Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS MPU TANTULAR

PROPOSAL PENELITIAN
DAMPAK PENYALAHGUNAAN SITUS PORNO DI KALANGAN REMAJA SERTA
PENEGAKAN HUKUM YANG BERLAKU
(Studi Kasus : Warga RW 03 Tanjung Priok Jakarta Utara)

KEREN YEDA YENYEN


203300010010

Tugas Proposal Ini ditujukan kepada Muh Amin Saleh, SH,MH.


Dosen Mata Kuliah Seminar Fakultas Ilmu Hukum Universitas Mpu Tantular
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan penggunaan internet di kalangan remaja saat ini telah membuka pintu bagi
berbagai jenis informasi dan hiburan, namun juga membawa dampak yang signifikan pada
perkembangan sosial dan perilaku remaja. Salah satu masalah yang mendapat perhatian serius
adalah penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja. Penyalahgunaan situs porno oleh remaja
dapat memiliki dampak negatif yang serius pada perkembangan mereka secara fisik, psikologis,
dan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dampak dari
penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja serta upaya penegakan hukum yang berlaku
untuk mengatasi masalah ini.
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ITE bahwa jenis-jenis kejahatan hukum di dunia maya, salah satunya adalah
pelanggaran isi situs web. Salah satu bentuk pelanggaran isi situs web adalah pornografi,
Pornografi merupakan pelanggaran yang paling banyak terjadi, dengan menampilkan
gambar, cerita ataupun gambar bergerak. Di Amerika pemuatan hal-hal yang berbau
pornografi selalu berlindung di balik hak kebebasan berpendapat dan berserikat, dan nilai-
nilai seni. Hal inilah yang kemudian juga ditiru di Indonesia. Situs porno tumbuh dengan
sangat subur karena mudah diakses melalui internet. Pornografi (cyberporn) atau biasa yang
disebut pornografi dilakukan secara online melalui jejaring internet merupakan bentuk kejahatan
dunia maya yang seharusnya cukup diwaspadai oleh masyarakat di Indonesia. Tindak kejahatan
tersebut dapat berpengaruh pada pola pikir manusia yang mengakibatkan kerusakan moral dan
kepribadian masyarakat sehingga mengancam kehidupan dan tatanan social. Namun pada
kenyataannya, penyebaran pornografi pada aplikasi seperti Facebook dan Twitter yang semakin
tinggi penyebarannya dikalangan anak-anak, remaja higga dewasa. Hal ini yang membuat
perkembangan tindak kejahatan pornografi, seperti kasus asusila, pelecehan seksual, pencabulan,
dan pemerkosaan menjadi semakin meningkat.
Pornografi memang suatu hal yang sangat kompleks bahkan tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan kumpulan dari beberapa hal masalah tentang pornografi bukan hanya masalah
pemerintah dan negara saja, melainkan yang menyangkut kehidupan masyarakat. Hal ini dengan
banyaknya aksi-aksi kejahatan seksualisasi yang terjadi, sebagaian besar dari motifnya iyalah
akibat konsumsi dari pornografi, baik dari media social, video atau audio. Dan menurut data-data
yang didapatkan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), 1Menurut juru
bicara kementerian kominfo, Dedy Permadi menyatakan ada 196.71 juta pengguna internet di
Indonesia atau sekitar 73,7% dari total penduduk tersebut. Yang dimana menunjukan adanya
lompatan pengguna internet dan media social di Indonesia sebagai bangsa yang intensif
menggunakan ruang digital.

