TAHUN 2019
======================================================================
A. PENDAHULUAN
Kegiatan Penyuluhan Hukum Serentak pada Tahun 2019 ini salah satunya
dilaksanakan di Kantor Kecamatan Pasar Rebo. Mengusung tema “Undang-Undang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak”, kegiatan ini
melibatkan anggota Lembaga Musyawarah Kemasyarakatan (LMK) yang ada di tingkat
wilayah RT/RW masing-masing yang berada di tingkat kecamatan, Pekayon, Jakarta
Timur. Adapun rangkaian pelaksanaan kegiatan di lokasi adalah sebagai berikut:
Bertindak sebagai Narasumber yaitu Penyuluh Hukum Ahli Madya BPHN, Abdullah,
S.H., dan Saud Halomoan B, S.H., M.H. dengan Moderator Muh.Fandhi Fanani S.H.,
M.Hum sebagai Penyuluh Hukum Ahli Muda pada Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual.
B. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pengertian Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk yang
masih dalam kandungan (Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak)
Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, Negara, pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
Kewajiban anak
1. menghormati orang tua, wali, dan guru;
2. mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi teman;
3. mencintai tanah air, bangsa, dan negara;
Pokok-pokok Perbedaan
- Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997: Keadilan Retributif
a) Kejahatan adalah pelanggaran sistem;
b) Menekankan pembuktian kesalahan, menimbulkan rasa bersalah th pelaku;
c) Hak Korban diabaikan;
d) Pelaku Pasif;
e) Bentuk pertanggung-jawaban thd pelaku adalah hukuman
f) Penekanan terfokus pada perilaku masa lalu Pelaku.
- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012: Keadilan Restoratif
a) Kejahatan adalah Pelukaan thd individu atau masyarakat;
b) Menekankan pada pemecahan masalah melalui perdamaian, pemulihan,
rehabilitasi, dan reintegrasi;
c) Hak dan kebutuhan korban diperhatikan;
d) Pelaku didorong utk berpartisipasi dan bertanggung-jawab;
e) Pertanggung-jawaban pelaku adlh menunjukan empati dan menolong untuk
memperbaiki kerugian;
f) Respon terfokus pd konsekuensi derita dan kerugian sbg akibat perbutan
pelaku.
Pokok-pokok Perubahan
Filosofi SPPA:
- mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif: Pasal 5 ayat (1)
- Mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak;
- Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir;
- Penghindaran pembalasan (bebas dari penghukuman, penyiksaan, perlakuan
yang kejam tidak manusiawi serta merendahkan derajat dan martabat).
Pengertian
- Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara
Anak yang berhadapan dengan hukum (ABH), mulai tahap penyelidikan sampai
dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana.
- Keadilan Restoratif: adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan
melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait
untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan
pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.
- Diversi: adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan
pidana ke proses di luar peradilan pidana (non litigasi).
Tujuan Diversi
Pasal 6:
- mencapai perdamaian antara korban dan Anak;
Pasal 7:
Pada tingkat Penyidikan, Penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di Pengadilan
Negeri (PN) wajib diupayakan Diversi.
Proses Diversi
Pasal 8:
Proses Diversi dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan Anak dan orang
tua/Walinya, korban atau orang tua/Walinya, Pembimbing kemasyarakatan, dan
Pekerja Sosial Profesional berdasarkan pendekatan Keadilan Restoratif.
Hak-hak Anak
Pasal 3 :
a. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai
dengan umurnya;
b. Dipisahkan dari orang dewasa;
c. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif;
d. Melakukan kegiatan secara rekreasional;
e. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakukan lain yang kejam, tidak
manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya;
f. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup;
g. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan
dalam waktu yang paling singkat;
Penjatuhan Sanksi
Menurut Undang-Undang nomor 11 Tahun 2012 Undang-Undang SPPA, Pelaku
tindak pidana dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu Tindakan, bagi pelaku tindak
pidana yang berumur dibawah 14 tahun (Pasal 69 ayat (2) Undang-Undang SPPA),
dan Pidana bagi pelaku yang berumur 15 tahun ke atas.
PIDANA TAMBAHAN:
- Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana;
- Pemenuhan kewajiban adat.
Pasal 21 :
Penangkapan
Pasal 30 ayat (1):
- Penangkapan terhadap Anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling
lama 24 (dua puluh empat) jam.
- Anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus Anak
- Penangkapan terhadap Anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan
memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya.
Penahanan
Pasal 32 ayat (1);
Penahanan terhadap Anak tidak boleh dilakukan, dalam hal Anak memperoleh
jaminan dari orang tua/Wali atau lembaga bahwa:
- Anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang
bukti, dan/atau
- Tidak akan mengulangi tindak pidana.
Bantuan Hukum
- Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan Bantuan Hukum dan
didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang - undangan.
- Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak Korban atau Anak Saksi wajib
didampingi oleh orang tua dan/atau orang yang dipercaya oleh Anak Korban
dan/atau Anak Saksi, atau Pekerja Sosial.
Rehabilitasi
Pasal 91 ayat (3);
Berdasarkan hasil Penelitian Kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan
dan laporan sosial dari Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga kesejahteraan Sosial:
Anak, Anak Korban, atau Anak Saksi berhak memperoleh Rehabilitasi Medis,
Rehabilitasi Sosial, dan Reintegrasi Sosial dari lembaga atau instansi yang
menangani pelindungan anak.
Ketentuan Pidana
Pasal 96:
Penyidik, Penuntut Umum, dan Hakim yang dengan sengaja tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp. 200.000.000, (dua
ratus juta rupiah).
3. Pertanyaan : Ampi
Apakah anak usia 17 tahun dapat dikenakan pidana juga
dan bagaimana penyelesaiannya?
C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
2. SARAN
Sebaiknya kegiatan semacam ini tetap terus dilaksanakan baik dalam bentuk
kegiatan penyuluhan hukum serentak maupun tidak. Selain itu metode penyampaian
akan lebih baik jika dilakukan dengan variasi-variasi yang lebih interaktif.
Muh.Fandhi Fanani
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENYULUHAN HUKUM SERENTAK TAHUN 2019
DI KECAMATAN PASAR REBO, PEKAYON, JAKARTA TIMUR