Perdata Barat/BW,
Hukum Islam, dan Hukum Adat, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 51.

1
Di dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak disebutkan bahwa negara, pemerintah, pemerintah daerah

mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam memberikan dukungan atas

sarana, prasarana, dan ketersediaan sumber daya manusia dalam

penyelenggaraan perlindungan anak. Tidak hanya menjadi tanggung jawab

pemerintah, masyarakat pun juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab

terhadap anak asuh atas perlindungan anak. Peran masyarakat ini sendiri dapat

dilakukan oleh perseorangan, lembaga perlindungan anak, lembaga

kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan, lembaga pendidikan, media

massa, dan dunia usaha, hal ini tercantum di dalam Pasal 72 Ayat (2) Undang-

Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Dalam penelitian

ini akan difokuskan kepada pengasuhan oleh lembaga kesejahteraan sosial

yaitu Panti Asuhan.

Banyak hal yang menjadi faktor dipindahkannya pengasuhan anak kepada

panti asuhan, diantaranya adalah karena faktor ekonomi yang menyebabkan

terhambatnya pemenuhan kebutuhan untuk si anak tersebut. Penyebab lainnya

adalah telah meninggalnya kedua orang tua dan tidak ada saudara ataupun

orang yang bersedia untuk merawat anak tersebut sehingga pengasuhan

terhadap anak itu diserahkan kepada panti asuhan. Dengan diserahkannya

anak-anak tersebut ke panti asuhan diharapkan mereka mendapatkan

bimbingan, perawatan, pendidikan, dan pelayanan yang baik, agar tercapainya

pula tujuan panti asuhan itu sendiri yakni membentuk pribadi mereka menjadi

2
layak dan penuh tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, maupun

masyarakat.2

Pada praktek pengasuhan anak yang ada di lingkungan masyarakat

khususnya di panti asuhan masih banyak yang belum sesuai dengan peraturan

yaitu dengan penetapan dari dinas sosial provinsi. Panti asuhan tersebut

menetapkan sendiri tata caranya tanpa memperhatikan ketentuan dari peraturan

perundang-undangan. Pengalihan kekuasaan pengasuhan secara langsung ini

menjadikan tidak adanya bukti sah hak atas pengasuhan oleh panti asuhan, hal

ini yang akan menjadikan kekhawatiran terhadap kelangsungan dan

kesejahteraan anaknya.

Permasalahan lain yang terjadi juga di panti asuhan Aisyiyah ini ialah

sebagian besar anak-anak yang berada disana orang tuanya masih hidup namun

terkendala dengan ekonomi yang sulit, sehingga orang tua tersebut

menyerahkan anaknya ke panti asuhan. Peraturan Menteri Sosial Nomor 30

Tahun 2011 tentang Standar Nasional Pengasuhan Anak Untuk Lembaga

Kesejahteraan Sosial menyebutkan bahwa alasan ekonomi yang terkendala

tidak dapat dijadikan sebagai alasan utama dalam penyerahan anak kepada panti

asuhan dan juga tidak bisa menjadi pemisah antara anak dengan keluarganya dan

menempatkan anak tersebut ke dalam panti asuhan. Dengan begitu hukum memiliki

ketentuan terkait hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Mengacu kepada judul dan latar belakang, penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

2
Gatot Supramono, 2008, Hukum Yayasan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 3

3
1. Bagaimana proses penerimaan anak asuh di Panti Asuhan Aisyiyah

Cabang Ampang Kota Padang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak?

2. Bagaimana pelaksanaan pengasuhan anak asuh di Panti Asuhan Aisyiyah

Cabang Ampang Kota Padang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak?

4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penerimaan Anak Asuh di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang


Ampang Kota Padang Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Proses penerimaan anak asuh di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang

Ampang Kota Padang terdapat klasifikasi dan prosedur untuk

memasukkan anak di Panti Asuhan Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang

Kota Padang. Prosedur tersebut diantaranya adalah:

a. Tahap Pendaftaran

Berdasarkan dengan Petunjuk Teknis Penyeleggaraan Panti

Asuhan UPT Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat terdapat

persyaratan administratif. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh

pihak yang bersangkutan saat mengajukan permohonan kepada pihak

panti asuhan, dimana persyaratan yang diperoleh tersebut akan

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pihak panti asuhan dalam

memutuskan anak ini layak atau tidak diterima untuk masuk ke panti

asuhan, persyaratannya adalah sebagai berikut :

1) Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan akte kelahiran

2) Surat keterangan tidak mampu yang dikeluarkan langsung oleh

Lurah tempat kediaman anak

3) Surat pernyataan menyetujui anaknya masuk ke dalam panti asuhan,

menerima anak kembali setelah tamat, dan menerima anak apabila

melanggar peraturan yang ditetapkan panti

4) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter

5) Ijazah, rapor, dan surat keterangan pindah dari sekolah

5
6) Foto 3x4

Syarat tambahan dalam penerimaan anak asuh juga telah

ditetapkan oleh pihak panti asuhan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan bagi pihak panti asuhan itu sendiri maupun bagi anak

asuhnya di kemudian hari. Syarat-syarat yang telah ditetapkan tersebut

adalah :

1. Anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu, anak terlantar, dan anak

yang masih mempunyai orang tua tetapi tidak mampu

2. Anak yang dititipkan mulai dari umur 5 tahun

3. Akta kelahiran anak

4. Surat perjanjian yang berisi kesediaan orang tua atau wali untuk

menerima anak asuh kembali apabila perwalian tersebut dianggap

selesai

b. Tahap Seleksi

Pada tahapan ini anak-anak yang akan dimasukkan ke dalam panti

asuhan melalui proses penyaringan dimana yang lebih didahulukan

yakni anak yang memang benar-benar membutuhkan pengasuhan dari

pihak panti asuhan. Pada tahap ini pengurus panti membentuk Tim

Asessment, asessment ini sendiri merupakan proses untuk

mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi anak dan keluarga

yang berkaitan dengan pengasuhan dan perlindungan anak, kesiapan

dan kapasitas orang tua, keluarga, ataupun calon orang tua, dapat

digunakan untuk mendukung anak dan kapasitas Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) sebagai aternatif terakhir dalam

melakukan pengasuhan. Proses asessment ini terdiri dari wawancara

6
langsung dengan keluarga dari si anak, selain kepada keluarga tim juga

melakukan wawancara dengan masyarakat sekitar bersamaan dengan

melihat dan menilai lingkungan sekitar yang nantinya akan

disimpulkan baik atau buruk bagi tumbuh kembang si anak. Dalam

proses ini terdapat tim yang akan terjun langsung untuk memastikan

bagaimana kondisi keluarga dan lingkungan si anak. Biasanya terdapat

anggota utusan yang berasal dari Dinas Sosial yang akan terjun

langsung ke lapangan apabila tempat tinggal keluarga anak tersebut

masih berada di dalam 1 (satu) kota dengan panti asuhan. Jika tempat

tinggal dari keluarga anak asuh jauh, maka tim dari Dinas Sosial akan

bertanya langsung dengan pihak panti asuhan saja dan didukung

dengan persyaratan-persyaratan yang dipernuhi oleh pihak anak asuh

yang akan dijadikan sebagai arsip penerimaan bagi pihak panti asuhan

itu sendiri. 3

c. Tahap penerimaan

Pada tahap penerimaan ini terdapat kesepakatan antara pihak

keluarga anak maupun pihak panti asuhan. Kesepakatan itu meliputi

jangka waktu penempatan anak di dalam panti asuhan, hak-hak anak,

dan keikutsertaan peran keluarga dalam panti asuhan.4

B. Pelaksanaan pengasuhan anak asuh di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang

Ampang Kota Padang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak

3
Hasil wawancara dengan Ibu Rezi Yulita selaku sekretaris Panti Asuhan Aisyiyah Cabang
Ampang Kota Padang
4
Hasil wawancara dengan Ibu Rezi Yulita selaku sekretaris Panti Asuhan Aisyiyah Cabang
Ampang Kota Padang

7
Panti Asuhan Aisyiyah bertanggung jawab untuk memenuhi hak-

hak anak selama tinggal di dalam panti asuhan, seperti yang tertera di

dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak. Hak-hak anak yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 35

Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. Pasal 6

Dalam pasal 6 ini mengatur tentang tiap-tiap anak berhak untuk

beribadah berdasarkan agamanya, berfikir, serta berekpresi yang sesuai

tingkat kecerdasannya serta umurnya dan tetap dalam bimbingan orang

tua/wali. Para pengelola panti asuhan rutin untuk meningkatkan

pelaksanaan ibadah para anak asuh dimulai dari ibadah wajib dan

diikuti dengan ibadah sunnahnya seperti pelaksanaan dzikir dan doa,

sholat tahajjud, puasa senin kamis, dan ibadah sunnah lainnya, serta

pemilihan jurusan sekolah yang mereka minati, seperti anak-anak yang

berada di tingkat SMA dan SMK, dimana SMA memiliki peminatan

jurusan IPA dan IPS, jurusan di SMK juga beraneka ragam. Para anak

asuh diberi kesempatan untuk memilih jurusan berdasarkan bidang

yang mereka minati.