1
Isnaini Enik, Penanggulangan tindak Pidana Pornografi Dalam Media Sosial, Jurnal Independent, Vol, 2, No 2
1014 (28 Desember 2021), h.25.
Namun perubahan tersebut merupakan salah satu hal yang tidak dapat dihindarkan
sebagai konsekuensi dari adanya perkembangan zaman. Sadar atau tidaknya, pergeseran zaman
telah banyak mengubah aspek kehidupan. Baik secara perlahan, maupun yang terjadi begitu
cepat. Sebagai pemeran utama dalam kehidupan ini, manusia iyalah subjek yang paling rentan
mengalami perubahan tersebut. Dimana,perubahan ini akan berpengaruh kepada masyarakat
sebagai bentuk jamak orang-perorangan tersebut.
Namun sebelumnya pornografi diatur dalam KUHP buku kedua tentang kejahatan yang
diatur dalam Pasal 282 dan 283, namun istilah pornografi sendiri tidak kita temukan dalam
ketentuan undang-undang itu tersebut. Pornografi menurut kamus hukum adalah “perbuatan
mempertontonkan, menyiarkan, menyediakan supaya dapat memperoleh surat, gambar, buku,
atau barang-barang yang melanggar kesusilaan, yang dapat menimbulkan nafsu birahi”.2
Perkembangan yang terjadi memberikan kemajuan masyarakat dalam berbagai bidang.
Baik dalam bidang social, budaya, ekonomi, maupun teknologi. Seiring dengan perkembangan
tersebut, interaksi antar masyarakat semakin kian terjadi, terlebih lagi pada dasarnya manusia
adalah mahkluk social. Dimana, interaksi yang terjadi berpotensi menimbulkan masalah. Tidak
terkecuali, terjadinya tindak pidana. Media sosial memberikan pengaruh terhadap perubahan pola
kehidupan manusia, budaya, sosial, dan pola fikir. Media sosial memberikan kemudahan bagi
semua orang untuk melakukan interaksi tanpa ada halangan masalah jarak yang jauh. Penyebaran
informasi ini memberikan efek positif dan negatif terhadap pembangunan karakter moral
penggunanya (Nasution, 2012). Salah satu efek negatif dalam penggunaan media sosial adalah
penyebaran konten video porno melalui web, blog, online social network, dan online forum.
Tindak kriminalitas pornografi yang dilakukan secara online melalui jejaring internet
merupakan sasaran untuk melakukan kejahatan penyebaran konten pornografi dimedia social.
Penyebaran pornografi di media social menjadi mudah didapatkan dari situs media social seperti
facebook dan twitter konten tersebut terdapat dari konten pornografi local maupun impor.
Berdasarkan Undang-Undang No 44 tahun 2008 tentang Pornografi, penyebaran video porno di
dunia yang sangat cepat menimbulkan efek negatif terhadap pembentukan mental dan karakter
masyarakat dunia terutama anakanak, remaja dan wanita seperti aborsi, kehamilan tidak
diinginkan dan HIVAIDS. Pornografi adalah segala sesuatu yang secara material baik berupa
film, surat kabar, tulisan, foto, atau lain-lainnya, menyebabkan timbulnya atau munculnya hasrat-
hasrat seksual termasuk video porno (Mariani, 2010). Efek negatif yang ditimbulkan oleh video
porno membuat banyak negara mulai serius untuk mengendalikan penyebaran pornografi di
televisi, gedung - gedung film, dan internet (Sudrajat, 2006). Akibat dari pengaruh negatif video
porno dan konten pornografi ini membuat beberapa negara seperti Amerika dan Inggris
memberikan pembatasan terhadap pertunjukan-pertunjukan cabul dengan memperkuat undang-
undang percabulan atau undang-undang anti pornografi (Sudrajat, 2006).

2
Simorangkir, J.C.T. ,Rudi T. Erwin, J.T. Prasetyo, 1980, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 108.
Masalah pornografi dapat berkaitan dengan berbagai bidang kehidupan, yaitu meliputi
masalah bidang pendidikan, seni, hiburan, dan juga dunia usaha. Kemajuan teknologi yang
begitu pesat sekarang berakibat pada lebih saran yang dapat dipergunakan untuk melakukan
perbuatan mempertunjukkan gambar, tulisan atau benda benda yang bersifat melanggar
kesusilaan dan dapat menimbulkan nafsu birahi yaitu dengan cara menyiarkan atau
mempertontonkan melalui media televise, internet dan sebagainya. Pengaturan pornografi yang
terdapat dalam peraturan perundang-undagan yang ada seperti Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yang dianggap kurang memadai, begitu juga undang-undang yang berkaitan
dengan pornografi seperti Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Undang-undang No.
32 Tahun 2002 tentang penyiaran, undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Perlindungan
anak, dan undang-undang No. 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi (ITE). Undang-
undang tersebut belum memenuhi kebutuhan hukum serta perkembangan masyarakat, sehingga
perlu dibuat undang-undang baru yang mengatur secara khusus tentang pornografi.3
Berdasarkan statistic pengendalian konten internet negative hingga 21 September 2021,
Kementerian Komunikasi dan Informatika telah menangani sejumlah 2.624.750 konten negative
dengan konten pornografi mencapai 1.096.395. untuk penanganan konten media social seperti
twitter yakni sebanyak 1.035.245 konten, kemudian facebook, Instagram dan whattsapp (39.501
konten), platform media social berada di urutan teratas. Sejumlahnya ada juga file sharing
Telegram (1.501), google dan youtube (7.021), michat (165), tiktok (162), dan line (22). Tercatat
sejak 2018 hingga 21 September 2021, ada 568.843 konten twitter yang telah diblokir kominfo.4
Namun pada kenyataannya, dengan adanya pemblokiran tersebut konten negative tersebut di
internet dan dimedia social memberi kesempatan pada pelaku peny ebaran konten pornografi
untuk berhati-hati agar tidak dapat diblokir kembali.