2. Pasal 9

a. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat

dan bakat.

Kegiatan pembelajaran anak asuh tidak hanya di sekolah,

melainkan kegiatan belajar sehari-harinya juga langsung dibina oleh ibu

asuh atau kakak asuhnya di asrama. Pihak panti asuhan memberikan

8
fasilitas tambahan belajar dengan mendatangkan guru les matematika dan

bahasa inggris untuk anak asuh yang berada di tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Untuk

pembiayaan pendidikan anak asuh disini berasal dari para dermawan atau

donatur rutin dengan diserahkan langsung kepada pihak panti asuhan dan

pihak panti asuhan yang akan langsung mengelola pembiayaan

pendidikan anak asuh tersebut.

b. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan

pendidikan darikejahatan seksual dan kekerasan yang dilakukan

oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik,

dan/atau pihak lainnya.

Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Kota Padang sudah

memenuhi hak anak dalam memenuhi pasal ini karena setiap anak

disekolahkan di sekolah yang tidak sembarangan dan yang mayoritas

mempunyai agama yang sama dengan anak asuh, maka dari itu sekolah

tersebut pasti menjunjung tinggi nilai kegamaannya.

3. Pasal 14

a. Tiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri kecuali

bila terdapat aturan hukum yang sah menunjukkan pemisahan itu

adalah kepentingan terbaik anak dan merupakan pertimbangan

terakhir.

Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang Kota Padang belum

maksimal dalam pemenuhan pengasuhan anak, anak tersebut masuk ke

dalam panti asuhan atas pertimbangan terakhir, hal ini sudah sesuai

dengan peraturan pemerintah.

9
b. Terjadi pemisahan, dalam hal ini anak asuh tetap berhak : (1)

Bertemu langsung dan berhubungan pribadi dengan kedua orang

tuanya, (2) Mendapatkan pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan,

dan perlindungan untuk proses tumbuh kembang dari kedua orang

tuanya, dan (3) Memperoleh pembiayaan hidup dari kedua orang

tuanya;

4. Pasal 15

Panti asuhan sudah memenuhi hak anak sesuai dengan Pasal 15 Ayat (1)

sampai dengan (6), dimana dalam hal berangkat dan pulang sekolah bagi

anak yang dirasa masih belum bisa untuk menjaga diri mereka akan diantar

dan dijemput oleh pihak panti. Selama anak asuh masih berada di dalam

jenjang pendidikan, mereka tidak diizinkan untuk dilibatkan dalam kegiatan-

kegoatan lain seperti kampanye politik, kerusuhan sosial, maupun

peperangan.

5. Pasal 26 Ayat (1)

Pasal ini menyatakan bahwa orang tua berkewajiban untuk mengasuh,

memelihara, dan melindungi anak. Panti Asuhan Aisyiyah Cabang Ampang

Kota Padang sudah memenuhi pasal ini. Dapat dilihat dari pemenuhan

pertama adalah sandang, pemberian pakaian untuk anak asuh disesuaikan

dengan segi jumlah, ukuran, dan tampilannya, dengan catatan mereka benar-

benar membutuhkan. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, kebutuhan akan

makanan. Pemenuhan kebutuhan pangan di Panti Asuhan Aisyiyah Cabang

Ampang Kota Padang ini sudah memenuhi, setiap anak asuh mendapatkan

makanan setiap hari dan sebanyak 3 (tiga) kali dalam sehari, yakni pada pagi

hari sebelum berangkat sekolah, siang hari ketika pulang sekolah, dan pada

malam hari. Dalam pemenuhan kebutuhan papan atau tempat tinggal, yakni

10
terdapat asrama yang ditinggali oleh anak asuh dalam keadaan layak, terdiri

dari 11 ruang kamar, ruangan ibadah dan untuk pemenuhan pendidikan

keagamaan, ruang belajar, ruang makan, perpustakaan, kamar mandi, serta

lapangan olahraga.

6. Pasal 27 Ayat (1)

Di dalam pasal ini menegaskan bahwa setiap anak harus mempunyai

identitas diri sejak kelahirannya. Pemenuhan hak anak asuh akan identitas

dirinya dilihat dari pengurusan KTP yang diperuntukkan bagi anak asuh yang

sudah menginjak usia 17 (tujuh belas) tahun maka anak itu diarahkan untuk

mengurusnya dengan dibantu oleh pihak panti asuhan.

7. Pasal 45B Ayat (1)

Pada pasal ini ditegaskan bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah,

Masyarakat dan Orang Tua wajib melindungi dari perbuatan yang

mengganggu kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pihak panti

mempunyai tanggung jawab untuk membiayai anak asuhnya yang

memerlukan pengobatan ke rumah sakit.

11
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disimpulkanbahwa :

1. Proses penerimaan anak asuh pada Panti Asuhan Aisyiyah

sudah sesuai dengan peraturan tentang pengasuhan yang

tercantum dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perlindungan Anak. Pengasuhan terjadi secara otomatis

yaitu dengan adanya penyerahan persyaratan dan

penandatanganan surat perjanjian yang telah ditetapkan oleh

pihak panti asuhan dengan penetapan dari Dinas Sosial Provinsi.

Dengan demikian, hal tersebut berbeda dengan perwalian

dimana harus memerlukan proses penetapan pengadilan. Dapat

dikatakan bahwa yang terjadi yakni pengalihan pengasuhan

yang berpindah dari pihak orang tua/wali kepada pihak panti

asuhan dengan tidak memerlukan penetapan pengadi;an, dengan

alasan pelaksanaan pengasuhan anak asuh bersifat sementara,

hanya sebatas anak asuh berusia 18 (delapan belas) tahun atau

setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA).

2. Pelaksanaan pengasuhan anak asuh dalam bentuk pemenuhan

hak anak asuhnya di Panti Asuhan Aisyiyah sudah cukup baik

dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan

Anak. Panti Asuhan ini telah memberikan kesempatan kepada

12
anak-anak asuhnya yang berada di dalam keadaan tidak mampu

atau terlantar untuk tetap mendapatkan hak-haknya dalam

tumbuh

dan berkembang di kehidupan sehari-hari, dengan memenuhi

kebutuhan mereka di dalam bidang pendidikan, kesehatan,

mental, fisik, serta yang lainnya. Terdapat sebagian kecil

pemenuhan hak yang tidak terpenuhi secara maksimal, tetapi

untuk keseluruhan sudah sesuai dan sudah cukup baik.

B. Saran

1. Mengingat dengan banyaknya panti asuhan yang didirikan di

tengah masyarakat, sebaiknya lebih dijelaskan lagi peraturan

perundang-undangan mengenai pengasuhan anak oleh lembaga

kesejahteraan sosial yakni panti asuhan, karena peraturan

lainnya masih kurang.

2. Pemerintah diharapkan untuk memberikan perhatian khusus

terhadap anak- anak yang tinggal di dalam pengasuhan keluarga

yang yang tergolong kepada tidak mampu dalam memenuhi

kebutuhan anaknya untuk tumbuh dan berkembang dengan

baik. Dengan adanya perhatian khusus dari pemerintah, akan

menjadikan alasan orang tua untuk menempatkan anaknya ke

panti asuhan tidak menjadi alasan yang utama. Sebab dengan

terpenuhinya kebutuhan keluarga, maka anak dapat diasuh di

dalam keluarga, karena sebaik-baiknya pengasuhan berasal dari

13
DAFTAR PUSTAKA

Soedharyo Soimin, 2004, Hukum Orang dan Keluarga, Perspektif Hukum


Perdata Barat/BW, Hukum Islam, dan Hukum Adat, Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 51.

Gatot Supramono, 2008, Hukum Yayasan Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm.3

Atika Farah, Yunanto, dkk, (2016), “Pengaturan Pelaksanaan Perwalian oleh


Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Berdasarkan Hukum Perdata
Indonesia”, Diponegoro Law Journal, Volume 5, hlm. 3.

Hasanuddin Muhammad, Milkul Adli, Linda Septiyana, dan Fathul Muin,


(2022), “Pemenuhan Hak Anak Pada Panti Asuhan SM di Bandar
Lampung”, Jurnal Studi Gender dan Anak, Volume 4, No. 1, hlm. 61.

14

Anda mungkin juga menyukai