3
Ronny, Tinjauan Aturan Tindak Pidana Dalam Undang-undang, http://ronny-hukum.blogspot.com, diakses pada hari Rabu, 01
Mei 2010
4
KOMPAS.com, Kemenkominfo Putus Akses Terhadap 2,6 juta Terbanyak Pornografi, diakses dari
https://nasional.kompas.com/read/2021/09/22/17231611/kemenkominfo-putus-akses-terhadap-26-juta-konten-
negatif-terbanyak, pada tanggal 28 Desember 2021 pukul 13.05.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dan untuk menguburkan penelitian yang dilakukan
maka penulisnya membatasi apa yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Bagaimana hukum yang telah penyebar luas pornografi di berbagai media online?
2. Bagaimana cara membatasi konten pornografi yg ada di media sosial seperti website, konten
online dan berupa film ataupun tulisan?
3. Apakah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sudah cukup efektif dalam melindungi remaja dari pengaruh pornografi media social
(cyberporn)?

C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas dan pasti, karena tujuan akan menjadi
pedoman dalam mengadakan penelitian. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
- Untuk mengetahui hukum yang telah menyebarluas pornografi diberbagai media online
- Untuk mengetahui cara membatasi konten penyebaran pornografi yang ada dimedia
social seperti website, konten online dan berupa film ataupun tulisan
- Untuk mengetahui efektifitas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik dalam melindungi remaja dari pengaruh pornografi media
social (cyberporn).

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dari Proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
- Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna sebagai landasan, acuan dalam kajian
keilmuan khususnya ilmu hukum pidana khusus dibidang praktisi hukum. Penelitian ini
juga bisa menjadi sumber penelitian dan pengetahuan hukum bagi kalangan akademisi,
mahasiswa bagi yang berminat untuk memperdalam ilmunya mengenai penegakan
hukum terhadap penyebarluasan konten pornografi di kalangan media social.
- Secara praktis, penelitian ini berharap bermanfaat dan bisa menjadi salah satu bahan
sebagai pengetahuan pemecahan masalah dalam penyebab serta dasar pertimbangan
hakim dan modus operandi penyebarluasan konten pornografi di media social terutama
pornografi yang melalui aplikasi facebook dan twitter. Selain itu, lebih lanjut manfaat
penelitian bagi masyarakat dapat memberikan informasi bagaimana agar tidak terjerumus
dan kecanduan terhadap pornografi di media social tersebut.
E. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual mengenai dampak penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja serta
penegakan hukum dapat dibagi menjadi beberapa komponen utama. Berikut adalah beberapa
aspek yang dapat menjadi dasar dalam merancang kerangka konseptual tersebut:
Pemahaman tentang Situs Porno: Definisi: Menyusun definisi yang jelas tentang apa yang
dianggap sebagai situs porno.
Jenis Konten: Memahami berbagai jenis konten yang dapat diakses melalui situs porno.
Dampak Psikologis dan Sosial: Kesehatan Mental: Meneliti dampak psikologis dari paparan
terhadap konten porno pada remaja.
Hubungan Sosial: Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hubungan sosial dan interpersonal
remaja.
Pendidikan Seksual dan Literasi Digital: Peran Sekolah dan Orang Tua: Mengidentifikasi peran
sekolah dan orang tua dalam memberikan pendidikan seksual dan literasi digital kepada remaja.
Kurikulum Pendidikan Seksual: Mempertimbangkan integrasi pendidikan seksual dalam
kurikulum sekolah.
Teknologi dan Pengawasan Orang Tua: Pembatasan Akses: Mempertimbangkan metode
teknologi untuk membatasi akses remaja ke situs porno.
Peran Orang Tua: Mengidentifikasi cara orang tua dapat memantau dan mengawasi aktivitas
online anak-anak mereka.
Hukum dan Regulasi: Penegakan Hukum: Meninjau peran penegakan hukum dalam mengatasi
penyalahgunaan situs porno, khususnya terkait dengan pelanggaran hukum tertentu.
Sanksi Hukum: Memahami jenis sanksi hukum yang dapat diberlakukan terhadap pelaku atau
penyedia situs porno ilegal.
Kolaborasi Antar Lembaga: Kerjasama Pemerintah dan Sektor Swasta: Mempertimbangkan
kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat dalam
mengatasi masalah ini.
Pencegahan dan Intervensi: Kampanye Pencegahan: Mengembangkan kampanye pencegahan
yang bertujuan meningkatkan kesadaran remaja terhadap dampak negatif dari penyalahgunaan
situs porno. Layanan Kesehatan Mental: Menyediakan layanan kesehatan mental dan dukungan
bagi remaja yang mungkin terpengaruh.
Evaluasi dan Pemantauan: Pengukuran Dampak: Menyusun metode evaluasi untuk mengukur
efektivitas berbagai upaya pencegahan dan intervensi. Pemantauan Perubahan Perilaku:
Memantau perubahan perilaku remaja terkait penggunaan situs porno.
Kerangka konseptual ini dapat memberikan dasar yang komprehensif untuk merancang program
pencegahan dan intervensi yang holistik dalam mengatasi dampak penyalahgunaan situs porno di
kalangan remaja serta memperkuat penegakan hukum yang berlaku.
F. Metode penelitian
Penelitian mengenai dampak penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja serta penegakan
hukum yang berlaku dapat melibatkan berbagai metode penelitian untuk memahami fenomena
ini secara holistik. Beberapa metode penelitian yang dapat digunakan termasuk:
Studi Literatur: Menganalisis literatur-literatur ilmiah, artikel, dan buku yang telah ada mengenai
dampak penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja. Meneliti kebijakan dan peraturan
hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap penyalahgunaan situs porno.
Survei dan Kuesioner: Melakukan survei atau penyebaran kuesioner kepada remaja untuk
mendapatkan data kuantitatif mengenai frekuensi akses, jenis konten, dan dampak dari
penggunaan situs porno. Menanyakan pendapat remaja mengenai efektivitas penegakan hukum
terhadap penyalahgunaan situs porno.
Wawancara: Melakukan wawancara mendalam dengan remaja, orang tua, guru, dan petugas
penegak hukum untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai dampak sosial,
psikologis, dan hukum dari penyalahgunaan situs porno.
Pemantauan Media Sosial: Melakukan analisis terhadap percakapan di media sosial untuk
mendapatkan wawasan mengenai pandangan masyarakat, opini, dan pengalaman terkait dampak
penyalahgunaan situs porno.
Studi Kasus: Melibatkan beberapa kasus konkret penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja
untuk memahami konteks dan faktor-faktor yang berperan dalam kasus-kasus tersebut.
Analisis Statistik: Menganalisis data statistik dari berbagai sumber terkait kasus-kasus
penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja, seperti data kepolisian, lembaga kesehatan, atau
lembaga terkait lainnya.
Focus Group Discussions (FGD): Mengadakan FGD dengan kelompok remaja untuk
mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai sikap, pengetahuan, dan perilaku terkait
penyalahgunaan situs porno.
Analisis Konten:Menganalisis konten situs porno yang diakses oleh remaja untuk memahami
jenis konten yang paling umum dan potensial memberikan dampak negatif.

Penelitian ini juga harus memperhatikan etika penelitian, perlindungan privasi, dan keamanan
informasi, terutama karena melibatkan partisipasi remaja. Hasil penelitian ini dapat memberikan
dasar bagi pengembangan kebijakan, pendekatan pencegahan, dan peningkatan penegakan
hukum terkait penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja.
G. Sistematika penulisan
Agar lebih mudah untuk memahami isi dari proposal ini, penulis menyusun secara keseluruhan
dalam (Lima) Bab dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN, Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan
Penelitian, kegunann penelitian, kerangka konseptual, metode penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, Bab Ini menjelaskan tentang Dampak penyalahgunaan situs
porno di kalangan remaja serta penegakan hukum yang berlaku
BAB III: DESKRIPSI MASALAH POKOK, Bab ini berisikan Masalah pokok Dampak
penyalahgunaan situs porno di kalangan remaja serta penegakan hukum yang berlaku
BAB IV: ANALISA HASIL PENELITIAN, Dampak penyalahgunaan situs porno di kalangan
remaja serta penegakan hukum yang berlaku
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN: Dalam bab ini, Penulis menarik kesimpulan dari uraian-
uraian Analisa yang dijabarkan pada proposal ini, serta memberikan saran.

Anda mungkin juga menyukai